vita novian rondang - Jurnal Online UM

advertisement
KARAKTERISTIK KARANGAN PERSUASI SISWA KELAS X
SMA NEGERI 1 MAGETAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Vita Novian Rondang1
Sumadi2
Moch. Syahri3
Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang
E-mail: [email protected]
ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik
karangan persuasi siswa kelas X SMA Negeri 1 Magetan Tahun Pelajaran
2012/2013. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif
kualitatif. Berdasarkan hasil analisis ditemukan penggunaan (1) teknik persuasi
yang meliputi rasionalisasi, identifikasi, sugesti, konformitas, dan kompensasi;
(2) diksi yang mencakup kata umum, kata khusus, kata indra, kata ilmiah, idiom,
kata atau frasa asing, dan kata pergaulan; (3) gaya bahasa yang meliputi
klimaks, antitesis, repetisi, erotesis, hiperbola, metafora, personifikasi,
sinekdoke, simile; dan (4) pola pengembangan gagasan yang mencakup pola
alamiah, umum-khusus, khusus-umum, sebab-akibat, akibat-sebab, contoh,
definisi luas, dan klasifikasi.
Kata kunci: karangan persuasi, teknik persuasi, diksi, gaya bahasa, pola
pengembangan gagasan
ABSTRACT: This research aims to describe the characteristics of tenth
graders’ persuasive essays in SMA Negeri 1 Magetan year period 2012/2013.
The research uses descriptive qualitative method. Based on the analysis result, it
is found the use use of (1) persuasion techniques such as rationality,
identification, suggestion, conformity, and compensation; (2) diction such as
general and specific words, senses, scientific, idiom, odd words or phrases, and
slang; (3) language style such as climax, antithesis, repetition, eroticism,
hyperbole, metaphore, personification, sinekdoke, simile; (4) the development of
ideas such as natural, deductive, inductive, cause-effect, effect-cause,
exemplary, general definition, and classification.
Key words: persuasive essays, persuasion techniques, diction, language style, ideas
development
Menulis karangan persuasi merupakan salah satu bentuk keterampilan
menulis nonfiksi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bidang
studi bahasa Indonesia kelas X. Karangan persuasi berbeda dengan jenis karangan
lainnya seperti narasi, argumentasi, eksposisi, dan deskripsi. Karangan persuasi
dibuat dengan tujuan untuk meyakinkan seseorang agar melakukan sesuatu yang
dikehendaki penulis. Untuk meyakinkan seseorang, penulis harus menguasai
teknik persuasi agar tepat sasaran.
Persuasi bertujuan untuk mengubah pikiran orang lain untuk dapat
menerima dan melakukan sesuatu yang diinginkan pembujuk (Keraf, 2003:119).
1
Vita Novian Rondang adalah mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang.
Artikel ini diangkat dari skripsi Program Sarjana Pendidikan Universitas Negeri Malang, 2013.
2
Sumadi adalah dosen Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang.
3
Moch. Syahri adalah dosen Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang.
1
2
Kebutuhan orang terhadap persuasi ini pada umumnya untuk menarik massa atau
mempengaruhi keyakinan orang lain. Contoh sederhananya adalah pada tingkat
yang benar-benar pribadi, yaitu melakukan persuasi yang berhasil dengan lawan
jenis atau seorang teman untuk pergi ke bioskop.
Menurut Anthony (2005:25), keberhasilan komunikasi seseorang
bergantung pada kemampuannya untuk menyampaikan gagasan, khususnya
kemampuan dalam meyakinkan orang lain untuk bekerja sama dan memperoleh
hasil yang diinginkan. Apabila kemampuan persuasi seseorang kurang, maka dia
hanya akan menjadi konsumen dari pesan-pesan persuasi saja. Konsumen dari
pesan-pesan persuasi terkesan pasif dan hanya mengikuti kata orang lain tanpa
dirinya berontak dan berbalik mempengaruhi orang lain. Meskipun hanya menjadi
konsumen dari pesan-pesan persuasi, seseorang harus mampu membedakan pesan
persuasi dengan memperhatikan teknik persuasi yang digunakan.
Persuasi juga telah dikenal sejak seseorang itu masih duduk di bangku
sekolah. Persuasi diajarkan kepada siswa dalam bentuk menulis karangan.
Komunikasi persuasi dapat dilakukan dalam bentuk lisan dan tulisan. Ketika
berada di bangku sekolah adalah waktu yang tepat untuk mengenalkan kedua
teknik tersebut kepada siswa. Kemampuan komunikasi persuasi akan menjadi
salah satu hal penting dalam diri siswa untuk meraih keberhasilan.
Penelitian tentang karakteristik suatu karangan dapat dilihat dari berbagai
segi. Menurut Slamet (2009:99), suatu karangan dapat dilihat dari segi bahasa
yang digunakan, isi karangan, dan bentuk atau cara penyajiannya. Dari segi
bahasa, karangan diidentifikasikan berdasarkan penggunaan bahasa sulit,
sederhana, mudah, dan lancar; penggunaan paragraf yang tepat; dan penggunaan
diksi yang tepat. Dari segi isi, karangan diidentifikasikan berdasarkan jenis
karangan fiksi atau nonfiksi dan kesesuaian antara judul dan isi. Dari segi bentuk
atau cara penyajiannya, karangan diidentifikasikan berdasarkan karangan berupa
puisi atau prosa, jika prosa penyajiannya berbentuk narasi, eksposisi, argumentasi,
deskripsi, atau persuasi.
