paradigma kurikulum - Hadi Prana Abadi, M. PdSMA NEGERI 4

advertisement
PARADIGMA KURIKULUM
Sebagai Tugas Ujian Akhir Semester Pada Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum
Dosen Pembimbing Prof. Dr. H. Ismaun, M. Pd
Disusun Oleh:
Hadi Prana Abadi
1008036091
PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2011
I.
PENDAHULUAN
Pada akhir tahun 2006 dan sampai pertengahan tahun 2007,
sebagian besar satuan pendidikan sibuk dengan pekerjaan besar, yaitu
menyusun kurikulumnya sendiri yang sering disebut Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). Dengan semangat otonomi dan desentralisasi,
KTSP memberi keleluasaan sekolah untuk mengembangkan kurikulum
sendiri. KTSP sebenarnya positif, sebab sekolah diberi otonomi untuk
berdiskusi terkait dengan standar Kompetensi yang telah ditetapkan oleh
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Hanya saja, sebagian besar
guru belum terbiasa untuk mengembangkan model-model kurikulum.
Selama ini mereka diperintah untuk melaksanakan kewajiban yang sudah
baku, yakni kurikulum yang dibuat dari "pusat". Penerapan KTSP tersebut
berimplikasi pada bertambahnya beban bagi guru. Penerapan KTSP
mengandaikan guru bisa membuat kurikulum untuk tiap mata pelajaran,
padahal, selama ini guru sudah terbiasa mengikuti kurikulum yang
ditetapkan pemerintah.
Pemberdayaan guru dalam KTSP ini akan lebih baik, karena guru
harus memikirkan perencanaan penyampaian materinya. Penerapan KTSP
memberikan peluang bagi setiap sekolah untuk menyusun kurikulumnya
sendiri, dan untuk itu tiap guru yang akan mengajar di kelas dituntut
memiliki kemampuan menyusun kurikulum yang tepat bagi peserta
didiknya.
Banyak hasil yang diperoleh dari kegiatan penyusunan KTSP
tersebut, tidak saja berupa silabus dan rencana pembelajaran serta
keterampilan menerapkannya, tetapi juga memberi pengalaman baru bagi
guru tentang bagaimana berpikir tentang masa depan pendidikan bagi
peserta didiknya. Bekal pengetahuan dan keterampilan tersebut akan
digunakan guru dalam mengimplementasikan KTSP. Dari sekian macam
kegiatan yang dilakukan, guru masih meragukan hal-hal yang berkaitan
dengan pelaksanaan KTSP antara lain tentang waktu yang diperlukan
peserta didik untuk "tuntas" pada kompetensi dasar tertentu. Hal itu
disebabkan adanya kebiasaan guru yang biasanya selesai diterangkan
selama 15 menit, tetapi dengan sistem pembelajaran pada KTSP, guru
seolah menjadi repot dan misalnya butuh waktu lama. Ini berarti bahwa
guru masih merasa bahwa cara-cara yang dilakukan dalam mengajar
selama ini diangggap sudah baik dan guru sudah "hafal" dengan cara-cara
tersebut. Apalagi dengan bertambahnya tugas guru dalam melakukan
penilaian terhadap peserta didiknya, karena peserta didik harus dinilai
tidak hanya aspek kognitifnya tetapi juga aspek afektif dan psikomotornya
Padahal, dengan cara-cara seperti yang dilakukannya bertahun-tahun, hasil
atau mutu pendidikan kita sekarang dianggap masih rendah dan peserta
didik kita masih belum dapat bersaing dengan negara lain.
II.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Paradigma
Paradigma adalah kumpulan tata nilai yang membentuk pola
pikir seseorang sebagai titik tolak pandangannya sehingga akan
membentuk citra subjektif seseorang – mengenai realita – dan
akhirnya akan menentukan bagaimana seseorang menanggapi realita
itu (Pengertian paradigma).
