BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah telah mencatat bahwa bangsa Indonesia telah mengenal laut sebagai sarana transportasi pelayaran, selain itu Indonesia juga kaya akan sumber daya daratan maupun lautan. Indonesia memiliki potensi kelautan yang sangat besar dan beragam, yakni memiliki 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km dan 5,8 juta km2 laut atau sebesar 70 persen dari luas total Indonesia. Potensi tersebut tercermin dengan besarnya keanekaragaman hayati, potensi budidaya perikanan pantai dan laut serta wisata bahari. Sumberdaya ikan yang begitu bayak di perairan Indonesia merupakan modal dasar pembangunan nasional yang sangat penting artinya. Dalam mencapai tujuan pembangunan nasional berdasarkan wawasan nusantara itu maka bidang perikanan harus mampu ikut serta mewujudkan kekuatan ekonomi sebagai upaya meningkatkan ketahanan nasional. Dengan tersedianya potensi sumber daya perikanan di laut, maka dalam pengeksploitasiannya diperlukan berbagai cara yang akan berbeda sesuai dengan tujuan usahanya. Hal ini berhubungan erat sekali dengan pengetahuan dan keterampilan manusia terhadap alat-alat dan perlengkapan penangkapan ( Ayodhyoa,1975). Negara Indonesia memiliki banyak alat tangkap baik untuk ikan, udang maupun biota laut lainya. Untuk mengekploitasi sumber daya perikanan digunakan bermacam-macam alat tangkap yang besifat tradisional oleh nelayan Indonesia, juga alat tangkap modern yang merupakan alat tangkap lebih produktif dan efisien. Dari sekian banyak alat tangkap di Indonesia, alat tangkap purse seine merupakan alat tangkap yang sangat dikenal di kalangan nelayan Indonesia karena pengoperasianya sangat mudah dan hasil tangkapannya banyak terutama untuk menangkap ikan-ikan pelagic (Farid A,1989). Adapun cara penangkapan ikan 1 dengan menggunakan alat penangkapan ikan pukat cincin (purse seine) yang dilakukan oleh nelayan indonesia masih tergolong sederhana dan belum didukung oleh alat-alat penangkapan yang memadai sehingga demi mengantisipasi tuntutan ketersediaan tenaga kerja yang berkopetensi dan berprofesional khususnya dibidang kelautan (penangkapan ikan) agar pemanfaatan sumber daya perikanan (ikan) bisa lebih optimal, lulusan yang berdaya saing tinggi merupakan suatu tuntutan dunia profesi yang tidak dapat dihindari karena kompetensi tenaga kerja selalu berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu pengatahuan dan teknologi secara global. Salah satu strategi yang dilaksanakan oleh akademik bagi setiap mahasiswa Diploma 4 Agribisnis Pertanian Kerjasama antara Pusat Pengembangan Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Pertanian Cianjur dengan Politeknik Negeri Jember melaksanakan magang di Industri (kegiatan praktek melaut), merupakan salah satu cara demi memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang sesuai dengan permintaan kebutuhan tenaga kerja yang berprofesional. B. Tujuan Magang di industri adalah salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan professional yang memadukan secara sistematis dan sinkron antara program kampus dan penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kerja langsung di dunia kerja, untuk mencapai keahlian yang professional. Pada dasarnya, tujuan magang industri adalah sebagai berikut : 1. Dapat memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menjadi tenaga kerja yang terampil, produktif dan berstandar mutu Internasional sesuai dengan tuntutan dunia kerja. 2. Dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh selama kuliah di tahun pertama. 3. Dapat mengetahui metode dan teknik pengoperasian alat tangkap Purse seine atau pukat cicin. 4. Dapat mengetahui jenis-jenis ikan yang ditangkap pada alat tangkap purse seine dan juga cara-cara penanganan ikan di atas kapal dengan baik. 5. Memperoleh pengalaman yang riil di lapangan industri. 2 6. Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian profesional yaitu tenaga kerja yang memiliki tingkat pengetahuan, keterampilan dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja. C. Sasaran Adapun sasaran yang didapatkan dalam melaksanakan magang industri ini adalah : 1. Dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh selama kuliah pada tahun pertama. 2. Meningkatkan efesiensi profesi pendidikan dan penelitian tenaga kerja yang berkualitas dan professional. 3. Meningkatkan status dan kepribadian mahasiswa, sehingga mampu berorientasi, serta memiliki rasa tanggung jawab serta disiplin yang tinggi. 4. Mempunyai pengalaman dalam kegiatan produksi di industri yang relevan. 5. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menjadi tenaga kerja yang terampil dan produktif sesuai dengan ketentuan dunia kerja. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Unit Penangkapan 1. Kapal Penagkapan Ikan Semua kegiatan yang berhubungan dengan perairan apalagi jika berbicara tentang penangkapan ikan pastilah sangat membutuhkan alat transportasi dan alat penampung hasil penangkapan. Oleh karena itu semenjak zaman dahulu melalui proses perkembangan yang sangat panjang terciptalah alat transportasi yang kita kenal sekarang yaitu Kapal. Kapal adalah setiap jenis kendaraan air, termasuk berat kapal tanpa berat benam ( berat tanpa muatan/ berat bersih) dan pesawat terbang laut yang digunakan sebagai sarana pengangkutan di air. (P2TL,1972). Kapal pukat cincin (purse seine) biasanya di sebut purse seiner. Pukat cincin dapat dioperasikan dengan satu kapal atau dua kapal. Salah satu kapal harus mempunyai olah gerak yang baik dan cepat, karena kecepatan kapal melingkarkan jaring pada gerombolan ikan sangat menentukan keberhasilan penangkapan ikan. Kapal juga harus dilengkapi dengan palkah yang mempunyai kapasitas yang cukup untuk menyimpan hasil tangkapan selama operasi penangkapan berlangsung. Kapal pukat cincin harus mampu bergerak cepat terutama pada saat mengejar gerombolan ikan dan pada saat proses pelingkaran jaring, untuk itu mesin penggeraknya harus mempunyai daya atau tenaga dorong yang kuat. Selain itu stabilitas kapal pukat cincin harus mantap karena pada saat operasi berlangsung kapal akan menerima beban ke samping yang menyebabkan kapal miring dan keadaan itu sangat berbahaya apabila laut berombak besar. Untuk mendapatkan stabilitas kapal yang cukup baik pada kapal pukat cincin, perlu diperhatikan lebar kapal yang cukup besar dan tinggi kapal yang tidak terlalu tinggi.(Ditjen Perikanan,1992). 4 2. Alat Tangkap Purse Seine Purse seine dalam statistic perikanan Indonesia disebut dengan pukat cincin. Disebut pukat cincin karena pada bagian bawah dipasangi cincin (ring) yang berguna untuk mengerutkan bagian bawah jaring sehingga terbentuk kantong. Ada pula yang menyebutkan purse seine dengan sebutan jaring kantong. Alat ini di operasikan dengan cara melingkari kawanan ikan, sehingga disebut dengan jaring lingkar. Alat ini digunakan untuk menangkap ikan pelagis, baik pelagis kecil maupun pelagis yang besar. Prinsip penangkapan purse seine adalah dengan cara melingkari gerombolan ikan hingga terkurung oleh lingkaran dinding jaring. Agar ikan yang telah terkurung tidak lolos dari perangkap pukat, maka tali ris bawah (yang dilengkapi dengan sejumlah cincin) dikuncupkan dengan tali kerut (purse line), sehingga purse seine membentuk seperti tangguk. Kemudian ikan yang telah tertangkap dinaikkan ke atas kapal sebagai ikan hasil tangkapan. Subani dan H.R Barus (1989), mengatakan purse seine pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh Balai Penelitian Perikanan Laut pada tahun 1970, yaitu dengan cara melakukan kerja sama dengan pengusaha di Batang Jawa Tengah yang selanjutnya diaplikasikan di Muncar Jawa Timur pada tahun 1973 dan 1974. Kalangan masyarakat nelayan tradisional di Indonesia telah lama mengenal purse seine atau sejenisnya (bentuk dan pengoprasiannya) dengan nama berbeda-beda seperti pukat langga (di wilayah Nanggroe Aceh Darussalam), Pukat langgar (di Sumatra Utara), Goma giob (di Sulawesi Utara dan Maluku), dan Gae (di Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan). Keberhasilan operasi penangkan ikan dengan pukat cincin ditentukan oleh desain alat tangkapnya. Berdasarkan prisip alat tangkap ikan purse seine, maka pembuatan jaring harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang dijadikan dasar pembuatan desain, antara lain sebagai berikut : a. Jaring harus cukup panjang sehingga mampu melingkari gerombolan ikan/ sasaran penangkapan. Panjang jaring haruslah lebih dari 15 kali panjang kapal dan panjang kantong jaring minimal sama panjang dengan panjang kapal. 