Karangan persuasi adalah karangan yang bertujuan untuk membujuk,
merayu, atau meyakinkan seseorang agar melakukan sesuatu yang diharapkan
penulis. Upaya yang dapat dilakukan penulis untuk mendukung usahanya tersebut
dengan memberikan bukti-bukti yang kuat sehingga pembaca merasa tertarik dan
bersedia melakukan apa yang diharapkan penulis. Selain itu, keberhasilan persuasi
dapat dicapai dengan menerapkan teknik yang benar. Keraf (2003:124),
mengemukakan ada tujuh teknik yang biasa digunakan dalam persuasi. Ketujuh
teknik tersebut adalah (1) rasionalisasi, (2) identifikasi, (3) sugesti, (4)
konformitas, (5), kompensasi (6) penggantian, dan (7) proyeksi.
Menurut Ahmadi, dkk. (1980:15), karangan persuasi sangat
memperhatikan penggunaan diksi yang berpengaruh kuat terhadap emosi atau
perasaan orang lain. Pemilihan kata dalam penggunaannya berupa gaya (style)
khusus yang dapat menghimbau atau membangkitkan perasaan secara langsung.
Kata-kata yang paling efektif untuk menghimbau perasaan atau pikiran bukanlah
kata-kata yang melukiskan atau menguraikan emosi-emosi tertentu, melainkan
yang menyebut atau menyarankan sasaran emosi tertentu.
Penelitian tentang keterampilan menulis siswa juga pernah dilakukan oleh
Mahfudzoh (2011) dengan judul Karakteristik Karangan Argumentasi Siswa
Kelas XI SMA Negeri 8 Malang Tahun Pelajaran 2011/2012. Penelitian tersebut
3
menghasilkan tiga temuan, (1) segi kesatuan isi argumen, secara keseluruhan
bagian pendahuluan, tubuh, dan kesimpulan karangan argumentasi siswa kelas XI
SMAN 8 Malang tahun pelajaran 2011/2012 berisi satu pokok masalah atau tema
di setiap karangannya, (2) teknik pengembangan argumen yang dilakukan siswa
secara keseluruhan menggunakan metode pengembangan definisi dan metode
pengembangan definisi dan genus, dan (3) gaya pengungkapan argumen yang
digunakan berdasarkan struktur kalimat atau pernyataan, tetapi ada juga
penggunaan majas dalam gaya pengungkapan argumennya.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada jenis
karangan yang ditulis siswa. Selain itu, penelitian ini difokuskan pada bentuk
penyajian karangan dan segi bahasa. Dari segi bentuk penyajian karangan,
penelitian ini difokuskan pada bentuk karangan persuasi, khususnya penggunaan
teknik persuasi. Dari segi bahasa, penelitian ini difokuskan pada penggunaan
diksi, gaya bahasa, dan pola pengembangan gagasan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan karakteristik karangan
persuasi siswa kelas X SMA Negeri 1 Magetan Tahun Pelajaran 2012/2013 dilihat
dari penggunaan (1) teknik persuasi, (2) diksi, (3) gaya bahasa, dan (4) pola
pengembangan gagasan.
METODE
Penelitian Karakteristik Karangan Persuasi Siswa Kelas X SMA Negeri 1
Magetan Tahun Pelajaran 2012/2013 ini merupakan jenis penelitian deskriptif
kualitatif. Data penelitian ini adalah karangan persuasi siswa kelas X SMA Negeri
1 Magetan tahun pelajaran 2012/2013. Sumber data penelitian ini adalah siswa
yang dipusatkan pada kelas X.4 dan X.6 dengan jumlah 65 orang. Instrumen
penelitian ini adalah peneliti sendiri yang secara langsung terlibat dalam kegiatan
perencana, pengumpulan data, penganalisisan data, dan pelaporan hasil penelitian.
Selain peneliti sebagai instrumen, peneliti menggunakan alat bantu berupa
deskriptor karakteristik karangan persuasi dan perintah berbentuk lembar kerja
siswa (LKS) yang berisi petunjuk menulis karangan persuasi.
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam prosedur
pengumpulan data, yaitu teknik penugasan berupa perintah dan petunjuk menulis
karangan persuasi. Pengumpulan data dalam penelitian ini dibantu guru mata
pelajaran Bahasa da Sastra Indonesia untuk memberikan tugas menulis karangan
persuasi kepada siswa. Pemberian tugas dilakukan sesuai jadwal mata pelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia dengan durasi waktu 2 jam pelajaran.
Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis dengan menggunakan
teknik analisis data penelitian kualitatif yang dikemukakan Miles dan Huberman.
