BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penghambat ACE menghambat konversi angiotensin I (Ang I) menjadi Angiotensin II (Ang II). Tetapi Ang II juga dibentuk oeh enzim-enzim non-ACE. Misalnya kimase yang banyak terdapat di jantung. Kebanyakan efek biologik Ang II diperantarai oleh reseptor angiotensin tipe 1 ( AT1). Stimulasi reseptor AT1 menyebabkan vasokontriksi, stimulasi dan pelepasan endosteron, peningkatan aktifitas simpati dan hipertropi miokard. Aldosteron menyebabkan reabsorpsi Na dan air di tubulus ginjal, sedangkan aktivitas simpatis menyebabkan sekresi renin dari sel justaglomerular di ginjal. Reseptor AT2 memperantarai stimulasi apoptosis dan antiproliferasi. Penghambat ACE dengan mengurangi pembentukan Ang II akan menghambat aktivitas Ang II di reseptor AT 1 , maupun AT 2. Pengurangan hipertropi miokard dan penurunan preload jatung akan menghambat progresi remodelling jantung. Disamping itu, penurunan aktivasi neurohormonal endogen ( Ang II, aldosteron, neroninefrin) akan mengurangi efek langsungnya dalam menstimulasi remodelling jantung. Enzim ACE adalah kinase II, maka penghambat ace akan menghambat degradasi bradikinin sehingga kadar bradikinin yang dibentuk lokal di endotel vaskuler akan meningkat. Bradikinin bekerja lokal pada reseptor BK2 di sel endotel dan menghasilkan nitric oxide (NO) dan Prostasiklin (PGI2), keduanya merupakan vasolidator, antiagregasi trombosit dan antiproliferasi. Efek samping batuk kering yang terjadi pada pemberian penghambat ACE (dengan insiden sampai >30%) diduga terjadi di jalur KKP(kalikrein-bradikinin-prostagandin) dengan melibatkan bradikinin, substansi P, prostagandin dam leukotrien. Disamping itu, efeksamping angioedema (dengan insiden 0,1-1%) juga diduga akibat akumulasi bradikinin. Penghambat ACE merupakan terapi lini pertama untuk fungsi dengan fungsi sistolik ventrikel kiri yang menurun, yakni dengan fraksi ejeksi di bawah normal (< 40-45%), dengan atau tanpa gejala. Pada pasien tanpa gejala, bat ini diberikan untuk menunda atau mencegah terjadinya gagal jantung, dan juga untuk mengurangi resiko infark miokard dan kematian mendadak. Pada pasien dengan gejala gagal jantung tanpa retensi cairan. Penghambat ACE harus diberikan sebagai terapi awal, pada pasien dengan retensi cairan, obat ini harus diberikan berikan bersama diuretik. Penghambat ACE harus dimulai setelah fase akut infark miokard, meskipun gejalanya transien untuk mengurangi moralitas dan infark ulang serta hospitalisasi karena gagal jantung. Pada pasien gagal jatung sedang dan berat dengan disfungsi sistolik ventrikel kiri, penghambat ACE mengurangi moralitas dan gejala-gejala gagal jantung. Meningkatkan kapasitas fungsional, an mengurangi hospitalisasi. B. Rumusan Masalah Dalam makalah mengenai Penghambat ACE / ACE inhibitor ini terdapat beberapa rumusan masalah : 1. Apa yang dimaksud dengan ACE inhibitor? 2. Afa fungsi dari ACE inhibitor ? 3. Apa Manfaat ACE inhibitor bagi kardiovaskuler ? 4. Mengapa ACE inhibitor dianjurkan sebagai obat hypertensi ? 5. Kelompok Golongan abat yang terdapat dalam ACE inhibitor ! 6. Jelaskan farmakodinamik dan farmakokinetik dari golongan obat tersebut ? 7. Mekanisme kerja dari obat obat ace inhibitor ? 