PENGARUH PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI KOMUNIKASI GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR BAHASA PRANCIS PADA SISWA KELAS XI BAHASA MAN 1 SURAKARTA Skripsi diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Prancis oleh Siska Ayu Prisdiana 2301410022 JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ASING FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2015 ii iii MOTO DAN PERSEMBAHAN Moto : 1. Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah. ( Lessing ) 2. Sesuatu yang belum dikerjakan seringkali tampak mustahil, kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik. (Evelyn Underhill) 3. Jika tidak ada usaha pasti tidak akan ada kemajuan. (Saefur Rohman) 4. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan) kerjakan dengan sesungguhnya (urusan) yang lain dan hanya kepada Allah hendaknya kamu berharap. (Q.S AlInsyiroh:6-8) Persembahan : 1. Ibu, Bapak dan Keluarga 2. Para sahabat terkasih 3. Almamater iv PRAKATA Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt, karena dengan petunjuk dan ridho-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Pengaruh Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi Komunikasi Guru terhadap Motivasi Belajar Bahasa Prancis Pada Siswa Kelas XI Bahasa MAN 1 Surakartasebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana di Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni yang telah memberikan kesempatan untuk mengadakan penelitian ini. 2. Dr. Zaim Elmubarok, M.Ag., Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Asing yang telah memberikan kemudahan dalam menyusun skripsi. 3. Dra. Dwi Astuti, M.Pd., selaku dosen penguji III dan dosen pembimbing yang telah meluangkan banyak waktunya dengan penuh kesabaran dalam membimbing dan mengoreksi serta memberi masukan dan arahan dalam penulisan skripsi ini. 4. Dra. Diah Vitri Widayanti, DEA., dosen penguji I yang telah memberikan masukan, kritik dan saran sehingga terselesaikannya skripsi ini. 5. Tri Eko Agustiningrum, S.Pd.,M.Pd., dosen penguji II yang telah memberikan masukan, kritik dan saran sehingga terselesaikannya skripsi ini. 6. Dr. B. Wahyudi Joko Santoso. M.Hum., sekretaris ujian yang telah memandu jalannya sidang dan memberikan masukan, kritik dan saran sehingga terselesaikannya skripsi ini. v 7. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Asing, yang telah membagi ilmu yang bermanfaat. 8. Kepala sekolah dan guru bahasa Prancis MAN 1 Surakarta yang telah memberikan izin penelitian dan telah bersedia membantu dan meluangkan waktunya. 9. Siswa kelas XI Bahasa MAN 1 Surakarta yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. 10. Ayah dan Ibu tercinta yang tiada henti mendoakanku, serta memberi dorongan, semangat dan kasih sayang. 11. Teman-teman yang menemani dan memberikan semangat serta bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini: Mbak Ratih, Ria, Mimah, Suci, Woro, Binti, Ema, Hira, Hanum, Diah, teman-teman PBP‟10, dan anak-anak kos violet, serta mbak-mbak seperjuangan skripsi : Mbak Nunik, Mbak Rina, Mbak Sari, Mbak Diah, Mbak Nita dan Mbak Halimah. 12. Semua pihak yang telah membantu penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk melengkapi penelitian ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca. Semarang, Penulis vi Januari 2015 SARI Prisdiana, Siska Ayu. 2014. Pengaruh Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi Berkomunikasi Guru terhadap Motivasi Belajar Bahasa Prancis Pada Siswa Kelas XI Bahasa MAN 1 Surakarta. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Asing. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing. Dra. Dwi Astuti, M.Pd. Kata Kunci: kompetensi komunikasi, motivasi Motivasi belajar mampu membangkitkan semangat siswa untuk belajar. Guru adalah orang tua kedua bagi siswa yang berperan mendorong siswa agar pada dirinya tumbuh suatu motivasi. Untuk dapat menumbuhkan motivasi dalam diri siswa, guru harus memiliki kompetensi berkomunikasi agar pesan yang disampaikan dapat diterima baik oleh siswa. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah adakah pengaruh persepsi siswa mengenai kompetensi berkomunikasi guru terhadap motivasi belajar mata pelajaran bahasa Prancis pada siswa kelas XI Bahasa MAN 1 Surakarta. Penelitian ini adalah penelitian korelasional. Variabel dalam penelitian ini adalah persepsi siswa mengenai kompetensi berkomunikasi guru sebagai variabel bebas dan motivasi belajar bahasa Prancis siswa sebagai variabel terikat. Responden dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI Bahasa MAN 1 Surakarta. Untuk mengumpulkan data digunakan angket dan dokumentasi. Angket pada penelitian ini menggunakan validitas konstruk dan untuk mengukur reliabilitas instrumen digunakan rumus Alpha. Untuk menganalisis hubungan kompetensi berkomunikasi guru dan motivasi belajar siswa digunakan rumus korelasi Product Moment. Dari hasil uji hipotesis menggunakan rumus korelasi Product Moment diperoleh sebesar 0,664 > sebesar 0,514, yang artinya hipotesis kerja diterima. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa ada pengaruh persepsi siswa mengenai kompetensi berkomunikasi guru terhadap motivasi belajar bahasa Prancis siswa. Sementara itu besarnya kontribusi persepsi siswa mengenai kompetensi berkomunikasi guru terhadap motivasi belajar bahasa Prancis siswa adalah 44,1%. Kata Kunci: kompetensi komunikasi, motivasi. vii ARTICLE L’INFLUENCE DE LA PERCEPTION DES LYCÉENS CONCERNANT LA COMPÉTENCE DE LA COMMUNICATION DU PROFESSEUR À LA MOTIVATION DE L’APPRENTISSAGE DES LYCÉENS DE LA DEUXIÈME ANNÉE DU PROGRAMME DE LA LANGUE À MAN 1 SURAKARTA Siska Ayu Prisdiana, Dra. Dwi Astuti, M.Pd. Section Français Langue Étrangère (FLE), Département des Langues et des Littératures Étrangères, Faculté des Langues et des Arts, Université d’État Semarang ABSTRACT Learning motivation is able to increase the students‟ passion to learn. Teachers have to motivate their students and communication is a tool used to act. The aims of this research is to describe the influence of students' perceptions regarding the teachers communication competence of the learning motivation of French language. This research is a correlational research. The variables in this research are students' perceptions regarding the communication competence of teachers as the independent variable and motivation of students learning French as the dependent variable. The population in this research is the eleventh grader student of language major MAN 1 Surakarta. To collect the data the writer used questionnaire and documentation. The construct validity is used for the questionare in this research and alpha formula is used to measure reliability of the instrument. To analyse the correlation between the independent variable and the dependent variableuse product moment correlation formula. Based on the calculation Product Moment correlation results obtained is 0,664 > is 0,514: the hypothesis is accepted. It means that there student‟s perceptions regarding the teacher‟s communication competence influence the learning motivation of French. The contribution of student perceptions regarding the communication competence of teachers to motivate students to learn French is 44.1%. Keyword: communication competence, motivation viii ABSTRACT La motivation encourage des lycéens pour faire l‟apprentissage. Le professeur contribue à encourager les lycéens pour que les lycéens aient une motivation. Pour motiver les lycéens, le professeur doit avoir la compétence de la communication. La problématique de cette recherche est de savoir l‟influence de la perception des lycéens concernant la compétence de la communication du professeur à la motivation de l‟apprentissage des lycéens. C‟est la recherche corrélationnelle. Les variables dans cette recherche sont la perception des lycéens concernant la compétence de la communication du professeur comme le variable indépendant et la motivation de l‟apprentissage des lycéens comme le variable dépendant. Les répondants de cette recherche sont les lycéens de la deuxième année du programme de la langue à MAN 1 Surakarta. J‟ai utilisé le questionnaire pour collecter les données de la perception des lycéens concernant la compétence de la communication du professeur et la motivation de l‟apprentissage des lycéens, et la documentation est pour obtenir les données sur le nom et le nombre des lycéens. Ce questionnaire a utilisé la validité deconstructet pour savoir la fiabilité de l‟instrument j‟ai adopté la formule d‟Alpha. Pour analyser la corrélation entre le variable indépendant et le variable dépendant, je me suis servi de la formule de corrélation de Product Moment. Le résultat de l‟analyse dans cette recherche utilisant la formule de corrélation de Product Moment, est obtenu = 0,664 > = 0,514. Donc, l‟hypothèse alternative de cette recherche est acceptée. Cela montre qu‟il y a l‟influence de la perception du lycéen concernant la compétence de la communication du professeur à la motivation de l‟apprentissage des lycéens. La contribution de la compétence de la communication du professeur à la motivation de l‟apprentissage des lycéens est de 44,1%. Mots-clés: la compétence de la communication, la motivation ix I. L’introduction Le processus de l'enseignement est une activité essentielle dans la classe. Dans le processus de l'enseignement, les lycéens subissent un changement d'attitude qui est influencé par l‟impulsion ou le désir de l'intérieur. Cette impulsion ou ce désir de l'intérieur est la motivation de l‟apprentissage. La motivation est importante pour l'apprentissage, avec la motivation, les lycéens veulent bien apprendre les matières, à part cela, la motivation facilite aussi l'apprentissage et les résultats de l‟apprentissage des lycéens (Rifai et Catharina 2009:161). Donc, la motivation est l'un des facteurs qui va déterminer le succès des lycéens dans l‟apprentissage. La motivation est divisée en deux types, ce sont la motivation intrinsèque et la motivation extrinsèque. La motivation intrinsèque est la motivation qui vient de l'intérieur du lycéen, et la motivation extrinsèque est l'encouragement qui vient de l'extérieur du lycéen, mais peut stimuler quel qu‟un de faire quelque chose. Si le lycéen n'a pas de motivation intrinsèque, le professeur doit développer la motivation extrinsèque du lycéen dans le processus de l'enseignement. Le professeur doit pouvoir bien communiquer avec les lycéens afin qu‟il puisse les motiver. Selon Suharto (2008:11) la communication du professeur est un processus d'interaction entre le professeur et les lycéens dans les activités de l'apprentissage. La communication entre le professeur et les lycéens dans le processus de l'enseignement n‟est pas seulement de transmettre une matière, mais aussi pour x établir une relation d‟amitié entre le professeur et les lycéens. Si le professeur et les lycéens ont la bonne relation, les lycéens aimeront son professeur, aimeront aussi des matières qui sont données, de sorte que les lycéens essaieront de bien apprendre les matières. Au contraire, si les lycéens détestent son professeur, ils n‟apprendront pas les matières de son professeur, en conséquence les lycéens ne peuvent pas continuer la matière (Slameto 2010: 66). La communication effective peut créer la bonne relation entre le professeur et les lycéens, parce que le message qui est reçu par les lycéens approprié au message qui est envoyé par le professeur, puis les lycéens donnent une réaction positive. La communication effective peut créer la bonne perception du lycéen sur le professeur, de sorte que le lycéen veut apprendre les matières du professeur. La différence de la perception des lycéens aura un effet sur la différence de la motivation de l‟apprentissage à chaque lycéen. La perception est un processus psychologique comme le résultat de la sensation qui peut influencer le comportement de l‟individu de l'objet qui est perçu. Selon Robert A. Baron et Paul B. Paul qui est cité par Mulyana (2005: 167), la perception est un processus interne qui permet aux individus de choisir, d'organiser et d'interpréter des stimulus de l‟environnement de l'individu, et ce processus influence le comportement de l‟individu. La perception des lycéens va influencer le processus de l'apprentissage (l'intérêt) et encourager les lycéens à faire quelque chose (la motivation). xi La perception du lycéen concernant la compétence de la communication du professeur est fondamentale pour atteindre les objectifs souhaités dans l'enseignement. Avec la compétence de la communication, quelqu'un pourra bien communiquer. Dans la classe, il y a des interactions entre les lycéens, et les lycéens avec le professeur. Cette interaction va créer la perception du lycéen concernant le professeur qui peut créer une communication active dans l'enseignement. Dans l'enseignement, le professeur doit avoir la compétence de la communication. Pour savoir la compétence de la communication du professeur dans l'enseignement, il faut faire une évaluation de la part des lycéens, parce que les lycéens sont décisifs sur la capacité du professeur à transmettre sa connaissance. En d'autres termes, le professeur peut communiquer effectivement ou non. Le professeur doit avoir la compétence de la communication pour qu‟il puisse communiquer effectivement. La compétence de la communication est la capacité d'un communicateur pour bien envoyer des messages en utilisant des mots qui sont exactement et effectivement dans une situation donnée (Morreale et al 2004: 28, cité par Novita 2013). La compétence de la communication se réfère à la capacité d'une personne à communiquer effectivement. Il y a trois composantes dans cette compétence, ce sont la motivation de la communication, la connaissance de la communication et la compétence de la communication. Le professeur doit avoir la motivation de la communication pour qu‟il puisse bien accomplir sa fonction et responsabilité. xii Avec la motivation de la communication, le professeur va s‟intéresser à communiquer avec les lycéens, de sorte que cela aille créer la communication entre le professeur et les lycéens dans l'enseignement. La connaissance de la communication est la connaissance du professeur sur les matièresenseignées et des méthodes utilisées. Par exemple, l'utilisation de la méthode de l'enseignement qui rend le confort aux lycéens peut éveiller une envie d‟apprendre. La dernière compétence est la compétence de la communication. Le professeur doit avoir la compétence de la communication pour pouvoir communiquer effectivement avec les lycéens. Cette façon établi une bonne relation entre le professeur et les lycéens. Cela crée la communication mutuelledans l'enseignement. L‟objectif majeur de cette recherche est de savoir l‟influence