BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditariklah suatu kesimpulan yaitu : 5.1.1 Indikator kepuasan Seksual Subyek A, B dan C menyatakan bahwa komitmen mempengaruhi kepuasan seksual. Berbeda dengan subyek D yang menyatakan bahwa komitmen itu tidak terlalu diperlukannya dalam kepuasan seksual. Bagi ketiga subyek yaitu A, C dan D diperlukannya sikap dominan dalam hubungan seksual. Karena dengan adanya sikap dominan dapat mempengaruhi dan menambah kepuasan seksual bagi ketiga subyek. Bagi subyek B, kesetaraan kekuasaan itulah yang seringkali dilakukannya dalam hubungan seksual. Dikarenakan keduanya juga sama memiliki hasrat seksual yang cukup tinggi. Ketiga subyek yaitu B, C dan D menyatakan perlunya juga kesamaan latar belakang pasangan dalam mencapai kepuasan seksual. Bagi subyek A, kesiapan secara fisik pasangannya yang lebih mempengaruhi dalam kepuasan seksual. 159 5.1.2 Perilaku Seksual Keempat subyek yaitu subyek A, B, C dan D sudah mampu untuk menyalurkan hasrat seksual. Bentuk ekspresi hasrat yang disalurkannya itu seperti: Pada subyek B, C dan D sudah memiliki pengalaman mimpi seksual. Isi mimpi seksualnya itu berupa hubungan intim dengan perempuan lain atau pasangannya. Pada subyek A, B dan C sudah memiliki pengalaman fantasi seksual. Tujuan fantasi seksual itu untuk melepaskan kerinduan dan rasa senang dengan pasangannya. Pada subyek A, B, C dan D memiliki pengalaman masturbasi. Pengalaman masturbasi yang dimiliki subyek A itu dikarenakan jarak pacar yang berjauhan. Pada subyek B karena tidak mempunyai pasangan dan untuk cepat tertidur. Pada subyek C karena lebih puas secara seksual dengan masturbasi. Pada subyek D karena untuk medapatkan kepuasan seksual. Keempat subyek juga sudah mampu mengeksplore kenikmatan seksual melalui alat kelaminnya sendiri. Terlebih lagi pada subyek C yang selalu mencari titik rangsang yang lain pada alat kelaminnya. Bagi ketiga subyek yaitu subyek A, B dan D menyatakan bahwa sikap, hasrat dan perasaan itu juga mempengaruhi akan kepuasan seksual. Karena ketiga hal itu akan membantu dalam meningkatkan kepuasan seksual. 160 Waktu yang dipakai oleh keempat subyek dalam melakukan hubungan juga cukup lama. Terlebih pada subyek B yang menyatakan bahwa melakukan hubungan seksual dengan pasanngannya selama 1 hari. 5.1.3 Komunikasi Seksual. Keempat subyek sudah mampu menggunakan komunikasi seksual dengan pasangannya. Seperti pada subyek A yang menggunakan kontak mata dan bahasa tubuh. Subyek B yang menggunakan pertanyaan – pertanyaan singkat. Pada subyek C dan D menggunakan diskusi. Cara yang digunakan keempat subyek dalam mengetahui akan hasrat dan kebutuhan pasangannya itu berbeda – beda. Seperti pada subyek A dan C menggunakan self disclosure. Pada subyek B menggunakan cara giving permission. Pada subyek D menggunakan cara asking question. Keempat subyek tidak mendapatkan kesulitan dalam menyampaikan kebutuhan seksual yang diinginkan kepada pasangannya. Pada subyek A menggunakan cara subyek A yang menuntun dalam melakukan hubungan seksual. Pada subyek B menggunakan cara subyek B langsung meletakkan tangan ditempat yang diinginkannya. Pada subyek C, ia langsung menyampaikan yang menjadi keinginannya. Pada ada subyek D, ia membelai pacarnya terlebih dulu lalu menyampaikan keinginannnya. Ketiga subyek yaitu A, B dan C menyatakan bahwa komunikasi seksual non verbal lebih meningkatkan kepuasan seksual dibandingkan komunikasi verbal. Karena dengan komunikasi non verbal dapat 161 membuat ketiga subyek tersebut lebih terangsang. Berbeda dengan subyek D yang lebih mengutamakan wewangian akan tubuh dari pacarnya. 