Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
BAHAN RUJUKAN
2.1
Akuntansi biaya
Akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi keuangan yang
membahas mengenai penentuan harga pokok produk. Akuntansi biaya secara
khusus berkaitan dengan biaya produksi, perhitungan harga pokok produk yang
juga digunakan dalam akuntansi manajemen yang berguna bagi kepentingan
manajemen dalam pengambilan keputusan.
Akuntansi
dibedakan
dalam
akuntansi
keuangan
dan
akuntansi
manajemen. Akuntansi biaya merupakan bagian keduanya tetapi lebih sering
dianggap sebagai bagian dari akuntansi manajemen. Tetapi ada beberapa hal yang
membedakan akuntansi biaya dengan akuntansi manajemen seperti yang
dikemukakan oleh Sunarto (2003 : 2) dalam buku Akuntansi biaya dibawah ini:
1.
Akuntansi manajemen menyangkut hal yang lebih luas karena
menyangkut keperluan ekstern dan intern sedangkan akuntansi
biaya hanya berkaitan dengan intern saja.
2. Akuntansi
biaya
menyangkut
klasifikasi
pengukuran,
pengumpulan analisis biaya produksi sedangkan menyangkut
akuntansi manajemen lebih banyak dalam penggunaan informasi
biaya untuk menunjang fungsi dalam pengambilan keputusan.
2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya
Terdapat beberapa penafsiran mengenai pengertian Akuntansi Biaya
seperti yang dikemukakan oleh:
Mulyadi (2001 : 6) dalam buku Akuntansi Biaya :
Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan,
peringkasan, dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau
jasa dengan cara tertentu serta penafsiran terhadapnya.
Menurut Carter dan Usry (2004 : 11) yang diterjemahkan oleh Krista, S.E.,
Ak mengartikan Akuntansi Biaya sebagai berikut:
Akuntansi biaya melengkapi manajemen dengan alat yang
diperlukan untuk aktivitas-aktivitas perencanaan dan pengendalian,
memperbaiki kualitas dan efisiensi, serta membuat keputusan yang bersifat
rutin maupun strategis.
Menurut Witjaksono (2006 : 1-3) dalam buku Akuntansi Biaya :
Akuntansi biaya dapat didefinisikan sebagai ilmu dan seni
mencatat, mengakumulasikan, mengukur serta menyajikan infomasi
berkenan dengan biaya dan beban.
Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa Akuntansi Biaya adalah
suatu proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan penyajian biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan untuk memproduksi dan menjual suatu produk.
2.1.2 Fungsi Akuntansi Biaya
Akuntansi biaya merupakan alat yang dapat memberikan bantuan kepada
manajemen dalam memimpin dan menjalankan operasi perusahaan khususnya
dalam pegambilan keputusan.
Mulyadi (2006 : 11) berpendapat bahwa :
Akuntansi biaya berfungsi untuk mengukur pengorbanan nilai
masukan tersebut guna menghasilkan informasi bagi manajemen
yang salah salah satu manfaatnya adalah untuk mengukur apakah
kegiatan usahanya menghasilkan laba atau sisa hasil usaha tersebut.
Akuntansi biaya juga menghasilkan informasi biaya yang dapat
dipakai oleh manajemen sebagai dasar untuk merencanakan alokasi
sumber ekonomi yang dikorbankan untuk menghasilkan keluaran.
Dilihat dari segi fungsi, akuntansi biaya merupakan alat bantu bagi
manajemen di dalam fungsi perencanaaan dan pengendalian. Perencanaan disini
maksudnya kegiatan yang berhubungan dengan pemilihan tujuan dan cara
pencapaiannya, sedangkan pengendalian akan mengarahkan kegiatan-kegiatan
sedemikian rupa sehingga hasil yang dicapai sesuai dengan rencana.
Perencanaan dan pengendalian berhubungan dengan akuntansi biaya.
Dalam perencanaan, akuntansi biaya membantu manajemen dalam pembuatan
anggaran, sedangkan dalam pengendaliaan akuntansi biaya membantu manajemen
dalam membandingkan antara hasil yang dicapai dengan standar. Selain itu
akuntansi biaya juga membantu manajemen dalam pengambilan keputusan
khususnya menyangkut masa akan datang.
2.1.3 Tujuan Akuntansi Biaya
Menurut Mulyadi (2005 : 7-8) menerangkan bahwa akuntansi biaya
memiliki tiga tujuan pokok yaitu:
1. Penentuan Harga Pokok Produk
Dengan cara mencatat, menggolongkan dan meringkas biaya-biaya
pembuatan produk atau penyerahan jasa.
2. Pengendalian Biaya
Pengendalian harus didahului dengan penentuan biaya yang seharusnya
dikeluarkan untuk memproduksi satu-satunya produk.
3. Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan khusus menyangkut masa yang akan datang, oleh
karena itu informasi yang relevan dengan pengambilan keputusan selalu
berhubungan dengan informasi masa yang akan datang.
2.1.4 Manfaat Akuntansi Biaya
Menurut Armanto Witjaksono (2006 : 4-5) dalam buku Akuntansi Biaya
menyebutkan bahwa manfaat terbesar mempelajari akuntansi biaya adalah
timbulnya sikap sadar akan biaya. Banyak orang kurang memahami bahwa harga
pokok produk dan jasa merupakan refleksi kemampuan suatu perusahaan dalam
memproduksi barang dan jasa. Semakin baik kemampuan perusahaan untuk
mengelola biaya, maka akan semakin baik produk dan jasa yang ditawarkan pada
pelanggan baik dari segi harga maupun kualitas.
Sedangkan manfaat Akuntansi biaya lainnya yaitu :
1.
Sebagai pemasok informasi dasar untuk menentukan harga jual
produk barang dan jasa.
