not for print - Tara di Nusantara

advertisement
r
p
r
o
f
t
in
Membangun Biara Pusat Dharma Sang Penakluk
t
o
n
1
t
o
n
r
p
r
o
f
t
in
Daftar isi
2
Sekapur Sirih
3
Latar Belakang
6
7
12
13
15
16
17
19
t
in
Tujuan Pembangunan Biara
t
o
n
r
p
r
o
f
Deskripsi Proyek
Anggaran
Partisipasi Anda Sebagai Agen Kebajikan
Susunan Panitia Pelaksana
Sekilas Tentang Kadam Choeling Indonesia
Sangha Kadam Choeling Indonesia
Penutup
Sekapur Sirih
Kepada Buddha yang mulia Guru yang tak tertandingi,
Kepada Dharma yang mulia Perlindung yang tak tertandingi,
Kepada Sangha yang mulia Penuntun spritual yang tak tertandingi,
t
in
Kepada Semua Objek Perlindungan aku berlindung.
r
p
r
o
f
Lamrim atau Jalan Bertahap Menuju Pencerahan telah dipelajari di seluruh
belahan dunia ini dengan baik oleh mereka yang tertarik pada ajaran Buddhisme
Tibet atau tepatnya sekolah Gelug. Ajaran ini begitu sistematis, terstruktur dan
gamblang menjelaskan tahap demi tahap hingga seseorang dapat meraih pencerahan
yang lengkap sempurna dengan Bodhicitta dan pemahaman sunyata. Akan tetapi
sejarah panjang Lamrim harusnya dirunut dari tanah Pulau Emas atau yang disebut
Swarnadwipa. Je Tsongkhapa lah yang merilisnya berdasarkan Pelita Sang
Jalan-nya Athisa setelah beliau kembali dari Indonesia dan di undang ke Tanah
Bersalju untuk memulihkan kemerosotan Buddhis disana.
t
o
n
Ketika mempelajari Jalan Bertahap Menuju Pencerahan ini, kita sadar betul bahwa
kita benar-benar beruntung dapat bertemu dengan ajaran yang sangat berharga ini,
dan kita juga ingin mengembangkan dan membaginya bagi semua mahluk.
Mempelajarinya dan memperoleh realisasi dari ajaran ini adalah cara terbaik untuk
melestarikannya. Seperti yang di ucapkan oleh Buddha, bahwa ketika Buddha telah
tiada, Dharma dan Vinaya akan menjadi guru dan penuntun bagi semua siswanya
dan Sangha adalah pewaris ajaran Buddha. Tugas kita semua saat ini adalah
menciptakan kondisi yang kondusif, suasana yang mendukung dan atmosfir
spiritual yang positif bagi Lamrim agar bisa dipelajari dan bisa diraih realisasinya
oleh siapapun yang berkeinginan menapaki Jalan Spritual
1
Untuk itulah kami mengajak Anda semua untuk menciptakan sebuah komunitas
yang baik dengan mendukung pembangunan sebuah Biara Lamrim yang akan kita
bangun di Kabupaten Malang. Tanah yang kental akan peninggalan masa lalu dan
sakral akan nuansa spiritual dari masa Singosari hingga Majapahit.
t
in
Semua dimulai dari mimpi dan keyakinan untuk mewujudkan mimpi itu. Semua
tantangan akan kita hadapi dengan semangat akan kebajikan. Mewujudkan Biara
Mahayana Tantra ini berarti membangun kembali kejayaan Buddhis dari warisan
Sriwijaya dan Majapahit. Membangun biara ini berarti membangun sebuah institusi
yang menghasilkan guru-guru spritual yang berkualitas dan memiliki realisasi bagi
perkembangan kesejahteraan dan spritual untuk orang banyak. Biara ini akan
bertahan hingga beribu-ribu tahun dan memberikan manfaat yang banyak bagi
semua mahluk jika kita memulainya dengan sebuah motivasi yang tulus dan baik.
Semoga tanah Nusantara ini kembali menghasilkan guru berkualitas tinggi seperti
Swarnadwipa di jaman Sriwijaya. Kita berharap agar biara ini juga bisa
menjadi biara yang memelihara ajaran Atisa dan Je Rinpoche yang sudah bertahan
lebih dari 600 tahun dan masih dipelajari serta di hayati oleh banyak orang.
t
o
n
Sarwa Manggalam
Bandung, 15 Desember 2012
r
p
r
o
f
Bhadra Ruci, biksu
2
Latar Belakang
Sejarah telah menunjukkan betapa maju dan diseganinya bangsa Indonesia di masa lampau. Kisah kejayaan Nusantara
di era kerajaan Hindu-Buddha yang dimulai abad ke-4 sampai abad ke-15, tercatat pula di dalam sejarah bangsa lain.