8. Indikasi dan kontra indikasi obat obat penghambat ace ? 9. Efek samping dan interaksi dari obat obat penghambat ACE ? 10. Dosis dan Frekuensi Pemberian ? C. Ruang lingkup Masalah ACE Inhibitor adalah Sekelompok obat-obat yang memperlambat (menghalangi) aktivitas dari enzim ACE. ACE memiliki dua fungsi utama di tubuh, fungsi pertama adalah sebagai katalisator angiotensin I menjadi angiotensin II. Angiotensin II merupakan senyawa vasokonstriktor kuat. Sedangkan fungsi ACE yang kedua adalah sebagai pengurai bradikinin, yang merupakan vasodilator kuat. Manfaat ACE- I untuk pengobatan hipertensi, gagal jantung dan proteksi terhadap terjadinya disfungsi endotel didasarkan pada pengetahuan tentang sistem renin-angiotensin aldosteron (RAA). Obat ACE inhibitor efektif untuk hipertensi yang ringan, sedang maupun berat. Sebagai monoterapi, obat ACE inhibitor sama efektivitasnya dengan golongan antihipertensi lainnya. Obat ACE inhibitor efektif sebagai antihipertensi pada sekitar 70% penderita. Penurunan tekanan darah sekitar 10/5 sampai 15/12 mm HG. Besarnya penurunan tekanan darah ini sebanding dengan tingginya tekanan darah sebelum pengobatan. Obat ACE inhibitor terutama efektif pada hipertensi dengan PRA (aktivitas renin plasma) yang tinggi, yaitu pada kebanyakan hipertensi maligna dan hipertensi renovaskuler, dan pada kira-kira 1/5 populasi hipertensi esensial, tetapi obat ini juga efektif pada hipertensi dengan aktivitas renin plasma (PRA) yang normal dan yang rendah, karena itu penentuan aktivitas renin plasma (PRA) tidak berguna untuk individualisasi terapi. Farmakodinamik ACE Inhibitor : 1. Inhibitor ACE menghambat konversi Ang I menjadi Ang II. 2. Inhibitor ACE juga menghambat aktivitas Ang II di AT1 maupun AT2. 3. Selanjutnya inhibitor ACE akan menghambat degradasi bradikinin sehingga kadar bradikinin yg terbentuk lokal di endotel vaskular akan meningkat. Farmakokinetik ACE Inhibitor : Obat-obatan penghambat ACE (ACE inhibitor) adalah segolongan obat yang menghambat kinerja angiotensin-converting enzyme (ACE), yakni enzim yang berperan dalam sistem renin-angiotensin tubuh yang mengatur volume ekstraseluler (misalnya plasma darah, limfa, dan cairan jaringan tubuh), dan vasokonstriksi arteri. ACE memiliki dua fungsi utama di tubuh, fungsi pertama adalah sebagai katalisator angiotensin I menjadi angiotensin II. Angiotensin II merupakan senyawa vasokonstriktor kuat. Sedangkan fungsi ACE yang kedua adalah sebagai pengurai bradikinin, yang merupakan vasodilator kuat. Kedua fungsi ACE tersebut menjadikan penghambatan ACE penting perannya dalam perawatan penyakit tekanan darah tinggi, gagal jantung, dan diabetes mellitus tipe 2. Penghambatan ACE akan berakibat menurunnya pembentukan angiotensin II dan menurunnya metabolisme bradikinin, dengan demikian akan terjadi dilasi (pelebaran) sistematik pada arteri dan vena, serta penurunan tekanan darah arteri. Akan tetapi penghambatan ACE, yang juga secara langsung akan menghambat pembentukan angiotensin II dapat menyebabkan pengurangan sekresi aldosteron (yang dimediasi angiotensin II) dari korteks adrenal. Hal ini akan mengakibatkan penurunan penyerapan kembali air dan natrium, serta pengurangan volume ekstraseluler. Mekanisme Aksi ACE Inhibitor Beberapa bukti menunjukkan