2.
Sebagai bagian dari alat pengendalian manajemen, terutama yang
berkaitan dengan pengukuran kinerja manajer pusat
pertanggungjawaban.
3.
Sebagai pemasok informasi pada pihak eksternal berkenaan
dengan seluruh aspek biaya operasi, misalnya untuk kepentingan
pajak.
Poin kesatu dan kedua sering dibahas sebagai informasi untuk kepentingan
manajerial, sedangkan yang ketiga dibahas sebagai informasi untuk kepentingan
pelaporan keuangan.
2.2
Biaya
Biaya merupakan tanggung jawab manajemen. Manajemen melakukan
perencanaan biaya termasuk penetapan tujuan serta perinciannya, manajemen juga
melakukan pengawasan atau pengendalian agar penetapan tujuan tersebut dapat
tercapai. Dalam akuntansi keuangan istilah biaya dikenal sebagai pengorbanan
atau beban dalam memperoleh barang atau jasa. Pengorbanan itu harus diukur
apakah dengan pengeluaran uang, penyerahan jasa atau bentuk lainnya.
Sedangkan dalam akuntansi manajemen, biaya mempunyai berbagai arti
tergantung cara penggunaannya. Hal ini disebabkan karena banyaknya keragaman
biaya dan banyaknya cara penggolongan biaya yang dilakukan berdasarkan
keperluannya menurut pandangan manajemen.
2.2.1 Pengertian Biaya
Dalam buku Akuntansi Biaya, Mulyadi (2005: 8-10) menjelaskan
pengertian biaya dalam arti luas dan sempit, dalam arti luas definisi biaya adalah
sebagai berikut:
Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam
satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk
tujuan tertentu.
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan
pengorbanan sumber ekonomi yang dapat diukur dengan satuan uang, dengan
pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.
Sedangkan pengertian dalam arti sempit adalah sebagai berikut:
Biaya diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk
memperoleh aktiva.
Menurut Sunarto (2003 : 4) dalam bukunya Akuntansi Biaya pengertian
biaya adalah sebagai berikut :
Biaya adalah harga pokok atau bagiannya yang telah dimanfaatkan
atau dikonsumsi untuk memperoleh pendapatan.
Sedangkan menurut Armanto Witjaksono (2002 : 6) dalam bukunya
Akuntansi Biaya menerangkan bahwa definisi biaya adalah sebagai berikut :
Biaya adalah suatu pengorbanan sumber daya untuk mencapai
suatu tujuan tertentu.
Dari beberapa pengertian diatas, Armanto menarik kesimpulan bahwa :
Biaya sama dengan pengorbanan sumber daya ekonomi.
Dari seluruh uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pada prinsipnya
pegertian biaya mencakup dua hal yaitu :
1.
Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang dapat diukur
dengan satuan uang, untuk suatu tujuan tertentu.
2.
Biaya merupakan pengorbanan untuk memperoleh suatu aktiva
(barang atau jasa).
2.2.2 Penggolongan Biaya
Dalam Akuntansi biaya, biaya digolongkan dengan berbagai cara.
Pengolongan biaya ini harus memperhatikan tujuan yang hendak dicapai atas
penggolongan itu, karena dalam akuntansi biaya dikenal dengan konsep different
cost for different purpose, yaitu konsep akan menghasilkan informasi yang akan
berbeda untuk kepentingan yang berbeda pula. Oleh karena itu didalam akuntansi
biaya terdapat berbagai macam pengolongan biaya.
Mulyadi (2000 : 14-17) menggolongkan biaya menjadi lima golongan besar yaitu:
1.
Penggolongan Biaya Menurut Objek Pengeluaran.
Menurut cara penggolongan ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar
penggolongan biaya misal nama objek pengeluaran adalah bahan bakar,
maka semua biaya yang berhubungan dengan bahan bakar itu disebut
biaya bahan bakar.
2.
Penggolongan Biaya Menurut Fungsi Pokok Dalam Perusahaan.
Dalam perusahaan industri ada tiga fungsi pokok yaitu fungsi produksi,
fungsi pemasaran, serta fungsi administrasi dan umum. Oleh karena itu
dalam perusahaan industri biaya dapat digolongkan menjadi tiga yaitu :
a. Biaya Produksi
Biaya produksi adalah biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku
menjadi produk jadi yang siap jual. Biaya produksi dibagi menjadi tiga
unsur yaitu bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead pabrik.
b. Biaya pemasaran
Biaya pemasaran merupakan biaya yang dikeluarkan dalam
hubungannya dengan usaha untuk memperoleh pesanan dan
memenuhi pesanan. Contohnya adalah biaya iklan, biaya angkutan
dari gudang perusahaan ke gudang pembeli, gaji karyawan yang
melaksanakan kegiatan pemasaran.
c. Biaya Administrasi dan Umum
Biaya administrasi dan umum merupakan biaya untuk koordinasi
kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contohnya adalah gaji
karyawan bagian keuangan, akuntansi, personalia, biaya pemeriksaan
akuntan.
3. Penggolongan Biaya Menurut Hubungan Biaya Dengan Sesuatu Yang
Dibiayai.
Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Biaya dapat
dikelompokkan menjadi dua golongan :
a.
Biaya langsung adalah biaya yang menjadi penyebabnya adalah
karena adanya sesuatu yang dibiayai, jika sesuatu yang dibiayai tidak
ada, maka biaya langsung itu tidak dapat terjadi. Dengan demikian
biaya langsung akan mudah diidentifikasi dengan sesuatu yang
dibiayai.
b.
Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadi tidak hanya
disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai, biaya tidak langsung dalam
hubungannya dengan produksi disebut dengan istilah biaya produksi
tidak langsung atau biaya overhead pabrik.
