62 BAB III METODE PENELITIAN A. TEMPAT PENELITIAN

advertisement
BAB III
METODE PENELITIAN
A. TEMPAT PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta
yang berkedudukan di Jalan Ronggowarsito 130 Surakarta. Dengan
pertimbangan sebagai berikut :
1. RS PKU Muhammadiyah Surakarta merupakan Rumah Sakit milik
Persyarikatan Muhammadiyah yang besar dengan SDM profesi medis yang
mencukupi sesuai dengan tipe B, dan jumlah pasien yang selalu meningkat
setiap tahunnya.
2. RS PKU Muhammadiyah Surakarta selama 3 (tiga) tahun berturut-turut
merupakan RS swasta lokal terbaik kedua dan ketiga menurut penilaian
masyarakat berdasarkan survey SBBI dan MarkPlus dari segi pelayanan dan
kepuasan pelanggan.
3. Dengan semakin besarnya Rumah sakit, dan tingkat kepercayaan yang
meningkat dari masyarakat, RS PKU Muhammadiyah Surakarta selalu
berusaha melakukan perbaikan untuk mempertahankannya sebagai RS
pilihan masyarakat Solo dan sekitarnya
B. WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan mulai dari awal penyusunan proposal penelitian
sampai dengan terselesainya laporan ini dalam bentuk tesis. Menurut Moleong
(2007:127-148) ada empat tahapan dalam pelaksanaan penelitian yaitu sebagai
berikut :
1. Tahap pra lapangan
Peneliti melakukan survey pendahuluan dengan melakukan penjajagan
lapangan terhadap latar penelitian, mencari data dan informasi yang
berhubungan dengan dokter dan pasien. Melakukan penelusuran literatur
buku dan referensi pendukung penelitian. Pada tahap ini, Peneliti melakukan
62
63
penyusunan rancangan penelitian yang meliputi garis besar metode
penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian. Tahap pra lapangan
dilakukan Peneliti selama Bulan Oktober 2014 - Maret 2015.
2. Tahap pekerjaan lapangan
Peneliti memasuki dan memahami latar penelitian dalam rangka
pengumpulan data. Tahap ini dilaksanakan selama Bulan Mei - September
2015.
3. Tahap analisis data
Peneliti dalam tahapan ini melakukan serangkaian proses analisis data
kualitatif sampai pada intepretasi data-data yang telah diperoleh
sebelumnya. Peneliti juga menempuh proses triangulasi data yang
diperbandingkan dengan teori kepustakaan. Tahap analisis dilakukan selama
Bulan September-November 2015
4. Tahap evaluasi dan pelaporan
Pada tahap ini Peneliti melakukan konsultasi dan pembimbingan dengan
dosen pembimbing yang telah ditentukan. Tahap ini dilakukan pada Bulan
November 2014
Desember 2015 atau sampai dengan terselesainya laporan
ini dalam bentuk tesis.
C. JENIS DAN METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor
(Moleong, 2007:3) mengemukakan bahwa metodologi kualitatif merupakan
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Sedangkan Miles
dan Huberman (1994:15) mendefinisikannya sebagai penelitian dimana
informasi atau data yang dikumpulkan tidak berwujud angka-angka,
dilaksanakan dalam bentuk deskripsi sehingga hanya memaparkan situasi atau
peristiwa.
Peneliti menggunakan penelitian kualitatif, karena
berguna untuk
pemahaman yang lebih mendalam tentang makna(arti subyektif dan penafsiran)
dan konteks tingkah laku serta proses yang terjadi pada faktor-faktor yang
64
berkaitan dengan perilaku dokter pada saat berkomunikasi dengan pasien, serta
berguna untuk mengungkapkan pemahaman dokter tentang komunikasi dokter
dan pasien, manajemen relationship dokter berkomunikasi dengan pasien
secara mendetail , peran dokter sebagai komunikator maupun komunikan, serta
menghasilkan informasi yang lebih kaya dibandingkan dengan menggunakan
metode kuantitatif (Afrizal, 2014:40)
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus . Studi
kasus adalah sebuah penelitian empiris yang menyelidiki sebuah fenomena di
dalam konteks kehidupan nyata, dapat meliputi bukti kuantitatif dan kualitatif.