5 b. Jaring harus mempunyai kedalaman yang cukup besar agar ikan/ sasaran yang meloloskan diri secara vertical ke bawah dapat terhambat oleh jaring. c. Mata jaring harus cukup lebar untuk mengurangi berat tahan jaring tetapi juga cukup sempit agar ikan terjerat/ terpuntal pada jaring. Pada bagian kantong mempunyai ukuran lebih kecil dari pada bagian jaring lainnya. d. Jaring dilengkapi dengan pelampung yang cukup untuk mendukung berat jaring, termasuk berat ikan yang tertangkap pada bagian kantong. Tetapi jumlah pemberat harus sesedikit mungkin dan cukup untuk menciptakan kecepatan tenggelam. Pemberat purse seine rata-rata 0,8 kg/meter dan daya apung minimal 2x jumlah pemberat (termasuk daya tenggelam bagian lainya). Ayodhyoa (1985), mengatakan bahwa ikan-ikan pelagis umumnya membentuk gerombolan (schoal) serta berada dekat permukaan air. Ikan-ikan tertangkap purse seine karena gerombolan ikan tersebut dikurung oleh jaring sehingga pergerakanya terhalang oleh jaring dari dua arah, baik pergerakan ke samping (horizontal) maupun ke arah vertical. Purse seine merupakan alat tangkap berbentuk jaring yang dilingkari dengan kapal yang berkecapatan tinggi. Di bagian bawah jaring terdapat beberapa cincin untuk lintasan tali kerut. Tali kerut ditarik agar terbentuk kantong di tengah atau disalah satu ujung jaring. Pada umumnya jaring terdiri dari tiga bagian : sayap, badan, kantong. Nasution (1978), mengatakan purse seine termasuk alat tangkap yang khusus untuk menangkap ikan-ikan pelagis baik yang hidup di perairan pantai maupun lepas pantai. Purse seine dapat menangkap ikan dengan segala ukuran, mulai dari ikan-ikan kecil sampai ikan-ikan besar tergantung pada mata jaring yang digunakan. Semakin kecil ukuran mata jaring yang digunakan maka semakin kecil ikan yang tertangkap. Nasution (1995), mengatakan bahwa bagian-bagian utama dari purse seine adalah sebagai berikut : 6 1) Jaring utama Ukuran mata jaring pada tiap-tiap bagian purse seine berbedabeda, dan ada pula yang sama. Bagian yang mempunyai ukuran yang sama terdapat pada bagian sayap dengan ukuran mata jaring yang besar. Sementara itu pada bagian kantong ukuran matanya kecil, karena pada bagian ini merupakan tempat berkumpulnya ikan yang tertangkap sebelum ikan diangkat ke permukaan. Pada umumnya ukuran benang yang digunakan adalah kebalikan dari mata jaring. Semakin kecil ukuran mata jaring maka ukuran benangnya semakin besar, begitu sebaliknya. 2) Selvedge Pada tali ris atas maupun tali ris bawah, selvedge merupakan mata jaring penguat yang dipasang untuk melindungi bagian pinggir dari jaring utama agar tidak mudah robek pada saat operasi penangkapan berlangsung. Pada umumnya ukuran mata jaring pada selvedge dua kali lebih besar dibandingkan pada jaring utama. Sedangkan untuk ukuran mata benangnya tiga sampai empat kali lebih besar dari ukuran mata jaring utama. Bahan yang digunakan adalah Poly Ethylene (PE) atau nylon (PA). 3) Tali Ris Tali ris terdiri dari ris atas dan ris bawah. Tali ris atas untuk pelampung dan tali ris bawah untuk pemberat. Tali ris atas maupun bawah menggunakan tali yang arah pintalnya berlawanan yaitu pintalan kiri dan pintalan kanan. Hal ini gunanya untuk mencegah agar jaring tidak mudah terbelit atau melintir. 4) Pelampung Pelampung berguna untuk memberi daya apung pada alat tangkap agar alat tangkap tersebut dapat berdiri tegak waktu dioperasikan di dalam air. Pelampung terbuat dari bahan sintetis yang mempunyai berat jenis lebih kecil dari berat jenis air laut. Pelampung dipasang dengan menggunakan tali yang bahan maupun ukurannya disesuaikan dengan tali risnya. 7 5) Pemberat Pemberat berguna untuk memberikan daya tenggelam pada alat tangkap dan agar jaring dapat terbentang sempurna. Pemberat dipasang dengan mengguanakan tali pemberat. Pemberat ini dibuat dari bahan yang tidak mudah berkarat, murah dan bahannya mudah didapat, misalnya timah hitam. 6) Cincin Cincin terbuat dari kuningan atau besi yang anti karat. Alat ini berguna untuk jalanya tali kolor waktu ditarik sehingga jaring membentuk kantong. Untuk memasang ring diperlukan tali ring. 7) Tali ring Tali ring adalah tali penghubung antara cincin dengan tali ris bawah. Tali ring terbuat dari bahan yang sama dengan tali ris atas dan tali ris bawah. 8) Tali kerut/ Tali kolor Untuk menutup bagian bawah jaring pada waktu dioperasikan digunakan tali kerut/ tali kolor untuk dilewatkan pada lobang cincin. Dengan ditariknya tali kerut ini maka ring akan berkumpul sehingga akan membentuk sebuah kantong. Bahan tali kerut biasanya dipilih tali yang permukaannya licin, kaku dan tinggi kekuatannya. 3. Alat bantu penangkapan ikan pada kapal purse seine Dalam pelaksanaan magang operasi penangkapan ikan diperlukan alat bantu penangkapan untuk mempermudah dan memperlancar jalannya operasi penangkapan ikan. Adapun alat bantu penangkapan yang dimaksud sebagai berikut: a. Rumpon Rumpon adalah alat bantu penangkapan yang fungsinya untuk mengumpulkan ikan pada suatu tempat. Dengan berkumpulnya ikan pada rumpon tersebut memudahkan nelayan untuk melakukan penangkapan dan 8 kemungkinan keberhasilan suatu operasi akan semakin besar (Subani dan Barus,1988). Ada beberapa prediksi mengapa ikan senang berada disekitar rumpon : 1) Rumpon tempat berkumpulnya plankton dan ikan-ikan kecil lainnya sehingga memudahkan ikan-ikan yang lebih besar untuk tujuan mencari makan. 2) Merupakan salah satu tingkah laku dari berbagai jenis ikan untuk berkelompok di sekitar kayu terapung (jenis ikan tongkol ikan cakalang). dan Dengan demikian tingkah laku ikan ini dimanfaatkan untuk tujuan penangkapan. Kepadatan gerombolan ikan pada rumpon dapat diketahui oleh nelayan berdasarkan buih atau gelembung-gelembung udara yang timbul di permukaan air, warna air yang gelap karena pengaruh gerombolan ikan atau banyaknya ikan-ikan kecil yang bergerak disekitar rumpon (Monitja,1993). b. Fish Finder Fish finder adalah alat untuk mengetahui kedalaman perairan, mengetahui gerombolan ikan, mengetahui bentuk dan kondisi di dasar perairan. Dengan diketahuinya kedalaman perairan maka dapat ditentukan warp yang harus dikeluarkan dari winch purse seine (area), dan dapat melihat topografi dasar perairan diantaranya : berlumpur, berpasir, berbatu keras, dasar terdapat banyak sea weed, bergunung-gunung karang atau dasar rata berkarang keras. Fish finder merupakan salah satu alat bantu penangkapan yang sangat dibutuhkan pada saat survey pada rumpon dan selama operasi penangkapan. Hal ini disebabkan karena fish finder dapat memberikan informasi pada nahkoda antara lain mengenai keberadaan ikan yang menjadi tujuan penangkapan, plankton dan kedalaman perairan di daerah tersebut. 