de la perception des lycéens concernant la compétence de la communication du professeur à la motivation de l‟apprentissage du français aux lycéens de la deuxième année du programme de la langue à MAN 1 Surakarta. II. La méthode de la recherche L‟approche de cette recherche est la recherche corrélationnelle. Les variables de cette recherche sont la perception du lycéen concernant la compétence de la communication du professeur et la motivation de l‟apprentissage des lycéens. La population de cette recherche est les lycéens de la deuxième année du programme de la langue à MAN 1 Surakarta. Pour tester la fiabilité de l‟instrument, j‟ai choisi 4 lycéens pour remplir le questionnaire. xiii La méthode de collecte des données que j‟ai utilisée dans cette recherche est le questionnaire et la documentation. Le questionnaire est utilisé pour collecter les données sur la perception du lycéen concernant la compétence de la communication du professeur et la motivation de l‟apprentissage des lycéens, et la documentation est pour obtenir les données sur le nom et le nombre du lycéen. La validité de ce questionnaire est la validité de construct, et la formule utilisée pour savoir la fiabilité de l‟instrument est la formule d‟Alpha. Pour examiner la relation entre la compétence de la communication du professeur et la motivation de l‟apprentissage des lycéens, j‟ai utilisé la formule de corrélation de Product Moment. III. Les résultats La population est 20 lycéens de total. J‟ai choisi 4 d‟eux pour tester la fiabilité de l‟instrument. Donc, Il ne reste que 16 lycéens, mais il y a eu une lycéenne qui était absente, alors il n‟y a que 15 lycéens en tant que répondants. J‟ai distribué le questionnaire le 25 novembre 2014. Les lycéens ont rempli le questionnaire de 13 questions pour mesurer la compétence de la communication du professeur, et les 20 questions pour mesurer la motivation de l‟apprentissage des lycéens. Le tableau suivant montre la donnée collectée sur la compétence de la communication du professeur. xiv Le Tableau 1. Le résultat de la Compétence de la Communication du Professeur NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 La Compétence de la Communication du Professeur NOM AS AF HS MJK SAES EW H IR MDR MTA NR NES RPSK SF UM Nombre 41 39 40 39 43 37 41 35 30 38 40 30 39 38 35 565 Selon le tableau 1, on peut savoir le score et le critère de la perception du lycéen concernant la compétence de la communication du professeur qui peut être regardé dans le tableau 2. Le Tableau 2. Le Score et le Critère de la Perception du Lycéen concernant La Compétence de la Communication du Professeur No Critère 1. 2. 3. 4. Supérieur Élevé Modéré Faible Intervalle du Score 633,75 – 780 487,49 – 633,74 341,23 – 487,48 194,97 – 341,22 xv Fréquence % 0 15 0 0 0 100 % 0 0 Basé sur le tableau 2, le score total de la variable de la compétence de la communication est dans l‟intervalle du score 487,49 – 633,74 qui a le critère élevé. La variable de la compétence de la communication utilise 3 indicateurs qui sont fait en 13 questions. Pour savoir le score des indicateurs et des sousindicateurs de la compétence de la communication du professeur qui contribuent à la motivation de l‟apprentissage des lycéens, je présente le tableau 3 : Le Tableau 3. Le Score de chaque Indicateur au Variable de la Perception du Lycéen concernant La Compétence de la Communication du Professeur Indicateur La motivation de la Communication La Connaissance de la Communication La compétence de la Communication Sous-Indicateur No. question L‟existence de l‟intérêt du 1 professeur pour communiquer 2 avec des lycéens 3 L‟existence de l‟impulsion du 4 professeur pour commencer de communiquer avec des lycéens L‟existence de la connaissance du 5 contenu qui est eu par le 6 Professeur 7 L‟existence de la connaissance 8 procédurale qui est eu par le 9 Professeur 10 L‟existence d‟empathie du 11 professeur aux lycéens L‟existence de la familiarité du 12 professeur aux lycéens L‟existence des efforts qui est fait 13 par le professeur pour réduire le doute du lycéen Score 34 28 42 58 Nombre 162 47 43 39 39 41 39 43 248 56 155 56 Pour savoir la contribution de chaque indicateur et sous-indicateur, on utilise la formule : le nombre du sous-indicateur divisée par le nombre maximal de cet indicateur (le score maximal x le nombre de questionnaire à chaque xvi indicateur x le nombre du répondant) fois 100%. En utilisant cette formule, on peut regarder le résultat de la donnée à le tableau 4. Le Tableau 4. La Contribution des Indicateurs de la Compétence de la Communication du Professeur Variable Indicateur Sous-Indicateur Score Nombre L‟existence de l‟intérêt 104 du professeur pour communiquer avec des lycéens a. La motivation 58 162 L‟existence de de la l‟impulsion du communication professeur pour commencer de communiquer avec des lycéens L‟existence de la 129 connaissance du b. La contenu qui est eu par La compétence 248 connaissance le professeur de la 119 de la L‟existence de la communication communication connaissance procédurale qui est eu par le professeur L‟existence d‟empathie 43 du professeur aux lycéens L‟existence de la c. La 56 familiarité du compétence de la 155 professeur aux lycéens communication L‟existence des efforts 56 qui est fait par le professeur pour réduire le doute du lycéen D‟après le tableau 4, l‟indicateur de la motivation de la communication contribue 67.5% dans la compétence de la communication, la connaissance de la communication contribue 68.9% et la compétence de la communication contribue 86.1%. Parmi les indicateurs, l‟indicateur de la compétence de la communication a la contribution la plus dominante des autres indicateurs. xvii % 67.5% 68.9% 86.1% Le tableau suivant montre la donnée collectée sur la motivation de l‟apprentissage des lycéens. Le Tableau 5. Le résultat de la Motivation de l’Apprentissage des Lycéens NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 La Motivation de l’Apprentissage des Lycéens 68 62 66 59 67 58 67 60 44 48 59 59 62 55 46 880 NOM AS AF HS MJK SAES EW H IR MDR MTA NR NES RPSK SF UM Nombre Selon le tableau 5, on peut savoir le score et le critère de la motivation de l‟apprentissage des lycéens qui peut être regardé dans le tableau 6. Le Tableau 6. Le Score et le Critère de la Motivation de l’Apprentissage des Lycéens No Critère Intervalle Score Fréquence % 1. Supérieur 975 – 1200 0 0 2. Élevé 749 – 974 15 100 % 3. Modéré 523 – 748 0 0 4. Faible 297 – 522 0 0 xviii Basé sur le tableau 6, le score total de la variable de la motivation de l‟apprentissage des lycéens est dans l‟intervalle score 749 – 974 qui a le critère élevé. La variable de la motivation de l‟apprentissage utilise 8 indicateurs qui sont fait en 20 questions. Pour savoir le score des indicateurs et des sousindicateurs de la motivation de l‟apprentissage des lycéens, je présente le tableau 7: Le Tableau 7 Le Score de chaque Indicateur au Variable de la Motivation de l’Apprentissage des Lycéens Indicateur Sous-Indicateur No. Score Nombre question Il y a la diligence du Le lycéen fait le travail 14 40 40 lycéen pour faire des continuel des tâches jusqu‟à la tâches fin Il y a la ténacité du Le lycéen ne désespère pas 15 45 45 lycéen pour affronter facilement quand il trouve des des difficultés difficultés dans l‟apprentissage Le lycéen a des efforts 16 44 continuels dans l‟apprentissage Il y a la passion et le Le lycéen a l‟esprit continuel 17 48 137 désir du succès du dans l‟apprentissage Lycéen Le lycéen a la confiance pour 18 45 répondre les questions du professeur Le lycéen veut exceller 19 50 Le lycéen a la curiosité 20 38 Il y a l‟impulsion et le besoin du lycéen dans l‟apprentissage Il y a l‟espoir et le rêve de l‟avenir du lycéen Le lycéen veut l‟existence dans la classe calculé par le professeur 21 48 Le lycéen étudie diligemment pour atteindre le rêve Le lycéen pratique diligemment pour atteindre le rêve Le lycéen pense toujours positif pour atteindre le rêve 22 47 23 43 24 54 xix 136 144 Lanjutan... Indicateur Il y a l‟appréciation dans l‟apprentissage pour des lycéens Il y a les activités de l‟apprentissage qui est l‟intérêt pour des lycéens Il y a l‟environnement de l‟apprentissage qui supporte des Lycéens Sous-Indicateur Le lycéen reçoit la félicitation du professeur Le lycéen reçoit le commentaire et le conseil du professeur aux copies d‟examen des lycéens Le professeur montre l‟attitude de l‟encouragement aux lycéens Le professeur utilise la méthode de l‟enseignement qui peut faire les lycéens actives Le professeur choisi et organise les matières de l'enseignement qui facilite les lycéens pour les comprendre Le professeur utilise le média de l'enseignement en conformité la capacité du lycéen Le professeur implique les lycéens dans l‟évaluation de l‟enseignement Le lycéen a l‟environnement de la classe qui est à l‟aise pour faire l‟apprentissage Le lycéen a une bonne relation avec le professeur No. quetion 25 Score Nombre 39 74 26 35 27 47 28 45 29 41 30 36 31 44 32 45 33 46 Pour savoir la contribution de chaque indicateur et de sous-indicateur, on utilise la formule : le nombre du sous-indicateur divisée par le nombre maximal de cet indicateur (le score maximal x le nombre de questionnaire à chaque indicateur x le nombre du répondant) fois 100%. En utilisant cette formule, on peut regarder le résultat de la donnée à le tableau 8. xx 215 91 Le Tableau 8. La Contribution des Indicateurs de la Motivation de l’Apprentissage des Lycéens Variable Indicateur Sous-Indicateur Score Nombre a. Il y a la Le lycéen fait le diligence du 40 40 travail continuel des lycéen pour faire tâches jusqu‟à la fin des tâches Le lycéen ne b. Il y a la 45 45 désespère pas ténacité du facilement quand il lycéen pour trouve des affronter des difficultés dans difficultés l‟apprentissage La motivation de l‟apprentissage 44 c. Il y a la passion et le désir du succès du lycéen Le lycéen a des efforts continuels dans l‟apprentissage Le lycéen a l‟esprit continuel dans l‟apprentissage Le lycéen a la confiance pour répondre les questions du professeur 50 d. Il y a l‟impulsion et le besoin du lycéen dans l‟apprentissage Le lycéen veut exceller Le lycéen a la curiosité Le lycéen veut l‟existence dans la classe calculé par le professeur Le lycéen étudie diligemment pour atteindre le rêve Le lycéen pratique diligemment pour atteindre le rêve Le lycéen pense toujours positif pour atteindre le rêve 47 e. Il y a l‟espoir et le rêve de l‟avenir du lycéen xxi % 66,7% 75% 48 137 76.1% 136 75.6% 144 80% 45 38 48 43 54 Lanjutan… Variable Indicateur f. Il y a l‟appréciation dans l‟apprentissage pour des lycéens g. Il y a les activités de l‟apprentissage qui est l‟intérêt pour des lycéens h. Il y a l‟environnement de l‟apprentissage qui supporte des lycéens Sous-Indicateur Score Nombre 39 Le lycéen reçoit la félicitation du professeur 35 74 Le lycéen reçoit le commentaire et le conseil du professeur aux copies d‟examen des lycéens 47 Le professeur montre l‟attitude de l‟encouragement aux lycéens 45 Le professeur utilise la méthode de l‟enseignement qui peut faire les lycéens actives 41 Le professeur choisi 215 et organise les matières de l'enseignement qui facilite les lycéens pour les comprendre 36 Le professeur utilise le média de l'enseignement en conformité la capacité du lycéen 44 Le professeur implique les lycéens dans l‟évaluation de l‟enseignement 45 Le lycéen a l‟environnement de la classe qui est à 91 l‟aise pour faire l‟apprentissage 46 Le lycéen a une bonne relation avec le professeur xxii % 61.7% 71.7% 75.8% D‟après le tableau 8, l‟indicateur de la diligence du lycéen pour faire des tâches contribue 66.7% dans la motivation de l‟apprentissage, la ténacité du lycéen pour affronter des difficultés contribue 75%, la passion et le désir du succès du lycéen contribue 76.1%, l‟impulsion et le besoin du lycéen dans l‟apprentissage contribue 75.6%, l‟espoir et le rêve de l‟avenir du lycéen contribue 80%, l‟appréciation dans l‟apprentissage pour des lycéen contribue 61.7%, les activités de l‟apprentissage qui est l‟intérêt pour des lycéen contribue 71.7%, et l‟environnement de l‟apprentissage qui supporte des lycéen contribue 75.8%. Parmi les indicateurs, l‟indicateur de l‟espoir et le rêve de l‟avenir du lycéen a la contribution la plus dominante des autres indicateurs. Le tableau suivant montre les données collectées sur la compétence de la communication du professeur et la motivation de l‟apprentissage des lycéens. Le Tableau 9. Le résultat de la Compétence de la Communication du Professeur et la Motivation de l’Apprentissage des Lycéens NO. NOM 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 AS AF HS MJK SAES EW H IR MDR MTA NR NES La Compétence La Motivation de la de Communication l’Apprentissage du Professeur des Lycéens 41 68 39 62 40 66 39 59 43 67 37 58 41 67 35 60 30 44 38 48 40 59 30 59 xxiii Lanjutan… NO. La Compétence La Motivation de la de Communication l’Apprentissage du Professeur des Lycéens NOM RPSK SF UM Nombre Ces données sont analysées dans la 13 14 15 39 62 38 55 35 46 565 880 formule de corrélation de Product Moment ci-dessus : ∑ √{ ∑ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ ∑ } Le résultat de l‟analyse montre qu‟‟il y a l‟influence de la perception du lycéen concernant la compétence de la communication du professeur à la motivation de l‟apprentissage des lycéens. En utilisant la formule de corrélation de Product Moment, le résultat de recherche IV. = 0,664 > = 0,514. La conclusion Le résultat de l‟analyse dans cette recherche utilisant la formule de corrélation de Product Moment, est obtenu = 0,664 > = 0,514. Donc, l‟hypothèse alternative de cette recherche est acceptée. Cela montre qu‟il y a l‟influence de la perception du lycéen concernant la compétence de la communication du professeur à la motivation de l‟apprentissage des lycéens. La contribution de la compétence de la communication du professeur à la motivation de l‟apprentissage des lycéens est de 44,1%. Cela explique que 44,1% de la compétence de la communication du professeur contribue la motivation de xxiv l‟apprentissage des lycéens, et le reste (55,9%) est déterminé par d‟autres variables par exemple le rêve du lycéen, la capacité du lycéen, la condition du lycéen, la condition de l‟environnement du lycéen, et les éléments dynamiques dans l‟apprentissage et l‟enseignement. V. Les remerciements Premièrement, je remercie Allah, le tout miséricordieux. Je remercie spécialement pour mes parents qui prient toujours pour moi et me donnent l‟esprit. Ensuite, je remercie Mme. Dwi Astuti en tant que le conseilleur de cette recherche, pour le support et le conseil, surtout pendant la recherche de ce mémoire. Puis, je remercie mon professeur du lycée qui m‟a aidé quand j‟ai fait la recherche au lycée. Enfin, je remercie les lycéens de la deuxième année du programme de la langue à MAN 1 Surakarta qui ont devenu le répondant dans cette recherche. VI. Les bibliographies Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi: suatu Pengantar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Rifa‟i, Achmad dan Tri Anni, Catharina. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang:UNNES PRESS. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Soeharto, Karti dkk. 2008. Komunikasi Pembelajaran. Surabaya:SK. Wulandari, Novita. 2013. “Kompetensi Komunikasi Guru dalam Kegiatan Belajar Mengajar Berbasis Student Center Learning di SMA N 9 Semarang.” Universitas Diponegoro Semarang.http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/. diunduh pada tanggal 22/02/2014. xxv DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i PENGESAHAN .............................................................................................. ii PERNYATAAN .............................................................................................. iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ iv PRAKATA ..................................................................................................... v SARI ............................................................................................................... vii ARTICLE......................................................................................................... viii DAFTAR ISI .................................................................................................. xxvi DAFTAR TABEL .......................................................................................... xxvii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xxx BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 7 1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 7 1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum Mengenai Persepsi ......................................................... 9 2.1.1 Pengertian Persepsi ........................................................................... 9 2.1.2 Objek Persepsi .................................................................................. 10 2.1.3 Faktor-Faktor Yang Berperan Dalam Persepsi ................................ 11 2.2 Tinjauan Umum Mengenai Kompetensi Komunikasi .............................. 12 2.2.1 Kompetensi Komunikasi .................................................................. 12 2.2.2 Unsur-Unsur Komunikasi ................................................................ 15 2.2.3 Komunikasi Guru Dalam Pembelajaran ........................................... 20 2.3Tinjauan Umum Mengenai Motivasi .......................................................... 24 2.3.1 Pengertian Motivasi .......................................................................... 24 2.3.2 Jenis-Jenis Motivasi .......................................................................... 25 2.3.3 Fungsi Motivasi................................................................................. 26 2.3.4Ciri-Ciri Orang Yang Memiliki Motivasi ................................................ 27 xxvi 2.3.5 Unsur-Unsur Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ....................... 33 2.4 Kerangka Pikir .......................................................................................... 36 2.5 Hipotesis .................................................................................................... 38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian ............................................................................... 39 3.2 Variabel Penelitian .................................................................................... 39 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................ 39 3.4 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 40 3.4.1 Dokumentasi .................................................................................... 40 3.4.2 Angket atau Kuesioner ..................................................................... 40 3.5 Validitas dan Reliabilitas .......................................................................... 42 3.6 Teknik Penentuan Skor ............................................................................. 43 3.7 Uji Coba Instrumen ................................................................................... 44 3.8 Teknik Analisis Data ................................................................................. 44 3.8.1 Analisis Deskriptif ............................................................................ 44 3.8.2 Analisis Kuantitatif ........................................................................... 53 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data ........................................................................... 55 4.1.1 Hasil Pengumpulan Data Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi Berkomunikasi Guru ........................................................................ 55 4.1.2 Hasil Pengumpulan Data Motivasi Belajar Bahasa Prancis Siswa .. 62 4.1.3 Uji Hipotesis .................................................................................... 74 4.2 Pembahasan ............................................................................................... 76 BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan .................................................................................................. 81 5.2 Saran ......................................................................................................... 82 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 83 LAMPIRAN xxvii DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Angket ............................................................. 41 Tabel 3.2 Kriteria Variabel Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi Berkomunikasi Guru .................................................. 46 Tabel 3.3 Kriteria Indikator Motivasi Komunikasi ......................................... 46 Tabel 3.4 Kriteria Indikator Pengetahuan Komunikasi ................................... 47 Tabel 3.5 Kriteria Indikator Keterampilan Komunikasi ................................. 47 Tabel 3.6 Kriteria Variabel Motivasi Belajar Bahasa Prancis Siswa .............. 48 Tabel 3.7 Kriteria Indikator Adanya Ketekunan Dalam Menghadapi Tugas . 49 Tabel 3.8Kriteria Indikator Adanya Keuletan Dalam Menghadapi Kesulitan.49 Tabel 3.9 Kriteria Indikator Adanya Hasrat dan Keinginan Berhasil ............. 50 Tabel 3.10 Kriteria Indikator Adanya Dorongan dan Kebutuhan dalam Belajar .............................................................. 50 Tabel 3.11Kriteria Indikator Adanya Harapan dan Cita-cita Masa Depan ..... 51 Tabel 3.12 Kriteria Indikator Adanya Penghargaan dalam Belajar ................ 51 Tabel 3.13Kriteria Indikator Adanya Kegiatan yang Menarik dalam Belajar 52 Tabel 3.14 Kriteria Indikator Adanya Lingkungan Belajar yang Kondusif .... 52 Tabel 4.1 Hasil skor Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi Berkomunikasi Guru ....................................................................... 55 Tabel 4.2 Skor dan Kriteria Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi Berkomunikasi Guru ....................................................................... 56 Tabel 4.3 Skor masing-masing Indikator pada Variabel Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi Berkomunikasi Guru ................................. 57 Tabel 4.4 Kontribusi Indikator Variabel Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi Berkomunikasi Guru .................................................. 57 Tabel 4.5 Hasil skor Indikator Motivasi Komunikasi ..................................... 59 Tabel 4.6 Hasil Skor Indikator Pengetahuan Komunikasi .............................. 60 Tabel 4.7 Hasil Skor Indikator Keterampilan Komunikasi ............................. 61 Tabel 4.8 Hasil Skor Motivasi Belajar Bahasa Prancis Siswa ........................ 62 Tabel 4.9 Skor dan Kriteria Motivasi Belajar Bahasa Prancis Siswa ............. 62 Tabel 4.10 Skor masing-masing Indikator pada Variabel Motivasi xxviii Belajar Bahasa Prancis Siswa ...................................................... 63 Tabel 4.11 Kontribusi Indikator Variabel Motivasi Belajar Bahasa Prancis ............................................................................. 64 Tabel 4.12 Hasil Skor Indikator Adanya Ketekunan Dalam Menghadapi Tugas ...................................................................... 67 Tabel 4.13 Hasil Skor Indikator Adanya Keuletan Dalam Menghadapi Kesulitan ................................................................. 68 Tabel 4.14 Hasil Skor Indikator Adanya Hasrat dan Keinginan Berhasil ...................................................................... 68 Tabel 4.15 Hasil Skor Indikator Adanya Dorongan dan Kebutuhan dalam Belajar ............................................................ 69 Tabel 4.16 Hasil Skor Indikator Adanya Harapan dan Cita-cita Masa Depan .................................................................. 70 Tabel 4.17 Hasil Skor Indikator Adanya Penghargaan dalam Belajar ............................................................................... 71 Tabel 4.18 Hasil Skor Indikator Adanya Kegiatan yang Menarik dalam Belajar ................................................................ 72 Tabel 4.19 Hasil Skor Indikator Adanya Lingkungan Belajar Yang Kondusif ............................................................................. 73 Tabel 4.20 Data Skor Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi Berkomunikasi Guru dan Motivasi Belajar Bahasa Prancis Siswa ........................ 74 xxix DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Surat Keputusan Pengangkatan Dosen Pembimbing .................. 84 Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Penelitian .............................................. 85 Lampiran 3 Surat Keterangan Selesai Penelitian ............................................ 87 Lampiran 4 Daftar Nama Responden .............................................................. 88 Lampiran 5 Perhitungan Reliabilitas Instrumen Angket ................................. 89 Lampiran 6 Instrumen Penelitian .................................................................... 91 Lampiran 7 Rekap perhitungan skor angket penelitian .................................. 95 Lampiran 8 Perhitungan Korelasi Pada Variabel Penelitian Menggunakan Rumus Korelasi Product Moment ............................................ 97 xxx BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan kegiatan inti di dalam kelas. Dalam proses pembelajaran, biasanya siswa mengalami perubahan sikap yang dipengaruhi oleh dorongan atau keinginan dari dalam dirinya sendiri. Dorongan atau keinginan itulah yang seringkali disebut motivasi belajar. Motivasi bukan saja penting karena menjadi faktor penyebab belajar, namun juga memperlancar belajar dan hasil belajar (Rifa‟i dan Catharina 2009:161). Motivasi merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan anak di dalam belajar. Jadi, dapat disimpulkan bahwa perubahan sikap belajar yang dialami oleh siswa sangat bergantung pada motivasi belajarnya. Artinya seseorang akan berhasil dalam belajar manakala dalam dirinya ada keinginan untuk belajar. Dengan demikian, motivasi belajar ialah segala sesuatu yang dapat memotivasi siswa atau individu untuk belajar. Motivasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri siswa. Sebaliknya motivasi ekstrinsik ialah dorongan yang datangnya dari luar diri individu namun mampu merangsang untuk melakukan sesuatu. Bagi siswa yang mempunyai motivasi intrinsik lebih kuat dibanding motivasi ekstrinsik, maka kemauan dalam belajarnya lebih kuat karena siswa tidak bergantung pada faktor luar. Sebaliknya siswa yang memiliki motivasi ekstrinsik lebih kuat, maka 1 2 kemauan dalam belajarnya pun bergantung pada faktor dari luar yang menyebabkan seseorang memiliki motivasi untuk belajar. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar dapat tercapai. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan merasa senang dan bersemangat untuk melakukan kegiatan belajar sehingga pencapaian hasil belajar akan menjadi optimal. Semakin besar motivasi yang diberikan oleh guru dalam proses pembelajaran, semakin besar pula kemungkinan keberhasilan dalam proses pembelajaran itu tercapai. Seorang siswa yang memiliki intelegensi cukup tinggi boleh jadi gagal karena kekurangan motivasi. Jika siswa tidak mempunyai motivasi intrinsik, maka guru harus mengembangkan motivasi ekstrinsik siswa. Dengan demikian, kegagalan belajar siswa bukan semata-mata adalah kesalahan dari pihak siswa. Salah satu faktor yang menyebabkannya adalah guru tidak berhasil dalam memberi motivasi yang mampu membangkitkan semangat belajar siswa. Jadi tugas guru adalah menumbuhkan motivasi siswa melalui motivasi ekstrinsik dalam proses pembelajaran. Selanjutnya guru harus mengarahkan dan mengubah agar siswa belajar bukan karena adanya faktor dari luar, tetapi karena kebutuhan akan belajar, sehingga hal itu mampu menjadi motivasi yang bersifat intrinsik. Kemampuan guru dalam memotivasi siswa tidak terlepas dari kemampuan guru dalam berkomunikasi dengan siswa. Soeharto (2008:11) mengartikan komunikasi guru sebagai proses interaksi antara guru dengan siswanya di dalam kegiatan belajar mengajar. Di dalam proses pembelajaranakan terjadi proses 3 komunikasi yang merupakan interaksi. Komunikasi dilakukan manusia bukan hanya untuk menyampaikan atau saling bertukar pesan/informasi, melainkan ada tujuan untuk membangun dan memelihara relasi. Dalam praktik pembelajaran pun, komunikasi yang dilakukan oleh guru dan siswa bukan hanya proses pertukaran dan penyampaian materi pembelajaran, melainkan ada dimensi relasi guru dan siswa. Baiknya relasi guru dan siswa menjadi prasyarat utama terciptanya proses pembelajaran yang efektif. Selain itu relasi yang baik dapat membantu guru memahami para siswa dengan baik pula. Bila hubungan guru dengan siswa baik, siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya. Hal tersebut terjadi sebaliknya, jika siswa membenci gurunya. Ia segan mempelajari mata pelajaran yang diberikannya, akibatnya siswa tidak mengalami kemajuan dalam belajarnya (Slameto 2010:66). Relasi yang baik dapat terjadi apabila di antara guru dan siswa terjalin komunikasi yang efektif, yakni pesan yang diterima oleh komunikan (siswa) sesuai dengan pesan yang dikirim oleh komunikator (guru), kemudian komunikan memberi respon yang positif sesuai dengan yang diharapkan. Keefektifan komunikatif seorang guru dalam pembelajaran bergantung