Dan merupakan analisis yang intensif tentang satu satuan / unit (misalnya,
seseorang, kelompok, kejadian, proyek, program, kebijakan) yang menekankan
faktor-faktor perkembangan dalam hubungannya dengan konteks (Slamet,
2014:22).
Menurut Lincoln dan Guba (Deddy Mulyana, 2004:201) penggunaan
studi kasus sebagai suatu metode penelitian kualitatif memiliki beberapa
keuntungan yaitu:
1. Studi kasus dapat menyajikan pandangan dari subyek yang diteliti
2. Studi kasus menyajikan uraian yang menyeluruh mirip dengan apa yang
dialami dalam kehidupan sehari-hari
3. Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara
peneliti dan responden
4. Studi kasus dapat memberikan uraian yang mendalam yang diperlukan bagi
penilaian atau transferabilitas.
Pada dasarnya penelitian dengan metode studi kasus adalah menyatakan
teori dan penyataan penelitian yang harus dijawab, dan bertujuan untuk
mengetahui tentang sesuatu hal secara mendalam. Maka di dalam penelitian
ini, Peneliti menggunakan metode studi kasus untuk menggambarkan tentang
bagaimana pemahaman dokter tentang komunikasi dokter dan pasien,
manajemen relationship dokter dalam membangun, memelihara, dan
mempertahankan hubungan komunikasinya dengan pasien, pada saat berperan
sebagai komunikator maupun sebagai komunikan.
65
Peneliti menetapkan fokus penelitian dengan membentuk pertanyaanpertanyaan tentang situasi atau masalah yang harus diteliti dan menentukan
tujuan penelitian. Menurut Spradley (Slamet, 2014 : 35-36), seluruh
pengamatan berpartisipasi dalam suatu situasi sosial. Ada tiga unsur utama
dalam setiap situasi sosial :
1. Tempat fisik (lokasi) dimana situasi sosial dari suatu kepentingan terjadi.
Dalam hal ini peneliti mengambil tempat di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Surakarta yang merupakan tempat bertemunya dokter dan
pasien.
2. Jenis-jenis aktor (pelaku) yang ada dalam situasi sosial dalam penelitian ini
adalah dokter-dokter yang bekerja di RS PKU Muhammadiyah Surakarta.
3. Aktivitas yang terjadi di dalam situasi sosial ini, adalah dokter selaku
penanggung jawab pelayanan memeriksa atau mengobati pasien dan
memberikan edukasi atau penjelasan kepada pasien.
D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Metode penelitian kualitatif menggunakan teknik pengumpulan data
yang memungkinkan untuk mendapatkan kata-kata dan perbuatan manusia
sebanyak-banyaknya. Teknik yang biasanya dipakai untuk mengumpulkan data
adalah wawancara mendalam , observasi terlibat, dan pengumpulan dokumen
(Afrizal, 2014:20)
Untuk mendapatkan data yang obyektif , Peneliti mencari data dengan
menggunakan berbagai sumber data di dalam penelitiannya yaitu dengan :
Wawancara mendalam
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, yang dilakukan
oleh pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan pewawancara yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2007:186).
Sedangkan wawancara menurut Pawito (2007:132) merupakan alat
pengumpulan data yang sangat penting dalam penelitian komunikasi kualitatif
yang melibatkan manusia sebagai subjek (pelaku, aktor) sehubungan dengan
realitas atau gejala yang dipilih untuk diteliti.
66
Teknik wawawancara mendalam ini diperoleh langsung dari subyek
penelitian yaitu dengan dokter pemberi pelayanan dan pasien yang menerima
pelayanan melalui serangkaian tanya jawab terkait langsung dengan pokok
permasalahan,.
