BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Orientasi seksual mengacu pada pola abadi emosional, atraksi romantis, dan seksual dengan laki-laki, perempuan, atau kedua jenis kelamin. Orientasi seksual juga mengacu pada pengertian seseorang identitas berdasarkan pada ketertarikan, perilaku terkait, dan keanggotaan dalam komunitas lain yang berbagi tersebut atraksi.Orientasi seksual umumnya dibahas seolah-olah hanya merupakan karakteristik individu, seperti seks biologis, identitas gender, atau usia. Perspektif ini tidak lengkap karena orientasi seksual didefinisikan dalam hal hubungan dengan orang lain. Orang mengungkapkan orientasi seksual mereka melalui perilaku dengan orang lain, termasuk tindakan-tindakan sederhana seperti berpegangan tangan atau berciuman. Dengan demikian, orientasi seksual terkait erat dengan hubungan pribadi yang intim yang memenuhi kebutuhan sangat terasa untuk cinta, lampiran, dan keintiman. Selain perilaku seksual, obligasi ini meliputi kasih sayang fisik non-seksual antara pasangan, tujuan bersama dan nilai-nilai, saling mendukung, dan komitmen berkelanjutan. Oleh karena itu, orientasi seksual bukan hanya karakteristik pribadi dalam individu. Sebaliknya, orientasi seksual seseorang mendefinisikan sekelompok orang di mana yang mungkin untuk menemukan memuaskan dan memenuhi hubungan romantis 1 yang merupakan komponen penting dari identitas pribadi bagi banyak orang (American Psychological Association : 2008). Di dalam orientasi seksual terdapat heteroseksual dan homo seksual .Hetero seksual adalah ketertarikan dengan lawan jenis, sedangkan homoseksual adalaha ketertarikan dengan sesame jenis.Dalam dunia homoseksual, ada dua macam yaitu Gay dan Lesbian.Gay adalah laki-laki yang mempunyai perasaan ketertarikan seksual dengan laki-laki, semmentara lesbi adalah wanita yang mempunyai perasaan ketertarikan seksual dengan perempuan.Lesbi bukannlah hal baru dimasyarakat, hanya saja apakah masyarakat selama ini sadar dengan kehadiran mereka.Karena umumnya lesbi lebih memilih untuk menutup diri rapat-rapat.Akan tetapi seiring berjalannya waktu dan perekembangan zaman, saat ini kaum lesbian sudah mulai terbuka.Hal ini lambat laun memunculkan fenomena baru.Dalam dunia lesbian, dikenal dengan empat karakter yaitu Butchi, Femme, Andro, dan No lebel. (dalam http://dunia psikologi.dagdigdug.com) Seperti sebagian besar heteroseksual, sebagian besar gay dan lesbian juga mencari cinta, kebersamaan dan kepuasan seksual dalam hubungan berkomitmen. Hubungan gay dan lesbian mengambil banyak bentuk, tetapi mayoritas homoseksual seperti halnya heteroseksual mencari cinta, persahabatan, dan kepuasan seksual melalui hubungan dengan seseorang .hubungan seperti itu semakin umum dalam masyarakat yang dapat menoleransi, menerima dan mendukung mereka (Gardiner et 2 al, 1998). Unsur kepuasan jangka panjang dalam hubungan homoseksual sangat mirip dengan yang ada dalam hubungan heteroseksual (petterson, 1995).Lesbian cenderung memiliki hubungan yang stabil dan monogamis dibandingkan pria gay. Komitmen pasangan lesbian yang hidup bersama cenderung sama dengan komitmen pasangan yang menikah (kurdek, 1995). Lesbian memiliki hubungan jangka panjang yang dijalin antara para lesbian mengindikasikan kecilnya kemungkinan untuk berganti pasangan dan sedikitnya kebutuhan untuk membuat “setting dunia lesbian” untuk mencari pasangan ( Jokie M.s. Siahaan, 2009). Tetapi, hubungan dalam jangka panjang ini juga mempunyai banyak masalah (blmstein dan Schwartz, 1998). Misalnya, lesbian harus berhadapan dengan isu-isu homophobis dan heteroseksisme serta seksisme lainnya dalam masyarakat karena mereka adalah perempuan (dooley, 1986). Stigma dan