9 c. Global Position System (GPS) GPS adalah alat untuk menentukan posisi kapal di laut dan merupakan hasil perhitungan satelit. Alat ini juga sangat membantu dalam operasional di atas kapal terutama ketika kapal sedang mengadakan operasi penangkapan jauh dari pantai atau pulau. d. Purse Line Winch/ Tali Kolor Purse Line Winch atau tali kolor ini digunakan untuk menarik tali kerut dan menggulungnya pada purse line drum. Ukuran kecepatan menggulungnya dan kekuatan tarik purse line winch harus sesuai dengan bentuk dan besarnya winch roller terhadap purse line yang umumnya berkapasitas 6 ton dan digerakkan dengan hidrolik. Tali kolor harus terbuat dari bahan yang tahan gesekan dan memiliki breaking strength yang baik. e. Power Block Fungsi Power Block adalah alat untuk menarik jaring purse seine dari dalam air ke atas kapal. Dengan adanya power block maka tubuh jaring yang ada di atasnya terus terbawa sehingga jaring berada di atas air terangkat naik ke permukaan dan dapat diturunkan tepat di atas buritan sehingga anak buah kapal hanya bertugas untuk mengatur alat tangkap tersebut. Keuntungan menggunakan power block adalah dapat menekan dan meringankan penggunaan tenaga manusia secara berlebihan. B. Metode dan Teknik Penangkapan (Purse Seine) Metode penangkapan dengan alat tangkap purse seine adalah dengan cara melingkari suatu gerombolan ikan dengan jaring. Setelah itu bagian bawah jaring dikerutkan sehingga ikan-ikan akan berkumpul di bagian bawah kantong. Dalam hal ini dengan mempersempit ruang lingkup gerak ikan, maka ikan-ikan tidak dapat melarikan diri dan akhirnya tertangkap. Mata jaring dan lembaran jaring berfungsi sebagai penghadang ikan dan bukan sebagai penjerat ikan yang akan di tangkap (Ayodhyoa,1981). 10 ISSCFG (Internasiaonal Standart Statistical Classification On Fishing Gear) di dalam Nedelec (1991), mengatakan pukat cincin merupakan salah satu alat penangkap ikan pelagis yang hidup bergerombol dalam bentuk kelompok renang (antara lain : cakalang, tongkol, layang, kembung). Ikan terkurung oleh lingkaran dinding jaring. Agar ikan yang terkurung tersebut tidak dapat lolos dari penangkap pukat, maka tali ris bawah (yang dilengkapi dengan sejumlah cincin) dikuncupkan oleh tali kerut (purse line) sehingga pukat cincin membentuk seperti tangguk. Selanjutnya ikan yang telah ditangkap dipindahkan ke atas kapal sebagai ikan hasil tangkapan. Sadhori (1985), mengatakan bahwa arah pelingkaran jaring pada saat melingkari gerombolan ikan dilakukan berdasarkan arah putaran baling-baling dan letak penempatan posisi jaring pada lambung kapal. Apabila kapal mempunyai arah baling-baling kanan maka pada saat melingkari gerombolan ikan kapal berbelok ke arah kanan akan lebih mudah. Sedangkan penempatan posisi alat tangkap di tempatkan pada lambung sebelah kanan. Hal ini untuk menghidari jaring dari putaran baling-baling pada saat kapal melakukan pelingkaran jaring. Dan apabila kapal mempunyai arah putaran baling-baling kiri, maka arah pelingkaran akan lebih mudah dilakukan jika berbelok arah kiri dan penempatan jaring disebelah kiri. Hal ini dilakukan untuk mempermudah operasi penangkapan ikan. Sebelum dilakukan penurunan alat, pertama-tama yang perlu dilakukan adalah menemukan gerombolan ikan atau berusaha untuk menarik gerombolan ikan supaya berkumpul dengan menggunakan alat bantu berupa rumpon dan cahaya lampu. Selain itu, pada saat pelingkaran jaring perlu diperhatikan kedudukan gerombolan ikan dan jaring terhadap arah datangnya angin yaitu harus di atas angin. Kedudukan kapal terhadap arah pergerakan gerombolan ikan harus berada di belakang. Sedangkan kedudukan jaring harus menghadang arah pergerakan ikan. Bila operasi ikan dilakukan pada siang hari, maka kedudukan jaring dan gerombolan ikan harus ditempatkan ke arah datangnya matahari, sedangkan kedudukan kapal bertentangan dengan arah datangnya sinar matahari (Sadhori,1985). 11 C. Daerah Penangkapan (Fishing Ground) Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam suatu penangkapan, penentuan akan suatu daerah penangkapan sangat penting. Yang dimaksud dengan fishing ground atau daerah penangkapan adalah daerah dimana terdapat berkumpul gerombolan ikan yang menjadi sasaran tangkap, alat tangkap dapat di operasikan dengan baik, dan biaya operasi tidak terlalu tinggi. Penangkapan dapat dilakukan secara ekonomis dan sedapat mungkin dekat dengan daerah pemasaran (E.W.Jatikusumo,1977). Ayodhyoa (1981), mengatakan bahwa ikan yang menjadi tujuan penangkapan dengan purse seine ini adalah ikan-ikan pelagic schoaling species. Artinya ikan tersebut haruslah ikan yang membentuk suatu gerombolan (Schoal) dan berada dekat dengan permukaan air (Sea surface). Sangat diharapkan pula agar densitas schoal itu tinggi, yang berarti jarak antara ikan dengan ikan lainya harus sedekat mungkin. D. Hasil tangkapan Subani dan HR.Barus,1988/1989, mengatakan bahwa hasil tangkapan purse seine terutama untuk di pulau jawa dan sekitarnya adalah ikan layang, bentong, kembung, lemuru, dan lain-lain. Ayodhyoa (1981), mengatakan pukat cincin pada umumnya digunakan untuk menangkap ikan-ikan yang lingkungan hidupnya atau daerah geraknya dekat dengan permukaan air. Jenis-jenis ikan tersebut pada umumnya disebut dengan ikan pelagis yang hidupnya selalu berkelompok. Oleh karena itu, pukat cincin mempunyai dimensi yang besar baik panjang maupun dalam (Brand,1992 dan Nasution,1995), agar mampu melingkari dan mengurung ikan tersebut secara mendatar dan tegak. E. Penanganan Hasil Tangkap (di atas kapal) Setelah ikan ditangkap, hal yang tidak kalah pentingnya adalah penanganan ikan selama berada di atas kapal. Dengan kandungan protein dan kadar air yang cukup tinggi, ikan merupakan komoditi yang mudah mengalami pembusukan (higly perishable). Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan 12 konsumen yang selalu mengharapkan ikan segar, penaganan ikan perlu dilakukan agar bisa sampai ke tangan konsumen atau pabrik pengolahan dalam keadaan segar atau mendekati segar (Afrianto.E,dan Liviawaty.E,1989). 1. Penggunaan Suhu Rendah (Es Batu) Afrianto.E,dan Liviawaty.E (1989), mengatakan bahwa es batu merupakan medium pendingin yang paling baik bila dibandingkan dengan medium pendingin lain karena es batu dapat menurunkan suhu tubuh ikan dengan cepat tanpa mengubah kualitas ikan dan biaya yang diperlukan juga relative lebih murah. Oleh karena itu, ikan yang belum mengalami proses apapun (kecuali hanya diberi proses pendingin) masih dapat dianggap sebagai ikan segar. Dengan demikian harga jual ikan ini relatif akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan ikan yang kurang segar. Proses pendinginan ikan lebih efektif bila dilaksanakan sebelum fase rigomortis berakhir. Apabila dilakukan setelah fase autolisis, biasanya proses pendingin tidak bermanfaat. Oleh karena itu sebaiknya proses pendinginan ikan dilakukan secepat mungkin. 2. Penggunaan Garam (Penggaraman) Penggaraman merupakan cara pengawetan ikan yang banyak dilakukan diberbagai negara termasuk Indonesia. Proses ini menggunakan garam sebagai media pengawet. Ikan yang telah mengalami proses penggaraman, sesuai dengan prinsip yang berlaku, akan mempunyai daya simpan yang tinggi karena garam dapat berfungsi menghambat atau menghentikan reaksi autolysis dan membunuh bakteri yang terdapat di dalam tubuh ikan (Afrianto.E,dan Liviawaty.E,1989). 