Peninggalan-peninggalan berupa prasasti, tugu dan berbagai penemuan sejarah lainnya, menunjukkan adanya sebuah
peradaban yang tinggi pada masa itu. Bahkan beberapa di antaranya menjadi situs sejarah yang diperbincangkan dunia,
seperti Candi Borobudur peninggalan jaman Syailendra di abad ke-8, Candi Muara Takus dan Kompleks Candi Muaro
Jambi peninggalan kerajaan Sriwijaya di abad ke-7 sampai 11 dan masih banyak lagi.
t
in
Dua kerajaan adidaya pada era ini, yakni kerajaan Sriwijaya dan Majapahit, adalah penguasa maritim dan pusat perdagangan
yang mempunyai pengaruh besar di Asia Tenggara. Penemuan para ahli menunjukkan bahwa Sriwijaya adalah salah satu
pusat belajar agama Buddha yang bereputasi dan banyak didatangi siswa dari berbagai negeri.
r
p
r
o
f
Seorang bhiksu dari Negeri Cina, I-Tsing, yang berkunjung ke Sriwijaya tahun 671 dan kembali lagi pada tahun 687 dan 689
Masehi menulis tentang Sriwijaya dalam catatan perjalanannya bahwa “Jika bhikshu dari Cina ingin pergi ke India untuk mendengarkan dan mempelajari kitab-kitab ajaran asli, sebaiknya ia tinggal di sini (Sriwijaya) selama satu atau dua tahun untuk
mempersiapkan dan melatih diri tentang cara-cara/aturan-aturan yang benar sebelum menuju India.”
Bukti-bukti kejayaan Nusantara itu meninggalkan makna yang menjadi kebanggaan bangsa Indonesia dan umat
Buddha Indonesia. Kebanggaan ini menjadi semakin mendalam dengan ditemukannya jejak-jejak sejarah yang mengungkap
koneksi dan peran besar Indonesia dalam sejarah perkembangan agama Buddha di Tibet dan dunia.
t
o
n
Mengungkap Peran Besar Indonesia
Sejak jaman Sang Buddha Sakyamuni di India (sekitar 500 SM), ajaran Dharma telah disebarkan secara turun temurun
dan mencapai puncaknya di jaman biara Universitas Nalanda (abad ke-5 sampai abad ke-12 Masehi). Universitas Buddhis
di India ini adalah pusat pendidikan Buddhis terkemuka dan memiliki guru-guru besar yang telah merealisasikan ajaran.
Lain halnya dengan Tibet, yang mana pada kurun waktu yang sama, tengah mengalami kemerosotan Buddhisme, sehingga
diundanglah Atisha Dipamkara Sri Jnana untuk memurnikan kembali ajaran Sang Buddha. Atisha yang saat itu terkenal
sebagai guru lulusan Nalanda paling cemerlang, telah memperoleh ajaran batin pencerahan (Bodhicitta) dengan realisasi
yang mengagumkan. Selama 12 tahun Beliau telah belajar pada Mahaguru Buddhis Dharmakirti di Swarnadwipa (nama
kuno untuk pulau Sumatera, Indonesia dalam bahasa Sansekerta yang berarti Pulau Emas), tepatnya di kerajaan Sriwijaya.
3
Fakta sejarah ini ditemukan dalam sejarah India, Tibet dan Cina. Guru Atisha menyusun karya agung, “Pelita Sang Jalan
Menuju Pencerahan” (Sansekerta: Bodhipathapradipa) dan merupakan ajaran Buddha Sakyamuni yang disusun secara
sistematis dan terstruktur sehingga mudah dipraktikkan untuk menuntun setiap orang mencapai pencerahan sempurna.
Dengan karya inilah Beliau berhasil menciptakan gelombang pembaharuan Budhisme di Tibet. Sekitar 400 tahun
kemudian, saat Buddhisme telah meluas di Tibet, Je Tsongkhapa – Guru Agung yang kelahirannya telah diramalkan oleh
Sang Buddha Sakyamuni – menegakkan kembali kemurnian ajaran seperti yang dilakukan Guru Atisha, dengan karya
besar Beliau “Risalah Agung Tahapan Jalan Menuju Pencerahan” (Sansekerta: Maha-Bodhipatha-Krama, Tibet: Lamrim
Chenmo) yang juga ditulis Beliau berdasarkan karya Guru Atisha. Je Tsongkhapa yang telah menerima transmisi ajaran
dari semua tradisi yang berkembang di Tibet, berhasil menyatukan Sutra dan Tantra yang sebelumnya dipandang tak bisa
bersatu. Beliau menjelaskan intisari ajaran Buddha Sakyamuni yang luas dan mendalam menjadi lebih mudah dipelajari
oleh banyak orang.
