metode tipologi agama

advertisement
PENDEKATAN/METODOLOGI STUDI ISLAM:
METODE TIPOLOGI AGAMA
Dr. Munawar Rahmat, M.Pd.
NIP: 19580128.198612.1.001
PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
12 September 2012, 2013
07 Oktober 2014
Apa Metode TIPOLOGI ?
Metode "tipologi“ merupakan sebuah metode yang
dipakai secara luas di Eropa untuk mengetahui dan
memahami manusia.
 Dalam konteks ini, Ali Syari`ati mengembangkan metode
khusus untuk mengkaji agama, yang bahkan dapat
dipakai untuk mengkaji semua agama.
 Metode ini memiliki dua ciri penting, yaitu: pertama.
mengidentifikasi lima aspek agama; dan kedua,
membandingkan kelima aspek agama ini dengan aspek
yang sama dalam agama lain.

5 ASPEK AGAMA
KELIMA ASPEK ATAU CIRI AGAMA ITU ADALAH:
 Tuhan atau Tuhan­tuhan dari masing­masing agama, yakni yang
dijadikan obyek penyembahan oleh para penganutnya.
 Rasul (Nabi) dari masing­masing agama, yaitu orang yang
memproklamasikan dirinya sebagai penyampai agama.
 Kitab Suci dari masing­masing agama, yaitu dasar dan sumber
hukum yang dinyatakan oleh agama itu. \
 Situasi kemunculan Nabi dari tiap­tiap agama dan kelompok
manusia yang diserunya, karena pesan tiap Nabi berbeda­beda.
 Individu­individu pilihan yang dilahirkan setiap agama, yaitu
figur­figur yang telah dididiknya dan kemudian dipersembahkan
kepada masyarakat dan sejarah.
PENJELASAN 5 ASPEK AGAMA (1(1-2)
Dalam hal agama Islam, Ali Syari`ati mengoperasionalkan metode
tipologi ke dalam lima langkah berikut:


1. Menjelaskan tipe, konsep, keistimewaan, dan ciri­ciri Tuhan di
dalam Islam dengan mengacu kepada ayat­ayat Al­Quran dan
hadits­hadits Nabi, dan ucapan para ulama besar; lalu melangkah
ke perbandingan antara Tuhan dalam Islam dengan figur­figur
Tuhan dalam agama lain.
2. Menelaah Kitab Suci. Topik­topik apa yang dibicarakannya dan
bagian­bagian apa yang ditekankannya; lalu melangkah ke
perbandingan antara Al­Quran dengan kitab­kitab Suci lain, seperti
Injil, Taurat, dan Weda.
PENJELASAN 5 ASPEK AGAMA (3)

3. Menelaah kepribadian Nabi dalam dimensi­dimensi
kemanusiaan dan kenabiannya. Kita mengkaji perilaku
Nabi, yaitu bagaimana beliau berbicara, bekerja, berpikir,
berdiri, duduk, tidur, dan sebagainya; kita selidiki pula
hakikat dari hubungannya dengan musuh­musuhnya,
sahabat­sahabatnya, dan sanak keluarganya, serta
bagaimana langkah beliau dalam menghadapi masalah­
masalah sosial. Kita harus membandingkan kepribadian
Nabi Muhammad saw. dengan nabi­nabi dan para pendiri
agama yang lain, seperti Isa, Musa, Budha, dan
Zoroaster.
PENJELASAN 5 ASPEK AGAMA (4)

4. Memeriksa situasi kedatangan Rasul, apakah ia mempersiapkan dirinya untuk
kelak menjadi Rasul; adakah orang yang menunggu­nunggu kedatangannya; dan
siapakah kelompok manusia yang didakwahinya; apakah beliau telah
mengetahui dan mempersiapkan diri­nya untuk kelak menjadi Rasul; apakah
kedatangannya itu ditunggu­tunggu ataukah tanpa ada orang yang
menunggunya; kelompok manusia mana yang diserunya, apakah manusia secara
umum (al-Nas), raja­raja dan bangsawan, atau kaum cerdik pandai dan Ahli
filsafat; arus pemikiran luar biasa apa yang mengalir ke dalam pikirannya, yang
mengubah secara total kepribadian dan cara bicaranya dengan suatu cara yang
ketika awalnya amat sulit dilakukan. Kita harus menyelidiki bagaimana Rasul
menghadapi
masyarakatnya
ketika
beliau
untuk
per­tama
kali
memproklamasikan misinya. Akhirnya, kita harus membandingkan
keistimewaan yang menonjol dalam diri Rasulullah Mu­hammad saw. dengan
keistimewaan rasul­rasul yang lain, seperti Ibrahim, Musa, Isa, atau dengan para
pendiri agama dunia, seperti Budha Gautama.
