perbandingan pengajaran dengan menggunakan kbk

advertisement
PERBANDINGAN PENGAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN KBK (KURIKULUM
BERBASIS KOMPETENSI) DAN KTSP (KURIKULUM TINGKAT SATUAN
PENDIDIKAN)
Endang Widuri
abstract
Curriculum as a design in education has a strategic position, as all
educational activities geared to the curriculum. Basically the
curriculum is a system consisting of several components.
Curriculum components of an educational institution can be
identified by reviewing books education curriculum. In the
classical view, the curriculum is seen as a lesson plan in a school
or lessons and materials that must be taken at school. Meanwhile,
according to the modern view, the curriculum as a lesson plan,
regarded as something real happening in the education process in
schools.
Kata kunci : pengertian kurikulum, fungsi dan tujuan kurikulum, pengertian KBK, tujuan,
landasan dan ciri-ciri KBK, pengertian KTSP, tujuan, landasan dan ciri-ciri KTSP, perbedaan
KBK dan KTSP.
A. PENDAHULUAN
Kurikulum dalam bahasa Yunani Kuno berasal dari kata Curir yang artinya pelari, dan
Curere yang artinya tempat berpacu. Curriculum diartikan jarak yang harus ditempuh oleh pelari.
Dari makna yang terkandung, maka kurikulum dalam pendidikan dapat diartikan sebagai
sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan anak didik untuk memperoleh
ijazah. Dalam kosa kata bahasa Arab, istilah kurikulum dikenal dengan kata manhaj yang berarti
jalan yang terang atau jalan terang yang dilalui oleh manusia pada berbagai kehidupannya (AlSyaibany, 1997:478). Apabila pengertia manhaj atau kurikulum dikaitkan dengan pendidikan,
maka berarti jalan terang yang dilalui pendidik atau guru latih dengan orang-orang yang dididik
atau dilatihnya untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap mereka (AlSyaibany, 1997:478).
Kurikulum dalam pengertian yang sempit adalah bagian dari keseluruahan aspek dalam
sebuah proses belajar mengajar yang tertuang secara tertulis dan dipergunakan sebagai pedoman
untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh sebuah lembaga. Kurikulum dalam arti luas
menyangkut seluruh aspek dalam sebuah proses belajar mengajar yang terjadi dalam upaya
pendidikan dalam sebuah lembaga untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dari beberapa
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah sebagai metode, cara, atau sistem
pembelajaran yang diterapkan pada lembaga pendidikan, termasuk materi atau mata pelajaran
yang diajarkan dan tempat pelaksanaan pendidikan.
Proses pengembangan kurikulum memang merupakan sesuatu yang kompleks, karena
tidak hanya menuntut penguasaan kemampuan secara teknis pengembangan berbagai komponen
kurikulum dari para pengembang kurikulum, akan tetapi lebih dari itu para pengembang
kurikulum harus mampu mengantisipasi berbagai faktor yang berpengaruh terhadap
pengembangan kurikulum bersifat internal maupun eksternal.
Adapun proses pengembangan kurikulum adalah kegiatan menghasilkan kurikulum baru
melalui langkah-langkah penyusunan,pelaksananan dan penyempurnaan kurikulum atas dasar
penilaian yang dilakukan selama kegiatan pelaksanaan kurikulum,dan hal tesebut bisa dikatakan
bahwa terjadinya perubahan-perubahan kurikulum mempunyai tujuan untuk perbaikan.
Fungsi kurikulum dalam proses pendidikan adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan
pendidikan. Maka hal ini berarti bahwa sebagai alat pendidikan kurikulum memiliki bagianbagian penting dan penunjang yang mendukung oprasinya secara baik. Bagian-bagian ini disebut
komponen.kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan memliki komponen pokok
dan komponen penunjang yang salng berkaitan, Berintraksi dalam rangka dukungannya untuk
mencapai tujan itu dalam sebuah kurikulum lembaga pendidikan terdapat dua tujuan yaitu;
1. Tujuan yang dicapai secara keseluruhan
Tujuan ini biasanya meliputi aspek-aspek pengetahuah, keterampilan, sikap dan nlainilai yang diharapkan dapat dimilik oleh para lulusan lembanga pendidikan yang
besangkutan.