r
p
r
o
f
t
in
Lamrim Chenmo adalah karya terbesar Je Tsongkhapa yang merupakan risalah lengkap dan terperinci yang memaparkan
tahapan ajaran Buddha Dharma, dan dilengkapi dengan cara berlatih/praktik yang mudah dijalankan sesuai kapasitas setiap praktisi.
Saat Lamrim Chenmo baru saja dirampungkan, Je Tsongkhapa dikunjungi salah satu muridnya, Je Lodro Tenpa. Beliau
menyentuhkan Lamrim di kepala muridnya, lalu mendorongnya untuk mendirikan sebuah biara di Tibet Selatan untuk
menyebarkan Buddha Dharma dengan karya-Nya ini. Maka di sekitar abad ke-15 sampai abad ke-17, berdirilah Dagpo
Shedrup Ling Monastery yang kemudian disebut Biara Lamrim, karena merupakan satu-satunya biara di Tibet yang
mengajarkan Lamrim lebih awal, intensif dan sistematis, yang tradisinya terjaga hingga sekarang. Biara Lamrim atau
Biara Dagpo ini kemudian secara turun temurun melahirkan guru-guru besar Lamrim yang disegani. Agama Buddha
pun berkembang pesat di Tibet lalu menyebar ke seluruh benua. Rangkaian sejarah ini menjadi bukti yang menunjukkan
betapa eratnya koneksi Indonesia dengan Guru-guru Agung yang menyebarkan ajaran Sang Buddha di Tibet dan dunia.
t
o
n
Silsilah Emas
Ikatan yang kuat itu berlanjut sampai di kehidupan sekarang. Lamrim telah dipelajari di berbagai penjuru dunia termasuk
di Indonesia. Dari sekian banyak orang Indonesia yang belajar Lamrim, mereka yang mempelajari Lamrim dan juga
berupaya menjaga tradisi dari biara aslinya adalah sekelompok biarawan yang tergabung dalam Sangha Kadam Choeling
Indonesia (KCI) yang dikepalai oleh Bhiksu Bhadra Ruci. Guru utama dari Bhiksu Bhadra Ruci adalah Guru Dagpo
Rinpoche Jhampel Jampa Gyatso yang berasal dari Dagpo Shedrup Ling Monastery.
4
Hal ini berarti, Lamrim yang dipelajari di Indonesia, khususnya KCI adalah Lamrim dengan tradisi asli yang berasal
dari Biara Lamrim. Dengan demikian tergambarlah satu garis panjang yang menjelaskan silsilah ajaran otentik yang tak
terputus, dari Buddha Sakyamuni hingga Guru Dagpo Rinpoche dan akhirnya sampai di Sangha KCI. Satu garis Silsilah
Emas yang menjadi warisan tak ternilai yang patut disyukuri dan dilestarikan. Yang menambah suka cita, Guru Dagpo
Rinpoche juga diyakini sebagai kelahiran kembali Guru Swarnadwipa Dharmakirti, sebagaimana yang dikukuhkan oleh
HH Dalai Lama ke-13.
t
in
Warisan sejarah ini menjadi bekal berharga untuk melangkah ke masa depan. Oleh karena itu, KCI mengambil prakarsa
untuk melestarikannya dengan membangun sebuah Biara Buddha pertama yang mempelajari Sutra dan Tantrayana di Asia
Tenggara. Biara (monastery) ini akan menjadi institusi yang menaungi Sangha KCI yang anggotanya terus bertambah
(saat ini sudah berjumlah 6 bhiksu, 8 sramanera dan 3 sramaneri) dan akan menjadi tempat di mana kemurnian silsilah
ajaran otentik dapat terjaga dan lestari, agar dapat diteruskan ke generasi selanjutnya.
r
p
r
o
f
Biara yang bercorak budaya Indonesia ini akan merujuk pada Dagpo Shedrupling Monastery dalam meneruskan tradisi
baiknya dan mengambil teladan baiknya. Tempat pelatihan batin dan praktik Buddha Dharma dalam sistem monastik yang
kondusif, berdasarkan Lamrim yang terstruktur, jelas dan sistematis, sehingga memungkinkan tercapainya realisasi ajaran.