PENJELASAN 5 ASPEK AGAMA (5)

5. Mengkaji kepribadian individu­individu pilihan yang
dilahirkan setiap agama, yaitu figur­figur yang telah
dididiknya dan kemudian dipersembahkan kepada
masyarakat dan sejarah. Kita harus mengkaji dan
mencoba memahami prinsip­prinsip yang dipegang teguh
oleh individu­individu pilihan, kepekaannya terhadap
nasib rakyat, serta kesalehan dan kesediaannya
berkorban. Lalu kita melangkah ke perbandingan antara
individu­individu pilihan yang dipersembahkan oleh
Islam dan agama­agama lain.
Ringkasan 5 Aspek Agama
No.
ASPEK AGAMA
PENJELASAN
1. Tuhan
Tipe, konsep, dan ciri­ciri Tuhan di dalam Islam lalu
melangkah ke perbandingan antara Tuhan dalam Islam
dengan Tuhan dalam agama lain
2. Nabi
Menelaah kepribadian Nabi dalam dimensi­dimensi
kemanu­siaan dan kenabiannya.
3. Kitab Suci
Topik­topik apa yang dibicarakannya dan bagian­bagian
apa yang ditekankannya; lalu melangkah ke perbandingan
antara Al­Quran dengan kitab­kitab Suci lain, seperti Injil,
Taurat, dan Weda.
4. Situasi kedatangan
Nabi
Memeriksa situasi kedatangan Rasul, apakah ia
mempersiap­kan dirinya untuk kelak menjadi Rasul;
adakah orang yang menunggu­­nunggu kedatangannya; dan
siapakah kelompok manusia yang di­dakwahinya;
5. Kader Nabi
Mengkaji kepribadian individu­individu pilihan yang
dilahir­kan setiap agama, yaitu figur­figur yang telah
dididiknya dan kemudian dipersembahkan kepada
MODEL MENYEMBAH TUHAN:
Contoh: Peran Rasul (Islam) & Dewa (Hindu
(Hindu-Buddha)
Rasul
Dewa
Dewi
PERINTAH UNTUK MENCARI AL
AL--WASILATA
Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan carilah untuk dapat
selamat sampai kepadaNya itu al-Wasiilata (=Rasul); dan berjihadlah dijalanNya
supaya kamu memperoleh kemenangan. (Qs. 5/Al­Maidah ayat 35)
Al-Wasilata adalah isim fa`il (=seseorang yang menjadi perantara). Isim fa`il bersifat
istimror, yakni berlaku terus sepanjang zaman; sedangkan wabtaghuu adalah fi`il amr, yang
juga bersifat istimror.
Dalam ayat tersebut Allah SWT memerintahkan kepada orang­orang yang beriman untuk:
(1) bertakwa kepada Allah; (2) mencari Al-Wasilata (=Rasul) agar dapat sampai dengan selamat
kepada­Nya; dan (3) berjihad di jalanNya supaya memperoleh kemenangan.
Artinya, untuk mencapai derajat takwa, maka orang­orang yang beriman itu harus mencari
al-wasilata (Wasithah) agar dapat sampai dengan selamat kepadaNya. Kemudian masih
diperintah lagi untuk berjihad di jalanNya (dengan bimbingan Guru Wasithah) agar memperoleh
kemenangan.
PANDANGAN AGAMAAGAMA-AGAMA
Tentang SURGA & NERAKA
No
1.
AGAMA
HINDU
Masuk NERAKA
(selama­lamanya)
Masuk SURGA
a. Beragama Hindu
a. Keluar dari agama Hindu
b. Mati dibakar dengan api suci
2.
BUDDHA
a. Beragama Buddha
a.
b.
c.
d.
3.
YAHUDI
a. Beragama Yahudi
a. Keluar dari agama Yahudi
4.
