Representasi Hegemoni pada Pembelajaran Bahasa Indonesia

advertisement
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa
Internasional Melalui Diplomasi
Bahasa, Sastra, dan Budaya
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
i
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa
Internasional Melalui Diplomasi
Bahasa, Sastra, dan Budaya
Indonesia, Malaysia, Thailand, Jepang,
Korea, Amerika, Jerman, Vietnam
Diselenggarakan Oleh:
Prodi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia
Universitas Islam Malang
2015
ii
SEMINAR INTERNASIONAL
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh
Memperkokoh
Bahasa
Bahasa
Indonesia
Indonesia
sebagai
sebagai
Bahasa
Bahasa
Internasional
Internasional
Melalui
Melalui
Diplomasi
Diplomasi
Bahasa,
Bahasa,
Sastra,
Sastra,
dan
dan
Budaya
Budaya
iii
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi
Bahasa, Sastra, dan Budaya
Editor
Zukifli Osman dari Universitas Pendidikan Sultan Idris, Perak, Malaysia
Tengsoe Tjahjono dari Hankuk University of Foreign Studies, Korea Selatan
Suyoto dari Kanda University of International Studies, Jepang
Abdul Rani dari Unisma, Indonesia
Cover Design:
Yudhista
Setiyono Wahyudi, D.Ng.
Layout :
Dayat
Penerbit
Surya Pena Gemilang
Anggota IKAPI Jatim
Jln. Rajawali Tutut Arjowinangun 12
Malang - Jawa Timur
Tlp. 082140357082
Fax. (0341) 751205
e-mail: [email protected]
Jumlah: xi + 544 hlm.
Ukuran: 17 x 24 cm
September 2015
ISBN: 978-602-17923-8-4
Hak cipta dilindungi undang-undang.
Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa
izin tertulis dari penerbit.
iv
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
Kata Pengantar
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi informasi
telah membentuk kristalisasi kehidupan sosial budaya masyarakat yang dikenal dengan
istilah liberalisasi dan arus globalisasi. Bahasa sebagai bagian dari pranata kehidupan
sosial budaya suatu masyarakat tidak dapat menghindar dari pengaruh perkembangan
tersebut. Proses kristalisasi ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, dalam jangka waktu
yang relatif panjang telah dialami oleh bahasa Melayu, yang mula-mula hanya sebagai
norma kebudayaan kelompok etnik Melayu yang mendiami daerah Riau dan kepulauan
sekitarnya, kemudian menjadi norma supraetnik, yaitu sebagai bahasa nusantara. Titik
kulminasi proses kristalisasi ini menjadikan bahasa Melayu bukan hanya sebagai
lingua franca saja, tetapi lebih dari itu, sebagai bahasa resmi kedua di kawasan Asia
Tenggara atau bahasa internasional, di samping bahasa Inggris, Belanda, Arab dan
lain-lain.
Bahasa Indonesia dan bahasa rumpun Melayu lainnya tidak dapat menghindar
dari arus globalisasi yang sedang melanda berbagai aspek kehidupan ini. Bahasa Indones ia da n b aha sa rumpun M ela yu lainnya telah mampu menja di wadah
pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, dan atau bahasa pergaulan pada
tingkat nasional maupun internasional. Bahkan, bahasa Melayu dan bahasa Indonesia sudah menjadi bahasa asing yang dipelajari di berbagai perguruan tinggi di luar
negeri.
Upaya menginternasionalkan bahasa Indonesia memang perlu terus diupayakan,
yang antara lain dapat dilakukan melalui diplomasi baik bahasa, sastra, dan budaya.
Ide- ide kreatif dan hasil penelitian yang berkaitan dengan kajian memperkokoh bahasa
Indonesia sebagai bahasa internasional melalui diplomasi baik bahasa, sastra, dan
budaya perlu didiskusikan dalam suatu forum ilmiah seperti kegiatan yang dirancang
dalam seminar internasional ini.
Buku ini berisi makalah-makalah baik pemateri utama maupun pemakalah
pendamping yang berkaitan dengan tema besar seminar ini, yaitu “Memperkokoh
Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional melalui Diplomasi Bahasa, Sastra,
dan Budaya”. Semoga bahan dan hasil diskusi dalam seminar yang diselenggarakan
oleh Universitas Islam Malang ini turut memperkukuh eksistensi Bahasa Indonesia
sebagai bahasa Internasional.
Malang, 25 September 2015
PANITIA
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
v
vi
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar Isi
..............................................................................
..............................................................................
v
vii
Melestarikan Pendidikan Kesusasteraan Melayu Di Sekolah Pada
Abad Ke-21 Di Persada Antarabangsa .................................................
1
Gerakan Sastra Lingkungan Menuju Pembangunan Peradaban Sastra
Masa Depan
..............................................................................
16
Ukbi Sebagai Upaya Memperkokoh Peran Dan Kedudukan
Bahasa Indonesia Menuju Bahasa Internasional ..................................
28
Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) Memperkuat Jati Diri
Bangsa dan Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional 42
Sub Tema : Trend Pembelajaran dan Penelitian Bahasa dan Sastra
Indonesia pada Perspektif Global ........................................................ 53
Analisis Sikap Bahasa Mahasiswa Universitas Brawijaya (Ub)
Terhadap Bahasa Indonesia: Upaya Meneguhkan Peran Bahasa
Indonesia Menuju Bahasa Internasional .............................................. 66
Sistem Penilaian Pembelajaran Bahasa Indonesia Smp Di Kota Cimahi
(Studi Pendahuluan dari Penelitian Pengembangan Instrumen
Penilaian Pembelajaran Bahasa Indonesia) .......................................... 79
Peran Bahasa Indonesia Baik, Benar, dan Santun Menuju
Bahasa Internasional ........................................................................... 87
Increasing Cross-cultural Communi cation when hosting international
students: sharing experiences .............................................................. 101
Pola Dan Kadar Kualitas Argumen Bagian Pembahasan Artikel-artikel
Jurnal Terakreditasi ............................................................................. 111
Penguasaan Bahasa Melayu Dalam Kalangan Pelajar Thai Kursus
Bahasa Melayu Elektif ........................................................................ 133
Analisis Penggunaan Serapan Bahasa Arab Dalam Bahasa Indonesia
Dan Melayu Sebagai Bahasa Komunikasi: Satu Kajian Awal .............. 146
Pengembangan Buku Ajar Mku Bahasa Indonesia Berbasis Karakter
Dengan Mengoptimalkan Kemampuan Menulis Ilmiah Bagi Mahasiswa
Ikip Pgri Madiun .............................................................................. 175
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
vii
vii
vii
Optimalisasi Pembelajaran Bipa (Bahasa Indonesia Bagi Penutur
Asing) Melalui Cat-prosa (Catur Proyek Bahasa) ................................ 189
Musik Pendidikan Dalam Lagu Anak Berbahasa Indonesia ................. 202
Pengintegrasian Budaya Jawa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
bagi Penutur Asing di Universitas Sebelas Maret1 ............................... 210
Upaya Memperkokoh Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional:
Tinjauan dari Perspektif Pendidikan Bahasa Indonesia di Jepang ........ 228
Dimensi Asrè Tuturan Kèjhung Sebagai Ekspresi Pendidikan Karakter
Warisan Madura—Melayu .................................................................. 240
Representasi Hegemoni pada Pembelajaran Bahasa Indonesia
SMP Negeri 1 Pangkep Kabupaten Pangkep ....................................... 256
Kebijakan Bahasa Dalam Memperkokoh Peran Bahasa Indonesia
Menuju Bahasa Internasional .............................................................. 277
Model Buku Cerita Bergambar Untuk Pembelajaran Bipa
Anak-anak Prasekolah ........................................................................ 290
Peneguhan Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Toleran Dalam
Pergaulan Dunia .............................................................................. 304
Model Rancangan Kuisioner Analisis Kebutuhan Target Bahasa Indonesia
Iptek
.............................................................................. 326
Telaah Nilai-nilai Edukatif Dalam Komunikasi Keluarga
Dan Strategi Penanamannya ................................................................ 346
Mengenalkan Kearifan Lokal Madura Dalam Percaturan Internasional
Melalui Pembelajaran Bipa ................................................................. 362
Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Komunikasi Di Akun Facebook
Grup Guru Bermartabat ....................................................................... 375
Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Model Konstruktivisme
Berpendekatan Inkuiri ......................................................................... 388
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Keterampilan Membaca Dan
Menulis Bahasa Indonesia Di Sekolah Menengah Atas Berbasis
Multiple Intelegensi Berpendekatan Observation Based Learning ....... 403
Kesalahan Berbahasa Dan Perbandingan Karakteristik Bahasa Indonesia
Dan Bahasa Arab .............................................................................. 415
Memperkokoh Jalur Internasionalisasi Bipa ........................................ 433
Pendekatan Komunikatif Dalam Pembelajaran Bahasa ........................ 450
Harmonisasi Sastra, Agama, Dan Negara: Antara Bayangan
Dan Kenyataan
.............................................................................. 474
viii
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
Pembelajaran BIPA dalam Perspektif Politik Membangun Indonesia ...
