AQUATIC PLANT TREATMENT TANAMAN PAKU AIR

advertisement
ISSN No. 1978-3787
Media Bina Ilmiah 1
AQUATIC PLANT TREATMENT TANAMAN PAKU AIR AZOLLA PINNATA TERHADAP
PENURUNAN KADAR AMONIAK PADA AIR LIMBAH INDUSTRI TAHU DI KELURAHAN
KEKALIK KECAMATAN SEKARBELA NUSA TENGGARA BARAT
Oleh :
Zainal Fikri
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Mataram Jurusan Analis Kesehatan Mataram
Abstrak: Limbah tahu merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya penurunan kualitas air, terutama
karena produk yang dihasilkan dari limbah tahu yang merupakan hasil oksidasi bahan organik secara
mikrobiologis menghasilkan zat kimia berbahaya seperti Amoniak pada limbah tahu yang dihasilkan oleh
Industri Tahu di daerah Kekalik Kota Mataram Nusa Tenggara Barat. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui potensi Aquatic Plant Treatment menggunakan tanaman paku air Azolla pinnata terhadap
penurunan kadar Amoniak pada air limbah industri tahu di Kelurahan Kekalik Kecamatan Sekarbela, Nusa
Tenggara Barat. Jenis penelitian ini pra eksperiment dengan rancangan the one group pretest-postest design,
jumlah sampel yang digunakan 15 industri tahu , variabel bebas tanaman paku air Azolla pinata dan variabel
terikatnya kadar Amonia. Hasil penelitian ini adalah Kadar rata – rata amoniak sebelum (1.73mg/l) dan
setelah (0.786 mg/l) penambahan Aquatic Plant Treatment Menggunakan Tanaman Paku Air Azolla
pinnata, terdapat penurunan kadar amoniak sebesar 0.944 mg/dl (54.56 %). Terdapat penurunan kadar
amoniak sebelum dan setelah penambahan Aquatic Plant Treatment Menggunakan Tanaman Paku Air
Azolla pinnata, hal ini di buktikan dari hasil uji statistik Paired-T test probabilitas (0.000) < α (0.05).
Kata Kunci : Azolla Pinnata, Kadar Amoniak, Air Limbah Industri Tahu
Pendahuluan
Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah
satu indikator kemajuan satu masyarakat. Faktor
yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat di
antaranya tingkat ekonomi, pendidikan, kehidupan
sosial budaya dan keadaan lingkungan, terutama
lingkungan yang sehat. Dalam Riset Kesehatan
Dasar (RISKESDAS) yang termasuk dalam salah
satu indikator program kesehatan lingkungan adalah
akses terhadap air minum (Riskesdas,2010).
Banyak penduduk yang terpaksa memanfaatkan
air yang kurang bagus kualitasnya. Pada jangka
pendek, kualitas air yang tidak baik dapat
mengakibatkan muntaber, diare, kolera, tipus, atau
disentri. Dalam jangka panjang, air yang berkualitas
kurang baik dapat mengakibatkan penyakit keropos
tulang, korosi gigi, anemia, dan kerusakan ginjal.
Hal ini terjadi karena terdapatnya zat – zat produk
limbah yang bersifat toksik (racun) dan
pengendapan pada ginjal. Bila air yang tidak
berkualitas digunakan untuk mandi maupun mencuci
pakaian dapat berakibat langsung pada kesehatan
mata dan kulit, seperti penyakit kulit dan terachoma
pada mata (Kusnaedi, 2006).
Menurut data RISKESDAS 2010 rumah tangga
di provinsi NTB yang jenis sumber utama air untuk
keperluan rumah tangga 15,4 % sumur gali tak
terlindungi, 1,6 % mata air tak terlindungi dan 2,6 %
menggunakan
air
sungai/danau/irigasi
(Riskesdas,2010). Hal ini terpaksa mereka lakukan
karena keterbatasan pengetahuan dan sarana
penunjang penyediaan air bersih, teutama bagi
masyarakat sekitar daerah industri, seperti industri
tahu.
Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan
provinsi di beberapa daerahnya merupakan daerah
industri tahu. Industri pembuatan tahu yang ada di
NTB salah satunya adalah yang berada di Kelurahan
Kekalik, Kecamatan Sekarbela, Kabupaten Kota
Mataram, Propinsi Nusa Tenggara Barat. Industri
tahu ini merupakan industri rumah tangga dan
berlokasi ditengah-tengah pemukiman, sehingga
apabila terjadi pencemaran dampaknya akan
dirasakan langsung oleh masyarakat.
Limbah tahu yang dihasilkan dari industri
rumah tangga mengandung protein, karbohidrat
yang merupakan zat yang mudah terfermentasi oleh
bakteri air, hasil fermentasi dan perombakan limbah
tahu cair oleh bakteri air menghasilkan senyawa –
senyawa kimia seperi amoniak, nitrit dan nitrat.
Senyawa – senyawa ini menghasilkan bau yang
menyengat.
Limbah tahu yang dihasilkan dari industri tahu
rumah tangga tersebut sebagian dibuang ke sungai
Ancar, sebagian lagi dibuang melalui saluran air
yang bermuara ke sungai Ancar yang perembesan
limbahnya melalui sumber air tanah seperti air
sumur gali. Sehingga memungkinkan terjadinya
pencemaran air sumur gali dan air sungai disekitar
_______________________________________
http://www.lpsdimataram.com
Volume 7, No. 4, Juli 2013
2 Media Bina Ilmiah
pembuangan limbah tahu tersebut. Apabila air
buangan limbah tahu ini dialirkan langsung ke
saluran air atau sungai, tanpa adanya pengolahan
terlebih dahulu maka akan menurunkan kualitas air
sumur gali dan air sungai, sehingga lama-kelamaan
akan merusak air tersebut dan merupakan salah satu
faktor penyebab terjadinya penurunan kualitas air.
Fenomena ini disebabkan karena produk yang
dihasilkan dari limbah tahu yang merupakan hasil
oksidasi bahan organik secara mikrobiologis
menghasilkan zat kimia berbahaya seperti Amoniak,
Nitrat dan Nitrit.
Amonia merupakan senyawa nitrogen yang
menjadi NH4+. Amoniak dalam air permukaan
berasal dari air seni dan tinja, dari oksidasi bahan
organik secara mikrobiologis yang berasal dari air
limbah industri, seperti industri tahu. Kadar amonia
pada perairan alami biasanya kurang dari 0,1
mg/liter. Kadar amonia bebas yang tidak terionisasi
pada perairan sebaiknya tidak lebih dari 0,2 mg/liter,
jika lebih dapat bersifat toksik bagi beberapa jenis
ikan. Kadar amonia yang tinggi dapat merupakan
indikasi adanya pencemaran bahan organik yang
berasal dari limbah. Dalam kondisi kronik,
peningkatan amonia dapat menyebabkan timbulnya
penyakit dan penurunan pertumbuhan.
Berdasarkan permasalahan tersebut perlu
dilakukan suatu usaha untuk menurunkan parameter
pencemar dan pengolahan secara fisik, kimia, dan
biologi yaitu dengan memanfaatkan tanaman air.
Tanaman air yang digunakan adalah paku air (Azolla
pinnata). Paku air (Azolla pinnata) merupakan
tumbuhan air yang tumbuh dengan baik di daerah
tropis maupun sub tropis. Paku air dapat tumbuh di
kolam, saluran air, maupun di areal pertanaman
padi. Tumbuhan paku air ini mempunyai unsur hara,
terutama nitrogen sangat tinggi. Oleh karena itu,
pemanfaatan paku air sebagai produk organik akan
menghemat
penggunaan
pupuk
anorganik,
disamping menjaga keseimbangan hara dalam air
(Arifin,Z, 1996).
Paku air umumnya terdapat di daerah tropik,
berupa tumbuhan kecil, lunak, bercabang-cabang.
Daun disebelah atas berselang-seling, tersusun
dalam dua baris, masing-masing terbelah dua.
Bagian atas terapung, berguna untuk asimilasi dan
didalamnya terdapat ruangan-ruangan. Pada sisi
bawah terdapat banyak akar. Selain akar, juga
bagian daun yang tenggelam dalam air ikut berperan
dalam penyerapan air (Tjiptrosoepomo, 1991).