KRISTEN
a. Beragama Kristen
b. Dibaptis
a. Keluar dari agama Kristen
ISLAM
a. Beragama Islam
b. Melaksanakan Rukun Islam
c. Mati dishalatkan 40 orang
a. Keluar dari agama Islam
b. Orang Islam tapi musyrik
5.
Keluar dari agama Buddha
Membunuh Bikshu
Melukai Bikshu
Membunuh kedua orang tua
ARGUMENTASI AGAMAAGAMA-AGAMA
No.
1.
AGAMA
HINDU
2.
BUDDHA
3.
YAHUDI
4.
5.
DALIL
KRISTEN
ISLAM
Demi Allah, sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami
kepada umat-umat sebelum kamu, tetapi syetan menjadikan umat-umat
itu memandang baik perbuatan mereka (yang buruk); maka syetan
menjadi pemimpin mereka di hari itu dan bagi mereka azab
yang sangat pedih. (Qs. 16: 63)
dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata: "Sekali­kali tidak akan
masuk surga kecuali orang­orang (yang beragama)
Yahudi atau Nasrani". (Qs. 2: 111)
Katakanlah (hai Muhammad), jika
kalian mencintai ALLAH, maka
Ikutilah AKU (Qs. 3: 31)
MASALAH BAIK DAN BURUK
HANYA DIKETAHUI OLEH ALLAH
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu;
dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat
buruk bagimu. Allâh Mengetahui sedang kamu tidak
mengetahui (yang baik dan yang buruk)
(Qs. 2/Al­Baqarah ayat 216 )
Artinya, hanya ALLAH-lah Yang Tahu apa-apa yang BAIK dan yang BURUK.
Implikasinya, kalau kita ingin tahu yang baik maka kita harus merujuk kepada ALLAH.
Tapi karena TUHAN Yang NamaNya ALLAH itu AL-GHAIB, berarti kita harus bertanya
tentang BAIK dan BURUK itu kepada UtusanNya (RASUL atau ULIL AMRI minkum)
Mengapa manusia tidak bisa membedakan
BAIK DAN BURUK ?
Pertama, iblis bersumpah akan menciptakan pandangan yang baik kepada manusia, padahal
buruk (karena tidak sejalan dengan Kehendak Allah):
Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku
akan menjadikan mereka memandang baik (pandangan dan perbuatan yang tidak sejalan
dengan kehendak Tuhan) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka
semuanya, kecuali sebagian dari hamba-hambaMu yang ikhlash.
(Qs. 15/Al­Hijr: 39­40; Qs. 6/Al­An`am: 112, Qs. 27/An­Naml: 24)
Dan sesungguhnya iblis telah dapat membuktikan kebenaran sangkaannya terhadap mereka
lalu mereka (manusia) mengikutinya, kecuali sebagian kecil orang-orang yang beriman.
(Qs. 34/Saba` ayat 20)
Mengapa manusia tidak bisa membedakan
BAIK DAN BURUK ?
Kedua, syetan dari bangsa jin ataupun syetan dari bangsa manusia selalu membisik­bisikkan
pandangan sesatnya kepada setiap manusia. Oleh karena itu kita harus selalu hati­hati, selalu
waspada, dan selalu memohon dengan sungguh­sungguh agar dihindarkan dari bisikan­bisikan
syetan. Perhatikan Qs. 114/An­Nas ayat 4­6:
... dari kejahatan (bisikan) syetan yang biasa bersembunyi; yang membisikkan (kesesatan) ke
dalam dada manusia; (yakni syetan) dari (bangsa) jin dan (bangsa) manusia.
Dan syetan itu merupakan musuh yang nyata (bukan musuh yang samar­samar) bagi
manusia, sebagaimana firmanNya antara lain dalam Qs. 2/Al­Baqarah ayat 208:
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya,
dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syetan. Sesungguhnya syetan itu musuh
yang nyata bagimu.
Mengapa manusia tidak bisa membedakan
BAIK DAN BURUK ?
Ketiga, manusia selain memiliki musuh eksternal (iblis beserta bala tentaranya syetan­jin dan
syetan­manusia) juga memiliki musuh internal, yakni nafsu yang selalu mendorong untuk
melakukan perbuatan buruk, tapi sebagaimana iblis merasakannya sebagai sesuatu yang baik.
Dalam Qs. 3/Ali Imran ayat 14 dijelaskan:
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatangbinatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah
tempat kembali yang baik (surga).