Jika anda mengikuti pendapat Kuhn, bahwa ilmu pengetahuan
itu terikat oleh ruang dan waktu, Pengertian Paradigma maka sudah
jelas bahwa suatu paradigma hanya cocok dan sesuai untuk
permasalahan yang ada pada saat tertentu saja. Sehingga apabila
dihadapkan pada permasalahan berbeda dan pada kondisi yang
berlainan, maka perpindahan dari satu paradigma ke paradigma yang
baru yang lebih sesuai adalah suatu keharusan.Sebagaimana dalam
ilmu-ilmu sosial yang berparadigma ganda, Pengertian Paradigma
usaha-usaha dalam menemukan paradigma yang lebih mampu
menjawab permasalahan yang ada sesuai perkembangan zaman terus
dilakukan. Seperti berikut :
Denzin & Lincoln (1994:105) mendefinisikan paradigma
sebagai: “Basic belief system or worldview that guides the investigator,
not
only
in
choices
epistomologically
of
method
fundamental
but
ways”
in
ontologically
Pengertian
and
tersebut
mengandung makna paradigma adalah sistem keyakinan dasar atau
cara memandang dunia yang membimbing peneliti tidak hanya dalam
memilih metode tetapi juga cara-cara fundamental yang bersifat
ontologis dan epistomologis. Denzin & Lincoln (1994:107) Paradigma
merupakan sistem keyakinan dasar berdasarkan asumsi ontologis,e
pistomologis, dan metodologi.Lincoln (1994:107) Suatu paradigma
dapat dipandang sebagai seperangkat kepercayaan dasar (atau yang
berada di balik fisik yaitu metafisik) yang bersifat pokok atau prinsip
utama. suatu paradigma dapat diciri - ciri kan oleh respon terhadap
tiga pertanyaan mendasar yaitu pertanyaan ontologi, epistomologi,
dan metodologi.
B. Pengertian Kurikulum
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan
tentang kompetensi yang dibakukan dan cara pencapaiannya
disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan daerah. Kompetensi
perlu dicapai secara tuntas (belajar tuntas). Kurikulum dilaksanakan
dalam rangka membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi
baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama,
sosialemosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni
untuk siap memasuki pendidikan dasar.
Kompetensi Dasar merupakan pengembangan potensi-potensi
perkembangan pada anak yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir
dan
bertindak
sesuai
dengan
usianya
berupa
pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang dapat dikenali melalui sejumlah
hasil belajar dan indikator yang dapat diukur dan diamati.
Hasil Belajar merupakan cerminan kemampuan anak yang
dicapai dari suatu tahapan pengalaman belajar dalam satu kompetensi
dasar.
Indikator merupakan hasil belajar yang lebih spesifik dan
terukur dalam satu kompetensi dasar. Apabila serangkaian indikator
dalam satu kompetensi dasar sudah tercapai, berarti target
kompetensi dasar tersebut sudah terpenuhi.
Kesimpulannya Kurikulum adalah sejumlah mata ajaran yang
harus ditempuh dan dipelajarai oleh siswa untuk memperoleh
sejumlah pengetahuan (Hamalik, 2003: 16). Menurut nasution (1999:
5) kurikulum adalah segala usaha sekolah untuk mempengaruhi anak
belajar apakah dalam ruangan kelas, dihalaman sekolahataupun diluar
sekolah termsuk kurikulum.
C. Perubahan Kurikulum di Indonesia
Awal kurikulum terbentuk pada tahun 1947, yang diberi nama
Rencana Pembelajaran 1947. Kurikulum ini pada saat itu meneruskan
kurikulum yang sudah digunakan oleh Belanda karena pada saat itu
masih dalam psoses perjuangan merebut kemerdekaan. Yang menjadi
ciri utama kurikulum ini adalah lebih menekankan pada pembentukan
karakter manusia yang berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain.