13 BAB III METODE PELAKSANAAN PKL A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan PKL Magang industri dilaksanankan PT. Agung Sumatera Samudera Abadi (ASSA), Sibolga – Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, tepatnya di Pondok Batu Sarudik. Jumlah armada 26 (dua puluh enam) , dengan nama kapal KM. Semangat Jaya sebagai tempat pelaksanaan kegiatan praktek lapangan dengan nakhoda Yulizar. Pelaksaan Magang Industri berlangsung selama 6 (enam), pelaksaan magang industri dimulai sejak tanggal 15 September 2008 sampai dengan 13 Februari 2009. Penulis mulai melaksanakan praktek/turun laut pada tanggal 17 September 2008. Adapun jadwal kegiatan PKL akan dilihat pada tabel 1 berikut : NO 1 Kegiatan Tahun Bulan Pelaporan ke industri, Persiapan berlayar 2 Berlayar trip 1 3 Bongkar muat + persiapan trip 2 + berlayar trip 2 Bongkar muat + persiapan trip 3 + berlayar trip 3 Bongkar muat + pengumpulan data di pelabuhan dan syahbandar Pengumpulan data perusahaan dan pelaporan 4 5 6 9 Waktu Pelaksanaan PKL 2008 2009 10 11 12 1 2 Tabel 1. Waktu pelaksanaan PKL 14 B. Metode Metode yang diambil selama penulis melaksaan magang di industri akan dijelaskan sebagai berikut : 1. Orientasi Orientasi adalah pengenalan awal bagi mahasiswa yang baru mengenal situasi dan kondisi suatu daerah atau lokasi PKL. Mahasiswa dikumpulkan di rumah pembimbing untuk mendapatkan pengarahan mengenai : a. Peraturan-peraturan kehidupan bermasyarakat di desa Pondok Batu Sarudik. b. Pendekatan diri dengan masyarakat setempat. c. Berbagai jenis kapal penangkapan yang ada di PT. Agung Sumatera Samudera Abadi. d. Penjelasan secara garis besar bagai mana kegiatan-kegiatan di Pelabuhan Perikanan Perusahaan. e. Memberitahukan di mana rumah para Nakhoda kapal yang ada di Sibolga. f. Menjelaskan struktur organisasi Perusahaan. g. Menjelaskan secara umum sejak kapal berangkat ke laut sampai kapal pulang dan bagai mana cara penanganan hasil tangkapan setelah sampai di pelabuhan. 2. Observasi Observasi adalah kegiatan dimana seorang mahasiswa datang dan melihat langsung segala kegiatan di lapangan atau lokasi PKL. Mengadakan pengamatan langsung ke kapal-kapal purse seine dan kapal-kapal penangkapan ikan lainnya yang ada di pelabuhan perusahaan PT. Agung Sumatera Samudera Abadi (ASSA). 3. Adaptasi Praktik kerja lapangan merupakan perbandingan antara teori yang didapat dengan kenyatan yang riil di lapangan serta bagaimana seorang mahasiswa menyesuikan diri dengan keadaan lapangan. Pada saat kita naik ke 15 atas kapal (awal praktek) sebelum kapal berangkat kita diharuskan untuk mengenal satu sama lainya dikarenakan kerja di atas kapal merupakan keluarga besar yang membutuhkan kekompakan dan kerja sama yang tinggi. Resiko yang dihadapi sangatlah besar, seperti satu orang membuat kerusakan atau kesalahan, maka semua akan menanggung akibatnya. Sehingga kerja di atas kapal selama operasi penangkapan ikan selalu bergotong royong. 4. Pelaksanan Praktik Kerja Lapang Sebelum kapal berangkat menuju fishing Ground, semua kebutuhankebutuhan yang dibutuhkan selama operasi penangkapan harus dipersiapkan terlebih dahulu. Persiapan-persiapan itu meliputi persiapan di darat dan persiapan di laut. Persiapan- persiapan itu sebagai berikut : a. Persiapan di darat. b. Persiapan di Laut. c. Mencari Fishing Ground. d. Pelaksanaan Operasi Penangkapan. e. Pengangkatan Alat Tangkap dan Pengambilan Ikan. f. Penanganan Hasil Tangkapan. 16 BAB IV HASIL PKL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan Perusahaan berdiri pada tanggal 23 Desember 2003, perusahaan membeli kapal pertama kali dengan jumlah enam armada 6 dari Tanjung Balai, Sumatera Utara. Sejak tahun 2003 kapal mulai didaftarkan di Pelabuhan Sibolga dengan nama kapal KM. Semangat Jaya atas nama perusahaan Muktar Edy, perusahaan ini bergerak dibidang penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap purse seine dan mendapat izin usaha penangkapan ikan. KM. Semangat Jaya biasa beroprasi di perairan Pulau Banyak, perairan Sinabang, perairan Labuhan Haji, perairan Aceh Jaya dan perairan Sabang. B. Hasil Kegiatan PKL 1. Kapal Penangkapan Kapal di mana penulis melakukan peraktik adalah KM. SEMANGAT JAYA dengan data kapal sebagai berikut : a. Data Kapal 1) Nama Kapal : KM. Semangat Jaya 2) Tanda Panggilan :- 3) Tempat Pendaftaran : Sibolga 4) Pemilik : Muktar Edy 5) Tempat Pembuatan : Sibolga 6) Tanda Selar : GT.72 NO.1309/SSd 7) Bentuk Badan Kapal : Ruond Bottom 8) Alat Tangkap : Purse seine 9) Material Kapal : Kayu 10) Pelabuhan Pangkalan : PT. Agung Sumatera Samudera Abadi, Sibolga. 17 b. Ukuran Pokok Kapal 1) Panjang (LOA) : 23,40 meter 2) Dalam (depth) : 2,10 meter 3) : 7,42 meter Lebar 4) Isi Bersih (net tonage) : 43 NT 5) Isi Kotor (gross tonage) : 72 GT c. Spesifikasi Mesin Kapal 1) Jumlah Mesin Induk : 1 Buah 2) Jenis Mesin : Motor Disel 3) Merk Mesin : MITSUBISHI 4) Nomor mesin : 8DC.DA NO.214145 5) Kekuatan kapal : 290 PK 6) Gen Set Fuso : 6 Silinder 80 PK 7) Jet pump : 2 Buah 8) Merk : Dompeng 20 Pk d. Alat Navigasi 1) GPS : Merk Foruno 2) Fish Finder : Merk Foruno 3) Kompas Basah e. Alat Komunikasi 1) Radio Telekomunikasi f. Alat Penolong 1) Baju penolong (Life Jacket) 2) Pelampung Penolong Biasa 3) Life Buoy : 30 buah g. Surat-Surat Kapal 1) Surat Izin Penangkapan Ikan NO: 26.07.0028.24.17750. 2) Sertifikat Kelaikan dan Pengawakan kapal Penangkapan Ikan NO: PK.650.b/15/4/Ad-Sbg.08 3) Surat Laik Operasi No: 10479 18 4) Pas Tahunan NO: PK.674.a/15/4/ Ad-Sbg.08 5) Surat Izin Berlayar NO: 406/16.x/B/2008. 6) Surat Izin Usaha Perikanan NO: 02.04.02.0292.4747 7) Daftar Anak Buah Kapal. 2. Alat Tangkap Purse Seine KM. Semangat Jaya merupakan purse seiner yaitu kapal penangkapan ikan yang menggunakan alat tangkap purse seine atau pukat cincin, yang memiliki data seperti pada table 2 berikut ini : No Uraian Keterangan a Mesh Size Kantong 50 milimeter b Float rope 480 meter c Sinker Line 560 meter d Purse Line 700 meter e Jumlah Float 1760 buah f Jumlah Ring 85 buah g Dalam Jaring 100 meter Tabel 2. Alat Tangkap Purse Seine 19 3. Alat Bantu Penangkapan Ikan Alat bantu penangkapan yang digunakan KM. Semangat Jaya antara lain akan dijelaskan pada tabel 3 berikut ini : a. Alat Bantu Penangkapan Ikan No Uraian Keterangan 1) Gardan 2 buah 2) Power Blok 2 buah 3) Ligh Fishing 54 buah 4) Fish Finder 1 buah 5) Cargo Boom 1 buah 6) Sekop 2 buah 7) Ban 2 buah 8) Gancu 2 buah 9) Tali 2 paket 10) Ember Karet 6 buah 11) Rumpon 2 buah 12) Basket 4 buah 13) Caduk 2 buah Tabel 3. Alat Bantu Penangkapan Ikan b. Alat Bantu Penangkapan di Luar Kapal 1) Rumpon Rumpon merupakan alat bantu penangkapan yang berfungsi untuk mengumpulkan ikan-ikan kecil (plankton) sehingga memikat ikan yang besar berkumpul dan memangsa ikan-ikan kecil sehingga memudahkan untuk ditangkap. Komponen pokok dari rumpon adalah sebagai berikut : a) Pelampung : Plastik b) Pemikat Ikan : Daun Kelapa 20 c) Pemberat : Batu d) Tali : Nylon e) Rumpon Utama : 30 meter f) Rumpon Kecil : 15 meter 2) Lampu Hologen Kecil (Bangkrak) Lampu hologen kecil yang digunakan oleh KM. Semangat Jaya berjumlah satu buah yang dilengkapi dengan lampu halogen berjumlah sepuluh buah, masing-masing 60 watt dan berkekuatan 12 volt. Lampu halogen ini dibangkitkan dengan accu berjumlah 2 buah, yang berkekuatan 120 ampere. 4. Perbekalan Perbekalan sebelum keberangkatan di KM.Semangat Jaya biasanya antara lain : a. Beras dengan jumlah 13 kwintal dengan penggunaan setiap harinya sebanyak 20 kg jadi dapat diperkirakan beras akan habis selama 65 hari. b. Es balok dengan jumlah kurang lebih 6 ton (@ 20 plat). Jumlah keseluruhan sebanyak 120 plat. c. Solar sebanyak 30 drum ( @ 200 liter) dengan jumlah keseluruhan adalah 6.000 liter. d. Minyak tanah sebanyak 2 drum ( @ 200 liter) dengan jumlah keseluruhanya 1000 liter. e. Minyak goreng 120 kg f. Sayur mayur. g. Bumbu masak antara lain : 1) Asam : 10 kg 2) Bawang merah : 20 kg 3) Bawang putih : 4 kg 4) Cabe merah : 10 kg 5) Cabe rawit : 15 kg 6) Ketumbar : 0,5 kg 7) Kemiri : 6 kg 21 8) Merica : 1 kg 9) Terasi : 2 kg 10) Teh : 5 pak 11) Kopi : 3 kg 12) Korek Api : 3 pak h. Bahan makanan lain : 1) Sarimi : 10 dus 2) Kacang asin : 3 pak 3) Kacang atom : 3 pak 4) Gula : 50 kg 5) Roti : 5 pak 6) Makanan ringan : 5 kaleng i. Perbekalan untuk perbaikan jaring, antara lain : 1) Benang putih D18 : 3 pak 2) Benang D9 : 1 pak 3) Benang D12 : 1 pak 4) Benang kret : 1 pak 5) Bego kret : 1 pis 6) Sikon kecil : 1 pak 7) Sikon besar : 1 pak 5. Daerah Penangkapan KM. Semangat Jaya merupakan salah satu purse seiner. Pelabuhan pangkalan kapal ini adalah pelabuhan perikanan PT. Agung Sumatera Samudera Abadi (ASSA) di Sibolga, Provinsi Sumatera Utara. Daerah penangkapan ikan (fishing ground) yang sering dituju KM. Semangat Jaya adalah perairan Pulau Banyak (Aceh Singkil), Perairan Sinabang (Simeulue), Perairan Labuhan Haji (Aceh Selatan), Perairan Calang (Aceh Jaya), perairan Pulau Breueh (Sabang). Daerah ini merupakan daerah yang banyak terdapat gerombolan ikan. Daerah ini berkisar antara lintang 030 45’011’’LS – 030 53’ 18’’ LS dan bujur 1450 02’ 555’’ BT – 1720 52’ 602’ BT. Dalam hal ini untuk 22 mencapai hasil yang maksimal dalam suatu operasi penangkapan ikan, salah satu hal yang menentukan adalah penentuan daerah penangkapan. 