Menurut Miles dan Huberman (1992:16), teknik analisis data terdiri atas tiga
kegiatan, yaitu kegiatan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap reduksi data meliputi identifikasi data,
klasifikasi data, dan kodifikasi data. Identifikasi data penelitian ini berupa
penggunaan teknik persuasi, diksi, gaya bahasa dan pola pengembangan gagasan
yang digunakan dalam karangan persuasi siswa. Selanjutnya, data yang diperoleh
dari identifikasi itu diklasifikasi. Pengklasifikasian data berpedoman pada
panduan analisis berupa deskriptor karangan persuasi. Hasil analisis karakteristik
karangan persuasi siswa selanjutnya dikodifikasi, yaitu diberi kode sesuai dengan
klasifikasinya. Dari hasil reduksi data diperoleh 45 dari 65 karangan persuasi
4
siswa yang sesuai dengan fokus penelitian. Penyajian data dalam penelitian ini
bertujuan untuk memperoleh kesimpulan-kesimpulan karakteristik karangan
persuasi, yaitu penggunaan teknik persuasi, diksi, gaya bahasa, dan pola
pengembangan gagasan yang digunakan dalam karangan persuasi siswa sebagai
temuan penelitian. Tahap terakhir dalam analisis data penelitian ini adalah
penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan pada penelitian ini adalah mengecek
kesesuaian dari hasil analisis data dengan karakteristik karangan persuasi yang
diteliti, yaitu penggunaan teknik persuasi, diksi, gaya bahasa, dan pola
pengembangan gagasan berdasarkan deskriptor yang telah dibuat.
HASIL
Ada empat hasil dalam penelitian ini, yaitu karakteristik karangan persuasi
siswa kelas X SMA Negeri 1 Magetan dilihat dari penggunaan (1) teknik persuasi,
(2) diksi, (3) gaya bahasa, dan (4) pola pengembangan gagasan. Adapun hasil
yang lebih lengkap dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Karakteristik karangan persuasi siswa dilihat dari penggunaan teknik
persuasi. Ditemukan lima teknik persuasi yang digunakan dalam karangan siswa,
yaitu (1) teknik rasionalisasi, (2) teknik identifikasi, (3) teknik sugesti, (4) teknik
konformitas, dan (5) teknik kompensasi. Dari kelima teknik tersebut, teknik
identifikasi adalah teknik yang paling banyak diguanakan oleh siswa dalam
menulis karangan persuasi. Dari 45 siswa, teknik identifikasi digunakan oleh 24
siswa. Selanjutnya, teknik kompensasi digunakan oleh 13 siswa, teknik sugesti
oleh 7 siswa, teknik rasionalisasi dan teknik konformitas masing-masing
digunakan oleh 1 siswa.
Karakteristik karangan persuasi siswa dilihat dari penggunaan diksi.
Ditemukan tujuh jenis diksi yang digunakan dalam karangan persuasi siswa, yaitu
(1) kata umum, (2) kata khusus, (3) kata indra, (4) kata ilmiah, (5) idiom, (6) kata
atau frasa asing, dan (7) kata pergaulan. Setiap karangan persuasi siswa ditemukan
lebih dari satu jenis diksi. Kata khusus adalah jenis diksi yang paling banyak
ditemukan dalam karangan persuasi siswa. Ada 390 kata khusus dari 201 kata
umum. Selanjutnya, ditemukan sebanyak 18 kata indra 123 kata ilmiah, 20 idiom,
52 kata dan frasa asing, dan 34 kata pergaulan dalam karangan persuasi siswa.
Karakteristik karangan persuasi siswa dilihat dari penggunaan gaya
bahasa. Ditemukan sembilan jenis gaya bahasa yang digunakan dalam karangan
siswa, yaitu (1) gaya bahasa klimaks, (2) gaya bahasa antitesis, (3) gaya bahasa
repetisi, (4) gaya bahasa erotesis, (5) hiperbola, (6) metafora, (7) sinekdoke, (8)
personifikasi, dan (9) simile. Gaya bahasa erotesis yang paling banyak ditemukan
dalam karangan persuasi siswa, yaitu sebanyak 58 kalimat. Selanjutnya,
ditemukan 3 kalimat yang menggunakan gaya bahasa klimaks, 4 kalimat
menggunakan gaya bahasa antitesis, 9 kalimat yang menggunakan gaya bahasa
repetisi, 5 kalimat yang menggunakan gaya bahasa metafora, 5 kalimat yang
menggunakan gaya bahasa sinekdoke, 8 kalimat yang menggunakan gaya bahasa
personifikasi, 1 kalimat yang menggunakan gaya bahasa simile.
Karakteristik karangan persuasi siswa dilihat dari penggunaan pola
pengembangan gagasan. Ditemukan sembilan pola pengembangan yang
digunakan siswa dalam menulis karangan persuasi, yaitu (1) pola pengembangan
alamiah, (2) pola pengembangan umum-khusus (3) pola pengembangan khususumum, (4) pola pengembangan pertentangan, (5) pola pengembangan sebab-
5
akibat, (6) pola pengembangan akibat-sebab, (7) pola pengembangan contoh, (8)
pola pengembangan definisi luas, dan (9) pola pengembangan klasifikasi. Pola
umum-khusus adalah pola yang paling banyak ditemukan dalam karangan
persuasi siswa, yaitu 170 paragraf. Selanjutnya, ditemukan 34 paragraf dengan
pola khusus-umum, 2 paragraf dengan pola alamiah, 5 paragraf dengan pola
pertentangan, 8 paragraf dengan pola sebab-akibat, 2 paragraf dengan pola akibatsebab, 7 paragraf dengan pola contoh, 8 paragraf dengan pola definisi luas, dan 2
paragraf dengan pola klasifikasi.