Setelah rencana pembelajaran 1947, pada tahun 1952
kurikulum Indonesia mengalami penyempurnaan. Dengan berganti
nama menjadi Rencana Pelajaran Terurai 1952. Yang menjadi ciri
dalam kurikulum ini adalah setiap pelajaran harus memperhatikan isi
pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964 pemerintah kembali
menyempurnakan sistem kurikulum pendidikan di Indonesia. Kali ini
diberi nama dengan Rencana pendidikan 1964. yang menjadi ciri dari
kurikulum ini pembelajaran dipusatkan pada program pancawardhana
yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional, kerigelan dan
jasmani.
Kurikulum 1968 merupakan pemabaharuan dari kurikulum
1964. Yaitu perubahan struktur pendiddikan dari pancawardhana
menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan
khusus. Pemabelajaran diarahkan pada kegiatan mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan serta pengembangan fisik yang sehat
dan kuat.
Kurikulum
1975
sebagai
pengganti
kurikulum
1968
menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif.
Metode materi dirinci pada Prosedur Pengembangan Sistem Instruksi
(PPSI). Menurut Mudjito (dalam Dwitagama: 2008) Zaman ini dikenal
dengan istilah satuan pelajaran yaitu pelajaran setiap satuan bahasan.
Setiap satuan dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan intruksional khusus
(TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan
evaluasi.
Kurikulum 1984 mengusung proses skill approach. Meski
mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan itu penting.
Kurikulum ini juga sering disebut dengan kurikulum 1975 yang
disempurnakan. Posisi siswa ditempatkan sebgai subyek belajar. Dari
mengamati
sesuatu,
mengelompokkan,
mendiskusikan,hingga
melaporkan. Model ini disebut dengan model Cara Belajar Siswa Aktif
(CBSA).
Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan
kurikulum-kurikulum sebelumnya. “Jiwanya ingin mengkombinasikan
antara Kurikulum 1975 dan Kurikulum 1984, antara pendekatan
proses,” kata Mudjito menjelaskan (dalam Dwitagama: 2008).
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum
1984 dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun
1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada
sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari
sistem semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang
pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat
memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi
pelajaran cukup banyak.
Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum
1994, di antaranya sebagai berikut:
1. Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem catur
wulan.
2. Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang
cukup padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi).
3. Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu
sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia.
Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang khusus
dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan
lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.
Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan
menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik
secara mental, fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat
memberikan bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen,
divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari satu jawaban) dan
penyelidikan.
Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan
dengan kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir
siswa, sehingga diharapkan akan terdapat keserasian
antara
pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan
pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan
pemecahan masalah.
Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal
yang mudah ke hal yang sulit dan dari hal yang sederhana ke hal yang
kompleks. Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu
dilakukan untuk pemantapan pemahaman.
Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul beberapa
permasalahan, terutama sebagai akibat dari kecenderungan kepada
pendekatan penguasaan materi (content oriented), di antaranya
sebagai berikut:
1. Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran
dan banyaknya materi/ substansi setiap mata pelajaran.
2. Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan
dengan tingkat perkembangan berpikir siswa, dan kurang
bermakna karena kurang terkait dengan aplikasi kehidupan seharihari.
Permasalahan di atas saat berlangsungnya pelaksanaan
kurikulum 1994. Hal ini mendorong para pembuat kebijakan untuk
menyempurnakan
kurikulum
tersebut.
Salah
satu
upaya
penyempurnaan itu diberlakukannya suplemen kurikulum 1994.
Penyempurnaan tersebut dilakukan dengan tetap mempertimbangkan
prinsip penyempurnaan kurikulum, yaitu:
1.
Penyempurnaan kurikulum secara terus menerus sebagai upaya
menyesuaikan
pengetahuan
masyarakat.
kurikulum
dan
dengan
teknologi,
serta
perkembangan
tuntutan
ilmu
kebutuhan
2.
Penyempurnaan
kurikulum
dilakukan
untuk
mendapatkan
proporsi yang tepat antara tujuan yang ingin dicapai dengan
beban belajar, potensi siswa, dan keadaan lingkungan serta sarana
pendukungnya.
3.