diskriminasi yang harus mereka hadapi misalnya pada bidang pekerjaan, pelayanan social, dan penolakan social lainnya akan lebih besar dibandingkan para gay. Karena lesbian sedikit mendapat stigma dan lebih sedikit membutuhkan subkebudayaan sendiri, subkebudayaan lesbian yang lebih sedikit dalam jumlah dibandingkan dengan subkebudayaan gay (Jokie M.s. Siahaan 2009). Dari stigma dan diskriminasi tersebutlah, kebanyakan dari lesbian tidak terbuka mengenai dirinya kepada orang lain bahkan kepada dirinya sendiri dibandingkan dengan Gay. Hal ini yang disebut dengan Coming out. Coming out merupakan suatu 3 proses dimana seseorang terbuka akan orientasi seksualnya (www.wrightcounseling.com, 2005). Coming out merupakan pengenalan identitas homoseksual terhadap diri sendiri dan orang lain, yang merupakan proses dari intrapsychic dan interpersonal yang harus dilewati, dimana identitas tersebut ditimbulkan dan diungkapkan (Domenici, Thomas & Lesser, Ronnie, C., 1995 dalam Arpeggio: 2007). Orang mengakui dirinya sendiri serta dunia yang ia masuki dan berusaha untuk membentuk struktur kehidupan yang stabil. Orang mencari tempat dalam dunia kerja dan dunia hubungan social. Pada akhir usia 20 tahun maka pemilihan struktur hidup ini akan makin menjadi penting. Pada usia antara 28-33 tahun pilihan struktur kehidupan ini menjadi lebih tetap dan stabil. Dalam fase kemantapan (33-40 tahun) orang dengan keyakinan yang mantap menemukan tempatnya dalam masyarakat dan berusaha untuk memajukan karir sebaik-baiknya. Impian yang ada dalam fase-fase sebelumnya (17-33 tahun ) mulai mencapai kenyataan. Pekerjaan dan kehidupan keluarga membentuk struktur peran yang memunculkan aspek-aspek kepribadian yang diperlukan dalam fase tersebut ( levinson, dalam papalia 2009). Tahap keenam dari perkembangan psikososial erikson, yaitu intimasi versus isolasi, yang merupakan isu utama masa dewasa awal. Jika seoarang dewasa awal tidak dapat membuat komitmen personal yang terhadap orang lain, maka mereka akan terisolasi dan self absorb (terpaku pada kegiatan dan pikirannya sendiri). Akan tetapi, mereka juga butuh kesendirian (isolasi) sebagai upaya merefleksikan 4 kehidupan mereka. Ketika mereka berusaha menyelesaikan tuntutan saling berlawanan dari intimasi, kompetisi, dan jarak mereka mengembangkan pemahaman etis, yang dianggap erikson sebagai tanda kedewasaan (dalam papalia dkk, 2008). Ketika orang-orang pada tahapan masa dewasa awal, orang- orang biasanya sangat awas dengan penentuan waktu mereka sendiri dan waktu social (social clock), norma masyarakat atau harapan bagi waktu yang tepat untuk peristiwa dalam kehidupan. Krisis mungkin saja terjadi, tapi bukan karena mencapai usia tertentu, akan tetapi karena peristiwa yang tidak terduga dan penentuan waktu peristiwa kehidupan. Stress bisa saja datang dari peristiwa yang tidak diharapkan (seperti kehilangan pekerjaan), sebuah peristiwa yang terjadi diluar waktu seharusnya, atau kegagalan total perwujudan peristiwa yang telah diperkirakan. Perbedaan kepribadian memengaruhi cara orang merespons peristiwa kehidupan dan bahkan dapat mempengaruhi penentuan waktu mereka. (Diane E. papalia, Sally wendkos old, Ruth duskin Feldman : 2008). Menurut Diane E. (dalam papalia, Sally wendkos old, Ruth duskin Feldman : 2008).Biasanya masa dewasa awal merupakan waktu perubahan dramatis dalam relasi personal ketika orang-orang membentuk, menegosiasikan kembali, atau mempererat ikatan seksualitas.Bagaimana yang didasarkan orang dewasa awal pada pertemanan, memasuki cinta hubungan dan tersebut? Keterampilan apa yang dibutuhkan bagi hubungan yang sehat di masa dewasa awal? 5 Antara usia 27 dan 43 tahun, wanita mengembangkan lebih banyak disiplin diri