SEMINAR INTERNASIONAL Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya SEMINAR INTERNASIONAL Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya i SEMINAR INTERNASIONAL Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya Indonesia, Malaysia, Thailand, Jepang, Korea, Amerika, Jerman, Vietnam Diselenggarakan Oleh: Prodi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Islam Malang 2015 ii SEMINAR INTERNASIONAL SEMINAR INTERNASIONAL Memperkokoh Memperkokoh Bahasa Bahasa Indonesia Indonesia sebagai sebagai Bahasa Bahasa Internasional Internasional Melalui Melalui Diplomasi Diplomasi Bahasa, Bahasa, Sastra, Sastra, dan dan Budaya Budaya iii SEMINAR INTERNASIONAL Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya Editor Zukifli Osman dari Universitas Pendidikan Sultan Idris, Perak, Malaysia Tengsoe Tjahjono dari Hankuk University of Foreign Studies, Korea Selatan Suyoto dari Kanda University of International Studies, Jepang Abdul Rani dari Unisma, Indonesia Cover Design: Yudhista Setiyono Wahyudi, D.Ng. Layout : Dayat Penerbit Surya Pena Gemilang Anggota IKAPI Jatim Jln. Rajawali Tutut Arjowinangun 12 Malang - Jawa Timur Tlp. 082140357082 Fax. (0341) 751205 e-mail: [email protected] Jumlah: xi + 544 hlm. Ukuran: 17 x 24 cm September 2015 ISBN: 978-602-17923-8-4 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit. iv SEMINAR INTERNASIONAL Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya Kata Pengantar Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi informasi telah membentuk kristalisasi kehidupan sosial budaya masyarakat yang dikenal dengan istilah liberalisasi dan arus globalisasi. Bahasa sebagai bagian dari pranata kehidupan sosial budaya suatu masyarakat tidak dapat menghindar dari pengaruh perkembangan tersebut. Proses kristalisasi ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, dalam jangka waktu yang relatif panjang telah dialami oleh bahasa Melayu, yang mula-mula hanya sebagai norma kebudayaan kelompok etnik Melayu yang mendiami daerah Riau dan kepulauan sekitarnya, kemudian menjadi norma supraetnik, yaitu sebagai bahasa nusantara. Titik kulminasi proses kristalisasi ini menjadikan bahasa Melayu bukan hanya sebagai lingua franca saja, tetapi lebih dari itu, sebagai bahasa resmi kedua di kawasan Asia Tenggara atau bahasa internasional, di samping bahasa Inggris, Belanda, Arab dan lain-lain. Bahasa Indonesia dan bahasa rumpun Melayu lainnya tidak dapat menghindar dari arus globalisasi yang sedang melanda berbagai aspek kehidupan ini. Bahasa Indones ia da n b aha sa rumpun M ela yu lainnya telah mampu menja di wadah pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, dan atau bahasa pergaulan pada tingkat nasional maupun internasional. Bahkan, bahasa Melayu dan bahasa Indonesia sudah menjadi bahasa asing yang dipelajari di berbagai perguruan tinggi di luar negeri. Upaya menginternasionalkan bahasa Indonesia memang perlu terus diupayakan, yang antara lain dapat dilakukan melalui diplomasi baik bahasa, sastra, dan budaya. Ide- ide kreatif dan hasil penelitian yang berkaitan dengan kajian memperkokoh bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional melalui diplomasi baik bahasa, sastra, dan budaya perlu didiskusikan dalam suatu forum ilmiah seperti kegiatan yang dirancang dalam seminar internasional ini. Buku ini berisi makalah-makalah baik pemateri utama maupun pemakalah pendamping yang berkaitan dengan tema besar seminar ini, yaitu “Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya”. Semoga bahan dan hasil diskusi dalam seminar yang diselenggarakan oleh Universitas Islam Malang ini turut memperkukuh eksistensi Bahasa Indonesia sebagai bahasa Internasional. Malang, 25 September 2015 PANITIA SEMINAR INTERNASIONAL Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya v vi SEMINAR INTERNASIONAL Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya Daftar Isi Kata Pengantar Daftar Isi .............................................................................. .............................................................................. v vii Melestarikan Pendidikan Kesusasteraan Melayu Di Sekolah Pada Abad Ke-21 Di Persada Antarabangsa ................................................. 1 Gerakan Sastra Lingkungan Menuju Pembangunan Peradaban Sastra Masa Depan .............................................................................. 16 Ukbi Sebagai Upaya Memperkokoh Peran Dan Kedudukan Bahasa Indonesia Menuju Bahasa Internasional .................................. 28 Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) Memperkuat Jati Diri Bangsa dan Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional 42 Sub Tema : Trend Pembelajaran dan Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia pada Perspektif Global ........................................................ 53 Analisis Sikap Bahasa Mahasiswa Universitas Brawijaya (Ub) Terhadap Bahasa Indonesia: Upaya Meneguhkan Peran Bahasa Indonesia Menuju Bahasa Internasional .............................................. 66 Sistem Penilaian Pembelajaran Bahasa Indonesia Smp Di Kota Cimahi (Studi Pendahuluan dari Penelitian Pengembangan Instrumen Penilaian Pembelajaran Bahasa Indonesia) .......................................... 79 Peran Bahasa Indonesia Baik, Benar, dan Santun Menuju Bahasa Internasional ........................................................................... 87 Increasing Cross-cultural Communi cation when hosting international students: sharing experiences .............................................................. 101 Pola Dan Kadar Kualitas Argumen Bagian Pembahasan Artikel-artikel Jurnal Terakreditasi ............................................................................. 111 Penguasaan Bahasa Melayu Dalam Kalangan Pelajar Thai Kursus Bahasa Melayu Elektif ........................................................................ 133 Analisis Penggunaan Serapan Bahasa Arab Dalam Bahasa Indonesia Dan Melayu Sebagai Bahasa Komunikasi: Satu Kajian Awal .............. 146 Pengembangan Buku Ajar Mku Bahasa Indonesia Berbasis Karakter Dengan Mengoptimalkan Kemampuan Menulis Ilmiah Bagi Mahasiswa Ikip Pgri Madiun .............................................................................. 175 SEMINAR INTERNASIONAL Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya vii vii vii Optimalisasi Pembelajaran Bipa (Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing) Melalui Cat-prosa (Catur Proyek Bahasa) ................................ 189 Musik Pendidikan Dalam Lagu Anak Berbahasa Indonesia ................. 202 Pengintegrasian Budaya Jawa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing di Universitas Sebelas Maret1 ............................... 210 Upaya Memperkokoh Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional: Tinjauan dari Perspektif Pendidikan Bahasa Indonesia di Jepang ........ 228 Dimensi Asrè Tuturan Kèjhung Sebagai Ekspresi Pendidikan Karakter Warisan Madura—Melayu .................................................................. 