Kelak di kemudian hari, mereka yang telah mencapai realisasi akan membagikan pengetahuan Dharma dan pengalaman
realisasinya pada masyarakat. Keberadaan biara ini akan melebarkan jalan bagi orang-orang untuk mendapatkan kehidupan
spiritual yang lebih baik.
t
o
n
Banyak orang yang sudah mempelajari Lamrim, dapat merasakan manfaatnya. Tahap-tahapnya yang jelas dan terperinci
membuat ajaran Sang Buddha yang begitu luas dan dalam menjadi lebih mudah dipahami dan dipraktikkan. Dengan
semakin banyaknya orang belajar dan praktik Buddha Dharma, maka akan semakin besar potensi orang-orang untuk
berubah menjadi lebih baik, sehingga lingkungan di sekitar pun akan menjadi lebih baik. Demikianlah biara ini akan
memberi manfaat bagi banyak orang dan menjadi wujud bakti kepada guru serta tanah air Indonesia. Selain mampu
melestarikan ajaran, biara juga mampu menyebarkan energi positif yang mentransformasi makna kebanggaan bangsa
menjadi motivasi untuk menjadikan Indonesia yang lebih baik.
Untuk karya besar ini, KCI mengajak sebanyak-banyaknya orang untuk membangkitkan motivasi bajik dan berpartisipasi
mengumpulkan kebajikan berupa dukungan materi maupun moril. Bersama-sama, kita realisasikan tujuan mulia ini.
5
Tujuan Pembangunan Biara
1
2
Untuk membangkitkan kembali kebanggaan sebagai umat Buddha
Indonesia yang mewarisi Silsilah Emas yang dapat ditelusuri mulai
dari zaman Kerajaan Sriwijaya di Swarnadwipa;
r
p
r
4 o
f
t
o
n
3
t
in
Untuk mengumpulkan kebajikan kolektif dalam rangka membangun
sebuah biara Buddhis yang bercorak Indonesia di mana Silsilah Emas
dapat dilestarikan dan budaya, pendidikan serta filosofi Buddhis dapat
dipelajari;
Untuk berusaha menciptakan sebuah hidup yang harmonis di Indonesia
melalui program pengumpulan kebajikan kolektif dan juga melalui
pengembangan jalan hidup monastik secara Buddhis; dan
Untuk memperkuat semangat dan motivasi KCI dalam menyebarkan
ajaran Buddha tradisi Kadam.
6
Deskripsi Proyek
Biara Buddhis merupakan suatu tempat untuk hidup,
menetap dan berlatih bagi sekumpulan anggota Sangha
yang memiliki sumpah keagamaan yang serupa serta
berkeinginan untuk mengasingkan diri dari kehidupan
masyarakat sekuler demi untuk melatih diri dalam
spiritual.
Adapun biara yang akan dibangun oleh KCI ini akan
diberi nama Indonesia Gaden Syeydrub Nampar
Gyelwei Ling yang berarti Pusat Belajar dan Praktik
Para Penakluk Tushita.
Biara ini akan memberikan pelatihan dan juga praktik
Buddha Dharma dalam sistem monastik untuk menanamkan motivasi bajik bagi mereka yang belajar di biara
maupun umat awam dan juga sekaligus menjadi institusi
yang menaungi Sangha serta menjadi tempat di mana
kemurnian silsilah ajaran dapat terjaga hingga ke
generasi selanjutnya.
t
o
n
Dalam rangka mendukung kehidupan pengasingan
yang selibat bagi para pengguna utamanya, biara ini
akan dibangun di daerah yang agak jauh dari keramaian
masyarakat di sebelah Timur Pulau Jawa, persisnya di
daerah sekitar kota Malang, Jawa Timur.