4. Penggolongan Biaya Menurut Perilaku Biaya Dalam Hubungannya
Dengan Perubahan Volume Kegiatan.
Dalam pengendalian biaya dan pengambilan keputusan, biaya dapat
digolongkan menurut prilakunya dalam hubungannya dengan perubahan
volume kegiatan yaitu :
a. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran
volume produksi yang berubah-ubah.
b. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding
dengan perubahan volume produksi. Contohnya biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung.
c. Biaya semivariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan
perubahan volume produksi, biaya semivariabel mengandung unsur
biaya tetap dan biaya variabel.
5. Penggolongan Biaya Menurut Jangka Waktu Manfaat.
Atas dasar jangka waktu manfaat biaya dapat digolongkan menjadi dua
yaitu :
a.
Pengeluaran modal (capital expenditure) adalah biaya yang
mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Contoh
pembelian aktiva tetap
b.
Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure) adalah biaya yang
hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya
pengeluaran tersebut. Contohnya : biaya telepon, biaya iklan, biaya
listrik.
Sedangkan menurut Sunarto (2003 : 5) biaya produksi dipilah-pilah sesuai
kebutuhan dalam kelompok sebagai berikut :
1. Menurut Unsur atau Komponen Biaya
a. Biaya Bahan Baku atau Bahan langsung
Biaya ini timbul karena pemakaian bahan. Biaya bahan baku
merupakan harga pokok bahan yang dipakai dalam produksi untuk
memuat barang. Biaya bahan baku merupakan bagian dari harga
pokok barang jadi yang akan dibuat.
b. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya tenaga kerja langsung marupakan gaji dan upah yang diberikan
tenaga kerja yang terlibat langsung dalam pengolahan barang.
c. Biaya Overhead pabrik
Biaya ini timbul terutama karena pemakaian fasilitas untuk mengolah
barang berupa mesin, alat-alat, tempat kerja dan kemudahan lain.
Biaya overhead pabrik adalah semua biaya selain biaya bahan baku
dan tenaga kerja langsung.
2. Menurut Prilaku Terhadap Volume
a. Biaya tetap
Biaya tetap merupakan biaya yang mempunyai tingkah laku tetap
tidak
berubah terhadap perubahan volume kegiatan. Biaya tetap
tidak berubah meskipun kegiatan produksi berubah.
b. Biaya variabel
Biaya variabel merupakan biaya yang mempunyai tingkah laku
berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan produksi.
Setiap perubahan volume kegiatan produksi maka akan ditanggapi
dengan perubahan biaya variabel dengan jumlah yang sebanding
dengan volume perubahan volume kegiatan produksi tersebut.
2.3
Harga Pokok Produksi
Untuk memperoleh pemahaman tentang akuntansi biaya seseorang harus
memahami dahulu konsep biaya, yaitu pemahaman mengenai harga pokok, biaya,
rugi. Harga pokok produksi adalah biaya untuk membuat barang. Sesuai dengan
konsep harga pokok, nilai barang yang dibuat dan mengandung biaya yang
membentuk barang tersebut. Biaya tersebut adalah biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja, biaya overhead pabrik.
2.3.1 Pengertian Harga Pokok Produksi
Perhitungan harga pokok produksi dalam suatu perusahaan industri
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan baik pihak manajemen perusahaan maupun
pihak luar perusahaan. Untuk memenuhi tujuan perhitungan harga pokok produksi
tersebut akuntansi biaya mencatat, menggolongkan, dan meringkas biaya-biaya
pembuatan produk.
Sunarto (2003 : 3) menjelaskan pengertian harga pokok produksi sebagai
berikut :
Harga pokok produksi adalah nilai pengorbanan untuk memperoleh
barang atau jasa yang diukur dengan nilai mata uang. Besarnya biaya
diukur dengan berkurangnya kekayaan atau timbulnya utang.
Sedangkan menurut Masiyah Kholmi (2004 : 16) menjelaskan sebagai
berikut:
Biaya produksi adalah yang berkaitan dengan pembuatan barang.
Dari uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa harga pokok produksi
merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan dan diukur dengan nilai mata uang
untuk menghasilkan produk hingga siap untuk dipergunakan, dan sebagai suatu
pedoman untuk menentukan harga jual.
Untuk memperoleh perhitungan harga pokok dapat dilakukan berdasarkan
sistem kalkulasi biaya (cost system) seperti yang dijelaskan oleh M. Alan
Jayaatmaja (2006 : 4) bahwa sistem biaya dikelompokan menjadi :
1.
Sistem harga pokok sesungguhnya (historical cost system)
adalah pembebenan harga pokok kepada produk
yang
dihasilkan sesuai dengan biaya yang sesungguhnya dinikmati.
2.
Sistem harga pokok yang ditentukan dimuka (predetermined cost
system) adalah pembebanan harga pokok kepada produk yang
dihasilkan sebesar biaya yang ditentukan dimuka sebelum suatu
produk mulai dikerjakan.
3.
Sistem harga pokok normal (normal cost system) yaitu biaya
bahan baku dan upah langsung sesuai dengan harga
sesungguhnya sedangkan biaya overhead pabrik berdasarkan
tarif yang ditentukan dimuka.
2.3.2 Unsur-Unsur Harga pokok produksi
Perhitungan harga pokok produksi adalah untuk mengetahui besarnya
biaya produksi yang dikeluarkan dalam memproduksi suatu barang. Pada
umumnya biaya produksi tersebut meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, biaya overhead pabrik.
2.3.2.1 Biaya Bahan Baku
Pengertian biaya bahan baku menurut Sunarto (2003 : 5) adalah sebagai
berikut :
Biaya bahan baku merupakan harga pokok bahan yang dipakai
dalam produk untuk membuat barang, selain biaya bahan baku
perusahaan juga menjadi bahan penolong sebagai bahan yang diolah
menjadi bagian produk selesai yang pemakaiannya tidak dapat
diikuti manfaatnya pada produk selesai tertentu.