Pada
paku
air
hidup
sekelompok
mikroorganisme rhizosfera yang telah diketahui
mampu menguraikan bahan-bahan organik yang ada
didalam air buangan. Azolla pinnata akan menyerap
hasil dekomposisi senyawa organik dalam limbah
tahu yang didekomposisi oleh mikroorganisme dari
_______________________________________________
Volume 7, No. 4, Juli 2013
ISSN No. 1978-3787
protein berupa karbon, hidrogen, dan nitrogen
melalui akar yang berguna bagi pertumbuhannya
(Suriawiria, 1986).
Dari penelitian yang dilakukan oleh Dewi
(2007), Anabaena azollae masuk melalui bulu-bulu
akar dan membentuk bintil pada bulu akar. Sangat
sedikit diketahui bagaimana cara Anabaena azollae
dan Azolla pinnata mengenal satu sama lain.
Anabaena azollae diketahui berperan dalam
memfiksasi nitrogen. Di dalam sel heterosis,
Anabaena azollae mengandung enzim nitrogenase
yang memfiksasi N2 yang dihasilkan dari
dekomposisi zat organik air buangan. Dengan enzim
nitrogenase tersebut dapat mengubah nitrogen
menjadi ammonia, sehingga dapat diangkut ke
tumbuhan inang (Azolla pinnata). Proses ini
mendekati proses nitrifikasi (pembentukan amonia
dari dekomposisi protein), sehingga Azolla pinnata
juga dapat menyerap nitrat, dan menjadikan nitrogen
tersedia untuk Azolla pinnata dan untuk semua
anggota ekosistem. Meskipun Azolla pinnata dapat
menyerap ammonia dan nitrat dari air dari proses
dekomposisi oleh mikroorganisme lain, Azolla
pinnata juga dapat menyerap ammonia yang
dikeluarkan
Anabaena
azollae
(sejenis
mikroorganisme yang bersimbiosis pada bintil akar
tanaman kacang- kacangan) dalam lubang/rongga
daun. Dengan demikian pemanfaatan tanaman air
pada pengolahan air buangan tahu diharapkan akan
menambah jumlah dekomposer yang berperan dalam
penguraian bahan-bahan organik didalamnya dan
menyerap bahan – bahan hasil oksidasi zat organik
seperti Amoniak, Nitrat dan Nitrit, sehingga
pencemaran kualitas air dapat turun sampai tingkat
yang aman atau bahkan negatif.
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah
satu alternatif pengolahan limbah industri tahu untuk
menurunkan kadar Amonia, secara biologi dengan
memanfaatkan tanaman Azolla pinnata yang relatif
murah dan mudah, untuk mencegah penurunan
kualitas lingkungan perairan dan menjaga kesehatan
masyarakat. Mengacu pada baku mutu lingkungan
maka hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan untuk merencanakan bangunan
pengolahan industri tahu. Bermanfaat dan
menambah pengetahuan bagi peneliti khususnya dan
pengguna atau masyarakat pada umumnya tentang
pengolahan limbah tahu cair dengan Azolla pinnata.
Sebagai masukan dan bahan pertimbangan kepada
pemerintah untuk lebih memperhatikan kelestarian
lingkungan khususnya disekitar daerah industri tahu.
Metode Penelitian
Air limbah industri tahu di dapatkan didaerah
disekitar industri Tahu di Kelurahan Kekalik,
Kecamatan Sekarbela, Kabupaten Kota Mataram,
http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787
Media Bina Ilmiah 3
Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pengambilan
tanaman paku air Azolla pinnata di daerah
persawahan yang tergenang air. Analisa potensi
Aquatic plant treatment menggunakan tanaman paku
air Azolla pinnata terhadap penurunan kadar nitrat,
nitrit dan amoniak pada air limbah industri tahu di
kelurahan Kekalik kecamatan Sekarbela, Nusa
Tenggara Barat dilakukan di laboratorium Kimia
Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram Jurusan
Analis Kesehatan dan laboratorium pengujian air
Balai Lab.Kes Pulau Lombok NTB.
