11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN TEORI A. Kehamilan 1. Definisi / Pengertian Kehamilan dapat diartikan sebagai waktu transisi, yaitu suatu masa peralihan antara kehidupan sebelum memiliki anak (sekarang berada dalam kandungan) dan kehidupan setelah anak tersebut lahir (Icemi Sukarni,dkk.2013). Kehamilan merupakan sebuah rangkaian peristiwa pembuahan ovum (hasil konsepsi) yang terjadi di tuba falopii hingga akhirnya berkembang menjadi fetus (janin) yang aterm (cukup bulan). Kehamilan adalah dikandungnya janin hasil pembuahan sel telur oleh sperma (Sujiatini,dkk.2010). Menurut Federasi Obstetri Gynekologi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam tiga trimester, dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga minggu ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga minggu ke-40) (Sarwono Prawirohardjo, 2008). Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari haid pertama haid terakhir (POGI,dkk.2009). 2. Perubahan Anatomi Fisiologi Pada Kehamilan Perubahan anatomi dan fisiologi pada perempuan hamil sebagaian besar sudah terjadi segera setelah fertilisasi dan terus berlanjut selama kehamilan, kebanyakan perubahan ini merupakan respon terhadap janin. Perubahan yang terjadi antara lain: Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 12 a. Sistem reproduksi 1) Uterus Uterus mempunyai kemampuan luar biasa untuk bertambah besar dengan cepat selama kehamilan dan pulih kembali dalam beberapa minggu setelah persalinan. Perempuan tidak hamil memiliki berat uterus (70 g dengan kapasitas 10 ml atau kurang) sedang wanita hamil akan bertambah besar dan berat (berat rata-rata 1100 g dengan kapasitas 5 liter bahkan 20 liter). Pembesaran uterus meliputi peregangan dan penebalan sel-sel otot, sementara produksi miosit menurun. Daerah korpus pada bulan-bulan pertama akan menebal, tetapi seiring bertambahnya usia kehamilan akan menipis. Posisi plasenta juga mempengaruhi penebalan otot otot uterus. Pada akhir kehamilan otot-otot uterus akan mengalami kontraksi sehingga segmen bawah uterus akan melebar dan menipis. 2) Serviks Satu bulansetelah konsepsi serviks akan menjadi lebih lunak dan kebiruan, yang terjadi akibat penambahan vaskularisasi dan terjadinya edema pada serviks, bersamaan dengan terjadinya hipertrofi dan hiperplasia pada kelenjar serviks. Serviks mengalami perubahan selama kehamilan dan persalinan. Serviks didominasi oleh jaringan ikat atau fibrosa sehingga mengandung kolagen.pada perempuan tidak hamil, kolagen pada serviks terbungkus rapat dan tidak beraturan. Selama hamil kolagen mengalami remodel, pada akhir trimester pertama berkas kolagen menjadi kurang kuat terbungkus. kehamilan Saat mendekati aterm terjadi penurunan dari konsentrasi kolagen. 3) Ovarium Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti, dan pematangan folikel juga ditunda. Hanya ada satu korpus luteum yang ditemukan. Folikel ini akan berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan, setelah itu akan berperan Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 13 sebagai pengahasil progesteron dalam jumlah yang relatif minimal. 4) Vagina dan perineum Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hiperemia terlihat jelas pada kulit dan otot-otot di perineum dan vagina, sehingga vagina terlihat keunguan (tanda chadwick). Perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan hilangnya jaringan ikat hipertrofi dari sel otot polos. b. Kulit Pada kulit perut mengalami perubahan menjadi kemerahan, kusam, dan kadang mengenai daerah payudara dan paha, dikenal dengan nama striae gravidarum. Selain itu muncul garis di pertengahan perut (linea alba) yang berubah menjadi hitam kecoklatan. Sedang pada daerah wajah dan leher cloasma. Pigmentasi berlebihan biasanya akan berkurang setelah persalinan. Perubahan ini terjadi akibat cadangan melanin di daerah epidermal dan dermal dan juga didorong pengaruh hormon estrogen dan progesteron. c. Payudara Pada awal kehamilan perempuan mersa payudaranya lebih lunak. Setelah bulan kedua, payudara akan bertambah ukurannya dan vena dibawah kulit akan terlihat. Puting susu akan membesar, kehitaman, dan tegak. Setelah bulan pertama cairan kolostrum dapat keluar. Aerola juga bertambah besar dan menghitam. d. Perubahan metabolik Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan bertambah 12,5 kg. Pada trimseter ke-2 dan ke-3 perempuan dengan gizi baik dianjurkan menambah berat badan 0,4 kg per minggu. Sedangkan perempuan dengan gizi kurang atau lebih dianjurkan menambah berat badan 0,5 kg dan 0,3 kg. Peningkatan jumlah cairan selama kehamilan adalah fisiologis yang disebabkan turunnya osmolaritas. Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 14 e. Sistem kardiovaskular Pada minggu ke-5 cardiac output akan meningkat dan perubahan ini terjadi untuk mengurangi resistensi vaskular sistemik. Selain itu juga terjadi peningkatan denyut jantung. Antara minggu ke-10 dan ke-20 terjadi peningkatan volume plasma. Kapasitas vaskularisasi juga meningkat untuk memenuhi kebutuhan. Peningkatan estrogen dan progesteron menyebabkan vasodilatasi dan penurunan resistensi vaskuler perifer. f. Sistem respirasi Selama kehamilan sirkumferensia torak akan bertambah 6 tetapi tadak mencukupi penurunan residu fungsional dan volume residu paru-paru karena pengaruh diafragma yang naik 4 cm selama kehamilan. Frekuensi pernafasa mengalami sedikit perubahan selama kehamilan tetapi volume tidak, volume fentilasi per menit akan bertambah secara signifikan. Perubahan ini mencapai puncaknya pada minggu ke-37 dan kembali seperti sedia kala dalam 24 minggu setelah persalinan. g. Traktus digestivus Seiring pembesaran uterus menyebabkan lambung dan usus bergeser, begitu pula dengan apendiks juga bergeser. Perubahan nyata yaitu terjadi penurunan motilitas otot polos pada traktus digestivus dan penurunan sekresi asam hidroklorid dan peptin. Mual terjadi akibat penurunan asam hidroklorid dan penurunan motilitas, sedang konstipasi sebagai akibat penurunan motilitas usus besar. h. Traktus urinarius Pada bulan pertama kehamilan kandung kemih akan tertekan oleh uterus yang makin membesar dan menimbulkan sering berkemih.keadaan ini akan hilang dengan semakin tuanya kehamilan bila uterus keluar dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan jika kepala janin sudah turun ke pintu atas panggu , keluhan itu akan muncul kembali. Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 15 i. Sistem endokrin Selama kehamilan kelenjar hipofisis akan mengalami pembesaran 135 %, tetapi tidak begitu memiliki arti penting selama kehamilan. Hormon prolaktin akan meningkat 10 x pada saat kehamilan aterm, namun setelah persalinan konsentrasinya akan menurun. Kelenjar tyroid mengalami pembesaran hingga 15,0 ml saat persalinan. Konsentrasi plasma hormon paratiroid akan menurun pada trimester pertama dan kemudin akan meningkat secara progresif. j. Sistem muskoloskeletal Lordosis yang progresif akan jadi bentuk umum pada kehamilan. Akibat pembesaran uterus ke posisi anterior sehingga menggeser tumpuan daya berat ke belakang arah dua tungkai. Persendian akan meningkat mobilitasnya, akibat pengaruh hormonal. Mobilitas tersebut menyebabkan perasaan tidak nyaman pada bagian bawah punggung terutama diakhir kehamilan ( Sarwono Prawirohardjo, 2008). 3. Respon Psikologis Terhadap Kehamilan a. Ambivalensi, respon normal pada ibu hamil, terjadi karena kehamilan menimbulkan ketidaknyamanan sehingga ibu memiliki prsaan kurang positif tentang pengalaman ini. Ibu hamil meskipun menghendaki kehamilannya mungkin tidak dapat menikmati pengalaman tersebut. Pasangan (suami) juga bisa memiliki perasaan ambivalensi karena rasa cemas atau takut yang berkaitan dengan kehamilan istrinya. Kurangnya pengetahuan dan persiapan menjadi orang tua juga kehadiran anak menimbulkan sikap ambivalensi b. Perasaan berduka, terjadi karena perubahan peranan wanita, saat hamil wanita harus merubah peranan terakhirnya, bukan lagi hanya seorang istri namun juga calon ibu. Pasangan (suami) mengalami reaksi serupa dalam penyesuaian peranan sebagai ayah. c. Narsisisme, terjadi ketika ibu hamil lebih memperhatikan dirinya sendiri dan perubahan pada tubuhnya. Merupakan respon lazim Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 16 pada awal kehamilan. Dapat dicerminkan dari sikap wanita yang lama berdandan atau berpakaian. Narsisisme dilakukan ibu hamil untuk melindungi dirinya dan janinnya. Pasangan (suami) juga mengalami hal serupa pada aktivitas dan perilaku sehingga lebih memberikan waktunya bagi anaknya. d. Introversi dan ekstroversi, sebagian ibu hamil menunjukkan dengan cara lebih memperhatikan tubuh dan dirinya sendiri. Sebagian yang lain menunjukkan sikap ekstrovert dengan ikut serta ke aktivitas lebih terbuka dan memandang pembesaran abdomen dengan perasaan sudah memenuhi kewajiban sebagai ibu. e. Reaksi stress, bagi wanita kehamilan menimbulkan stress. Wanita dan pasangan nya mengangap kehamilan sebagai persoalan mengganggu aktivitasnya dalam melaksanakan tugas. Anggota keluarga perlu mempersiapkan diri menghadapi perubahan karena adaptasi kehamilan. f. Emosi yang labil, perubahan emosi sering terjadi yang merupakan akibat dari intervensi narsisime, juga akibat peningkatan hormon estrogen dan progesteron. Tindakan menghindari kelelahan dan mengurangi kadar stress membantu menurunkan lonjakan emosi. g. Syndrome couvade (ngidam), ketidaknyamanan ini merupakan keadaan yang normal dan bersifat temporer (Anita Lockhart,dkk. 2014). 4. Ketidaknyamanan Pada Kehamilan a. Pada trimester pertama 1) Nausea dan vormitus, gejala mual muntah yang dapat terjadi kapan saja sepanjang hari. Penyebab morning sickness antara lain, perubahan hormonal, fatigue, faktor emosional, perubahan metabolisme karbohidrat. Edukasi pasien antara lain, menghindari makanan berlemak dan berbumbu kental, menganjurkan makan sedikit tapi sering, menganjurkan makan roti kering atau creaker sebelum bangun dari tempat tidur di pagi hari, menganjurkan makan karbohidrat kompleks pada awal terjadinya nausea. Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 17 2) Kongesti, secret atau obstruksi pada hidung, penyebabnya edema pada mukosa hidung akibat kenaikan hormon estrogen. Edukasi yang diberikan, menggunakan alat pelembab yang menyemprotkan uap air, menggunakan tetes hidung atau obat semprot hidung berupa larutan garam, atau mengompres hidungnya dengan kompres dingin. 3) Pembesaran dan nyeri tekan pada payudara, penyebabnya akibat peningkatan kadar estrogen dan progesteron. Edukasinya menganjurkan pasien menggunakan BH yang pas dengan pita menggantung pada bahu, mempertahankan postur tubuh yang baik, memastikan pasien mencuci kedua payudara dan puting dengan air matang. 4) Gejala sering kencing dan ingin kencing, penyebabnya tekanan pada kandung kemih oleh uterus, pada minggu ke-12 menghilang karena uterus naik ke rongga abdomen, kembali lagi pada trimester ketiga. Edukasinya mengurangi konsumsi cairan pada malam hari, membatasi konsumsi minuman yang mengandung kafein, merespon perasaan ingin kencing dengan segera untuk mencegah distensi kandung kemih dan statise urine, mengajarkan senam kegel, mengajarkan tanda bahaya mencegah infeksi saluran kemih. 5) Peningkatan keputihan (leukore), penyebabnya hiperplasia mukosa vagina dan peningkatan produksi mukus oleh kelenjar endoserviks. Edukasinya menganjurkan pasien mandia setia hari dan menghindari pemakaian sabun didaerah vulva, membersihkan genetalia dengan benar,memakai tampon perineum jika keputihan sangat mengganggu, menyemprot air pada alat kelaminnya, segera melaporkan pada petugas kesehatan bila terjadi perubahan warna dan baunya. 6) Peningkatan keadaan cepat lelah (fatigue), penyebabnya peningkatan upaya membentuk plasenta, kebutuhan menyesuaikan tubuh dengan tuntutan fisik dan emosional oleh kehamilannya. Edukasinya menganjurkan sesering mungkin beristirahat, menyempatkan tidur siang sebentar, memilih Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 18 makanan dengan gizi seimbang dan minum suplemen zat besi, menganjurkan minum susu hangat atau mandi air hangat untuk membantu relaksasi, olahraga secara teratur dengan intensitas sedang. b. Pada trimester kedua dan ketiga 1) Heartburn , penyebabnya relaksasi spingter kardia, penurunan mobilitas GI, peningkatan hormon progesteron, pergeseran lambung. Edukasinya menganjurkan makan sedikit tapi sering, menghindari makanan berlemak dan mengandung kafein, mepertahankan posisi tubuh tetap tegak 45 menit setelah makan, penggunaan obat antasid atas resep dokter. 2) Konstipasi , penyebabnya suplemen zat besi, pergeseran istium oleh janin, kelambatan usus akibat peningkatan kadar progesteron dan metabolisme steroid. Edukasinya menganjurkan berolahraga setiap hari dengan intensitas sedang, minum banyak cairan dan makanan berserat, mempertahankan pola urinasi, tidak memakai suplemen minyak mineral karena menyebabkan deplesi asupan vitamin yang larut lemak. 3) Penyakit hemoroid, penyebab tekanan vena pelvis oleh uterus, peningkatan tekanan yang terjadi sekunder karena konstipasi. Edukasinya cara mencegah konstipasi, tidak berdiri terlalu lama atau memakai pakaian ketat, menggunakan salep wasir atau salep anstesi jika dibolehkan, penggunaan kompres witch hazel, melakukan sitz baths atau kompres air hangat 4) Nyeri punggung, penyesuaian postur tubuh karena peningkatan lengkung lumbo sakral oleh pembesaran uterus. Edukasinya mengajarkan posisi tubuh yang benar, mengenakan sepatu dengan tumit rendah, berjalan dengan panggul dimiringkan ke depan, menggunakan kasur yang keras atau menyisipkan papan agar lebih keras, latihan gerakan panggul dan latihan miringkan panggul Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 19 5) Kram otot tungkai, penyebabnya tekanan uterus yang membesar, sirkulasi yang buruk, fatigue, keseimbangan rasio kalsium fosfor. Edukasinya diet asupan kalsium dan fosfor, istirahat dengan tungkai kaki ditinggikan, mengenakan pakaian hangat, jika kram menekan jari jari kaki ke arah tungkai sementara lutut ditekan kebawah 6) Sesak napas, penyebabnya tekanan uterus pada diafragma. Edukasinya mempertahankan posisi tubuh yang benar pada saat berdiri, menggunakan posisi semi fowler ketika tidur dan tambahan bantal sebagai penyangga, aktivitas dan istirahat yang seimbang. 7) Edema pergelangan kaki, penyebabnya retensi cairan dan vena return yang buruk dari bawah ekstremitas diperparah dengan duduk atau berdiri lama dan hawa panas. Edukasinya, berbaring miring kiri agar meningkatkan laju filtrasi glomerulus (GFR) ginjal, menghindari pakaian ketat dan menjepit, meninggikan kedua tungkai saat istrahat, gerakan dorsofleksi kaki ketika berdiri atau duduk yang lama, menganjurkan bangkit dan berjalan sekitar setelah duduk dalam waktu yang lama. (Anita Lockhart,dkk. 2014) c. Tanda Dan Gejala Kehamilan 1) Tanda Mungkin Kehamilan ( Presumtif ) a) Amenore atau sedikit bercak perdarahan yang penyebabnya tidak diketahui pada awal kehamilan b) Nausea dan vomitus (mual muntah) c) Sering kencing (frekuensi) dan rasa ingin kencing (urgensi) d) Pembesaran payudara dan nyeri tekan pada payudara e) Rasa mudah lelah atau fatigue f) Quickening (goyang bayi) g) Penipisan dan pelunakan kuku jari tangan h) Pigmentasi kulit yang bertambah Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 20 2) Tanda Tidak Pasti Kehamilan ( Probable ) a) Pembesaran uterus b) Tanda goodell (pelunakan serviks) c) Tanda chadwick (membran mukosa vagina, serviks dan vulva yang berwarna kebiruan) d) Tanda hegar (pelunakan segmen bawah uterus) e) Kontraksi braxton hicks (kontraksi uterus tanpa nyeri yang terjadi berulang selama kehamilan) f) Ballotement (gerakan pasif janin sebagai respon terhadap ketukan yang dilakukan pada bagian bawah uterus atau serviks) g) Hasil tes laboratorium yang menunjukkan kehamilan h) Hasil USG yang memperlihatkan cincin sakus gestasional yang khas (terlihat pada usia kehamilan 4 sampai 6 minggu) i) Garis bentuk janin yang dapat diraba 3) Tanda Pasti Kehamilan (Positif) a) Denyut jantung janin yang terdeteksi pada usia kehamilan 17 hingga 20 minggu b) Hasil USG yang positif pada kehamilan 6 minggu c) Gerakan janin yang dapat dirasakan oleh pemeriksaan pada kehamilan sesudah 16 minggu d) Terlihat janin dan garis bentuk janin. (Anita Lockhart,dkk. 2014) 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan a. Faktor fisik 1) Status kesehatan/penyakit (kusmiyati,2009,h:80) 2) Ada dua klasifikasi dasar yang berkaitan dengan status kesehatan atau penyakit yang dialami ibu hamil : a) Penyakit atau komplikasi akibat langsung kehamilan. Termasuk dalam klasifikasi ini adalah Hyperemesis gravidarum, preeklamsia/eklamsia, kelainan lamanya kehamilan, kehamilan ektopik, kelainan plasenta atau Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 21 selaput janin, perdarahan antepartum, gemelli. (kusmiyati,2009,h:80) b) Penyakit atau kelainan yang tidak langsung berhubungan dengan kehamilan. Terdapat hubungan timbal balik dimana penyakit mempengaruhi ini dapat kehamilan memperberat serta penyakit dapat atau ini diperberat oleh karena kehamilan. Contoh yang termasuk dalam kategori ini adalah : (1) Penyakit atau kelainan alat kandungan; varises vulva, kelainan bawaan, edema vulva, hematoma vulva, peradangan, gonorea, kandidiasis, amoebiasis, trikomonisiasis DM, vaginalis, bartholinitis, kista bartholini, kondilomata akuminata, fistula vagina, kista vagina, kelainan bawaan uterus, kelainan letak uterus, prolapsus uteri, tumor uteri, mioma uteri, karsinoma servik, karsinoma korpus uteri dan lainlain. (2) Penyakit kardiovaskuler misalnya penyakit jantung, hipertensi, stenosis aorta, mitral isufisiensi, jantung rematik, endokarditis. (3) Penyakit darah misal anemia dalam kehamilan, leukimia, penyakit hodgkin, hemostasis dan kelainan pembekuan darah. (4) Penakit saluran nafas misalnya influensa, bronkitis, pneumonia, asam bronkiale, TB paru. (kusmiyati,2009,h:82) (5) Penyakit traktus digestivus misalnya ptialismus, karies, gingivitis, pirosis, hernia diafragmatika gastritis, ileus, valvulusta, hernia, appendiksitis, kolitis, megakolon, tumor usus, hemorroid, dan lainlain. (6) Penyakit hepar dan pankreas misalnya hepatitis, ruptur hepar, sirosis hepatis, ikterus, atrofi hepar, penyakit pankreas, dan lain-lain. Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 22 (7) Penyakit ginjal dan saluran kemih misalnya infeksi saluran kemih, bakteriuria, sistitis, pielonefritis, glomerulonefritis, sindroma nefrotik, batu ginjal, gagal ginjal, tbc ginjal, dan lain-lan. (8) Penyakit endokrin misalnya diabetes dalam kehamilan, kalainan kelenjar gondok, dan anak ginjal, kelainan hipofisis dan lain-lain. (9) Penyakit saraf misalnya korea grafidarum, epilepsia, perdarahan intrakranial, tumor otak, poliomielitis, sklerosis multipleks, miastenia gravis, otosklerotis, dan lain-lain. (10) Penyakit menular misalnya IMS (penyakit akibat hubungan seksual), AIDS, kondilomata akuminata, thypus, kolera, tetanus, erisipeles, difteri, lepra, TORCH, morbili, campak, parotitis, variola, malaria, dan lain-lain (kusmiyati,2009,h:82). b. Gizi Status gizi merupakan hal yang penting diperhatikan pada masa kehamilan, karena faktor gizi sangat berpengaruh terhadap status kesehatan ibu selama hamil serta guna pertumbuhan dan perkembangan janin. Huungan antara gizi ibu hamil dan kesejahteraan janin merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Keterbatasan gizi selama hamil sering berhubungan dengan faktor ekonomi, pendidikan, sosial atau keadaan lain yang meningkatkan kebutuhan gizi ibu seperti ibu hamil dengan penyakit infeksi tertentu termasuk pula persiapan fisik untuk persalinan. Kebutuhan zat gizi pada ibu hamil secara garis besar adalah sebagai berikut : 1) Asam folat Menurut konsep evidence bahwa pemakaian asam folat pada maa pre dan perikonsepsi menurunkan resiko kerusakan otak, kelainan neural, spina bifida dan anensepalus, baik pada ibu hamil yang normal maupun beresiko. Asam folat juga Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 23 berguna untuk membantu produksi sel darah merah, sintesis DNA pada janin dan pertumbuhan plasenta. 