Pemeliharaan Keaksaraan Masyarakat “Mandiri”: Suatu Upaya
Memperkokoh Bahasa Indonesia Di Era Globalisasi ...........................
Memperkokoh Peran Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Pergaulan
Internasional1
..............................................................................
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
483
511
530
ix
Representasi Hegemoni pada
Pembelajaran Bahasa Indonesia
SMP Negeri 1 Pangkep Kabupaten
Pangkep
Oleh:
Munirah dan Supriani Idris
Pascasarjana Unismuh Makassar
[email protected]
Abstrak
Hegemoni adalah suatu perwujudan kekuasaan guru sebagai manajerial kelas yang
menekankan pada bentuk ekspresi dan layaknya borjuis yang selalu mendoktrin siswa
m el a l ui beber a p a ca r a p en er ap a n , m eka n is m e ya n g d i ja l an k a n u n tu k
mempertahankan, dan mengembangkan diri melalui kepatuhan para siswa sehingga
upaya itu berhasil memengaruhi dan membentuk alam pikiran siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan representasi hegemoni pada
pembelajaran bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Bungoro Kabupaten Pangkep.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dari data rekaman dalam
bertindak tutur guru. Sumber data, yaitu guru bahasa Indonesia di SMP Negeri 1
Bungoro Kabupaten Pangkep.Teknik pengupulan data, yaitu observasi dan
perekaman. Analisis data dilakukan dengan menganut alur analisis data model alir
konsep Miles dan Huberman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hegemoni dalam bertindak tutur guru pada
pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Bungoro Kabupaten Pangkep
direpresentasikan dalam tindak direktif, asertif, dan ekspresif. Representasi hegemoni
dalam tindak direktif, guru sebagai pemegang kekuasaan di kelas menggunakan lima
jenis direktif, yaitu perintah, permintaan, larangan, persilaan, pertanyaan, dan
penolakan. Representasi hegemoni dalam tindak asertif, guru sebagai pemegang
kekuasaan di kelas menggunakan tiga jenis tindak asertif, yaitu menegaskan,
menunjukkan, mempertahankan.Penggunaan tindak asertif ini menunjukkan sifat
kekuasaan yang dominatif terhadap siswa. Tindak ekspresif direpresentasikan dalam
bentuk kemarahan guru yang juga memiliki kadar retriksi yang tinggi sehingga bersifat
dominatif. Fungsi hegemoni tindak tutur guru pada pembelajaran bahasa Indonesia
di SMP Negeri 1 Bungoro Kabupaten Pangkep direpresentasikan dalam tindak
preventif dan korektif.
Kata Kunci: Representasi hegemoni dan pembelajaran bahasa Indonesia
10
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
Hegemony representation on
Learning Indonesian
SMP Negeri 1 Pangkep Pangkep
Abstract
Hegemony is an embodiment of the power of the teacher as a managerial class that
emphasizes the form of expression and the like bourgeois always indoctrinate students through some method of application, a mechanism that is run to maintain and
develop themselves through obedience to the students so that these efforts succeeded
in influencing and shaping the minds of students.
This study aimed to describe the representation of hegemony in learning Indonesian
SMP Negeri 1 Bungoro Pangkep. This study used a qualitative research method of
recording data in acting teacher said. Data sources, namely the Indonesian teacher at
SMP Negeri 1 Bungoro Pangkep.Teknik district data collection, namely observation and recording. Data analysis was done by embracing the flow of data analysis
flow model of the concept of Miles and Huberman.
he results showed that the hegemony in the act said on learning Indonesian teacher
at SMP Negeri 1 Bungoro Pangkep represented in acts directive, assertive and expressive. Representation of hegemony in the follow-directive, the teacher as the
authority in the classroom using five types of directive, namely commands, requests,
prohibitions, persilaan, questions, and rejection. Representation in the follow-assertive hegemony, the teacher as the authority in the classroom using three types of
follow-assertive, which asserts, shows, maintaining the use of assertive acts indicate
the nature of the dominating power of the students. Follow-expressive of anger represented in the form of teachers who also have high levels of restriction that are
dominating. Function hegemony speech acts on learning Indonesian teacher at SMP
Negeri 1 Bungoro Pangkep represented in acts of preventive and corrective.
Keywords: Representations of hegemony and learning Indonesian
I. Pendahuluan
Peristiwa komunikasi antara
pembicara dan pendengar mempunyai
fungsi, mengandung maksud, dan
tujuan tertentu. Austin (1962: 100)
me ngat akan bahwa ko mu nika si
merupakan serangkaian tindak ujar
(tindak tutur) yang digunakan secara
bersistem untuk menyelesaikan tujuan
tertentu atau ber bagai t ujuan. I si
komuniaksi yang disampaikan melalui
kata-kata seringkali tidak seluruhnya
terkomunikasi karena (1) pengirim
pesan biasanya menggunakan katakata dalam bentuk tindak tutur tak
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
11
langsung literal (indirect literal speech
act ) , yait u t indak t ut u r ya ng
diungkapkan dalam modus kalimat
yang tidak sesuai dengan maksud
pengutaraanya, tetapi tidak dengan
kata-kata yang menyusunnya sesuai
dengan apa yang dimaksudkan penutur
dan ( 2) pengirim pesan biasanya
menggunakan t indak t ut u r ya ng
diutarakan dengan modus kalimat dan
makna kalimat yang t idak sesuai
denga n maksud yang diut a r akan
(Arman, 1997: 27).
Hegemoni merupakan bentuk
perwujudan kekuasaan guru sebagai
manajer ial kela s ya ng yang
menekankan pada bentuk ekspresi dan
la yaknya bo r ju is yang sela lu
mendoktrin siswa melalui beberapa
cara pener apan, mekanisme yang
dijalankan untuk mempertahankan,
dan mengembangkan dir i melalui
kepatuhan para siswa sehingga upaya
it u be r has il memengar u hi d an
membentuk alam pikiran siswa. Pada
hakikatnya perilaku guru di dalam
proses pembelajaran di dalam kelas
t ersebut mer upakan r efleksi dar i
ideo lo gi yang dianut nya. Dengan
melihat perilaku guru dalam bertindak
di dala m ke las akan t er gambar
bagaimana guru memandang posisi
siswa. Apakah guru memandang siswa
berdasarkan konsep atasan-bawahan
ataukah berdasarkan konsep bahwa
guru sebagai motivator dan fasilitator
12
serta siswa sebagai patner (mitra).Hal
itu merupakan realisasi dari sistem
pikiran dan kepercayaan yang ada pada
diri guru itu sendiri.
Berdasarkan kenyataan di kelas
yang menunjukkan adanya sejumlah
praktik sosial yang menggambarkan
heg emo ni gu r u t er ha dap sisw a.
Terdapat pula praktik pemunculan
otoritas guru baik sebagai pengatur
disiplin maupun sebagai pember i
materi.Ada pula dominasi guru di
dalam kelas dan juga guru menjadi
orang yang serba tahu. Terdapat pula
ketidakkonsistenan guru dalam praktik
perilakunya di depan kelas. Di satu
sisi, guru menginginkan jawaban yang
mendalam ketika siswa menjawab
pertanyaan di sisi lain guru menunjukkan ketidaksabarannya menunggu
sisw a menja wab. S ement ar a it u,
terdapat perubahan perilaku pada
pertengahan proses pembelajaran.