pada keefektifan komunikasi yang dilakukannya dengan siswa di dalam atau di luar kelas, sehingga dapat menunjang keberhasilan pembelajaran. Pembelajaran bukan semata-mata proses transfer pengetahuan, melainkan juga proses komunikasi dua arah antara guru dan siswa, agar tercipta komunikasi yang efektif. Dalam komunikasi pembelajaran, guru harus menguasai isi pembelajaran yang 4 akan disampaikan dan metode penyampaiannya. Guru juga harus memiliki kemampuan dalam mendesain komunikasi yang efektif dengan siswa. Kemampuan ini sangat penting karena berdampak langsung pada kualitas pemahaman siswa akan materi yang diajarkan. Dalam proses pembelajaran, siswa akan memiliki pengalaman belajar dan pengalaman tersebut membentuk persepsinya terhadap guru dan mata pelajaran. Dengan adanya komunikasi yang efektif dapat menimbulkan persepsi baik oleh siswa terhadap guru yang berdampak pada penerimaan materi yang disampaikannya. Adanya perbedaan persepsi siswa akan berpengaruh pada perbedaan motivasi belajar di masing-masing siswa, sehingga dapat disimpulkan bahwa timbulnya motivasi belajar dipengaruhi oleh adanya persepsi siswa terhadap kompetensi berkomunikasi guru. Dengan demikian kompetensi berkomunikasi guru sangat dibutuhkan agar mampu menciptakan komunikasi yang efektif, serta untuk membangun relasi yang baik antara guru dan siswa. Persepsi merupakan proses psikologis sebagai hasil penginderaan yang dapat mempengaruhi perilaku individu terhadap objek yang dipersepsi. Menurut Robert A. Baron dan Paul B. Paulus sebagaimana dikutip Mulyana (2005:167) persepsi adalah proses internal yang memungkinkan individu memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan individu, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku individu. Persepsi siswa mengenai kompetensi berkomunikasi guru merupakan hal yang sangat mendasar guna mencapai tujuan yang diinginkan dalam suatu pembelajaran. Dengan kompetensi berkomunikasi, seseorang akan dapat 5 berinteraksi dengan baik. Dalam kehidupan sosial di kelas tidak lepas dari interaksi antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru. Adanya interaksi antarkomponen yang ada di dalam kelas akan menimbulkan persepsi yang dapat menumbuhkan komunikasi aktif. Dalam mengajar guru harus memiliki kompetensi komunikasi. Kompetensi komunikasi guru dalam mengajar tidak dapat diamati hanya dari latar belakang pendidikannya saja, tetapi juga penilaian langsung dari siswa. Siswa sebagai teman pelaku komunikasi guru menjadi penentu mengenai pesan-pesan yang disampaikan guru dalam pembelajaran dapat diterima atau tidak. Selain itu, siswa juga menjadi penentu kemampuan guru dalam menyampaikan ilmunya kepada siswa sudah tercapai atau belum. Dengan kata lain, guru sudah mampu berkomunikasi secara efektif atau belum. Menurut Smith sebagaimana dikutip Djamaluddin dan Iriantara (1994:166), mengajar merupakan suatu sistem tindakan yang diharapkan menjadi penyebab terjadinya belajar. Sesuai dengan pengertian tersebut, belajar merupakan hal yang diharapkan dalam mengajar, maka yang perlu diutamakan adalah mengajar yang tepat. Ketepatan mengajar akan menghasilkan proses belajar yang baik. Mengajar yang tepat tak pernah lepas dari kemampuan menyampaikan pesan. Sebagaimana disampaikan Naim (2011:112) bahwa pada dasarnya seorang guru adalah seorang komunikator. Proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas merupakan proses komunikasi. Dalam komunikasi pembelajaran, guru harus memenuhi segala prasyarat komunikasi yang efektif dalam menyampaikan pelajaran. Jika tidak, proses pembelajaran akan sulit mencapai hasil maksimal. Untuk 6 mendapatkan hasil yang maksimal dalam mengajar, guru dituntut memiliki kompetensi komunikasi. Kompetensi komunikasi merupakan kemampuan seorang komunikator untuk mengirimkan pesan-pesan dengan baik menggunakan pesan-pesan yang dianggap tepat dan efektif dalam suatu situasi tertentu (Morreale et al 2004:28 sebagaimana dikutip Novita 2013). Kompetensi komunikasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk berkomunikasi secara efektif. Kompetensi ini meliputi tiga komponen, yaitu motivasi komunikasi, pengetahuan komunikasi dan keterampilan komunikasi. Motivasi komunikasi harus dimiliki seorang guru dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Sedangkan pengetahuan komunikasi guru berupa penguasaan materi yang dimilikinya serta pemilihan cara yang dilakukan dalam penyampaian materi. Misalnya penggunaan metode belajar dalam kelas yang membuat siswa nyaman sehingga materi yang disampaikan dapat diterima siswa dengan baik. Kompetensi komunikasi yang terakhir adalah keterampilan komunikasi guru yang berupa kemampuan dalam berkomunikasi secara efektif dengan siswa. Hal itu dilakukan untuk membina hubungan baik agar terjadi komunikasi timbal balik dalam proses pembelajaran. Berdasarkan pemikiran di atas, hal yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah “Pengaruh Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi Berkomunikasi Guru terhadap Motivasi Belajar Mata Pelajaran Bahasa Prancis Pada Siswa Kelas XI Bahasa MAN 1 Surakarta” 7 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah adakah pengaruh persepsi siswa mengenai kompetensi berkomunikasi guru terhadap motivasi belajar mata pelajaran bahasa Prancis pada siswa kelas XI Bahasa MAN 1 Surakarta ? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang diharapkan oleh penulis dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan ada tidaknya pengaruh persepsi siswa mengenai kompetensi berkomunikasi guru terhadap motivasi belajar mata pelajaran bahasa Prancis pada siswa kelas XI Bahasa MAN 1 Surakarta. 1.4 Manfaat Penelitian Sesuai permasalahan yang diangkat, penelitian ini memiliki beberapa manfaat baik manfaat secara teoritis maupun manfaat secara praktis. 1.4.1 Manfaat Teoritis Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah memberikan sumbangsih di bidang pendidikan tentang pengaruh kompetensi berkomunikasi guru terhadap motivasi belajar siswa dan sebagai bahan acuan di bidang penelitian yang sejenis. 8 1.4.2 Manfaat praktis Manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai bahan pertimbangan untuk menciptakan proses belajar mengajar yang mampu meningkatkan motivasi belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran bahasa Prancis. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum Mengenai Persepsi 2.1.1 Pengertian Persepsi Secara etimologis, persepsi atau perception berasal dari bahasa Latin perceptio; dari percipere, yang artinya menerima atau mengambil (Sobur 2003:45). Menurut Leavitt sebagaimana dikutip Sobur (2003:45), persepsi (perception) dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Slameto (2010:102) menyatakan bahwa persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera penglihat, pendengar, peraba, perasa, dan pencium. Menurut Mulyana (2005:167) persepsi adalah proses ketika individu menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indra. Persepsi adalah inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti persepsi, yang identik dengan penyandian-balik (decoding) dalam proses komunikasi. Hal ini jelas tampak pada definisi John R. Wenburg dan William W. Wilmot sebagaimana dikutip Mulyana (2005:167), “persepsi dapat didefinisikan sebagai cara organisme memberi makna.” Sedangkan Rudolph F. Verderber sebagaimana 9 10 dikutip Mulyana (2005:167), menyatakan bahwa persepsi adalah proses menafsirkan informasi indrawi. Dalam proses persepsi, individu dituntut untuk memberikan penilaian terhadap suatu objek yang dapat bersifat positif atau negatif, baik atau buruk, senang atau tidak senang, dan sebagainya. Persepsi manusia, baik berupa persepsi positif maupun negatif akan mempengaruhi tindakan yang tampak. Tindakan positif biasanya muncul apabila individu mempersepsi seseorang secara positif dan sebaliknya. Berdasarkan paparan tersebut, dalam penelitian ini persepsi yang merupakan inti komunikasi digunakan untuk menilai atau mengukur kompetensi berkomunikasi guru menurut pandangan siswa berupa reaksi atau penilaian positif atau negatif serta baik atau buruknya rangsangan yang diberikan oleh guru. Dengan demikian, persepsi siswa terhadap kompetensi berkomunikasi guru adalah suatu pandangan, pendapat, dan penilaian terhadap pesan ataupun informasi yang disampaikan oleh guru dengan tujuan memberikan pengaruh bagi perkembangan motivasi siswa. Persepsi menentukan individu memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Persepsi positif siswa akan mampu mendorong siswa untuk melaksanakan sesuatu, dalam hal ini siswa akan memiliki motivasi belajar. 2.1.2 Objek Persepsi Menurut Walgito (2010:108-109) objek persepsi dapat dibedakan atas objek yang non manusia dan manusia. Objek persepsi yang berwujud manusia ini disebut person perception atau juga ada yang menyebutkan sebagai social 11 perception. Pada objek persepsi manusia, manusia yang dipersepsi mempunyai kemampuan, perasaan, ataupun aspek-aspek lain seperti halnya pada orang yang mempersepsi. Orang yang dipersepsi akan dapat mempengaruhi orang yang mempersepsi. Dari pendapat tersebut bisa dikatakan bahwa orang yang dipersepsi dalam penelitian ini adalah guru, sedangkan orang yang mempersepsi dalam penelitian ini adalah siswa, sehingga bisa diambil kesimpulan bahwa orang yang dipersepsi (guru) dapat mempengaruhi orang yang mempersepsi (siswa). Siswa mempersepsi suatu komunikasi yang dilakukan guru dengan siswa saat proses pembelajaran. Jika persepsi siswa positif akan berpengaruh terhadap tingginya motivasi belajar siswa dan sebaliknya. 2.1.3 Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi Menurut Walgito (2010:101) faktor-faktor yang berperan dalam persepsi yaitu: 1. Objek yang Dipersepsi Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indra atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individuyang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. 2. Alat Indra, Syaraf, dan Pusat Susunan Syaraf Alat indra atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. 12 3. Perhatian Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Dari pendapat di atas, dapat diambil simpulan bahwa ketika siswa menerima objek yang dipersepsi (komunikasi yang dilakukan guru) dan alat indranya dapat merasakan, maka siswa akan melakukan sebuah perhatian. Perhatian siswa dapat menjadikan tinggi rendahnya suatu persepsi yang mempengaruhi tinggi rendahnya motivasi belajar. Apabila komunikasi yang dilakukan guru berlangsung menyenangkan, maka persepsi positif siswa akan mendorong siswa untuk memperhatikan apa yang sedang dikomunikasikan guru, dan sebaliknya. Dengan demikian, persepsi siswa mengenai komunikasi guru ini dapat mempengaruhi tinggi rendahnya motivasi belajar siswa. 2.2 Tinjauan Umum Mengenai Kompetensi Komunikasi 2.2.1 Kompetensi Komunikasi Kompetensi komunikasi merupakan kemampuan seorang komunikator untuk mengirimkan pesan-pesan dengan baik menggunakan pesan-pesan yang dianggap tepat dan efektif dalam suatu situasi tertentu (Morreale et al 2004:28 sebagaimana dikutip Novita 2013). Kompetensi komunikasi ini dapat diukur dengan indikator motivasi komunikasi, pengetahuan komunikasi, dan keterampilan komunikasi (Morreale et al 2004:37 sebagaimana dikutip Novita 2013). 13 Motivasi komunikasi merupakan daya tarik dari komunikator yang mendorong seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain. Pada dasarnya, aktifitas manusia selalu berhubungan dengan adanya dorongan, alasan ataupun kemauan. Motivasi komunikasi ini merupakan hasil dari usaha dan keinginan yang mengarahkan perbuatan individu menuju hal yang positif seperti ketertarikan untuk berkomunikasi dan dorongan untuk memulai komunikasi. Pengetahuan komunikasi dibagi menjadi dua jenis yaitu pengetahuan konten dan pengetahuan prosedural (Morreale et al 2004:38 sebagaimana dikutip Novita 2013). Pengetahuan konten meliputi pengetahuan tentang topik apa, katakata yang digunakan, pemahaman situasi dan seterusnya yang dibutuhkan dalam suatu situasi. Pengetahuan prosedural merujuk pada pengetahuan bagaimana cara menyusun, merencanakan, dan mentransfer pengetahuan yang dimiliki dalam situasi tertentu. Keterampilan komunikasi merupakan kemampuan yang dapat membimbing seseorang untuk menghadirkan sebuah perilaku tertentu yang cukup dan mampu mendukung proses komunikasi secara tepat dan efektif. Untuk mengurangi keraguan, seorang komunikator sedapat mungkin harus memiliki tiga keterampilan yaitu empati, berperilaku seluwes mungkin, dan kemampuan mengurangi keraguan itu sendiri (Morreale et al 2004:39 sebagaimana dikutip Novita 2013). Berdasarkan teori di atas, dalam penelitian ini indikator yang digunakan untuk kompetensi komunikasi guru, digunakan teori kompetensi komunikasi oleh Morreale. Berdasarkan teori tersebut terdapat 3 indikator untuk kompetensi 14 komunikasi, yaitu motivasi komunikasi, pengetahuan komunikasi, dan keterampilan komunikasi. Ketiga indikator tersebut sesuai digunakan untuk mengetahui kompetensi komunikasi guru. Dengan memiliki motivasi komunikasi, seorang guru akan tertarik dan terdoronguntuk berkomunikasi dengan siswanya saat proses pembelajaran. Kemudian pengetahuan komunikasi yang dimiliki guru dapat membuat pembelajaran menjadi efektif karena pengetahuan komunikasi merupakan pengetahuan apa yang akan diinformasikan dan bagaimana cara menyampaikannya agar dapat diterima baik oleh siswa. Selain itu, pengetahuan komunikasi juga mencakup bagaimana seseorang memahami situasi yang terjadi di dalam kelas selama proses pembelajaran. Hal ini bertujuan agar guru dapat menjaga situasi di kelas berlangsung kondusif selama proses pembelajaran. Misalnya dengan penggunaan metode belajar yang bervariasi dan diselingi dengan permainan akan dapat membangkitkan semangat siswa dalam belajar serta dapat meminimalisir kejenuhan dalam diri siswa. Dengan memiliki pengetahuan komunikasi ini guru dapat memilih dan menerapkan metode yang cocok untuk menarik perhatian siswa dalam situasi pembelajaran yang berbeda-beda, dengan harapan materi yang disampaikan dapat diterima baik oleh siswa. Kompetensi komunikasi yang terakhir yang harus dimiliki guru adalah keterampilan komunikasi yang berupa kemampuan dalam berkomunikasi secara efektif. Dalam hal ini guru harus bersikap empati terhadap siswa agar dapat mengetahui keadaan siswa. Dengan bersikap empati guru dapat memberikan perhatian lebih pada siswa yang mempunyai masalah belajar maupun masalah pribadi sehingga akan tercipta keakraban diantara guru dan siswa. Hubungan yang akrab ini akan berdampak pada proses pembelajaran menjadi lebih efektif, karena antara guru dan siswa sudah saling mengenal lebih dekat. Hal ini membuat siswa senang berinteraksi dengan guru, mereka tidak takut atau cemas untuk bertanya maupun menjawab 15 pertanyaan guru selama proses pembelajaran. Dengan demikian, seorang guru seharusnya memiliki kompetensi berkomunikasi agar proses pembelajaran berjalan efektif dan hubungan guru-siswa menjadi akrab, sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. 