2) Energi Diit pada ibu hamil tidak hanya difokuskan pada tinggi protein saja tetapi pada susunan gizi sembang energi dan juga protein. Hal ini juga efektif untuk menurukan kejadian BBLR dan kematian perinatal. Kebutuhan energi ibu hamil adalah 285 kalori untuk proses tumbuh kembang janin dan perubahan pada tubuh ibu. 3) Protein Pembentukkan jaringan baru dari janin dan untuk tubuh ibu dibutuhkan protein sebesar 910 gram dalam 6 bulan terakhir kehamilan. Dibutuhkan tambahan 12 gram protein sehari untuk ibu hamil. (kusmiyati,2009,h:82) 4) Zat besi (Fe) Pemberian suplemen tablet tambah darah atau zat besi secara rutin adalah untuk memangun cadangan besi, sintesa sel darah merah, dan sintesa darah otot. Setiap tablet besi mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 30 mg), minimal 90 tablet selama hamil. Dasar pemberian zat besi adalah adanya perubahan volume darah atau hydraemia (peningkatan sel darah merah 20-30% sedangkan peningkatan plasma darah 50%). Tablet besi sebaiknya tidak diminum bersama teh atau kopi karena mengandung tanin atau pitat yang menghambat penyerapan zat besi. 5) Kalsium Untuk pembentukkan tulang dan gigi bayi. Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah sebesar 500 mg sehari. 6) Vitamin Pemberian suplemen vitamin D terutama pada kelompok beresiko penyakit seksual (IMS) dan dinegara dengan musim dingin yang panjang. Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 24 7) Yodium Pemberian yodium pada daerah dengan endemik kretinisme. 8) Zat lainnya Tidak ada rekomendasi rutin untuk pemberian Zinc, Magnesium, dan minyak ikan selama hamil. c. Gaya hidup 1) Kebiasaan minum jamu. Minum jamu merupakan salah satu kebiasaan yang beresiko bagi wanita hamil karena efek minum jamu dapat membahayakan tumbuh kembang janin seperti menimbulkan kecacatan, abortus, BBLR partus prematurus, kelainan ginjal dan jantung janin, asfiksia neonatorum, kematian janin dalam kandungan dan malformasi organ janin. 2) Mitos, takhayul atau kepercayaan tertentu. Perlu dikaji ada beberapa mitos tertentu yang membahayakan kehamilan dan ada yangmendukung terhadap pemeliharaan kesehatan selama hamil. 3) Aktivitas seksual Nasehat atau pendidikan kesehatan yang berkaitan dengan aktivitas seksual ibu selama hamil sangat jarang diberikan selama antenatal care. Seringkali pemberian pendidikan kesehatan mengenai seksual selama hamil sangat minim diberikan, bahkan kadang informasi diberikan secara tidak jelas, implisit, dengan bahasa kias serta menimbulkan salah pengertian. (kusmiyati,2009,h:83) 4) Pekerjaan atau aktifitas sehari-hari. 5) Exercise atau senam hamil Gunanya untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan fisik ibu hamil, memperlancar peredaran darah, mengurangi keluhan kram atau pegal-pegal, dan mempersiapkan pernafasan, aktifitas otot dan panggul untuk menghadapi proses persalinan. (kusmiyati,2009,h.83) Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 25 6. Tanda Bahaya Kehamilan a. Perdarahan Perdarahan yang terjadi pada kehamilan muda atau usia kehamilan dibawah 20 minggu umunya disebabkan oleh keguguran, penyebab yang sama disertai ukuran pembesaran uterus di atas normal pada umunya disebabkan oleh mola hidatidosa. Sedangkan perdarahan kehamilan muda dengan uji kehamilan yang tidak jelas , pembesaran uterus yang tidak sesuai (lebih kecil) dari usia kehamilan, dan adanya adneksa biasanya disebabkan oleh kehamilan ektopik. Perdarahan pada kehamilan lanjut atau diatas 20 minggu pada umunya disebabkan oleh plasenta previa, ditandai dengan warna kemerahan tanpa nyeri. Sedangkan perdarahan yang keluar berwarna merah kecoklatan atau kehitaman dan nyeri disebabkan oleh solusio plasenta. b. Nyeri hebat didaerah abdominopelvikum Nyeri haid terjadi pada kehamilan trimester kedua dan ketiga dan disertai riwayat dan tanda-tanda disertai perdarahan (revealed) maupun tersembunyi (concealed) maka diagnosisnya mengarah pada solusio plasenta c. Sakit kepala yang hebat dan menetap Jika sakit kepala yang dirasakan sangat hebat dan menetap atau tidak membaik dengan dibawa istirahat (pengobatan umum) disertai dengan pandangan kabur dan tekanan darah diatas normal pada usia kehamilan diatas 20 minggu maka diagnosisnya mengarah ke pre eklamsi d. Penglihatan atau pandangan kabur atau berkunang-kunang Jika pandangan mata kabur disertai dengan sakit kepala yang dirasakan sangat hebat dan menetap atau tidak membaik dengan dibawa istirahat (pengobatan umum) dan tekanan darah diatas normal pada usia kehamilan diatas 20 minggu maka diagnosisnya mengarah ke pre eklamsi Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 26 e. Muntah yang berlebihan selama kehamilan Muntah yang berlebihan terutama pada masa awal kehamilan dan terjadi setiap saat sepanjang hari, atau lebih sering pada pagi hari dan tidak hilang walau dibawa tidur atau istirahat, tampak pucat, lemas, dan kehilangan nafsu makan, bahkan sampai kehilangan kesadaran merupakan tanda dan gejala dari morning sickness dan anemia. f. Menggigil atau demam Mengalami peningkatan suhu tubuh (diatas 38˚C ) hingga menggigil merupakan tanda dan gejala adanya infeksi g. Keluar cairan dari vagina Mengeluarkan cairan (ketuban bedakan dengan air kencing) dari vagina merupakan tanda ketuban pecah dini h. Uterus lebih besar atau lebih kecil dari usia kehamilannya Jika didaptkan uterus teraba lebih besar atau lebih kecil dibandingkan dikarenakan usia kehamilan kehamilan ganda, yang semestinya makrosomia, kemungkin hidramnion / oligohidramnion, kehamilan mola hidatidosa, kehamilan ektopik ( Sarwono Prawirohardjo, 2008). 7. Gejala dan tanda lain yang harus diwaspadai Beberapa gejala dan tanda lain yang terkait dengan gangguan serius selama kehamilan adalah : ( sarwono prawihardjo,2009,h:284) a. Muntah berlebihan yang berlangsung selama kehamilan b. Disuria c. Menggigil atau demam d. Ketuban pecah dini atau sebelum waktunya e. Uterus lebih besar atau lebih kecil dari usia kehamilan yang sesungguhnya 8. Komplikasi pada kehamilan. a. Komplikasi kehamilan muda 1) Hiperemesis gravidarum Faktor predisposisi penyebab hiperemesis gravidarum yaitu faktor adaptasi dan hormonal (estrogen dan korionik gonadotropin), faktor psikologis, dan faktor alergi (invasi Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 27 jaringan villi korialis). Gejala klinis yang ditimbulkan adalah muntah yang dehidrasi. mengganggu Penanganannya kehidupan adalah sehari-hari pemberian dan cairan pengganti dan pengobatan berupa sedatif ringan, antialergi, antimual-muntah, dan vitamin. 2) Keguguran kandungan Ancaman pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan dalam batasan 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Penyebabnya antara lain faktor genetik (kelainan koriotik embrio, fertilisasi abnormal, dan mutasi gen), kelainan kongenital (kelainan bentuk uterus), autoimun, defek fase luteal, infeksi, hematologik dan lingkungan (paparan obat, zat kimia, dan radiasi). Macammacam abortus yaitu abortus iminens, abortus insipiens, abortus kompletus, abortus inkompletus, missed abortion, abortus habitualis, abortus infeksiosus dan septik, blinghted ovum. 3) Kehamilan ektopik Patofisiologi tersering karena sel telur yang sudah dibuahi dalam perjalanannya menuju endometrium tersendat sehingga embrio sudah berkembang sebelum mencapai cavum uteri yang akibatnya tumbuh diluar rahim. Macammacam antara intraligementer, lain, dan kehamilan kehamilan tuba, heterotopik. kehamilan Penyebab kehamilan ektopik yaitu peradangan atau infeksi, uterus mengalami hipoplasia, adanya tumor, abnormalitas zigot, dan faktor hormonal. Patofisiologinya yaitu hasil konsepsi mati dini dan direabsorpsi, abortus dalam lumen tuba, ruptur dinding tuba. b. Komplikasi kehamilan trimester tiga 1) Persalinan prematuritas Pesalinan yang berlangsung pada umur kehamilan 20-37 minggu ini disebabkan akibat proses patogenik yang mengakibatkan kontraksi pada rahim dan perubahan serviks, Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 28 yaitu antara lain aktivitas aktif kelenjar hipotalamus-hipofisisadrenal akibat stress pada ibu dan janin, inflamasi desiduakoerioamniotik atau sistemik akibat infeksi, perdarahan desidua, peregangan uterus patologik, dan kelainan uterus atau serviks. Pengelolaan persalinan preterm atau prematuritas adalah mencari penyebabnya dan menilai kesejahteraan janin. Jika resiko persalinan preterm tinggi maka dilakukan menejemen persalinan preterm dan bergantung pada beberapa faktor yaitu keadaan selaput katuban, pembukaan serviks, umur kehamilan, penyebab atau komplikasi persalinan preterm, dan kemampuan neonatal intersive care fasilities. Beberapa langkah untuk mencegah morbiditas dan mortalitas pada neonatus preterm dengan pemberian tokolisis, pematangan surfaktan paru janin dengan kortikosteroid, bila perlu dilakukan pencegahan terhadap infeksi. 2) Kehamilan ganda 3) Kehamilan dengan perdarahan Perdarahan yang terjadi pada kehamilan muda biasanya terjadi pada usia kehamilan sebelum 24 minggu. Perdarahan tersebut bisa disebabkan oleh: a) Implantation bleeding. Perdarahan melekat pada endometrium, saat trophoblas biasanya terjadi saat implantasi 8 sampai 12 hari setelah fertilisasi. b) Abortion. 15% terjadi pada abortus spontan sebelum usia kehamilan 12 minggu dan sering terjadi pada primigravida c) Hydatidiform molae. Akibat dari degenerasi chorionic vili pada awal kehamilan. Embrio mati dan di reabsorbsi/ mola terjadi di dekat fetus. d) Ectopic pregnancy. Ovum dan sperma yang berfertilisasi kemudian berimplantasi diluar dari uteri cavity. e) Cervical lesion. Lesi di cervik f) Vaginitis. Infeksi pada vagina (Sumarni, 2011; h.190). Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 29 4) Perdarahan plasenta previa Penyebabnya yaitu vaskularisasi desidua yang tidak memadai akibat radang atau atrofi, plasenta yang terlalu besar pada kehamilan ganda atau eritoblastosis fetalis juga disebutkan sebagai penyebab menutupinya sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Ciri yang menonjol pada plasenta previa adalah perdarahan uterus yang keluar melalui vagina tanpa rasa nyeri. Komplikasi yang bisa terjadi yaitu anemia sampai syok, kelahiran dan gawat janin juga tidak terhindarkan bahkan kematian maternal akibat perdarahan. Penanganan pada plasenta previa yaitu jika keadaan berat dan pasien mengalami hipovolemia seperti hipotensi atau takikardia maka segera lakukan transfusi darah, pemeriksaan ultrasonografi juga perlu dilakukan. 