Alasan Peneliti memilih melakukan wawancara mendalam, karena
bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang kompleks, yang sebagian besar
berisi pendapat, sikap, dan pengalaman pribadi dari dokter pada waktu
memberikan pelayanan kepada pasien tentang bagaimana dokter membangun,
memeliharan dan mempertahankan hubungan komunikasinya dengan pasien,
pada saat dokter berperan sebagai komunikator atau komunikan.
E. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL
Dalam memilih sampel penelitian kualitatif menurut Sarwono
(2006:205) menggunakan teknik pengambilan sampel yang tidak didasarkan
pada rumusan statistik, tetapi lebih pada pertimbangan subyektif Peneliti
dengan didasarkan pada jangkauan dan kedalaman masalah yang diteliti.
Sampel di dalam penelitian kualitatif dinamakan informan. Definisi
Informan penelitian menurut Afrizal (2014:139) adalah orang yang
memberikan informasi baik tentang dirinya ataupun orang lain atau suatu
kejadian atau suatu hal kepada Peneliti. Dalam penelitian ini, informan yang
dimaksud adalah informan pelaku yang memberikan keterangan tentang
dirinya, perbuatannya, tentang pikirannya, tentang interpretasinya (maknanya),
atau tentang pengetahuannya. Atau yang sering disebut sebagai subyek
penelitian. Informan pelaku yang menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu :
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) di RS PKU Muhammadiyah
Surakarta yang memenuhi persyaratan yang diperlukan oleh peneliti.
Informan didapatkan dengan purposive sampling, dimana sebelum
melakukan penelitian, Peneliti menggunakan desain non probabilitas dengan
cara pengambilan maximum variation sampling , yaitu menetapkan kriteria
tertentu yang mesti dipenuhi oleh informan yang akan dijadikan sumber
informasi. Dengan pertimbangan untuk dapat menggambarkan tema sentral
67
dalam hal ini tentang manajemen relationship dokter dan pasien melalui
informasi yang silang-menyilang dari berbagai tipe responden yang memiliki
ciri-ciri yang berbeda (Slamet, 2001:32), dan lebih mendasarkan diri pada
pertimbangan keluasan atau keragaman elemen-elemen masyarakat yang
diteliti. Jumlah sampel akan dirasakan memadai, kalau sebanyak mungkin
elemen kelompok sudah terwakili. (Pawito, 2007:91)
Kriteria tertentu yang ditetapkan tersebut adalah :
1. Gender/ Jenis Kelamin : dokter di Klinik Kebidanan yang pasiennya ratarata perempuan dengan mengambil sampel dokter laki-laki dengan jumlah
pasien terbanyak.
2. Emotional : dokter di Klinik yang berorientasi pada faktor emosional pasien
yang memerlukan pengobatan berkelanjutan, seperti Klinik Penyakit Dalam
(dewasa, orang tua dan kronis), Klinik Saraf (dewasa dan orang tua), Klinik
Umum/Gawat Darurat, THT, Gigi dan Klinik Bedah (anak-anak sampai
dewasa).
Berdasarkan pertimbangan untuk dapat menggambarkan tema sentral
dalam hal ini tentang manajemen relationship komunikasi dokter dan pasien
melalui informasi yang silang-menyilang dari berbagai tipe responden yang
memiliki ciri-ciri yang berbeda. Informan yang dimaksud adalah :
1. Dokter THT dengan pertimbangan dokter termuda di SMF THT tetapi
jumlah pasiennya terbanyak dibandingkan dengan dokter spesialis THT
2. Dokter Gigi dengan pasien yang bervariasi dari anak-anak sampai lanjut
usia, dan tindakan yang dilakukan sangat bervariasi mulai dari pencegahan,
perawatan, dan pengobatan gigi. Untuk selanjutnya Peneliti akan sebut
3. Dokter Umum dengan pasien yang bervariasi dari segi usia dan
penyakitnya. Di RS PKU Muhammadiyah Surakarta, dokter umum menjadi
garda depan pelayanan umum dan atau gawat darurat, dokter yang
pertamakali bertemu pasien, melakukan observasi untuk semua pasien yang
68
4. Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin berjenis kelamin laki-laki dengan
jumlah pasien terbanyak yang sebagian besar pasiennya berjenis kelamin
perempuan. Peneliti tertarik untuk melihat pola komunikasi yang dilakukan
untuk dapat menarik pasien-pasiennya yang seharusnya untuk perawatan
kulit atau kosmetik dilakukan oleh sesama perempuan, karena adanya
kontak fisik ya
5. Dokter Spesialis Penyakit Dalam dengan jumlah pasien tertinggi
dibandingkan dengan dokter dari SMF Penyakit Dalam lainnya, dan
sebagian besar pasiennya merupakan pasien kronis yang tidak bisa
disembuhkan. Untuk se
6. Dokter Spesialis Saraf dengan pertimbangan pasiennya merupakan pasien
kronis dan mempunyai ketergantungan dengan dokternya, sehingga dalam
hal ini ingin dilihat pola komunikasi yang dilakukan terhadap pasienpasiennya.