Penyempurnaan
kurikulum
dilakukan
untuk
memperoleh
kebenaran substansi materi pelajaran dan kesesuaian dengan
tingkat perkembangan siswa.
4.
Penyempurnaan kurikulum mempertimbangkan brbagai aspek
terkait, seperti tujuan materi pembelajaran, evaluasi dan saranaprasarana termasuk buku pelajaran.
5.
Penyempurnaan kurikulum tidak mempersulit guru dalam
mengimplementasikannya dan tetap dapat menggunakan buku
pelajaran dan sarana prasarana pendidikan lainnya yang tersedia
di sekolah.
6.
Penyempurnaan kurikulum 1994 di pendidikan dasar dan
menengah dilaksanakan bertahap, yaitu tahap penyempurnaan
jangka pendek dan penyempurnaan jangka panjang. Implementasi
pendidikan di sekolah mengacu pada seperangkat kurikulum.
Salah satu bentuk invovasi yang dikembangkan pemerintah guna
meningkatkan mutu pendidikan adalah melakukan inovasi di
bidang kurikulum. Kurikulum 1994 disempurnakan lagi sebagai
respon terhadap perubahan struktural dalam pemerintahan dari
sentralistik menjadi disentralistik sebagai konsekuensi logis
dilaksanakannya UU No. 22 dan 25 tentang otonomi daerah.
Pada era ini kurikulum yang dikembangkan diberi nama
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). KBK adalah seperangkat
rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang
harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan
pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan
kurikulum sekolah (Depdiknas, 2002). Kurikulum ini menitik beratkan
pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugastugas dengan standar performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat
dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap serangkat
kompetensi
tertentu.
KBK
diarahkan
untuk
mengembangkan
pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat peserta
didik, agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran,
ketepatan dan keberhasilan dengan penuh tanggungjawab.
Adapun karakteristik KBK menurut Depdiknas (2002) adalah
sebagai berikut:
1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara
individual maupu klasikal.
2.
Berorientasi
pada
hasil
belajar
(learning outcomes)
dan
keberagaman.
3.
Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan
metode yang bervariasi.
4.
Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar
lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam
upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. Kurikulum ini
dikatakan sebagai perbaikan dari KBK yang diberi nama Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP ini merupakan bentuk
implementasi dari UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional yang dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional
pendidikan. Peraturan Pemerintah ini memberikan arahan tentang
perlunya disusun dan dilaksanakan delapan standar nasional
pendidikan, yaitu: (1)standar isi, (2)standar proses, (3)standar
kompetensi lulusan, (4)standar pendidik dan tenaga kependidikan,
(5)standar sarana dan prasarana, (6)standar pengelolaan, standar
pembiayaan, dan (7)standar penilaian pendidikan.
Kurikulum
dipahami
sebagai
seperangkat
rencana
dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu, maka dengan terbitnya
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pemerintah telah
menggiring pelaku pendidikan untuk mengimplementasikan kurikulum
dalam bentuk kurikulum tingkat satuan pendidikan, yaitu kurikulum
operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di setiap satuan
pendidikan.
Secara substansial, pemberlakuan (baca: penamaan) Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) lebih kepada mengimplementasikan
regulasi yang ada, yaitu PP No. 19/2005. Akan tetapi, esensi isi dan
arah pengembangan pembelajaran tetap masih bercirikan tercapainya
paket-paket kompetensi (dan bukan pada tuntas tidaknya sebuah
subject matter), yaitu:
1.
Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara
individual maupun klasikal.
2.
Berorientasi
pada
hasil
belajar
(learning outcomes)
dan
keberagaman.
3.
Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan
metode yang bervariasi.
4.
Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar
lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam
upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. Terdapat
perbedaan mendasar dibandingkan dengan KBK tahun 2004 dengan
KBK tahun 2006 (versi KTSP), bahwa sekolah diberi kewenangan penuh
dalam menyusun rencana pendidikannya dengan mengacu pada
standar-standar yang ditetapkan, mulai dari tujuan, visi-misi, struktur
dan muatan kurikulum, beban belajar, kalender pendidikan hingga
pengembangan silabusnya
D. Paradigma Kurikulum di Indonesia
Menurut saya dari setiap perubahan kurikulum pendidikan
telah menunjukkan perbaikan dari kurikulum-kurikulum sebelumnya.
Namun hal itu tidak dibarengi dengan kemajuan kompetensi siswa
yang dimiliki. Hal ini terbukti dari posisi negara kita dalam tingkat
kemajuan pendidikan masih kalah jauh dengan negara tetangga yang
notabene secara geografis negara kita lebih luas. Logikanya semakin
luas, jumlah pendudukpun semakin banyak, otomatis bannyak bakatbakat yang terdapat dalam setiap individu-individu bangsa Indonesia.
Menurut Okta (2007), Secara peringkat. Berdasarkan dalam laporan
Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk bidang pendidikan,
United Nation Educational, Scientific, and Cultural Organization
(UNESCO), yang dirilis pada Kamis (29/11/07) menunjukkan, peringkat
Indonesia dalam hal pendidikan turun dari 58 menjadi 62 di antara 130
negara di dunia. Mau tidak mau, itu menggambarkan bahwa kualitas
pendidikan kita pun semakin dipertanyakan. Sebab, tingkat pendidikan
Indonesia kian melorot.
Jika melihat fakta ini sungguh ironis, tidak sebanding dengan
fakta atas perubahan-perubahan yang sudah dilakukan sebanyak 7 kali
yaitu pada tahun 1947, 1952, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006.
Menurut (dari di internet) negeri kita hanya mampu menjadi bangsa
“panjual” tenaga kerja murah di negeri orang. Dari pendapt di atas
dapat disimpulkan betapa gagalnya dunia pendidikan di negara kita ini
yang telah gagal dalam melahirkan tenaga-tenga yang berkualitas yang
mampu bersaing dalam dunia kerja, walaupun kurikulum telah
mengalami perubahan sebanyak 7 kali, atau bisa disebut berkali-kali.
Hal ini juga diungkapkan oleh Prof. Aleks Maryunus guru besar
Universitas Negeri Padang menyebutkan bahwa “selama ini sibuk
mengurusi dan membenahi dokumen tetulisnya saja”. Menurutnya
perubahan kurikulum di negara kita lebih menitikberatkan pada
perubahan konsep tertulisnya saja (berupa buku-bukupelajran dan
silabus saja) tanpa mau memperbaiki proses pelaksanaannya di tingkat
sekolah. Sedangkan proses dan hasilnya tak pernah mampu dijawab
oleh kurikulum pendidikan kita.
Kurikulum kita 7 kali telah mengalami pergantian. Faktor-faktor
apa saja yang menyababkan perubahan itu. Jika diamati perubahan
kurikulum dari tahun 1947 hingga 2006 yang menjadi faktor atas
perubahan itu diantaranya: (1) menyesuaikan dengan perkembangan
jaman, hal ini dapat kita lihat awal perubahan kurikulum dari rentJana
pelajaran 1947 menjadi renjtana pelajaran terurai 1952. Awalya hanya
mengikuti
atau
meneruskan
kurikulum
yang
ada
kemudian
dikembangkan lagi dengan lebih menfokuskan pelajaran dengan
kehidupan sehari-hari. (2) kepentingan politis semata, hal ini sangat
jelas terekam dalam perubahan kurikulum 2004 (KBK) menjadi kurklum
2006 (KTSP). Secara matematis masa aktif kurikulum 2004 sebelum
diubah menjadi kurikulum 2006 hanya bertahan selama 2 tahun. Hal
ini tidak sesuai dengan perkembangan sebelum-sebelumnya. Dalam
kurun waktu yang singkat ini, kita tidak bisa membuktikan baik
tidaknya sebuah kerikulum. Hal senada juga diungkapkan oleh Bagus
(2008), menyebutkan bahwa lahirnya kurikulum 1968 hanya bersifat
politis saja, yaitu mengganti Rencana pendidikan 1964 yang dicitrakan
sebagai produk Orde Lama.