240 Representasi Hegemoni pada Pembelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Pangkep Kabupaten Pangkep ....................................... 256 Kebijakan Bahasa Dalam Memperkokoh Peran Bahasa Indonesia Menuju Bahasa Internasional .............................................................. 277 Model Buku Cerita Bergambar Untuk Pembelajaran Bipa Anak-anak Prasekolah ........................................................................ 290 Peneguhan Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Toleran Dalam Pergaulan Dunia .............................................................................. 304 Model Rancangan Kuisioner Analisis Kebutuhan Target Bahasa Indonesia Iptek .............................................................................. 326 Telaah Nilai-nilai Edukatif Dalam Komunikasi Keluarga Dan Strategi Penanamannya ................................................................ 346 Mengenalkan Kearifan Lokal Madura Dalam Percaturan Internasional Melalui Pembelajaran Bipa ................................................................. 362 Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Komunikasi Di Akun Facebook Grup Guru Bermartabat ....................................................................... 375 Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Model Konstruktivisme Berpendekatan Inkuiri ......................................................................... 388 Pengembangan Perangkat Pembelajaran Keterampilan Membaca Dan Menulis Bahasa Indonesia Di Sekolah Menengah Atas Berbasis Multiple Intelegensi Berpendekatan Observation Based Learning ....... 403 Kesalahan Berbahasa Dan Perbandingan Karakteristik Bahasa Indonesia Dan Bahasa Arab .............................................................................. 415 Memperkokoh Jalur Internasionalisasi Bipa ........................................ 433 Pendekatan Komunikatif Dalam Pembelajaran Bahasa ........................ 450 Harmonisasi Sastra, Agama, Dan Negara: Antara Bayangan Dan Kenyataan .............................................................................. 474 viii SEMINAR INTERNASIONAL Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya Pembelajaran BIPA dalam Perspektif Politik Membangun Indonesia ... Pemeliharaan Keaksaraan Masyarakat “Mandiri”: Suatu Upaya Memperkokoh Bahasa Indonesia Di Era Globalisasi ........................... Memperkokoh Peran Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Pergaulan Internasional1 .............................................................................. SEMINAR INTERNASIONAL Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya 483 511 530 ix Representasi Hegemoni pada Pembelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Pangkep Kabupaten Pangkep Oleh: Munirah dan Supriani Idris Pascasarjana Unismuh Makassar [email protected] Abstrak Hegemoni adalah suatu perwujudan kekuasaan guru sebagai manajerial kelas yang menekankan pada bentuk ekspresi dan layaknya borjuis yang selalu mendoktrin siswa m el a l ui beber a p a ca r a p en er ap a n , m eka n is m e ya n g d i ja l an k a n u n tu k mempertahankan, dan mengembangkan diri melalui kepatuhan para siswa sehingga upaya itu berhasil memengaruhi dan membentuk alam pikiran siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan representasi hegemoni pada pembelajaran bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Bungoro Kabupaten Pangkep. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dari data rekaman dalam bertindak tutur guru. Sumber data, yaitu guru bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Bungoro Kabupaten Pangkep.Teknik pengupulan data, yaitu observasi dan perekaman. Analisis data dilakukan dengan menganut alur analisis data model alir konsep Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hegemoni dalam bertindak tutur guru pada pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Bungoro Kabupaten Pangkep direpresentasikan dalam tindak direktif, asertif, dan ekspresif. Representasi hegemoni dalam tindak direktif, guru sebagai pemegang kekuasaan di kelas menggunakan lima jenis direktif, yaitu perintah, permintaan, larangan, persilaan, pertanyaan, dan penolakan. Representasi hegemoni dalam tindak asertif, guru sebagai pemegang kekuasaan di kelas menggunakan tiga jenis tindak asertif, yaitu menegaskan, menunjukkan, mempertahankan.Penggunaan tindak asertif ini menunjukkan sifat kekuasaan yang dominatif terhadap siswa. Tindak ekspresif direpresentasikan dalam bentuk kemarahan guru yang juga memiliki kadar retriksi yang tinggi sehingga bersifat dominatif. Fungsi hegemoni tindak tutur guru pada pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Bungoro Kabupaten Pangkep direpresentasikan dalam tindak preventif dan korektif. Kata Kunci: Representasi hegemoni dan pembelajaran bahasa Indonesia 10 SEMINAR INTERNASIONAL Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya Hegemony representation on Learning Indonesian SMP Negeri 1 Pangkep Pangkep Abstract Hegemony is an embodiment of the power of the teacher as a managerial class that emphasizes the form of expression and the like bourgeois always indoctrinate students through some method of application, a mechanism that is run to maintain and develop themselves through obedience to the students so that these efforts succeeded in influencing and shaping the minds of students. This study aimed to describe the representation of hegemony in learning Indonesian SMP Negeri 1 Bungoro Pangkep. This study used a qualitative research method of recording data in acting teacher said. Data sources, namely the Indonesian teacher at SMP Negeri 1 Bungoro Pangkep.Teknik district data collection, namely observation and recording. Data analysis was done by embracing the flow of data analysis flow model of the concept of Miles and Huberman. he results showed that the hegemony in the act said on learning Indonesian teacher at SMP Negeri 1 Bungoro Pangkep represented in acts directive, assertive and expressive. Representation of hegemony in the follow-directive, the teacher as the authority in the classroom using five types of directive, namely commands, requests, prohibitions, persilaan, questions, and rejection. Representation in the follow-assertive hegemony, the teacher as the authority in the classroom using three types of follow-assertive, which asserts, shows, maintaining the use of assertive acts indicate the nature of the dominating power of the students. Follow-expressive of anger represented in the form of teachers who also have high levels of restriction that are dominating. Function hegemony speech acts on learning Indonesian teacher at SMP Negeri 1 Bungoro Pangkep represented in acts of preventive and corrective. Keywords: Representations of hegemony and learning Indonesian I. Pendahuluan Peristiwa komunikasi antara pembicara dan pendengar mempunyai fungsi, mengandung maksud, dan tujuan tertentu. Austin (1962: 100) me ngat akan bahwa ko mu nika si merupakan serangkaian tindak ujar (tindak tutur) yang digunakan secara bersistem untuk menyelesaikan tujuan tertentu atau