7. Dokter Bedah dengan pertimbangan pasiennya bukan pasien kronis, dan
bukan dikategorikan dokter yang sering dikunjungi pasien. Inisial yang
8. Dokter Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan dengan pasien
homogen (perempuan) yang mempunyai pasien terbanyak dibandingkan
dengan dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan lainnya, bahkan
terbanyak dibandingkan dokter spesialis yang praktek di RS PKU, berjenis
kelamin laki-laki dengan masa kerja 13 tahun. Peneliti sebut dengan inisial
Untuk mendukung kevalidan data, Peneliti membandingkan apa yang
dikatakan dokter di atas dengan apa yang dikatakan pasien-pasien dokter
tersebut. Dalam hal ini pasien yang dimaksud sebanyak 13 (tiga belas)
informan sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
69
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11. Bapak Wah usia 46 tahun pasien do
12.
13.
F. TEKNIK ANALISIS DATA
Analisis data menurut Bognan & Biklen dikutip dari Moleong
(2007:248) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat
dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa
yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
diceriterakan kepada orang lain.
Analisis data dalam penelitian komunikasi kualitatif pada dasarnya
dikembangkan dengan maksud hendak memberikan makna (making sense of)
terhadap
data,
menafsirkan
(interpretating),
atau
mentransformasikan
(transforming) data ke dalam bentuk-bentuk narasi yang kemudian mengarah
pada temuan yang bernuansakan proposisi-proposisi ilmiah (thesis) yang
akhirnya sampai pada kesimpulan-kesimpulan final. Data yang ada berasal dari
hasil wawancara dengan narasumber dan pengumpulan data-data melalui
dokumen dan sebagainya yang nantinya akan dianalisis (Pawito, 2007:101).
Sedangkan menurut Afrizal (2014:176) analisis data dalam penelitian
kualitatif adalah aktivitas yang dilakukan secara terus-menerus selama
penelitian berlangsung , dilakukan mulai dari pengumpulan data sampai pada
tahap penulisan laporan. Dalam hal ini, pengumpulan data dan penulisan
laporan dilakukan bersamaan, dan selama proses penelitian secara terusmenerus peneliti menganalisis datanya.
70
Sebelum dilakukannya analisis data, tersedianya bahan mentah dalam
bentuk catatan lapangan. Miles & Huberman dan Spradley (Afrizal, 2014:177)
menekankan pentingnya catatan lapangan dan menulis ulang catatan lapangan
sampai bentuk yang tersusun rapi dan mendetail sebagai bahan analisis,
termasuk mentranskrip hasil rekaman wawancara. Analisis data hanya dapat
dilakukan setelah tersedia data dalam bentuk tulisan yang rapi.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
memadukan analisis data Miles dan Huberman dengan Spradley dan Yin
(Afrizal, 2013:185-187), dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Langkah Pertama
a. Menyediakan lengkap hasil wawancara mendalam termasuk waktu
dilakukannya wawancara dalam bentuk transkrip data wawancara
masing-masing dokter
b. Membaca transkrip data wawancara pada saat proses analisis
berlangsung, dan memberikan tanda atau kata-kata penting , argumenargumen atau kejadian yang relevan dengan tujuan peneliti atau hal-hal
yang berkali-kali muncul dalam catatan lapangan, misalnya : yang sudah
diungkapkan informan sebelumnya, muncul kembali di informan yang
lain
2. Langkah Kedua
a. Dalam penelitian ini, Peneliti menginterpretasikan hal-hal yang
disampaikan dalam penggalan data hasil wawancara yang telah ditandai
dengan bahasa yang dapat dipahami Peneliti. Interpretasi adalah
kesimpulan peneliti atas tema-tema yang telah ditemukan.