Sampel penelitian ini adalah limbah tahu cair
yang berasal dari industri tahu didaerah disekitar
industri Tahu di Kelurahan Kekalik, Kecamatan
Sekarbela, Kabupaten Kota Mataram, Provinsi Nusa
Tenggara Barat. Besar sampel dalam penelitian ini
menggunakan 15 sampel limbah tahu cair (jumlah
ini berdasarkan hasil studi pendahuluan bahwa
limbah tahu cair dari industri tahu yang bersedia
diambil limbahnya adalah 15 rumah produksi), dari
56 industri tahu.
Hasil Dan Pembahasan
Pengukuran kadar Amoniak sebelum dan
setelah penambahan
Aquatic Plant Treatment
Menggunakan Tanaman Paku Air Azolla pinnata
adalah seperti terlihat pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil pengukuran kadar Amoniak sebelum
dan setelah penambahan Aquatic Plant
Treatment Menggunakan Tanaman Paku
Air Azolla pinnata
Kode
A1
A2
A3
A4
A5
A6
A7
A8
A9
A10
A11
A12
A13
A14
A15
TOTAL
RATA - RATA
Kadar Amoniak (mg/l)
Sebelum
Setelah
2.0
1.2
1.8
0.9
1.6
0.6
1.4
0.4
1.8
0.8
1.8
0.8
1.6
0.6
1.4
0.4
2.0
1.0
1.8
0.8
1.8
0.8
1.4
0.9
2.0
1.0
1.8
0.8
1.8
0.8
26
11.8
1.73
0.786
Tabel 1. menunjukkan hasil rata – rata terdapat
penurunan kadar amoniak pada limbah cair tahu
sebelum dan setelah penambahan Aquatic Plant
Treatment Menggunakan Tanaman Paku Air Azolla
pinnata. Kadar rata – rata amoniak sebelum
(1.73mg/l) dan setelah (0.786 mg/l) penambahan
Aquatic Plant Treatment Menggunakan Tanaman
Paku Air Azolla pinnata, terdapat penurunan kadar
amoniak sebesar 0.944 mg/dl (54.56 %).
Novel dkk. (1997), mengatakan bahwa limbah
cair tahu pada umumnya mengandung kadar protein
yang cukup tinggi. Tingginya kadar bahan organik
dalam limbah cair tahu, menyebabkan menurunnya
kandungan oksigen dalam air sehingga kebutuhan
oksigen biologi (BOD) dan kebutuhan oksigen kimia
(COD) dalam perairan menjadi tinggi. Zat – zat
organic dalam limbah cair tahu terdegradasi dan
terurai menjadi senyawa – senyawa beracun dan
berbau tidak sedap seperti Amoniak, nitrat dan nitrit.
Alaerts dan Santika (1987), mengemukakan
bahwa amonia (NH3) merupakan senyawa nitrogen
yang menjadi NH4 pada pH rendah. Amonia dalam
air permukaan berasal dari air seni dan tinja manusia
serta oksidasi zat organik secara mikrobiologis, yang
berasal dari alam atau air buangan industri dan
penduduk. Kadar amonia yang tinggi pada air sumur
maupun
air
sungai
menunjukkan
adanya
pencemaran.
Teknologi pengolahan limbah cair sangat
bervariasi tergantung kualitas hasil olahan yang
diinginkan. Tetapi pada dasarnya setiap pengolahan
limbah cair mempunyai tujuan yang sama yaitu
mengurangi kadar bahan pencemar yang terkandung
dalam limbah cair sampai kadar tertentu yang sesuai
dengan baku mutu yang ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan. Tujuan dari pengolahan
limbah cair untuk menurunkan kadar zat-zat
pencemar yang terkandung didalam air limbah
sampai memenuhi effluen (air limbah yang keluar
setelah dilakukan proses pengolahan dan memenuhi
baku mutu yang disyaratkan) yang berlaku. Proses
pengolahan limbah apapun tidak mungkin
menghilangkan sama sekali kadar zat pencemar,
melainkan hanya dapat menurunkan batas-batas
yang diperkenankan oleh peraturan yang berlaku
untuk mendapatkan mutu air buangan yang
memenuhi standar efisiensi yang tinggi, maka semua
sistem pengolahan air limbah harus dioperasikan
dengan baik dan benar. Pengolahan limbah cair
dapat diolah secara fisik, kimia, dan biologi
(Sugiharto, 1987).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata – rata
terdapat penurunan kadar amoniak pada limbah cair
tahu sebelum sebelum dan setelah penambahan
Aquatic Plant Treatment Menggunakan Tanaman
Paku Air Azolla pinnata. Kadar rata – rata amoniak
sebelum (1.73mg/l) dan setelah (0.786 mg/l)
penambahan
Aquatic
Plant
Treatment
_______________________________________
http://www.lpsdimataram.com
Volume 7, No. 4, Juli 2013
4 Media Bina Ilmiah
Menggunakan Tanaman Paku Air Azolla pinnata,
terdapat penurunan kadar amoniak sebesar 0.944
mg/dl (54.56 %). Analisa statistik menggunakan
Paired-T test menunjukkan terdapat penurunan
kadar amoniak, nitrat dan nitrit seblum dan setelah
penambahan Aquatic Plant Treatment Menggunakan
Tanaman Paku Air Azolla pinnata yang dibuktikan
dengan hasil uji statistik Paired-T test probabilitas
(0.000) < α (0.05).