5.1.4 Respon Seksual Secara fisik, subyek A dan B saat pertama kali melakukan hubungan seksual yaitu jantung berdetak kencang dan badan menjadi panas. Pada subyek C dan D merasa menjadi tegang dan kaku. Terlebih lagi bagi subyek C saat itu yang merasakan pertama kalinya melakukan hubungan seksual dengan perempuan. Respon secara emosi selama keempat subyek melakukan hubungan seksual adalah perasaan senang dan terhibur. Secara mental, keempat subyek sudah siap untuk melakukan hubungan seksual yang dilakukannya dengan pacarnya. 5.2 Diskusi Penelitian mengenai kepuasan seksual pada lesbian dirasakan oleh peneliti adalah suatu tantangan. Karena kepuasan seksual bagi para lesbian merupakan suatu hal yang sangat pribadi untuk diceritakan pada orang lain. Terlebih pada seseorang yang baru saja dikenalnya dan untuk penelitian yaitu skripsi. Sehingga saat pertama kali peneliti mencari subyek untuk terlibat dalam penelitian ini cukup mengalami kesulitan. Karena sebagian besar mereka menolak untuk diwawancarai. Penolakkan yang peneliti alami itu beraneka ragam seperti ada yang bersikap marah dan menghilang begitu saja. Seperti peneliti juga pernah 162 meminta bantuan pada suatu lembaga yang menaungi akan hak – hak lesbian itupun menolak dengan cara menghapus pertemanan dari blackberry messenger. Akan tetapi hal tersebut tidak membuat peneliti untuk menyerah. Sehingga peneliti mencoba untuk meminta bantuan pada salah satu teman dan dimulai dari situlah peneliti dapat menemukan subyek yang mau ikut terlibat dalam penelitian ini. Dalam teori yang dipakai oleh peneliti. Peneliti pernah mengalami kesulitan dalam mencari referensi skripsi yang sama dengan penelitian yang akan dilakukannya. Karena referensi skripsi mengenai kepuasan seksual pada lesbian itu tidak ditemukannya. Akan tetapi dalam teori yang digunakan dalam penulisannya, peneliti merasa tidak menemukan kesulitan. Dikarenakan teori yang digunakan itu pernah diajarkan oleh dosen di semester 5 dan selain itu juga terdapat beberapa dosen yang memberikan buku – buku sebagi referensi untuk dipakai dalam teori yang digunakan. Dalam setiap buku yang dijadikan referensi dari dosen untuk peneliti. Informasi mengenai lesbian hanya memberikan informasi yang cukup sedikit. Lebih banyak informasi mengenai hubungan seksual pada pasangan heteroseksual. Sehingga dengan keterbatasannya teori mengenai seksual pada lesbian maka penelliti mengambil acuan akan teori dari kepuasan seksual pada pasangan heteroseksual. Dalam pencapaian kepuasan seksual yang dirasakan lesbian dengan pasangannya menurut subyek A tidak berbeda dengan pasangan heteroseksual. Seperti halnya adanya sikap dominan dalam hubungan seksual dan gaya seksual 163 yang sama dilakukannya. Akan tetapi menurut subyek A mengatakan bahwa yang berbeda hanyalah alat kelaminnya saja. Lalu berdasarkan isu – isu yang menyatakan bahwa para lesbian memiliki orgasme yang cukup tinggi. Jika dilihat dari keempat subyek maka diketahui bahwa pencapaian orgasme yang cukup tinggi itu terlebih pada pasangan subyek A dan B yaitu dapat mencapai 3 kali orgasme dalam satu kali hubungan seksual yang dilakukan. Dalam komitmen yang dipakai pada kepuasan seksual hanya subyek A dan B yang merasakan perlu dalam kepuasan seksual yang dilakukannya. Meskipun subyek B masih terasa sulit untuk menemukan pasangan yang tepat untuk dirinya. Karena lebih sering hubungan yang dibentuknya itu tidak bertahan lama. Pada subyek C dan D mengatakan bahwa hubungan seksual dalam lesbian itu tidak terlalu diperlukan komitmen karena menurut kedua subyek hubungan ini masih bersifat sementara. Lalu selain itu kedua subyek tersebut juga masih mau untuk memenuhi tuntutan keluarga untuk menikah dengan laki – laki. Karena bagi mereka itulah suatu kewajiban seorang anak. Dalam pencapaian kepuasan seksual, sebagian besar tidak diperlukannya alat bantu tambahan seperti dildo. Karena dengan alat bantu tersebut malah akan aneh dan jijik. Hal tersebut dirasakan oleh pasangan