5) Perdarahan solusio plasenta Penyebabnya belum diketahui pasti namun yang dapat meningkat resiko yaitu usia ibu dan paritas, trauma tumpul pada perut atau kecelakaan, kelainan pada rahim seperti adanya mioma, penyakit ibu sendiri seperti tekanan darah tinggi dan kelainan sistem pembekuan darah. Ciri yang nampak jelas pada solusio plasenta adalah perdarahan pada jalan lahir berwarna tua yang disertai nyeri perut dan uterus. Komplikasi yang terjadi yaitu anemia, syok hipovolemik, insufisiensi fungsi plasenta, gangguan pembekuan darah, gagal ginjal prematuritas, mendadak, hingga kematian kematian janin, kelahiran perinatal. Biasanya penanganannya langsung diakhiri dengan induksi atau stimulasi pada kasus ringan, sedang pada kasus berat langsung dilakukan bedah caesar bila terjadi gawat janin. Penanganannya ekspektaktif yaitu pemberian tokolitik pada ibu. Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 30 6) Kehamilan dengan ketuban pecah dini Faktor resiko ketuban pecah dini yaitu berkurangnya asam askorbit sebagai komponen kolagen, dan kekurangan tembaga dan asam askorbit yang berakibat perubahan struktur abnormal antara lain merokok. Komplikasi yang timbul adalah infeksi maternal neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, dan meningkatnya insiden seksio sesarea. Penanganan ketuban pecah dini antara lain konservatif dan aktif. Perawatan konservatif yaitu pemberian antibiotik, observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin, jika sudah inpartu maka beri tokolitik atau lakukan induksi. Sedang perawatan aktif yaitu induksi dengan oksitosin bila gagal lakukan seksio sesarea. 7) Kehamilan lewat waktu persalinan Kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu atau lebih ini disebabkan oleh pengaruh progesteron, perubahan endokrin ini memacu proses biomolekuler persalinan dan meningkatkan sensitivitas uterus terhadap oksitosin. Pengaruh dari persalinan posterm yaitu perubahan pada plasenta, pengaruh pada janin yaitu berat janin dan sindroma postmaturitas, gawat janin atau kematian perinatal, dan pengaruh pada morbiditas dan mortalitas ibu. Pengelolaan pada postmaturitas yaitu pengelolaan aktif yaitu induksi setelah ditegakkan diagnosa, atau pengelolaan ekspektatif atau menunggu. 8) Kehamilan dengan preeklamsia dan eklamsia Merupakan keadaan dengan tekanan darah sistoloik dan diastolik lebih dari 140/90 mmHg. Pengukuran tekanan darah dilakukan sekurang-kurangnya 2 kali selang 4 jam. Kenaikan tekanan darah sistolik lebih dari 30 mmHg dan kenaikan diastolic lebih dari 15 mmHg (Prawirohardjo, 2009; h.535). Perawatan preeklamsia yaitu perawatan aktif dan pasif. Perawatan aktif berarti segera mengakhiri kehamilan atau dideterminasi bersamaan dengan pemberian pengobatan Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 31 medikamentosa. Sedangkan perawatan konservatif yaitu pemberian medikamentosa berupa loading dose. 9. Asuhan Antenatal Asuhan antenatal adalah upaya prefentif program pelayanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan. Ada 6 alasan penting untuk mendapatkan asuhan antenatal, yaitu : a. Membangun rasa saling percaya antara klien dengan petugas kesehatan b. Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayiyang dikandungnya c. Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilannya d. Mengidentifikasi dan menatalaksana kehamilan resiko tinggi e. Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas kehamilan dan merawat bayi f. Menghindarkan gangguan kesehatan selama kehamilan yang akan membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang dikandungnya. Tujuan dari asuhan antenatal, antara lain sebagai berikut: a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi. b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan social ibu dan bayi. c. Menegenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan. d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin. e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian asi eksklusif. f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal. 10. Jadwal kunjungan Asuhan Antenatal Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 32 Bila kehamilan termasuk resiko tinggi perhatian dan jadwal kunjungan harus lebih ketat. Namun, bila kehamilan normal jadwal asuhan cukup empat kali. Dalam bahasa program kesehatan ibu dan anak, kunjungan antenatal ini diberi kode angka K yang merupakan singkatan dari kunjungan. Pemeriksaan antenatal yang lengkap adalah KI,K2,K3 Dan K4. Hal ini berarti minimal dilakukan sekali kunjungan antenatal hingga usia kehamilan 28 minggu, sekali kunjungan antenatal selama kehamilan 28-36 minggu dan sebanyak dua kali kunjungan antenatal pada usia kehamilan diatas 36 minggu. Selama melakukan kunjungan untuk asuhan antenatal, para ibu hamil akan mendapatkan serangkaian pelayanan yang terkait dengan upaya memastikan ada tidaknya kehamilan dan penelusuran berbagai kemungkinan adanya penyulit atau gangguan kesehatan selama kehamilan yang mungkin dapat mengganggu kualitas dan luaran kehamilan. Identifikasi kehamilan diperoleh melalui pengenalan perubahan anatomik dan fisiologik kehamilan seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Bila diperlukan, dapat dilakukan uji hormonal kehamilan dengan menggunakan berbagai metode yang tersedia. (sarwono prawihardjo,2009,hal:279) Pelayanan atau asuhan antenatal ini hanya dapat diberikan oleh tenaga kesehatan professional dan tidak dapat diberikan oleh dukun. Penatalaksanaan ibu hamil secara keseluruhan meliputi komponenkomponen sebagai berikut mengupayakan kehamilan sehat, melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan bila diperlukan, persiapan persalinan yang bersih dan aman, perencanaan antisipasif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi komplikasi. a. Asuhan kehamilan kunjungan awal (kunjungan I) Kunjungan awal (16 minggu) harus seawal mungkin yang meliputi: 1) Anamnesis 2) Pemeriksaan fisik 3) Pemeriksaan laboratorium 4) Pemeriksaan tambahan lain untuk memperoleh data (parameter) dasar Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 33 5) Memberikan support psikis untuk menstabilkan emosi ibu hamil 6) Memberikan penapisan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya 7) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatanya b. Asuhan kehamilan kunjungan II Asuhan yang diberikan pada kunjungan kedua (24-28 minggu) Dan kunjungan III (32 minggu), kunjungan memiliki tujuan untuk: 1) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya. 2) Penapisan preeklamsia, gemeli, infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan, MAP. 3) Perencanaan persalinan c. Asuhan kehamilan kunjungan ulang Asuhan pada kunjungan merupakan setiap kunjungan antenatal yang dilakukan setelah kunjungan pertama sampai memasuki masa persalinan. Kunjungan ulang memiliki tujuan yaitu: 1) Mendeteksi komplikasi kehamilan dan pengobatannya 2) Penapisan preeklamsia, gemeli, infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan, MAP 3) Mempersiapkan dan memantapkan persiapan kelahiran dan kegawatdaruratan 4) Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi 5) Mengenali tanda-tanda persalinan 6) Pemeriksaan fisik umum. (Sarwono, 2009; h.98) 11. Kebijakan program dalam ANC (ante natal care) Standar pelayanan ANC meliputi 14T, sehingga ibu hamil yang datang memperoleh pelayanan yang komprehensif dengan harapan ANC dengan standar 14T dapat meningkatkan pelayanan kehamilan dan menurunkan angka kematian ibu. (Sumarni, 2011; h.19). Langkah-langkah dalam memberikan pelayanan ANC diantaranya: 1) Timbang berat badan dan tinggi badan Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 34 Pengukuran tinggi badan dilakukan untuk mendeteksi adanya resiko apabila pengukuran > 145 cm. Pengukuran berat badan dilakukan untuk mengetahui kenaikan atau penurunan berat badan. Kenaikan BB normal ibu hamil 6,8 sampai 16 kg. (Sumarni, 2011;h.20) 2) Tekanan darah Pemeriksaan tekanan darah sangat penting untuk mengetahui standar normal, tinggi atau rendah. Tekanan darah normal berkisar sistole/diastole 110/80 sampai 120/80 mmHg. (Sumarni, 2009; h.20) 3) Pengukuran TFU Pengukuran tinggi fundus uteri dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan janin dalam kandungan 4) Hubungan antara tinggi fundus uteri dan tuannya kehamilan secara Mc Donald ( Tinggu fundus uteri Umur kehamilan dalam S Cm Minggu u 12 cm 12 m 16 cm 16 a 20 cm 20 ( 24 cm 24 S 28 cm 28 ( 32 cm 32 S 36 cm 36 40 cm 40 u karni, 2009; h.20-21) 5) Pemberian tablet tambah darah Tujuan pemberian tablet Fe yaitu untuk memenuhi kebutuhan Fe pada ibu hamil dan nifas, karena pada masa hamil kebutuhannya meningkat seiring dengan pertumbuhan janin. Tanpa pemberian zat besi yang cukup ibu dapat mengalami anemia dan dapat menyebabkan kelahiran premature, mudah sakit, bayi mengalami berat bdan lahir rendah dan perdarahan pasca persalinan. Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 35 Cara pemberiannya yaitu satu tablet per hari sesudah makan selama masa kehamilan dan nifas. Jika ibu dengan kadar Hb kurang dari 8 gr% maka dosisnya 1-2 x 100 mg/hari selama dua bulan sampai dengan melahirkan. (Sumarni, 2011; h.21) 6) Pemberian imunisasi tetanus toxoid Pemberian TT bertujuan untuk melindungi janin dari tetanus neonatorum. (Sumarni, 2011; h.21-22) 7) Pemeriksaan Hb Pemeriksaan Hb dilakukan pada kunjungan ibu hamil yang pertama dan menjelang persalinan yang bertujuan untuk mendeteksi dini anemia pada ibu hamil. (Sumarni, 2011; h.22) 8) Pemeriksaan protein urin Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui adanya protein dalam urin ibu hamil yang mengarah ke pre eklamsi. (Sumarni, 2011; h.23) 9) Pengambilan darah untuk pemeriksaan VDRL Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya treponema pallidum atau penyakit menular seksual seperti sifilis. (Sumarni, 2011; h.23) 10) Pemeriksaan urin reduksi Dilakukan pemeriksaan urin reduksi hanya pada ibu dengan indikasi penyakit gula/DM atau riwayat penyakit gula pada keluarga. (Sumarni, 2011; h.23) 11) Perawatan payudara Meliputi senam payudara, perawatan payudara, pijat tekan payudara yang ditujukan pada ibu hamil. Perawatan payudara dilakukan 2 kali sehari sebelum mandi dan dimulai pada kehamilan 6 bulan. Senam payudara dan pijat tekan payudara bertujuan untuk merangsang pembentukan air susu ibu. (Sumarni, 2011; h.23-24) 12) Senam ibu hamil Bermanfaat untuk membantu ibu hamil dalam mempersiapkan persalinan dan mempercepat pemulihan Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 36 setelah persalinan, mencegah sembelit dan membantu tidur supaya lebih nyenyak. (Sumarni, 2011; h.24) 13) Pemberian obat malaria Pemberian obat malaria diberikan khusus pada ibu hamil di daerah endemic malaria, ibu hamil pendatang dari daerah malaria, ibu hamil dengan gejala panas tinggi disertai menggigil dan hasil darah yang positif. (Sumarni, 2011; h.25) 14) Pemberian kapsul minyak beryodium Diberikan pada kasus gangguan kekurangan yodium didaerah endemis. (Sukarni, 2011; h.25) 15) Temu wicara/konsling Bertujuan untuk membantu ibu menerima kehamilannya sebagai upaya preventif terhadap hal-hal yang tidak diinginkan dan membantu ibu untuk menemukan kebutuhan asuhan kehamilan, penolong persalinan yang bersih dan aman atau tindakan klinik yang mungkin diperlukan. (Sumarni, 2011; h.26) B. Persalinan 1. Definisi / Pengertian Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses mengeluarkan janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala tanpa komplikasi baik ibu maupun janin. (Icemi Sukarni K.,dkk.2013). Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri), yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain. (Rustam Mochtar.1998). Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan kehamilan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik ibu maupun pada janin (POGI,dkk.2009). Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 37 2. Fisiologi Persalinan Normal Kehamilan secara umum ditandai dengan aktivitas otot polos miometrium yang relatif tenang yang memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterin sampai dengan kehamilan aterm. Menjelang persalinan, otot polos uterus mulai menunjukkan aktivitas kontraksi secara terkoordinasi, diselingi dengan suatu periode relaksasi, dan mencapai puncaknya menjelang persalinan, serta secara berngsur menghilang pada periode postpartum. Mekanisme regulasi yang mengatur aktivitas kontraksi miometrium selama kehamilan , persalinan, dan kelahiran, sampai saat ini masih beum jelas. Proses fisiologi kehamilan pada manusia yang menimbulkan inisiasi patus dan awitan persalinan belum diketahui secara pasti. Sampai saat ini keberhasilan kehamilan bergantung pada aktivitas progesteron untuk mempertahankan ketegangan uterus smpai mendekati akhir kehamilan. Temuan besar kehamilan baik secara alami, terinduksi secara bedah, atau farmakologis ternyata dapat mendahului insiasi partus. Penurunan kadar progesteron di dalam plasma ibu yang kadang-kadang terjadi mendadak biasanya dimulai setelah mendekati 95 persen kehamilan. Di samping itu, percobaan dengan memberikan progesteron pada akhir masa kehamilan dapat memperlambat awitan persalinan. Namun pada kehamilan pelucutan progesteron tidak mendahului awitan partus. (Sarwono Prawirohardjo,2008). 3. Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan Faktor yang mempengaruhi persalinan adalah: a. Power (tenaga yang mendorong anak) Power atau tenaga yang mendorong anak adalah: 1) His adalah kontraksi otot-otot rahim dalam persalinan a) His persalinan yang menyebabkan pendataran dan pembukaan serviks b) Terdiri dari: his pembukaan, his pengeluaran, dan his pelepasan uri c) His pendahuluan tidak berpengaruh pada pembukaan serviks Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 38 2) Tenaga mengejan a) Kontraksi otot otot dinding perut b) Kepala didasar panggul merangsang mengejan c) Paling efektif saat kontraksi / his b. Passage / panggul 1) Bagian-bagian panggul Tulang-tulang panggul terdiri atas 3 buah tulang yaitu os coxcae(disebut juga tulang inominata) yang merupakan fusi dari os illium, os ischium, dan os pubis, os sacrum, os cossygis. Secara fungsional panggul terdiri atas 2 bagian yang disebut pelvis mayor (bagian yang terletak diatas linea terminalis disebut juga false pelvis) dan pelvis minor (bagian yang terletak dibawah linea terminalis disebut juga true pelvis). Pelvis minor terdiri atas pintu atas panggul, pelvic cavity (rongga panggul) dan pintu bawah panggul. ( Sarwono Prawirohardjo, 2008). 2) Bidang Hodge Bidang hodge diepelajari untukmenentukan sejauh mana bagian terendah janin terun dalam panggul dalam persalinan. Bidang hodge antara lain: a) Bidang Hodge I : bidang datar yang melalui bagian atas simpisis dan promontorium. Bidang ini dibentuk pada lingkaran pintu atas panggul. b) Bidang Hodge II : bidang yang sejajar dengan bidang hodge I terletak setinggi bagian bawah simpisis. c) Bidang Hodge III : bidang yang sejajar hodge I dan II terletak setinggi spina ischiadika kanan dan kiri. d) Bidang Hodge IV : bidang yang sejajar dengan bidang hodge I,II,III terletak setinggi os cossigys. (Icemi Sukarni K.,dkk.2013) c. Passager / fetus Janin yang mempengaruhi jalannya kelahiran karena ukuran dan presentasinya. Dari semua bagian janin, kepala janin Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 39 merupakan bagian yang paling kecil mendapatkan tekanan. Kemampuan tulang kepala untuk molase satu sama lain menyebabkan janin dapat memasuki jalan lahir asalkan janin tidak terlalu besar dan kontraksi uterus cukup kuat (Derek Llewellyn dan Jones.2001). Hal yang mempengaruhi kemampuan untuk melewati jalan lahir dari faktor passager adalah: 1) Presentasi janin dan bagian janin yang terletak pada bagian depan jalan lahir, seperti : presentasi kepala (varteks, muka, dahi), persentasi bokong (bokong murni / frank breech, bokok kaki / complete breech, letak lutut atau letak kaki / incomplete breech) dan presentasi bahu (letak lintang). 2) Sikap janin, merupakan hubungan bagian janin (kepala) dengan bagian janin lainnya (badan), misalnya fleksi, defleksi,dll. 3) Posisi janin, hubungan bagian / point penentu dan bagian terndah janin dengan panggul ibu, dibagi dalam tiga unsur : sisi panggul ibu (kiri,kanan, melintang), bagian terendah janin (oksiput, sacrum, dagu, dan scapula), bagian panggul ibu (depan dan belakang) 4) Bentuk / ukuran kepala janin menentukan kemampuan kepala untuk melewati jalan lahir (Icemi Sukarni K.,dkk.2013). 4. Mekanisme Persalinan Mekanisme persalinan terdiri dari beberapa gerakan janin : a. Engagement Mekanisme ketika diameter bipariental dan diameter transversal terbesar pada presentasi oksiput melewati apertura pelvis superior disebut engagement. 1) Synklitismus, sutura sagitalis terletak tapat di garis tengah antara simpisis dan promontorium dan cenderung berakomodasi dengan aksis transversal apertura pelvis superior. Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 40 2) Asynklitismus anterior, sutura sagitalis mendekati promontorium ossis sacri. Sebagian besar os parientalis anterior yang teraba saat pemeriksaan dalam.. 3) Asynklitismus sympisis posterior, dan sebagian sutura os sagitalis terletak dekat parientalis superior akan terpresentasi. b. Descent / dessensus Penurunan kepala janin bergantung dengan aksitektur pelvis dengan hubungan ukuran kepala dan ukuran pelvis sehingga penurunan kepala berjalan lambat. Dessensus ditimbulkan oleh beberapa kekuatan, yaitu: tekanan cairan amnion, tekanan langsung dari fundus pada bokong saat kontraksi, tekanan kebawah otot-otot abdomen maternal, dan ekstensi dan pelurusan tubuh janin. c. Flexion ( fleksi ) Kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala berubah dari diameter oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter suboksipito-bregmantikus (belakang kepala). Dengan ukuran diameter kepala yang lebih kecil sehingga membantu penurunan kepala. d. Internal rotation ( putar paksi dalam ) Gerakan ini terdiri dari perputaran kepala sedemikian rupa sehingga sub oksiput secara bertahap bergerak kearah simpisis pubis bagian anterior dari posisi awal atau yang lebih jarang ke arah posterior menuju lengkung sacrum, sehingga membawa kepala melewati distansia interspinarum dengan diameter biparientalis. e. Extension ( ekstensi ) Kepala yang berada pada posisi fleksi maksimal mencapai vulva dan mengalami ekstensi. Ekstensi terjadi akibat kekuatan uterus ke arah posterior dan kekuatan daya resistensi dasar pelvis dan simpisis ke arah anterior. Vektor resultan terarah pada pembukaan vulva sehingga menimbulkan ekstensi kepala. Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 41 Keadaan ini menyebabkan dasar oksiput berkontak langsung dengan batas inferior simpisis pubis. f. External rotation ( putar paksi luar ) Restitusi kepala secara oblig diikuti penyesuaian rotasi eksternal ke posisi transversal , gerakan ini sesuai dengan rotasi janin dan membuat diameter bisokrominal berkorelasi dengan diameter anteroposterior apertura pelvis inferior. Sehingga salah satu bahu terletak anterior di belakang simpisis, dan bahu lain terletak posterior. Gerakan ini timbul oleh faktor pelvis sama dengan terjadinya rotasi kepala eksternal. g. Expulsion Segera setelah rotasi eksternal bahu anterior terlihat di bawah simpisis pubis dan perineum terdistensi oleh bahu posterior. Setelah pelahiran bahu bagian tubuh lainnya lahir dengan cepat. (Williams Cunningham,dkk .2013). 5. Kala Persalinan Asuhan persalinan normal yaitu asuhan yang bersih dan aman dari setiap tahapan dalam persalinan dan upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pascapersalinan dan hipotermia serta asfiksia bayi baru lahir. Tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan (optimal). Tujuan asuhan persalinanialah memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman, dengan memperhatikan aspek saying ibu dan saying bayi. (Sarwono, 2009, h.101) Persalinan aktif dibagi menjadi empat kala yang berbeda yaitu kala I persalinan, kala II persalinan, kala III persalinan, dan kala IV persalinan. a. Persalinan kala I Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 42 Persalinan kala I dimulai ketika telah tercapai kontraksi uterus dengan ferekuensi, intensitas, dan durasi yag cukup untuk menghasilkan pendataran dan dilatasi serviks yang progresif. Kala I selesai ketika serviks sudah membuka lengkap (sekitar 10 cm) sehingga memungkinkan kepala janin lewat. Oleh karena itu kala I persalinan disebut stadium pendataran dan dilatasi serviks.