b. Membangun klasifikasi dari interpretasi yang telah dibuat berdasarkan
perumusan masalah. Dalam Miles & Huberman, disebut sebagai langkah
pengkategorisasian, sedangkan Spradley menyebutkan sebagai pencarian
domain atau analisis domain.
Sebagai contoh : untuk membangun hubungan, peneliti mengklasifikasi
menjadi 5 (lima) yaitu saling mengenal satu sama lain, membangun trust
71
di awal hubungan, membangun kedekatan personal, pencitraan yang
khas, menjaga kualitas dan kuantitas waktu yang digunakan.
c. Mencari atau membangun sub klasifikasi yaitu dengan poin-poin penting
di setiap klasifikasi yang telah disesuaikan dengan perumusan masalah.
Hal ini disebut oleh Spradley sebagai analisis taksonomi atau pencarian
detail.
Contoh
:
dalam
membangun
trust
di
awal
hubungan,
perlu
memperhatikan karakteristik usia dan jenis kelamin, strategi meyakinkan
pasien, dan perlunya pendamping pasien.
3. Langkah ketiga
Yaitu dengan menyajikan temuan, sesuai dengan perumusan masalah
sehingga sajian temuan dituliskan sebagai berikut :
a. Bagaimanakah pemahaman dokter tentang komunikasi dokter dan
pasien
b. Bagaimanakah manajemen relationship dokter dalam membangun,
memelihara, dan mempertahankan hubungan komunikasi dengan pasien
c. Bagaimanakah peran dokter sebagai komunikator dalam manajemen
relationship dengan pasien
d. Bagaimanakah peran dokter sebagai komunikan dalam manajemen
relationship dengan pasien.
4. Langkah keempat
Berdasarkan penyajian dalam langkah ketiga ditemukan analisis yang
menarik untuk membangun asumsi yang digunakan antara lain : pemahaman
dokter tentang komunikasi dokter dan pasien, komunikasi di awal
membangun hubungan, pada saat memelihara maupun mempertahankan
hubungan, dan peran dokter sebagai komunikator sekaligus sebagai
komunikan yang menarik untuk diteliti.
5. Langkah kelima
a. Menguji keabsahan asumsi-asumsi atau klasifikasi-klasifikasi yang telah
dikonstruksi berdasarkan data yang telah terkumpul dengan melakukan
lagi wawancara mendalam dengan informan yang berbeda.
72
Sebagai contoh : pemahaman dokter tentang komunikasi dokter dan
pasien, salah satunya bahwa komunikasi merupakan tuntutan prosedur
untuk keamanan pasien yang disampaikan oleh seorang informan,
Peneliti minta penegasan kepada informan lain mengenai statemen yang
disampaikan informan sebelumnya.
b. Lakukan lagi langkah kedua dengan menambahkan atau mengurangi
klasifikasi yang telah ditemukan sebelumnya
c. Lakukan lagi langkah keempat dengan membangun asumsi
Dalam langkah ini, peneliti melakukan langkah-langkah analisis data seperti
di atas berulang-ulang sampai diyakini bahwa datanya sudah cukup untuk
menjawab pertanyaan penelitiannya dan yakin bahwa data sudah valid.