ber bagai t ujuan. I si komuniaksi yang disampaikan melalui kata-kata seringkali tidak seluruhnya terkomunikasi karena (1) pengirim pesan biasanya menggunakan katakata dalam bentuk tindak tutur tak SEMINAR INTERNASIONAL Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya 11 langsung literal (indirect literal speech act ) , yait u t indak t ut u r ya ng diungkapkan dalam modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud pengutaraanya, tetapi tidak dengan kata-kata yang menyusunnya sesuai dengan apa yang dimaksudkan penutur dan ( 2) pengirim pesan biasanya menggunakan t indak t ut u r ya ng diutarakan dengan modus kalimat dan makna kalimat yang t idak sesuai denga n maksud yang diut a r akan (Arman, 1997: 27). Hegemoni merupakan bentuk perwujudan kekuasaan guru sebagai manajer ial kela s ya ng yang menekankan pada bentuk ekspresi dan la yaknya bo r ju is yang sela lu mendoktrin siswa melalui beberapa cara pener apan, mekanisme yang dijalankan untuk mempertahankan, dan mengembangkan dir i melalui kepatuhan para siswa sehingga upaya it u be r has il memengar u hi d an membentuk alam pikiran siswa. Pada hakikatnya perilaku guru di dalam proses pembelajaran di dalam kelas t ersebut mer upakan r efleksi dar i ideo lo gi yang dianut nya. Dengan melihat perilaku guru dalam bertindak di dala m ke las akan t er gambar bagaimana guru memandang posisi siswa. Apakah guru memandang siswa berdasarkan konsep atasan-bawahan ataukah berdasarkan konsep bahwa guru sebagai motivator dan fasilitator 12 serta siswa sebagai patner (mitra).Hal itu merupakan realisasi dari sistem pikiran dan kepercayaan yang ada pada diri guru itu sendiri. Berdasarkan kenyataan di kelas yang menunjukkan adanya sejumlah praktik sosial yang menggambarkan heg emo ni gu r u t er ha dap sisw a. Terdapat pula praktik pemunculan otoritas guru baik sebagai pengatur disiplin maupun sebagai pember i materi.Ada pula dominasi guru di dalam kelas dan juga guru menjadi orang yang serba tahu. Terdapat pula ketidakkonsistenan guru dalam praktik perilakunya di depan kelas. Di satu sisi, guru menginginkan jawaban yang mendalam ketika siswa menjawab pertanyaan di sisi lain guru menunjukkan ketidaksabarannya menunggu sisw a menja wab. S ement ar a it u, terdapat perubahan perilaku pada pertengahan proses pembelajaran. Gur u mengubah fungsinya dalam koridor paradigma konvensional ke paradigma nonkonvensional. Kegagalan ruang kelas adalah manakala guru kehilangan apresiasi t er hada p ke r ja- ker ja k r eat if siswa.Lebih problemaatik, guru kerap apresiatif hanya terhadap siswa yang pintar dan tidak banyak berbuat ulah macam-macam.Sementara bagi yang hip er ak t if dan cend er ung o nar, dianggap sebagai pengacau yang harus seg er a didiamka n ag ar t ak SEMINAR INTERNASIONAL Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya mengganggu stabilitas.Di sini kelas tak ubahnya Negara yang selalu dan selamanya mewaspadai g er akangerakan protes.Pengganggu stabilitas macam ini dianggap sebagai subversif dan segera harus diganyang agar tak menjalar. Fenomena lain yang tergambar adalah r uang kelas adalah ruang menjauhkan siswa dari masa kanakka naknya, ber a gam car a ya ng dilakukan guru agar siswa dapat duduk tenang mencatat apa yang diktekan di depan. Siswa duduk layaknya tentara yang kaku mendengar penjelasan t ent ang t ema pembelajaran, at au me ncat at nya ke mbali. S it ua si pembelajaran seperti ini bukan hal buruk baru dalam dunia pendidikan, tetapi ‘virus’ lama yang menjangkiti guru sepanjang kesadarannya belum berubah tentang apa dan bagaimana ‘do mina si’ yang ber ujung pa da ‘hegemoni’ itu. Ru ang kela s t ak u bahnya miniatur so sial t empat do minasi/ hegemoni antara guru siswa berebut tempat.Secara sopan dan terselubung saling menguasai.Sayangnya, meskipun jumlah siswa lebih banyak dari guru, guru berhasil mendominasi. Dalam bahasa Antonio Gramsci “a social condition in which all aspects of social reality are dominated by or sup port ive of a sin gle clas s” . Dominasi guru dalam ruang kelas tercermin dari penafian dialog setara antara guru-murid ketika menentukan metode pembelajaran dan target yang hendak dicapai dari PBM. Guru lebih menyerupai sekelompok kelas tunggal dalam masyarakat, dengan posisi tak tergoyahkan bebas menentukan sendiri metode belajar, arah yang ingin dicapai dari PBM. Namun, guru bukan satusatunya kelas dominan, di atasnya berdiri kelas yang jauh lebih kuat dan mapan. Ber baga i do mina si s ebag ai bent uk hege mo ni gur u t e r sebut terealisasi dari wujud tutur guru yang se mena - mena t a npa memanda ng siswa sebagai pelaku sosial yang perlu dihargai. Guru di kelas adalah sosok orator yang tuturan deklaratif dan imperatifnya tak terbantahkan oleh siswa.Ketika guru menyatakan kumpul tugasnya, maka siswa dengan spontan mengumpulnya .Jika guru menyatakan baca bukunya, lalu kerjakan soalsoalnya, maka siswa membaca dan bekerja. Ketika guru menjelaskan dan menginformasikan materi, tak satu pun siswa protektif.Hal inilah yang mer upakan wujud do minasi gur u dalam bertutur di kelas. Pada hakikatnya perilaku guru di dalam proses pembelajaran di dalam kelas merupakan refleksi dari ideologi yang dia nut nya. Dengan melihat perilaku guru dalam bert indak di dalam k elas aka n t e rgambar SEMINAR INTERNASIONAL Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya 13 bagaimana guru memandang posisi siswa. Apakah guru memandang siswa berdasarkan konsep atasan-bawahan ataukah berdasarkan konsep bahwa guru sebagai motivator dan fasilitator serta siswa sebagai patner (mitra).Hal itu merupakan realisasi dari sistem pikiran dan kepercayaan yang ada pada diri guru itu sendiri. Alwasilah (1993: 9) menyatakan bahwa bahasa komunikasi sebagai suatu proses, melibatkan (1) pihak yang berkomunikasi, (2) informasi yang dikomunikasikan, dan (3) alat komunikasi. Sejalan dengan pendapat ini, Santoso (1990: 1) mengemukakan bahwa dalam berkomunikasi, bahasa harus mampu menampung perasaan dan pikiran pemakainya serta mampu menimbu lkan ada nya saling memahami ant ar a pembicar a dan pendengar dalam suatu pembicaraan. Di samping itu, antarpemakai bahasa perlu dibekali sikap positif, sehingga akan menjadikan bahasa Indonesia berjaya, memenuhi: (1) fungsi ko munikat if, u nt uk membent uk waw asan kebangs aan mela lui penggunaan bahasa Indonesia sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa dan ( 2) fungsi info r mat if, unt uk membentuk dan membina wawasan peradaban yang berbudi pekerti dan be r akhlak. Dalam hubungannya dengan sikap positif pemakainya, bahasa Indonesia mencakupi ruang 14 lingkup: (1) tingkah laku bahasa yang dapat meningkat kan dan memantapkan kecendikiaan bahasa yang bermanfaat untuk mengisi persyaratan dan t unt ut a n er a ke maju an ilmu penget ahuan, dan t ekno lo gi, ( 2) bahasa I ndo nesia har us ber peran dalam upaya meningkatkan kualitas, kec er da san, dan kemampu an menghadapi tuntutan kemajuan dan per ubahan zaman, dan ( 3) t e t ap memiliki sikap bermasyarakat, sikap berbudaya atau beradab, sopan santun bertatakrama sesuai dengan pesan dalam ungkapan “bahasa