2.2.2 Unsur-unsur Komunikasi Dalam model komunikasi Berlo (1960) sebagaimana dikutip Cangara (2003:22), komunikasi terdiri dari 4 proses utama yaitu SMRC (Source, Message, Channel, dan Receiver). Shannon, dkk sebagaimana dikutip Cangara (2003:23), menambahkan unsur efek dan umpan balik (feedback) sebagai pelengkap dalam membangun komunikasi yang sempurna. Kemudian, Joseph, dkk sebagaimana dikutip Cangara (2003:23), menambahkan faktor lingkungan sebagai unsur yang tidak kalah pentingnya dalam mendukung terjadinya proses komunikasi. Dari penjelasan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 1.2 Gambar unsur-unsur komunikasi Sumber Pesan Media Penerima Umpan Balik Lingkungan Efek 16 1. Sumber Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi atau lembaga. Sumber sering disebut pengirim, komunikator atau dalam bahasa Inggrisnya disebut source, sender atau encoder. 2. Pesan Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. Dalam bahasa Inggris pesan biasanya diterjemahkan dengan kata message, content, atau Information. 3. Media Media yang dimaksud di sini adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Saluran komunikasi terdiri atas 3 bagian,lisan, tertulis (cetak), dan elektronik. Misalnya dalam komunikasi antarpribadi, maka media komunikasi yang digunakan adalah panca indra atau bisa memakai media telepon, surat, telegram yang digolongkan sebagai media komunikasi antarpribadi. Sedangkan komunikasi yang bersifat massa (komunikasi massa), dapat menggunakan media cetak (koran, surat kabar, majalah, dll) , dan media elektornik (TV, Radio). 17 4. Penerima Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai atau negara. Penerima adalah elemen yang penting dalam menjalankan sebuah proses komunikasi, karena dialah yang menjadi sasaran dari komunikasi. Penerima biasa disebut dengan berbagai macam istilah, seperti khalayak, sasaran, komunikan, atau dalam bahasa Inggris disebut audience atau receiver. Megenali khalayak adalah prinsip dasar dalam berkomunikasi. Karena mengetahui dan memahami karakteristik penerima (khalayak), berarti suatu peluang untuk mencapai suatu keberhasilan komunikasi. 5. Efek Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang. Oleh karena itu, pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan. 6. Umpan Balik Umpan balik sebenarnya adalah salah satu bentuk dari pada pengaruh yang berasal dari penerima. 18 7. Lingkungan Lingkungan atau situasi ialah faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas empat macam, yakni lingkungan fisik, sosial budaya, psikologis, dan dimensi waktu. Lingkungan fisik menunjukkan bahwa suatu proses komunikasi hanya bisa terjadi kalau tidak terdapat rintangan fisik, misalnya geografis. Komunikasi seringkali sulit dilakukan karena faktor jarak yang begitu jauh, di mana tidak tersedia fasilitas komunikasi seperti telepon, kantor pos atau jalan raya. Lingkungan sosial menunjukkan faktor sosial budaya, ekonomi dan politik yang bisa menjadi kendala terjadinya komunikasi, misalnya kesamaan bahasa, kepercayaan, adat istiadat dan status sosial. Dimensi psikologis adalah pertimbangan kejiwaan yang digunakan dalam berkomunikasi. Misalnya menghindari kritik yang menyinggung perasaan orang lain, menyajikan materi yang sesuai dengan usia khalayak. Dimensi psikologis ini biasa disebut dengan dimensi internal. Adapun dimensi waktu menunjukkan situasi yang tepat untuk melakukan kegiatan komunikasi. Banyak proses komunikasi tertunda karena pertimbangan waktu, misalnya musim. Guru (sumber) dan siswa (penerima) merupakan unsur yang penting dalam proses pembelajaran karena mereka merupakan pelaku utama terjadinya proses pembelajaran. Tanpa guru dan siswa, tidak akan terjadi proses pembelajaran, sehingga jika salah satu dari mereka ada yang bermasalah, misalnya guru sedang sakit dan ketika mengajar suaranya kurang jelas, akibatnya materi yang 19 disampaikan guru tidak dapat diterima baik oleh siswa. Selanjutnya jika siswa yang mengalami gangguan, kasus yang sering terjadi ketika proses pembelajaran berlangsung adalah kondisi siswa yang mulai letih dan merasa lapar, hal ini akan menyebabkan konsentrasi siswa dalam pelajaran berkurang, sehingga tidak dapat menyerap materi dengan baik. Dalam kasus tersebut, apabila kedua unsur (sumber dan penerima) bermasalah, dapat dipastikan komunikasi tidak berjalan efektif, sehingga umpan balik dan efek (dari segi pengetahuan) yang diharapkan tidak terjadi pada diri siswa. Selain itu, unsur media dan lingkungan juga berpengaruh dalam terciptanya komunikasi efektif. Jika guru ingin mengajar tentang mendengarkan dan ternyata speakernya rusak, atau pada saat yang bersamaan cuaca mendung dan hujan deras yang dapat mengganggu pendengaran siswa, maka proses pembelajaran menjadi terganggu. Gangguan tersebut berasal dari media yang tidak dapat diputar karena adanya kerusakan pada speaker dan gangguan pada lingkungan, yaitu pada dimensi waktu (saat berlangsungnya proses pembelajaran bertepatan dengan hujan deras). Berdasarkan paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap unsur komunikasi memberi peranan yang sangat penting dalam membangun proses komunikasi. Bahkan ketujuh unsur ini saling mempengaruhi satu sama lain. Artinya apabila salah satu unsurada yang terganggu atau mengalami hambatan, maka proses komunikasi akan terganggu. Akibatnya komunikasi tidak akan efektif dan tidak akan menghasilkan dampak sebagaimana yang diharapkan. 20 2.2.3 Komunikasi Guru dalam Pembelajaran Komunikasi mencakup berbagai aspek kehidupan sehari-hari, termasuk di antaranya komunikasi dalam bidang pendidikan. Hampir sebagian besar aktivitas pembelajaran yang dilakukan guru di ruang kelas adalah kegiatan komunikasi, baik verbal maupun nonverbal.Oleh karenanya, hasil buruk penerimaan materi oleh para siswa dapat dikarenakan guru tidak memiliki kompetensi berkomunikasi, sehingga dapat menyebabkan komunikasi guru kurang baik di depan para siswa. Sebagai contoh, salah satu komponen dari kompetensi berkomunikasi adalah pengetahuan komunikasi yang meliputi penguasaan materi dan metode penyampaiannya. Apabila guru menguasai materi, namun kurang menguasai metode, dapat dipastikan komunikasi yang terjalin pada saat proses pembelajaran menjadi tidak efektif. Menurut Iriantara dan Syaripudin (2013:72), komunikasi pendidikan bukan sekadar komunikasi yang berlangsung dengan latar pembelajaran atau pendidikan, melainkan juga proses komunikasi yang di dalamnya terkandung nilai-nilai pendidikan. Efektivitas pembelajaran bergantung pada efektivitas komunikasi. Oleh karena itu, efektivitas seorang guru dalam pembelajaran bergantung pada seberapa efektif komunikasinya dengan siswa di dalam atau di luar kelas (Iriantara dan Syaripudin 2013:73). Komunikasi di dalam kelas adalah komunikasi yang berlangsung secara formal, di mana lebih kuat dimensi pertukaran atau penyampaian pesannya dibanding dimensi relasinya. Sedangkan komunikasi di luar kelas berlangsung secara informal, di mana lebih kuat dimensi relasinya 21 dibanding dimensi pertukaran atau penyampaian pesannya. Dalam proses pembelajaran di sekolah, baik komunikasi formal maupun informal sama pentingnya untuk mendorong peningkatan mutu pembelajaran. Guru yang baik adalah guru yang memahami bahwa komunikasi dan pembelajaran adalah dua hal yang saling bergantung yang lebih mementingkan apa yang sudah siswa pelajari dari pada apa yang sudah diajarkannya, dan yang terus menerus memilih dan menentukan apa yang harus dikomunikasikan dan bagaimana mengkomunikasikannnya (Richmond et.al, 2009) sebagaimana dikutip Iriantara dan Syaripudin (2013:74). Intinya adalah guru yang baik adalah komunikator yang baik, atau guru yang efektif adalah komunikator yang efektif. Menurut Richmond et.al (2009) sebagaimana dikutip Iriantara dan Syaripudin (2013:74), komunikasi pembelajaran merupakan proses di mana guru membangun relasi komunikasi yang efektif dan afektif dengan siswa sehingga siswa berkesempatan meraih keberhasilan yang maksimal dalam proses pembelajaran. Tujuan membangun komunikasi efektif dan afektif adalah untuk mewujudkan kegiatan pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa mencapai tujuan pembelajaran. Komunikasi yang efektif artinya guru dan siswa sama-sama memahami apa yang dikomunikasikan dan bagaimana mengkomunikasikannya. Sedangkan komunikasi afektif bertujuan membangun keadaan saling memahami perasaan antara guru dan siswa terhadap proses komunikasi dan apa yang sedang dibelajarkan. Guru yang peduli, yang penuh perhatian terhadap siswanya akan membuat siswa tak segan untuk mengajaknya berdiskusi tentang berbagai hal. Ada 22 banyakpenelitian yang menunjukkan bagaimana relasi guru dan siswa ini berdampak terhadap proses pembelajaran. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Dais et.al (2003) sebagaimana dikutip Iriantara dan Syaripudin (2013:72), relasi yang baik antara guru dan siswa berpengaruh terhadap prestasi dan motivasi belajar siswa. Selain itu relasi positif guru-siswa merupakan senjata yang ampuh untuk menciptakan iklim pembelajaran yang membuat siswa lebih menghormati orang dewasa disekitarnya dan menghormati sesamanya, serta menjadi lebih memiliki perhatian karena merasa diperhatikan (Thompson 1998) dan (Canter & Canter 1997) sebagaimana dikutip Iriantara dan Syaripudin (2013:73). Sedangkan Marzano (2003:18) sebagaimana dikutip Iriantara dan Syaripudin (2013:73) menunjukan relasi guru dan siswa juga membuat siswa lebih mudah menjadi orang yang disiplin dan taat aturan. Selain itu, relasi siswa dan guru ini membuat siswa lebih menyimak apa yang disampaikan gurunya karena merasa keberadaannya dinilai dan dihargai (Zem & Kottler 1993) sebagaimana dikutip Iriantara dan Syaripudin (2013:73). Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pentingnya membangun relasi yang baik antara guru dan siswa karena berdampak pada komunikasi pembelajaran dan proses pembelajaran menjadi lebih efektif. Selain itu juga menunjukkan pentingnya komunikasi bukan hanya dalam artian pertukaran atau penyampaian pesan, melainkan juga dalam menjaga relasi. Relasi yang baik ini dapat terjalin apabila guru mempedulikan dan memperhatikan setiap siswa baik di dalam maupun di luar kelas. Dengan demikian ketika siswa mengalami kesulitan dalam belajar atau mempunyai masalah pribadi yang 23 mengganggu aktivitas belajarnya, siswa dengan senang hati akan bercerita pada guru, kemudian mendengarkan nasihat dari guru. Dalam pembelajaran bahasa Prancis, relasi baik guru bahasa Prancis dengan siswanya sangat berpengaruh pada keefektifan komunikasi guru dalam menyampaikan materi. Mengingat bahasa Prancis adalah bahasa baru bagi siswa, maka relasi yang baik ini sangat diperlukan untuk menumbuhkan motivasi siswa. Untuk pembelajar pemula biasanya akan menemui banyak kesulitan baik dalam pengucapan maupun penulisan. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan dalam pengucapan dan penulisan bahasa Prancis. Selain itu, terdapat sistem pengkonjugasian kata kerja serta bahasa Prancis juga mengenal adanya dua jenis kata benda ( masculin dan feminim ) yang berpengaruh pada penggunaan article. Kesulitan dalam mempelajari bahasa Prancis dapat membuat siswa tidak tertarik dan tidak menyukai bahasa Prancis. Dengan demikian, guru bahasa Prancis sebaiknya menjalin relasi baik dengan siswanya. Relasi yang baik akan mendorong siswa untuk memperhatikan guru ketika menyampaikan materi, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Zen dan Kottler (1993) sebagaimana dikutip Iriantara dan Syaripudin (2013:73). Meskipun pada mulanya perhatian siswa disebabkan karena rasa hormatnya terhadap guru, lama kelamaan siswa dengan sendirinya akan menyukai bahasa Prancis karena dalam setiap proses pembelajaran siswa mau memperhatikan, sehingga dapat menyelesaikan setiap tugas yang diberikan, dan siswa akan berani bertanya pada guru apabila menemui kesulitan dalam mempelajari bahasa Prancis. 24 2.3 Tinjauan Umum Mengenai Motivasi 2.3.1 Pengertian Motivasi Dalam kegiatan belajar mengajar, dikenal adanya motivasi belajar yaitu motivasi yang diterapkan dalam kegiatan belajar. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan dan menjamin kelangsungan belajar demi mencapai tujuan. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga anak itu mau dan ingin melakukan kegiatan belajar, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu, sehingga siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Untuk menjelaskan pengertian motivasi, Sardiman (2007:73) menjelaskan bahwa motivasi itu sendiri terbentuk dari kata “motif” yang diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu atau dapat juga dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam subjek untuk melakukan aktifitasaktifitas tertentu demi mencapai tujuan. Menurut Mc. Donald sebagaimana dikutip Hamalik (2003:158), motivation is an energy change within theperson characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction. Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. 25 Slavin (1994) sebagaimana dikutip Rifa‟i dan Catharina (2009:159) menyatakan bahwa motivasi merupakan proses internal yang mengaktifkan, memandu, dan memelihara perilaku seseorang secara terus menerus. Menurut Thomas L. Good dan Jere B. Brophy (1986) sebagaimana dikutip Prayitno (1989:8), motivasi sebagai suatu energi penggerak, pengarah, dan memperkuat tingkah laku. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan suatu dorongan dari dalam diri siswa yang memunculkan keinginan untuk beraktivitas atau melakukan sesuatu, serta menggerakkan dan mengarahkan aktivitas siswa dalam mencapai tujuan maupun kebutuhannya akan belajar. Jadi motivasi siswa dalam belajar bahasa Prancis adalah dorongan dalam diri siswa untuk mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan bahasa Prancis, serta menggerakkan dan mengarahkan siswa untuk memperhatikan bahasa Prancis ketika proses pembelajaran berlangsung. 2.3.2 Jenis-jenis Motivasi Hamzah (2010:23) mengungkapkan bahwa, “motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsik adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.” Hal ini sejalan dengan pendapat Hamalik (2003:162-163), bahwa motivasi dibagi menjadi dua jenis, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. 26 Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tercakup di dalam situasi belajar dan memenuhi kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa. Motivasi ini sering juga disebut motivasi murni. Motivasi yang sebenarnya yang timbul dalam diri siswa. Jadi, motivasi ini timbul tanpa pengaruh dari luar. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar. Motivasi ekstrinsik ini tetap diperlukan di sekolah, sebab pengajaran di sekolah tidak semuanya menarik minat siswa atau sesuai dengan kebutuhan siswa. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi dibagi menjadi dua jenis, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri siswa yang keberadaannya tidak dipengaruhi oleh rangsangan dari luar. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang keberadaannya disebabkan karena pengaruh rangsangan dari luar. Dalam proses pembelajaran, baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik sama pentingnya. Hal ini dikarenakan tidak semua siswa tertarik pada semua mata pelajaran, sehingga guru dapat menumbuhkan motivasi ekstrinsik siswa agar tetap mau belajar. 2.3.3 Fungsi Motivasi Sardiman (2007:85) yang menyatakan fungsi motivasi dalam belajar adalah sebagai berikut: 1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. 27 2. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. 3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatanperbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seseorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegitan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi berfungsi sebagai pendorong, penggerak, pengarah maupun penyeleksi seseorang dalam melakukan perbuatan tertentu untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Siswa yang memiliki motivasi belajar, mereka akan terdorong untuk melakukan kegiatan belajar demi mencapai tujuannya, sehingga meningggalkan kegiatan yang mengganggu aktivitas belajarnya. 2.3.4 Ciri-ciri Orang yang Memiliki Motivasi Menurut Sardiman (2007:83) siswa yang memiliki motivasi belajar akan memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a. Tekun menghadapi tugas (seseorang dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai). 28 b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa) tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak dapat puas dengan prestasi yang telah dicapainya). c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa (misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, pantangan terhadap setiap tindak kriminal moral dan sebagainya). d. Lebih senang bekerja mandiri. e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif). f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu). g. Tidak mudah melepaskan hal yang di yakini. h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. Sedangkan Hamzah (2010:31) menyatakan bahwa ciri-ciri siswa dapat dikatakan mempunyai motivasi belajar bila memenuhi indikator-indikator di bawah ini : 1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil Menurut Jauhary (2008:3) usaha dan semangat yang bertubi-tubi serta rasa percaya diri dalam diri seseorang merupakan penentu kesuksesan/keberhasilan dan pencapaian tujuan yang maksimal. dalam meraih 29 2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. Menurut teori kebutuhan, manusia termotivasi untuk bertindak kalau ia ingin memenuhi kebutuhannya (Prayitno 1989:34). Robert C. Beck (1978) sebagaimana dikutip Prayitno (1989:8) mengemukakan bahwa pengertian motivasi yang dibahas oleh para ahli meliputi pembahasan tentang need for achievement, need for affiliation dan perasaan ingin tahu yang berasal dari dalam diri siswa. Need for achievement yang disingkat dengan n.ach adalah kebutuhan untuk berprestasi, yaitu suatu keinginan untuk selalu unggul atau menjadi terbaik. Sedangkan need for affiliation yang disingkat dengan n.aff adalah kebutuhan untuk berhubungan sosial yang meliputi kebutuhan untuk diakrabi, bekerja sama dan diakui secara sosial. 3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan. Dengan rajin menimba ilmu, tekun berlatih, dan selalu berpikiran positif, individu akan dapat mencapai tahapan-tahapan cita-cita yang diinginkan (Jauhary 2008:13). 4. Adanya penghargaan dalam belajar. Penghargaan sangat efektif untuk memotivasi siswa dalam mengerjakan tugas-tugas baik yang harus diselesaikan dengan segera maupun tugas-tugas yang berlangsung secara terus-menerus (Dumbo 1981) sebagaimana dikutip Prayitno (1989:84). Penghargaan ini dapat berupa ungkapan verbal, misalnya bagus, baik, atau betul dan penghargaan yang berupa nilai pada kertas tugas ataupun kertas 30 ujian siswa dengan dilengkapi komentar dan saran-saran agar siswa dapat bekerja lebih baik lagi. 5. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang dapat mengembangkan motivasi siswa dalam belajar semaksimal mungkin (Prayitno 1989:94). Untuk itu guru sebagai penanggung jawab keberhasilan pengajaran perlu mengusahakan agar setiap komponen yang terlibat dalam pengajaran dapat mendukung peningkatan motivasi siswa dalam belajar. Menurut Prayitno (1989:128-130) komponen-komponen yang terlibat dalam pengajaran meliputi sikap guru, metode mengajar, materi pengajaran, media pengajaran, dan penilaian hasil pengajaran sangat mempengaruhi minat dan kegairahan siswa dalam belajar. Sikap/tingkah laku guru dijadikan model oleh siswa-siswanya. Guru yang memberi semangat kepada siswa dengan menekankan bahwa semua siswa dapat berhasil dalam belajar, asal berusaha keras, rajin, tekun dan tidak mengenal putus asa, akan menimbulkan semangat siswa untuk belajar. Mereka tidak takut untuk salah dalam belajar, karena mereka yakin jika salah mereka boleh berusaha lagi untuk memperoleh yang benar. Metode mengajar yang dapat meraih minat siswa untuk belajar adalah yang memungkinkan siswa terlibat secara aktif dalam belajar. Materi pengajaran tidak kalah pentingnya dalam pengajaran. Guru harus mampu memilih dan mengorganisasikan materi pengajaran agar menarik dan memudahkan siswa dalam memahami materi. 31 Media pengajaran dapat berfungsi untuk mendorong siswa belajar dengan minat dan kegairahannya apabila media pengajaran itu dipilih dengan mempertimbangkan karakteristik siswa, tujuan pengajaran itu sendiri dan bentuk evaluasi pengajaran yang akan dilaksanakan. Komponen yang terakhir adalah evaluasi pengajaran. Menurut Prayitno (1989:127) suatu cara penilaian yang dapat dilakukan oleh guru adalah melibatkan siswa dalam melakukan penilaian. Mereka dilibatkan untuk menilai pekerjaan mereka sendiri dan kawan-kawannya. Cara seperti ini dilakukan untuk memperlihatkan bahwa siswa-siswa sangat termotivasi dalam belajar dan merasa puas dengan penilaian yang mereka terima (Morton dan Machbeth 1977) sebagaimana dikutip Prayitno (1989:128). Hal ini disebabkan karena mereka menyadari dengan sungguh-sungguh kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan dan cara-cara yang seharusnya mereka perbuat. 6. Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik. Menurut Prayitno (1989:133) lingkungan yang besar dan penting pengaruhnya terhadap minat dan keseriusan siswa dalam belajar adalah lingkungan sekolah dan keluarga (orang tua). Lingkungan sekolah mencakup lingkungan fisik dan lingkungan sosial yang terdapat di dalam kelas atau sekolah pada umumnya. Lingkungan fisik sekolah mengacu pada kebutuhan rasa aman, nyaman dan ketersediaan fasilitas belajar yang menunjang minat siswa untuk belajar. Sedangkan lingkungan sosial di sekolah lebih mengacu pada hubungan 32 guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Dembo (1988) sebagaimana dikutip Prayitno (1989:147) mengemukakan bahwa siswa butuh pengakuan dari guru dan teman-temannya sebagai sumber motivasi dalam belajar. Banyak siswa yang bergairah dan menampakkan aktivitas yang tinggi dalam belajar bukan karena memiliki motivasi berprestasi, tetapi karena sokongan sosial. Mereka menampakkan kegairahan dalam belajar jika mereka mempunyai hubungan sosial yang akrab dengan guru maupun dengan teman sekelas. Berdasarkan teori di atas, dalam penelitian ini indikator yang digunakan untuk motivasi belajar peneliti menggunakan teori ciri-ciri motivasi belajar oleh Sardiman dan Hamzah. Berdasarkan teori dari Sardiman peneliti mengambil ciri motivasi tekun menghadapi tugas dan ulet menghadapi kesulitan. Menurut peneliti kedua ciri tersebut sesuai digunakan untuk mengetahui motivasi belajar siswa. Dalam pembelajaran bahasa Prancis, siswa yang memiliki motivasi belajar akan tekun menghadapi tugas dan ulet menghadapi kesulitan. Selain itu peneliti juga menggunakan teori dari Hamzah yang menyatakan bahwa ada 6 ciri-ciri siswa dikatakan memiliki motivasi belajar. Dari keenam ciri tersebut, tiga diantaranya adalah motivasi belajar yang berasal dari dalam diri siswa yaitu adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan, dan tiga diantaranya adalah motivasi belajar yang berasal dari luar diri siswa yaitu adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, serta adanya lingkungan belajar yang 33 kondusif. Menurut peneliti ciri-ciri motivasi belajar tersebut sesuai digunakan dalam penelitian ini karena selain ketekunan dan keuletan, siswa yang memiliki motivasi belajar dalam dirinya ada keinginan untuk berhasil dalam meraih citacitanya, sehingga siswa akan tertarik dan terdorong untuk belajar serta memenuhi kebutuhan belajarnya dengan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. 2.3.5 Unsur- Unsur Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Menurut Dimyati dan Mudjio (1994:89-92) unsur –unsur yang mempengaruhi motivasi belajar adalah (1) cita-cita atau aspirasi siswa, (2) kemampuan siswa, (3) kondisi siswa, (4) kondisi lingkungan siswa, (5) unsurunsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran, dan (6) upaya guru dalam membelajarkan siswa. 1. Cita-cita atau Aspirasi Siswa Cita-cita dapat berlangsung dalam waktu sangat lama, bahkan sepanjang hayat. Cita-cita siswa untuk ”menjadi seseorang” akan memperkuat semangat belajar dan mengarahkan perilaku belajar. Cita-cita akan memperkuat motivasi belajar intrinsik maupun ektrinsik, sebab tercapainya suatu cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri. 2. Kemampuan Siswa Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya. Kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan. Siswa yang mempunyai kemampuan 34 belajar tinggi, biasanya lebih termotivasi dalam belajar, karena siswa seperti itu lebih sering memperoleh sukses, dan kesuksesan tersebut memperkuat motivasinya. 3. Kondisi Siswa Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar. Seorang siswa yang sedang sakit, lapar atau marah-marah akan mengganggu perhatian belajar. Sebaliknya, seorang siswa yang sehat, kenyang dan gembira akan mudah memusatkan perhatian. 4. Kondisi Lingkungan Siswa Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur yang datangnya dari luar diri siswa. Lingkungan siswa berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan masyarakat. Sebagai anggota masyarakat, maka siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Bencana alam, tempat tinggal yang kumuh, ancaman rekan yang nakal, perkelahian antar siswa akan mengganggu kesungguhan belajar. Sebaliknya lingkungan sekolah yang indah, pergaulan siswa yang rukun akan memperkuat motivasi belajar. 5. Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar dan Pembelajaran Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang keberadaannyatidak stabil, sehingga dapat mempengaruhi proses belajar. Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalaman dengan teman sebayanya 35 berpengaruh pada motivasi dan perilaku belajar. Lingkungan siswa yang berupa lingkungan alam, lingkungan tempat tinggal, dan pergaulan juga mengalami perubahan. Lingkungan budaya siswa yang berupa surat kabar, majalah, radio, televisi dan film semakin menjangkau siswa. Kesemua lingkungan tersebut mendinamiskan motivasi belajar. Berdasarkan hal tersebut, guru profesional diharapkan mampu memanfaatkan surat kabar, majalah, siaran radio, televisi, dan sumber belajar di sekitar sekolah untuk memotivasi belajar siswa. 6. Upaya Guru dalam Membelajarkan Siswa Upaya yang dimaksud disini adalah bagaimana guru mempersiapkan diri dalam membelajarkan siswa mulai dari penguasaan materi, cara menyampaikannya, dan menarik perhatian siswa. Upaya pembelajaran tersebut meliputi (i) pemanfaatan penguatan berupa hadiah, kritik, hukuman secara tepat guna, dan (ii) mendidik cinta belajar. Dengan memberi penguatan pada siswa akan menarik perhatian siswa untuk mengikuti proses pembelajaran, dan cara guru dalam mendidik cinta belajar dapat dilakukan dengan menyampaikan materi menggunakan metode yang bervariasi dan menyenangkan. Dengan demikian, dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat enam unsur yang mempengaruhi motivasi belajar siswa, yaitu cita-cita atau aspirasi siswa, kemampuan siswa, kondisi siswa, kondisi lingkungan siswa, unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran, serta upaya guru dalam membelajarkan siswa. Siswa yang memiliki cita-cita dalam dirinya akan timbul suatu keinginan untuk 36 mencapainya. Keinginan siswa untuk mencapai cita-cita tidak terlepas dari kemampuan siswa. Antara siswa yang satu dengan siswa yang lain memiliki kemampuan yang berbeda-beda, ada siswa yang pandai dalam bidang A namun kurang pandai dalam bidang B, dan sebaliknya. Dengan perbedaan ini akan menyebabkan perbedaan cita-cita yang dimiliki siswa, sehingga motivasi belajar siswa akan berbeda pula sesuai dengan cita-cita yang ingin dicapainya. Kondisi lingkungan siswa seperti lingkungan tempat tinggal, pergaulan siswa, dan lingkungan masyarakat juga dapat mempengaruhi motivasinya, lingkungan siswa yang mendukung untuk belajar akan meningkatkan motivasi belajar siswa. Selain itu, upaya guru dalam membelajarkan siswa dapat dilakukan dengan memberikan penguatan yang berupa hadiah, kritik, maupun hukuman untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa. 2.4 Kerangka Pikir Dalam proses pembelajaran di kelas tidak terlepas dari kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa. Kegiatan belajar tersebut bergantung dari motivasi yang ada dalam diri siswa. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan dan menjamin kelangsungan belajar demi mencapai tujuan. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan tekun dalam belajar untuk mencapai tujuan yang diharapkannya. Motivasi belajar dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang ada dalam diri siswa, sehingga keberadaanya tidak membutuhkan rangsangan dari luar. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang ada di luar 37 diri siswa, yang keberadaannya membutuhkan rangsangan dari luar. Apabila siswa tidak mempunyai motivasi intrinsik, guru sebagai sumber utama belajar harus mampu menciptakan motivasi belajar siswa. Motivasi yang timbul akibat rangsangan dari guru inilah yang disebut dengan motivasi ekstrinsik. Seorang guru akan dapat memotivasi siswanya dengan baik jika guru mampu berkomunikasi dengan baik pula dengan siswa. Komunikasi yang baik antara guru dan siswa akan menimbulkan relasi yang baik bagi keduanya, sehingga hubungan guru dan siswa menjadi akrab. Dengan menjalin hubungan yang akrab, guru akan dengan mudah memotivasi siswa karena siswa merasa nyaman dan keberadaannya dihargai dan dianggap oleh guru, sehingga akan membuat siswa mau melaksanakan perintah guru. Komunikasi yang baik ini akan menimbulkan persepsi positif siswa terhadap guru, sehingga proses pembelajaran akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Siswa akan dengan senang hati memperhatikan materi yang diajarkan guru, dan mengerjakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Namun agar dapat berkomunikasi dengan baik dan efektif, seorang guru seharusnya memiliki kompetensi berkomunikasi. Dengan memiliki kompetensi berkomunikasi, guru akan memiliki keinginan untuk selalu berkomunikasi dengan siswanya baik di dalam maupun di luar kelas. Selain itu, guru juga akan mampu melihat kondisi siswa baik dari segi fisik maupun psikis, dan situasi kelas ketika proses pembelajaran, sehingga guru dapat menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan situasi tersebut, serta guru dapat memberikan treatmen kepada siswa yang memiliki kesulitan belajar dan masalah pribadi. 38 2.5 Hipotesis Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto 2010:110). Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “ Ada pengaruhpersepsi siswa mengenai kompetensi berkomunikasi guruterhadapmotivasi belajar bahasa Prancis siswa kelas XI Bahasa MAN 1 Surakarta.” BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini pendekatan korelasional digunakan untuk mengetahui pengaruh persepsi siswa mengenai kompetensi berkomunikasi guru terhadap motivasi belajar bahasa Prancis siswa. 3.2 Variabel Penelitian Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto 2010:161). Penelitianini memiliki dua variabel, yang pertama adalah variabel bebas (X) yaitu persepsi siswa mengenai kompetensi berkomunikasi guru, dan yang kedua adalah variabel terikat (Y) yaitu motivasi belajar bahasa Prancis siswa. 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswakelas XI Bahasa MAN 1 Surakarta yang berjumlah 20 siswa. Sampel dalam penelitian ini sama dengan populasi. Menurut Arikunto (2010:112) bahwa jika populasi kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitian ini disebut penelitian populasi. 39 40 3.4 Teknik Pengumpulan Data Pada penelitian ini digunakan dua metode pengumpulan data, yaitu metode dokumentasi dan metode angket atau kuesioner. Berikut ini penjabaran kedua metode tersebut : 3.4.1 Dokumentasi Metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data mengenai nama dan jumlah siswa kelas XI Bahasa MAN 1 Surakarta yang menjadi responden dalam penelitian. 3.4.2 Angket atau kuesioner Angket dalam penelitian ini terdiri dari daftar butir-butir pertanyaan yang dibagikan kepada responden dan dipergunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan variabel kompetensi berkomunikasi guru dan motivasi belajar bahasa Prancis. Untuk memperoleh data mengenai kompetensi berkomunikasi guru, peneliti mengkonstruk instrumen berdasarkan teori kompetensi komunikasioleh Morreale et al sebagaimana dikutip Novita (2013) dan untuk variabel motivasi belajar bahasa Prancis, peniliti mengkonstruk instrumen berdasarkan teori ciriciri motivasi oleh Sardiman (2008:83) dan Hamzah (2008:31). Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup yaitu angket yang telah disediakan pilihan jawabannya. Bentuk angketnya adalah angket berjenjang dengan 4 pilihan jawaban. Skala penilaian yang digunakan adalah 4, 3, 2, 1. 41 Alternatif jawaban berupa SL (Selalu), SR (Sering), KK (Kadang-kadang), TP (Tidak Pernah). Kisi – kisi instrumen angket dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Angket Variabel Kompetensi Komunikasi Indikator Motivasi Komunikasi Pengetahuan Komunikasi Keterampilan komunikasi Motivasi Belajar Adanya ketekunan dalam menghadapi tugas Adanya keuletan dalam menghadapi kesulitan Adanya hasrat dan keinginan Berhasil Sub indikator Adanya ketertarikan guru untuk berkomunikasi dengan siswa No.butir soal 1, 2, 3 Adanya dorongan guru untuk memulai komunikasi dengan siswa 4 Adanya pengetahuan konten yang dimiliki oleh guru 5, 6, 7 Adanya pengetahuan prosedural yang dimiliki oleh guru 8, 9, 10 Adanya sikap terhadap siswa empati guru 11 Adanya perilaku yang akrab atau tidak kaku guru dengan siswa 12 Adanya upaya yang dilakukan oleh guru dalam mengurangi keraguan siswa 13 Mengerjakan tugas menerus sampai selesai terus 14 Tidak lekas putus asa saat menemui kesulitan dalam belajar 15 Usaha yang terus menerus dalam belajar Semangat yang terus menerus dalam belajar Rasa percaya diri dalam menjawab pertanyaan dari guru 16 17 18 42 Lanjutan… Variabel Indikator Sub-Indikator No.Butir Soal 19 Ingin berprestasi dorongan dan Mempunyai perasaan ingin tahu 20 kebutuhan dalam belajar Ingin keberadaannya dalam kelas diperhitungkan oleh guru 21 Adanya harapan dan cita-cita masa depan Rajin menimba ilmu dalam meraih cita-cita Tekun berlatih dalam meraih cita-cita 22 Selalu berfikiran positif dalam meraih cita-cita 24 Adanya penghargaan dalam belajar Pujian dari guru Pemberian komentar dan saran dari guru pada kertas ujian siswa 25 26 Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar Sikap guru dalam menyemangati siswa Penggunaan metode mengajar yang dapat membuat siswa aktif Pemilihan dan pengorganisasian materi pengajaran yang memudahkan siswa memahami Penggunaan media pengajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa Evaluasi pengajaran yang melibatkan siswa 27 Lingkungan kelas yang nyaman dalam belajar 32 Adanya lingkungan belajar yang Mempunyai hubungan kondusif akrab dengan guru yang 23 28 29 30 31 33 43 3.5 Validitas dan Reliabilitas a. ValiditasInstrumen Penelitian ini menggunakan validitas konstruk karena instrumen penelitian ini disusun berdasarkan teori tentang kompetensi berkomunikasi guru dan motivasi belajar bahasa Prancis. b. Reliabilitas Instrumen Reliabilitas menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto 2010:221). Dalam penelitian ini untuk mengetahui reliabilitas instrumen yang berupa angket, digunakan rumus Alpha.Rumus Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0 (Arikunto 2010:239). Adapun rumusnya sebagai berikut : ( ) ∑ Keterangan : = Reliabilitas instrumen k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal ∑ = Jumlah varians butir = Varians total 44 3.6 Teknik Penentuan Skor Data yang didapat dari angket berupa data kualitatif. Agar data tersebut dapat dianalisis maka haruslah diubah menjadi data kuantitatif. Oleh karena itu, masing-masing jawaban diberi tingkat-tingkat skor sebagai berikut : 1. Untuk pilihan jawaban SL diberi skor 4 2. Untuk pilihan jawaban SR diberi skor 3 3. Untuk pilihan jawaban KK diberi skor 2 4. Untuk pilihan jawaban TP diberi skor 1 3.7 Uji Coba Instrumen Instrumen penelitian yang berupa angket telah diuji cobakan kepada 4 orang siswakelas XI Bahasa MAN 1 Surakarta pada tanggal 17November 2014untuk mengetahui reliabilitas instrumen. Setelah uji coba instrumen, data ditabulasikan ke dalam tabel skor uji dan tabel perhitungan, berikut rincian perhitungannya : [ ][ ∑ ] ( =[ ][ )( ) ] = = 0,958 Dari hasil analisis dengan menggunakan rumus Alpha diperoleh nilai = 0,958, sedangkan r tabel product moment untuk taraf N 4 taraf signifikansi 95 % 45 = 0,950. Oleh karena r hitung > r tabel, yaitu 0,958 > 0,950, maka dapat disimpulkan bahwa alat ukur dalam penelitian ini reliabel. 3.8 Teknik Analisis Data Analisis data penelitian ini melalui dua tahap analisis yaitu deskriptif dan analisis data kuantitatif. 3.8.1 Analisis deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran dari variabel bebas yaitu persepsi siswa mengenai kompetensi berkomunikasi guru dan variabel terikat yaitu motivasi belajar bahasa Prancis siswa. Pengukuran pada kedua variabel tersebut dilakukan dengan memberikan skor dari jawaban angket yang diisi oleh responden. Langkah-langkahnya sebagai berikut : 1. Membuat tabulasi data dari angket yang telah diisi responden dengan cara menentukan skor jawaban responden dengan ketentuan skor yang ditetapkan. 2. Menentukan perhitungan tabel kriteria variabel bebas dan terikat serta masing-masing indikatornya dengan cara sebagai berikut : Menentukan perhitungan kriteria total skor data yang diperoleh dengan cara sebagai berikut : 1. Skor minimal = skor terendah x jumlah soal x jumlah responden 2. Skor maksimal = skor tertinggi x jumlah soal x jumlah responden 3. Rentang soal = skor tertinggi – skor terendah 4. Interval skor = skor tertinggi – skor terendah : 4 46 Pada variabel persepsi siswa mengenai kompetensi berkomunikasi guru digunakan 13 butir pernyataan, masing-masing pernyataan skornya 1-4, berikut perhitungannya : Skor minimal : 1 x 13 x 15 = 195 Skor maksimal : 4 x 13 x 15 = 780 Rentang skor : 780 – 195 = 585 Interval kelas : 780 – 195 : 4 = 146,25 Dari hasil perhitungan tersebut, dapat dibuat tabel kriteria variabel persepsi siswa mengenai kompetensi komunikasi guru di bawah ini : Tabel 3.2 Kriteria Variabel Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi Komunikasi Guru Interval Skor 633,75 – 780 487,49 – 633,74 341,23 – 487,48 194,97 – 341,22 Kriteria Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Pada indikator motivasi komunikasi digunakan 4 butir pernyataan, di mana nilai skornya 1-4, berikut perhitungannya : Skor minimal : 1 x 4 x 15 = 60 Skor maksimal : 4 x 4 x 15 = 240 Rentang skor : 240 – 60 = 180 Interval kelas : 240 – 60 : 4 = 45 Dari hasil perhitungan tersebut, dapat dibuat tabel kriteria indikator motivasi komunikasi di bawah ini : 47 Tabel 3.3 Kriteria Indikator Motivasi Komunikasi Interval Skor 195 – 240 149 – 194 103 – 148 57 – 102 Kriteria Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Pada indikator pengetahuan komunikasi digunakan 6 butir pernyataan, di mana nilai skornya 1-4, berikut perhitungannya : Skor minimal : 1 x 6 x 15 = 90 Skor maksimal : 4 x 6 x 15 = 360 Rentang skor : 360 – 90 = 270 Interval kelas : 360 – 90 : 4 = 67,5 Dari hasil perhitungan tersebut, dapat dibuat tabel kriteria indikator pengetahuan komunikasi di bawah ini : Tabel 3.4 Kriteria Indikator Pengetahuan Komunikasi Interval Skor 292,5 – 360 224,9 – 292,4 157,3 – 224,8 89,7 – 157,2 Kriteria Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Pada indikator keterampilan komunikasi digunakan 3 butir pernyataan, di mana nilai skornya 1-4, berikut perhitungannya : Skor minimal : 1 x 3 x 15 = 45 Skor maksimal : 4 x 3 x 15 = 180 Rentang skor : 180 – 45 = 135 Interval kelas : 180 – 45 : 4 = 33,75 48 Dari hasil perhitungan tersebut, dapat dibuat tabel kriteria indikator keterampilan komunikasi di bawah ini : Tabel 3.5 Kriteria Indikator Keterampilan Komunikasi Interval Skor 146,25 – 180 112,49 – 146,24 78,73 – 112,48 44,97 – 78,72 Kriteria Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Pengukuran kriteria variabel terikat berupa motivasi belajar bahasa Prancis siswa sebagai berikut : Menentukan perhitungan kriteria total skor data yang diperoleh dengan cara sebagai berikut : 1. Skor minimal = skor terendah x jumlah soal x jumlah responden 2. Skor maksimal = skor tertinggi x jumlah soal x jumlah responden 3. Rentang soal = skor tertinggi – skor terendah 4. Interval skor = skor tertinggi – skor terendah : 4 Pada variabel motivasi belajar bahasa Prancis siswa digunakan 20 butir pernyataan, masing-masing pernyataan skornya 1-4, berikut perhitungannya : Skor minimal : 1 x 20 x 15 = 300 Skor maksimal : 4 x 20 x 15 = 1200 Rentang skor : 1200 – 300 = 900 Interval kelas : 1200 – 300 : 4 = 225 Dari hasil perhitungan tersebut, dapat dibuat tabel kriteria variabel motivasi belajarbahasa Prancis siswa di bawah ini : 49 Tabel 3.6 Kriteria Variabel Motivasi BelajarBahasa Prancis Siswa Interval Skor 975 – 1200 749 – 974 523 – 748 297 – 522 Kriteria Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Pada indikator adanya ketekunan dalam menghadapi tugas digunakan 1 butir pernyataan, di mana nilai skornya 1-4, berikut perhitungannya : Skor minimal : 1 x 1 x 15 = 15 Skor maksimal : 4 x 1 x 15 = 60 Rentang skor : 60 – 15 = 45 Interval kelas : 60 – 15 : 4 = 11,25 Dari hasil perhitungan tersebut, dapat dibuat tabel kriteria indikator adanya ketekunan dalam menghadapi tugasdi bawah ini : Tabel 3.7 Kriteria Indikator Adanya Ketekunan dalam Menghadapi Tugas Interval Skor 48,75 – 60 37,49 – 48,74 26,23 – 37,48 14,97 – 26,22 Kriteria Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Pada indikator adanya keuletan dalam menghadapi kesulitan digunakan 1 butir pernyataan, di mana nilai skornya 1-4, berikut perhitungannya : Skor minimal : 1 x 1 x 15 = 15 Skor maksimal : 4 x 1 x 15 = 60 Rentang skor : 60 – 15 = 45 Interval kelas : 60 – 15 : 4 = 11,25 50 Dari hasil perhitungan tersebut, dapat dibuat tabel kriteria indikator adanya keuletan dalam menghadapi kesulitan di bawah ini : Tabel 3.8 Kriteria Indikator Adanya Keuletan dalam Menghadapi Kesulitan Interval Skor 48,75 – 60 37,49 – 48,74 26,23 – 37,48 14,97 – 26,22 Kriteria Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Pada indikator adanya hasrat dan keinginan berhasil digunakan 3 butir pernyataan, di mana nilai skornya 1-4, berikut perhitungannya : Skor minimal : 1 x 3 x 15 = 45 Skor maksimal : 4 x 3 x 15 = 180 Rentang skor : 180 – 45 = 135 Interval kelas : 180 – 45 : 4 = 33,75 Dari hasil perhitungan tersebut, dapat dibuat tabel kriteria indikator adanya hasrat dan keinginan berhasil di bawah ini : Tabel 3.9 Kriteria Indikator Adanya Hasrat dan Keinginan Berhasil Interval Skor 146,25 – 180 112,49 – 146,24 78,73 – 112,48 44,97 – 78,72 Kriteria Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Pada indikator adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar digunakan 3 butir pernyataan, di mana nilai skornya 1-4, berikut perhitungannya : Skor minimal : 1 x 3 x 15 = 45 Skor maksimal : 4 x 3 x 15 = 180 51 Rentang skor : 180 – 45 = 135 Interval kelas : 180 – 45 : 4 = 33,75 Dari hasil perhitungan tersebut, dapat dibuat tabel kriteria indikator adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar di bawah ini : Tabel 3.10 Kriteria Indikator Adanya Dorongan dan Kebutuhan Dalam Belajar Interval Skor 146,25 – 180 112,49 – 146,24 78,73 – 112,48 44,97 – 78,72 Kriteria Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Pada indikator adanya harapan dan cita-cita masa depan digunakan 3 butir pernyataan, di mana nilai skornya 1-4, berikut perhitungannya : Skor minimal : 1 x 3 x 15 = 45 Skor maksimal : 4 x 3 x 15 = 180 Rentang skor : 180 – 45 = 135 Interval kelas : 180 – 45 : 4 = 33,75 Dari hasil perhitungan tersebut, dapat dibuat tabel kriteria indikator adanya harapan dan cita-cita masa depan di bawah ini : Tabel 3.11 Kriteria Indikator Adanya Harapan dan Cita-Cita Masa Depan