PEMBAHASAN
Karakteristik Karangan Persuasi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Magetan
Dilihat dari Penggunaan Teknik Persuasi
Karakteristik karangan persuasi siswa kelas X SMA Negeri 1 Magetan
dilihat dari penggunaan teknik persuasi ditemukan teknik rasionalisasi, teknik
identifikasi, teknik sugesti, teknik konformitas, dan teknik kompensasi. Siswa
menerapkan berbagai teknik persuasi sesuai dengan kebutuhannya untuk
membujuk hal yang diinginkannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Soemirat,
Satari, dan Suryana (2004:4) yang menyatakan bahwa teknik persuasi yang
diterapkan secara cermat dan benar merupakan modal utama dalam kegiatan
komunikasi. Terhadap temuan tersebut dikemukakan pembahasan berikut.
Teknik rasionalisasi merupakan teknik yang paling sedikit digunakan
siswa dalam menulis karangan persuasi. Rasionalisasi sebagai sebuah teknik
persuasi dapat dibatasi sebagai suatu proses penggunaan akal untuk memberikan
suatu dasar pembenaran kepada suatu persoalan, di mana dasar atau alasan itu
bukan merupakan sebab langsung dari masalah itu (Keraf, 2003:124). Teknik
rasionalisasi tidak banyak digunakan siswa karena teknik ini hanya menyajikan
bukan suatu kebenaran yang mutlak, sedangkan dalam sebuah persuasi siswa
harus memberikan fakta-fakta yang memperkuat hal yang dipersuasikan. Temuan
penelitian ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Keraf (2003:125) bahwa
kebenaran yang dibicarakan dalam persuasi dengan menggunakan teknik
rasionalisasi bukanlah suatu kebenaran mutlak, tetapi kebenaran yang hanya
berfungsi untuk meletakkan dasar-dasar atau melicinkan jalan agar keinginan,
sikap, kepercayaan, keputusan, atau tindakan yang telah ditentukan atau diambil
dapat dibenarkan. Selain itu, kemampuan siswa untuk berpikir secara rasional
masih terbatas.
Teknik identifikasi merupakan teknik yang paling banyak digunakan siswa
dalam menulis karangan persuasi. Sebagai pembujuk, sebagian besar siswa
mampu untuk menentukan sasaran dari karangan persuasi yang ditulisnya.
Menurut Keraf (2003:126), dengan mengetahui sasaran tulisan persuasi, penulis
akan lebih mudah mengidentifikasi dirinya dengan ciri, tingkat pengetahuan, dan
kemampuan hadirin atau mereka yang akan membaca tulisannya. Teknik
identifikasi dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan apabila tercipta dasar
umum yang sama antara penulis dan pembaca. Dasar umum dalam karangan
persuasi siswa ini berupa fakta atau bukti yang sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai oleh siswa dalam membujuk pembaca. Hal ini sesuai dengan pendapat
yang dikemukakan oleh Soemirat, Satari, dan Suryana (2004:3) yang menyatakan
bahwa sebagai seorang pembujuk harus mengetahui waktu yang tepat untuk
menggunakan alat bantu yang dapat mendukung pernyataan, seperti menggunakan
6
data statistik, menggunakan pernyataan ahli, menggunakan contoh, hasil
penelitian, anekdot, humor, dan lain-lain. Menurut Kartono (1979:171), proses
identifikasi memainkan peranan besar bagi lancar tidaknya komunikasi dengan
lingkungan sosial yang lebih luas.
Teknik sugesti merupakan teknik yang kurang digunakan siswa dalam
menulis karangan persuasi. Karangan siswa yang menggunakan teknik sugesti ini
ditandai dengan kalimat-kalimat bujukan yang berbentuk gaya bahasa. Jenis gaya
bahasa yang biasa digunakan dalam karangan persuasi siswa biasanya berbentuk
gaya bahasa kiasan, sepeti personifikasi dan hiperbola. Penggunaan gaya bahasa
dalam kalimat bujukan karangan persuasi siswa memberikan suatu dasar
kepercayaan yang kurang logis. Temuan dalam penelitian ini sesuai dengan
pendapat Keraf (2003:126) yang menyatakan bahwa rangkaian kata-kata yang
menarik dan meyakinkan, disertai nada suara yang penuh dan berwibawa dapat
memungkinkan seseorang mempengaruhi orang lain yang diajak bicara dengan
mudah. Begitu juga dengan pendapat yang dikemukakan oleh Soemirat, Satari,
dan Suryana (2004:7), jika seorang pembujuk menginginkan sasaran persuasi
tertarik pada objek persuasi, maka pembujuk harus mampu mengemas bahasa
yang digunakan.
Teknik konformitas merupakan teknik paling sedikit digunakan siswa
dalam menulis karangan persuasi selain teknik rasionalisasi. Teknik konformitas
hampir sama dengan teknik identifikasi. Perbedaannya, dalam teknik identifikasi
pembujuk hanya menyajikan beberapa hal yang menyangkut dirinya dengan
sasaran persuasi, sedangkan teknik konformitas pembicara memperlihatkan bahwa
dirinya mampu berbuat dan bertindak seperti sasaran persuasi (Keraf, 2003:129).
Perbedaan inilah yang menyebabkan siswa kurang menggunakan teknik
konformitas, karena sebagian besar karangan siswa hanya menyajikan fakta atau
bukti yang menyangkut dengan objek persuasi dan tidak memperlihatkan bahwa
pembujuk, yaitu siswa mampu berbuat dan bertindak seperti sasaran persuasi.