menunjukkan bangsa” (Ridwan, 1998: 5). Konsep hegemoni dipopulerkan ahli filsafat politik terkemuka Italia, Antonio Gramsci yang berpendapat ba hwa keku at an da n do mina si kapitalis tidak hanya melalui dimensi material dari sarana ekonomi dan relasi produksi, tetapi juga kekuatan (f orce) dan hegemoni. Jika yang pertama menggunakan daya paksa unt uk membu at o r ang banyak mengikuti dan mematuhi syarat-syarat suatu cara produksi atau nilai-nilai tertentu, maka yang terakhir meliputi perluasan dan pelestarian “kepatuhan akt if” yang secar a s ukar ela dar i kelompok-kelompok yang didominasi oleh kelas penguasa lewat penggunaan kepemimpinan intelektual, moral, dan politik. Hegemoni menekankan pada bent uk ekspr esi, car a penerapan, SEMINAR INTERNASIONAL Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya mekanisme yang dijalankan untuk me mper t aha nkan, d an menge mbangkan diri melalui kepatuhan para korbannya sehingga upaya itu berhasil memengaruhi dan membentuk alam pikiran (Eriyanto, 2003: 105). Dalam hegemo ni, kelo mpok yang mendo minasi ber hasil mempengaruhi kelompok yang didominasi unt uk menerima nilai-nilai mor al, politik, dan budaya dari kelompok dominan (the ruling party, kelompok yang berkuasa).Hegemoni diterima sebagai sesuatu yang wajar, sehingga ideologi kelompok dominan dapat menyebar dan dipraktikkan. Nilainilai dan ideo lo g i he gemo ni ini diperjuangkan dan dipertahankan oleh pihak dominan sedemikian sehingga pihak yang didominasi tetap diam dan t aa t t e r had ap k epemimpinan kelompok penguasa.Hegemoni bisa dilihat sebagai st r at eg i unt uk mempertahankan kekuasaan. II. Metod-e Penelitian P enelit ian ini menggunakan pend ekat an penelit ian k ualit a t if. P endeka t an kualit at if memiliki karakteristik (1) berlatar alamiah, (2) ber sifa t de skr ipt if, ( 3 ) le bih mementingkan proses daripada hasil, (4) analisis data dilakukan secara induktif, dan (5) makna sebagai suatu hal yang esensial (Biklen dan Bogdan, 1982:27-30; Miles dan Huberman, 1992:1; Ibrahim, 1994:276; Lincoln dan Guba (dalam Moleong, 2001:4-8). Penelitian ini berlatar alamiah peneliti sekaligus berfungsi sebagai ins t r umen u t ama . Ke giat an pe laks anaa n pe ngumpula n da t a langsung pada ko nteks terjadinya tuturan yang bermuatan implikatur tindak direktif dan tidak dikondisikan ( dimo - difikasi) . Alat bant u yang digunakan dalam pengambilan data ada lah pedo man o bse r vas i ya ng be r fungsi menc at at dat a ya ng bermuatan hegemoni dalam bertindak tutur guru pada pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Bungoro Kabupaten Pangkep dan tape recorder yang berfungsi untuk merekam data hegemoni dalam bertindak tutur guru pada pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Bungoro Kabupaten Pangkep. Dat a pe nelit ian ini ber upa rekaman tentang hegemoni dalam ber t ind ak t ut ur gur u pa da p embelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Bungoro Kabupaten Pangkep dan catatan lapangan. Data catatan lapangan diperoleh melalui observasi terhadap percakapan dan tindak tutur guru. Sementara itu, data rekaman diperoleh dari perekaman tuturan guru bahasa Indonesia yang mengandung hegemoni. Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan gambaran SEMINAR INTERNASIONAL Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya 15 yang je las dan ko nk r et t ent ang hegemoni dalam bertindak tutur guru pada pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Bungoro Kabupaten Pangkep. Agar harapan tersebut dapat t er capa i da lam pene lit ian ini digunakan teknik pengupulan data (1) observasi dan (2) perekaman. Analisis data dilakukan dengan menganut alur analisis data model alir. Miles dan Huberman (1992:15-20) mengemukakan bahwa teknik analisis data model alir memiliki dua ciri yang menonjol, yakni (1) model analisis data dan (2) analisis data selama dan setelah pengumpulan data. Model analisis data yang digunakan dalam penelit ian ini menc akup emp at la ngka h ke giat an, yak ni ( 1) pengumpulan data, (2) reduksi data, ( 3 ) pe nyajian dat a, d an ( 4) penyimpulan/verifikasi. Analisis data dapat dilakukan selama pengumpulan data dan setelah pengumpulan data ber akhir. Analisis data pada saat pengumpulan data diperlukan untuk menyele ksi dat a - dat a ya ng berhu bung an d eng an r umus an permasalahan. Sementara itu, analisis dat a se t ela h pe ngumpula n da t a me ngac u pa da k er a ngka ker ja kualitatif yaitu pengumpulan data catatan lapangan dan rekaman. I II . Ha s i l P e ne l i ti a n d a n Pembahasan 16 A. Rep rese ntas i He gemoni dalam Tindak Direktif 1. Representasi Hegemoni dalam Perintah Salah satu tindak direktif adalah memerintah. Data berikut ini berwujud imper a t if per int a h anjur a n ya ng ditemukan dalam interaksi belajar mengajar di SMP Negeri 1 Bungoro Kabupaten Pangkep. Konteks Tuturan: Guru: Bagaimana hasil ujiannya? (1) Siswa: Kurang memuaskan Bu. (2) Guru: Ka lau kamu semua mau mendapa t nilai bagu s, tingkatkan cara belajarnya, ya ! pa st i nilai s emak in meningkat dan lebih bagus lagi. (3) Berdasarkan data tersebut dapat dikemukakan bahwa tuturan direktif dalam bentuk perintah guru terhadap siswa. Tuturan direktif guru yang berwujud imperatif perintah tampak pada data (3), yakni kalau kamu semua mau mendapat nilai bagus, tingkatkan cara belajarnya, ya! pasti nilai semakin meningkat dan lebih bagus lagi. Tuturan direktif perintah tersebut muncul sebagai respons guru terhadap siswa yang menanyakan nilai ulangan hariannya. Dalam merespons pe r t anyaan sis wa, gur u ju ga SEMINAR INTERNASIONAL Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya me r esp o nsnya k embali deng an me nggu naka n t inda k dir ekt if memerintah. Implikasinya adalah guru memerintah siswa untuk giat belajar supaya dapat memperoleh nilai yang maksimal. Kekuasaan atau sikap dominatif guru tampak pada penggunaan sapaan kamu yang kur ang membang un kesetaraan antara guru dan siswa serta gu r u juga menjadi piha k ya ng menguasai situasi atas masalah nilai siswa. Dominasi tersebut merupakan spekulasi untuk menutupi kesalahan diri guru yang sebenarnya menjadi salah satu penyebab kurangnya nilai siswa. Rendahnya nilai sis wa merupakan produk dan kinerja guru yang kurang memadai. Berdasarkan mas alah ini, gu r u just r u le bih me neka nkan pad a siswa deng an menyur u h me ning kat k an c ar a belajarnya. Konteks tuturan: S is wa 1 :Ter ima kasih sa r an dan pertanyaannya (4) Guru :Iya, memang sehar usnya dijelaskan satu-satu bagian itu supaya semuanya tahu namanya per bagian itu. Ingat saran dan pertanyaan dijawab semua ya, supaya saya tidak perlu lagi menjelaskan ulang (5). Tuturan (5) tersebut merupakan dir ektif per int ah anjuran. Hal ini ditandai oleh penggunaan kata ingat yang mengindikasikan bahwa guru menganjurkan dan memberi peringatan kepada siswa agar menjelaskan materi supaya semua jelas. Selain itu, perintah guru mengindikasikan tujuan gu r u yang ingin mer ingank an bebannya sebagai pemberi penget ahuan dan menjelas kan mat e r i penguatan. 