6. Hasil Tangkapan Adapun jenis-jenis ikan yang ditangkap oleh alat tangkap purse seine selama pengoprasian di KM. Semangat Jaya antara lain seperti tertera pada table berikut : No Nama Ikan Nama Inggris Nama Latin (Ilmiah) a Tongkol Frigate Auxis Thazard b Cakalang Skipjack Katsuwonus pelamis c Tuna Sirip Kuning Yellow Fin Tuna Tabel 4. Hasil Tangkapan 7. Penanganan Hasil Tangkapan di Atas Kapal Untuk menjaga agar ikan tetap dalam kesegarannya maka perlu adanya penangan ikan secara cepat, langsung dan tepat di atas deck kapal. Penanganan hasil tangkapan di KM. Semangat Jaya menggunakan satu cara, yaitu : a. Ikan disimpan dengan menggunakan es batu (peng-esan), yaitu mencampur ikan yang sudah dipilah atau yang sudah disortir dengan es yang udah dihancurkan. Kemudian ikan dimasukkan ke dalam palka dengan penyusunannya didulukan es pada dasar palka dan kemudian diisi sampai penuh. Pada bagian atas juga diakhiri dengan es agar kesegaran ikan tetap terjaga. Adapun penanganan selanjutnya yaitu memperhatikan palkah-palkah yang telah penuh terisi oleh ikan yang menggunakan es. Apabila dalam palkah ikan terdapat air, maka air itu harus cepat dibuang karena air dapat membantu mempercepat proses pembusukan ikan. Sedangkan untuk ikan yang penanganannya menggunakan es, apabila ikannya sudah terkuras maka harus ditambah lagi dengan es yang baru agar kesegaran ikan tetap terjaga. 23 C. Pembahasan 1. Kapal Penangkapan Kapal penangkapan ikan adalah setiap kapal yang digunakan atau di maksudkan untuk untuk pemanfaatan sumber daya hayati laut berupa ikan, termasuk kapal induk dan kapal lain yang secara langsung ikut terlibat di dalam operasi penangkapan ikan. Dalam suatu operasi penangkapan ikan, kapal penangkap ikan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh besar dalam menentukan keberhasilan suatu operasi penangkapan. Sebelum menuju ke fishing ground atau daerah penangkapan, kapal haruslah dalam keadaan baik dan tidak mengalami gangguan atau kerusakan. Kerusakan pada kapal penangkapan dapat menggangu jalannya operasi penagkapan ikan. Kondisi kapal penangkap ikan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan operasi penangkapan ikan, baik mengenai kontruksi yang sesuai dengan jenis alat tangkap ataupun letak dan penataan tata ruangan yang sempurna sehingga tidak mengganggu stabilitas kapal dan kelancaran ruang gerak anak buah kapal pada saat operasi penangkapan berlangsung. Kapal purse seine atau pukat cincin, harus mempunyai kecepatan, kemampuan olah gerak yang cukup tinggi dan stabilitas kapal yang baik, sehingga pada pelingkaran jaring saat mengelilingi gerombolan ikan dapat dengan sesegera mungkin. Kontruksi dek kapal haruslah dekat dengan garis air agar mudah menaikan alat tangkap dan hasil tangkapan. Pada pengoperasian purse seine atau pukat cincin anak buah kapal berada pada salah satu lambung sisi kapal pada saat setting dan hauling. 24 Gambar 1. KM. Semangat Jaya Pengoperasian kapal purse seine atau pukat cincin dilakukan di daerah perairan pantai sampai perairan oceanic. Tujuan utama penangkapan kapal purse seinie atau pukat cincin ini adalah untuk penangkapan cakalang dan ikan tongkol. Kapal purse seine ditinjau dari segi pengoperasian ada yang pengoprasiannya dengan satu kapal dan ada yang menggunakan dua buah kapal. Pengoperasianya dengan menggunakan satu buah kapal yang mempunyai ukuran kapal bervariasi dari yang kecil 5 GT sampai yang besar 1000 GT. Kapal purse seine yang berukuran menengah dan besar dilengkapi dengan peralatan bantu seperti power blok, purse line, dan peralatan elektronika penangkapan. Dalam setiap kapal penangkapan ikan sangat diperlukan adanya alat navigasi. Navigasi mempunyai arti cara membawa kapal dari satu tempat ke tempat lain dengan keadaan aman (selamat), tepat waktu dan efesien. Dengan kata lain navigasi adalah alat membantu kelancaran dalam berlayar. Alat navigasi yang digunakan di KM. Semangat Jaya antara lain GPS, fish finder dan kompas basah. 25 Gambar 2. GPS (Global Positioning System) GPS (Global Positioning Sistem) berfungsi sebagai alat untuk menentukan posisi kapal (lintang, bujur, dan tinggi di atas permukaan laut). Selain itu GPS dapat digunakan untuk mengetahui jarak tempuh dan haluan yang digunakan apa bila ingin menuju suatu tempat, sehingga dapat diketahui waktu yang dibutuhkan dalam menempuh tempat atau posisi tersebut dengan kecepatan yang telah ditentukan. Gambar 3. Fish finder 26 Fish finder adalah alat bantu elektronik untuk mendeteksi gerombolan ikan yang ada di dalam perairan di sekitar rumpon. Fish finder merupakan salah satu alat bantu penangkapan yang sangat dibutuhkan pada saat survey pada rumpon dan selama pengoprasian penangkapan ikan berlangsung. Alat ini merupakan ekoustik yang bekerja berdasarkan gema. Gema tersebut dikirimkan oleh alat fish finder sebagai sumber gema dan diteruskan oleh oscillator ke dalam air. Gema yang dikirimkan menembus air akan membentur pada benda-benda yang dilewati dan berakhir pada dasar laut. Gema tersebut apabila membentur benda akan memantulkan kembali dan diterima oleh transducer. Apabila gema tersebut kembali dan membentur gerombolan ikan, maka pada monitor fish finder akan muncul goresan-goresan yang merupakan gambar dari gerombolan ikan. Kompas basah berfungsi untuk membantu jurumudi saat mengemudikan kapal untuk menentukan haluan kapal dan arah utara, barat, selatan dan timur. Sebelum ada GPS para nelayan dahulunya menggunakan kompas basah dan fungsinya hampir sama dengan GPS. Gambar 4. Kompas Basah Selain alat navigasi, diperlukan juga adanya alat penolong. Adapun syarat-syarat yang harus dimiliki oleh setiap alat penolong yang ada di atas kapal antara lain : a. Alat penolong harus dibuat dari bahan yang tepat oleh orang yang ahli. b. Alat penolong harus tahan pada suhu -30 0C s/d + 65 0C. 27 c. Alat penolong harus diberi warna yang mencolok (warna yang cerah). d. Alat penolong harus dilengkapi dengan bahan yang dapat memantulkan cahaya. e. Alat penolong harus dioperasikan dengan mudah dalam segala kondisi laut. f. Dan alat penolong harus diberi tanda masa berlakunya dengan jelas. 2. Alat Tangkap Pada KM. Semangat Jaya jenis alat tangkap ikan yang digunakan adalah Purse Seine. Tipe purse seine yang digunakan adalah tipe Thailand yang segi pengoperasian menggunakan satu kapal dengan kantong di tengah, dengan bahan jaring (webbing) terbuat dari bahan PA (Poly Amide). Adapun bagianbagian dari jaring purse seine adalah : a. Kantong (Bunt) Kantong merupakan bagian terpenting dari jaring. Dibagian inilah saat operasi penangkapan tempat bertumpuhnya kekuatan jaring yang juga sebagai tempat mengumpulnya ikan. Untuk itu diperlukan ukuran benang jaring yang lebih besar khususnya bagian atas jaring. Pada KM. Semangat Jaya menggunakan webbing ¾ inchi dengan no benang d.12. Untuk bagian atas sebagai penguat bagian bawah menggunakan benang nomor d.9. b. Badan (Body) Karena purse seine yang digunakan adalah purse seine dengan kantong di tengah, maka bagian badan ini ada dua , yaitu kanan dan kiri, dimana bagian kanan mempunyai ukuran yang simetris dengan yang kiri. Mesh Size yang digunakan adalah 2 inchi dengan nomor benang d.8. Untuk memperkuat bagian atas dan bagian bawah digunakan benang nomor d.9. c. Sayap (Wing) Bagian sayap ini pun ada dua, yaitu kanan dan kiri. Mesh Size yang digunakan adalah 1 inchi dengan nomor benang nomor d.6. dan untuk memperkuat bagian atas dan bagian bawah digunakan benang nomor d.9. 