BAB III METODE PENELITIAN A. TEMPAT PENELITIAN Penelitian dilakukan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta yang berkedudukan di Jalan Ronggowarsito 130 Surakarta. Dengan pertimbangan sebagai berikut : 1. RS PKU Muhammadiyah Surakarta merupakan Rumah Sakit milik Persyarikatan Muhammadiyah yang besar dengan SDM profesi medis yang mencukupi sesuai dengan tipe B, dan jumlah pasien yang selalu meningkat setiap tahunnya. 2. RS PKU Muhammadiyah Surakarta selama 3 (tiga) tahun berturut-turut merupakan RS swasta lokal terbaik kedua dan ketiga menurut penilaian masyarakat berdasarkan survey SBBI dan MarkPlus dari segi pelayanan dan kepuasan pelanggan. 3. Dengan semakin besarnya Rumah sakit, dan tingkat kepercayaan yang meningkat dari masyarakat, RS PKU Muhammadiyah Surakarta selalu berusaha melakukan perbaikan untuk mempertahankannya sebagai RS pilihan masyarakat Solo dan sekitarnya B. WAKTU PENELITIAN Penelitian ini dilakukan mulai dari awal penyusunan proposal penelitian sampai dengan terselesainya laporan ini dalam bentuk tesis. Menurut Moleong (2007:127-148) ada empat tahapan dalam pelaksanaan penelitian yaitu sebagai berikut : 1. Tahap pra lapangan Peneliti melakukan survey pendahuluan dengan melakukan penjajagan lapangan terhadap latar penelitian, mencari data dan informasi yang berhubungan dengan dokter dan pasien. Melakukan penelusuran literatur buku dan referensi pendukung penelitian. Pada tahap ini, Peneliti melakukan 62 63 penyusunan rancangan penelitian yang meliputi garis besar metode penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian. Tahap pra lapangan dilakukan Peneliti selama Bulan Oktober 2014 - Maret 2015. 2. Tahap pekerjaan lapangan Peneliti memasuki dan memahami latar penelitian dalam rangka pengumpulan data. Tahap ini dilaksanakan selama Bulan Mei - September 2015. 3. Tahap analisis data Peneliti dalam tahapan ini melakukan serangkaian proses analisis data kualitatif sampai pada intepretasi data-data yang telah diperoleh sebelumnya. Peneliti juga menempuh proses triangulasi data yang diperbandingkan dengan teori kepustakaan. Tahap analisis dilakukan selama Bulan September-November 2015 4. Tahap evaluasi dan pelaporan Pada tahap ini Peneliti melakukan konsultasi dan pembimbingan dengan dosen pembimbing yang telah ditentukan. Tahap ini dilakukan pada Bulan November 2014 Desember 2015 atau sampai dengan terselesainya laporan ini dalam bentuk tesis. C. JENIS DAN METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007:3) mengemukakan bahwa metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Sedangkan Miles dan Huberman (1994:15) mendefinisikannya sebagai penelitian dimana informasi atau data yang dikumpulkan tidak berwujud angka-angka, dilaksanakan dalam bentuk deskripsi sehingga hanya memaparkan situasi atau peristiwa. Peneliti menggunakan penelitian kualitatif, karena berguna untuk pemahaman yang lebih mendalam tentang makna(arti subyektif dan penafsiran) dan konteks tingkah laku serta proses yang terjadi pada faktor-faktor yang 64 berkaitan dengan perilaku dokter pada saat berkomunikasi dengan pasien, serta berguna untuk mengungkapkan pemahaman dokter tentang komunikasi dokter dan pasien, manajemen relationship dokter berkomunikasi dengan pasien secara mendetail , peran dokter sebagai komunikator maupun komunikan, serta menghasilkan informasi yang lebih kaya dibandingkan dengan menggunakan metode kuantitatif (Afrizal, 2014:40) Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus . Studi kasus adalah sebuah penelitian empiris yang menyelidiki sebuah fenomena di dalam konteks kehidupan nyata, dapat meliputi bukti kuantitatif dan kualitatif. Dan merupakan analisis yang intensif tentang satu satuan / unit (misalnya, seseorang, kelompok, kejadian, proyek, program, kebijakan) yang menekankan faktor-faktor perkembangan dalam hubungannya dengan konteks (Slamet, 2014:22). Menurut Lincoln dan Guba (Deddy Mulyana, 2004:201) penggunaan studi kasus sebagai suatu metode penelitian kualitatif memiliki beberapa keuntungan yaitu: 1. Studi kasus dapat menyajikan pandangan dari subyek yang diteliti 2. Studi kasus menyajikan uraian yang menyeluruh mirip dengan apa yang dialami dalam kehidupan sehari-hari 3. Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara peneliti dan responden 4. Studi kasus dapat memberikan uraian yang mendalam yang diperlukan bagi penilaian atau transferabilitas. Pada dasarnya penelitian dengan metode studi kasus adalah menyatakan teori dan penyataan penelitian yang harus dijawab, dan bertujuan untuk mengetahui tentang sesuatu hal secara mendalam. Maka di dalam penelitian ini, Peneliti menggunakan metode studi kasus untuk menggambarkan tentang bagaimana pemahaman dokter tentang komunikasi dokter dan pasien, manajemen relationship dokter dalam membangun, memelihara, dan mempertahankan hubungan komunikasinya dengan pasien, pada saat berperan sebagai komunikator maupun sebagai komunikan. 65 Peneliti menetapkan fokus penelitian dengan membentuk pertanyaanpertanyaan tentang situasi atau masalah yang harus diteliti dan menentukan tujuan penelitian. Menurut Spradley (Slamet, 2014 : 35-36), seluruh pengamatan berpartisipasi dalam suatu situasi sosial. Ada tiga unsur utama dalam setiap situasi sosial : 1. Tempat fisik (lokasi) dimana situasi sosial dari suatu kepentingan terjadi. Dalam hal ini peneliti mengambil tempat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta yang merupakan tempat bertemunya dokter dan pasien. 2. Jenis-jenis aktor (pelaku) yang ada dalam situasi sosial dalam penelitian ini adalah dokter-dokter yang bekerja di RS PKU Muhammadiyah Surakarta. 3. Aktivitas yang terjadi di dalam situasi sosial ini, adalah dokter selaku penanggung jawab pelayanan memeriksa atau mengobati pasien dan memberikan edukasi atau penjelasan kepada pasien. D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA Metode penelitian kualitatif menggunakan teknik pengumpulan data yang memungkinkan untuk mendapatkan kata-kata dan perbuatan manusia sebanyak-banyaknya. Teknik yang biasanya dipakai untuk mengumpulkan data adalah wawancara mendalam , observasi terlibat, dan pengumpulan dokumen (Afrizal, 2014:20) Untuk mendapatkan data yang obyektif , Peneliti mencari data dengan menggunakan berbagai sumber data di dalam penelitiannya yaitu dengan : Wawancara mendalam Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, yang dilakukan oleh pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan pewawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2007:186). Sedangkan wawancara menurut Pawito (2007:132) merupakan alat pengumpulan data yang sangat penting dalam penelitian komunikasi kualitatif yang melibatkan manusia sebagai subjek (pelaku, aktor) sehubungan dengan realitas atau gejala yang dipilih untuk diteliti. 66 Teknik wawawancara mendalam ini diperoleh langsung dari subyek penelitian yaitu dengan dokter pemberi pelayanan dan pasien yang menerima pelayanan melalui serangkaian tanya jawab terkait langsung dengan pokok permasalahan,. Alasan Peneliti memilih melakukan wawancara mendalam, karena bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang kompleks, yang sebagian besar berisi pendapat, sikap, dan pengalaman pribadi dari dokter pada waktu memberikan pelayanan kepada pasien tentang bagaimana dokter membangun, memeliharan dan mempertahankan hubungan komunikasinya dengan pasien, pada saat dokter berperan sebagai komunikator atau komunikan. E. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL Dalam memilih sampel penelitian kualitatif menurut Sarwono (2006:205) menggunakan teknik pengambilan sampel yang tidak didasarkan pada rumusan statistik, tetapi lebih pada pertimbangan subyektif Peneliti dengan didasarkan pada jangkauan dan kedalaman masalah yang diteliti. Sampel di dalam penelitian kualitatif dinamakan informan. Definisi Informan penelitian menurut Afrizal (2014:139) adalah orang yang memberikan informasi baik tentang dirinya ataupun orang lain atau suatu kejadian atau suatu hal kepada Peneliti. Dalam penelitian ini, informan yang dimaksud adalah informan pelaku yang memberikan keterangan tentang dirinya, perbuatannya, tentang pikirannya, tentang interpretasinya (maknanya), atau tentang pengetahuannya. Atau yang sering disebut sebagai subyek penelitian. Informan pelaku yang menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu : Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) di RS PKU Muhammadiyah Surakarta yang memenuhi persyaratan yang diperlukan oleh peneliti. Informan didapatkan dengan purposive sampling, dimana sebelum melakukan penelitian, Peneliti menggunakan desain non probabilitas dengan cara pengambilan maximum variation sampling , yaitu menetapkan kriteria tertentu yang mesti dipenuhi oleh informan yang akan dijadikan sumber informasi. Dengan pertimbangan untuk dapat menggambarkan tema sentral 67 dalam hal ini tentang manajemen relationship dokter dan pasien melalui informasi yang silang-menyilang dari berbagai tipe responden yang memiliki ciri-ciri yang berbeda (Slamet, 2001:32), dan lebih mendasarkan diri pada pertimbangan keluasan atau keragaman elemen-elemen masyarakat yang diteliti. Jumlah sampel akan dirasakan memadai, kalau sebanyak mungkin elemen kelompok sudah terwakili. (Pawito, 2007:91) Kriteria tertentu yang ditetapkan tersebut adalah : 1. Gender/ Jenis Kelamin : dokter di Klinik Kebidanan yang pasiennya ratarata perempuan dengan mengambil sampel dokter laki-laki dengan jumlah pasien terbanyak. 2. Emotional : dokter di Klinik yang berorientasi pada faktor emosional pasien yang memerlukan pengobatan berkelanjutan, seperti Klinik Penyakit Dalam (dewasa, orang tua dan kronis), Klinik Saraf (dewasa dan orang tua), Klinik Umum/Gawat Darurat, THT, Gigi dan Klinik Bedah (anak-anak sampai dewasa). Berdasarkan pertimbangan untuk dapat menggambarkan tema sentral dalam hal ini tentang manajemen relationship komunikasi dokter dan pasien melalui informasi yang silang-menyilang dari berbagai tipe responden yang memiliki ciri-ciri yang berbeda. Informan yang dimaksud adalah : 1. Dokter THT dengan pertimbangan dokter termuda di SMF THT tetapi jumlah pasiennya terbanyak dibandingkan dengan dokter spesialis THT 2. Dokter Gigi dengan pasien yang bervariasi dari anak-anak sampai lanjut usia, dan tindakan yang dilakukan sangat bervariasi mulai dari pencegahan, perawatan, dan pengobatan gigi. Untuk selanjutnya Peneliti akan sebut 3. Dokter Umum dengan pasien yang bervariasi dari segi usia dan penyakitnya. Di RS PKU Muhammadiyah Surakarta, dokter umum menjadi garda depan pelayanan umum dan atau gawat darurat, dokter yang pertamakali bertemu pasien, melakukan observasi untuk semua pasien yang 68 4. Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah pasien terbanyak yang sebagian besar pasiennya berjenis kelamin perempuan. Peneliti tertarik untuk melihat pola komunikasi yang dilakukan untuk dapat menarik pasien-pasiennya yang seharusnya untuk perawatan kulit atau kosmetik dilakukan oleh sesama perempuan, karena adanya kontak fisik ya 5. Dokter Spesialis Penyakit Dalam dengan jumlah pasien tertinggi dibandingkan dengan dokter dari SMF Penyakit Dalam lainnya, dan sebagian besar pasiennya merupakan pasien kronis yang tidak bisa disembuhkan. Untuk se 6. Dokter Spesialis Saraf dengan pertimbangan pasiennya merupakan pasien kronis dan mempunyai ketergantungan dengan dokternya, sehingga dalam hal ini ingin dilihat pola komunikasi yang dilakukan terhadap pasienpasiennya. 7. Dokter Bedah dengan pertimbangan pasiennya bukan pasien kronis, dan bukan dikategorikan dokter yang sering dikunjungi pasien. Inisial yang 8. Dokter Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan dengan pasien homogen (perempuan) yang mempunyai pasien terbanyak dibandingkan dengan dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan lainnya, bahkan terbanyak dibandingkan dokter spesialis yang praktek di RS PKU, berjenis kelamin laki-laki dengan masa kerja 13 tahun. Peneliti sebut dengan inisial Untuk mendukung kevalidan data, Peneliti membandingkan apa yang dikatakan dokter di atas dengan apa yang dikatakan pasien-pasien dokter tersebut. Dalam hal ini pasien yang dimaksud sebanyak 13 (tiga belas) informan sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 69 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Bapak Wah usia 46 tahun pasien do 12. 