Interval Skor 146,25 – 180 112,49 – 146,24 78,73 – 112,48 44,97 – 78,72 Kriteria Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Pada indikator adanya penghargaan dalam belajar digunakan 2 butir pernyataan, di mana nilai skornya 1-4, berikut perhitungannya : 52 Skor minimal : 1 x 2 x 15 = 30 Skor maksimal : 4 x 2 x 15 = 120 Rentang skor : 120 – 30 = 90 Interval kelas : 120 – 30 : 4 = 22,5 Dari hasil perhitungan tersebut, dapat dibuat tabel kriteria indikator adanya penghargaan dalam belajar di bawah ini : Tabel 3.12 Kriteria Indikator Adanya Penghargaan Dalam Belajar Interval Skor Kriteria 97,5 – 120 Sangat Tinggi 74,9 – 97,4 Tinggi 52,3 – 74,8 Sedang 29,7 – 52,2 Rendah Pada indikator adanya kegiatan yang menarik dalam belajar digunakan 5 butir pernyataan, di mana nilai skornya 1-4, berikut perhitungannya : Skor minimal : 1 x 5 x 15 = 75 Skor maksimal : 4 x 5 x 15 = 300 Rentang skor : 300 – 75 = 225 Interval kelas : 300 – 75 : 4 = 56,25 Dari hasil perhitungan tersebut, dapat dibuat tabel kriteria indikator adanya kegiatan yang menarik dalam belajar di bawah ini : Tabel 3.13 Kriteria Indikator Adanya Kegiatan Yang Menarik Dalam Belajar Interval Skor 243,75 – 300 187,49 – 243,74 131,55 – 187,8 75,29 – 131,54 Kriteria Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Pada indikator adanya lingkungan belajar yang kondusif digunakan 2 butir pernyataan, di mana nilai skornya 1-4, berikut perhitungannya : 53 Skor minimal : 1 x 2 x 15 = 30 Skor maksimal : 4 x 2 x 15 = 120 Rentang skor : 120 – 30 = 90 Interval kelas : 120 – 30 : 4 = 22,5 Dari hasil perhitungan tersebut, dapat dibuat tabel kriteria indikator adanya lingkungan belajar yang kondusif di bawah ini : Tabel 3.14 Kriteria Indikator Adanya Lingkungan Belajar Yang Kondusif Interval Skor 97,5 – 120 74,9 – 97,4 52,3 – 74,8 29,7 – 52,2 Kriteria Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah 3.8.2 Analisis Kuantitatif Analisis data kuantitatif digunakan untuk menguji pengaruh variabel persepsi siswa mengenai kompetensi komunikasi guru (X) dengan variabelmotivasi belajar bahasa Prancis siswa (Y). Adapun metode statistik yang digunakan adalah ; 1. Koefisien Korelasi Product Moment √{ ∑ ∑ ∑ (∑ }{ Keterangan : rxy : angka indeks korelasi r product moment N : jumlah sampel Σx : jumlah skor x Σy : jumlah skor y ∑ ∑ ∑ } 54 Σxy: jumlah hasil kali antara x dan y Untuk mengetahui adanya hubungan yang tinggi atau rendah antara kedua variabel berdasarkan nilai r (koefisien korelasi), digunakan tabel korelasi yang mencantumkan batas-batas r yang signifikan yaitu sebesar 5%. Bila nilai r tersebut signifikan, berarti hipotesis kerja/hipotesis alternatif dapat diterima. 2. Koefisien Determinasi Teknik ini digunakan untuk mengetahui berapa persen (%) besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Perhitungan dengan mengkuadratkan nilai koefisien korelasi product moment (rxy)2dan dikalikan dengan 100%. Cara perhitungannya digunakan rumus sebagai berikut : KD = (rxy)2 x 100% Keterangan : KD : koefisien determinasi rxy : koefisien korelasi product moment antara x dan y. BAB V PENUTUP 5.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, dapat diambil simpulan sebagai berikut. Pertama, dari hasil uji hipotesis dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment, diperoleh sebesar 0,664 > sebesar 0,514, yang artinya hipotesis kerja diterima. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada pengaruh persepsi siswa mengenai kompetensi berkomunikasi guru terhadap motivasi belajar bahasa Prancis siswa. Kedua, dari hasil analisis diperoleh Koefisien Determinasi sebesar 44,1%. Artinya, persepsi siswa mengenai kompetensi berkomunikasi guru berkontribusi pada motivasi belajar bahasa Prancis siswa sebesar 44,1%, dan sisanya 55,9% ditentukan oleh variabel lain misalnya cita-cita atau aspirasi siswa, kemampuan siswa, kondisi siswa, kondisi lingkungan siswa, dan unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran. 5.2. Saran Saran yang dapat peneliti berikan dalam penelitian ini adalah dalam pembelajaran di kelas, guru hendaknya tetap memiliki kompetensi berkomunikasi, agar persepsi siswa terhadap guru bersifat positif, dan persepsi tersebut dapat meningkatkan motivasi belajar bahasa Prancis. Dengan memiliki motivasi belajar, siswa akan mempelajari materi yang diajarkan oleh guru dengan baik, dan siswa akan memperhatikan saat proses pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. 82 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian:Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Cangara, Hafied. 2003. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Djamaluddin, Dedy dan Iriantara, Yosal. 1994. Komunikasi Persuasif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Dimyati dan Mudjio.1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Iriantara, Yosal dan Syaripudin, Usep. 2013. Komunikasi Pendidikan. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Jauhary, Haziq. 2008. Membangun Motivasi. Semarang: CV. Ghyyas Putra. Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Naim, Ngainun. 2011. Dasar-dasar Komunikasi Pendidikan.Jogjakarta: ArRuzzmedia. Prayitno, Elida. 1989. Motivasi dalam Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Rifa‟i, Achmad dan Tri Anni, Catharina. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang:UNNES PRESS. Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia. Soeharto, Karti dkk. 2008. Komunikasi Pembelajaran. Surabaya:SK. Uno, Hamzah. 2008. Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Walgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Penerbit Andi Yogyakarta. Wulandari, Novita. 2013.“Kompetensi Komunikasi Guru dalam Kegiatan Belajar Mengajar Berbasis Student Center Learning di SMA N 9 Semarang.”Universitas Diponegoro Semarang. http://www.ejournals1.undip.ac.id/. diunduh pada tanggal 22/02/2014. 83 Lampiran 84 40 Lampiran 1 84 85 Lampiran 2 86 87 Lampiran 3 88 Lampiran 4 Daftar Nama Responden No No. Induk Nama 1 12301 Abdullah Santoso 2 12231 Ahmad Fatoni 3 12416 Hery Saputro 4 12234 Mohammad Jefri Kurnianta 5 12241 Syaiful Adnan Eka Saputra 6 12290 Endang Wariyanti 7 12293 Hidayah 8 12313 Isna Rahmawati 9 12317 Monet Dian Ratri 10 12250 Mutmainah Tri Astuti 11 12318 Nikmatul Rosidah 12 12322 Nur Evita Sari 13 12259 Rizky Puteri Setyawati Kartini 14 12260 Siti Fatimah 15 12263 Umi Mukaromah 89 Lampiran 5 Perhitungan Reliabilitas Instrumen Angket Nomor Butir 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 ΣY ΣY2 Responden 1 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 67 4489 2 2 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 1 2 2 1 3 1 2 2 3 2 1 2 1 2 65 4225 3 2 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 2 2 3 3 3 2 3 2 2 4 1 3 3 3 3 3 3 2 3 93 8649 4 2 4 2 4 3 2 2 3 2 2 4 4 4 2 2 2 4 2 2 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 2 87 7569 ΣX Σ(X2) 8 10 10 14 10 9 9 10 8 9 11 13 13 9 8 8 12 9 10 6 10 8 8 12 7 8 10 11 10 8 9 6 9 312 24932 16 28 26 50 26 21 21 26 18 21 33 45 45 21 16 16 38 21 26 10 26 16 18 38 15 18 26 31 26 18 21 10 21 90 RUMUS ALPHA [ ][ ∑ ] ( )( [ ][ ) ] 0,958 Dari hasil analisis dengan menggunakan rumus Alpha diperoleh nilai = 0,958, sedangkan r tabel product moment untuk taraf N 4 taraf signifikansi 95 % = 0,950. Oleh karena r hitung > r tabel, yaitu 0,958 > 0,950, maka dapat disimpulkan bahwa alat ukur dalam penelitian ini reliabel. 91 Lampiran 6 ANGKET PENGARUH PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI BERKOMUNIKASI GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR BAHASA PRANCIS PADA SISWA KELAS XI BAHASA MAN 1 SURAKARTA Angketinidibuatuntuktujuanpenelitian.Pengisianangketinisamasekalitidakmempe ngaruhinilai Anda. Pengisianangketinitidakdinilai „benar‟ atau „salah‟, oleh karenaitudiharapkanAndamemberikanjawaban yang sebenar-benarnyasesuai dengan pandangan dan keadaan Anda. AtaskesediaanAndamengisiangket, sayaucapkanterimakasih. Penulis, Siska Ayu Prisdiana 92 Nama : No absen : Petunjuk pengisian: Dibawah ini disajikan beberapa pernyataan, Anda diminta untuk memilih satu dari empat jawaban dengan memberi tanda cek ( √ ) pada jawaban yang tersedia sesuai dengan pandangan dan pendapat Anda. Singkatan setiap jawaban adalah sebagai berikut : SL : selalu SR : sering KK : kadang-kadang TP : tidak pernah Angket Kompetensi Komunikasi Guru No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Pernyataan Guru bahasa Prancis menilai positif kemampuan berbahasa Prancis yang Anda miliki. Dalam proses pembelajaran, guru bahasa Prancis lebih suka mendekati siswa dibanding duduk atau berdiri di depan kelas. Guru bahasa Prancis berperilaku positif dan tidak membeda-bedakan pada semua siswa. Guru bahasa Prancis menanyakan kabar siswa sebelum pembelajaran. Guru bahasa Prancis mampu menyampaikan materi dengan baik sesuai pokok bahasan yang sedang diajarkan. Dalam menyampaikan materi, guru bahasa Prancis menggunakan kata-kata yang mudah dipahami siswa. Ketika situasi pembelajaran sudah membuat siswa bosan, guru bahasa Prancis menyelingi dengan bercanda/ permainan. Guru bahasa Prancis mampu menyusun dengan baik materi yang akan disampaikan pada siswa. Guru bahasa Prancis mampu merencanakan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa memperhatikan pelajaran dari awal sampai akhir. SL SR KK TP 93 10. 11. 12. 13. Guru bahasa Prancis mampu mentransfer materi yang dimilikinya dengan baik. Guru bahasa Prancis ikut merasakan kesedihan siswa yang mengalami kegagalan dalam belajar. Guru bahasa Prancis menjalin komunikasi yang akrab dengan siswa. Guru bahasa Prancis banyak berinteraksi dengan siswa selama proses pembelajaran, sehingga siswa dapat mengenal karakter guru bahasa Prancis dengan baik. Angket Motivasi Belajar No 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. Pernyataan Saya baru akan berhenti mengerjakan tugas bahasa Prancis setelah tugas saya selesai. Saya tidak lekas putus asa saat menemui kesulitan belajar bahasa Prancis. Saya terus berusaha untuk mempelajari bahasa Prancis walaupun tidak ada ulangan. Saya bersemangat untuk belajar bahasa Prancis agar saya berhasil menguasai bahasa Prancis dengan baik. Saya percaya diri untuk menjawab pertanyaan dari guru bahasa Prancis saat pembelajaran berlangsung. Saya bekerja keras dalam belajar bahasa Prancis agar berprestasi. Saya ingin tahu lebih banyak tentang bahasa Prancis sehingga saya mencari informasi tentang bahasa Prancis yang tidak diajarkan di kelas. Saya berperan aktif dalam proses pembelajaran bahasa Prancis agar keberadaan saya dalam kelas diperhitungkan. Saya rajin belajar bahasa Prancis agar cita-cita saya tercapai. Saya tekun berlatih bahasa Prancis agar cita-cita saya tercapai. Saya selalu berfikiran positif jika saya belajar dan berlatih dengan tekun saya dapat meraih cita-cita saya. Saya berusaha menjawab pertanyaan dengan benar agar guru bahasa Prancis memuji saya. Saya senang mempelajari kembali kertas ulangan saya karena guru bahasa Prancis memberi komentar dan saran SL SR KK TP 94 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. pada kertas nilai ulangan siswa. Saya terus belajar walaupun pernah mengalami kegagalan karena sikap guru bahasa Prancis yang memberikan semangat pada siswa. Saya aktif mengikuti pembelajaran bahasa Prancis karena guru bahasa Prancis menggunakan metode yang bervariasi dalam setiap pembelajaran. Saya mudah memahami materi bahasa Prancis karena guru bahasa Prancis menyampaikan materi dari yang mudah ke yang sulit. Saya mudah memahami materi bahasa Prancis karena guru bahasa Prancis menggunakan media pengajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa. Saya dapat mengetahui dan memperbaiki kesalahan saya karena guru bahasa Prancis melibatkan siswa dalam mengoreksi ulangan. Saya senang belajar di kelas karena kelas saya nyaman. Saya mempunyai hubungan yang akrab dengan guru bahasa Prancis sehingga saya memperhatikan penjelasannya dengan baik. 95 Lampiran 7 Rekap Perhitungan Skor Angket Penelitian Rekap Skor Instrumen Penelitian pada Variabel Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi Berkomunikasi Guru Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Jumlah 1 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 34 2 2 3 3 2 2 2 1 2 1 2 1 1 2 2 2 28 3 3 3 3 4 3 2 4 3 2 3 3 2 2 2 3 42 N 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 58 O. 5 4 4 3 3 4 3 3 3 2 3 4 2 3 3 3 47 S 6 3 3 4 3 3 3 3 2 2 3 3 2 4 3 2 43 O 7 3 2 2 2 3 3 4 2 2 4 3 2 2 4 1 39 A 8 2 3 3 2 3 2 3 3 2 2 3 2 4 2 3 39 L 9 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 41 ΣX 10 3 3 3 2 3 2 2 4 3 2 3 3 2 2 2 39 11 3 2 2 4 4 3 4 2 2 3 2 2 3 3 4 43 12 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 56 13 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 4 3 4 4 4 56 41 39 40 39 43 37 41 35 30 38 40 30 39 38 35 565 96 Rekap Skor Instrumen Penelitian pada Variabel Motivasi Belajar Bahasa Prancis Siswa Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Jumlah 14 3 3 3 4 3 3 3 3 1 2 3 3 2 2 2 40 15 3 4 3 3 3 3 4 3 2 2 3 3 4 3 2 45 16 3 3 3 4 4 3 3 4 2 2 2 2 3 3 3 44 17 4 4 4 3 3 3 4 3 1 3 3 4 4 3 2 48 18 3 3 3 3 4 3 4 4 2 2 3 3 4 2 2 45 19 4 4 4 4 4 3 4 3 3 2 3 4 3 3 2 50 N 20 2 2 3 3 3 3 3 3 1 3 2 2 2 4 2 38 O. 21 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 S 22 4 4 3 3 4 4 3 3 2 4 3 3 3 2 2 47 O 23 3 3 2 3 3 3 4 3 2 4 3 3 3 2 2 43 A 24 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 54 L 25 4 3 4 2 3 2 1 2 3 3 3 3 2 2 2 39 ΣY 26 3 2 3 2 3 3 2 2 2 1 3 2 2 3 2 35 27 3 4 4 3 3 3 4 3 2 2 4 3 3 3 3 47 28 3 3 3 3 3 2 4 3 2 2 3 4 4 3 3 45 29 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 41 30 4 2 2 2 3 3 2 3 2 1 2 2 3 3 2 36 31 4 3 3 2 4 3 4 3 3 3 3 2 2 2 3 44 32 4 2 4 3 3 2 4 2 3 2 4 4 4 3 1 45 33 4 3 4 3 3 3 4 3 2 2 3 3 4 3 2 46 68 62 66 59 67 58 67 60 44 48 59 59 62 55 46 880 97 Lampiran 8 Perhitungan Korelasi Pada Variabel Penelitian Menggunakan Rumus Korelasi Product Moment Responden AS AF HS MJK SAES EW H IR MDR MTA NR NES RPSK SF UM Jumlah No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 X 41 39 40 39 43 37 41 35 30 38 40 30 39 38 35 565 X2 1681 1521 1600 1521 1849 1369 1681 1225 900 1444 1600 900 1521 1444 1225 21481 Y 68 62 66 59 67 58 67 60 44 48 59 59 62 55 46 880 ∑ ∑ ∑ √{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }{ √{ √ ∑ } }{ √{ √{ ∑ }{ } } } Y2 4624 3844 4356 3481 4489 3364 4489 3600 1936 2304 3481 3481 3844 3025 2116 52434 XY 2788 2418 2640 2301 2881 2146 2747 2100 1320 1824 2360 1770 2418 2090 1610 33413 98 Dari hasil perhitungan menggunakan rumus korelasi Product Moment, diperoleh sebesar 0,664. Untuk taraf kepercayaan 95% dengan N=15 diperoleh sebesar 0,514. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa ada pengaruh persepsi siswa mengenai kompetensi berkomunikasi guru terhadap motivasi belajar bahasa Prancis siswa.