Aktivitas berikutnya yang dilakukan dalam analisis data adalah
interpretasi data. Peneliti dalam hal ini harus menemukan dari data bahwa
apa yang disampaikan adalah benar dari sudut interpretasi Peneliti dengan
metode interpretasi phenomenologis, dimana Peneliti menafsirkan data atau
informasi yang diperoleh berdasarkan pengetahuan yang ada pada Peneliti,
salah satunya pengetahuan yang bersumber dari bahan bacaan yang dipaparkan
dalam landasan teori (BAB II). Setelahnya, Peneliti kemudian dapat
menanyakan lebih lanjut kepada dokter dan pasien yang berperan sebagai
informan dalam penelitian ini untuk mengecek ketepatan interpretasi yang
telah dibuat. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk menyesuaikan struktur
relevansi peneliti dengan struktur relevansi informan (Afrizal, 2014:194)
Analisis data dalam penelitian ini tidak hanya dilakukan selama proses
pengumpulan data, melainkan dilanjutkan dalam proses penulisan laporan
penelitian. Langkah-langkah yang dapat dilakukan menurutAfrizal (2014:196197) sebagai berikut :
1. Mengecek ulang klasifikasi dan sub klasifikasi data yang telah dibangun
selama melakukan penelitian. Peneliti menggunakan konsep etik, yaitu
menggunakan konsep-konsep yang telah disajikan dalam bagian studi
pustaka.
73
2. Bila perlu, merevisi hubungan klasifikasi maupun asumsi dengan asumsi
yang lain atau menghubungkan sesuatu hal dengan hal yang lain yang telah
dibuat dalam proses pengumpulan data
3. Menghubungkan temuan dengan temuan peneliti lain dan mungkin juga
dengan tesis-tesis atau generalisasi yang telah dibuat oleh ahli (studi
pustaka).
GAMBAR 3.1
ANALISIS DATA MILES DAN HUBERMAN DENGAN SPRADLEY DAN
YIN
Siapkan, baca, beri tanda :
hasil wawancara
Menguji keabsahan asumsi atau
klasifikasi yang telah dikonstruksi
dengan melakukan lagi wawancara
dengan informan yang berbeda
Menemukan analisis yang
menarik untuk membangun
asumsi yang digunakan
Interpretasi dan membangun klasifikasi
dan sub klasifikasi dari interpretasi yang
telah dibuat berdasarkan perumusan
masalah (pengkategorisasian dan
pencarian detail)
Menyajikan temuan sesuai
dengan perumusan masalah
(Sumber : Afrizal, 2013:185-187)
Untuk menguji keabsahan data yang didapat sehingga benar-benar
sesuai dengan tujuan dan maksud penelitian, maka Peneliti menggunakan
teknik triangulasi. Denzin dalam Slamet (2014:53-54) mengidentifikasi empat
jenis triangulasi, yaitu :
1. Triangulasi data atau sumber, apabila peneliti mencari data dengan
menggunakan sumber data di dalam penelitiannya.
74
2. Triangulasi peneliti, apabila beberapa peneliti menguji fenomena yang
sama.
3. Triangulasi teori, apabila peneliti dengan sudut pandang berbeda
menafsirkan seperangkat data yang sama.
4. Triangulasi metodologi, apabila peneliti menggunakan keanekaragaman
metode penelitian untuk mempelajari suatu problem tunggal.
Adapun triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
triangulasi data atau sumber. Triangulasi data menurut Patton dikutip dari
Pawito (2007:99) menunjuk pada upaya peneliti untuk mengakses sumbersumber yang lebih bervariasi guna memperoleh data berkenaan dengan
persoalan yang sama. Peneliti bermaksud menguji data yang diperoleh dari satu
dokter (untuk dibandingkan) dengan data dari dokter lain, sehingga peneliti
dapat mengungkapkan gambaran yang lebih memadai (beragam perspektif)
mengenai gejala yang diteliti.
Dan masih menurut Patton yang dikutip dari Moleong (2007:330),
dikatakan bahwa triangulasi dengan data atau sumber berarti membandingkan
dan mengecek derajat balik kepercayaan suatu informasi yang diperoleh
melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal ini dapat
Peneliti capai dengan jalan sebagai berikut:
1. Membandingkan apa yang dikatakan dokter yang satu dengan apa yang
dikatakan dokter lainnya.