2. Tujuan yang ingin dicapai oleh setiap bidang studi.
Tujuan ini biasanya disebut dengan tujuan kurikuler. Tujuan ini adalah penjabaran
institusional yang meliputi tujuan kurikulum dan intruksional yang terdapat dalam
GBPP ( Garis-garis Besar Program Pengajaran)tiap bidang studi.
B. PEMBAHASAN
I.
KONSEP KBK
Eve Krakow (2005) mengemukakan bahwa pengajaran berbasis kopetensi adalah
keseluruhan tentang pembelajaran aktif (active learning) Dimana Guru membantu siswa untuk
belajar bagaimana belajar dari pada hanya mempelajari isi (learn how to learn rather that just
cover content).
Lebih jauh christene Gillbert sebagai chief insfector Ofsted pada dokumen visi 2020 dari
Ofsted menyebutkan bahwa :
“Learning how to learn half a dozen times, as it descibes the imperatives for developing
the 21st-century curriculum. In the last decade, it seems that we have established the nation that
an appreciation of the ‘how’ students learn is at least as important as “what” they learn. The
National Strategies at primary and secundary level are promoting learning competencies and the
mantra for Every Child Matters includes enjoyment and engagement with learning as a key”.
Pendapat di atas
menekan bahwa pengembangan kurikulum di abad ke-21 lebih
ditekankan pada bagaimana mengembangkan suatu konsep “learning how to lerning”.
Pusat kurikulum, Balitbang Depdiknas (2002) mendenifikasikan bahwa kurikulum
berbasis kompetensi merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang kopetensi merupakan
perangkat rencana dan pengaturan tentang kompentensi dan hasil belajar yang harus dicapai
siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam
pengembangan kurikulum sekolah.kurikulum ini berorientasi pada : (1) hasil dan dampak yang
diharapkan mucul pada diri peserta didik melalui serangkaiaan pengalaman belajar yang
bermakna, dan (2) Keberagaman yang dapat diwujudkan sesuai dengan kebutuhannya.
Kurikulum berbasis kompetensi adalah kurikulum yang pada tahap perencanaan, trutama
dalam tahap pengembangan ide akan dipengaruhi oleh kemungkinan-kemungkinan pendekatan,
kompetensi dapat menjawab tantangan yang muncul. Artinya, pada waktu mengembangkan atau
mengadopsi pemikiran kurikulum berbasis kompetensi maka pengembangan kurikulum harus
mengenal benar landasan filosofi, kekuatan dan kelemahan pendekatan kompetensi dalam
menjawab tantangan,serta jangkauan validitas pendekatan tersebut ke masa depan. Harus diingat
bahwa kompetensi bersifat terus berkembang sesuai dengan tuntunan dunia kerja atau dunia
profesi maupun dunia ilmu(Suyanto,2005).
Kurikulum berbasis kompetensis memuat standart kompetensi pada dasar pada setiap
matapelajaran. Standar kompetensi diartikan sebagai kebulatan pengetahuan,ketrampilan, sikap,
dan
tingkat
penguasaan
yang
diharapkan
dicapai
dalam
mempelajari
suatu
mata
pelajaraan.cakupan standar penampilan (performance standard). Kompetensi dasar, merupakan
jabran dari standar kompetensi,adalah pengetahuan,keterampilan dan sikap minimal yang harus
dikuasai dan dapat diperagakan oleh siswa pada masing-masing standar kompetensi. Materi
pokok atau pembelajaran,yaitu pokok suatu bahan kajian yang dapat berupa bidang ajar, isi,
proses,kterampilan, serta konteks keilmuan suatu mata pelajaran.sedangkan indikator pencapaian
dimaksudkan adalah kemampuan-kemampuan yang lebih spesifik yang dapat dijadikan sebagai
ukuran untuk menilai ketuntasan belajar.