bahwa ACE jaringan berkontribusi signifikan pada respon seluler remodeling ventrikel, dan inhibisi pada ACE jaringan penting kaitannya dengan aktivitas ACE jaringan efek antiremodeling miokard ACE dan level ACE inhibitor. Pada tikus, mRNA post miokard infark meningkat dua kali lipat. Karena ACE inhibitor memiliki kemampuan yang beragam dalam menghambat ACE lokal dan jaringan, beberapa agen mungkin tidak secara adekuat menekan peningkatan lokal dari angiotensin II, sehingga mengurangi kemampuannya sebagai antiremodeling. Salah satu studi melaporkan bahwa prevensi dari hipertrofi ventrikel kiri pada tikus dengan volume overload tergantung dari inhibisi ACE lokal (miokard). Pada tikus dengan miokard infark, ditemukan bahwa inhibisi peningkatan survival dan poten reduksi dari massa aktivitas ACEjaringan ventrikel kiri dan terkait ekspresi gen ANP ventrikel yang lebih besar. Studi ini menunjukkan bahwa derajat dari inhibisi ACE jaringan penting untuk prevensi remodeling pada beberapa hewan percobaan.8 ACE inhibitor merupakan obat pertama yang secara konsisten dan substansial sukses inhibitor berperan berperan dalam dalam terapi gagal pengobatan gagal jantung jantung melalui kronik.ACE mekanisme pencegahan remodeling yang dimediasi oleh angiotensin II.8 Menurut studi dari ELITE – II (Evaluation of Losartan in the Eldery Study II) jalur ACE merupakan jalur yang lebih dominan dalam pembentukan angiotensin II pada jantung manusia. Pada penggunaan ACE inhibitor, peningkatan level bradikinin perlu diperhatikan. Studi pada gagal jantung menunjukkan bahwa genACE, ekspresi protein ACE, dan aktivitas enzim ACE meningkat, namun ekspresi gen chymase tidak meningkat. Ventrikel pada jantung yang gagal akan mengambil renin sistemik yang meningkat dalam jumlah yang lebih banyak daripada ventrikel yang sehat. Jantung yang gagal juga menunjukkan level protein angiotensinogen yang lebih rendah, sesuai dengan penurunan substrat. Akhirnya, pada gagal jantung, reseptor angiotensin II tipe 1 (AT 1) secara selektif mengalami downregulation pada level protein dan mRNA, mungkin karena paparan terhadap peningkatan angiotensin II. Hal ini mengindikasikan bahwa local myocardial renin-angiotensin system (RAS) pada gagal jantung terinduksi, sehingga terjadi aktivasi sistemik. Induksi ini tidak terjadi pada sistem chymase. Peningkatan level angiotensin II memiliki beberapa efek pada system kardiovaskular, meliputi hipertroficardiac myocyte, apoptosis myocyte, fasilitasi pelepasan norepinefrin presinaps, dan efek mitogenik pada fibroblast. Kebanyakan dari efek biologis angiotensin II ini berkontribusi pada terjadinya hipertrofi dan remodeling.8 ACE inhibitor dipertimbangkan sebagai terapi mandatory pada gagal jantung dan disfungsi sistolik ventrikel kiri asimptomatik. Menurut studi trial pada gagal jantung dan post mikard infark, dosis yang dipakai harus dosis rata-rata untuk menurunkan angka kematian. Satu-satunya efek samping yang menetap pada penggunaan ACE inhibitor adalah sedikit peningkatan terjadinya batuk ( 5% lebih tinggi daripada plasebo), pada pasien semacam ini dapat diganti dengan angiotensin II AT 1 receptor blocker.9 Tabel 6. Target dosis ACE inhibitor6 Drug Starting Dose Target Maintenance Dose Benazapril