2) Representasi Hegemoni dalam Permintaan Tuturan hegemoni guru yang berwujud permintaan dalam interaksi belajar mengajar tampak dialog gurusiswa seperti berikut ini. Guru: Perhatikan semua! (6) Siswa 1:Iya, Pak. (7) S is wa 2 :Bag aima na mau memper hat ika n, yang lain banyak ribut dan bercerita? (8) Guru: Kalian dengar tidak, bisakah kalian perhatikan? (9) Isi pembicaraan antara guru dengan siswa sesuai dengan dialog t er sebut adalah per mint aan gur u kepada siswa. Dalam hal ini, guru meminta kepada siswa agar memperhatikan materi dan penjelasan yang disamp aika n o leh g ur u. Dalam menyampaikan perintah ini, tentu guru SEMINAR INTERNASIONAL Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya 17 menggunakan kalimat perintah yang tidak langsung yang implikasinya menyuruh siswa untuk memperhatikan penjelasan guru. Tuturan permintaan guru tampak pada data ( 6), yakni perhatikan semua. Tindak direktif ini bermakna permintaan guru terhadap siswa. Namun, dalam konteks tersebut gur u memanfaat kan ot o r it as dan kek uasa anya di kela s. P er int ah perhatikan semua memiliki pengaruh yang lebih kuat, keras, dan bertekanan jika dibandingkan dengan perintah mohon diperhatikan. Dominasi guru di kelas tampak pula pada tuturan kalian dengar tidak, bis akah kal ian perh atik an ( 9 ) . Ko nt eks t ut ur an ini lebih mendominasi dan menguasai konteks pembelajaran sehingga siswa sebagai peserta belajar akan menuruti dengan cepat instruksi guru tersebut. Guru benar-benar memanfaatkan kapasitasnya sebagai pengajar yang menganggap dirinya lebih berkuasa di kelas. P er mint aan gur u t er hadap siswa t er sebut kur ang humanis dengan implikasi tut uran guru yang akan me ngua sai semu a siswa deng an menuruti kehendaknya. Tindak direktif guru dengan dominasi dan kekuasaannya dalam pembelajaran tampak pula pada data berikut ini. Guru: As sala mu a laik um d an selamat pagi semuanya! (10) 18 Guru: Siswa: Guru: Siswa: Siswa: Alaik um mussa lam. Pagi Bapak (11) Baga imana har i ini, ha dir semua? (12) Iya Pak.(13) Ok, bagaimana tugasnya pada pertemuan yang lalu? Semua harus melaporkan jika tidak mau mendapat hukuman (14) Tu gas yang me nganalis is unsur sastra kan Pak (15) Pada konteks tuturan tindak direktif guru (14), tampak implikasi per mint aan guru ter hadap siswa. Dalam mer ealisasikan permintaan tersebut, guru menunjukkan dominasinya kepada siswa dengan intimidasi dan ancaman bagi siswa yang tidak menyelesaikan pekerjaannya. Pada konteks ini pula menunjukkan bahwa siswa seperti dalam tekanan guru yang menimbulkan ketidakberdayaan bagi siswa. Tuturan permintaan guru yang demikian tentunya kurang humanis sehingga terdapat jarak status antara guru dengan siswa. b. Representasi Hegemoni dalam Tindak Asertif Tindak asertif adalah tindak t ut ur yang ber t ujuan menginfo rmasikan sesuatu kepada lawan bicara. Tindak asertif ini cukup potencial merepresentasikan kekuasaan guru. Gejala ini terkait dengan karakteristik SEMINAR INTERNASIONAL Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya wacana kelas sevagsebagai domain Hal ini tampak pada tuturan Masih pendidikan dan pembelajaran. ingat materi menulis laporan? (28). Pertanyaan ini direspons oleh dua 1) Representasi Hegemoni dalam siswa secara bergantian. Namun, respons dan jawaban siswa sepertinya Menegaskan P enggunaan aser t if deng an kurang akurat menurut guru. Hal ini bentuk menegaskan dijumpai dalam memicu terjadinya kekuasaan guru wacana k elas, t er masuk di S MP terhadap siswa. Dominasi guru tampak Neg er i 1 Bu ngo r o Ka bupa t en pada penegasan konsep laporan yang Pangkep. Perhatikan data tuturan telah dijelaskan oleh siswa. Dalam hal ini, tampak kekuasaan guru yang berikut ini! Guru: Oh iya . Na h se kar a ng menganggap dirinya yang paling benar perhatikan semua. Masih ingat dan sulit menerima dan mempercayai materi menulis laporan? (28) pendapat siswa dengan pernyataan sepertinya kalian belum memahami Siswa:Ingat! (29) Guru : Oke, siapa yang mau men- de ngan bai k te nta ng l apor an jelaskan pengertian laporan! perjalanan (33). Perhatikan pula kekuasaan guru (30) dalam konteks menegaskan berikut S is wa 1 :Lap o r an t er t ulis ha sil ini! pengamatan (31) s ekar ang semua Siswa 2: Hasil pengamatan seperti Guru: Na h, kelo mpok melaporkan atau perjalanan! (32) membacakan di depan hasil Guru : S eper t inya ka lian belum diskusinya (34) memahami dengan baik tentang laporan perjalanan. Pengertian Siswa: Yang naik siapa Pak? (35) ya ng benar ad alah bahwa Guru: Salah satu di antara kalian. Kalian itu siswa yang pintar laporan adalah sebuah tulisan semua. Jadi, tidak perlu saling yang menyajikan dan memaberharap dan menyuruh (36) parkan hasil pengamatan secara Siswa: Iya pak. (37) rinci sesuai dengan yang terjadi .... di lapangan (33) Siswa: Karakteristik karangan Konteks tuturan tersebut adalah des kr ip si s alah sat unya ada lah guru mengajukan pertanyaan untuk mendeskripsikan suatu objek apa menget a hui pema hama n siswa adanya (38). terhadap materi menyusun laporan. SEMINAR INTERNASIONAL Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya 19 Siswa: Ok e, s aya set uju deng an pendapat kelompok Anda (39). Guru: Semua pendapat belum jelas mengarah pada ciri-ciri atau karakteristik deskripsi (40). Konteks tuturan di atas termasuk tuturan yang diungkapkan melalui ka lima t pe r int ah, sehigga lebih mengindikasikan makna pragmatik imperatif perintah. Untuk membukt ikan secara past i bahwa tuturan tersebut merupakan imperatif dengan makna suruhan, maka pada kegiatan bertutur yang sesungguhnya tampak pada tuturan sekarang semua kelompok melaporkan atau membacakan di de pan hasil diskus inya . Gu r u menyur uh semua kelo mpo k agar melaporkan hasil diskusinya. Namun, saat itu ada indikasi yang ditemukan gur u ba hwa t er nyat a r at a- r a t a kelo mpo k t idak ber s edia t ampil melaporkan pekerjaan kelompoknya. Dengan buju kan gur u , ak hir nya perwakilan kelompok juga menampilkan pekerjaan kelompoknya. Pada saat selesai pembacaan tugas kelompok, terjadi proses tanya jawab atau diskusi tentang karangan deskr ipsi. Ber dasar kan jawabanjawaban siswa t ent ang kar angan deskr ipsi, sepertinya belum t epat menurut pandangan guru. Hal ini yang memicu berfungsinya guru sebagai fas ilit at o r dan med ia p embe r i 20 info rmasi dan pengetahuan. Akan tetapi, informasi yang diberikan oleh guru sebagai penegasan atas jawaban siswa merupakan hegemo ni yang diperagakan oleh guru sebagai sosok ya ng ber ku asa. Gur u ju ga menampilkan dirinya sebagai sosok yang serba tahu dan paling benar. Pada hal, jawaban siswa tentang karangan deskripsi sebelumnya, tidak terlalu salah. Artinya, guru tidak memberikan penilaian dan penghargaan sedikit pun berdasarkan jawaban siswa. 