1. TUJUAN KBK
Dari definisi-definisi di atas kurikulum berbasis kompetensi meneka.nkan pada
mengeksplorasi kemampuan/potensi peserta didik secara optimal, mengkonstruk apa yang
dipelajari dan mengupayakan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kurikulum berbasis
kompetensi berupaya mengkondisikan setiap peserta didik agar memiliki pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak
sehingga proses penyamapaiannya harus bersifat kontekstual dengan mempertimbangkan faktor
kemampuan, lingkungan, sumber daya, norma, integrasi dan aplikasi berbagai kecakapan kinerja,
dengan kata lain KBK berorientasi pada pendekatan kontruktivisme.
2. LANDASAN KBK
a. Pancasila sebagai landasan Filosofi pengembangan kurikulum Nasional.
Sebagai suatu sistem kurikulum nasional, KBK mengakomodasikan berbagai
perbedaan secara tanggap budaya dengan memadukan berbagai kepentingan dan
kemampuan daerah. KBK menerapkan strategi yang meningkatkan kebermaknaan
pembelajara untuk semua peserta didik terlepas dari latar budaya, etnik, agama dan
gender melalui pengelolaan kurikulum berbasis sekolah.
Dalam rekonseptualisasi kurikulum ini digunakan landasan filosofi pendidikan
Pancasila sebagai dasar pengembangan kurikulum. Pancasila sangat relevan untuk
penerapan filosofi pendidikan yang mendunia seperti empat pilar belajar (learning to
be, learning to know, learning to do, dan learning to life together).
b. TAP MPR No. IV/MPR/1999/BAB IVE
c. GBHN (1999-2004) bab V tentang “Arah Kebijakan Pendidikan”
d. UU RI No. 22 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang
Otonomi Daerah yang substansinya menuntut perubahan dalam pengelolaan
pendidikan dari yang bersifat sentralistik. Pergeseran pola sentralisasi ke
desantralisasi dalam pendidikan ini merupakan upaya pemberdayaan daerah dan
sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan secara berkelanjutan, terarah dan
menyeluruh.
e. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
3. Ciri-Ciri KBK
a. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa, baik secara individual maupun
klasikal.
b. Berorientasi pada hasil belajar dan keragaman.
c. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang
bervariasi.
d. Sumber belajar bukan dari guru saja, tetapi juga sumber belajar yang lain yang
memenuhi unsur edukasi.
e. Penilaian menekankan pada proses dan hasil dalam upaya penguasaan atau
pencapaian suatu kompetensi.
II.
KONSEP KTSP
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan oleh
setiap satuan pendidikan dengan memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
dikembangkan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Dalam Standar Nasional Pendidikan
(SNP pasal 1 ayat 15) dikemukakan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan
pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan
berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP).
KTSP disusun dan dikembangkan berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 1 dan 2, sebagai berikut:
1. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan
untuk mewujudkan pendidikan nasional.
2. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip
diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik.
Beberapa hal yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) adalah sebagai berikut:
•
KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, potensi dan karakteristik
daerah, serta sosial budaya masyarakat setempat dan peserta didik.
•
Sekolsh dan komite sekolah mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan
silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan,
dibawah supervise dinas pendidikan kabupaten/kota, dan departemen agama yang
bertanggungjawab di bidang pendidikan.
•
Kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk setiap program studi di perguruan tinggi
dikembangkan dan ditetapkan oleh masing-masing perguruan tinggi dengan mengacu
pada Standar Nasional Pendidikan.
KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang
efektif, produktif, dan berprestasi. KTSP merupakan paradigma baru pengembangan kurikulum,
yang otonomi luas pada setiap satuan pendidikan, dan pelibatan pendidikan masyarakat dalam
rangka mengefektifkan proses belajar mengajar di sekolah.Otonomi diberikan agar setiap satuan
pendidikan dan sekolah memiliki keleluasaan dalam mengelolah sumber daya, sumber dana,
sumber belajar dan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap
terhadap kebutuhan setempat.
KTSP adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang diletakkan pada posisi
yang paling dekat dengan pembelajaran, yakni sekolah dan satuan pendidikan. Pemberdayaan
sekolah dan satuan pendidikan dengan memberikan otonomi yang lebih besar, disamping
menunjukan sikap tanggap pemerintah terhadap tuntunan masyarakat juga merupakan sarana
peningkatan kualitas, efisiensi, dan pemerataan pendidikan. KTSP merupakan salah satu wujud
reformasi pendidikan yang memberikan otonomi kepada sekolah dan satuan pendidikan untuk
mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi, tuntunan, dan kebutuhan masing-masing.