Cilazapril 2.5mgdaily 6.25mgtwice daily 0.5mgdaily Enalapril 2.5mgdaily Lisinopril 2.5mgdaily 10-20mgtwice daily 20-40mgdaily Perindopril Quinapril 2mg daily 2.5mgdaily 2mg daily 20-40mgdaily Ramipril 1.25mgdaily 5-10mgdaily Trandolapril 0.4mgdaily 4mg daily Captopril 20mgdaily 50mgthree times daily 0.5mgdaily ACE inhibitor dapat dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan struktur molekul mereka: 1. Sulfhidril yang mengandung agen : Captopril (perdagangan Capoten nama), penghambat ACE yang pertama Zofenopril 2. Dicarboxylate yang mengandung agen : Ini adalah kelompok terbesar, termasuk: Enalapril (Vasotec / Renitec) Ramipril (Altace / Tritace / Ramace / Ramiwin) Quinapril (Accupril) Perindopril (Coversyl / Aceon) Lisinopril (Lisodur / Lopril / Novatec / Prinivil / Zestril) Benazepril (Lotensin) 3. Fosfonat yang mengandung agen Fosinopril (Monopril) adalah satu-satunya anggota kelompok ini D. TUJUAN PENULISAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Penulis memiliki beberapa tujuan dalam penulisan makalah mengenai ACE Inhibitor ini. Diantaranya ?: Dapat mengetahui Definidi ACE inhibitor Mengetahui manfaat dan fungsi ACE inhibitor Mengetahui kelompok golongan ACE inhibitor. Menejelaskan farmakodinamik dan farmakokinetik dari golongan obat golongan ACE Inhibitor. Mengetahui Mekanisme kerja dari obat obat ACE inhibitor. Mengetahui Indikasi dan kontra indikasi obat obat penghambat ACE. Mengetahui Efek samping dan interaksi dari obat obat penghambat ACE. Mengetahui Dosis dan Frekuensi Pemberian . BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian ACE Inhibitor Obat-obatan penghambat ACE (ACE inhibitor) adalah segolongan obat yang menghambat kinerja angiotensin-converting enzyme (ACE), yakni enzim yang berperan dalam sistem renin-angiotensin tubuh yang mengatur volume ekstraseluler (misalnya plasma darah, limfa, dan cairan jaringan tubuh), dan vasokonstriksi arteri. ACE memiliki dua fungsi utama di tubuh, fungsi pertama adalah sebagai katalisator angiotensin I menjadi angiotensin II. Angiotensin II merupakan senyawa vasokonstriktor kuat. Sedangkan fungsi ACE yang kedua adalah sebagai pengurai bradikinin, yang merupakan vasodilator kuat. Kedua fungsi ACE tersebut menjadikan penghambatan ACE penting perannya dalam perawatan penyakit tekanan darah tinggi, gagal jantung, dan diabetes mellitus tipe 2. Penghambatan ACE akan berakibat menurunnya pembentukan angiotensin II dan menurunnya metabolisme bradikinin, dengan demikian akan terjadi dilasi (pelebaran) sistematik pada arteri dan vena, serta penurunan tekanan darah arteri. Akan tetapi penghambatan ACE, yang juga secara langsung akan menghambat pembentukan angiotensin II dapat menyebabkan pengurangan sekresi aldosteron (yang dimediasi angiotensin II) dari korteks adrenal. Hal ini akan mengakibatkan penurunan penyerapan kembali air dan natrium, serta pengurangan volume ekstraseluler. B. Fungsi ACE Inhibitor ACE memiliki dua fungsi utama di tubuh, fungsi pertama adalah sebagai katalisator angiotensin I menjadi angiotensin II. Angiotensin II merupakan senyawa vasokonstriktor kuat. Sedangkan fungsi ACE yang kedua adalah sebagai pengurai bradikinin, yang merupakan vasodilator kuat. Kedua fungsi ACE tersebut menjadikan penghambatan