Gur u mengubah fungsinya dalam
koridor paradigma konvensional ke
paradigma nonkonvensional.
Kegagalan ruang kelas adalah
manakala guru kehilangan apresiasi
t er hada p
ke r ja- ker ja
k r eat if
siswa.Lebih problemaatik, guru kerap
apresiatif hanya terhadap siswa yang
pintar dan tidak banyak berbuat ulah
macam-macam.Sementara bagi yang
hip er ak t if dan cend er ung o nar,
dianggap sebagai pengacau yang harus
seg er a didiamka n ag ar t ak
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
mengganggu stabilitas.Di sini kelas
tak ubahnya Negara yang selalu dan
selamanya mewaspadai g er akangerakan protes.Pengganggu stabilitas
macam ini dianggap sebagai subversif
dan segera harus diganyang agar tak
menjalar.
Fenomena lain yang tergambar
adalah r uang kelas adalah ruang
menjauhkan siswa dari masa kanakka naknya, ber a gam car a ya ng
dilakukan guru agar siswa dapat duduk
tenang mencatat apa yang diktekan di
depan. Siswa duduk layaknya tentara
yang kaku mendengar penjelasan
t ent ang t ema pembelajaran, at au
me ncat at nya ke mbali. S it ua si
pembelajaran seperti ini bukan hal
buruk baru dalam dunia pendidikan,
tetapi ‘virus’ lama yang menjangkiti
guru sepanjang kesadarannya belum
berubah tentang apa dan bagaimana
‘do mina si’ yang ber ujung pa da
‘hegemoni’ itu.
Ru ang kela s t ak u bahnya
miniatur so sial t empat do minasi/
hegemoni antara guru siswa berebut
tempat.Secara sopan dan terselubung
saling menguasai.Sayangnya, meskipun jumlah siswa lebih banyak dari
guru, guru berhasil mendominasi.
Dalam bahasa Antonio Gramsci “a
social condition in which all aspects
of social reality are dominated by or
sup port ive of a sin gle clas s” .
Dominasi guru dalam ruang kelas
tercermin dari penafian dialog setara
antara guru-murid ketika menentukan
metode pembelajaran dan target yang
hendak dicapai dari PBM. Guru lebih
menyerupai sekelompok kelas tunggal
dalam masyarakat, dengan posisi tak
tergoyahkan bebas menentukan sendiri
metode belajar, arah yang ingin dicapai
dari PBM. Namun, guru bukan satusatunya kelas dominan, di atasnya
berdiri kelas yang jauh lebih kuat dan
mapan.
Ber baga i do mina si s ebag ai
bent uk hege mo ni gur u t e r sebut
terealisasi dari wujud tutur guru yang
se mena - mena t a npa memanda ng
siswa sebagai pelaku sosial yang perlu
dihargai. Guru di kelas adalah sosok
orator yang tuturan deklaratif dan
imperatifnya tak terbantahkan oleh
siswa.Ketika guru menyatakan kumpul
tugasnya, maka siswa dengan spontan
mengumpulnya .Jika guru menyatakan
baca bukunya, lalu kerjakan soalsoalnya, maka siswa membaca dan
bekerja. Ketika guru menjelaskan dan
menginformasikan materi, tak satu
pun siswa protektif.Hal inilah yang
mer upakan wujud do minasi gur u
dalam bertutur di kelas.
Pada hakikatnya perilaku guru di
dalam proses pembelajaran di dalam
kelas merupakan refleksi dari ideologi
yang dia nut nya. Dengan melihat
perilaku guru dalam bert indak di
dalam k elas aka n t e rgambar
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
13
bagaimana guru memandang posisi
siswa. Apakah guru memandang siswa
berdasarkan konsep atasan-bawahan
ataukah berdasarkan konsep bahwa
guru sebagai motivator dan fasilitator
serta siswa sebagai patner (mitra).Hal
itu merupakan realisasi dari sistem
pikiran dan kepercayaan yang ada pada
diri guru itu sendiri.
Alwasilah (1993: 9) menyatakan
bahwa bahasa komunikasi sebagai
suatu proses, melibatkan (1) pihak
yang berkomunikasi, (2) informasi
yang dikomunikasikan, dan (3) alat
komunikasi. Sejalan dengan pendapat
ini, Santoso (1990: 1) mengemukakan
bahwa dalam berkomunikasi, bahasa
harus mampu menampung perasaan
dan pikiran pemakainya serta mampu
menimbu lkan
ada nya
saling
memahami ant ar a pembicar a dan
pendengar dalam suatu pembicaraan.
Di samping itu, antarpemakai
bahasa perlu dibekali sikap positif,
sehingga akan menjadikan bahasa Indonesia berjaya, memenuhi: (1) fungsi
ko munikat if, u nt uk membent uk
waw asan kebangs aan mela lui
penggunaan bahasa Indonesia sebagai
perekat persatuan dan kesatuan bangsa
dan ( 2) fungsi info r mat if, unt uk
membentuk dan membina wawasan
peradaban yang berbudi pekerti dan
be r akhlak. Dalam hubungannya
dengan sikap positif pemakainya,
bahasa Indonesia mencakupi ruang
14
lingkup: (1) tingkah laku bahasa yang
dapat meningkat kan dan memantapkan kecendikiaan bahasa yang
bermanfaat untuk mengisi persyaratan
dan t unt ut a n er a ke maju an ilmu
penget ahuan, dan t ekno lo gi, ( 2)
bahasa I ndo nesia har us ber peran
dalam upaya meningkatkan kualitas,
kec er da san, dan kemampu an
menghadapi tuntutan kemajuan dan
per ubahan zaman, dan ( 3) t e t ap
memiliki sikap bermasyarakat, sikap
berbudaya atau beradab, sopan santun
bertatakrama sesuai dengan pesan
dalam ungkapan “bahasa menunjukkan bangsa” (Ridwan, 1998: 5).
Konsep hegemoni dipopulerkan
ahli filsafat politik terkemuka Italia,
Antonio Gramsci yang berpendapat
ba hwa keku at an da n do mina si
kapitalis tidak hanya melalui dimensi
material dari sarana ekonomi dan
relasi produksi, tetapi juga kekuatan
(f orce) dan hegemoni. Jika yang
pertama menggunakan daya paksa
unt uk membu at o r ang banyak
mengikuti dan mematuhi syarat-syarat
suatu cara produksi atau nilai-nilai
tertentu, maka yang terakhir meliputi
perluasan dan pelestarian “kepatuhan
akt if” yang secar a s ukar ela dar i
kelompok-kelompok yang didominasi
oleh kelas penguasa lewat penggunaan
kepemimpinan intelektual, moral, dan
politik. Hegemoni menekankan pada
bent uk ekspr esi, car a penerapan,
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
mekanisme yang dijalankan untuk
me mper t aha nkan, d an menge mbangkan diri melalui kepatuhan para
korbannya sehingga upaya itu berhasil
memengaruhi dan membentuk alam
pikiran (Eriyanto, 2003: 105).
Dalam hegemo ni, kelo mpok
yang mendo minasi ber hasil mempengaruhi kelompok yang didominasi
unt uk menerima nilai-nilai mor al,
politik, dan budaya dari kelompok
dominan (the ruling party, kelompok
yang berkuasa).Hegemoni diterima
sebagai sesuatu yang wajar, sehingga
ideologi kelompok dominan dapat
menyebar dan dipraktikkan. Nilainilai dan ideo lo g i he gemo ni ini
diperjuangkan dan dipertahankan oleh
pihak dominan sedemikian sehingga
pihak yang didominasi tetap diam dan
t aa t
t e r had ap
k epemimpinan
kelompok penguasa.Hegemoni bisa
dilihat sebagai st r at eg i unt uk
mempertahankan kekuasaan.
II. Metod-e Penelitian
P enelit ian ini menggunakan
pend ekat an penelit ian k ualit a t if.
P endeka t an kualit at if memiliki
karakteristik (1) berlatar alamiah, (2)
ber sifa t de skr ipt if, ( 3 ) le bih
mementingkan proses daripada hasil,
(4) analisis data dilakukan secara
induktif, dan (5) makna sebagai suatu
hal yang esensial (Biklen dan Bogdan,
1982:27-30; Miles dan Huberman,
1992:1; Ibrahim, 1994:276; Lincoln
dan Guba (dalam Moleong, 2001:4-8).