Biara ini akan dibangun untuk mendukung lima kebutuhan/ fungsional dengan indikasi luas bangunannya
masing-masing sebagai berikut:
7
r
p
r
o
f
t
in
* Luas bangunan untuk fungsi-fungsi ini akan disesuaikan kemudian, tergantung kebutuhan
dan optimalisasi penggunaan ruang hijau yang ada
** Pembangunan balai pengobatan, sekolah dan museum adalah masih indikatif dan akan
disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat sekitar serta ketersediaan dana
Sehubungan dengan adanya tiga penggolongan sasaran pengguna biara (yaitu: anggota Sangha, umat Buddha awam dan
masyarakat umum di sekitar biara) yang memiliki tingkat kebutuhan yang beragam dan berbeda serta dalam rangka menjaga fungsi utama dari biara ini sendiri yang harus dapat menyediakan sebuah tempat yang terisolasi bagi anggota Sangha
untuk melatih diri secara serius, maka sangat diperlukan untuk membuat zonasi bagi tiap golongan sasaran pengguna
tersebut, yaitu sebagai berikut:
t
in
1. Zona masuk, mencakup: lapangan parkir, entrance garden dan pos keamanan
2. Zona publik, mencakup: Grand Court, Hall Utama, kantor, penginapan, GSG, perpustakaan, sekolah, museum dan
balai pengobatan
r
p
r
o
f
3. Zona semi-publik, mencakup: ruang makan bersama serta fungsi-fungsi servis lainnya (fungsi back of the house)
4. Zona privat (isolasi) yang sehari-harinya hanya dapat diakses oleh anggota Sangha namun akan dibuka untuk umum
hanya pada hari-hari keagamaan tertentu, mencakup: Hall Monastik, Hall Lamrim, Monastic Court, kuti dan rumah
dinas
5. Zona sakral, mencakup: tempat tinggal Sang Guru dan fungsi-fungsi sakral lainnya seperti Hall Tantra, Candi
Rinpoche, Taman Stupa, dsbnya.
t
o
n
Dalam pengembangan perancangan biara ini, semua langgam budaya arsitektur Indonesia akan digunakan dengan komposisi yang diatur sedemikian rupa sehingga terlihat harmonis Meskipun demikian, demi memperkuat kesan dan gaya
arsitektural biara ini, langgam Bali dan Jawa Timur akan dipilih untuk menjadi unsur dominannya. Langgam ini nantinya
juga akan ikut mewarnai atmosfir ruang-ruang dalam (interior) serta ornamen-ornamennya.
Adapun alasan pemilihan langgam Bali dan Jawa Timur menjadi unsur dominan di dalam gaya arsitektural biara ini
adalah karena Bali dan Jawa Timur mewarisi budaya dari kerajaan Majapahit yang pernah menjadi salah satu kerajaan
terbesar di dalam sejarah Indonesia. Selain itu, Majapahit juga secara umum dianggap sebagai pemersatu wilayah Nusantara yang luas sehingga menjadi cikal bakal Indonesia saat ini. Selain penggunaan langgam Indonesia, nilai-nilai luhur
yang terdapat dalam ajaran juga akan disimbolkan ke dalam bangunan biara, fasilitas maupun ornament-ornamen biara
misalnya dalam bentuk relief-relief seperti halnya yang banyak terukir pada candi-candi dan stupa-stupa Buddhis lainnya.
Dengan demikian, diharapkan biara ini akan menjadi sebuah karya yang kaya akan makna dan nilai luhur ajaran.
8
Biara akan dirancang dengan mengambil arah Utara-Selatan
sebagai garis poros utamanya di mana Selatan akan menjadi arah
masuknya dan terus ke belakang mengarah ke Utara hingga ke
bagian ujungnya. Selain itu, kontur biara juga akan diusahakan untuk
menanjak dari Selatan ke Utara (depan ke belakang). Pemanfaatan
sumbu ini didasarkan pada studi dan perhitungan kosmis yang
ditujukan untuk memperoleh energi yang baik untuk menunjung
keberlangsungan biara nantinya.
Seperti yang telah disebutkan di atas, biara akan dibangun dengan
konsep green-building, dalam arti bangunan akan ramah lingkungan
dan sekecil mungkin membebani alam lingkungannya.
r
p
r
o
f
Beberapa konsep green-building yang sederhana dan terjangkau
akan diterapkan sebagai berikut: natural lighting (memanfaatkan
pencahayaan alami pada siang hari), cross ventilation (menata
sirkulasi silang agar ruangan tetap sejuk), buffer zone, rainwater
harvest (menampung dan menggunakan kembali sebagian air hujan
dan danau buatan (untuk membantu proses pengendapan dan
pengolahan kembali air).