ACE penting perannya dalam perawatan penyakit tekanan darah tinggi, gagal jantung, dan diabetes mellitus tipe 2. Penghambatan ACE akan berakibat menurunnya pembentukan angiotensin II dan menurunnya metabolisme bradikinin, dengan demikian akan terjadi dilasi (pelebaran) sistematik pada arteri dan vena, serta penurunan tekanan darah arteri. ACE-inhibitor yang baik adalah yang memiliki trough to peak ratio 5066%. Perindopril memenuhi syarat tersebut karena memiliki trough to peak ratio mendekati 75-100%. Selain itu, perindopril juga memiliki ikatan yang cukup baik dalam plasma dan jaringan, yakni sebesar 17%. Dalam pengobatan seharihari, peredaran ACE dalam plasma hanya 10% dan efek ACE yang utama adalah dalam jaringan. Inilah kenyataan yang cukup penting, yakni kadar ACE dalam jaringan yang sangat tinggi. Tercatat ACE terdapat diberbagai jaringan seperti vaskulatur (endotel), adrenal, jantung, ginjal, paru, dan organ reproduktif. C. Manfaat ACE Inhibitor 1. Mengurangi Moralitas dan mordabilitas pada semua pasien gagal jantung sistolik (semua derajat keparahan, termasuk yang asistomatik). 2. ACE-inhibitor sangat berpengaruh positif pada penderita hipertensi. Pada penderita hipertensi, kelainan utama akan terlihat pada media dinding pembuluh darah. D. Kelompok Obat Penghambat ACE 1. 2. 3. 1. 2. Terdapat 3 kelompok obat penghambat ACE, yang dibagi berdasarkan struktur molekulnya, yakni: Kelompok yang mengandung sulfidril, contohnya kaptopril danzofenopril Kelompok yang mengandung dikarboksilat, contohnyaenalapril, ramipril, quinapril, perindopril, lisinopril, danbenazepril. Kelompok yang mengandung fosfonat, contohnya adalahfosinopril. Secara umum obat ACE inhibitor dapat dibedakan atas : Obat ACE inhibitor yang bekerja langsung yaitu ; kaptopril dan lisinopril Obat ACE inhibitor yang bekerja tidak langsung (merupakan prodrug) yaitu semua yang lain. E. Farmakodinamik dan Farmakokinetik Kelompok Obat Kardiovaskuler - Katopril : CAPTOPRIL-12,5 DAN CAPTOPRIL-25 a. Farmakodinamik Captopril adalh D-3 mercaptomethyl-propionyl-L-proline. Captopril mempunyai efek yang menguntungkan pada hipertensi dan gagal jantung, yaitu penekanan sistem renin-angiotensin-aldosterone. Captopril mencegah perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II oleh inhibisi ACE (angiotensin Converting Enzym) . b. Farmakokinetik Setelah pemberian secara oral captopril secara cepat diabsorpsi dan adanya makanan dalam saluran gastrointestinal berkurang 30-40%. Dalam periode 24 jam lebih dari 95% dosis yang diabsorpsi dieliminasi ke dalam urin dan 40-50%nya dalam bentuk tidak berubah. - Zefenopril a. Farmakodinamik Kalsium Zofenopril (CAS 81938-43-4) adalah angiotensin baru converting enzyme (ACE) inhibitor, yang selain kegiatan khas kelas, terbukti memiliki efek kardioprotektif spesifik karena juga untuk kehadiran kelompok sulfhidril. Dalam kalsium zofenopril percobaan dan maleat enalapril (CAS 76095-16-4) diberikan kepada 20 sukarelawan sehat dari kedua jenis kelamin di resimen dosis diulang pada dua tingkat dosis: 30 mg dan 60 mg kalsium zofenopril dan 10 mg dan 20 mg enalapril maleat. Penelitian dilakukan sesuai dengan jangka waktu dua, dua-urutan, desain crossover, dengan washout. ACE aktivitas di serum dan