Penelitian ini berlatar alamiah
peneliti sekaligus berfungsi sebagai
ins t r umen
u t ama .
Ke giat an
pe laks anaa n pe ngumpula n da t a
langsung pada ko nteks terjadinya
tuturan yang bermuatan implikatur
tindak direktif dan tidak dikondisikan
( dimo - difikasi) . Alat bant u yang
digunakan dalam pengambilan data
ada lah pedo man o bse r vas i ya ng
be r fungsi menc at at dat a ya ng
bermuatan hegemoni dalam bertindak
tutur guru pada pembelajaran bahasa
Indonesia di SMP Negeri 1 Bungoro
Kabupaten Pangkep dan tape recorder
yang berfungsi untuk merekam data
hegemoni dalam bertindak tutur guru
pada pembelajaran bahasa Indonesia
di SMP Negeri 1 Bungoro Kabupaten
Pangkep.
Dat a pe nelit ian ini ber upa
rekaman tentang hegemoni dalam
ber t ind ak t ut ur gur u pa da p embelajaran bahasa Indonesia di SMP
Negeri 1 Bungoro Kabupaten Pangkep
dan catatan lapangan. Data catatan
lapangan diperoleh melalui observasi
terhadap percakapan dan tindak tutur
guru. Sementara itu, data rekaman
diperoleh dari perekaman tuturan guru
bahasa Indonesia yang mengandung
hegemoni.
Penelitian ini dilakukan dengan
harapan dapat memberikan gambaran
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
15
yang je las dan ko nk r et t ent ang
hegemoni dalam bertindak tutur guru
pada pembelajaran bahasa Indonesia
di SMP Negeri 1 Bungoro Kabupaten
Pangkep. Agar harapan tersebut dapat
t er capa i da lam pene lit ian ini
digunakan teknik pengupulan data (1)
observasi dan (2) perekaman.
Analisis data dilakukan dengan
menganut alur analisis data model alir.
Miles dan Huberman (1992:15-20)
mengemukakan bahwa teknik analisis
data model alir memiliki dua ciri yang
menonjol, yakni (1) model analisis
data dan (2) analisis data selama dan
setelah pengumpulan data. Model
analisis data yang digunakan dalam
penelit ian ini menc akup emp at
la ngka h ke giat an, yak ni ( 1)
pengumpulan data, (2) reduksi data,
( 3 ) pe nyajian dat a, d an ( 4)
penyimpulan/verifikasi. Analisis data
dapat dilakukan selama pengumpulan
data dan setelah pengumpulan data
ber akhir. Analisis data pada saat
pengumpulan data diperlukan untuk
menyele ksi dat a - dat a ya ng berhu bung an
d eng an
r umus an
permasalahan. Sementara itu, analisis
dat a se t ela h pe ngumpula n da t a
me ngac u pa da k er a ngka ker ja
kualitatif yaitu pengumpulan data
catatan lapangan dan rekaman.
I II . Ha s i l P e ne l i ti a n d a n
Pembahasan
16
A. Rep rese ntas i He gemoni
dalam Tindak Direktif
1. Representasi Hegemoni dalam
Perintah
Salah satu tindak direktif adalah
memerintah. Data berikut ini berwujud
imper a t if per int a h anjur a n ya ng
ditemukan dalam interaksi belajar
mengajar di SMP Negeri 1 Bungoro
Kabupaten Pangkep.
Konteks Tuturan:
Guru: Bagaimana hasil ujiannya?
(1)
Siswa: Kurang memuaskan Bu. (2)
Guru: Ka lau kamu semua mau
mendapa t nilai bagu s,
tingkatkan cara belajarnya,
ya ! pa st i nilai s emak in
meningkat dan lebih bagus
lagi. (3)
Berdasarkan data tersebut dapat
dikemukakan bahwa tuturan direktif
dalam bentuk perintah guru terhadap
siswa. Tuturan direktif guru yang
berwujud imperatif perintah tampak
pada data (3), yakni kalau kamu
semua mau mendapat nilai bagus,
tingkatkan cara belajarnya, ya! pasti
nilai semakin meningkat dan lebih
bagus lagi. Tuturan direktif perintah
tersebut muncul sebagai respons guru
terhadap siswa yang menanyakan nilai
ulangan hariannya. Dalam merespons
pe r t anyaan sis wa, gur u ju ga
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
me r esp o nsnya k embali deng an
me nggu naka n t inda k dir ekt if
memerintah. Implikasinya adalah guru
memerintah siswa untuk giat belajar
supaya dapat memperoleh nilai yang
maksimal.
Kekuasaan atau sikap dominatif
guru tampak pada penggunaan sapaan
kamu yang kur ang membang un
kesetaraan antara guru dan siswa serta
gu r u juga menjadi piha k ya ng
menguasai situasi atas masalah nilai
siswa. Dominasi tersebut merupakan
spekulasi untuk menutupi kesalahan
diri guru yang sebenarnya menjadi
salah satu penyebab kurangnya nilai
siswa. Rendahnya nilai sis wa
merupakan produk dan kinerja guru
yang kurang memadai. Berdasarkan
mas alah ini, gu r u just r u le bih
me neka nkan pad a siswa deng an
menyur u h me ning kat k an c ar a
belajarnya.
Konteks tuturan:
S is wa 1 :Ter ima kasih sa r an dan
pertanyaannya (4)
Guru :Iya, memang sehar usnya
dijelaskan satu-satu bagian
itu supaya semuanya tahu
namanya per bagian itu. Ingat
saran dan pertanyaan dijawab
semua ya, supaya saya tidak
perlu lagi menjelaskan ulang
(5).
Tuturan (5) tersebut merupakan
dir ektif per int ah anjuran. Hal ini
ditandai oleh penggunaan kata ingat
yang mengindikasikan bahwa guru
menganjurkan dan memberi peringatan kepada siswa agar menjelaskan
materi supaya semua jelas. Selain itu,
perintah guru mengindikasikan tujuan
gu r u yang ingin mer ingank an
bebannya sebagai pemberi penget ahuan dan menjelas kan mat e r i
penguatan.
2) Representasi Hegemoni dalam
Permintaan
Tuturan hegemoni guru yang
berwujud permintaan dalam interaksi
belajar mengajar tampak dialog gurusiswa seperti berikut ini.
Guru: Perhatikan semua! (6)
Siswa 1:Iya, Pak. (7)
S is wa
2 :Bag aima na
mau
memper hat ika n, yang lain
banyak ribut dan bercerita?
(8)
Guru: Kalian dengar tidak, bisakah
kalian perhatikan? (9)
Isi pembicaraan antara guru
dengan siswa sesuai dengan dialog
t er sebut adalah per mint aan gur u
kepada siswa. Dalam hal ini, guru
meminta kepada siswa agar memperhatikan materi dan penjelasan yang
disamp aika n o leh g ur u. Dalam
menyampaikan perintah ini, tentu guru
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
17
menggunakan kalimat perintah yang
tidak langsung yang implikasinya
menyuruh siswa untuk memperhatikan
penjelasan guru. Tuturan permintaan
guru tampak pada data ( 6), yakni
perhatikan semua. Tindak direktif ini
bermakna permintaan guru terhadap
siswa. Namun, dalam konteks tersebut
gur u memanfaat kan ot o r it as dan
kek uasa anya di kela s. P er int ah
perhatikan semua memiliki pengaruh
yang lebih kuat, keras, dan bertekanan
jika dibandingkan dengan perintah
mohon diperhatikan.
Dominasi guru di kelas tampak
pula pada tuturan kalian dengar tidak,
bis akah kal ian perh atik an ( 9 ) .
Ko nt eks
t ut ur an
ini
lebih
mendominasi dan menguasai konteks
pembelajaran sehingga siswa sebagai
peserta belajar akan menuruti dengan
cepat instruksi guru tersebut. Guru
benar-benar memanfaatkan kapasitasnya sebagai pengajar yang menganggap dirinya lebih berkuasa di kelas.
P er mint aan gur u t er hadap siswa
t er sebut kur ang humanis dengan
implikasi tut uran guru yang akan
me ngua sai semu a siswa deng an
menuruti kehendaknya.