Otonomi dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran merupakan potensi bagi sekolah
untuk meningkatkan kinerja guru dan staf sekolah, menawarkan partisipasi langsung kelompokkelompok terkait, dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pendidikan, khususnya
kurikulum. Pada sistem KTSP, sekolah memiliki “full authority and responsibility” dalam
menetapkan kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan visi, misi, dan tujuan tersebut, sekolah
dituntut untuk mengembangkan strategi, menentukan prioritas, mengendalikan pemberdayaan
berbagai potensi sekolah dan lingkungan sekitar, serta mempertanggungjawabkannya kepada
masyarakat dan pemerintah.
Dalam KTSP, pengembangan kurikulum dilakukan oleh guru, kepala sekolah, serta Komite
Sekolah dan Dewan Pendidikan. Badan ini merupakan lembaga yang ditetapkan berdasarkan
musyawarah dari para pejabat daerah setempat komisi pendidikan paan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD), pejabat pendidikan daerah, kepala sekolah, tenaga pendidikan,
perwakilan orang tua peserta didik, dan tokoh masyarakat. Lembaga inilah yang menetapkan
kebijakan sekolah berdasarkan ketentuan-ketentuan tentang pendidikan yang berlaku.
Selanjutnya komite sekolah perlu menetapkan visi, misi, dan tujuan sekolah dengan berbagai
implikasinya terhadap program-program kegiatan operasional untuk mencapai tujuan sekolah.
A. Tujuan KTSP
Secara umum tujuan KTSP adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan
pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan
mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam
pengembangan kurikulum. Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk:
1. Meningkatkan mutu pendidkan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam
mengembangkan kurikulum, mengelolah dan memberdayakan sumber daya yang
tersedia.
2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam mengembangkan
kurikulum melalui pengembalian keputusan bersama.
3. Meningkatkan kompetensi yang sehat antar satuan pendidikan yang akan dicapai.
Memahami tujuan di atas, KTSP dapat dipandang sebagai suatu pola pendekatan baru
dalam pengembangan kurikulum dalam konteks otonomi daerah yang sedang digulirkan dewasa
ini. Oleh karena itu, KTSP perlu diterapkan oleh setiap satuan pendidikan, terutama berkaitan
dengan tujuh hal sebagai berikut:
1. Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi dirinya
sehingga dia dapat menoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk
memajukan lembaganya.
2. Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input pendidikan yang akan
dikembangkan
dan
didayagunakan
dalam
proses
pendidikan
sesuai
dengan
perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
3. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk memenuhi
kebutuhan sekolah karena pihak sekolahlah yang paling tahu apa yang terbaik bagi
sekolahnya.
4. Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum
menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat, serta lebih efisien dan efektif bila
dikontrol oleh masyarakat sekitar.
5. Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikan masing-masing kepada
pemerintah, orang tua peserta didik, dan masyarakat pada umumnya, sehingga dia akan
berupaya memaksimalkan untuk melaksanakan dan mencapai sasaran KTSP.
6. Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah lain untuk
meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya-upaya inovatif dengan dukungan orang tua
peserta didik, masyarakat, dan pemerintah daerah setempat.
7. Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan yang berubah
dengan cepat, serta mengakomodasikannya dalam KTSP.
B. Landasan KTSP
1. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2. PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
3. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
4. Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan
C. Ciri-Ciri KTSP
1. KTSP memberi kebebasan kepada tiap-tiap sekolah untuk menyelenggarakan
program pendidikan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah, kemampuan peserta
didik, sumber daya yang tersedia dan kekhasan negara.