dan komitmen, independensi, kepercayaan diri, dan keterampilan menghadapi masalah. Pertemanan pada masa dewasa awal dan pertengahan cenderung berpusat pada pekerjaan dan aktifitas parenting serta berbagai kepercayaan diri dan masukan (Hartup dan Stevens, dalam papalia 2009).Seorang dewasa awal yang masih melajang amat bergantung kepada pertemanan untuk memenuhi kebutuhan social mereka dibandingkan orang dewasa awal yang telah menikah atau yang telah menjadi orang tua (carbery dan Buhrmester, dalam papalia 2009).Aturan bagi perilaku yang dapat diterima pada saat ini lebih elastis dibandingkan pada paruh pertama abad kedua puluh. Norma pada saat ini tidak lagi mendikte bahwa seseorang harus menikah, terus berada dalam perkawinan, atau memiliki anak,dan pada usia berapa hal tersebut harus dilaksanakan. Orang- orang bisa saja terus melajang, hidup bersama dengan pasangan berjenis kelamin sama atau berbeda tanpa ikatan pernikahan, bercerai, menikah kembali, menjadi orang tua tunggal, atau terus hidup tanpa kehadiran seorang anak, dan pilihan seseorang sangat mungkin berubah sepanjang masa dewasa (Diane E. papalia, Sally wendkos old, Ruth duskin Feldman : 2008).Pada saat sebagian orang muda, mereka terus melajang karena tidak mendapatkan pasangan yang tepat, yang lain melajang karena mereka memilih untuk melajang. Lebih banyak wanita pada saat ini yang mandiri, ditambah lagi makin berkurangnya tekanan social untuk menikah (Diane E. papalia, Sally wendkos old, Ruth duskin Feldman : 2008). Kehidupan masa dewasa awal yang disebutkan diatas tidak hanya terjadi pada perempuan yang 6 mempunyai orientasi seksual heteroseksual, tetapi juga dimilki oleh homoseksual. Berbagai factor yang memprediksi kualitas dan stabilitas suatu hubungan penyesuaian psikologis, sifat kepribadian, persepsi kesetaraan antara pasangan, cara mengtasi konflik, dan kepuasaan pada dukungan sosial juga sama bagi pasangan heteroseksual dan homoseksual. Pasangan homoseksual dan lesbian menilai sama atau lebih baik daripada pasangan heteroseksual kecuali dukungan sosial. Hal inilah yang menjadi dasar bagi peneliti untuk melakaukan penelitian dengan tujuan mendapatkan gambaran mengenai berbagai aspek psikososial dalam kehidupan kaum Lesbian yang berusia dewasa awal (18-40 tahun) di Indonesia khususnya dijakrta.Terlebih lagi penelitian ini mengkhususkan kepada subjek yang belum melakukan coming out sepenuhnya yang mempengaruhi aspek psikososialnya tersebut.Pengambilan data dalam penelitian ini dilakuakn dengan wawancara dan observasi terhadap para subjek. 1.2 Rumusan Masalah Bertitik tolak dari latar belakang yang dibuat oleh peneliti maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaiamana gamabaran psikososial Lesbian pada masa dewasa awal? 7 1.3 Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh gambaran mengenai berbagai aspek psikososial yang terjadi serta dialami pada lesbian berusia dewasa awal. 1.4 Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini adapun beberapa hal yang dapat diambil dari penelitian ini yang berupa manfaat teoritis dan manfaat praktis, dimana manfaat teoritis dari penelitian yaitu menjadi bahan pertimbangan bagi masyarakat pada umumnya dalam melihat gambaran homoseksual yang berbeda dengan heteroseksual yang merupakan mayoritas orientasi seksual didalam masyarakat pada umumnya. Manfaat penelitian ini juga dapat melihat bagaimana gambaran psikososial masa dewasa awal lesbian yang belum melakukan coming out sepenuhnya. Dari manfaat teoritis tersebut diharapkan adanya manfaat praktis dalam penelitian ini yaitu peneitin ini diharapkan menjadi referensi pada peneltiaianpenelitian selanjutnya yang juga berkaitan dengan penelitian ini. 8