13. F. TEKNIK ANALISIS DATA Analisis data menurut Bognan & Biklen dikutip dari Moleong (2007:248) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain. Analisis data dalam penelitian komunikasi kualitatif pada dasarnya dikembangkan dengan maksud hendak memberikan makna (making sense of) terhadap data, menafsirkan (interpretating), atau mentransformasikan (transforming) data ke dalam bentuk-bentuk narasi yang kemudian mengarah pada temuan yang bernuansakan proposisi-proposisi ilmiah (thesis) yang akhirnya sampai pada kesimpulan-kesimpulan final. Data yang ada berasal dari hasil wawancara dengan narasumber dan pengumpulan data-data melalui dokumen dan sebagainya yang nantinya akan dianalisis (Pawito, 2007:101). Sedangkan menurut Afrizal (2014:176) analisis data dalam penelitian kualitatif adalah aktivitas yang dilakukan secara terus-menerus selama penelitian berlangsung , dilakukan mulai dari pengumpulan data sampai pada tahap penulisan laporan. Dalam hal ini, pengumpulan data dan penulisan laporan dilakukan bersamaan, dan selama proses penelitian secara terusmenerus peneliti menganalisis datanya. 70 Sebelum dilakukannya analisis data, tersedianya bahan mentah dalam bentuk catatan lapangan. Miles & Huberman dan Spradley (Afrizal, 2014:177) menekankan pentingnya catatan lapangan dan menulis ulang catatan lapangan sampai bentuk yang tersusun rapi dan mendetail sebagai bahan analisis, termasuk mentranskrip hasil rekaman wawancara. Analisis data hanya dapat dilakukan setelah tersedia data dalam bentuk tulisan yang rapi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan memadukan analisis data Miles dan Huberman dengan Spradley dan Yin (Afrizal, 2013:185-187), dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Langkah Pertama a. Menyediakan lengkap hasil wawancara mendalam termasuk waktu dilakukannya wawancara dalam bentuk transkrip data wawancara masing-masing dokter b. Membaca transkrip data wawancara pada saat proses analisis berlangsung, dan memberikan tanda atau kata-kata penting , argumenargumen atau kejadian yang relevan dengan tujuan peneliti atau hal-hal yang berkali-kali muncul dalam catatan lapangan, misalnya : yang sudah diungkapkan informan sebelumnya, muncul kembali di informan yang lain 2. Langkah Kedua a. Dalam penelitian ini, Peneliti menginterpretasikan hal-hal yang disampaikan dalam penggalan data hasil wawancara yang telah ditandai dengan bahasa yang dapat dipahami Peneliti. Interpretasi adalah kesimpulan peneliti atas tema-tema yang telah ditemukan. b. Membangun klasifikasi dari interpretasi yang telah dibuat berdasarkan perumusan masalah. Dalam Miles & Huberman, disebut sebagai langkah pengkategorisasian, sedangkan Spradley menyebutkan sebagai pencarian domain atau analisis domain. Sebagai contoh : untuk membangun hubungan, peneliti mengklasifikasi menjadi 5 (lima) yaitu saling mengenal satu sama lain, membangun trust 71 di awal hubungan, membangun kedekatan personal, pencitraan yang khas, menjaga kualitas dan kuantitas waktu yang digunakan. c. Mencari atau membangun sub klasifikasi yaitu dengan poin-poin penting di setiap klasifikasi yang telah disesuaikan dengan perumusan masalah. Hal ini disebut oleh Spradley sebagai analisis taksonomi atau pencarian detail. Contoh : dalam membangun trust di awal hubungan, perlu memperhatikan karakteristik usia dan jenis kelamin, strategi meyakinkan pasien, dan perlunya pendamping pasien. 