2. Bila diperlukan, membandingkan apa yang dikatakan dokter dengan apa
yang dikatakan pasien dokter tersebut.
75
DAFTAR PUSTAKA
Afrizal. 2014. Metode Penelitian Kualitatif : Sebuah Upaya Mendukung
Penggunaan Penelitian Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Jakarta :
PT. RajaGrafindo Persada
Arianto, 2013. Komunikasi Kesehatan (Komunikasi Antara Dokter dan Pasien).
Jurnal Ilmu Komunikasi Vol.3 No.02. Diakses pada tanggal 27 Agustus
2014 Pk. 23.31
Arumsari, Nugraheni, Yulius Slamet dan Eko Setyanto. 2013. Proses Komunikasi
Dokter-Pasien dalam Pelaksanaan HIV Voluntary Counseling and Testing
(VCT) di RSUD Tugurejo Semarang. Jurnal Kajian Komunikasi dan
Media
Massa
Vol.
1
No.1
Tahun
2013
(Hal.
1-8).
http//jurnal.pasca,uns.ac.id. Diakses tanggal 10 September 2014 Pk. 22.09
Asdawati, A. Indahwaty Sidin, Irwandy Kapalawi. 2014. Gambaran Kepuasan
Pasien dalam Pelaksanaan Komunikasi Efektif Dokter di RSUD Makasar.
Artikel. http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/10568. Diakses
pada tanggal 10 September 2014 PK. 22.00
Assauri, Sofjan. 2003. Customer Service yang Baik Landasan Pencapaian
Customer Satisfaction. Artikel. Jakarta : Usahawan No. 01 Tahun XXXII
Januari. Diakses pada tanggal 16 Januari 2014 Pk. 21.14
Astuti, Endang K. 2009. Perjanjian terapeutik dalam upaya pelayanan medis di
Rumah Sakit, Bandung: Citra Aditya Bakti
Berger, Charles R, Michael E Roloff, David RR-Ewoldsen. 2014. Handbook
Ilmu Komunikasi. Bandung :Nusa Media
Berry, Dianne. 2007. Health Communication, Theory and Practise. New York :
Open University Press
Bovee, Courtland L, John V.Thill. 2013. Komunikasi Bisnis Jilid 1. Jakarta :
Indeks
Desjarlais-deKlerk, Kristen and Jean E Wallace. 2013. Instrumental and
Socioemotional Communication in Doctor-patient interaction in Urban and
Rural Clinics. Research Article. Canada : BMC Health Service Research
13:261. Diakses pada tanggal 10 September 2014 Pk. 22.24
Gordon, Thomas, W, Sterling Edwards. 1997. Making The patient Your Partner
: Communication Skills for Doctors and Other Caregivers. London :
Auburn House
76
Griffin, EM. 2012. A First Look At Communication Theory. New York : Mc
Graw Hill Companies, Inc
Hukum Kompasiana. Iskandarjet. 2009. Kronologi Kasus Prita Mulyasari.
Diakses pada tanggal 15 November 2014 Pk. 21.06 WIB
Hapsari, Yauminnisa. 2006. Analisis Persepsi Pasien tentang Poliklinik Umum
Terhadap Keputusan Pemanfaatan Ulangnya di RS Panti Wilasa Citarum
Semarang. Tesis. Semarang : Universitas Diponegoro
Kincaid dan Schramm, W. 1978. Asas-asas Komunikasi Antar Manusia.
(terjemahan, Agus Setiadi). Jakarta : LP3ES.
Kliem, Harald, Diplpsych and Claudia M. Witt. 2011. The Good Doctor :
Qualitative Study of German Homeopathic Physician. The Journal of
Alternative and Complementary Medicine. Volume 17 Number 3 pp.265270. Diakses pada tanggal 19 September 2014 Pk. 22.54
Klinis.wordpress.com. 2007. Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Rumah
Sakit. Artikel Psikologi Klinis Perkembangan dan Sosial. Diakses pada
tanggal 11 Januari 2014 Pk. 00.21
Kompas.com. Widiyani, Rosmha. 2013. Kasus dr. Ayu, Cermin Buruknya Pola
Komunikasi Dokter. Diakses pada tanggal 27 Agustus 2014 Pk. 23.28
Konsil Kedokteran Indonesia. 2006. Komunikasi Efektif Dokter-Pasien. Jakarta
Kusbaryanto, dr. 2009. Komunikasi Dokter dan Pasien. Yogyakarta : MISC
Liliweri, Alo. 2009. Komunikasi Kesehatan. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.