Pengertian bahan baku menurut Mulyadi (2005 : 295 ) adalah sebagai
berikut :
Bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian
menyeluruh produk jadi. Bahan baku yang diolah dalam perusahaan
manufaktur dapat diperoleh dari pembelian lokal, impor, atau dari
pengolahan sendiri. Didalam memperoleh bahan baku, perusahaan tidak
hanya mengeluarkan sejumlah harga beli bahan baku saja, tetapi juga
mengeluaran biaya-biaya pembelian, pergudangan, dan biaya-biaya
perolehan lain.
1. Prosedur Akuntansi Biaya Bahan
Prosedur akuntansi biaya bahan meliputi prosedur pembelian sampai dengan
pemakaian bahan di dalam pabrik. Berikut ini jurnal pencatatan akuntansi biaya
pada bahan baku adalah sebagai berikut :
a) Pembelian bahan baku dan bahan penolong
1. Pencatatan Pembelian Bahan Baku dan Bahan Penolong
Jurnal :
Dr. Persediaan Bahan Baku
Rp xx
Dr. Persediaan Bahan Penolong
Rp xx
Cr.
Utang Dagang
Rp xx
b) Pemakaian bahan baku dan bahan penolong
1. Pencatatan Pemakaian Bahan Baku
Jurnal :
Dr. Barang dalam Proses-Biaya Bahan Baku
Cr.
Rp xx
Persediaan Bahan Baku
Rp xx
2 Pencatatan Pemakaian Bahan Penolong
Jurnal :
Dr. Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya
Rp xx
Cr.
Persediaan Bahan penolong
Rp xx
2.3.2.2 Biaya Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah usaha fisik atau mental yang digunakan dalam
membuat barang. Biaya tenaga kerja merupakan salah satu konversi biaya untuk
mengubah bahan baku menjadi produk jadi. Biaya tenaga kerja yang termasuk
dalam perhitungan biaya produksi digolongkan kedalam biaya tenaga kerja
langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung.
Pengertian biaya tenaga kerja langsung menurut Sunarto (2003 : 30)
adalah :
Biaya tenaga kerja langsung adalah kompensasi yang dibayarkan
kepada tenaga kerja langsung yaitu tenga kerja secara langsung
bekerja dalam pengolahan barang.
Sedangkan biaya tenaga kerja tidak langsung menurut Sunarto (2003 : 30)
adalah :
Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah kompensasi yang
dibayarkan kepada tenaga kerja tidak langsung yaitu tenaga kerja
yang bekerja di pabrik tetapi tidak melakukan pekerjaan pengolahan
secara langsung.
Menurut Mulyadi (2005 : 343) definisi biaya tenaga kerja adalah :
Tenaga kerja merupakan suatu fisik atau mental yang dikeluarkan
karyawan untuk mengolah produk. Biaya tenaga kerja adalah harga
yang dibebankan unuk penggunaan tenaga manusia tersebut.
1. Prosedur Akuntansi Biaya Tenaga Kerja
Dalam metode harga pokok ini dipisahkan antara upah tenaga kerja langsung
dengan upah tenaga kerja tidak langsung dalam pencatatannya. Pencatatan biaya
tenaga kerja dilakukan melalui tiga tahap berikut ini :
a) Pencatatan Biaya Tenaga Kerja yang Terutang oleh Perusahaan
Jurnal :
Dr. Gaji dan Upah
Cr.
Rp xx
Utang Gaji dan Upah
Rp xx
b) Pencatatan Distribusi Biaya Tenaga Kerja
Jurnal :
Dr. Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Langsung
Rp xx
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya
Rp xx
Biaya Administrasi dan Umum
Rp xx
Biaya Pemasaran
Rp xx
Cr.
Gaji dan Upah
Rp xx
c) Pencatatan Pembayaran Gaji dan Upah
Jurnal :
Dr. Utang Gaji dan Upah
Rp xx
Cr.
Kas
Rp xx
Biaya tenaga kerja dapat dibagi kedalam tiga golongan menurut Mulyadi
(2005 : 345) yaitu :
1. Gaji dan Upah;
2. Premi Lembur;
3. Biaya-biaya yang berhubungan dengan tenaga kerja.
Berikut adalah penjelasan singkat mengenai tiga golongan biaya tenaga
kerja tersebut :
1. Gaji dan Upah
Ada berbagai macam cara perhitungan upah karyawan dalam perusahaan.
Salah satu cara adalah dengan mengalikan tarif upah dengan jam kerja karyawan.
Dengan demikian untuk menentukan upah seorang karyawan perlu dikumpulkan
data jumlah jam kerjanya selama periode waktu tertentu. Jumlah gaji dan upah
bruto tersebut dikurangi dengan potongan-potongan seperti pajak penghasilan
karyawan dan biaya asuransi hari tua.
2.Premi Lembur
Perlakuan terhadap premi lembur tergantung atas alasan-alasan terjadinya
lembur tersebut. Premi lembur dapat ditambahkan pada upah tenaga kerja
langsung dan dibebankan pada pekerjaan atau departemen tempat terjadinya
lembur tersebut. Perlakuan ini dapat dibenarkan bila pabrik telah bekerja dengan
kapasitas penuh dan pemesanan mau menerima beban tambahan karena lembur
tersebut.