Al­Quran menegaskan bahwa nafsu selalu mendorong perbuatan buruk:
:
(Kata Nabi Yusuf): Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya
nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.
Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang. (Qs. 12/Yusuf: 53)
Mengapa manusia tidak bisa membedakan
BAIK DAN BURUK ?
Keempat, akibatnya sangat mengerikan. Karena memiliki keimanan yang
keliru, maka kebanyakan manusia sangat menyesal pada saat
kematiannya, sebagaimana diterangkan dalam Qs. 34/Saba` ayat 51­54:
Mengapa manusia tidak bisa membedakan
BAIK DAN BURUK ?
Terjemah Qs. 34/Saba` ayat 51­54:
Dan (alangkah ngerinya) jika kamu (dapat) melihat ketika mereka (orang yang
merasa beriman, padahal tidak mengenal DiriNya Zat Tuhan Yang Al-Ghaib)
terperanjat ketakutan (pada saat kematiannya), maka mereka tidak dapat
melepaskan diri dan mereka ditangkap (oleh syetan jin) dari tempat yang dekat
(untuk disiksa di tempat sesat),
Dan (ketika merasakan sakitnya siksaan) mereka berkata (memohon kepada
Allah), "Kami beriman kepadaNya", (Tuhan menyanggah): Bagaimanakah
mereka dapat mencapai (keimanan kepada DiriNya Zat Tuhan Yang AlGhaib) dari tempat yang jauh itu. Dan sesungguhnya mereka telah
mengingkari (Diri)-Nya (Zat Tuhan Yang Al-Ghaib) sebelum itu (ketika di
dunia); dan mereka (hanya) menduga-duga tentang (Ada dan Wujud
DiriNya) Yang Al-Ghaib dari tempat yang jauh.
Selain RASUL tidak tahu AGAMA yang benar,
tidak tahu yang BAIK dan BURUK !
Dalam Al­Quran ditegaskan larangan beragama atas dasar mengikuti keberagamaan mayoritas,
nenek moyang, tokoh idola, dan atas dasar pemikiran sendiri.
Pertama, hindari kepercayaan keagamaan mayoritas. Allah SWT menegaskan bahwa keberagamaan
mayoritas adalah sesat dan harus dihindari, sebagaimana firmanNya, antara lain dalam ayat berikut:
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah
menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus;
tetapi kebanyakan an-nas (manusia) tidak mengetahui, (Qs. 30/Ar­Rum: 30)
Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan
menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka
tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah). (Qs. 6/Al­An`am: 116)
Selain RASUL tidak tahu AGAMA yang benar,
tidak tahu yang BAIK dan BURUK !
Kedua, hindari kepercayaan keagamaan nenek moyang. Keberagamaan leluhur
sebenarnya terbentuk karena mayoritas, yakni kesinambungan agama atau mazhab yang
dibentuk oleh penguasa. Setelah terbentuk agama atau mazhab yang kuat, kemudian
generasi demi generasi mempertahankannya, melestarikannya. Mereka sama sekali
tidak mau mengikuti Rasul (atau Ulil Amri). Allah SWT menegaskan bahwa
keberagamaan leluhur adalah sesat dan harus dihindari, sebagaimana firmanNya:
Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan
mengikuti Rasul". Mereka menjawab: "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati
bapak-bapak kami mengerjakannya". (Qs. 5/Al­Maidah ayat 104)
Selain RASUL tidak tahu AGAMA yang benar,
tidak tahu yang BAIK dan BURUK !
Juga firmanNya dalam Qs. 43/Az­Zukhruf: 22­24:
Bahkan mereka berkata: "Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama, dan
sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka." Dan
demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang mundzir (Pemberi Peringatan, Rasul) pun dalam
suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: "Sesungguhnya Kami
mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak
mereka". (Rasul itu) berkata: "Apakah (kamu akan mengikutinya juga) sekalipun aku membawa untukmu
(agama) yang lebih (nyata) memberi petunjuk daripada apa yang kamu dapati bapak-bapakmu
menganutnya?" Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami mengingkari agama yang kamu diutus untuk
menyampaikannya."
Selain RASUL tidak tahu AGAMA yang benar,
tidak tahu yang BAIK dan BURUK !