3. Langkah ketiga Yaitu dengan menyajikan temuan, sesuai dengan perumusan masalah sehingga sajian temuan dituliskan sebagai berikut : a. Bagaimanakah pemahaman dokter tentang komunikasi dokter dan pasien b. Bagaimanakah manajemen relationship dokter dalam membangun, memelihara, dan mempertahankan hubungan komunikasi dengan pasien c. Bagaimanakah peran dokter sebagai komunikator dalam manajemen relationship dengan pasien d. Bagaimanakah peran dokter sebagai komunikan dalam manajemen relationship dengan pasien. 4. Langkah keempat Berdasarkan penyajian dalam langkah ketiga ditemukan analisis yang menarik untuk membangun asumsi yang digunakan antara lain : pemahaman dokter tentang komunikasi dokter dan pasien, komunikasi di awal membangun hubungan, pada saat memelihara maupun mempertahankan hubungan, dan peran dokter sebagai komunikator sekaligus sebagai komunikan yang menarik untuk diteliti. 5. Langkah kelima a. Menguji keabsahan asumsi-asumsi atau klasifikasi-klasifikasi yang telah dikonstruksi berdasarkan data yang telah terkumpul dengan melakukan lagi wawancara mendalam dengan informan yang berbeda. 72 Sebagai contoh : pemahaman dokter tentang komunikasi dokter dan pasien, salah satunya bahwa komunikasi merupakan tuntutan prosedur untuk keamanan pasien yang disampaikan oleh seorang informan, Peneliti minta penegasan kepada informan lain mengenai statemen yang disampaikan informan sebelumnya. b. Lakukan lagi langkah kedua dengan menambahkan atau mengurangi klasifikasi yang telah ditemukan sebelumnya c. Lakukan lagi langkah keempat dengan membangun asumsi Dalam langkah ini, peneliti melakukan langkah-langkah analisis data seperti di atas berulang-ulang sampai diyakini bahwa datanya sudah cukup untuk menjawab pertanyaan penelitiannya dan yakin bahwa data sudah valid. Aktivitas berikutnya yang dilakukan dalam analisis data adalah interpretasi data. Peneliti dalam hal ini harus menemukan dari data bahwa apa yang disampaikan adalah benar dari sudut interpretasi Peneliti dengan metode interpretasi phenomenologis, dimana Peneliti menafsirkan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengetahuan yang ada pada Peneliti, salah satunya pengetahuan yang bersumber dari bahan bacaan yang dipaparkan dalam landasan teori (BAB II). Setelahnya, Peneliti kemudian dapat menanyakan lebih lanjut kepada dokter dan pasien yang berperan sebagai informan dalam penelitian ini untuk mengecek ketepatan interpretasi yang telah dibuat. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk menyesuaikan struktur relevansi peneliti dengan struktur relevansi informan (Afrizal, 2014:194) Analisis data dalam penelitian ini tidak hanya dilakukan selama proses pengumpulan data, melainkan dilanjutkan dalam proses penulisan laporan penelitian. Langkah-langkah yang dapat dilakukan menurutAfrizal (2014:196197) sebagai berikut : 1. Mengecek ulang klasifikasi dan sub klasifikasi data yang telah dibangun selama melakukan penelitian. Peneliti menggunakan konsep etik, yaitu menggunakan konsep-konsep yang telah disajikan dalam bagian studi pustaka. 73 2. Bila perlu, merevisi hubungan klasifikasi maupun asumsi dengan asumsi yang lain atau menghubungkan sesuatu hal dengan hal yang lain yang telah dibuat dalam proses pengumpulan data 3. Menghubungkan temuan dengan temuan peneliti lain dan mungkin juga dengan tesis-tesis atau generalisasi yang telah dibuat oleh ahli (studi pustaka). GAMBAR 3.1 ANALISIS DATA MILES DAN HUBERMAN DENGAN SPRADLEY DAN YIN Siapkan, baca, beri tanda : hasil wawancara Menguji keabsahan asumsi atau klasifikasi yang telah dikonstruksi dengan melakukan lagi wawancara dengan informan yang berbeda Menemukan analisis yang menarik untuk membangun asumsi yang digunakan Interpretasi dan membangun klasifikasi dan sub klasifikasi dari interpretasi yang telah dibuat berdasarkan perumusan masalah (pengkategorisasian dan pencarian detail) Menyajikan temuan sesuai dengan perumusan masalah (Sumber : Afrizal, 2013:185-187) Untuk menguji keabsahan data yang didapat sehingga benar-benar sesuai dengan tujuan dan maksud penelitian, maka Peneliti menggunakan teknik triangulasi. Denzin dalam Slamet (2014:53-54) mengidentifikasi empat jenis triangulasi, yaitu : 1. Triangulasi data atau sumber, apabila peneliti mencari data dengan menggunakan sumber data di dalam penelitiannya. 