( Sarwono Prawirohardjo, 2008). Persalinan kala I dibagi dalam dua fase yaitu fase laten dan fase aktif. Fase laten dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahan, yaitu pembukaan seviks kurang dari 4 cm, dan biasanya berlangsung dibawah 8 jam. Fase aktif persalinan biasanya frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi dianggap adekuat atau memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih), serviks membuka dari 4 sampai 10 cm, biasanya pembukaan lengkap (10 cm), terjadi penurunan bagian terbawah janin. Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu: 1) Fase akselerasi, terjadi pembukaan 3 sampai 4 cm dalam waktu 2 jam. 2) Fase dilatasi maksimal, terjadi pembukaan berlansung cepat dari 4 sampai 9 cm dalam waktu 2 jam. 3) Fase deselerasi, terjadi pembukaan yang lambat 9 cm sampai lengkap dalam waktu 2 jam (Icemi Sukarni K.,dkk.2013). Asuhan yang diberikan pada kala satu persalinan adalah melakukan asuhan sayang ibu meliputi menghadirkan orang yang dianggap penting oleh ibu seperti suami, keluarga pasien atau teman dekat, mengatur aktivitas dan posisi ibu, membimbing ibu untuk rileks sewaktu ada his, menjaga privasi ibu, penjelasan tentang kemajuan persalinan, menjaga kebersihan diri, mengatasi rasa panas, masase punggung atau pinggul, pemberian cukup minum, mempertahankan kandung kemih tetap kosong, sentuhan. (Sarwono,2009,h.109) Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 43 Masalah yang timbul pada kala satu persalinan yaitu antara lain, riwayat bedah sesar, perdarahan pervaginam selain lendir darah, persalinan kurang bulan (kurang dari 37 minggu), ketuban pecah disertai keluarnya mekonium dan disertai tanda-tanda gawat janin, ketuban pecah lebih dari 24 jam atau ketuban pecah pada kehamilan kurang bulan (kurang dari 37 minggu), tanda gejala infeksi, tekanan darah tinggi, tinggi fundus uteri lebih dari 40 cm atau lebih, djj kurang dari 100 atau lebih dari 180 x/menit, primipara dalam kala satu fase aktif dengan penurunan kepala 5/5, presentasi bukan belakang kepala, presentasi ganda atau majemuk, tali pusat menumbung, tanda dan gejala syok, tanda dan gejala fase laten berkepanjangan, tanda dan gejala belum inpartu, dan tanda dan gejala partus lama. b. Persalinan kala II Persalinan kala dua dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi (POGI,dkk.2009). Kala dua persalinan dimulai ketika dilatasi serviks sudah lengkap dan berakhir ketika janin sudah lahir. Kala dua persalinan disebut juga sebagai stadium ekspulsi janin. 1) Tanda dan gejala dalam persalinan kala II antara lain: a) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi b) Ibu mersakan ada peningkatan tekanan pada rektum/vagina c) Perineum menonjol d) Vulva vagina membuka e) Meningkatnya pengeluaran lendir darah (Sarwono Prawirohardjo, 2008). 2) Asuhan yang diberikan pada persalinan kala II antara lain: a) Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu b) Menjaga kebersihan diri c) Mengipasi dan masase d) Memberikan dukungan mental Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 44 e) Mengatur posisi ibu f) Menjaga kandung kemih tetap kosong g) Memberikan cukup minum h) Memimpin mengejan i) Bernafas selama persalinan j) Pemantauan denyut jantung janin k) Melahirkan bayi l) Bayi dikeringkan dan dihangatkan dari kepala sampai seluruh tubuh m) Merangsang bayi dengan cara mengusap punggung atau telapak kaki n) Merangsang bayi untuk melakukan insiasi menyusui dini dengan cara meletakkan bayi pada perut ibu. (Sarwono Prawirohardjo, 2009,h.). 3) Menolong Persalinan Petugas kesehatan harus mendukung ibu atas usahanya untuk melahirkan bayinya. Yang dilakukan petugas dalam menolong persalinan antara lain: a) Persiapan persalinan Persiapan persalinan meliputi, persiapan ruangan, persiapan penolong persalinan, persiapan perlengkapan persalinan, persiapan ruangan untuk kelahiran bayi, persiapan ibu dan keluarga. b) Mendiagnosa persalinan kala II Berikut tindakan dalam mendiagnosa kala II persalinan, antara lain: cuci tangan, memakai sarung tangan, memakai APD dan memastikan pembukaan sudah lengkap dan adanya dorongan meneran c) Pemantauan selama penatalaksanaan kala II Pemantauan selama penatalaksanaan kala II adalah: dengan memeriksa dan mencatat nadi, kontraksi, DJJ, penurunan kepala janin perabdomen, periksa ketuban sudah pecah atau belum, adakah presentasi majemuk, Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 45 putar paksi luar segera setelah kepala bayi lahir, adanya kehamilan kembar yang belum terdeteksi. d) Mencegah laserasi Kelahiran kepala yang terkendali memungkinkan vagina dan perineum mengadakan penyesuaian untuk mengurangi robekan, tindakan episiotomi dilakukan jika ada indikasi gawat janin, adanya penyulit persalinan, jaringan parut pada perineum atau vagina yang dapat menghambat persalinan. e) Melahirkan kepala Saat kepala crowning letakkan kain diatas perut ibu dan di bawah bokong ibu (dilipat 1/3 bagian). Lindungi perineum dengan satu tangan dan tangan lain mengatur laju defleksi kepala bayi, saat kepala lahir, usap muka dengan kasa atau kain bersih dan bersihkan mulut dan hidung. Setelah kepala lahir anjurkan ibu berhenti meneran, segera raba leher adakah lilitan tali pusat jika ada longgarkan dan lepaskan atau potong tali pusat. f) Melahirkan bahu Tunggu putar paksi luar, letakkan tangan secara bipariental beritahu ibu untuk meneran saat ada kontraksi, lakukan tarikan curam kebawah untuk melahirkan bahu anterior, dan curam ke atas untuk melahirkan bahu posterior. g) Melahirkan tubuh bayi Meletakkan tangan dibawah kepala bayi dan lakukan sanggah susur dan pastikan tubuh bayi lahir lengkap, keringkan bayi, dan klem tali pusat, ganti pembungkus bayi dengan yang kering dan jangan lupa menutup kepal bayi. h) Memotong tali pusat Penanganan tali pusat dalam kamar bersalin dilakukan secara asepsis untuk mencegah infeksi tali pusat dan tetanus neonatorum. Penatalaksanaanya Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 46 antara lain cuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum mengikat dan menotong talipusat. Tali pusat diikat pada jarak 2-3 cm dari kulit bayi, dengan menggunakan klem yang terbuat dari plastik atau menggunakan tali yang bersih (lebih baik steril) yang panjangnya cukup untuk membuat ikatan yang cukup kuat. Kemudian tali pusat dipotong pada 1 cm di distal tempat tali pusat diikat menggunakan instrumen yang steril dan tajam. (Sarwono Prawirohardjo,2008). i) Inisiasi Menyusui Dini Segera setelah bayi lahir bayi diletakkan di dada atau di perut atas ibu selam paling sedikit satu jam untuk memberi kesempatan pada bayi untuk mencari dan menemukan puting ibunya. Manfaat IMD bagi bayi adalah membantu stabilisasi pernafasan, mengendalikan suhu tubuh bayi lebih baik dibandingkan dengan inkubator, menjaga kolonisasi kuman yang aman bagi bayi, dan mencegah infeksi nosokomial. Kadar bilirubin bayi juga lebih cepat normal karena pengeluaran mekonium lebih cepat sehingga dapat menurunkan insiden ikterus pada bayi baru lahir. Bagi ibu IMD dapat mengoptimalkan pengeluaran hormon oksitosin, prolaktin dan secara psikologis dapat menguatkan ikatan batin antara ibu dan bayi (Sarwono Prawirohardjo,2008). c. Persalinan kala III (Kala Uri) Kala tiga persalinan dimulai segera setelah janin lahir dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban janin, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. (POGI,dkk.2009). Kala tiga persalinan disebut juga sebagai stadium pemisahan dan ekspulsi plasenta. (Sarwono Prawirohardjo.2009) 1) Tanda – tanda pelepasan plasenta Dengan memperhatikan tanda tanda pelepasan plasenta antara lain : Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 47 a) Uterus menjadi globuler dan lebih kaku. b) Umunya sering keluar sejumlah darah yang banyak secara tiba-tiba. c) Uterus naik di dalam abdomen karena plasentanya saat terlepas berjalan turun menuju segmen uterus bagian bawah vagina. Disini massa besar tersebut mendorong uterus ke arah atas (Williams Cunningham.2013) d) Tali pusat menonjol lebih jauh keluar vagina, menunjukkan plasenta telah berjalan turun. 2) Management aktif kala III Asuhan yang diberikan selama persalinan kala III adalah dengan melaksanakan Management aktif kala III yang dilakukan antara lain : a) Jepit dan gunting tali pusat sedini mungkin b) Memberikan oksitosin c) Melakukan PTT ( peregangan talipusat terkendali) d) Masase fundus uteri (POGI,dkk.2009). 3) Kebiasaan yang tidak membawa manfaat/ bahkan membehayakan antara lain:: a) Mendorong uterus sebelum plasenta lahir b) Mendorong fundus ke bawah mengarah ke vagina c) Keteterisasi d) Tarikan tali pusat terlalu kuat e) Membiarkan plasenta tetap berada dalam uterus (POGI,dkk.2009). d. Persalinan Kala IV Persalinan kala IV dimulai sejak plasenta lahir sampai dengan 2 jam sesudahnya, adapun hal-hal yang perlu diperhatikan adalah kontraksi uterus sampai uterus kembali normal. Hal itu dapat dilakukan dengan melakukan rangsangan taktil (masase) untuk merangsang uterus berkontraksi dengan baik dan kuat. Asuhan yang diberikan pada persalinan kala IV yaitu anara lain, memantau fundus uteri dengan cara merasakan apakah Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 48 fundus berkontraksi kuat dan berada dibawah umbilicus, memeriksa kelengkapan plasenta dan selaput ketuban serta memastikan tidak ada bagian yang tersisa di uterus, memeriksa luka robekan perineum dan vagina apakah membutuhkan jahitan, memperkirakan pengeluaran darah, memeriksa lochea yang keluar, memeriksa dan memastikan kandung kemih tetap kosong, memantau kondisi ibu, mematau kondisi bayi baru lahir. (Sumarah,dkk.2009). 