2) Representasi Hegemoni dalam Menunjukkan Tindak asertif dengan bentuk menunjukkan tampak dalam wacana kelas. D aya ilo k usi bent uk ini membuat lawan tutur memahami dan mengetahui sesuatu sebagaimana ditunjukkan oleh tuturan penutur.Daya ilokusi ini, terutama tuturan guru cenderung merepresentasikan kekuasaan. Perhatikan data berikut ini! Guru: Sekarang perhatikan baik-baik karya sastra itu! (41) Siswa: Semuanya Pak? Banyaknya de e (42) Guru: Tidak banyak namanya itu, hanya gambarnya yang besar. Kalau kalian hayati gambar itu sebenarnya bagus dipelajari (43). Guru: Na h, d idis kusikan deng an t eman s ebangkunya SEMINAR INTERNASIONAL Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya kecenderungan gagasan yang kir a- kir a melat ar be laka ngi penciptaan karya itu? (44). Siswa: (semua terdiam tanpa ada yang menjela skan lat ar be laka ng penciptaan karya sastra yang ditampilkan guru (45) Guru: Berarti tidak kalian tidak pernah me mbac a bu kunya t ent a ng karya sastra. Di situ ada penjelasan tentang latar belakang penciptaan karya sastra (46). P ad a da t a t er se but t amp ak tuturan guru yang berwujud asertif (46). Tindak asertif guru tersebu dipicu oleh instruksi guru sebelumnya yang menugasi siswa agar mendiskusikan materi tentang yang melatarbelakangi penciptaan karya sastra yang sedang dibahas saat itu. Namun, hasil diskusi siswa tidak menemukan jawaban tentang latar belakang penciptaan karya sastra yang diajarkan guru saat itu. Tidak adanya jawaban siswa tentang latar belakang karya sastra, memicu guru terjadinya tindak asertif guru yang menunjukkan dan menginformasikan bahwa latar belakang yang dimaksud ada di buku pegangan siswa. Pengalihan per hat ian dan sumber jawaban tersebut mengindikasikan terjadinya hegemoni dan kekuasaan guru. Guru memperlihatkan kekuasaannya sebagai sosok pengarah yang selalu diikuti oleh siswa. P engalihan sumber jawaban yang dilakukan oleh guru sebagaimana tergambar dalam konteks t utur an tersebut mengindikasikan bahwa guru t id ak ber up aya member ik an penjelasan berdasarkan kepakaran dan pengetahuannya, justru mengalihkan dan mengarahkan siswa untuk melihat jawaban yang ada di buku. Hal ini sebenarnya tidak perlu dilakukan oleh guru di kelas jika melihat perannya sebagai pusat dan pemberi informasi atau pengetahuan. Tidak adanya upaya guru menjelaskan sendiri, menimbulkan kekuasaanya di kelas dan menganggap bahwa siswa adalah o bjek yang mud ah diat ur d an dipengaruhi. Perhatikan data berikut ini! Guru: Materi kita pada hari ini ialah puisi lama dan puisi bar u. Ke giat an k it a ialah membedakan kedua jenis puisi tersebut. Lihat di LKS. Apa puisi lama dan baru? Siapa yang tahu? (47) Siswa : Puisi lama adalah puisi yang t er ikat o le h po la persajakan(48) Siswa 2:Puisi lama kayaknya lebih meno njo lkan per sama an sajaknya, itu yang baris-baris akhirnya misalnya a a a a (49). Guru: Ada jawaban yang lain? Ok kalau tidak ada dengar kan baik- ba ik penjelas an ibu SEMINAR INTERNASIONAL Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya 21 bahwa puisi lama adalah puisi c. Representasi Hegemoni dalam yang terikat o leh pola perTindak Ekspresif sajakan atau istilahnya adalah Tidak ekspresif ternyata juga rima, biasanya terdiri atas 4 merepresentasikan kekuasaan guru baris tiap bait (50) terhadap siswa. Tindak tutur ekspresif merupakan bentuk tindak tutur yang Ber dasa r kan dat a t e r sebut menyatakan apa yang dirasakan oleh tampak kekuasaan atau hegemoni penutur. Tindak tutur ini, penutur guru terhadap siswa. Kekuasaan guru mengekspresikan keadaan psikologis. ditunjukkan dalam proses tanya jawab. Dalam interaksi belajar mengajar di Gur u menunjukkan kkeuasaannya SMP Negeri 1 Bungoro Kabupaten kepada siswa bahwa jawabannyalah P angkep, r epr esent asi hegemo ni yang paling tepat serta mengabaikan diekspresikan dalam wujud kemapendapat dan jawaban siswa yang rahan guru. Hal ini tampak pada data ses ungg uhnya ju ga memiliki berikut. kebenaran. Namun, tidak ada upaya Siswa: ( Semua siswa r ibut dalam guru dalam memberikan penghargaan me laks anak an d isku si at a s ja waba n siswa kar e na g ur u kelompok) (57). memiliki tujuan, yakni menunjukkan Guru: Ko k r ibut s emua , ba gi kep akar an/k ehebat an ser t a kelompok yang r ibut akan menyampaikan pendapatnya yang dikenakan pengurangan nilai. dianggap benar sehingga siswa dapat Tidak perlu ribut, kerja saja meyakini kebehatan seorang guru. Hal dengan t ena ng ber sa ma ini tampak pada tuturan guru (50). anggota kelompoknya masingBe r bed a se and ainya gu r u masing (58). terlebih dahulu memberi pujian dan Siswa: I ya P ak , ( s emua sis wa penilaian terhadap jawaban siswa, lalu mer espo ns g ur u deng an guru melanjutkan jawaban dengan kalimat penerimaan) (59) tujuan penegasan, maka akan terhindar .... da r i hegemo ni gur u. S elain it u, tindakan pujian dan penghargaan akan P ad a da t a t er se but t amp ak menjaga jarak dan simpati siswa hegemoni guru dalam interaksi belajar terhadap guru. mengajar di SMP Negeri 1 Bungoro Kabupaten Pangkep. Wujud hegemoni tersebut direpresentasikan pada saat guru memarahi siswa yang ribut. Guru 22 SEMINAR INTERNASIONAL Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya memanfaatkan kekuasaannya di kelas dengan kemarahan yang berbuntut pada hukuman dan acnaman kepada siswa yang r ibut . P ad ahal, gu r u semestinya memahami kondisi kelas bahwa dalam berdiskusi, tidak bisa lepas dari keributan karena siswa saling berembuk dan menyatukan pendapat. Hegemoni guru terhadap siswa tampakpula pada data berikut ini. Guru: I bu ma u be r t a nya kepa da kalian, mengapa tidak ada satu pun yang menyetor tugas KD 3.1. Ibu kan sudah bilang, tugasnya terakhir hari Senin, tapi sampai sekarang belum ada yang menyetor (60). Siswa 1: Ibu, katanya ket ua kelas, tidak dikumpul karena mau dibahas bersama di kelas. (61). Guru: Tapi, bagaimana mau dibahas, waktu untuk materi itu sudah selesai, masih banyk materi yang perlu dipelajari (62) .... Konteks tuturan tersebut adalah guru bertanya kepada seluruh siswa me ngenai p enye t o r a n t u gas KD 3.1.Dalam situasi ini, tak satu pun siswa yang menyetor tugas sehingga guru bertanya alasan sehingga siswa tidak menyetor tugas.Dalam bertanya, t a mpak gur u me nge kspr esik an kemarahannya kepada siswa dengan tidak ada yang mengumpulkan tugas ses uai d engan wak t u ya ng t e lah ditentukan. Kemarahan guru kepada siswa sesuai dengan konteks tuturan tersebut terepresentasikan hegemoni kepada siswa.Posisi guru pada saat itu adalah penguas a ke las, sehingg a be bas me namp ilka n ke kua saan unt uk memarahi siswa.Kekuasaan guru pada semua siswa tampak ketika menutupi kesalahannya. Kesalahan guru tampak ketika ditampik oleh pernyataan ketua kelas bahwa guru pernah menyatakan bahwa tugas tidak perlu dikumpulkan karena akan dibahas bersama di kelas. Namun, kenyataanya adalah guru tetap be r t ahan p ada ins t r uk si d an kemarahannya yang mengndikasikan bahwa guru adalah sang otoriter dan pe ngua sa d i ke las t anpa mau menerima saran dari siswa. Tuturan guru yang dituturkan dengan disertai oleh ekspresi dan nada tinggi (menekan, menegur, memarahi) dalam int er aksi belajar mengajar tampak ketika guru mengeluarkan perintah dna teguran dnegan nada tinggi sebagaiman konteks tuturan berikut ini. Guru: Harap diperhatikan (63) Siswa 1: Iya Bapak (64) S iswa 2: B agaimana ma u me mper hat ikan Pak, yang lain banyak ribut dan bercerita (65) Guru: Jawaban kalian itu sebenarnya SEMINAR