74 2. Triangulasi peneliti, apabila beberapa peneliti menguji fenomena yang sama. 3. Triangulasi teori, apabila peneliti dengan sudut pandang berbeda menafsirkan seperangkat data yang sama. 4. Triangulasi metodologi, apabila peneliti menggunakan keanekaragaman metode penelitian untuk mempelajari suatu problem tunggal. Adapun triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi data atau sumber. Triangulasi data menurut Patton dikutip dari Pawito (2007:99) menunjuk pada upaya peneliti untuk mengakses sumbersumber yang lebih bervariasi guna memperoleh data berkenaan dengan persoalan yang sama. Peneliti bermaksud menguji data yang diperoleh dari satu dokter (untuk dibandingkan) dengan data dari dokter lain, sehingga peneliti dapat mengungkapkan gambaran yang lebih memadai (beragam perspektif) mengenai gejala yang diteliti. Dan masih menurut Patton yang dikutip dari Moleong (2007:330), dikatakan bahwa triangulasi dengan data atau sumber berarti membandingkan dan mengecek derajat balik kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal ini dapat Peneliti capai dengan jalan sebagai berikut: 1. Membandingkan apa yang dikatakan dokter yang satu dengan apa yang dikatakan dokter lainnya. 2. Bila diperlukan, membandingkan apa yang dikatakan dokter dengan apa yang dikatakan pasien dokter tersebut. 75 DAFTAR PUSTAKA Afrizal. 2014. Metode Penelitian Kualitatif : Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan Penelitian Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada Arianto, 2013. Komunikasi Kesehatan (Komunikasi Antara Dokter dan Pasien). Jurnal Ilmu Komunikasi Vol.3 No.02. Diakses pada tanggal 27 Agustus 2014 Pk. 23.31 Arumsari, Nugraheni, Yulius Slamet dan Eko Setyanto. 2013. Proses Komunikasi Dokter-Pasien dalam Pelaksanaan HIV Voluntary Counseling and Testing (VCT) di RSUD Tugurejo Semarang. Jurnal Kajian Komunikasi dan Media Massa Vol. 1 No.1 Tahun 2013 (Hal. 1-8). http//jurnal.pasca,uns.ac.id. Diakses tanggal 10 September 2014 Pk. 22.09 Asdawati, A. Indahwaty Sidin, Irwandy Kapalawi. 2014. Gambaran Kepuasan Pasien dalam Pelaksanaan Komunikasi Efektif Dokter di RSUD Makasar. Artikel. http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/10568. Diakses pada tanggal 10 September 2014 PK. 22.00 Assauri, Sofjan. 2003. Customer Service yang Baik Landasan Pencapaian Customer Satisfaction. Artikel. Jakarta : Usahawan No. 01 Tahun XXXII Januari. Diakses pada tanggal 16 Januari 2014 Pk. 21.14 Astuti, Endang K. 2009. Perjanjian terapeutik dalam upaya pelayanan medis di Rumah Sakit, Bandung: Citra Aditya Bakti Berger, Charles R, Michael E Roloff, David RR-Ewoldsen. 2014. Handbook Ilmu Komunikasi. Bandung :Nusa Media Berry, Dianne. 2007. Health Communication, Theory and Practise. New York : Open University Press Bovee, Courtland L, John V.Thill. 2013. Komunikasi Bisnis Jilid 1. Jakarta : Indeks Desjarlais-deKlerk, Kristen and Jean E Wallace. 2013. Instrumental and Socioemotional Communication in Doctor-patient interaction in Urban and Rural Clinics. Research Article. Canada : BMC Health Service Research 13:261. Diakses pada tanggal 10 September 2014 Pk. 22.24 Gordon, Thomas, W, Sterling Edwards. 1997. Making The patient Your Partner : Communication Skills for Doctors and Other Caregivers. London : Auburn House 76 Griffin, EM. 2012. A First Look At Communication Theory. New York : Mc Graw Hill Companies, Inc Hukum Kompasiana. Iskandarjet. 2009. Kronologi Kasus Prita Mulyasari. Diakses pada tanggal 15 November 2014 Pk. 21.06 WIB Hapsari, Yauminnisa. 