3. Biaya-biaya yang Berhubungan dengan Tenaga Kerja
a. Setup time
Biaya yang dikeluarakan untuk memulai produksi disebut biaya pemula
produksi (setup cost). Biaya pemula produksi diperlukan pada waktu
pabrik atau mulai dijalankan atau dibuka kembali atau pada waktu produk
baru diperkenalkan. Biaya pemula produksi meliputi pengeluaranpengeluaran untuk pembuatan rancang bangun, penyusunan mesin dan
peralatan, latihan bagi karyawan dan kerugian-kerugian yang timbul akibat
belum adanya pengalaman.
b. Waktu menganggur (Idle Time)
Dalam mengolah produk, seringkali terjadi hambatan-hambatan, kerusakan
mesin atau kekurangan pekerjaan. Hal ini menimbulkan waktu
menganggur bagi karyawan. Biaya-biaya yang dikeluarkan selama waktu
menganggur ini diperlukan sebagai unsur biaya overhead pabrik.
2.3.2.3 Biaya Overhead Pabrik
Pengertian biaya overhead pabrik menurut Masiyah Kholmi (2004 : 55)
adalah :
Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan
baku dan tenaga kerja langsung atau semua biaya produksi tidak
langsung.
Menurut Mulyadi (2005 : 207) biaya overhead pabrik dapat digolongkan
dengan tiga cara yaitu :
1. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut sifatnya;
2. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut perilakunya
dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan;
3. Penggolongan bahan overhead pabrik menurut hubungannya
dengan departemen.
1.
Prosedur Akuntansi Biaya Overhead Pabrik
Akuntansi biaya memperlakukan pencatatan biaya overhead pabrik menjadi
dua bagian yaitu :
a) Pencatatan Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan Kepada Produk
Berdasarkan Tarif yang Ditentukan Dimuka
Jurnal :
Dr. Barang dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik
Cr.
Rp xx
Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan
Rp xx
b) Pencatatan Biaya Overhead Pabrik yang Sesungguhnya Terjadi
Jurnal :
Dr. Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya
Cr.
Akumulasi Depresiasi Mesin
Rp xx
Rp xx
Cr.
Akumulasi Depresiasi Gedung
Rp xx
Cr.
Persediaan Suku Cadang
Rp xx
Cr.
Persediaan Bahan
Rp xx
c) Jurnal Penutup
Dr. Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan
Cr.
Rp xx
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya
Rp xx
1. Prosedur Akuntansi Produk Selesai dan Produk dalam Proses Akhir
Periode
a) Pencatatan harga pokok jadi
Jurnal :
Dr. Persediaan Produk Jadi
Rp xx
Cr.
Barang dalam Proses-Biaya Bahan Baku
Rp xx
Cr.
Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Langsung
Rp xx
Cr.
Barang dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik
Rp xx
b) Pencatatan harga pokok dalam proses
Jurnal :
Dr. Persediaan Produk dalam Proses
Cr.
Barang dalam Proses-Biaya Bahan Baku
Rp xx
Rp xx
Cr.
Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Langsung
Rp xx
Cr.
Barang dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik
Rp xx
2. Prosedur Akumulasi Penjualan
a) Pencatatan Pendapatan Penjualan Produk
Jurnal :
Dr. Piutang Dagang
Cr.
Rp xx
Penjualan
Rp xx
b) Pencatatan Harga Pokok Penjualan
Jurnal :
Dr. Harga Pokok Penjualan
Cr.
Persediaan Produk Selesai
Rp xx
Rp xx
2.4 Metode penentuan harga pokok produksi
Metode penentuan harga pokok produksi adalah cara memperhitungkan unsur
biaya produksi ke dalam harga pokok produksi. Manfaat harga pokok produksi
menurut Mulyadi (2003 : 31) adalah :
1. Menentukan harga jual Produk;
2. Memantau realisasi biaya produksi;
3. Menghitung laba atau rugi periodik;
4. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk
dalam proses yang disajikan dalam neraca.
Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok
produksi terdapat dua pendekatan, yaitu metode full costing dan metode variabel
costing. Perbedaan pokok antara kedua metode tersebut terletak pada perlakuan
tehadap biaya produksi yang bersifat tetap dan akan berakibat pada perhitungan
harga pokok produk dan penyajian laporan laba rugi.
2.4.1 Metode Full Costing
Full Costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang
memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi,
yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead pabrik, baik yang berperilaku varibel maupun tetap.
Menurut Mulyadi (2005 : 132) yang dimaksud dengan full costing adalah :
Full costing adalah metode penentuan harga pokok produk yang
membebankan seluruh biaya produksi baik yang bersifat tetap
maupun variabel kepada produk.
Dari pengertian diatas dapat kesimpulan bahwa unsur harga pokok produk
menurut metode ini meliputi :
Biaya bahan baku
:Rp xx
Biaya tenaga kerja langsung
:Rp xx
Biaya overhead pabrik tetap
:Rp xx
Biaya overhead pabrik variabel
:Rp xx
Harga pokok produksi
:Rp xx
Laporan laba rugi yang disusun dengan metode ini menitikberatkan
pada penyajian unsur-unsur biaya menurut hubungan biaya dengan fungsi
pokok yang ada di perusahaan yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran
serta fungsi asdministrasi dan umum.
Dengan demikian laporan laba rugi menurut metode full costing
adalah sebagai berikut :
Penjualan
:Rp xx
Harga pokok penjualan
:Rp xx
Laba kotor atas penjualan
:Rp xx
Biaya komersial :
Pemasaran
:Rp xx
Adminitrasi dan umum
:Rp xx
:Rp xx
Laba bersih
:Rp xx
2.4.2 Metode Varible Costing
Varible costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang
hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku ke dalam harga pokok
produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan
biaya overhead pabrik variabel.