2. Orang tua dan masyarakat dapat terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
3. Guru harus mandiri dan kreatif.
4. Guru diberi kebebasan untuk memanfaatkan berbagai metode pembelajaran.
D. Perbedaan KBK dan KTSP
Pada prinsipnya tidak ada perbedaan yang mendasar dalam KBK dan KTSP. Keduaduanya menitikberatkan pada pencapaian standar kompetensi. Yang membedakannya hanya pada
kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan
sekolah dan kepala sekolah mengembangkan KTSP dan silabus berdasarkan:
1. Penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan
menengah berpedoman pada panduan yang disusun oleh BSNP. Panduan ini berisi
sekurang-kurangnya:
a. Model-model
kurikulum
tingkat
satuan
pendidikan
untuk
SD/MI/SDLB/SMP/MTs/SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK pada jalur pendidikan
formal kategori standar.
b. Model-model
kurikulum
tingkat
satuan
pendidikan
untuk
SD/MI/SDLB/SMP/MTs/SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK pada jalur pendidikan
formal kategori mandiri.
2. Penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan
menengah keagamaan berpedoman pada panduan BSNP. Panduan ini berisi sekurangnya
model-model kurikulum satuan pendidikan keagamaan jenjang pendidikan dasar dan
menengah.
3. Kurikulum
tingkat
satuan
pendidikan
SD/MI/SDLB,SMP/MTs/SMPLB,
SMA/MA/SMALB, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat dikembangkan sesuai
dengan satuan pendidikan, potens daerah/karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat
setempat dan peserta didik.
4. Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah, mengembangkan
kurikulumtingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar
kurikulum dan standar kompetensi lulusan, di bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang
bertanggung jawab dibidang pendidikan untuk SD, SMP, SMA, dan SMK, dan
departemen yang menangani urusan pemerintahan dibidang agama untuk MI, MTs, MA
dan MAK.
5. Kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya untuk program paket A, B, dan C
ditetapkan oleh dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab dibidang pendidikan
berdasarkan kerangka dasar kurikulum sesuai dengan peraturan pemerintah ini dan
standar kompetensi lulusan.
C. PENUTUP
1. Kesimpulan
Kurikulum sebagai suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi yang strategis,
karena seluruh kegiatan pendidikan bermuara kepada kurikulum. Kurikulum berbasis kompetensi
menekankan
pada
mengeksplorasi
kemampuan/potensi
peserta
didik
secara
optimal,
mengkonstruk apa yang dipelajari dan mengupayakan penerapan dalam kehidupa sehari-hari.
Dalam kurikulum berbasis kompetensi berupaya mengkondisikan setiap peserta
yang
diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sehingga proses penyampaiannya harus
bersifat kontekstual denga mempertimbangkan faktor kemampuan, lingkungan, sumber daya,
norma intergrasi dan aplikasi berbagai kecakapan kinerja, dengan kata lain KBK berorientasi
pada pendekatan kontruktivisme.
Sedangkan KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan
sekolah yang efektif, produktif, dan berprestasi. KTSP merupakan paradigma baru
pengembangan kurikulum, yang otonomi luas pada setiap satuan pendidikan, dan pelibatan
pendidikan masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses belajar-mengajar di sekolah.
Otonomi diberikan agar setiap satuan pendidikan dan sekolah memiliki kelulusan dalam
mengelola sumber daya, sumber dana, sumber belajar dan mengalokasikannya sesuai dengan
prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat.
2. Saran
Pendidikan merupakan suatu wadah atau tempat untuk menjadikan anak-anak bangsa lebih
cerdas dan berguna untuk bangsa dan negaranya. Pendidikan memiliki peraturan yang mampu
membuat anak bangsa lebih disiplin. Peraturan itu terkait pada KBK dan KTSP. Peraturan itu
haruslah digunakan denga sebaik mungkin dan sesuai dengan masanya. Apapun itu sistem yang
digunakan dalam suatu pendidikan, semua itu baik.
DAFTAR PUSTAKA
Banjarnahor, J. 2007. Telaah Kurikulum Fisika SMA (KTSP). Medan. : FMIPAUniversitas Negeri Medan
Khoiron, Ahmad. 2007. Makalah: Komponen Kurikulum dan Prosedur Pengembangan
Kurikulum (http:/koir.multiplay.com/item9/kurikulum). Malang: Universitas Negeri
Malang
Mulyasa, E. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya
Download