t
o
n
Selain itu apabila studi lebih lanjut dan situasi memungkinkan,
juga akan diimplementasikan solar & wind energy (pemanfaatan
tenaga matahari dan angin menjadi listrik) dan eco garden lighting
(penerangan lampu outdoor pada saat malam dengan bio-gas) dan
sebagainya
Berikut adalah rekaan sketsa draft awal untuk masterplan biara
(yang mana masih dapat mengalami penyesuaian - penyesuian
tergantung situasi dan kondisi pada saat pembangunan):
9
t
in
Berikut adalah visualisasi tata bangunan masterplan dalam 3D:
t
o
n
r
p
r
o
f
t
in
Keterangan Gambar
Atas: suasana keseluruhan
Bawah kiri: Hall Monastik dan Hall Tantra
Bawah kanan: Monastic Court
10
Sehubungan dengan skala proyek ini yang cukup besar, maka pembangunan akan dilaksanakan dalam beberapa tahapan,
sebagai berikut:
t
o
n
11
r
p
r
o
f
*
t
in
Kuti akan dibangun secara bertahap
disesuaikan dengan jumlah anggota
Sangha
** Pembangunan gerbang dan pembuatan
Green-Belt akan disesuaikan dengan
kondisi lahan dan lingkungan sekitar
Anggaran
t
o
n
r
p
r
o
f
t
in
Biaya di atas adalah masih menggunakan asumsi kasar dan dapat disesuaikan kemudian berdasarkan lokasi
tanah dan detil design biara final.
12
Partisipasi Anda sebagai Agen Kebajikan
Dalam rangka mensukseskan pembangunan biara (monastery) ini, akan diperlukan banyak
sekali partisipasi dan kontribusi berupa pengumpulan kebajikan dalam bentuk dukungan
materi maupun moril. Oleh karena itu, KCI mengajak para umat untuk berpartisipasi menjadi Agen Kebajikan dan berperan aktif dalam pengumpulan kebajikan ini.
Apa saja yang dapat dilakukan oleh Anda selaku Agen Kebajikan? Mulai dari yang paling
sederhana, Anda dapat melakukan kebajikan, sekecil apapun, dan lalu mengajak rekanrekan Anda untuk turut melakukan kebajikan, kemudian mendedikasikan kebajikan yang
telah dilakukan tersebut untuk keberhasilan pembangunan biara ini.
r
p
r
o
f
Selain itu, Anda juga dapat berpartisipasi dalam program-program pengumpulan kebajikan
yang akan diselenggarakan oleh KCI, antara lain:
• Jejak Anathapindika, program partisipasi untuk membiayai pembelian lahan biara.
Anathapindika adalah salah satu murid Buddha Sakyamuni yang menutupi
sebidang tanah di Jetavana dengan koin emas, yang dibelinya dan kemudian
dipersembahkan kepada Sang Buddha. Adapun harga tanah biara yang akan
dibeli adalah Rp 50.000 /m2.
t
o
n
• Dana Komitmen, program untuk membiayai konstruksi dan desain interior biara.
Terdiri dari beberapa tiering dan akan menjadi komitmen bulanan selama 5 tahun
sampai pembangunan biara tahap 1 selesai, sehingga diharapkan motivasi kita dapat
selalu terjaga sepanjang waktu. Selain itu, Anda juga berarti membantu panitia dalam
mengatur arus kas untuk pembiayaan proyek berdasarkan termin. Tiering tersebut
adalah: Rp 50,000; Rp 250,000; Rp 500,000; Rp 1,000,000; Rp 5,000,000;
Rp 10,000,000; Rp 50,000,000 dan minimal Rp 100,000,000,
• Grand Puja pada hari-hari tertentu (misalnya Waisak) untuk pelimpahan dedikasi
• Puja untuk mendoakan umur panjang bagi Rinpoche yang rencananya akan
diadakan di KCI Bandung
13
t
in
• Puja bulanan yang akan dikoordinasikan oleh cabang-cabang KCI di seluruh
Indonesia
• Daily Dedication di mana Anda dapat melakukan kebajikan setiap hari dan lalu
mendedikasikannya bagi keberhasilan pembangunan biara
• Grand Merit, program asuransi jiwa dan menjadikan biara ini sebagai
ahli waris Anda
t
in
• Program-program sosial lainnya: penyebaran teks Dharma, pembagian
tsa-tsa, bakti sosial pembagian makanan, pembangunan stupa, penyalaan pelita,
pengumpulan mantra, talkshow Buddhis nasional, Grand Festival of Prayer for
Indonesia dan sebagainya.