Tindak direktif guru dengan
dominasi dan kekuasaannya dalam
pembelajaran tampak pula pada data
berikut ini.
Guru: As sala mu a laik um d an
selamat pagi semuanya! (10)
18
Guru:
Siswa:
Guru:
Siswa:
Siswa: Alaik um mussa lam.
Pagi Bapak (11)
Baga imana har i ini, ha dir
semua? (12)
Iya Pak.(13)
Ok, bagaimana tugasnya pada
pertemuan yang lalu? Semua
harus melaporkan jika tidak
mau mendapat hukuman (14)
Tu gas yang me nganalis is
unsur sastra kan Pak (15)
Pada konteks tuturan tindak
direktif guru (14), tampak implikasi
per mint aan guru ter hadap siswa.
Dalam mer ealisasikan permintaan
tersebut, guru menunjukkan dominasinya kepada siswa dengan intimidasi
dan ancaman bagi siswa yang tidak
menyelesaikan pekerjaannya. Pada
konteks ini pula menunjukkan bahwa
siswa seperti dalam tekanan guru yang
menimbulkan ketidakberdayaan bagi
siswa. Tuturan permintaan guru yang
demikian tentunya kurang humanis
sehingga terdapat jarak status antara
guru dengan siswa.
b. Representasi Hegemoni dalam
Tindak Asertif
Tindak asertif adalah tindak
t ut ur yang ber t ujuan menginfo rmasikan sesuatu kepada lawan bicara.
Tindak asertif ini cukup potencial
merepresentasikan kekuasaan guru.
Gejala ini terkait dengan karakteristik
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
wacana kelas sevagsebagai domain Hal ini tampak pada tuturan Masih
pendidikan dan pembelajaran.
ingat materi menulis laporan? (28).
Pertanyaan ini direspons oleh dua
1) Representasi Hegemoni dalam siswa secara bergantian. Namun,
respons dan jawaban siswa sepertinya
Menegaskan
P enggunaan aser t if deng an kurang akurat menurut guru. Hal ini
bentuk menegaskan dijumpai dalam memicu terjadinya kekuasaan guru
wacana k elas, t er masuk di S MP terhadap siswa. Dominasi guru tampak
Neg er i 1 Bu ngo r o Ka bupa t en pada penegasan konsep laporan yang
Pangkep. Perhatikan data tuturan telah dijelaskan oleh siswa. Dalam hal
ini, tampak kekuasaan guru yang
berikut ini!
Guru: Oh iya . Na h se kar a ng menganggap dirinya yang paling benar
perhatikan semua. Masih ingat dan sulit menerima dan mempercayai
materi menulis laporan? (28) pendapat siswa dengan pernyataan
sepertinya kalian belum memahami
Siswa:Ingat! (29)
Guru : Oke, siapa yang mau men- de ngan bai k te nta ng l apor an
jelaskan pengertian laporan! perjalanan (33).
Perhatikan pula kekuasaan guru
(30)
dalam
konteks menegaskan berikut
S is wa 1 :Lap o r an t er t ulis ha sil
ini!
pengamatan (31)
s ekar ang
semua
Siswa 2: Hasil pengamatan seperti Guru: Na h,
kelo
mpok
melaporkan
atau
perjalanan! (32)
membacakan di depan hasil
Guru : S eper t inya ka lian belum
diskusinya (34)
memahami dengan baik tentang
laporan perjalanan. Pengertian Siswa: Yang naik siapa Pak? (35)
ya ng benar ad alah bahwa Guru: Salah satu di antara kalian.
Kalian itu siswa yang pintar
laporan adalah sebuah tulisan
semua. Jadi, tidak perlu saling
yang menyajikan dan memaberharap dan menyuruh (36)
parkan hasil pengamatan secara
Siswa:
Iya
pak. (37)
rinci sesuai dengan yang terjadi
....
di lapangan (33)
Siswa: Karakteristik karangan
Konteks tuturan tersebut adalah des kr ip si s alah sat unya ada lah
guru mengajukan pertanyaan untuk mendeskripsikan suatu objek apa
menget a hui pema hama n siswa adanya (38).
terhadap materi menyusun laporan.
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
19
Siswa: Ok e, s aya set uju deng an
pendapat kelompok Anda (39).
Guru: Semua pendapat belum jelas
mengarah pada ciri-ciri atau
karakteristik deskripsi (40).
Konteks tuturan di atas termasuk
tuturan yang diungkapkan melalui
ka lima t pe r int ah, sehigga lebih
mengindikasikan makna pragmatik
imperatif perintah. Untuk membukt ikan secara past i bahwa tuturan
tersebut merupakan imperatif dengan
makna suruhan, maka pada kegiatan
bertutur yang sesungguhnya tampak
pada tuturan sekarang semua kelompok melaporkan atau membacakan di
de pan hasil diskus inya . Gu r u
menyur uh semua kelo mpo k agar
melaporkan hasil diskusinya. Namun,
saat itu ada indikasi yang ditemukan
gur u ba hwa t er nyat a r at a- r a t a
kelo mpo k t idak ber s edia t ampil
melaporkan pekerjaan kelompoknya.
Dengan buju kan gur u , ak hir nya
perwakilan kelompok juga menampilkan pekerjaan kelompoknya.
Pada saat selesai pembacaan
tugas kelompok, terjadi proses tanya
jawab atau diskusi tentang karangan
deskr ipsi. Ber dasar kan jawabanjawaban siswa t ent ang kar angan
deskr ipsi, sepertinya belum t epat
menurut pandangan guru. Hal ini yang
memicu berfungsinya guru sebagai
fas ilit at o r dan med ia p embe r i
20
info rmasi dan pengetahuan. Akan
tetapi, informasi yang diberikan oleh
guru sebagai penegasan atas jawaban
siswa merupakan hegemo ni yang
diperagakan oleh guru sebagai sosok
ya ng ber ku asa.
Gur u
ju ga
menampilkan dirinya sebagai sosok
yang serba tahu dan paling benar. Pada
hal, jawaban siswa tentang karangan
deskripsi sebelumnya, tidak terlalu
salah. Artinya, guru tidak memberikan
penilaian dan penghargaan sedikit pun
berdasarkan jawaban siswa.
2) Representasi Hegemoni dalam
Menunjukkan
Tindak asertif dengan bentuk
menunjukkan tampak dalam wacana
kelas. D aya ilo k usi bent uk ini
membuat lawan tutur memahami dan
mengetahui sesuatu sebagaimana
ditunjukkan oleh tuturan penutur.Daya
ilokusi ini, terutama tuturan guru
cenderung merepresentasikan kekuasaan. Perhatikan data berikut ini!
Guru: Sekarang perhatikan baik-baik
karya sastra itu! (41)
Siswa: Semuanya Pak? Banyaknya de
e (42)
Guru: Tidak banyak namanya itu,
hanya gambarnya yang besar.
Kalau kalian hayati gambar itu
sebenarnya bagus dipelajari
(43).
Guru: Na h, d idis kusikan deng an
t eman
s ebangkunya
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
kecenderungan gagasan yang
kir a- kir a melat ar be laka ngi
penciptaan karya itu? (44).
Siswa: (semua terdiam tanpa ada yang
menjela skan lat ar be laka ng
penciptaan karya sastra yang
ditampilkan guru (45)
Guru: Berarti tidak kalian tidak pernah
me mbac a bu kunya t ent a ng
karya sastra. Di situ ada penjelasan tentang latar belakang
penciptaan karya sastra (46).
P ad a da t a t er se but t amp ak
tuturan guru yang berwujud asertif
(46). Tindak asertif guru tersebu dipicu
oleh instruksi guru sebelumnya yang
menugasi siswa agar mendiskusikan
materi tentang yang melatarbelakangi
penciptaan karya sastra yang sedang
dibahas saat itu. Namun, hasil diskusi
siswa tidak menemukan jawaban
tentang latar belakang penciptaan
karya sastra yang diajarkan guru saat
itu. Tidak adanya jawaban siswa
tentang latar belakang karya sastra,
memicu guru terjadinya tindak asertif
guru yang menunjukkan dan menginformasikan bahwa latar belakang yang
dimaksud ada di buku pegangan siswa.