Teknik kompensasi merupakan teknik yang cukup banyak digunakan
siswa dalam menulis karangan persuasi. Teknik kompensasi yang digunakan
dalam persuasi itu merupakan usaha untuk mencari suatu pengganti bagi sesuatu
hal yang tidak dapat diterima atau suatu sikap atau keadaan yang tidak dapat
dipertahankan (Keraf, 2003:129). Teknik kompensasi banyak digunakan siswa
karena karangan persuasi siswa dengan tema yang dipilih akan tepat sasaran
apabila menggunakan teknik ini. Tema tersebut adalah “ajakan untuk
menggunakan tas plastik” yang sebagian besar siswa membujuk pembaca untuk
mengganti tas plastik dengan tas lainnya yang berbahan dasar bukan dari plastik.
Penanda teknik kompensasi dalam karangan persuasi siswa ini munculnya kata
menggantikan, diganti, bergantilah, pengalihan, cara lain, alternatif lain, dan
gantilah.
Karakteristik Karangan Persuasi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Magetan
Dilihat dari Penggunaan Diksi
Karakteristik karangan persuasi siswa kelas X SMA Negeri 1 Magetan
dilihat dari penggunaan aspek diksi ditemukan kata umum dan kata khusus, kata
indra, kata ilmiah, idiom, kata dan frasa asing, serta kata pergaulan. Menurut
Keraf (2004:21), semakin banyak kata yang dikuasai seseorang, semakin banyak
pula ide atau gagasan yang dikuasainya dan yang sanggup diungkapkannya,
7
mereka yang menguasai banyak gagasan atau luas kosakatanya, dapat dengan
mudah dan lancar mengadakan komunikasi dengan orang lain. Namun, pendapat
ini bertolak belakang dengan pendapat Hogan (1996:75) yang menyatakan bahwa
kata-kata hanya satu bagian kecil proses komunikasi. Meskipun demikan,
beberapa kata mempunyai dampak yang kuat untuk memperlancar usaha persuasi,
yaitu kata-kata yang menggugah perasaan.Terhadap temuan tersebut dikemukakan
pembahasan berikut.
Kata umum dan kata khusus merupakan diksi yang paling banyak
ditemukan dalam karangan persuasi siswa. Hampir seluruh siswa menggunakan
kata umum dan kata khusus dalam menulis karangan persuasi. Kata umum
mencakup kata khusus yang keduanya ditemukan dalam karangan persuasi siswa.
Kata khusus lebih banyak digunakan siswa karena kata khusus lebih tepat
menggambarkan sesuatu daripada kata umum. Temuan tersebut sesuai dengan
pendapat Keraf (2004:89) yang menyatakan bahwa untuk mencapai ketepatan
pengertian dan kesesuaian yang lebih cepat antara pembaca dan penulis maka
lebih baik memilih kata khusus daripada kata umum. Hal ini dikarenakan kata
yang khusus memperlihatkan pertalian yang khusus atau kepada objek yang
khusus. Selain itu, Putrayasa (2010:10) menambahkan bahwa kata umum
memberikan gambaran yang kurang jelas, sedangkan kata khusus memberikan
gambaran yang jelas dan tepat.
Kata indra merupakan diksi yang paling sedikit ditemukan dalam karangan
persuasi siswa. Kata indra tidak banyak digunakan siswa karena kata-kata tersebut
bersifat khusus yang hanya mengungkapkan pengalaman atau penghayatan
melalui masing-masing indra, sehingga apabila tidak tepat penggunaannya akan
merusak makna kata itu sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Keraf (2004:95)
yang menyatakan bahwa kata-kata indra melukiskan suatu sifat yang khas dari
pencerapan pancaindra, maka pemakaiannya pun harus tepat. Untuk
mempergunakan kata-kata itu dengan tepat, perlu pengetahuan yang mantap
mengenai makna yang tepat.
Kata ilmiah merupakan diksi yang cukup banyak ditemukan dalam
karangan persuasi siswa. Kata-kata ilmiah yang ditemukan dalam karangan
persuasi siswa tidak semuanya dapat dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat.
Selain itu, kata-kata ilmiah tersebut banyak yang berasal dari bahasa asing
ataupun kata asing yang telah melalui proses adaptasi. Temuan tersebut sesuai
dengan pendapat Keraf (2004:106) yang menyatakan bahwa kata-kata ilmiah
merupakan kata yang khusus dipergunakan oleh kaum terpelajar atau suatu
kelompok khusus yang diikat oleh suatu bidang ilmu tertentu dan kata ilmiah
berasal dari bahasa asing. Begitu juga menurut pendapat Putrayasa (2010:15) yang
menyatakan bahwa kata ilmiah adalah kelompok kata yang lain hanya dikenal dan
dipergunakan secara terbatas dalam kesempatan-kesempatan tertentu. Kata-kata
ini adalah kata-kata yang dipergunakan oleh para ilmuwan atau kelompok profesi
tertentu dalam makalah atau perbincangan khusus.
Idiom merupakan diksi yang kurang begitu banyak ditemukan dalam
karangan persuasi siswa. Untuk mengetahui makna sebuah idiom, setiap orang
harus mempelajarinya sebagai seorang penutur asli, tidak mungkin hanya melalui
makna dari kata-kata yang membentuknya (Keraf, 2004:109). Inilah alasan
sedikitnya siswa yang menggunakan idiom dalam menulis karangan persuasi.