r
p
r
o
f
Sebagai Agen Kebajikan, Anda juga dapat berpartisipasi menjadi Donatur ataupun membantu mencarikan Donatur dengan cara ikut serta menyebarkan informasi dan/atau proposal
pembangunan biara ini kepada teman-teman Anda. Bagi Anda yang ingin menjadi Donatur,
dapat mengirimkan dana ke:
t
o
n
Rekening BCA cabang Jalan Abdul Rivai Bandung
No. 5170882999 a.n. Yayasan Wilwatikta Sriphala Nusantara
Untuk informasi lebih rinci terkait program-program yang diadakan oleh KCI di atas,
Anda juga dapat secara proaktif menghubungi panitia sebagai berikut:
Rudiyanto (+62 813 81 7878 73)
Yulimus Jutawan (+62 817 9233 639)
Ida Fitri (+62 8111 984 588)
Johnson (+62 819 0505 4327)
Lenny Hidayat (+62 817 60600 17)
14
Susunan Panitia Pelaksana
Dewan Pengarah
:
Dagpo Rinpoche Jhampel Jampa Gyatso,
Bhadra Ruci Sthavira, Anggota Sangha KCI
Dewan Penasehat :Alexander Surya, Atmadja Tjiptobiantoro,
Sutedjoo Budiman, Fenta Husein, Teddy Susanto,
Dewan Gubernur KCI
Ketua:Rudiyanto
r
p
r
o
f
Wakil Ketua:Yulimus Jutawan
t
in
Tim Kesekretariatan:Yanto Tanuwijaya, Amri Zein, Fery Widjadi
Tim Akusisi Tanah & Perizinan
:
Tim Perancangan & Master Plan
:
Tim Pendanaan
:
Tim Perencanaan Komunikasi
:
t
o
n
Jovannov Leander, Jimmy Suhendra
Hastomo Arby, Hendra Sentosa
Ida Fitri, Johnson, Lenna Hidayat
Ratna Pribadi
Tim Procurement & Tendering:Eka Agustian
Tim Eksekusi Proyek & Supervisi Pembangunan
:
Michael Chandra
Tim Sistem Rumah Tangga Biara
:
Mery
Tim Aspek Sosial
:
Lenny Hidayat, Metta Syviani
Tim Pendukung:Semua Agen Kebajikan (termasuk ANDA!)
15
Sekilas Tentang Kadam Choeling Indonesia
t
in
Berawal dari sebuah kelompok diskusi Dharma, mereka yang mencari dan menemukan akhirnya tumbuh menjadi
komunitas yang gigih dan serius mempelajari Buddha Dharma. Di bawah bimbingan YM Bhiksu Bhadra Ruci, komunitas
ini kemudian dianugerahi nama Kadam Choeling oleh Dagpo Rinpoche, pada tanggal 5 Februari 2001, yang menandai
berdirinya Kadam Choeling Indonesia (KCI).Hingga saat ini, Dagpo Rinpoche merupakan guru spiritual utama KCI.
r
p
r
o
f
Kadam adalah nama salah satu tradisi Buddhis di Tibet. Orang-orang yang mengikuti tradisi Kadam ini disebut Kadampa
(Tibet) yang berarti mereka yang memandang ajaran Sang Buddha sebagai instruksi pribadi yang diterapkan pada praktik
sehari-hari. Choe artinya Dharma dan Ling berarti pusat (center). Dengan demikian, Kadam Choeling berarti tempat
belajar dan praktik Buddhadharma ajaran Buddha Sakyamuni, tradisi Kadam yang kini dikenal sebagai tradisi Gelug.
t
o
n
Menapaki tahun ke-11 bertumbuh kembang di tanah air, KCI telah mengisi lembaran kisah penuh karya dan bakti. Visi
yang dinyatakannya senantiasa hidup dan diwujudkan. Sebagai komunitas yang mempelajari Buddhadharma yang
altruistik (Bodhicitta), KCI bersungguh hati mengaktualisasikannya dalam semangat nasionalisme dan berusaha mengkontribusi dalam bidang seni, budaya humaniora, pendidikan dan lingkungan dalam khasanah kebesaran Nusantara.
Saat ini KCI telah telah memiliki 9 Dharma Center di beberapa kota yang masing-masing dikepalai seorang gubernur.
Sejumlah badan otonom telah berjalan dengan baik dikelola oleh para anggotanya, terutama mahasiswa, yang bergerak
di bidang pendidikan, pelestarian flora&fauna, hingga penyelenggaraan seminar-seminar bertema sosial budaya. Retret
Buddhis baik nasional maupun internasional menjadi acara rutin setiap tahun, selain mengadakan kelas-kelas Dharma dan
Puja di Dharma Center. Bahkan tim Ladrang yang terdiri para profesional muda telah dibentuk sebagai roda penggerak
untuk bergulir lebih cepat mencapai tujuan di masa depan.
KCI akan terus melangkah dan berkiprah di bumi pertiwi, demi kebaikan bagi semua orang, demi kebahagian semua
mahluk.