Littlejohn, Stephen.W. and Karen A. Foss. 2011. Theories of Human
Communication. US America : Waveland Press, Inc
Loxterkamp MD, David. 2013. What Do You Expect From a Doctor? Six Habits
for Healthier Patient Encounters. Annals Journal Family Medicine Vol. 11
No.6 Hal. 575. Diakses pada tanggal 24 Januari 2015 Pk. 21.18
Miles, M.B. dan A.M. Huberman. 1994. Qualitative Data Analysis. California :
SAGE Publications Inc
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya
Mulyana, Dedy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya
Nova, RF. 2010. Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pasien
Rawat Inap Pada Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. Skripsi.
Surakarta : Universitas Sebelas Maret
77
Nurhayati. 2011. Faktor-faktor yang mempengaruhi Efektivitas Komunikasi di
dalam Sekolah Lapang Padi. Tesis. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta : LKiS Pelangi
Aksara
Poerwandari, E. Kristi. 1998. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi.
Jakarta : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan
Psikologi (LPSP3) UI
Presiden Republik Indonesia. 1999. Undang-Undang Republik Indonesia No. 8
tentang Perlindungan Konsumen.
________________________. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia No.
44 tentang Rumah Sakit.
rustam-okan.blogspot.com. Thamrin, MF. 2009. Pola Komunikasi Ideal Dokter Pasien. Diakses pada tanggal 27 Agustus 2014 Pk. 23.28
Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.
Yogyakarta : Graha Ilmu
Seon Chang, Dong, Hyeyeon Lee, Hyejung Lee, Hi-Joon Park and Younbyoung
The Journal of Alternative and
Complementary Medicine.Volume 17 Number 8 pp. 763-767. Diakses pada
tanggal 19 September 2014 Pk. 22.23
Slamet, Yulius. 2001. Seri Metodologi Penelitian : Teknik Pengambilan Sampel
Untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Surakarta : PT. Pabelan
_____________. 2014. Study Kasus : Sebuah Pendekatan Penelitian Kualitatif.
Surakarta : Ikatan Sosiologi Indonesia Cabang Surakarta
Soetjiningsih.2007. Modul Komunikasi Pasien-Dokter. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Thomas, Richard K, 2006. Health Communication. New York : Springer
White, Sarah.J, Maria H Stubb, Kevin P Dew, Lindsay M.Macdonald, Antony C
Dowell, and Rod Gardner. 2013. Understanding Communication Between
Surgeon and Patient in Outpatient Consultations. ANZ Journal of Surgery
(Royal Australasian College of Surgeons) 307-311. Diakses tanggal 19
September 2014 Pk. 23.13
Wood, Julia T. 2013. Komunikasi Interpersonal : Interaksi Keseharian. Jakarta :
Salemba Humanika
Yin, Robert.K. 2013. Studi Kasus : Desain &
Grafindo Persada
Metode. Jakarta :PT. Raja
78
Dikatakan oleh dr. Irsyal Rusad, Sp.PD (Kompas.com, 23 September
2013) bahwa sentuhan, memegang, meraba (palpasi), mengetuk(perkusi) yang
dilakukan oleh seorang dokter tidak hanya membantu menegakkan diagnosa
penyakit pasien, tetapi juga mempunyai pengaruh besar terhadap kesembuhan
pasien. Sentuhan yang dilakukan dengan hati, akan menumbuhkan perubahan
mood pasien. Pasien akan menjadi lebih tenang, damai, dan hubungan kepecayaan
antara pasien dan dokter juga semakin baik.
Download