INTERNASIONAL Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya 23 membingungkan semua. Lain ditanyakan lain jawabannya. Kalian dengar tidak, kalian kir a ba pak t ida k ca pek ngomong terus (66). jawaban yang sebenarnya. Akan tetapi, pe maha man gur u se baga i ya ng berkuasa di kelas sehingga kemarahan itu menjadi sesuatu yang biasa dan sering dilontarkan kepada siswa. S it uasi pembica r aan ses uai dengan konteks tuturan tersebut adalah menegangkan dengan disertai kemar ahan gur u. Guru mengekspresikan kemarahannya kepada siswa yang tidak mamu memper hat ikan penjelasan guru. Dalam mengekspresikan kemarahan tersebut tersirat makna pragmatis menyalahkan. Hal yang disalahkan oleh guru adalah semua jawaban siswa yang t idak sesuai dengan permintaan soal. Hal ini tampak pada tuturan jawaban kalian it u se bena r nya membing ungk an se mua. Lain dit anyaka n la in jawabannya. Jadi, kemarahan guru dip icu o leh ket idak bena r an dan ketidakjelasan jawaban siswa yang justru membingungkan bagi guru. Kemarahan guru sesuai dengan ko nt eks t er sebu t me r upa kan representasi dari kekuasannya sebagai guru di kelas. Guru tampak lebih mengutamakan hak dan kekuasaanya untuk memarahi siswa dan tidak ada upaya untuk memperbaiki kesalahan jawaban dari siswa. Sebaiknya, guru tetap memberikan penghargaan dan penilaian terhadap jawaban siswa, walaupun hal itu kurang sesuai dengan 1. Representasi Fungsi Hegemoni Tin d ak Tu t u r Gu ru p ad a Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Bungoro Kabupaten Pangkep 24 Representasi fungsi hegemoni adalah suatu tujuan dan keinginan guru dalam mer ep r ese nt as ikan t ut r an sebagai bent uk preventif (pencegahan), suportif (pendorong), dan ko rektif (perbaikan).Repr esentasi fungsi hegemoni di SMP Negeri 1 Bungoro Kabupaten Pangkep yang ditemukan terdiri atas bentuk preventif (pencegahan), suportif (pendorong), dan korektif (perbaikan). a. Preventif (Pencegahan) Wacana kelas merupakan domain pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan, baik tujuan yang terkait dengan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.Banyak terkait dengan pencapaian tujuan tersebut. Salah satu di ant ar a nya ad alah p enggunaan kekuasaa n dalam pr o ses pembelajar an. Kekuasaan adalah suat u potensi yang dimiliki oleh seseorang SEMINAR INTERNASIONAL Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya unt uk memp enga r uhi pikir a n, perasaan, dan perilaku orang lain. Dalam interaksi kelas di SMP Neg er i 1 Bu ngo r o Ka bupa t en Pangkep, ditemukan fungsi hegemoni sebagai bent uk pr event if at au pencegahan sebagaimana tampak pada data berikut ini. Guru: Me nur u t ka lia n, a pa perbedaan kalimat pertama dengan kalimat utama (67) Siswa 1: Ka lau saya P a k, bedaki. (68) Guru: Ya, jelas beda (69) Siswa 2: Kalau saya Pak, kita lihat dulu pengertian kalimat secara umum. Kalimat adalah gabungan beberapa kata,frase, klausa.... (70) Guru: Tidak perlu berteori panjang lebar dulu. Langsung saja dijelaskan perbedaan kalimat utama apa, kalimat utama apa. Supaya jelas, dan yang lain temannya bisa tahu juga (71). Konteks pembicaraan tersebut adalah pembahasan tentang penentuan ide pokok paragraf.Untuk menentukan ide po ko k pa r agr af, t ent u har us dipahami terlebih dahulu tent ang kalimat utama dan kalimat pertamaa ser t a ka limat penje las. P ada s aat pembaasan itu, muncul pertanyaan guru tentang perbedaan kalimat utama dan kalimat pertama.Pertanyaan ini dir espo ns o leh sisw a 2 deng an menjawab perbedaan kalimat utama dan kalimat pertama.Namun, sebelum siswa menjawab per beda annya, t e r lebih d ahulu diawali o leh penjelasan tentang kalimat secara umum. P e njelasan sis wa t ent a ng kalimat sec ar a umum unt uk mengawali perbedaan kalimat utama dan kalimat pertama. Ditanggapi oleh gu r u s ebag ai u paya me nceg ah t er jadinya bias pemahaman d an per luasan ko nten tentang kalimat utama dan kalimat pertama. Padahal, proses yang dilakukan oleh siswa unt uk menjawab pertanyaan guru sangat bagus.Akan tetapi, hegemoni dan kekuasaan guru menjadi kebijakan yang tidak bisa dibantah oleh siswa, akhirnya siswa menjawab pertanyaan tanpa berteori dan langsung pada pokok pertanyaan. P ada kont eks lain, ter dapat he gemo ni g ur u t er adap sis wa sebagaimana tampak pada data berikut ini. Guru: Pada waktu mengikuti pelajaran ini, he ndak nya kalian mengiku t i a t ur a n- at ur t a n. Tentunya ada penilaian yang namanya penilaian pr o ses. Ja di, yang t id ak mempe rhatikan tentunya tidak akan diberi nilai. Bahkan kalau perlu ada pengurangan nilai (72) SEMINAR INTERNASIONAL Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya 25 Siswa 1: (seluruh siswa mendengarkan dilaksanakan diskusi kelas. Dalam dengan tekun) (73) ko nt ek s it u, g ur u mempunyai kekuasaan untuk mengarahkan agar Dalam kutipan tersebut tampak dis kusi yang dilaks anak an seorang guru menyampaikan aturan ber langsung secar a efekt if. Oleh penilaian yang akan dilaksanakan pada karena itu, tuturan guru tersebut telah pert emuan saat it u. Penyampaian memfungsikan kekuasaannya untuk aturan itu merupakan upaya guru mencegah terjadinya ketidakefektifan untuk mencegah agar siswa tidak diskusi dengan car a member ikan berperilaku menyimpang atau tidak pengarahan tentang hal yang harus mengikuti pembelajaran dengan baik. dilakukan siswa ketika berdiskusi. Penyampaian aturan itu merupakan instrumen hegemoni bagi guru agar b. Korektif (Perbaikan) sis wa t idak ber per ilaku ko nt r a Fu ngsi kek uas aan adalah produktif ketika pembelajaran sedang sebagai tindakan korektif. Fungsi ini berlangsung. mengacu pada upaya memperbaiki Guru: Baiklah, pada hari ini kita akan proses pembelajaran, mendisiplinkan melakuk an d isku si. Ada siswa yang tidak patuh pada aturan, beberapa hal yang harus kalian dan sebagainya. Bia sanya gu r u per hat ikan sebe lum menggunakan fungsi kekuasana ini melaksa naka n diskus i. setelah siswa memilih menghindari Ke lo mp o k yang t amp il pengar uh kepada mer eka dengan mas ing- masing s ilak an mengesa mpingkan at u r an dan memperkenalkan anggotanya prosedur.Perilaku siswa yang tidak sambil menyebutkan nomor sesuai memicu sikap gur u unt uk ur ut a bsennya. Yang la in menolak, memberikan hukuman, dan tolong perhatikan baik dan mengingatkan untuk membetulkan t o lo ng memper s iapk an kembali. per t anyaan deng an baik Berikut ini data hegemoni guru t er hada p ma kala h ya ng t e r had ap s iswa dalam k o nt e ks disajikan (74) perbaikan perilaku siswa yang tidak Siswa: .... ses uai deng an a t ur a n da lam pembelajaran. Berdasarkan kutipan tersebut Guru: Ibu dengan lapor an bahwa tampak bahwa guru sedang memternyata ada beberapa siswa ber ikan pengar a han sebe lum yang tidak mengerjakan tugas 26 SEMINAR INTERNASIONAL Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya yang ibu be r ika n t a di. Walaupun saya tidak ada di kelas, kalian t et ap har us kerjakan dengan baik tugas itu. Bahkan ada yang keluar masuk kelas. Jadi, terpaksa ibu akan berikan sanksi yang lebih berat nanti. Jadi, lain kali jangan ada yang begitu lagi