16
Sangha Kadam Choeling Indonesia
Sangha Kadam Choeling lahir pada tanggal 1 Maret 2010. Terdiri dari 6 bhiksu, 8 sramanera dan 3 sramaneri. Mereka adalah para sarjana yang kompeten
dan sukses sebagai umat awam, namun memilih untuk menjalani dunia pelepasan untuk mencari makna kebahagiaan sejati. Di dalam persaudaraan Sangha
mereka menemukan wadah yang menciptakan kondisi untuk membuat mereka mampu mengembangkan kehidupan spiritual secara kondusif.
Sistem monastik telah ditumbuhkan dalam pratik mereka sehari-hari. Dengan disiplin yang tinggi, para anggota Sangha menjalani PHKMD (Puja, Hafalan,
Kelas, Meditasi dan Dedikasi). Sebuah kurikulum pelatihan yang berpijak pada Lamrim dan 5 teks filosofi besar sebagai acuan, sehingga menjadikan setiap
anggotanya mempunyai kemampuan untuk praktik Dharma dengan benar. Mereka begitu bahagia dan menikmati hidup sebagai rohaniawan berjubah
merah. Dalam persaudaraan Sangha, para happy monks ini mantap menapaki jalan untuk mencapai realisasi sejati terhadap pemahaman Buddha Dharma.
t
o
n
17
r
p
r
o
f
t
in
Sangha Kadam Choeling Indonesia
Khenpo / Kepala Biara:
Bhiksu Lobsang Oser (Suhu Bhadra Ruci)
Ditahbiskan tahun 2002 oleh HH Dalai Lama XIV
Kepala Dharma Centre:
Sramanera Lobsang Pende
Ditahbiskan 2009 oleh Kenzur Rinpoche Lobsang Tenpa
Gekoy / Pemangku Ajaran dan Disiplin:
Bhiksu Lobsang Gyatso
Ditahbiskan tahun 2007 oleh HH Dalai Lama XIV
Pengurus Taman:
Sramanera Tenzin Choepel
Ditahbiskan tahun 2010 oleh HH Dalai Lama XIV
Umdzey / Pemimpin Ritual Keagamaan:
Bhiksu Tenzin Chograb
Ditahbiskan tahun 2010 oleh HH Dalai Lama XIV
Sekretaris Pribadi Suhu:
Sramanera Tenzin Konchog
Ditahbiskan tahun 2010 oleh HH Dalai Lama XIV
Gigula / Kepala Disiplin:
Bhiksu Tenzin Tringyal
Ditahbiskan tahun 2010 oleh HH Dalai Lama XIV
Kepala Penerbitan Kadam Choeling:
Bhiksu Lobsang Choepel
Ditahbiskan tahun 2011 oleh HH Dalai Lama XIV
t
o
n
Kepala Rumah Tangga:
Bhiksu Tenzin Jinpa
Ditahbiskan tahun 2011 oleh HH Dalai Lama XIV
Staf Rumah Tangga:
Sramanera Lobsang Gyaltsen
Ditahbiskan 2009 oleh Kenzur Rinpoche Lobsang Tenpa
Kunyer / Pengurus Bhaktisala:
Sramanera Lobsang Tsultrim
Ditahbiskan 2009 oleh Kenzur Rinpoche Lobsang Tenpa
r
p
r
o
f
t
in
Staf Rumah Tangga:
Sramanera Yonten Samten
Ditahbiskan tahun 2010 oleh Geshe Yonten Gyatso
Sholthob (Machen) / Kepala Dapur:
Sramanera Yonten Sherab
Ditahbiskan tahun 2010 oleh Geshe Yonten Gyatso
Staf Dapur:
Sramanera Tenzin Wanggyal
Ditahbiskan tahun 2011 oleh HH Dalai Lama XIV
Sramaneri Tenzin Tshoejung
Ditahbiskan tahun 2011 oleh HH Dalai Lama XIV
Sramaneri Tenzin Pelyang
Ditahbiskan tahun 2011 oleh HH Dalai Lama XIV
Ngulnyer / Bendahara Sangha:
Sramaneri Tenzin Kachoe
Ditahbiskan tahun 2011 oleh HH Dalai Lama XIV
18
Penutup
Semoga kita mampu menumbuhkan dan menjaga motivasi bajik
Semoga apa yang telah kita mulai dengan baik,
kelak berakhir dengan kebahagiaan…
Untuk kita
Untuk Indonesia
Untuk semua mahluk
r
p
r
o
f
t
in
Dukungan, partisipasi, doa, dedikasi dan segala bentuk kebajikan yang Anda berikan,
sungguh berarti bagi kami untuk mewujudkan tujuan mulia ini.
Terima kasih
t
o
n
19
t
o
n
r
p
r
o
f
t
in
t
o
n
r
p
r
o
f
t
in
Download