2006. Analisis Persepsi Pasien tentang Poliklinik Umum Terhadap Keputusan Pemanfaatan Ulangnya di RS Panti Wilasa Citarum Semarang. Tesis. Semarang : Universitas Diponegoro Kincaid dan Schramm, W. 1978. Asas-asas Komunikasi Antar Manusia. (terjemahan, Agus Setiadi). Jakarta : LP3ES. Kliem, Harald, Diplpsych and Claudia M. Witt. 2011. The Good Doctor : Qualitative Study of German Homeopathic Physician. The Journal of Alternative and Complementary Medicine. Volume 17 Number 3 pp.265270. Diakses pada tanggal 19 September 2014 Pk. 22.54 Klinis.wordpress.com. 2007. Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Rumah Sakit. Artikel Psikologi Klinis Perkembangan dan Sosial. Diakses pada tanggal 11 Januari 2014 Pk. 00.21 Kompas.com. Widiyani, Rosmha. 2013. Kasus dr. Ayu, Cermin Buruknya Pola Komunikasi Dokter. Diakses pada tanggal 27 Agustus 2014 Pk. 23.28 Konsil Kedokteran Indonesia. 2006. Komunikasi Efektif Dokter-Pasien. Jakarta Kusbaryanto, dr. 2009. Komunikasi Dokter dan Pasien. Yogyakarta : MISC Liliweri, Alo. 2009. Komunikasi Kesehatan. Jogjakarta: Pustaka Pelajar. Littlejohn, Stephen.W. and Karen A. Foss. 2011. Theories of Human Communication. US America : Waveland Press, Inc Loxterkamp MD, David. 2013. What Do You Expect From a Doctor? Six Habits for Healthier Patient Encounters. Annals Journal Family Medicine Vol. 11 No.6 Hal. 575. Diakses pada tanggal 24 Januari 2015 Pk. 21.18 Miles, M.B. dan A.M. Huberman. 1994. Qualitative Data Analysis. California : SAGE Publications Inc Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Mulyana, Dedy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Nova, RF. 2010. Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap Pada Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. Skripsi. Surakarta : Universitas Sebelas Maret 77 Nurhayati. 2011. Faktor-faktor yang mempengaruhi Efektivitas Komunikasi di dalam Sekolah Lapang Padi. Tesis. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta : LKiS Pelangi Aksara Poerwandari, E. Kristi. 1998. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. Jakarta : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) UI Presiden Republik Indonesia. 1999. Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 tentang Perlindungan Konsumen. ________________________. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 tentang Rumah Sakit. rustam-okan.blogspot.com. Thamrin, MF. 2009. Pola Komunikasi Ideal Dokter Pasien. Diakses pada tanggal 27 Agustus 2014 Pk. 23.28 Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta : Graha Ilmu Seon Chang, Dong, Hyeyeon Lee, Hyejung Lee, Hi-Joon Park and Younbyoung The Journal of Alternative and Complementary Medicine.Volume 17 Number 8 pp. 763-767. Diakses pada tanggal 19 September 2014 Pk. 22.23 Slamet, Yulius. 2001. Seri Metodologi Penelitian : Teknik Pengambilan Sampel Untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Surakarta : PT. Pabelan _____________. 2014. Study Kasus : Sebuah Pendekatan Penelitian Kualitatif. Surakarta : Ikatan Sosiologi Indonesia Cabang Surakarta Soetjiningsih.2007. Modul Komunikasi Pasien-Dokter. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Thomas, Richard K, 2006. Health Communication. New York : Springer White, Sarah.J, Maria H Stubb, Kevin P Dew, Lindsay M.Macdonald, Antony C Dowell, and Rod Gardner. 2013. Understanding Communication Between Surgeon and Patient in Outpatient Consultations. ANZ Journal of Surgery (Royal Australasian College of Surgeons) 307-311. Diakses tanggal 19 September 2014 Pk. 23.13 Wood, Julia T. 2013. Komunikasi Interpersonal : Interaksi Keseharian. Jakarta : Salemba Humanika Yin, Robert.K. 2013. Studi Kasus : Desain & Grafindo Persada Metode. Jakarta :PT. Raja 78 Dikatakan oleh dr. Irsyal Rusad, Sp.PD (Kompas.com, 23 September 2013) bahwa sentuhan, memegang, meraba (palpasi), mengetuk(perkusi) yang dilakukan oleh seorang dokter tidak hanya membantu menegakkan diagnosa penyakit pasien, tetapi juga mempunyai pengaruh besar terhadap kesembuhan pasien. Sentuhan yang dilakukan dengan hati, akan menumbuhkan perubahan mood pasien. Pasien akan menjadi lebih tenang, damai, dan hubungan kepecayaan antara pasien dan dokter juga semakin baik.