Kemampuan
Aquatic Plant Treatment
menggunakan tanaman paku air Azolla pinnata
disebabkan karena Azolla pinnata akan menyerap
hasil dekomposisi senyawa organik dalam limbah
tahu yang didekomposisi oleh mikroorganisme dari
protein berupa karbon, hidrogen, dan nitrogen
melalui akar yang berguna bagi pertumbuhannya
sehingga meningkatkan kadar oksigen terlarut yang
secara tidak langsung dapat menurunkan BOD.
Menurut Wardhana (2004), karbon bereaksi
dengan oksigen membentuk karbondioksida yang
kemudian diserap oleh tanaman. Dengan penyerapan
tersebut membuat tanaman melakukan fotosintesis
berakibat pada peningkatan kadar oksigen terlarut
dalam air. Hal ini disebabkan oleh masuknya
oksigen dari hasil fotosintesis ke dalam air.
C + O2
CO2 ..................................................... (1)
ISSN No. 1978-3787
dekomposisi oleh mikroorganisme lain, Azolla
pinnata juga dapat menyerap ammonia yang
dikeluarkan Anabaena azollae dalam lubang/rongga
daun.
Tanaman dan mikroorganisme umumnya
menyerap nitrogen dalam bentuk dari senyawa
seperti amonia (NH3) dan nitrat (NO3) untuk
fotosintesis.
NH3 + H
H2O ................................. (2)
Nitrogen juga merupakan unsur hara yang
berguna bagi pertumbuhan tanaman. Azolla pinnata
diketahui
bersimbiosis
dengan
Endofitik
cyanobacteria yang lebih dikenal dengan nama
Anabaena azollae dan terdapat didalam rongga daun
Azolla pinnata. Di dalam rongga daun terdapat
rambut-rambut epidermal yang berfungsi untuk
proses metabolisme Azolla pinnata dengan
Anabaena azollae. Anabaena azollae mempunyai
dua macam sel, yaitu sel vegetatif dan sel heterosis
(Arifin, 1996).
Anabaena azollae diketahui berperan dalam
memfiksasi nitrogen. Di dalam sel heterosis,
Anabaena azollae mengandung enzim nitrogenase
yang memfiksasi N2 udara yang dihasilkan dari
dekomposisi zat organik air buangan. Dengan enzim
nitrogenase tersebut dapat mengubah nitrogen
menjadi ammonia, sehingga dapat diangkut ke
tumbuhan inang (Azolla pinnata). Proses ini
mendekati proses nitrifikasi (pembentukan amonia
dari dekomposisi protein), sehingga Azolla pinnata
juga dapat menyerap nitrat, dan menjadikan nitrogen
tersedia untuk Azolla pinnata dan untuk semua
anggota ekosistem. Meskipun Azolla pinnata dapat
menyerap ammonia dan nitrat dari air dari proses
_______________________________________________
Volume 7, No. 4, Juli 2013
.......................................
(3)
Mikroorganisme
2NH4 + 3O2
2NO2 + 4H + 2H2O + energi (4)
Mikroorganisme
2NO2 + O2
2NO3 + energi ............ (5)
Sebagian nitrogen disimpan sebagai cadangan
makanan dan sebagian lagi digunakan oleh Azolla
pinnata untuk melakukan fotosintesis. Oleh sebab
itu Azolla pinnata tinggi akan nutrisi nitrogen
sehingga dapat juga digunakan sebagai pupuk alami
untuk pertanian.