Meskipun dengan menggunakan idiom suatu kata akan lebih indah, tidak menutup
8
kemungkinan terjadi pemaknaan yang salah terhadap idiom tersebut oleh
pembaca. Keraf (2004:110) berpendapat bahwa idiom itu bersifat tradisional dan
bukan bersifat logis, maka bentuk-bentuk itu hanya bisa dipelajari dari
pengalaman-pengalaman, bukan melalui peraturan-peraturan umum bahasa.
Kata dan frasa asing merupakan diksi yang cukup banyak ditemukan
dalam karangan persuasi siswa. Temuan ini berbeda dengan pendapat Putrayasa
(2010:14) yang menyatakan bahwa penggunaan kata-kata atau istilah asing
sedapat mungkin dihindari dalam membuat kalimat. Hal ini dimaksudkan agar
informasi yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh lawan bicara.
Namun, Keraf (2004:58) menyatakan bahwa kata-kata atau frasa asing dapat saja
muncul dalam teks bahasa Indonesia dan seolah-olah kata asing itu berada dalam
lingkungan yang asing itu. Kata dan frasa asing yang ditemukan dalam karangan
persuasi siswa sebagian besar menggunakan bahasa Inggris. Kata dan frasa asing
menggunakan bahasa Inggris cukup banyaknya ditemukan dalam karangan
persuasi siswa, hal ini menunjukkan bahwa lamanya siswa telah mengenal bahasa
Inggris yang memang diajarkan dalam pembelajaran sejak di sekolah dasar. Selain
itu, kata dan frasa asing dirasa lebih mantap digunakan siswa dalam menulis
karangan persuasi. Seperti pendapat yang dikemukakan oleh Keraf (2004:61)
yang menyatakan bahwa perkenalan dengan bahasa Inggris menyebabkan banyak
kata diterima begitu saja. Meskipun sudah diusahakan terjemahannya dalam
bahasa Indonesia, kata-kata itu dianggap lebih mantap dalam pemakaian seharihari.
Kata pergaulan merupakan diksi yang kurang begitu banyak ditemukan
dalam karangan persuasi siswa. Kata pergaulan yang ditemukan dalam karangan
persuasi siswa umumnya berupa contoh kata yang hanya digunakan sebagai bukti
untuk memperkuat karangan persuasi siswa sesuai dengan tema yang dipilih yaitu
tentang penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Temuan ini sesuai
dengan pendapat Keraf (2004:108), ada banyak kosntruksi kata pergaulan yang
dipergunakan oleh kaum terpelajar dalam pergaulan sehari-hari, tetapi tidak
pernah dipakai dalam tulisan, bahkan dalam suatu tulisan yang bersifat informal
sekali pun. Putrayasa (2010:16) juga berpendapat bahwa dalam tulisan formal
untuk khalayak yang lebih luas, lebih baik dihindari kata-kata pergaulan.
Karakteristik Karangan Persuasi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Magetan
Dilihat dari Penggunaan Gaya Bahasa
Karakteristik karangan persuasi siswa kelas X SMA Negeri 1 Magetan
dilihat dari penggunaan gaya bahasa ditemukan gaya bahasa klimaks, gaya bahasa
antitesis, gaya bahasa repetisi, gaya bahasa retoris, dan gaya bahasa kiasan.
Menurut Ahmadi (1990:171), gaya bahasa merupakan bagian kegiatan yang
disadari sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan dan juga sebagai suatu
perwujudan dari keterampilan menggunakan bahasa secara khusus atau istimewa.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan gaya bahasa
dalam karangan persuasi merupakan alat untuk mencapai tujuan persuasi, yaitu
membujuk orang lain untuk melakukan hal yang ditulis oleh pembujuk. Terhadap
temuan tersebut dikemukakan pembahasan berikut.
Gaya bahasa klimaks merupakan gaya bahasa yang paling sedikit
ditemukan dalam karangan persuasi siswa. Kalimat tersebut mengandung urutan
dari tingkatan yang paling rendah hingga tingkatan yang paling tinggi.
9
Gaya bahasa antitesis merupakan gaya bahasa kurang digunakan siswa
dalam menulis karangan persuasi. Kalimat tersebut mengandung gagasan-gagasan
yang bertentangan dengan mempergunakan kata-kata atau kelompok kata yang
berlawanan.
Gaya bahasa repetisi merupakan gaya bahasa yang cukup banyak
ditemukan dalam karangan persuasi siswa. Penggunaan gaya bahasa repetisi
dalam karangan persuasi siswa mampu memberikan tekanan dalam membujuk
orang lain. Temuan ini sesuai dengan pendapat Keraf (2004:101), repetisi yang
tepat akan menekan kata yang ingin dipentingkan, tetapi repetisi yang tidak pada
tempatnya akan mengganggu kelangsungan makna.