Harga pokok produk menurut metode biaya variabel :
Biaya bahan baku
:Rp xx
Biaya tenaga kerja langsung
:Rp xx
Biaya overhead pabrik variabel :
Rp xx
Harga pokok produksi
:Rp xx
Pengertian metode biaya variabel menurut Mulyadi (2005 : 132) adalah :
Metode variable costing adalah metode penentuan harga pokok
produksi yang hanya membebankan biaya-biaya produksi variabel
saja kedalam harga pokok produk.
Laporan laba rugi yang disusun dengan metode ini menitikberatkan pada
penyajian biaya sesuai dengan perilaku biaya dalam hubungannya dengan
perubahan volume kegiatan. Laporan laba rugi menurut metode ini dapat dilihat
sebagai berikut :
Penjualan
:Rp xx
Harga pokok penjualan variabel
:Rp xx
Batas kontribusi bersih
:Rp xx
Biaya komesrsial variabel :
Biaya pemasaran variabel
Administrsi dan umum variabel
:Rp xx
:Rp xx
Batas kontribusi bersih
:Rp xx
:Rp xx
Biaya tetap :
Biaya overhead tetap
:Rp xx
Biaya pemasaran tetap
:Rp xx
Administrsi dan umum tetap
:Rp xx
:Rp xx
Laba bersih
2.5
:Rp xx
Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi
Pengumpulan harga pokok produksi sangat ditentukan oleh proses
produksi. Proses produksi dapat dilakukan atas dasar pesanan produksi.
Perusahaan yang berdasarkan pesanan melaksanakan pengolahan produk atas
dasar pesanan yang diterima dari luar, sedangkan perusahaan yang berproduksi
berdasarkan produk massa akan melaksanakan pengolahan produknya untuk
memenuhi persediaan digudang.
Proses produksi berdasarkan pesanan, pengumpulan biaya produksi
berdasarkan harga pokok pesanan (job order cost method). Sedangkan proses
produksi massa, pengumpulan biaya produksinya menggunakan metode harga
pokok proses (process cost method).
2.5.1 Metode Harga Pokok Pesanan
Metode harga pokok pesanan adalah metode pengumpulan harga pokok
produk dimana biaya dikumpulkan untuk setiap pesanan atau kontrak atau jasa
secara terpisah dan setiap pesanan atau kontrak dapat dipisahkan identitasnya.
Pengolahan produk akan dimulai setelah datangnya pesanan dari langanan
atau pembeli maelalui dokumen pesanan penjual (sales order), yang memuat jenis
dan jumlah produk yang dipesan, spesifikasi pesanan, tanggal pesanan diterima
dan harus diserahkan
Pada metode harga pokok pesanan ini tujuan produksinya yaitu melayani
pesanan dan sifat produksinya akan terputus-putus, selesai diolah pesanan yang
satu dilanjutkan pengolahan pesanan yang lainnya.
Pada harga pokok pesanan, harga pokok dikumpulkan untuk setiap
pesanan akan dihitung pada saat pesanan selesai. Untuk menghitung biaya satuan,
jumlah biaya produksi pesanan tertentu dibagi jumlah produksi pesanan yang
bersangkutan.
Metode Harga Pokok Pesanan menurut Muhadi dkk (2001: 24) adalah
sebagai berikut :
Metode Harga Pokok Pesanan adalah suatu metode pengumpulan
biaya produksi untuk menentukan harga pokok produk pada
perusahaan yang menghasilkan produk atas dasar pesanan.
2.5.2 Metode Harga Pokok Proses
Metode harga pokok proses adalah metode pengumpulan harga pokok
produk dimana biaya dikumpulkan untuk setiap waktu tertentu, misalnya bulan.
Triwulan, semesteran, tahun. Pada metode ini perusahaan menghasilkan produk
yang homogen, untuk produk bersifat standar, dan tidak tergantung spesifikasi
yang diminta oleh pembeli.
Kegiatan produksi perusahaan ditentukan oleh budget produksi atau skedul
produksi untuk satuan waktu tertentu yang sekaligus dipakai dasar oleh bagian
produksi utuk melaksanakan produksi.
Tujuan produksi untuk mengisi persediaan yang selanjutnya akan dijual
kepada pembeli. Oleh karena sifat produk homogen dan bentuk standar maka
kegiatan produksi dapat dilaksanakan secara terus-menerus. Jumlah total biaya
pada harga proses dihitung setiap akhir perode dengan menjumlah semua elemen
biaya yang dinikmati produk dalam satuan waktu yang bersangkutan biaya satuan,
jumlah total biaya produksi pada satuan waktu tertentu dibagi jumlah produk yang
dihasilkan pada satuan waktu tertentu.
Metode Harga Pokok Proses menurut Muhadi dkk (2001: 6) adalah
sebagai berikut :
Metode Harga Pokok Proses adalah suatu cara untuk menentukan
harga pokok produk dimana biaya produksi dikumpulkan dan dihitung
untuk suatu periode tertentu dan dibebankan pada proses yang
bersangkutan.
Metode ini tidak membedakan antara biaya produksi langsung dan biaya
produksi tidak langsung. Perhitungan dilakukan setiap akhir periode akuntansi,
sehingga biaya overhead pabrik dibebankan kepada pabrik atas dasar biaya yang
sesungguhnya terjadi.
Berikut adalah karakteristik metode harga pokok menurut Masiyah Kholmi
(2004 : 95) yaitu :
1. Produksi cenderung homogen;
2. Produksi bersifat kontinyu;
3. Biaya diakumulasi berdasarkan proses atau departemen (pada
akhir periode)
4. Biaya per unit dihitung melalui pembaian biaya proses suatu
periode dengan unit yang diproduksi selama periode tersebut;
5. Media yang digunakan untuk mengakumulasi biaya adalah
laporan harga pokok produksi.