Penutup
a.
Simpulan
1.
Kadar rata – rata amoniak sebelum (1.73mg/l)
dan setelah (0.786 mg/l) penambahan Aquatic
Plant Treatment Menggunakan Tanaman Paku
Air Azolla pinnata, terdapat penurunan kadar
amoniak sebesar 0.944 mg/dl (54.56 %).
Terdapat penurunan kadar amoniak sebelum
dan setelah penambahan
Aquatic Plant
Treatment Menggunakan Tanaman Paku Air
Azolla pinnata, hal ini di buktikan dari hasil uji
statistik Paired-T test probabilitas (0.000) < α
(0.05).
Hidrogen diserap oleh tanaman dalam bentuk
air. Air tersebut masuk melalui daun tanaman bagian
bawah yang terendam.
H + O2
NH4
2.
b.
1.
2.
Saran
Penelitian lanjutan dengan tanaman Azolla
pinnata pada ukuran yang lebih kecil atau yang
lebih muda, diperkirakan dapat menyerap bahan
organik yang terdapat pada limbah cair tahu
lebih banyak lagi dan masa hidupnya akan lebih
lama.
Untuk pengolahan limbah cair tahu dengan
tanaman Azolla pinnata dengan membuat
kolam stabilisasi dengan ukuran kolam dan
kepadatan Azolla pinnata yang sesuai dengan
volume limbah yang dihasilkan.
Daftar Pustaka
Agung B.M,2010. Kajian penggunaan tanaman
azolla pinnata Sebagai aquatic plant
treatment pada limbah industri tahu
terhadap kualitas air di kelurahan
http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787
kekalik jaya, kec.
tenggara barat,skripsi.
Media Bina Ilmiah 5
Sekarbela,nusa
Alaerts, G dan Santika S. S., 1987, Metoda
Penelitian Air, Usaha Nasional,
Surabaya.
Arifin, Z., 1996, Pembudidayaan dan Pemanfaatan
Azolla, Penebar, Jakarta.
Chatib, B., 1988, Pengelolaan Air Limbah, Institut
Teknologi Bandung, Bandung.
Dewi, I. R., 2007, Fiksasi N Biologis Pada
Ekosistem Tropis, Tugas Makalah,
Universitas Padjajaran, Bandung.
Desa Plesan Kabupaten Sukoharjo,
Lembaga
Penelitian
Unversitas
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Potter, C., Soepardi M., dan Gani A., 1994, Limbah
Cair Berbagai Industri di Indonesia
Serta Sumber Pengendalian Dan Baku
Mutu, EMDI- Bapedal, Surakarta.
Riskesdas,2010.
Badan
Penelitian
Dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan R.I.Jakarta.
Sugiharto, 1987, Dasar-Dasar Pengelolaan Air
Limbah, UI Press, Jakarta.
Thompson
Kemas Ali Hanafiah, 2010. Rancangan Percobaan
Teori dan Aplikasi. Rajawali Pers.
Jakarta.
Kuesnaedi,2006. Mengolah Air Gambut Dan Air
Kotor Untuk Air Minum.Penebar
Swadaya.Depok.
Lamina, 1989, Kedelai Dan Pengembangannya,
Simplex, Jakarta.
Mahida, 1984, Pencemaran Air dan Pemanfaatan
Limbah Industri, Rajawali, Jakarta.
B, Nitrates And Nitrites Dietary
Exposure and Risk Assessment. Institut
Of Environmenal Science & Research Limited. New
Zaeland 2004.
Tjitrosoepomo, G., 1991, Taksonomi Tumbuhan,
Gajah Mada Press, Yogyakarta.
Wardhana W. A., 2004, Dampak Pencemaran
Lingkungan, Andi Offset, Yogyakarta.
Winarno, F. G., 1993, Pangan : Gizi, Teknologi,
Dan Konsumen, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Novel, Asngad A., dan Anif S., 1997, Pengolahan
Limbah Tahu Cair Secara Biologi di
_______________________________________
http://www.lpsdimataram.com
Volume 7, No. 4, Juli 2013
Download