subyek B, subyek C dan terutama subyek A. Terdapat pendapat dari beberapa masyarakat awam yang menyatakan bahwa dalam hubungan berpacaran yang dibentuk oleh pasangan pasti akan melakukan hubungan intim. Pendapat masyarakat awam itu memang diakui oleh salah satu subyek yaitu subyek A. Subyek A mengatakan bahwa pasti hubungan pacaran yang dibentuk oleh pasangan lesbian keduanya akan saling melakukan 164 hubungan seksual. Dalam hubungan seksual yang dilakukan itu adalah subyek A dan B yang beridentitaskan seksual butchi memiliki hasrat seksual yang cukup tinggi serta lebih agresif dibandingkan dengan pasangannya. Terdapat juga pendapat lain dari masyarakat awam yang mengatakan bahwa lesbian merupakan suatu penyakit menular bahkan suatu gangguan. Pendapat hal itu juga dipertanyakan oleh subyek D kepada peneliti. Jika dilihat pada Papalia, dkk 2009, di dalam menyatakan bahwa orientasi seksual itu terdiri atas 3 bentuk yaitu heteroseksual, homoseksual dan biseksual. Lesbian itu termasuk pada orientasi homoseksual. Sebagian besar masyarakat hanya mengenal satu orientasi seksual saja yaitu heteroseksual. Saat keempat subyek menyadari bahwa dirinya memiliki ketertarikan dengan perempuan dan merasakan berbeda dengan orang lain. Perasaan stress dialami oleh subyek A dan B. Bahkan subyek B menyatakan akan hal dirinya mengapa tidak dijadikan oleh sang pencipta sebagai laki – laki saja. Tetapi berbeda dengan subyek D yang merasa lucu dan aneh. Walaupun demikian, subyek D merasa sangat takut sekali jika identitas dirinya diketahui oleh orang banyak. Sehingga subyek D sangat menutupi identitas dirinya. Pada subyek C merasa sangat aneh sehingga terkadanng membuat dirinya mengalami kebingungan akan identitas dirinya. 165 5.3 Saran 5.3.1 Saran Teoritis Untuk penelitian yang akan datang, peneliti mengharapkan agar komponen mengenai indikator kepuasan lesbian ini tetap digunakan. Kalau perlu adanya penambahan pada indikator kepuasan seksual pada lesbian dengan referensi yang terbaru. Selain itu juga mengenai hal – hal yang berkaitan mengenai kepuasan seksual pada lesbian lebih diperluas seperti komunikasi seksual dan perilaku seksual pada lesbian. Dikarenakan teori yang digunakan ini masih menggunakan acuan pada hubungan seksual pada pasangan heteroseksual. Selain itu, diharapkan pada saat pemilihan subyek sebaiknya menggunakan subyek lesbian yang memiliki pasangan di saat penelitian berlangsung. Dikarenakan data yang didapatkan pada subyek yang memiliki pasangan pada saat penelitian dilakukan dapat memberikan data yang lebih banyak dan lebih memberikan gambaran pada kepuasan seksual pada lesbian. 5.3.2 Saran Praktis Bagi para pembaca yang ingin mengetahui lebih dalam akan kehidupapn lesbian. Maka penelitian yang telah dilakukan ini dapat menambah wawasan bagi para pembaca tersebut. Bagi para lesbian, dalam mencapai kepuasan seksual dengan pasangan. Hal yang dibutuhkan tidak hanya hasrat seksual dan kesamaan latar belakang saja. Akan tetapi komitmen juga diperlukan dalam hubungan seksual yang dilakukan. Dikarenakan terdapat beberapa pasangan lesbian yang lebih mengutamakan hasrat dan menghilangkan indikator komitmen 166 dalam hubungan. Sehingga hal tersebut yang dapat menghilanngkan kepuasan seksual yang sesuangguhnya. Selain komitmen juga, diperlukannya komunikasi seksual antar pasangan yang cukup baik seperti satu sama lain mengetahui akan kebutuhan pasangannya dalam berhubungan seksual. Karena terkadang hanya salah satu saja yang menginginkan hubungan seksual sedangkan pasangan satunya lagi tidak. Pada akhirnya menimbulkan sikap egois. Hal itu juga akan berpengaruh dalam pencapaian kepuasan seksual Bagi para psikolog, penelitian ini juga dapat dijadikan referensi akan permasalahan hubungan seksual pada klient yang memiliki orientasi lesbian. 167