Seorang anak memang harus berbakti kepada kedua orangtuanya. Tapi jika kedua orang tua
mengajak kemusyrikan, sikap sang anak adalah tetap berbuat baik dalam urusan dunia. Tapi
dalam keberagamaan harus mengikuti (mentaati) kepada orang yang pernah kembali kepada
Tuhan. Allah SWT dalam Qs. 31/ Luqman ayat 15 menegaskan: wattabi` sabiila man anaaba
ilayya =dan ikutilah jalan orang yang pernah kembali kepada-Ku. Orang yang pernah kembali
kepada­Ku (Aku=Tuhan) adalah para Rasul, Ulil Amri, dan Nabi. Merekalah yang kenal dengan
Tuhan yang punya nama Allah tapi di dunia Al­Ghaib:
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah
keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku
(yakni itba` kepada Rasul atau Ulil Amri), kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu,
maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
Selain RASUL tidak tahu AGAMA yang benar,
tidak tahu yang BAIK dan BURUK !
Ketiga, hindari kepercayaan keagamaan tokoh idola. Setiap sesuatu yang menarik hati karena
sesuatu yang disenangi oleh nafsu dan syahwat, terlebih­lebih jika disandarkan pada agama pasti
akan diikuti oleh kebanyakan manusia. Dalam Qs. 2/Al­Baqarah ayat 204 Allah SWT
menegaskan bahwa sebenarnya orang demikian adalah penantang agama yang paling keras,
karenanya harus dihindari:
Dan (hati-hatilah nanti suatu) hari (di akhirat) orang yang zalim (=beragama yang sesat) menggigit dua
tangannya (saking menyesalnya), seraya berkata: "Aduhai kiranya (dulu ketika di dunia) aku mengambil
jalan bersama-sama Rasul". Kecelakaan besarlah bagiku, kiranya aku (dulu ketika di dunia) tidak
menjadikan si fulan sebagai kholil (tokoh idola). Sesungguhnya dia (sang kholil itu) telah menyesatkan aku
dari Adz-Dzikro ketika Adz-Dzikro itu telah datang kepadaku; dan adalah syetan (=sang tokok idola itu)
tidak mau menolong manusia. Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran
ini sesuatu yang tidak diacuhkan (padahal Al­Quran jelas sekali memerintahkan agar umat manusia mentaati
Rasul/Ulil Amri). (Qs. 25/Al­Furqan: 27­30)
Selain RASUL tidak tahu AGAMA yang benar,
tidak tahu yang BAIK dan BURUK !
Keempat, hindari kepercayaan agama atas dasar dugaan. Pemikiran adalah hasil
dugaan, perkiraan, dan sangkaan. Beragama haruslah didasarkan atas keyakinan
(=mentaati Allah, RasulNya dan Ulil Amri), tidak boleh mengandalkan dugaan,
perkiraan, dan sangkaan, karena cara­cara seperti itu tidak akan mencapai kebenaran.
Allah SWT berfirman Qs. 10/Yunus ayat 36:
Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya
persangkaan itu tidak sedikit pun berguna untuk mencapai kebenaran.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.
Bahkan dalam Qs. 18/al­Kahfi ayat 13­16 berikut, orang yang beragama atas dasar
“dugaan” disebut­sebut sebagai orang yang menjadikan Al­Quran dan Rasul­Nya
sebagai bahan olok­olokan:
Selain RASUL tidak tahu AGAMA yang benar,
tidak tahu yang BAIK dan BURUK !
Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang
paling merugi perbuatannya?" Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya
dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat
sebaik-baiknya. Mereka itu orang-orang yang telah kufur terhadap ayat-ayat Tuhan
mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia, Maka hapuslah amalanamalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka
pada Hari Kiamat. Demikianlah balasan mereka itu neraka Jahannam, disebabkan
kekafiran mereka dan disebabkan mereka menjadikan ayat-ayat-Ku dan Rasul-rasulKu sebagai olok-olok. (Qs. 18/al­Kahfi ayat 13­16)
TIPOLOGI :
Islam Sunni vs Islam Syi`ah
No.
ASPEK
AJARAN
ISLAM SUNNI
ISLAM SYI`AH
1.
Tokoh
Rujukan
a. Nabi Muhammad SAW
b. Abu Bakar & Umar
c. Sahabat Nabi yang senior
a. Nabi Muhammad SAW
b. 12 Imam (Imam Ali, dst)
c. Sahabat setia Nabi & Imam
2.
Imam di
zaman
sekarang
3.