28 d. Serampat (Selvage) Bagian jaring ini merupakan bagian penguat atau bingkai yang fungsinya untuk mencegah/melindungi dari kerusakan saat pengoperasian, sehingga diperlukan bahan jaring dengan ukuran yang lebih besar dan lebih kuat. Pada KM.Semangat Jaya bahan yang digunakan untuk selvage adalah PE (Poly Ethylene) dengan ukuran benang d.15. mesh size 11/4 inchi. e. Pelampung Gambar 5. Pelampung pada jaring Pelampung yang digunakan adalah jenis oval, terbuat dari bahan PVC, pada bagian kantong biasanya lebih rapat dibandingkan dengan bagian badan dan sayap karena memerlukan daya apung lebih besar dari pada bagian badan dan sayap. f. Pemberat Pada KM. Semangat Jaya menggunakan pemberat dari bahan Pb (timah) dengan ukuran berat @ 200 gr, bentuk silinder oval, panjang 5 cm, Ø tengah 3 cm dan Ø samping 2 cm. 3. Alat Bantu Penangkapan Alat bantu penangkapan yang digunakan di KM. Semangat Jaya gunanya sebagai penunjang kelancaran dan keberhasilan operasi penangkapan 29 ikan, terdiri dari dua kelompok yaitu alat bantu kelancaran operasi penangkapan ikan dan alat bantu pengumpul ikan. a. Alat Bantu Kelancaaran Operasi Penangkapan Ikan 1) Purse Winch (Gardan) Purse Winch yang terdapat pada KM. Semangat Jaya yaitu berupa kapstan yang dihubungkan langsung dengan sebuah gardan. Gardan ini digerakkan secara mekanis langsung dari putaran mesin induk kapal dengan menggunakan sistim sambungan kopling. Purse Winch pada kapal berfungsi untuk menarik tali kolor, menggulung tali jangkar dan menarik tali takal untuk mengangkat caduk pada saat pemindahan ikan dari jaring ke palkah kapal. Gambar 6. Purse winch (Gardan) 2) Cargo Boom/ Power Block Fungsi dari alat ini adalah untuk menahan jaring ketika jaring hampir semuanya dinaikkan pada saat operasi penangkapan. Cara ini dimaksudkan agar jaring tidak tumpah karena terlalu berat menahan ikan. 30 Gambar 7. Cargo Boom/ Power Block 3) Caduk Caduk adalah alat yang berbentuk kantong yang terbuat dari bahan jaring, dengan kerangka besi berbentuk lingkaran sebagai pembuka mulutnya. Untuk menaikkan alat ini digunakan takal yang ditarik menggunakan purse winch. b. Alat Bantu Pengumpul Ikan 1) Lampu Galaxi/Halogen Salah satu sifat ikan adalah phototaxsis positif yaitu ikan menyukai atau terpengaruh oleh cahaya baik cahaya alami maupun buatan. Oleh karena itu nelayan-nelayan menggunakan lampu untuk menarik perhatian ikan agar berkumpul pada satu tempat. Pada dasarnya, fungsi utama pada lampu adalah mengumpulkan kawanan ikan pada suatu penangkapan yang kemudian dilakukan operasi penangkapan dengan menggunakan berbagai alat tangkap. Lampu dihidupkan jika hari sudah mulai gelap dan fungsi dari alat ini adalah untuk menarik perhatian gerombolan ikan pada malam hari agar ikan-ikan bisa mendekat dan mengumpul di sekitar kapal. Pada KM. Semangat Jaya, lampu-lampu dipasang pada pinggiran 31 kapal, dengan sorot lampu diarahkan ke permukaan air laut mengitari kapal. Nelayan tradisional di Indonesia sudah sejak lama mengenal lampu sebagai alat bantu penangkapan dan sampai sekarang masih digunakan. Jenis lampu yang digunakan nelayan dalam operasi penangkapan berdasarkan bentuk dan systemnya bermacam-macam seperti lampu listrik, ancor, dan petromak (stronking). KM. Semangat Jaya menggunakan lampu listrik di atas air dengan jumlah 54 unit lampu masing-masing mempunyai kapasitas 400 watt yang dipasang pada haluan kapal sebanyak 8 buah, di buritan 4 buah dan 42 buah di samping kanan dan kiri kapal. 2) Rumpon Rumpon yang digunakan pada KM. Semangat Jaya terdiri dari dua jenis yaitu yang dipasang dengan cara diikatkan pada bagian haluan dan lambung kiri kapal. Bahan yang digunakan untuk pembuatan rumpon ini adalah pelepah/daun kelapa yang diikatkan pada sebuah tali dan diberi pemberat agar tidak mudah terbawa arus. Rumpon haluan bagian atasnya diberi pelampung, yang dimaksudkan agar rumpon tidak tenggelam ketika ikatan rumpon dilepas dari ikatan kapal. Fungsi rumpon pada operasi penangkapan adalah untuk menarik gerombolan ikan agar mau mendekat dan mengumpul di sekitar rumpon. Alasan kenapa ikan-ikan mau mengumpul disekitar rumpon antara lain, sebagai tempat berteduhnya ikan dari sengatan matahari, sebagai tempat berlindung dari serangan ikan-ikan buas dan sebagai tempat sumber plankton/sumber makanan. Jika pelepah/daun kelapa sudah mulai membusuk maka akan diganti dengan pelepah/daun kelapa yang baru yang dibawah dari darat atau dibeli dari pulau-pulau terdekat. 32 Gambar 8. Rumpon 3) Lampu Rakit Lampu yang digunakan pada rakitan ini lampu yang memiliki intensitas cahaya yang lemah agar setelah lampu galaxy/halogen di matikan. Ikan akan tertuju pada satu titik (rakit lampu) dan membentuk gerombolan ikan yang lebih padat. Hal ini akan memudahkan pelingkaran jaring dan ikan mudah tertangkap. Lampu halogen berjumlah sepuluh buah, masing-masing 60 watt, dengan kekuatan 12 volt dan dibangkitkan dengan accu berjumlah 2 buah dengan kekuatan 120 ampere. Gambar 9. Lampu rakit 33 4. Operasi Penangkapan a. Persiapan Operasi Penangkapan Persiapan operasai penangkapan merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu operasi penangkapan. Hal ini bertujuan agar kebutuhan operasional kapal dan awak kapal dapat terpenuhi sehingga dapat membantu kelancaran operasi penangkapan di kapal. Sebelum kapal berangkat meninggalkan pelabuhan menuju daerah yang ditentukan sebagai daerah penangkapan (fishing ground), persiapan-persiapan yang harus dilengkapi meliputi persiapan di darat dan persiapan di laut. 1) Persiapan di Darat Adapun persiapan-persiapan yang harus diperhatikan yaitu : a) Perbekalan Sebelum kapal menuju fishing ground, kapal harus terlebih dahulu mengisi perbekalan yang dibutuhkan selama operasi penangkapan berlangsung. Kegiatan yang dilakukan adalah mengisi air tawar, bahan makanan, bahan bakar, suku cadang mesin dan alat tangkap beserta perlengkapan lainnya. b) Perlengkapan Dokumen Kapal Persiapan perlengkapan dokumen kapal berupa pengurusan perlengkapan surat-surat atau dokumen-dokumen kapal oleh nahkoda seperti Surat Izin Berlayar (SIB), Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI), Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP), Sijil Awak Kapal dan surat-surat lainnya. c) Pemeriksaan atau Pengecekan Pengecekan lainya sebelum kapal berlayar yaitu nahkoda mengadakan pemeriksaan peralatan navigasi, alat-alat komunikasi, alat-alat keselamatan, dan keadaan seluruh serta semua perbekalan yang telah disiapkan dirinci kembali kelengkapannya termasuk awak kapal,`memeriksa keadaan alat tangkap beserta suku cadangnya dan`mengecek peta penangkapan (fishing ground). Kepala mesin juga memeriksa mesin dan melengkapi segala 34 kekurangan yang ada, menyiapkan segala cadangan dan kuncikunci yang diperlukan. Setelah yakin semua lengkap, nahkoda menyatakan bahwa kapal siap untuk berangkat. 