Menurut Mulyadi (2005 : 71) informasi harga pokok yang dihitung untuk
jangka waktu tertentu bermanfaat bagi manajemen untuk :
1. Menentukan harga jual produk;
2. Memantau realisasi biaya produksi;
3 Menghitung laba atau rugi periodik;
4 Menghitung harga pokok persediaan produk jadi dan produk
dalam proses yang disajikan dalam neraca.
Tabel 2. 1
Perbedaan Metode Harga Pokok Pesanan dengan Metode Harga Pokok Proses.
Segi Perbedaan
Metode Harga Pokok
Pesan
Metode Harga Pokok
Proses
Dasar
Kegiatan Pesanan lagganan
Produksi
Budget produksi
Tujuan Produksi
Untuk melayani pesanan
Untuk persediaan
akan dijual
Bentuk produk
Tergantung
spesifikasi Homogen dan standar
pemesan
dan
dapat
dipisahkan identitasnya
Biaya
produksi Setiap pesanan
dikumpulkan
Kapan
biaya Pada saat suatu
produksi dihitung
selesai
yang
Setiap satuan waktu
pesan Pada akhir periode/satuan
waktu
Menghitung harga Harga pokok
pokok
tertentu
pesanan Harga pokok
tertentu
periode
Jumlah produk pesanan Jumlah produk periode
yang bersangkutan
yang bersangkutan
Contoh perusahaan
2.6
Percetakan, kontraktor
Semen, kertas, tekstil
Standard Food Cost
Standard Food Cost dibuat untuk menyediakan sebuah metode yang
efektif untuk membandingakan harga makanan sehari-hari dengan harga standar
yang ditetapkan. Pengendalian harga pokok suatu makanan harus diawali dengan
menetapkan standard food cost dan selanjutnya dilakukan perhitungan pokok
produksi makanan tersebut.
2.6.1 Dasar Penentuan Standard Food Cost
Agar pengendalian harga pokok produk makanan dapat dilaksanakan
dengan baik, diperlukan sistem pengendalian yang pelaksanaannya dilakukan
dalam beberapa tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, koreksi, dan
evaluasi. Tahap perencanaan merupakan tahap yang sangat penting dan krusial
karena pada tahap ini manajemen menentukan ukuran baku standar, yaitu segala
sesuatu yang seharusnya terjadi.
Menurut I.B.M Wiyasha (2006:20) tahap perencanaan dapat ditentukan
kedalam :
1. Takaran baku per porsi (Standard Portion Size), merupakan takaran
yang harus dipenuhi setiap kali suatu jenis makanan diproduksi. Setiap
jenis restoran memiliki takaran baku yang berbeda untuk jenis makanan
yang ditawarkan. Takaran baku tersebut ditentukan oleh manajemen
agar setiap pelanggan mendapatkan porsi yang sama setiap kali
memesan jenis makanan yang sama, juga agar manajemen lebih mudah
mengendalikan harga pokok makanan karena adanya konsistensi dalam
takaran.
2. Standar berat bersih (Standard Yield Test), merupakan suatu standar
hasil atas bahan yang telah melewati proses tertentu. Dengan adanya
penetapan standard yield, maka manajemen dapat menentukan bahan
makanan yang dibeli dan harga pokok makanan dapat dikendalikan.
Proses untuk mendapatkan berat bersih suatu jenis bahan baku segar
biasanya melalui butcher test sehingga akan mendapatkan yield. Karena
banyak bahan baku segar yang terbuang saat butcher test. Akan lebih
baik digunakan cost factor untuk menetapkan harga pokok produksi.
Cost factor merupakan suatu konstanta yang merupakan rasio antara
harga pokok bahan makanan yang telah diproses dengan harga pokok
makanan sebelum diproses. Cost factor ini digunakan karena beberapa
bahan baku yang digunakan dalam produksi makanan seringkali
mengalami kenaikan secara tiba-tiba, selain itu sistem perhitungan
harga pokok yang digunakan oleh manajemen lebih baik jika
menggunakan alat perhitungan ini, agar manajemen tidak perlu
melakukan perhitungan dari awal tetapi dapat melakukan penyesuaian
terhadap perubaahan harga yang terjadi dipasar. Cost factor per porsi
dipengaruhi oleh yield dan dipengaruhi juga oleh takaran per porsi.
3. Standar spesifikasi pembelian bahan baku (Standard Purchase
Spesification), merupakan penjelasan rinci mengenai spesifikasi bahan
makanan yang akan dibeli oleh restoran. Standard Purchase
Spesification ini harus dijelaskan secara rinci, baik mengenai mutu,
takaran, unit, berat harga per unit, maupun cara mengirimnya ke
restoran. Juga membantu manajemen untuk menghindari kesalah
pahaman antara restoran dengan rekanan dalam hal mutu, cara
pengiriman, ukuran, serta harga bahan makanan.
4. Resep baku (Standard Recipe), merupakan resep suatu makanan yang
menjelaskan secara rinci mengenai bahan makanan yang digunakan,
takaran baku, harga pokok baku, metode memasak, serta kualitas yang
diharapkan. Fungsi resep baku bagi manajemen yaitu sebagai alat bantu
untuk menentukan cita rasa, takaran, penampilan dan cara penyajian
suatu makanan.
2.6.2 Komponen Food Cost Control pada Restoran
Menurut Miller, Hayes dan Dapson komponen biaya yang digunakan oleh
restoran adalah sebagai berikut :
1. Food Cost, merupakan biaya yang berhubungan dengan produk yang
dipilih oleh konsumen pada saat memesan menu.
2. Labor Cost, merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membayar para
pegawai.
3. Overhead Cost, merupakan semua biaya yang tidak berhubungan
dengan bahan makanan, minuman, ataupun tenaga kerja.