Gaya bahasa retoris merupakan gaya bahasa yang paling banyak
ditemukan dalam karangan persuasi siswa. Gaya bahasa retoris dibagi lagi
menjadi beberapa macam, tetapi hanya gaya bahasa erotesis dan gaya bahasa
hiperbola yang ditemukan dalam karangan persuasi siswa. Dari kedua gaya bahasa
tersebut, gaya bahasa erotesis paling banyak ditemukan dalam karangan persuasi
siswa. Banyaknya siswa yang menggunakan gaya bahasa erotesis dalam karangan
persuasi menimbulkan efek yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar
untuk mempengaruhi sasaran persuasi dalam bentuk pertanyaan, tetapi sama
sekali tidak menghendaki adanya suatu jawaban. Temuan ini sesuai dengan
pendapat Keraf (2004:134), gaya bahasa erotesis merupakan salah satu alat yang
efektif oleh para orator. Orator dalam usaha persuasi ini biasa disebut pembujuk.
Gaya bahasa kiasan merupakan gaya bahasa yang banyak ditemukan
dalam karangan persuasi siswa. Seperti gaya bahasa retoris, gaya bahasa kiasan
juga dibagi lagi menjadi beberapa macam. Namun, hanya ada 4 macam gaya
bahasa kiasan yang ditemukan, yaitu metafora, sinekdoke, personifikasi, dan
simile. Gaya bahasa personifikasi banyak digunakan siswa dalam menulis
karangan persuasi karena gaya bahasa ini sudah lama diperkenalkan siswa,
sehingga penggunaan gaya bahasa kiasan sudah tidak asing lagi.
Karakteristik Karangan Persuasi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Magetan
Dilihat dari Penggunaan Pola Pengembangan Gagasan
Karakteristik karangan persuasi siswa kelas X SMA Negeri 1 Magetan
dilihat dari penggunaan pola pengembangan gagasan ditemukan pola
pengembangan alamiah, pola pengembangan umum-khusus dan khusus-umum,
pola pengembangan pertentangan, pola pengembangan sebab-akibat dan akibatsebab, pola pengembangan contoh, pola pengembangan definisi luas, dan pola
pengembangan klasifikasi. Kurang bervariasinya penggunaan pola pengembangan
gagasan siswa karena siswa kurang kaya dalam mengenal jenis pola
pengembangan gagasan tersebut. Hal ini bisa terjadi karena guru yang belum
memberikan pengetahuan tentang pola pengembangan gagasan kepada siswa,
sehingga siswa cenderung menggunakan pola pengembangan yang sudah biasa
dikenal dan digunakan sejak mengenal tentang pola pengembangan gagasan.
Terhadap temuan tersebut dikemukakan pembahasan berikut.
Pola pengembangan alamiah merupakan pola pengembangan gagasan
yang kurang digunakan siswa dalam menulis karangan persuasi. Pola
pengembangan alamiah lebih tepat digunakan dalam karangan narasi. Alasan
inilah yang menyebabkan sedikitnya penggunaan pola pengembangan alamiah
untuk mengembangkan dan menyusun gagasan siswa dalam karangan persuasi
10
yang ditulisnya. Temuan ini sesuai dengan pendapat Suyitno (2010:142) yang
menyatakan bahwa pola pengembangan gagasan secara alamiah didasarkan pada
urutan ruang dan waktu.
Pola pengembangan umum-khusus dan khusus-umum merupakan pola
pengembangan gagasan yang paling banyak digunakan siswa dalam menulis
karangan persuasi. Pola umum-khusus merupakan pola yang umum digunakan
siswa untuk mengembangkan dan menyusun gagasannya dalam karangan apa pun,
tidak hanya karangan persuasi saja. Alasan lain adalah agar pembaca secara cepat
dapat menemukan topik gagasan yang disampaikan siswa dalam karangan
persuasi yang ditulisnya. Temuan ini sesuai dengan pendapat Suyitno (2010:142)
yang mengemukakan bahwa penonjolan kalimat topik itu sangat perlu karena
kalimat topik berisi inti paragraf, salah satu caranya ialah dengan menempatkan
kalimat topik itu pada awal paragraf atau kalimat topik dijadikan kalimat pertama
paragraf. Faktor lain adalah pembelajaran di kelas yang cenderung bertumpu pada
penalaran deduktif (Brown, 2008:112), sehingga siswa terbiasa menggunakan
pola pengembangan umum-khusus atau yang dikenal dengan pola deduktif.
Pola pengembangan pertentangan merupakan pola pengembangan gagasan
yang cukup banyak digunakan siswa dalam menulis karangan persuasi. Gagasan
dalam paragraf dikembangkan dengan cara mempertentangkan fakta atau bukti
untuk memperkuat karangan persuasi siswa.
Pola pengembangan sebab-akibat dan akibat-sebab merupakan pola
pengembangan gagasan yang cukup banyak digunakan siswa dalam menulis
karangan persuasi. Gagasan utama tiap paragraf dalam karangan persuasi siswa
yang menggunakan pola pengembangan sebab-akibat berfungsi sebagai sebab dan
gagasan penjelasnya berfungsi sebagai akibat. Sebaliknya, gagasan utama tiap
paragraf dalam karangan persuasi siswa yang menggunakan pola pengembangan
akibat-sebab berfungsi sebagai akibat dan gagasan penjelasnya berfungsi sebagai
sebab.
Pola pengembangan contoh merupakan pola pengembangan gagasan yang
cukup banyak digunakan siswa dalam menulis karangan persuasi. Pola
pengembangan contoh ini digunakan siswa untuk memberikan kebenaran dalam
persuasi yang berbentuk contoh, sehingga fakta tersebut terkesan lebih kuat dan
mampu menarik sasaran persuasi.