Pengalihan per hat ian dan sumber
jawaban tersebut mengindikasikan
terjadinya hegemoni dan kekuasaan
guru. Guru memperlihatkan kekuasaannya sebagai sosok pengarah yang
selalu diikuti oleh siswa.
P engalihan sumber jawaban
yang dilakukan oleh guru sebagaimana
tergambar dalam konteks t utur an
tersebut mengindikasikan bahwa guru
t id ak
ber up aya
member ik an
penjelasan berdasarkan kepakaran dan
pengetahuannya, justru mengalihkan
dan mengarahkan siswa untuk melihat
jawaban yang ada di buku. Hal ini
sebenarnya tidak perlu dilakukan oleh
guru di kelas jika melihat perannya
sebagai pusat dan pemberi informasi
atau pengetahuan. Tidak adanya upaya
guru menjelaskan sendiri, menimbulkan kekuasaanya di kelas dan
menganggap bahwa siswa adalah
o bjek yang mud ah diat ur d an
dipengaruhi.
Perhatikan data berikut ini!
Guru: Materi kita pada hari ini ialah
puisi lama dan puisi bar u.
Ke giat an
k it a
ialah
membedakan kedua jenis puisi
tersebut. Lihat di LKS. Apa
puisi lama dan baru? Siapa
yang tahu? (47)
Siswa : Puisi lama adalah puisi yang
t er ikat
o le h
po la
persajakan(48)
Siswa 2:Puisi lama kayaknya lebih
meno njo lkan
per sama an
sajaknya, itu yang baris-baris
akhirnya misalnya a a a a (49).
Guru: Ada jawaban yang lain? Ok
kalau tidak ada dengar kan
baik- ba ik penjelas an ibu
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
21
bahwa puisi lama adalah puisi c. Representasi Hegemoni dalam
yang terikat o leh pola perTindak Ekspresif
sajakan atau istilahnya adalah
Tidak ekspresif ternyata juga
rima, biasanya terdiri atas 4 merepresentasikan kekuasaan guru
baris tiap bait (50)
terhadap siswa. Tindak tutur ekspresif
merupakan bentuk tindak tutur yang
Ber dasa r kan dat a t e r sebut menyatakan apa yang dirasakan oleh
tampak kekuasaan atau hegemoni penutur. Tindak tutur ini, penutur
guru terhadap siswa. Kekuasaan guru mengekspresikan keadaan psikologis.
ditunjukkan dalam proses tanya jawab. Dalam interaksi belajar mengajar di
Gur u menunjukkan kkeuasaannya SMP Negeri 1 Bungoro Kabupaten
kepada siswa bahwa jawabannyalah P angkep, r epr esent asi hegemo ni
yang paling tepat serta mengabaikan diekspresikan dalam wujud kemapendapat dan jawaban siswa yang rahan guru. Hal ini tampak pada data
ses ungg uhnya
ju ga
memiliki berikut.
kebenaran. Namun, tidak ada upaya Siswa: ( Semua siswa r ibut dalam
guru dalam memberikan penghargaan
me laks anak an
d isku si
at a s ja waba n siswa kar e na g ur u
kelompok) (57).
memiliki tujuan, yakni menunjukkan Guru: Ko k r ibut s emua , ba gi
kep akar an/k ehebat an
ser t a
kelompok yang r ibut akan
menyampaikan pendapatnya yang
dikenakan pengurangan nilai.
dianggap benar sehingga siswa dapat
Tidak perlu ribut, kerja saja
meyakini kebehatan seorang guru. Hal
dengan t ena ng ber sa ma
ini tampak pada tuturan guru (50).
anggota kelompoknya masingBe r bed a se and ainya gu r u
masing (58).
terlebih dahulu memberi pujian dan Siswa: I ya P ak , ( s emua sis wa
penilaian terhadap jawaban siswa, lalu
mer espo ns g ur u deng an
guru melanjutkan jawaban dengan
kalimat penerimaan) (59)
tujuan penegasan, maka akan terhindar ....
da r i hegemo ni gur u. S elain it u,
tindakan pujian dan penghargaan akan
P ad a da t a t er se but t amp ak
menjaga jarak dan simpati siswa hegemoni guru dalam interaksi belajar
terhadap guru.
mengajar di SMP Negeri 1 Bungoro
Kabupaten Pangkep. Wujud hegemoni
tersebut direpresentasikan pada saat
guru memarahi siswa yang ribut. Guru
22
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
memanfaatkan kekuasaannya di kelas
dengan kemarahan yang berbuntut
pada hukuman dan acnaman kepada
siswa yang r ibut . P ad ahal, gu r u
semestinya memahami kondisi kelas
bahwa dalam berdiskusi, tidak bisa
lepas dari keributan karena siswa
saling berembuk dan menyatukan
pendapat.
Hegemoni guru terhadap siswa
tampakpula pada data berikut ini.
Guru: I bu ma u be r t a nya kepa da
kalian, mengapa tidak ada satu
pun yang menyetor tugas KD
3.1. Ibu kan sudah bilang,
tugasnya terakhir hari Senin,
tapi sampai sekarang belum
ada yang menyetor (60).
Siswa 1:
Ibu, katanya ket ua
kelas, tidak dikumpul karena
mau dibahas bersama di kelas.
(61).
Guru: Tapi, bagaimana mau dibahas,
waktu untuk materi itu sudah
selesai, masih banyk materi
yang perlu dipelajari (62)
....
Konteks tuturan tersebut adalah
guru bertanya kepada seluruh siswa
me ngenai p enye t o r a n t u gas KD
3.1.Dalam situasi ini, tak satu pun
siswa yang menyetor tugas sehingga
guru bertanya alasan sehingga siswa
tidak menyetor tugas.Dalam bertanya,
t a mpak gur u me nge kspr esik an
kemarahannya kepada siswa dengan
tidak ada yang mengumpulkan tugas
ses uai d engan wak t u ya ng t e lah
ditentukan.
Kemarahan guru kepada siswa
sesuai dengan konteks tuturan tersebut
terepresentasikan hegemoni kepada
siswa.Posisi guru pada saat itu adalah
penguas a ke las, sehingg a be bas
me namp ilka n ke kua saan unt uk
memarahi siswa.Kekuasaan guru pada
semua siswa tampak ketika menutupi
kesalahannya. Kesalahan guru tampak
ketika ditampik oleh pernyataan ketua
kelas bahwa guru pernah menyatakan
bahwa tugas tidak perlu dikumpulkan
karena akan dibahas bersama di kelas.
Namun, kenyataanya adalah guru tetap
be r t ahan p ada ins t r uk si d an
kemarahannya yang mengndikasikan
bahwa guru adalah sang otoriter dan
pe ngua sa d i ke las t anpa mau
menerima saran dari siswa.
Tuturan guru yang dituturkan
dengan disertai oleh ekspresi dan nada
tinggi (menekan, menegur, memarahi)
dalam int er aksi belajar mengajar
tampak ketika guru mengeluarkan
perintah dna teguran dnegan nada
tinggi sebagaiman konteks tuturan
berikut ini.
Guru: Harap diperhatikan (63)
Siswa 1: Iya Bapak (64)
S iswa 2: B agaimana ma u me mper hat ikan Pak, yang lain
banyak ribut dan bercerita (65)
Guru: Jawaban kalian itu sebenarnya
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
23
membingungkan semua. Lain
ditanyakan lain jawabannya.
Kalian dengar tidak, kalian
kir a ba pak t ida k ca pek
ngomong terus (66).
jawaban yang sebenarnya. Akan tetapi,
pe maha man gur u se baga i ya ng
berkuasa di kelas sehingga kemarahan
itu menjadi sesuatu yang biasa dan
sering dilontarkan kepada siswa.
S it uasi pembica r aan ses uai
dengan konteks tuturan tersebut
adalah menegangkan dengan disertai
kemar ahan gur u. Guru mengekspresikan kemarahannya kepada siswa
yang tidak mamu memper hat ikan
penjelasan guru. Dalam mengekspresikan kemarahan tersebut tersirat
makna pragmatis menyalahkan. Hal
yang disalahkan oleh guru adalah
semua jawaban siswa yang t idak
sesuai dengan permintaan soal. Hal ini
tampak pada tuturan jawaban kalian
it u se bena r nya membing ungk an
se mua. Lain dit anyaka n la in
jawabannya. Jadi, kemarahan guru
dip icu o leh ket idak bena r an dan
ketidakjelasan jawaban siswa yang
justru membingungkan bagi guru.