Hal senada juga diungkapkan oleh Hamalik (2003: 19)
menyebutkan bahwa dalam perubahan kurikulum dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya:
1.
Tujuan filsafat pendidikan nasional yang dijadikan yang dijadikan
sebagai dasar untuk merumuskan tujuan institusional yang pada
gilirannya menjadi landasan merumuskan tujuan kurikulum suatu
satuan pendidikan.
2.
Sosial budaya yang berlaku dalam kehidupan masyarakat
3.
Keadaan lingkungan (interpersonal, kultural, biokologi, geokologi).
4.
Kebutuhan pembangunan POLISOSBUDHANKAM
5.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai
dengan sistem nilai dan kemanusiaan serta budaya bangsa.
Menurut, S. Nasution (dalam Jumari (2007) menyebutkan
bahwa
perubahan
kurikulum
mengikuti
dua
prosedur,
yaitu
Administrative approach dan grass roots approach. Administrative
approach,
yaitu
suatu
perubahan
atau
pembaharuan
yang
direncanakan oleh pihak atasan untuk kemudian diturunkan kepada
instansi-instansi bawahan sampai kepada guru-guru, jadi from the top
down, dari atas ke bawah, atas inisiatif para administrator. Yang
kedua, grass roots approach, yaitu yang dimulai dari akar, from the
bottom up, dari bawah ke atas, yakni dari pihak guru atau sekolah
secara individual dengan harapan agar meluas ke sekolah-sekolah lain.
Kurikulum yang terbaru adalah kurikulum 2006 KTSP yang
merupakan perkembangan dari kurikulum 2004 KBK. Kurikulum 2006
yang digunakan pada saat ini merupakan kurikulum yang memberikan
otonomi kepada sekolah untuk menyelenggarakan pendidikan yang
puncaknya tugas itu akan diemban oleh masing masing pengampu
mata pelajaran yaitu guru. Sehingga seorang guru disini menurut
Okvina (2009) benar-benar digerakkan menjadi manusia yang
professional yang menuntuk kereatifitasan seorang guru. Kurikulum
yang kita pakai sekarang ini masih banyak kekurangan di samping
kelebihan yang ada. Kekurangannya tidak lain adalah (1) kurangnya
sumber manusia yang potensial dalam menjabarkan KTSP dengan kata
lin masih rendahnya kualitas seorang guru, karena dalam KTSP seorang
guru dituntut untuk lebihh kreatif dalam menjalankan pendidikan. (2)
kurangnya sarana dan prasarana yang dimillki oleh sekolah.
III.
PENUTUP
Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa perubahan
kerikulum dari tahun ketahun menunjukkan kemajuan yang cukup baik jika
diihat dari kontektual. Namun hal itu tidak seiring dengan kenyataan di
lapangan. Keadaan pendidikan mulai saat perubahan kurikulum pertama
kali hingga saat ini, kalau boleh saya bilang kurikulumm Indonesia masih
berjalan di Tempat artinya tidak berkembang hal bisa dibuktikan dengan
data yang menunjukkan pperingkat Indonesia masih berada pada No 62
dari 130 negara yang ada. Hal ini merupakan PR bagi pemerintah
bagaimana langkah yang harus dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar. 2003. Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Nasution. 1999. Asas – asas kurikulum. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Jumari, kang. 2007. http:// kangjumari.blogspot.com/27/12/kurikulum-diindoonesia-pembahuruan.html. rabu. 8 januari 2009.
Dwitagama, dedi. 2007. //kesadaransejarah.blogspot.com./2007/11/kurikulumpendidikan-kita. Html. Rabu januari 2009.
Bagus, andi. 2008. //andibagus.blogspot.com/2008/03/kurikulumm –pendidikandi-indonesia.html. 8 januari 2009.
Download