2) Persiapan di Laut Persiapan di laut merupakan pemasangan dan pemeriksaan kembali yang dilakukan oleh awak kapal, persiapan alat tangkap purse seine dan alat bantu penangkapan lainnya. Alat-alat bantu penangkapan yang tak layak lagi dipakai segera diganti dengan yang baru. Hal ini bertujuan agar dalam operasi penangkapan nanti tidak menggangu/menghambat kelancaran selama operasi penangkapan berlangsung. Persiapan ini biasanya dilakukan setelah kapal berada di daerah fishing ground yang sudah ditentukan. b. Pelaksanaan Operasi Penangkapan 1) Pencarian Daerah Operasi Penangkapan (Fishing ground) Sebelum melaksanakan operasi penangkapan harus dicari fishing ground atau daerah penangkapan terlebih dahulu dan daerah ini harus memiliki banyak gerombolan ikan. Beberapa persyaratan daerah penangkapan yang dianggap baik untuk alat tangkap purse seine adalah : a) Perairannya terdapat kawanan ikan yang hidupnya bergerombol. b) Jenis ikan-ikan tersebut memiliki sifat peka terhadap cahaya. c) Jenis ikan-ikan tersebut dapat dikumpulkan dengan alat pengumpul (lampu atau rumpon). d) Kedalaman perairan lebih dalam dari pada alat penangkap ikan yang akan digunakan. Adapun cara untuk mencari gerombolan ikan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : (1) Adanya buih-buih di permukaan laut akibat udara yang dikeluarkan oleh ikan-ikan. 35 (2) Lompatan ikan-ikan ke permukaan laut. (3) Perubahan warna air laut, dikarenakan gerombolan ikan sedang berenang dekat permukaan air laut. (4) Riak-riak kecil di atas permukaan air laut, hal ini disebabkan gerombolan ikan tadi memakan ikan-ikan kecil yang ada di permukaan air. (5) Burung-burung yang bergerombol menukik menyambar ikan-ikan yang ada di permukaan air laut. (6) Dan memperhatikan fish finder. Kegitan tersebut terjadi pada saat dini hari sebelum matahari terbit dan pada senja hari setelah matahari terbenam karena pada saat itu ikan sedang mencari-cari makanan dan naik kepermukaan air. Untuk menentukan daerah fishing ground maka yang dilakukan oleh nakhoda KM. Semangat Jaya adalah mencari informasi dari kapal yang sudah melaut terlebih dahulu. Jadi para pelaut yang telah melaut lebih dahulu menginformasikan situasi dan kondisi laut pada nahkoda yang akan melaut. Informasi yang di berikan meliputi; keadaan ombak, keadaan angin, arus dan di mana tempat (fishing ground) mereka menangkap ikan yang hasilnya paling banyak. 2) Daerah Penangkapan Dalam menentukan daerah penagkapan ikan demi mencapai hasil yang maksimal dalam suatu operasi penangkapan ikan, salah satu hal yang menentukan adalah penentuan daerah penangkapan. Daerah penangkapan ikan (fishing ground) KM. Semangat Jaya di antarannya : a) Perairan Pulau Banyak – Aceh Singkil b) Perairan Sinabang - Simeulue c) Perairan Labuhan Haji – Aceh Selatan d) Perairan Calang – Aceh Jaya e) Perairan Sabang 36 Daerah ini merupakan daerah dimana banyak terdapat gerombolan ikan yang merupakan sasaran penangkapan. Daerah ini berkisar antara : (1) Lintang 030 45’011’’LS – 030 53’ 18’’ LS (2) Bujur 1450 02’ 555’’ BT – 1720 52’ 602’ BT. Di daerah-daerah penangkapan (fishing ground) ini banyak terdapat berbagai macam ikan, seperti pada tabel berikut : No Nama Ikan Nama Inggris Nama Latin (Ilmiah) 1 Tongkol Frigate Auxis Thazard 2 Cakalang Skipjack Katsuwonus pelamis 3 Tuna Sirip Kuning Yellow Fin Tuna Tabel. 5. Jenis ikan-ikan yang ditangkap Ikan-ikan tersebut merupakan jenis ikan pelagis yang senang hidup berkumpul dan bergerombol dalam jumlah yang cukup besar di permukaan air laut. 3) Teknik Operasi Penangkapan a) Persiapan Setelah merasa yakin dengan posisi yang dituju merupakan daerah operasi penangkapan, kapal menurunkan jangkar dilanjutkan dengan menurunkan rumpon depan dan rumpon belakang. Setelah hari menjadi gelap atau malam hari lampu galaxi dinyalakan. Untuk menentukan setting ada dua hal yang harus diperhatikan yaitu : (1) Pencahayaan Bulan Jika terjadi pencahayaan bulan yang kuat (bulan purnama), maka operasi penangkapan tidak dapat dilaksanakan karena 37 pengaruh cahaya bulan dapat mengakibatkan ikan tersebar merata dan ikan tidak bergerombol. (2) Arus Keadaan arus yang dilihat yaitu arus bawah dan arus atas harus searah dan pergerakanya harus sedang/ tidak terlalu kuat. Jika diantara arus atas dan arus bawah tidak searah dan memiliki pergerakan/tekanan yang sangat kuat, maka kalau kita menurunkan jaring akan ada beberapa kemungkinan yaitu : (a) Ikan tidak tertangkap. (b) Jaring tidak dapat melingkar dengan sempurna dan jaring bisa menjadi kusut. (c) Jaring masuk ke dalam propeller/baling-baling kapal. (d) Jaring sobek dan biasa hilang. Demi keberhasilan operasi penangkapan, maka keadaan alam juga sangat berpengaruh. Jika cahaya bulan tidak terlalu kuat/tidak terjadi penyinaran sama sekali, dan arus stabil barulah pengoprasian bias berlangsung. c. Setting Setelah keadaan alam diperkirakan sesuai dengan apa yang kita harapkan, maka operasi bisa dilakukan, dan setting segera dimulai: 1) Lampu galaxy/ halogen depan dimatikan. 2) Rumpon lambung kapal dinaikkan. 3) Lampu galaxy/ halogen dimatikan secara berurutan dari depan ke belakang, kecuali lampu galaxy yang mengarah ke arah rumpon belakang. 4) Rakit lampu diturunkan ke laut dengan didampingi oleh dua orang ABK. Setelah diikat dengan tali rumpon belakang, rakit lampu dinyalakan dan lampu galaxy dimatikan semua. 5) Sambil menunggu ikan membentuk gerombolan pada rakit lampu/ rumpon, jangkar segera ditarik (kapal meninggalkan lampu/ rumpon). 38 6) Kapal mengitari rakit lampu yang diikatkan pada rumpon buritan yang dilepas. Di usahakan ikan masih mengumpul di rumpon dengan cara menjaga cahaya lampu pada rumpon. Nahkoda bersiap-siap memberikan instruksi dimulainya setting. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan kegiatan setting yaitu dengan mengikuti pola: a) Arah Angin Pada saat akan melakukan setting hal yang harus selalu diperhatikan adalah arah angin. Pada saat cuaca baik jaring diturunkan di bawah angin dan kapal berada diatas angin, sehingga pada saat jaring selesai diturunkan kapal akan melintang angin, dan jaring akan terdorong oleh arus. Hal ini dimaksudkan agar pada waktu proses penarikan tali kolor berlangsung dimana kapal (mesin) dalam keadaan berhenti, kapal tidak masuk dalam lingkaran jaring yang bisa mengakibatkan jaring membelit balingbaling kapal. b) Arus Selain arah angin, arus merupakan hal yang tidak boleh kita abaikan pada saat melakukan setting. Arah arus yang mendorong jaring diupayakan tidak membuat posisi jaring menjadi semakin mendekati dan menyelimuti kapal atau menghindari kondisi dimana akibat dorongan arus menyebabkan posisi kapal semakin mendekati dan masuk ke dalam lingkaran jaring yang bisa mengakibatkan jaring membelit baling-baling kapal. c) Panjang jaring Seorang Nakhoda harus mengetahui dengan pasti berapa panjang jaring yang akan dioperasikannya. Hal ini dimaksudkan untuk menentukan keliling lingkaran jaring serta jari-jari lingkaran atau merupakan jarak antara rumpon/rakit lampu kapal sehingga 39 bentuk lingkaran jaring bisa tepat dan sudut kemudipun dapat diperhatikan. Setting diawali dengan diturunkannya tali selambar depan yang dibawa oleh seorang ABK. Kapal maju dan mengkitari rakit lampu/rumpon dengan kecepatan penuh sambil menurunkan jaring. Kapal mengurangi kecepatanya setelah jaring hampir senuanya berhasil diturunkan dan bertemu dengan ABK yang membawa tali selembar ditarik keatas untuk melepaskan tali kolor yang sebelumnya telah diikatkan pada tali selembar depan. Kemudian tali kolor (purse seine) segera diberikan kepada petugas yang berada dibagian purse winch. d. Hauling Hauling diawali dengan menarik tali kolor dengan menggunakan purse winch, kecepatan penarikan sesuai dengan keadaan angin, arus, dan ombak. Apa bila arus sangat kuat maka jangan menarik tali kolor terlalu kuat karena bisa mengakibatkan putusnya tali kolor. Jika kedalaman laut lebih dangkal dari tinggi jaring maka penarikan tali kolor segera dilakukan untuk menghindari agar jaring dan pemberat tidak menyentuh dasar perairan. Namun jika penangkapan dilakukan di laut dalam, penarikan tali kolor tidak perlu tergesah-gesah dilakukan dan sebaiknya menunggu sampai pemberat jaring turun semua. Hal ini dapat diketehui dengan tanda yaitu pelampung telah rata-rata mengapung, barulah dilakukan penarikan tali kolor. Penarikan tali kolor dilakukan dengan menggunakan purse winch. Sedangkan badan jaring, tali ris atas dan pelampung ditarik dengan tenaga manusia sampai jaring membentuk kantong di bagian sisi sebelah kanan kapal. Setelah hampir seluruh jaring dinaikkan, pelampung diikat dengan menggunakan boom/ganco atau menggunakan tali pada boom dan ikan di naikkan menggunakan caduk dan segera dimasukan ke dalam palka kapal. Apabila ikan hasil tangkapan telah dimasukkan seluruhnya ke dalam palka, ikatan pelampung