Kemarahan guru sesuai dengan
ko nt eks
t er sebu t
me r upa kan
representasi dari kekuasannya sebagai
guru di kelas. Guru tampak lebih
mengutamakan hak dan kekuasaanya
untuk memarahi siswa dan tidak ada
upaya untuk memperbaiki kesalahan
jawaban dari siswa. Sebaiknya, guru
tetap memberikan penghargaan dan
penilaian terhadap jawaban siswa,
walaupun hal itu kurang sesuai dengan
1. Representasi Fungsi Hegemoni
Tin d ak Tu t u r Gu ru p ad a
Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Bungoro
Kabupaten Pangkep
24
Representasi fungsi hegemoni
adalah suatu tujuan dan keinginan guru
dalam mer ep r ese nt as ikan t ut r an
sebagai bent uk preventif (pencegahan), suportif (pendorong), dan
ko rektif (perbaikan).Repr esentasi
fungsi hegemoni di SMP Negeri 1
Bungoro Kabupaten Pangkep yang
ditemukan terdiri atas bentuk preventif
(pencegahan), suportif (pendorong),
dan korektif (perbaikan).
a. Preventif (Pencegahan)
Wacana kelas merupakan domain pembelajaran yang dirancang
dan dilaksanakan untuk mencapai
sejumlah tujuan, baik tujuan yang
terkait dengan aspek kognitif, afektif,
dan psikomotor.Banyak terkait dengan
pencapaian tujuan tersebut. Salah satu
di ant ar a nya ad alah p enggunaan
kekuasaa n dalam pr o ses pembelajar an. Kekuasaan adalah suat u
potensi yang dimiliki oleh seseorang
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
unt uk memp enga r uhi pikir a n,
perasaan, dan perilaku orang lain.
Dalam interaksi kelas di SMP
Neg er i 1 Bu ngo r o Ka bupa t en
Pangkep, ditemukan fungsi hegemoni
sebagai bent uk pr event if at au
pencegahan sebagaimana tampak pada
data berikut ini.
Guru: Me nur u t
ka lia n,
a pa
perbedaan kalimat pertama
dengan kalimat utama (67)
Siswa 1:
Ka lau saya P a k,
bedaki. (68)
Guru:
Ya, jelas beda (69)
Siswa 2:
Kalau saya Pak, kita
lihat dulu pengertian kalimat
secara umum. Kalimat adalah
gabungan beberapa kata,frase,
klausa.... (70)
Guru: Tidak perlu berteori panjang
lebar dulu. Langsung saja
dijelaskan perbedaan kalimat
utama apa, kalimat utama apa.
Supaya jelas, dan yang lain
temannya bisa tahu juga (71).
Konteks pembicaraan tersebut
adalah pembahasan tentang penentuan
ide pokok paragraf.Untuk menentukan
ide po ko k pa r agr af, t ent u har us
dipahami terlebih dahulu tent ang
kalimat utama dan kalimat pertamaa
ser t a ka limat penje las. P ada s aat
pembaasan itu, muncul pertanyaan
guru tentang perbedaan kalimat utama
dan kalimat pertama.Pertanyaan ini
dir espo ns o leh sisw a 2 deng an
menjawab perbedaan kalimat utama
dan kalimat pertama.Namun, sebelum
siswa menjawab per beda annya,
t e r lebih d ahulu diawali o leh
penjelasan tentang kalimat secara
umum.
P e njelasan sis wa t ent a ng
kalimat sec ar a umum unt uk
mengawali perbedaan kalimat utama
dan kalimat pertama. Ditanggapi oleh
gu r u s ebag ai u paya me nceg ah
t er jadinya bias pemahaman d an
per luasan ko nten tentang kalimat
utama dan kalimat pertama. Padahal,
proses yang dilakukan oleh siswa
unt uk menjawab pertanyaan guru
sangat bagus.Akan tetapi, hegemoni
dan kekuasaan guru menjadi kebijakan
yang tidak bisa dibantah oleh siswa,
akhirnya siswa menjawab pertanyaan
tanpa berteori dan langsung pada
pokok pertanyaan.
P ada kont eks lain, ter dapat
he gemo ni g ur u t er adap sis wa
sebagaimana tampak pada data berikut
ini.
Guru: Pada waktu mengikuti pelajaran
ini,
he ndak nya
kalian
mengiku t i a t ur a n- at ur t a n.
Tentunya ada penilaian yang
namanya penilaian pr o ses.
Ja di, yang t id ak mempe rhatikan tentunya tidak akan
diberi nilai. Bahkan kalau perlu
ada pengurangan nilai (72)
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
25
Siswa 1: (seluruh siswa mendengarkan dilaksanakan diskusi kelas. Dalam
dengan tekun) (73)
ko nt ek s it u, g ur u mempunyai
kekuasaan untuk mengarahkan agar
Dalam kutipan tersebut tampak dis kusi
yang
dilaks anak an
seorang guru menyampaikan aturan ber langsung secar a efekt if. Oleh
penilaian yang akan dilaksanakan pada karena itu, tuturan guru tersebut telah
pert emuan saat it u. Penyampaian memfungsikan kekuasaannya untuk
aturan itu merupakan upaya guru mencegah terjadinya ketidakefektifan
untuk mencegah agar siswa tidak diskusi dengan car a member ikan
berperilaku menyimpang atau tidak pengarahan tentang hal yang harus
mengikuti pembelajaran dengan baik. dilakukan siswa ketika berdiskusi.
Penyampaian aturan itu merupakan
instrumen hegemoni bagi guru agar b. Korektif (Perbaikan)
sis wa t idak ber per ilaku ko nt r a
Fu ngsi kek uas aan adalah
produktif ketika pembelajaran sedang sebagai tindakan korektif. Fungsi ini
berlangsung.
mengacu pada upaya memperbaiki
Guru: Baiklah, pada hari ini kita akan proses pembelajaran, mendisiplinkan
melakuk an d isku si. Ada siswa yang tidak patuh pada aturan,
beberapa hal yang harus kalian dan sebagainya. Bia sanya gu r u
per hat ikan
sebe lum menggunakan fungsi kekuasana ini
melaksa naka n
diskus i. setelah siswa memilih menghindari
Ke lo mp o k yang t amp il pengar uh kepada mer eka dengan
mas ing- masing
s ilak an mengesa mpingkan at u r an dan
memperkenalkan anggotanya prosedur.Perilaku siswa yang tidak
sambil menyebutkan nomor sesuai memicu sikap gur u unt uk
ur ut a bsennya. Yang la in menolak, memberikan hukuman, dan
tolong perhatikan baik dan mengingatkan untuk membetulkan
t o lo ng
memper s iapk an kembali.
per t anyaan deng an baik
Berikut ini data hegemoni guru
t er hada p ma kala h ya ng t e r had ap s iswa dalam k o nt e ks
disajikan (74)
perbaikan perilaku siswa yang tidak
Siswa: ....
ses uai deng an a t ur a n da lam
pembelajaran.
Berdasarkan kutipan tersebut Guru: Ibu dengan lapor an bahwa
tampak bahwa guru sedang memternyata ada beberapa siswa
ber ikan pengar a han sebe lum
yang tidak mengerjakan tugas
26
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
yang ibu be r ika n t a di.
Walaupun saya tidak ada di
kelas, kalian t et ap har us
kerjakan dengan baik tugas itu.
Bahkan ada yang keluar masuk
kelas. Jadi, terpaksa ibu akan
berikan sanksi yang lebih berat
nanti. Jadi, lain kali jangan ada
yang begitu lagi ya! (75)
S iswa: ( t e r dia m me ndengar k an
ceramah gur u yang sedang
marah) (76)
Berdasarkan konteks tuturan
t er sebut , tampak hegemo ni gur u
dengan dir epr esentasikan sebagai
fungsi korektif. Cara yang dilakukan
dalam negoreksi agar siswa tidak lagi
mengula ngi keja dian yang sa ma
adalah memberikan sanksi/hukuman.