Pola pengembangan definisi luas merupakan pola pengembangan gagasan
yang cukup banyak digunakan siswa dalam menulis karangan persuasi. Pola
pengembangan definisi luas ini digunakan siswa pada paragraf awal karangan
persuasi. Paragraf yang berpola pengembangan definisi luas berfungsi
menguraikan atau memberikan penjelasan terhadap sesuatu yang menjadi gagasan
utama sebuah paragraf.
Pola pengembangan klasifikasi merupakan pola pengembangan gagasan
yang kurang digunakan siswa dalam menulis karangan persuasi. Sedikitnya siswa
yang menggunakan pola pengembangan gagasan ini disebabkan karena siswa
kurang mengetahui dan kurang terbiasa menggunakannya dalam penulisan
karangan.
11
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang dilakukan, dapat
diperoleh empat simpulan penelitian, yaitu sebagai berikut. Pertama, karakteristik
karangan persuasi siswa kelas X SMA Negeri 1 Magetan dilihat dari penggunaan
teknik persuasi terdiri atas teknik rasionalisasi, teknik identifikasi, teknik sugesti,
teknik konformitas, dan teknik kompensasi. Teknik persuasi yang banyak
digunakan siswa dalam menulis karangan persuasi adalah teknik identifikasi.
Kedua, karakteristik karangan persuasi siswa kelas X SMA Negeri 1
Magetan dilihat dari penggunaan diksi terdiri atas kata umum dan kata khusus,
kata indra, kata ilmiah, idiom, kata dan frasa asing, serta kata pergaulan. Diksi
yang paling banyak digunakan siswa dalam menulis karangan persuasi adalah kata
umum yang mencakup sejumlah kata khusus.
Ketiga, karakteristik karangan persuasi siswa kelas X SMA Negeri 1
Magetan dilihat dari penggunaan gaya bahasa terdiri atas gaya bahasa klimaks,
gaya bahasa antitesis, gaya bahasa repetisi, gaya bahasa erotesis, hiperbola,
metafora, sinekdoke, personifikasi, dan simile. Gaya bahasa yang paling banyak
digunakan siswa dalam menulis karangan persuasi adalah gaya bahasa erotesis.
Keempat, karakteristik karangan persuasi siswa kelas X SMA Negeri 1
Magetan dilihat dari penggunaan pola pengembangan gagasan terdiri atas pola
pengembangan alamiah, pola pengembangan umum-khusus dan khusus-umum,
pola pengembangan pertentangan, pola pengembangan sebab-akibat dan akibatsebab, pola pengembangan contoh, pola pengembangan definisi luas, dan pola
pengembangan klasifikasi. Pola pengembengan yang paling banyak digunakan
siswa dalam menulis karangan persuasi adalah pola umum khusus.
Saran
Berkaitan dengan simpulan tersebut diajukan tiga saran. Pertama, bagi
tenaga pengajara bahasa Indonesia, disarankan untuk memberikan penjelasan
tentang teknik persuasi dan pola pengembangan kepada siswa secara mendalam.
Kedua, bagi siswa, disarankan untuk sering belajar mempelajari lebih dalam
mengenai pola pengembangan gagasan dan memperbanyak latihan menulis
karangan persuasi dengan menggunakan berbagai teknik persuasi secara tepat
sesuai tujuan, objek, dan sasaran persuasi. Ketiga, bagi peneliti selanjutnya,
disarankan untuk melakukan penelitian pada aspek lain yang terkait dengan
karangan persuasi.
DAFTAR RUJUKAN
Ahmadi, M. 1990. Dasar-dasar Komposisi Bahasa Indonesia. Malang: Yayasan
Asih Asah Asuh.
Ahmadi, M., Soedjijono, Suparno, dan Sunoto. 1980. Komposisi Bahasa
Indonesia. Malang: Departemen Bahasa dan Sastra Indonesia FKSS IKIP
Malang.
Anthony, R. 2005. Teknik Persuasi yang Efektif. Terjemahan Rita Wiryadi. 2005.
Batam Centre: Interaksara.
Brown, D. 2008. Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa. Terjemahan
Noor Cholis dan Yusi Avianto Pareanom. Jakarta: Kedutaan Besar
Amerika Serikat.
12
Hogan, K. 1996. Psikologi Persuasi. Terjemahan Anton Adiwiyoto. 1997. Jakarta:
Professional Books.
Kartono, K. 1979. Psikhologi Anak. Bandung: Alumni.
Keraf, G. 2003. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia.
Keraf, G. 2004. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.
Mahfudzoh, U. 2011. Karakteristik Karangan Argumentasi Siswa Kelas XI SMA
Negeri 8 Malang Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi tidak diterbitkan.
Malang: Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang.
Miles, M.B. dan Huberman, A.M. 1992. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan
Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI-Press.
Putrayasa, I.B. 2010. Kalimat Efektif (Diksi, Struktur, dan Logika). Bandung:
Refika Aditama.
Slamet, St. Y., 2009. Dasar-dasar Keterampilan Berbahasa Indonesia. Surakarta:
LPP UNS dan UNS Press.
Soemirat, S., Satari, H., Suryana, A. 2004. Komunikasi Persuasif. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Suyitno, I. 2010. Dasar-dasar Menulis Bahasa Indonesia. Malang: Fakultas
Sastra Universitas Negeri Malang.
Download