Al­Quran
a. Tidak ada Imam
b. Tidak perlu ada Imam
c. Sebagian kaum Sunni percaya
akan datangnya Imam Mahdi
Mushaf Al­Imam (dibakukan di
zaman Khalifah Utsman)
Ada IMAM
a. Imam Muhammad Al­Mahdi
Al­Muntazhor
b. Wali Faqih (Wakil Imam sementara)
Mushaf Al­Imam (dengan beberapa
koreksi dari 12 Imam)
4.
Hadits
a. Sabda Nabi Muhammad SAW
b. Sabda Sahabat Nabi senior
c. Kitab Bukhari­Muslim, dll
(Kutubus Sittah)
a. Sabda Nabi Muhammad SAW
b. Sabda 12 Imam
c. Kitab .............................., dll
5.
Mazhab
Banyak Mazhab
(puluhan, ratusan, ribuan, dst)
Ada beberapa Mazhab
TIPOLOGI : NU vs Muhammadiyah
No.
ASPEK
AJARAN
1.
Tokoh
Rujukan
2.
Imam di
zaman
sekarang
3.
Hadits
4.
Slogan
5.
Lainnya
NU
Muhammadiyah
a.
b.
c.
a.
b.
c.
Nabi Muhammad SAW
Abu Bakar, Umar, sahabat senior
Ulama Mazhab (Mazhab 4)
Tidak ada Imam
Tidak perlu ada Imam
Percaya akan datangnya Imam
Mahdi
a. Sabda Nabi Muhammad SAW
b. Sabda Sahabat senior Nabi
c. Kitab Mazhab 4
a.
b.
c.
a.
b.
c.
Nabi Muhammad SAW
Abu Bakar, Umar, sahabat senior
Ulama Reformis
Tidak ada Imam
Tidak perlu ada Imam
Imam Mahdi bukanlah figur,
melainkan sebuah sistem
a. Sabda Nabi Muhammad SAW
b. Sabda Sahabat senior Nabi
c. Kitab Bukhari­Muslim
a. Mengamalkan ajaran yang
diamalkan oleh Ulama Salaf
b. Memelihara tradisi lama yang
baik dan mengambil tradisi baru
yang lebih baik
a. Hanya mengamalkan ajaran yang
benar­benar bersumber dari Nabi
Muhammad SAW & Sahabat
senior Nabi
b. Membersihkan tauhid dengan
jalan memberantas TBC
(Tahayul, Khurafat, Bid`ah)
TIPOLOGI : Tarekat vs Non Tarekat
No.
1.
2.
ASPEK
AJARAN
Guru
Beragama dengan bimbingan Guru
Mursyid
Mursyid
Cara
o Mengetahui Zat Tuhan melalui
mengetahui
inkisyaf (gnostic)
Tuhan
o Mengetahui Zat Tuhan melalui
talqin zikir oleh Guru Mursyid
3.
Zikir
4.
Talqin
Zikir
5.
TAREKAT
Riyalat,
Riyadhoh,
Mujahadah
NON TAREKAT
Beragama tanpa Guru Mursyid
a. Mempelajari Nama­nama
(Asmaul Husna), Sifat, dan
Perbuatan Tuhan
b. Tidak perlu & tidak mungkin
mengetahui Zat Tuhan
o Mengucapkan Laa ilaaha
a. Mengucapkan kalimat­kalimat
illallah dan Asma Allah secara
thoyyibah (seperti: Laa ilaaha
jahr (keras) & khofi (dalam hati)
illallaah, subhaanallaah, dll)
o Mengingat­ingat Zat Tuhan
b. Membaca Al­Quran, dll
o Talqin zikir jahr & khofi oleh
Guru Mursyid
o Dibisikkan Zat Allah ke telinga
kiri oleh Guru Mursyid
a. Memperbanyak shalat & ibadah
b. Memperbanyak zikir & wirid
(dalam komunitas jama`ah yang
terorganisir, dengan ikatan yang
Tidak ada talqin zikir
a. Shalat & ibadah formal
b. Wirid­wirid formal
c. Kalaupun berjama`ah sebatas
jama`ah masjid
WASSALAM
Keterangan Gambar:
Manusia selalu dalam liputan Tuhan,
persis seperti ikan dalam samudera:
Hidup, bernafas, makan, tidur, hingga
matinya pun dalam samudera
Download