zofenopril, zofenoprilat, enalapril dan konsentrasi plasma enalaprilat ditentukan selama dan pada hari terakhir dari dua periode studi. Kedua zofenopril dan enalapril secara luas dikonversi melalui hidrolisis untuk aktif metabolit zofenoprilat dan enalaprilat, masing-masing. Zofenopril dipamerkan lengkap dan tingkat hidrolisis lebih cepat dibandingkan dengan enalapril, yang tercermin oleh tinggi untuk rasio metabolit orangtua obat Cmax dan AUCss, tau ditunjukkan oleh senyawa ini. Meskipun hanya dua tingkat dosis diselidiki dalam sidang ini, farmakokinetik kedua obat tampaknya linear. Sejalan dengan percobaan sebelumnya, kedua senyawa pada kedua tingkat dosis diselidiki menghasilkan inhibisi lengkap atau hampir lengkap dari aktivitas ACE dalam serum, untuk periode yang berlangsung 6-8 jam setelah pemberian, penghambatan yang masih relevan 24 jam setelahnya. The tolerabilitas dua obat pada kedua tingkat dosis terbukti sangat baik seperti yang ditunjukkan oleh gejala subyektif dan obyektif, dengan tidak adanya efek samping yang relevan, dan dengan parameter laboratorium biokimia dan tanda-tanda vital dievaluasi sebelum dan setelah sidang. Tekanan darah menunjukkan tren penurunan yang cukup dengan kedua obat, sistolik dan nilai tekanan darah diastolik yang namun dalam batas normal dalam semua mata pelajaran. Dalam hal tidak ada gejala hipotensi yang dialami. Dalam kesimpulan, zofenopril kalsium dan maleat enalapril menunjukkan toleransi yang sangat baik dan tampaknya mengerahkan kegiatan serupa di ACE serum. Perbedaan utama dalam farmakokinetik dua senyawa adalah konversi dari pro-obat untuk metabolit aktif yang lebih cepat dengan zofenopril. b. Farmakokinetik Zofenopril adalah obat yang sekali di absorpsi mengalami hidrolisis yang cepat dan lengkap dengan zofenoprilat sulfhidril yang mengandung metabolit aktif. Pada orang sehat, dosis oral tunggal zofenopril 10mg akan cepat dihidrolisis, dengan bioavailabilitas rata-rata 93%. Berarti memerlukan waktu 3,3 jam, berarti waktu absorpsi 1,4 jam dan waktu untuk puncak konsentrasi plasma (tmax) selama 0.4 jam. Setelah pemberian oral obat zofenoprilat, untuk ginjal adalah 0,19 L / h / kg (3,1 ml / menit / kg), non-ginjal izin 0.5 L / h / kg (8,3 ml / menit / kg), volume distribusi pada steady state ( Vdss) 1.3L/kg, eliminasi paruh (t1 / 2) 5,5 jam dan rata-rata waktu tinggal 1,9 jam. Bioavailabilitas mutlak zofenoprilat adalah 78% jika dihitung dari area di bawah konsentrasi plasma-time curve (AUC) nilai darah dan 65% jika dihitung dari nilai ekskresi urin. Zofenopril dan zofenoprilat secara luas terikat dengan protein plasma, dan eliminasi adalah baik hati dan ginjal. Dalam studi lain dosis tunggal pada pasien, administrasi zofenopril 60mg mengakibatkan nilai waktu maksimal dari 1,19 dan 1,36 jam untuk zofenopril dan zofenoprilat, Esterases memediasi biotransformasi zofenopril ke zofenoprilat. ACE-hambat efek zofenopril, melalui zofenoprilat, ditemukan in vitro dan in vivo menjadi 3 sampai 10 kali lebih tinggi pada basis molar daripada kaptopril. Mungkin., Properti yang paling relevan adalah zofenopril lipofilisitas tinggi ( oktanol-air koefisien distribusizofenopril 3,5, zofenoprilat 0,22), yang memungkinkan penetrasi jaringan yang luas dan berkepanjangan, dan