pada boom dilepas. Jaring yang masih ada di air dinaikkan kemudian diperiksa apabila ada yang sobek dan langsung 40 ditambal. Ikan yang masih tersangkut di jaring dikeluarkan karena dapat merusak jaring. Apa bila sudah selesai melakukan penambalan kegiatan selanjutnya adalah penyusunan jaring pada lambung kanan kapal dengan cara jaring ditarik bersama-sama oleh semua awak kapal lalu disusun. Gambar 9. Susunan Jaring Lambung kanan kapal Semua peralatan kerja (alat bantu penangkapan da alat kerja lainnya) di rapikan disimpan di tempatnya semula, kemudian di lakukan pembersian dek kapal. e. Penaganan Ikan Pasca Hasil Tangkap Setelah ikan tertangkap, hal yang sangat penting dilakukan adalah penanganan ikan hasil tangkapan. Ikan adalah komoditi yang mudah mengalami pembusukan, maka jika tidak segera ditangani dengan cepat dan tepat ikan-ikan tersebut akan busuk atau rusak dan apa yang telah kita lakukan akan menjadi sia-sia. Penanganan yang di lakukan pada KM. Semangat Jaya adalah dengan satu macam cara, yaitu : 41 Ikan yang telah tertangkap dimasukkan ke dalam palka ikan dengan menggunakan caduk. Dasar palka sebelumnya telah diberi pecahan es setebal ±15cm. Pada waktu memasukan ikan ke dalam palka, diharapkan ikan dan es bisa bercampur dengan merata. Setelah itu di atas ikan diberi pecahan es lagi, begitu seterusnya (Es→Ikan→Es). Karena ikan yang tertangkap rata-rata adalah ikan kecil, maka pada saat memasukan ikan ke dalam palka tidak bisa satu persatu. Oleh karena itu untuk menyiasati agar ikan tetap segar dan es tidak meleleh, maka KM. Semangat Jaya tidak menggunakan es curah, tetapi menggunakan es batu yang telah dihancurkan dengan martil kayu besar dan es dimasukan ke dalam tenpayan yang terbuat dari karet/ban mobil. Tujuannya agar es tadi tidak mudah meleleh sehingga ikan masih dalam keadaan segar dan dingin. Untuk menjaga kualitas ikan, khususnya untuk waktu yang agak lama maka ikan dicampur dengan sedikit garam. Keadaan palka harus selalu diperhatikan. Jika air yang disebabkan oleh pencairan es di dalam palka sudah banyak maka harus segera dikeluarkan dengan menggunakan pompa air. g. Bongkar dan Lelang Setelah kapal sampai di pelabuhan, nahkoda segera melapor ke syahbandar dan perusahaan memberitahukan kapal telah masuk ke pelabuhan. Pembongkaran dilakukan tergantung dari kapal itu sendiri. Kegiatan bongkar dilakukan oleh Buruh bongkar kapal di pelabuhan. Adapun cara pembongkaran di kapal KM. Semangat Jaya dengan dua cara yaitu, Ikan yang di awetkan dengan media es ini biasanya masih dalam keadaan segar dan dapat disebut ikan segar. Ikan dikeluarkan dari palka oleh 3-4 orang anak buah kapal dengan menggunakan caduk kecil dan salah satu anak buah kapal menyiram ikan dengan air bersih supaya kotoran yang menempel pada tubuh ikan bisa hilang. 42 Gambar 9. Pembongkaran ikan 43 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan pengalaman yang telah dialami selama penulis melaksaakan praktek di industri yaitu berlayar serta ditambah dengan keterangan yang diberikan oleh Nakhoda dan ABK, Dalam operasi penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap Purse Seine penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Nelayan Sibolga – Sumatra Utara menggunakan alat tangkap ikan purse seine yang semi modern. Hal ini dikarenakan para nelayan memang sudah menggunakan mesin bantu penangkapan dan juga masih menggunakan cara manual yaitu pengandalan tenaga manusia lebih khusus disaat penarikan jaring. 2. Masih banyak kapal-kapal nelayan purse seine di Sibolga yang perlengkapan alat-alat keselamatannya yang masih belum memadai (terbatas). 3. Tujuan penangkapan ikan dengan alat tangkap ini adalah ikan-ikan pelagis yang membentuk gerombolan ikan (Schooling pelagis). Tidak menutup kemungkinan ikan-ikan demersal juga dapat tertangkap atau jenis-jenis ikan lainya seperti cakalang, dikarenakan ikan –ikan ini juga mencari makan ikanikan kecil yang berada di sekitar rumpon. 4. Metode penangkapan yang digunakan adalah dengan menggunakan lampu halogen atau galaxi (cahaya) untuk mengumpulkan ikan. Operasi penangkapan dilakukan pada malam hari. Teknik operasi penangkapan yang digunakan adalah mengikuti polah arah angin, arah arus, serta sesuai dengan panjang jaring atau alat tangkap ikan (purse seine) itu sendiri. 5. Cara penanganan ikan baik di kapal maupun di perusahaan sangat sederhana, karena hanya menggunakan es untuk menjaga kesegeran ikan. Dan penanganan yang kurang baik, sehingga mutu ikan belum mencapai tahap yang baik juga. Karena mutu ikan yang menentukan nilai harga ikan di pasaran. 44 B. Saran Adapun saran-saran yang ingin penulis samapaikan yang berhubungan dengan pelaksanaan magang di industri antara lain : 1. Bagi Industri Untuk mencapai keberhasilan suatu operasi penangkapan maka para nakhoda kapal purse seine di Sibolga – Sumatra Utara haruslah betul-betul memahami beberapa factor yang menentukan keberhasilan suatu operasi penangkapan di antaranya adalah pemahaman dan penguasaan Fishing Ground atau daerah penangkapan yang baik untuk dijadikan target penangkapan. Agar hasil tangkapan ikan tidak mudah rusak atau bertahan lama dan mutu ikan tetap terjaga sampai di pelelangan atau pemasaran, maka penanganan ikan haruslah diperhatikan lebih sehingga sebaiknya kapal purse seine di Sibolga – Sumatra Utara haruslah dilengkapi dengan mesin pendingin atau Freezer. 2. Bagi Pemerintah Pada kapal-kapal purse seine di Sibolga – Sumatra Utara masih banyak kapal yang belum melengkapi armadanya dengan alat-alat keselamatan seperti baju renang, alat pemadam kebakaran, rakit penolong dan sebagainya. Untuk pemerintah harus lebih pro aktif mensosialisasikan pengumuman tentang penting adanya alat-alat penolong di atas kapal guna keselamatan kerja dan kenyamanan kerja di laut. Demi kelestarian dan kelangsungan biota laut, khususnya ikan-ikan ekonomis penting, seharusnya pemerintah membatasi waktu penangkapan misalnya dimana pada saat musim ikan melakukan pemijahan sampai ikan siap ditangkap, karena masih banyak para nelayan melakukan penangkapan disaat ikan masih melakukan pemijahan. Tanpa disadari hal ini yang akan mengurangi bahkan menghilangkan penghasilan para nelayan dimasa-masa yang akan datang. 3. Bagi Institusi Pendidikan Sebelum mahasiswa melaksanakan kegiatan magang industri, perlunya diadakan peninjauan langsung terlebih dahulu ke tempat magang/industri yang akan ditentukan. 45 DAFTAR PUSTAKA Ayodhyoa,(1988/1989). Fishing Methode. Diktat Kuliah Teknik Penangkapan Ikan. Proyek Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi. Institut Pertanian Bogor. Afrianto.E, Liviawaty.E.(1989). Pengawetan dan Pengelolahan Ikan. KANISIUS. Barus, H.R dan C.Nasution.(1982).Purse Seine Sebagai Alat Tangkap Ikan Lemuru (Sardinella Longicep) di selat Bali. Procceding Seminar Ikan Lemuru di Banyuwangi. Farid,A., Fauzi.,N.Bandung,Fachrudin,Sugino.(1988).Teknologi Penangkapan Ikan. Jaringan Informasi Perikanan I Indonesia (Indonesia Fisheries Information System). Direktorat Jendral Perikanan Bekerja Sama dengan International Development Research Centre. INFIS Manual Seri N0. 5. Jakarta. Monitja, D.R.(1993).Study on The Development of Rumpon As Fish Aggregation devicein Indonesia. Bulletin.ITK.Maritek. Special Issue.Volume 3 No 2 Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan. Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. Naryo Sadhori S.(1985). Bahan Alat Penangkapan Ikan. CV. Yasaguna Jakarta. Subani. W,HR Barus.(1988/1989). Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Balai Penelitian Perikanan Laut. Badan Penelitian dan Pengembangan. Pertanian Depertemen Pertanian Jakarta. Standar Statistik Perikanan.(1975). Direktorat Jendral Perikanan. Jakarta. Direktorat Jendral Perikanan (BPPI).(1988). Pengenalan Bentuk Kapal Perikanan. Bagian Proyek Pengembagan Teknik Penangkapan Ikan. Semarang. 46