Hegemoni guru yang tampak
sesuia dengan konteks tuturan tersebut
adalah kekuasaan terhadap siswa.
Dalam hal ini, guru sebagai penguasa
dan siswa sebagai objek yang dikuasai
sehingga muncul kebebasan guru
meninggalkan kelas saat pembelajaran. Bagi siswa yang ditinggalkan
dengan titipan tugas-tugas, juga punya
hak untuk keluar dan bahkan tidak
mengerjakn tugas karena guru yang
diharapkan memebr ikan tunt unan
dalam mengerjakan tugas tidak ada.
Bo leh saja , siswa yang t id ak
mengerjakan tugas tahu cara kerjanya
sehingga wajar jika tidak mengerjakan
dan keluar kelas. Namun, kondisi ini
tidak berterima bagi guru. Guru justru
memarahi siswa dengan sanksi tugas
yang berat sebagai bentuk pelajaran
dna koreksi diri siswa agar tidak
mengulangi tindakan tersebut.
Guru: Bagi kelompok penyaji jangan
dulu disimpulkan satu per satu
jawaban atas pertanyaan yang
ada. Akan lebih bagus jika
na nt i seka ligu s di akhir
presentasi baru disimpulkan
semua (77)
Siswa ( penyaji): Maksudnya Ibu,
supaya setiap pertanyaan, jelas
jawabannya (78)
Guru: Masalahnya waktu, supaya
kelompok lain bisa tampil juga
(79)
Ko nt ek s t u t ur a n t e r sebut
pelaksanaan diskusi kelompok.Dalam
menyajikan materi diskusi, tampak
penyaji menerapkan strategi diskusi
dengan menyimpulkan satu per satu
setiap jawaban pertanyaan.Hal ini
memang merupakan sesuatu yang
tepat agar setiap masalah memiliki
jawaban yang past i, ser t a t ujuan
penyimpulan tersebut adalah sebagai
penguatan setiap jawaban masalah.
Strategi diskusi yang diterapkan
oleh siswa dianggap kurang efektif
oleh gur u.Menurut gur u, str ategi
diskusi dengan menyimpulkan setiap
per t anya an adalah kur ang t epat ,
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
27
seharusnya penyimpulan dilakukan
sebelum presentasi ditutup.Baik guru
maupun siswa sesuai dengan konteks
tersebut pada dasarnya benar.Akan
tetapi, siswa lebih dominan banyak
memiliki unsur kebenar an dibandingkan guru.Namun, sebagai guru
yang penuh kuasa di kelas, semua
aturan pembelajaran ditetapkan oleh
guru.Hegemoni guru demikian yang
mengoreksi strategi siswa dianggap
kurang humanis.Sebab, guru tidak
mau menerima kreativitas siswa walau
hal itu benar, dan semuanya harus yang
sesuai dengan keinginan guru.
V. Simpulan
pe mega ng k ekua saa n di kelas
menggunakan tiga jenis tindak asertif,
yaitu menegaskan, menunjukkan,
mempertahankan. Penggunaan tindak
ase r t if ini menunju kkan sifat
kekuasaan yang dominatif terhadap
siswa. Tindak ekspr esif dir epr esentasikan dalam bentuk kemarahan
guru yang juga memiliki kadar retriksi
yang t inggi sehingg a be r sifat
dominatif. (2) Fungsi hegemoni tindak
tutur guru pada pembelajaran bahasa
Indonesia di SMP Negeri 1 Bungoro
Kabupaten Pangkep direpresentasikan
dalam tindak preventif dan korektif.
Terkait dengan tindakan preventif,
heg emo ni difung sika n
unt uk
mencegah pelanggaran aturan dalam
pembela jar a n. Adapu n t indak an
korektif, hegemoni difungsikan untuk
memperbaiki tindakan siswa, perilaku
siswa dalam belajar, dan cara kerja
siswa di dalam mengerjakan tugas.
Berdasarkan penyajian uraian
sebelumnya, dis impu lkan has il
penelitian ini sebagai berikut: (1)
Hegemoni dalam bertindak tutur guru
pada pembelajaran bahasa Indonesia
di SMP Negeri 1 Bungoro Kabupaten
Pangkep direpr esent asikan dalam
tindak direktif, asertif, dan ekspresif.
DAFTAR RUJUKAN
Representasi hegemoni dalam tindak
dir ekt if, gur u sebagai pemegang Alwasilah, Chaedar. 1993. Pengantar
Sosiologi Bahasa. Bandung :
kekuasaan di kelas menggunakan lima
Angkasa.
jenis direktif, yaitu perintah, permintaan, larangan, persilaan, pertanyaan, Arman. 1997. “Analisis Implikatur
Percakapan Bahasa Indonesia
dan penolakan. Penggunaan tindak
Penggalan Percakapan Harian
t ut u r t er se but memp unyai k adar
Jaw a P o s. ”Te sis P r o gr am
retriksi tinggi sehingga cenderung
Pascasarjana Universitas Hasamerepresentasikan kekuasaan yang
nuddin.
dominatif. Representasi hegemoni
dalam tindak asertif, guru sebagai
28
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
Aust in, J. L 196 2. P er fo r mat ive
Utterances.dalam Martinich, A.
P. (Ed), The Philosophy of Language (halaman 130-139). New
York: Oxford University Press.
Biklen and Bogdan, R.C., S.K. 1982.
Qualitative Research for Education, An Intro-duction toTheory
and Methods. Boston: Allyn and
Bacon.
Bro wn, G. , & YuleGeorge. 2006.
A na lisis Wacana . Dit e rje mahk an o leh S o e t ikno .
Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Chaer, Abdul dan Agustina Leonie.
1995. Sosiolinguistik (Perkenalan Awal). Jakarta: Rineka
Cipta.
Dep dikbud . 2005 . Kam us B e sar
B ah asa I ndo nesi a. ( E disi
Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka.
Eriyanto. 2003. Analisis Wacana.
Yogyakarta: LKIS.
Fairclough, Norman. 1998. Critical
Discourse Analysis. London:
Longman.
I br ahim, A. S . 1994 . Pa ndu an
Penelitian Etnografi Komunik asi. S u r aba ya: Usa ha
Nasional.
Ibrahim, A. S. 1996. “Bentuk Direktif:
Ka jian E t no gr a fi Ko munikasi”.Disertasi. Tidak Diterbitkan. Surabaya: Universitas
Airlangga.
Jumadi. 2005. Representasi Kekuasaan dalam Wacana Kelas.
Jakarta: Depdiknas.
Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-prinsip
Pragmatik. Terjemahan M.D.D.
OKA. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Louise, Cummings. 2007. Pragmatik
Seb uah
Pers pekt if
Multidisipliner. Jakarta: Pustaka
Belajar.
Mey, J.L. 1996. Pragmatics an Introduction. New York: Blackwell
Oxfo r d UK and Cambr idge
USA.
Miles, M. B. & Huberman, A. M.
1992.Qualitative Data Analysis.
Dit er jemahkan o leh T jet jep
Rohendi R, 1992. Jakarta: Universitas Indonesia.
Moelio no , Anto n Mo edar t o E ds.
2005.Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia.Jakarta: Depdikbud.
Moleong, L. J. 2001. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Rahardi, R. Kunjana. 2000. Imperatif
da lam B aha sa I ndo nesi a.
Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Ridwan, H.T.A. 1998. “Pokok-pokok
Pikiran mengenai Peran Bahasa
dalam Kehidupan Bermasyarakat , Ber bangsa, dan Ber negara.”Makalah Kongres Bahasa
Indonesia VII Jakarta: Depdiknas.
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
29
Santoso, K. B 1990. Problematika
(hlm. 59-82). New York: Academic Press.
B a hasa I nd ones ia ( Sebu ah
A n alis is P rak tis B aha sa Thansoulas, Dimitros. 2001. LanBaku).Jakarta: Rineka Cipta.
guage and Power in Education.
Oxfor d: Oxfo rd Universit y
Searle, J.R. 1976.Indirect Speech
Pres
Acts.Dalam Peter Cole dan Jerry
L. Morgan. (Eds). Syntax and
Semantic Volume 3 Speech Acts
30
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
SEMINAR INTERNASIONAL
Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya
31
Download