ya! (75) S iswa: ( t e r dia m me ndengar k an ceramah gur u yang sedang marah) (76) Berdasarkan konteks tuturan t er sebut , tampak hegemo ni gur u dengan dir epr esentasikan sebagai fungsi korektif. Cara yang dilakukan dalam negoreksi agar siswa tidak lagi mengula ngi keja dian yang sa ma adalah memberikan sanksi/hukuman. Hegemoni guru yang tampak sesuia dengan konteks tuturan tersebut adalah kekuasaan terhadap siswa. Dalam hal ini, guru sebagai penguasa dan siswa sebagai objek yang dikuasai sehingga muncul kebebasan guru meninggalkan kelas saat pembelajaran. Bagi siswa yang ditinggalkan dengan titipan tugas-tugas, juga punya hak untuk keluar dan bahkan tidak mengerjakn tugas karena guru yang diharapkan memebr ikan tunt unan dalam mengerjakan tugas tidak ada. Bo leh saja , siswa yang t id ak mengerjakan tugas tahu cara kerjanya sehingga wajar jika tidak mengerjakan dan keluar kelas. Namun, kondisi ini tidak berterima bagi guru. Guru justru memarahi siswa dengan sanksi tugas yang berat sebagai bentuk pelajaran dna koreksi diri siswa agar tidak mengulangi tindakan tersebut. Guru: Bagi kelompok penyaji jangan dulu disimpulkan satu per satu jawaban atas pertanyaan yang ada. Akan lebih bagus jika na nt i seka ligu s di akhir presentasi baru disimpulkan semua (77) Siswa ( penyaji): Maksudnya Ibu, supaya setiap pertanyaan, jelas jawabannya (78) Guru: Masalahnya waktu, supaya kelompok lain bisa tampil juga (79) Ko nt ek s t u t ur a n t e r sebut pelaksanaan diskusi kelompok.Dalam menyajikan materi diskusi, tampak penyaji menerapkan strategi diskusi dengan menyimpulkan satu per satu setiap jawaban pertanyaan.Hal ini memang merupakan sesuatu yang tepat agar setiap masalah memiliki jawaban yang past i, ser t a t ujuan penyimpulan tersebut adalah sebagai penguatan setiap jawaban masalah. Strategi diskusi yang diterapkan oleh siswa dianggap kurang efektif oleh gur u.Menurut gur u, str ategi diskusi dengan menyimpulkan setiap per t anya an adalah kur ang t epat , SEMINAR INTERNASIONAL Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya 27 seharusnya penyimpulan dilakukan sebelum presentasi ditutup.Baik guru maupun siswa sesuai dengan konteks tersebut pada dasarnya benar.Akan tetapi, siswa lebih dominan banyak memiliki unsur kebenar an dibandingkan guru.Namun, sebagai guru yang penuh kuasa di kelas, semua aturan pembelajaran ditetapkan oleh guru.Hegemoni guru demikian yang mengoreksi strategi siswa dianggap kurang humanis.Sebab, guru tidak mau menerima kreativitas siswa walau hal itu benar, dan semuanya harus yang sesuai dengan keinginan guru. V. Simpulan pe mega ng k ekua saa n di kelas menggunakan tiga jenis tindak asertif, yaitu menegaskan, menunjukkan, mempertahankan. Penggunaan tindak ase r t if ini menunju kkan sifat kekuasaan yang dominatif terhadap siswa. Tindak ekspr esif dir epr esentasikan dalam bentuk kemarahan guru yang juga memiliki kadar retriksi yang t inggi sehingg a be r sifat dominatif. (2) Fungsi hegemoni tindak tutur guru pada pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Bungoro Kabupaten Pangkep direpresentasikan dalam tindak preventif dan korektif. Terkait dengan tindakan preventif, heg emo ni difung sika n unt uk mencegah pelanggaran aturan dalam pembela jar a n. Adapu n t indak an korektif, hegemoni difungsikan untuk memperbaiki tindakan siswa, perilaku siswa dalam belajar, dan cara kerja siswa di dalam mengerjakan tugas. Berdasarkan penyajian uraian sebelumnya, dis impu lkan has il penelitian ini sebagai berikut: (1) Hegemoni dalam bertindak tutur guru pada pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Bungoro Kabupaten Pangkep direpr esent asikan dalam tindak direktif, asertif, dan ekspresif. DAFTAR RUJUKAN Representasi hegemoni dalam tindak dir ekt if, gur u sebagai pemegang Alwasilah, Chaedar. 1993. Pengantar Sosiologi Bahasa. Bandung : kekuasaan di kelas menggunakan lima Angkasa. jenis direktif, yaitu perintah, permintaan, larangan, persilaan, pertanyaan, Arman. 1997. “Analisis Implikatur Percakapan Bahasa Indonesia dan penolakan. Penggunaan tindak Penggalan Percakapan Harian t ut u r t er se but memp unyai k adar Jaw a P o s. ”Te sis P r o gr am retriksi tinggi sehingga cenderung Pascasarjana Universitas Hasamerepresentasikan kekuasaan yang nuddin. dominatif. Representasi hegemoni dalam tindak asertif, guru sebagai 28 SEMINAR INTERNASIONAL Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya Aust in, J. L 196 2. P er fo r mat ive Utterances.dalam Martinich, A. P. (Ed), The Philosophy of Language (halaman 130-139). New York: Oxford University Press. Biklen and Bogdan, R.C., S.K. 1982. Qualitative Research for Education, An Intro-duction toTheory and Methods. Boston: Allyn and Bacon. Bro wn, G. , & YuleGeorge. 2006. A na lisis Wacana . Dit e rje mahk an o leh S o e t ikno . Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Chaer, Abdul dan Agustina Leonie. 1995. Sosiolinguistik (Perkenalan Awal). Jakarta: Rineka Cipta. Dep dikbud . 2005 . Kam us B e sar B ah asa I ndo nesi a. ( E disi Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka. Eriyanto. 2003. Analisis Wacana. Yogyakarta: LKIS. Fairclough, Norman. 1998. Critical Discourse Analysis. London: Longman. I br ahim, A. S . 1994 . Pa ndu an Penelitian Etnografi Komunik asi. S u r aba ya: Usa ha Nasional. Ibrahim, A. S. 1996. “Bentuk Direktif: Ka jian E t no gr a fi Ko munikasi”.Disertasi. Tidak Diterbitkan. Surabaya: Universitas Airlangga. Jumadi. 2005. Representasi Kekuasaan dalam Wacana Kelas. Jakarta: Depdiknas. Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Terjemahan M.D.D. OKA. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Louise, Cummings. 2007. Pragmatik Seb uah Pers pekt if Multidisipliner. Jakarta: Pustaka Belajar. Mey, J.L. 1996. Pragmatics an Introduction. New York: Blackwell Oxfo r d UK and Cambr idge USA. Miles, M. B. & Huberman, A. M. 1992.Qualitative Data Analysis. Dit er jemahkan o leh T jet jep Rohendi R, 1992. Jakarta: Universitas Indonesia. Moelio no , Anto n Mo edar t o E ds. 2005.Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.Jakarta: Depdikbud. Moleong, L. J. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Rahardi, R. Kunjana. 2000. Imperatif da lam B aha sa I ndo nesi a. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Ridwan, H.T.A. 1998. “Pokok-pokok Pikiran mengenai Peran Bahasa dalam Kehidupan Bermasyarakat , Ber bangsa, dan Ber negara.”Makalah Kongres Bahasa Indonesia VII Jakarta: Depdiknas. SEMINAR INTERNASIONAL Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya 29 Santoso, K. B 1990. Problematika (hlm. 59-82). New York: Academic Press. B a hasa I nd ones ia ( Sebu ah A n alis is P rak tis B aha sa Thansoulas, Dimitros. 2001. LanBaku).Jakarta: Rineka Cipta. guage and Power in Education. Oxfor d: Oxfo rd Universit y Searle, J.R. 1976.Indirect Speech Pres Acts.Dalam Peter Cole dan Jerry L. Morgan. (Eds). Syntax and Semantic Volume 3 Speech Acts 30 SEMINAR INTERNASIONAL Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya SEMINAR INTERNASIONAL Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya 31