2.6.3 Mekanisme Food Cost Control
Mutu produk dan layanan yang dihasilkan oleh industri makanan bersifat
fluktuatif. Untuk menekan mutu produk diperlukan pelatihan dan pengawasan
mutu yang berkesinambungan.
Mekanisme pengawasan food cost harus dilakukan sejak awal. Dimulai
denagn pembelian, penerimaan, penyimpanan, dan seterusnya hingga sampai
bagian produksi. Kualitas makanan juga harus dijaga sejak awal hingga pada
akhirnya sampai di meja tamu sehingga produk terjual.
Menurut Kirby D. Payne terdapat tujuh mekanisme untuk mengontrol food
cost, yaitu sebagai berikut :
1. Pengawasan pada saat pembelain (ordering);
2. Pengawasan pada saat menerima barang;
3. Pengawasan pada saat disimpan dalam gudang;
4. Pengawasan pada saat proses mengeluarkan barang (issuing);
5. Pengawasan internal kitchen pada saat trimming;
6. Pengawasan pada saat pengolahan;
7. Pengawasan pada saat penyajian.
2.7
Harga Jual
Penentuan harga jual merupakan salah satu tugas manajemen yang
penting, karena harga jual yang ditetapkan akan dapat mempengaruhi pembeli
dalam membuat keputusan untuk melakukan transaksi dengan perusahaan atau
tidak, serta akan mempengaruhi besar kecilnya laba yang akan diperoleh
perusahaan. Oleh karena itu, untuk menetapkan harga jual pihak manajemen
membutuhkan informasi mengenai biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
memproduksi produk pesanan.
2.7.1 Pengertian Harga Jual
Menurut Mulyadi (2009 : 72) adalah :
Harga jual yaitu taksiran biaya non produksi dibagi jumlah produk
yang dihasilkan ditambah laba perunit produk yang dihasilkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi harga jual yaitu :
1. Permintaan konsumen
2. Selera konsumen
3. Jumlah pesaing
4
Harga jual yang ditentukan pesaing
5.
Biaya
Dari uraian diatas merupakan faktor-faktor yang sulit untuk
diramalkan, yang mempengaruhi pembentukan harga jual produk atau jasa
di pasar. Salah satunya faktor yang memiliki kapasitas relatif lebih tinggi
berpengaruh dalam penentuan harga jual adalah biaya.
2.7.2 Metode Penentuan Harga Jual
Menurut Mulyadi dalam bukunya Akuntansi Manajemen (2009 : 148)
dalam menentukan harga jual dibagi dalam empat metode, yaitu :
1.
Penentuan harga jual normal
2.
Penentuan harga jual dalam cost type contract
3.
Penentuan harga jual pesanan khusus
4.
Penentuan harga jual produk atau jasa yang dihasilkan oleh
perusahaan yang diatur dengan peraturan pemerintah.
Berdasarkan uraian tersebut, dijelaskan sebagai berikut
1. Penentuan harga jual normal
Dalam keadaan normal, manajer penentu harga jual memerlukan informasi
biaya penuh masa yang akan datang sebagai dasar penentuan harga jual
produk dan jasa. Metode penentuan harga jual normal seringkali disebut
dengan istilah cost plus pricing, karena harga jual ditentukan dengan
menambah biaya masa yang akan datang dengan suatu persentase mark up
(tambahan diatas jumlah biaya).
Harga jual suatu produk atau jasa dalam keadaan normal ditentukan sebagai
berikut :
Harga jual = Taksiran biaya penuh + laba yang diinginkan
Dengan demikian ada dua unsur yang diperhitungkan dalam penentuan
harga jual ini, taksiran biaya penuh dan laba yang diharapkan. Taksiran biaya
penuh dihitung dengan menambahkan taksiran biaya langsung produksi dan
taksiran biaya tidak langsung produksi. Sedangkan laba yang diharapkan dihitung
berdasarkan investasi yang ditanamkan untuk menghasilkan produk atau jasa.
Dalam penentuan harga jual, taksiran biaya langsung produksi dipakai
sebagai dasar penentuan harga jual. Sedangkan taksiran biaya tidak langsung
produksi ditambahkan kepada laba yang diharapkan untuk kepentingan
perhitungan persentase mark up.
Rumus perhitungan harga jual atas dasar biaya secara umum dapat
dinyatakan dalam persamaan berikut ini :
Harga jual = Biaya langsung produksi + Persentase
Persentase Markup = Laba yang diharapkan + Biaya tidak langsung
Biaya langsung produksi
2. Penentuan harga jual dalam cost type contract
Cost type contract adalah kontrak pembuatan produk atau jasa dimana
pihak pembeli setuju untuk membeli produk dan jasa pada harga yang
didasarkan dari total biaya yang sesungguhnya dikeluarkan oleh produsen
ditambah dengan laba yang dihitung sebesar persentase tertentu dari total
biaya sesungguhnya. Harga jual produk berdasarkan cost type contract
ditentukan dengan perhitungan sebagai berikut :
Biaya penuh sesungguhnya
Rp xx
Laba % x biaya penuh sesungguhnya
Rp xx -
Harga yang harus dibayar oleh pembeli
Rp xx
3. Penentuan harga jual pesanan khusus
Pesanan khusus merupakan pesanan yang diterima oleh perusahaan diluar
pesanan reguler. Biasanya pembeli yang melakukan pesanan khusus ini
meminta harga dibawah harga jual normal, bahkan seringkali dibawah
biaya penuh.
2. Penentuan harga jual produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan
yang diatur dengan peraturan pemerintah
Dalam penentuan harga jual yang diatur dengan peraturan pemerintah
yaitu biaya penuh masa yang akan datang, yang dipakai sebagai dasar
penentuan harga jual tesebut menggunakan pendekatan full costing dengan
metode cost pricing saja.
Download