mengikat jaringan ACE. - Ramipril a. Farmakokinetik Ramipril adalah kerja lama angiotensin converting bukan golongan sudrifil. enzyme (ACE) inhibitor diperkenalkan untukpenggunaan klinis sekitar satu dekade lalu.Ramipril adalah obat yang mengalami de-esterifikasi dalam hati untuk membentukramiprilat, metabolit aktif. Ramipril cepatmendistribusikan ke seluruh jaringan, denganginjal hati, dan paru-paru menunjukkankonsentrasi nyata lebih tinggi dari obat daridarah. Setelah penyerapan dari saluranpencernaan, hidrolisis cepat ramipril terjadi di hati. Dalam rentang konsentrasi terapeutik,protein pengikatan ramipril dan ramiprilatadalah 73 dan 56%, masing-masing. Ramiprilatmengikat ACE dengan afinitas tinggi pada konsentrasi yang sama dengan enzim dan menetapkan keseimbangan perlahan. Meskipunramipril dimetabolisme oleh hati da n mekanismeginjal untuk kedua konjugat glucuronate danturunan diketopiperazine, sebagian besar obatdiekskresikan dalam urin sebagai ramiprilat dankonjugat glucuronate dari ramiprilat. Eliminasi dari tubuh ditandai dengan fase awal yang relatifcepat dengan waktu paruh dari 7 jam dan fase akhir dengan waktu paruh sekitar 120 jam.Tidak ada interaksi farmakokinetik klinissignifikan antara obat ramipril dan lainnya telah dilaporkan. Obat telah umum ditoleransi denganefek samping yang paling umum menjadi pusing(3,4%), sakit kepala (3,2%), kelemahan (1.9%)dan mual (1,7%). Ramipril adalah obat yang efektif dan ditoleransi dengan baik untuk pengobatan hipertensi dan gagal jantungkongestif pada semua pasien, termasuk merekadengan ginjal atau disfungsi hati, dan orang tua. b. Farmakodinamik Ramipril adalah jenis obat yang disebut ACE (angiotensin converting enzyme) inhibitors yang bekerja dengan cara mengendurkan pembuluh darah. Hal ini membantu mengecilkan tekanan darah. Indikasi: Untuk mengobati tekanan darah tinggi (hipertensi), gagal jantung, dan untuk meningkatkan kemampuan bertahan setelah serangan jantung. Dosis: 1. Pemberian dosis melalui mulut (per oral) 2.5 mg sehari saru kali. 2. Dosis lanjutan: 10 mg melalui mulut (per oral) sehari satu kali. Efek Samping: Efek CV (hipotensi, angioedema); Efek CNS (kelelahan, sakit kepala); Efek GI (gangguan perasa); Efek berturut-turut (batuk tidak berdahak; upper resp tract symptoms); Efek Dermatologis (ruam, erythema multiforme, toxic epidermal necrolysis); reaksi hipersensitivitas; Efek ginjal (kerusakan ginjal); Gangguan electrolyte (hiperkalemia, hiponatremia,); gangguan darah. 1. 2. 3. 4. Instruksi Khusus: Pasien dengan HF dan mereka yang kekurangan gula atau air (melakukandiuretic atau dialysis) mungkin mengalami hipotensi selama tahapan pemberian dosis dalam terapi ACE inhibitor. (Mulai pengobatan atas pengawasan medis; pada pasien ini gunakan dosis rendah dan lakukan dengan posisi terlentang) Hindari pada pasien dengan aortic stenosis atau outflow tract obstruction dan harus terhindar dari penyakit actual renovascular. Gunakan dengan hati-hati pada pasien dengan riwayat keturunan atau idiophatic angioedema. Fungsi ginjal harus diukur sebelum pemberian ACE inhibitor dan harus diawasi selama terapi. (Pasien dengan penyakit ginjal atau yang menggunakan dosis tinggi harus diawasi secara reguler untuk mencegah proteinuria)