6. Asuhan kebidanan pada persalinan Asuhan Sayang Ibu a. Panggil ibu sesuai dengan namanya, hargai dan jaga martabatnya b. Jelaskan semua asuhan dan perawatan kepada ibu sebelum memulai asuhan tersebut c. Jelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya d. Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau khawatir e. Dengarkan dan tanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu f. Berikan dukungaan, besarkan dan tentramkan hatinya serta anggota-anggota keluarganya g. Ajarkan suami dan anggota-anggota keluarga tentang bagaimana mereka memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran bayinya h. Laksanakan praktik-praktik pencegahan infeksi yang baik secara konsisten i. Hargai privasi ibu j. Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan kelahiran bayi k. Anjurkan ibu untuk minum dan makan makanan ringan sepanjang ibu menginginkannya l. Hargai dan perbolehkan praktik-praktik tradisional yang tidak merugikan kesehatan ibu m. Hindari tindakan berlebihan dan merugikan seperti episiotomi, pencukuran dan klisma Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 49 n. Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya sesegera mungkin untuk melakukan kontak kulit ibu dan bayi, IMD dan membangun hubungan psikologis o. Membantu memulai pemberian ASI dalam 1 jam pertama setelah bayi lahir p. Siapkan rencana rujukan (bila perlu) q. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik dan mencukupi semua bahan yang diperlukan siap untuk melakukan resusitasi bayi baru lahir pada setiap kelahiran (Wiknjosastro. 2013; h.14) 7. Komplikasi dalam persalinan Komplikasi yang terjadi pada masa persalinan meliputi : a. Ketuban pecah dini (KPD) Merupakan pecahnya selaput ketuban sebelum adanya tandatanda persalinan. Factor predisposisi yang menimbulkan terjadinya ketuban pecah dini yaitu adanya infeksi genetalia, servik inkompeten, gemeli, hidramnion, kehamilan preterm, dan disproporsi sefalo pelvik. Apabila ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan lebih dari 36 minggu dan ada his maka pimpin meneran dan akselerasi bila ada inersia uteri. Bila tidak ada his lakukan induksi persalinan. (Sukarni, 2013; h.251-253) b. Infeksi intrapartum Merupakan infeksi yang terjadi dalam persalinan atau bisa terjadi sebelum persalinan. Infeksi intrapartum biasanya terjadi karena distosia bahu, pemeriksaan dalam lebih dari dua kali, keadaan umum lemah, ketuban pecah dini, servisitis dan vaginitis. Penatalaksanaan pada perdarahan intrapartum yaitu dengan memberikan antibiotic sesuai penyebab. Dapat diberikan ampisilin 4x500 mg. persalinan diusahakan pervaginam. (Sukarni, 2013; h.248-249) c. Atonia uteri Merupakan kegagalan uterus dalam berkontraksi dengan baik setelah persalinan. Uteroplasenta selama kehamilan berkisar Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 50 antara 500-800 ml/menit, jika uterus tidak berkontraksi selama beberapa menit maka akan menyebabkan kehilangan darah yang banyak. Atonia uteri dapat di atasi dengan melakukan massase dan kompresi bimanual untuk menstimulasi kontraksi uterus yang akan menghentikan perdarahan. (Sukarni, 2013; h.243-244) d. Anemia Merupakan salah satu kelainan darah yang umum terjadi ketika kadar sel darah merah (eritrosit) dalam tubuh menjadi rendah. Hal ini dapat menyebabkan masa lah kesehatankarena sel darah merah yang mengandung hemoglobin tidak mampu memehuhi kebutuhan dalam tubuh. (Proverawati, 2011;h.1-2) Ibu yang menderita anemia tidak mampu mentoleransi kehilangan darah pada saat persalinan karena itu bisa beakibat fatal. Anemia juga bisa meningkatkan resiko penyembuhan luka tidak segera. (Prawirohardjo, 2009; h.55) Pengaruh anemia pada saat persalinan Dapat menyebkan gangguan his (kekuatan mengejan), kala pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar, kala dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan, kala uri dapat siikuti retensio sisa plasenta dan perdarahan postpartum karena atonia uteri, kala empat dapat terjadi perdarahan postpartum sekunder dan atonia uteri. (Manuaba, 2012; h.240) C. Nifas 1. Definisi / Pengertian Masa nifas (peurperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari. Wanita yang melalui periode peurperium disebut peurpura (Eny Retna Ambarwati,dkk.2010). Masa nifas adalah suatu periode dalam minggu-minggu pertama setelah kelahiran. Lamanya periode ini tidak pasti, sebagian besar menganggapnya antara 4 sampai 6 minggu Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 51 (Williams Cunningham. 2013). Masa nifas (peurperium) adalah masa pulih kembali mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6 sampai 8 minggu (Rustam Mochtar.1998). Masa nifas juga merupakan masa wanita tersebut mengambil tanggung jawab pada perawatan bayi yang masih sangat memerlukan perhatian dan bergantung pada orang lain, dikonvensikan berlangsung selama enam minggu dari sejak hari melahirkan. Selama waktu tersebut perubahan fisiologik dan morfologik terjadi selama kehamilan kembali ke keadaan tidak hamil (Derek Llewellyn dan Jones.2001) 2. Tahapan masa nifas Nifas dibagi menjadi tiga tahap: a. Peurperium Dini, kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agam islam dianggap telah bersih dan bekerja setelah 40 hari b. Peurperium Intermedial, kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu c. Remote Peurperium, waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama organ reproduksi. Waktu yang diperlukan bisa berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan. (Rustam Mochtar. 1998) 3. Tujuan Masa Nifas Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Di perkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Masa neonates merupakan masa kritis bagi kehidupan bayi,2/3 kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60% kematian BBL terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir. Dengan pemantauan melekat dan asuhan pada ibu dan bayi pada masa nifas dapat mencegah beberapa kematian bayi. 4. Perubahan fisiologis dan anatomis masa nifas a. Perubahan pada sistem reproduksi 1. Vagina dan ostium vagina Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 52 Pada masa nifas vagina dan ostium membentuk saluran berdinding halus dan lebar yang ukurannya berkurang secara perlahan dan jarang bisa kembali seperti saat nulipara. Rugae mulai muncul kembali pada minggu ketiga. Himen hanya berupa potongan potongan kecil sisa jaringan. 2. Uterus Terdapat peningkatan aliran darah masif, etas serviks bagian luar yang berhubungan dengan ostium eksternum biasanya mengalami laserasi, uterus mengalami involusi oleh tekanan miometrium dibandingkan dengan sehingga selama uterus hamil tampak yang iskemik hiperemesis berwarna ungu-kemerahan. b. Saluran kemih Trauma kandung kemih sangat berhubungan dengan lamanya persalinan. Selain itu juga mengalami inkontensia urin, yang terjadi setelah beberapa hari pertama postpartum. c. Peritoneum dan dinding abdomen Ligamentum latum dan rotundum memerlukan waktu yang cukup lama untuk pemulihan dari peregangan dan pelonggaran yang terjadi selama kehamilan. Sebagai akibat dari ruptur serat elestik pada kulit dan distensi lama pada uterus saat hamil. d. Perubahan komposisi darah dan cairan Volume darah kembali ke keadaan semula sebelum hamil, curah jantung tetap naik, resistensi sistemik mengikuti secara berlawanan, terjadi perubahan faktor pembekuan darah, dan peningkatan fibrinogen darah. e. Penurunan berat badan Disamping mengalami kehilangan berat badan sekitar 5 sampai 6 kg karena pengeluaran bayi dan kehilangan darah normal, biasanya terjdi penurunan lebih lanjut 2 sampai 3 kg melalui diuresis. f. Perubahan Payudara Secara anatomis kelenjar mammae yang matang atau payudara terdiri dari 15 sampai 25 lobus. Yang setiap lobus Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 53 dipisahka oleh jaringan lunak. Volume asi meningkat karena payudara mulai mensekresi kolostrum (Williams Cunningham.2013) 5. Adaptasi psikologis ibu masa nifas Adapatasi masa nifas dibagi dalam tiga tahapan, yaitu: a. Fase taking in, berlansung dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Fokus perhatian ibu pada dirinya sendiri dan pengalaman proses persalinan. Istirahat diperlukan agar menghindari gejala kelelahan seperti mudah tersinggung dan cenderung pasif terhadap lingkungan. Kondisi ibu perlu dipahami dengan menjaga komunikasi yang baik, pemberian ekstra makanan untuk proses pemulihan dimana nafsu makan ibu meningkat. b. Fase taking melahirkan. hold, Pada berlangsung fase ini, antara ibu 3-10 merasa hari khawatir setelah akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam merawat bayi. Perasaannya sangat sensitif dan mudah tersinggung, sehingga ibu memerlukan dukungan dan perhatian. Kesempatan ini baik untuk menerima penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa percaya diri. c. Fase letting go, fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah menyesuaikan diri. Keinginan dalam merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini (Eny Retna Ambarwati,dkk.2010) 6. Kebutuhan dasar masa nifas Kebutuhan dasar yang diperlukan pada masa nifas antara lain: a. Gizi Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui meningkat 25% karena berguna untuk proses kesembuhan setelah melahirkan dan untuk meproduksi ASI yang cukup. Menu makan yang seimbang yang harus dikonsumsi adalah porsi cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak mengandung alkohol, nikotin serta bahan pengawet dan pewarna. Disamping itu harus mengandung : sumber tenaga Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 54 (energi/karbohidrat), sumber pembangun (protein), sumber pengatur dan pelindung (mineral, vitamin, dan air). b. Ambulansi Dini (Early Ambulation) Early ambulation adalah kebijakan untuk selekas mungkin membimbing klien keluar dari tempat tidurnya dan membimbing selekas mungkin berjalan. Klien sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-48 jam post partum. c. Eliminasi 1) Miksi Miksi disebut normal bila dapat buang air kecil spontan setiap 3-4 jam. Ibu diusahakan dapat buang air kecil sendiri, jika tidak bisa dengan tindakan: dirangsang dengan mengalirkan air kran dekat klien dan mengompres air hangat diatas simpisis, bila tidak berhasil baru dilakukan kateterisasi. Namun kateterisasi dapat membuat tidak nyaman dan meningkatkan resiko infeksi saluran kencing, sehingga kateterisasi tidak dilakukan sebelum 6 jam postpartum. Penggunaan dower kateter harus diganti setelah 48 jam. 2) Defekasi Biasanya 2-3 hari postpartum masih sulit buang air besar. Jika pada hari ketiga pasien belum dapat buang air besar maka berikan laksan suppositoria dan minum air hangat. Agar dapat buang air besar secara tetatur maka dilakukan diit tertatur dan pemberian cairan yang banyaj, makanan cukup serat dan olah raga. d. Kebersihan Diri 1) Perawatan perineum Setelah buang air besar atau kecil segera perineum dibersihkan dengan cara dibersihkan dengan sabun yang lembut minimal 1 kali sehari, membersihkan dari mulai simpisis sampai anal, mengganti pembalut paling sedikit 4 kali sehari. Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 55 2) Perawatan payudara Perawatan payudara dilakukan dengan menjaga kebersihan dan kekeringan payudara terutama puting susu, gunakan BH yang menyokong payudara, apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau asi yang keluar setiap selesai menyusui dan menyusui tetap dilakukan dimulai dari puting yang tidak lecet, apabila lecet berat dapat diistirahatkan selama 24 jam, ASI dikeluakan dan diminumkan dengan menggunakan sendok, untuk menghilangkan nyeri dapat diberikan paracetamol 1 tablet setiap 4-6 jam. e. Istirahat Anjurkan ibu selalu menyempatkan istirahat dikesibukannya menjaga anak dan mengurus pekerjaan terutama tidur siang, untuk memulihkan kondisi tubuhnya, kegiatan rumah tangga dikerjakan secara perlahan-lahan. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal antara lain, mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, memperbanyak perdarahan, menyebabkan depres dan ketidakmampuan merawat bayi dan dirinya sendiri. f. Seksual Apabila perdarahan telah berhenti dan luka episiotomi telah kering maka coitus bisa dilakukan pada 3-4 minggu postpartum. g. Latihan Senam Nifas Latihan senam nifas diperlukan untuk mengaktifkan kembali otot-otot dasar panggul, senam yang pertama paling aman untuk dasar panggul adalah senam kegel (Eny Retna Ambarwati,dkk.2010). 7. Kunjungan Masa Nifas a. Kunjungan Awal 6-8 jam Asuhan masa nifas meliputi : 1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri 2) Pemantauan keadaan umum ibu 3) Mendeteksi dini dan merawat penyebab lain perdarahan, lakukan rujukan bila perdarahan berlanjut Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 56 4) Memberikan konseling pada ibu atau keluarga tentang cara mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri 5) Melakukan hubungan antara bayi dan Ibu (Bounding Attachement) 6) Pemberian asi awal dan ASI Ekslusif 7) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia b. Kunjungan 6 Hari Asuhan masa nifas meliputi : 1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus dan tidak ada tandatanda perdarahan abnormal 2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan abnormal 3) Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup 4) Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi 5) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit 6) Memberikan konseling pada ibu tentang asuhan pada bayi yaitu perawatan tali pusat, menjaga kehangatan bayi, dan perawatan bayi sehari-hari. c. Kunjungan 2 Minggu Asuhan masa nifas meliputi : 1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus dan tidak ada tandatanda perdarahan abnormal 2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan abnormal 3) Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup 4) Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi 5) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit 6) Memberikan konseling pada ibu tentang asuhan pada bayi yaitu perawatan tali pusat, menjaga kehangatan bayi, dan perawatan bayi sehari-hari. Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 57 d. Kunjungan 6 Minggu Asuhan masa nifas meliputi : 1) Menanyakan pada ibu penyulit-penyulit yang ia alami 2) Memberikan konseling untuk KB secara dini, imunisasi, senam nifas dan tanda-tanda bahaya yang dialami oleh ibu dan bayi (Sarwono.2009; h.123) 8. Tujuan Perawatan Nifas a. Tujuan Umum Membantu ibu dan pasanganya selama masa nifas transisi awal mengasuh b. Tujuan Khusus 1) Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologinya 2) Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,mengobati/merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya 3) Memberikan pendidikankesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, kb, pemberian imunisasi dan perwatan bayi sehat 4) Memberikan pelayanan keluarga berencana 5) Peran dan Tanggung jawab Bidan 9. Komplikasi dan penyakit pada masa nifas a. Infeksi pada masa nifas 1) Definisi Infeksi pada masa nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman kedalam alatalat genital pada waktu persalinan dan nifas, infeksi dapat be upa kenaikan suhu tubuh sampai 38 c atau lebih selama 2 hari pertama. ( yulianti ,2010,h:336) 2) Fisiologi Umumnya disebabkan bakteri yang dalam keadaan normal berada dalam usus dan jalan lahir. Selain itu infeksi nifasdapat juga disebabkan antara lain oleh bakteri streptoccocus haemolyticus aerobicus, staphilococus aureus, eschericia coli, Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 58 dan clostridium welchi. Infeksi dapat terjadi pula melalui tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan yang membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina kedalam uterus. b. Abdominalis yang dapat menyertai kala nifas (manuaba,2010, h:419) 1) Subinvolusi uteri Segera setelah persalinan, berat rahim sekitar 1000 gram dan selanjutnya mengalami kontraksi, sehingga otot rahim menjadi kecil ke bentuknya semula. Pada beberapa keadaan, terjadinya proses involusi rahim tidak berjalan sebagaimana mestinya, sehingga proses pengecilannya terhambat. Penyebab involusi uteri adalah inveksi endometrium, terdapat sisa plasenta dan selaputnya, terdapat pembekuan darah atau mioma uteri. 2) Perdarahan kala nifas sekunder Perdarahan kala nifas sekunder yaitu perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama. Penyebab utama perdarahan kala nifas adalah terdapatnya sisa plasenta atau selaput ketuban, infeksi pada endometrium, dan sebagian kecil terjadi dalam bentuk mioma uteri bersamaan dengan kehamilan dan inversio uteri. 3) Flegmasia alba dolens Flegmasia alba dolens merupakan salah satu bentuk infeksi puerperalis yang mengenai pembuluh darah vena femoralis. Vena vemoralis yang terinfeksi dan disertai pembentukkan trombosis dapat menimbulkan gejala klinis seperti : terjadi pembengkakan pada tungkai, vena tampak berwarna putih, terasa sangat nyeri, tampak bendungan pembuluh darah, suhu tubuh dapat meningkat. 4) Bendungan ASI Bendungan ASI terjadi karena sumbatan pada saluran ASI, tidak dikosongkan seluruhnya. Keluhan yang muncul adalah mamae bengkak, keras dan terasa panas sampai suhu badan Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 59 meningkat. Penanganannya dengan mengosongkan ASI dengan masase atau pompa. 10. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas adalah : a. Mendeteksi komplikaasi dan perlunya rujukan b. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik serta mempraktekan kebersihan yang aman c. Memfasilitasi hubungan dan ikatan batin antara ibu dan bayi d. Memulai dan mendorong pemberian ASI (Ambarwati.2008;h. 3) D. Neonatus / BBL 1. Definisi / Pengertian Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu dengan berat badan 2500 sampai 4000 gram, nilai APGAR > 7 dan tanpa cacat bawaan. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37 – 42 minggu dengan berat lahir antara 2500 – 4000 gram (Jenny J, 2013, h.150). Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin. (Ai Yeyeh Rukiyah, dkk. 2013) 2. Tanda – tanda bayi baru lahir normal Bayi baru lahir dikatakan normal jika mempunyai beberapa tanda antara lain: a. Appearence color (warna kulit), seluruh tubuh terlihat kemerahan b. Pulse (heart rate) atau frekuensi jantung > 100x/menit c. Grimace (reaksi terhadap rangsangan) , menangis batuk dan bersin d. Aktivity (tonus otot), gerakan tonus otot aktif e. Respiration (usaha nafas), bayi menangis kuat (Ai Yeyeh Rukiyah, dkk. 2013). 3. Penilaian tanda-tanda kegawatan pada bayi Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 60 Bayi baru lahir dikatakan sakit apabila mempunyai salah satu tanda atau beberapa tanda antara lain: sesak nafas, frekuensi pernafasan 60x/menit, gerak retraksi dinding dada, malas minum, panas atau suhu badan bayi rendah, kurang aktif, berat lahir rendah (500-2500 gram) dengan kesulitan minum (POGI,dkk.2009). Sedangkan menurut Prawirohardjo, tanda bayi mengalami sakit berat, apabila terdapat salah satu tanda seperti : sulit minum, sianosis sentral (lidah biru), perut kembung, periode apneu, kejang/periode kejang-kejang kecil, merintih, perdarahan, sangat kuning, berat badan lahir < 1500 gram. Sebelum menangani bayi baru lahir, pastikan penolong telah melakukan upaya pencegahan infeksi seperti berikut: a. Cuci tangan sebelum dan sesudah bersentuhan dengan bayi b. Pakai sarung tangan bersih saat menangani bayi yang belum dimandikan c. Semua peralatan dan perlengkapan yang akan digunakan telah di DTT atau steril. Khusus untuk bola karet penghisap lendir jangan dipakai untuk lebih dari satu bayi d. Handuk, pakaian dan kain yang akan digunakan dalam keadaan bersih (demikian juga dengan timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop, dll) e. Dekontaminasi dan cuci semua peralatan setelah digunakan (Sarwono Prawirohardjo,2008) 4. Asuhan bayi baru lahir Essensial a. Persalinan bersih dan aman b. Memulai inisiasi pernafasan spontan c. Stabilisasi temperature tubuh bayi/menjaga agar bayi tetap hangat d. ASI dini dan ekslusif e. Pemberian imunisasi 5. Prinsip asuhan bayi baru lahir normal a. Cegah kehilangan panas berlebihan b. Bebaskan jalan nafas c. Rangsangan taktil Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 61 d. Laktasi dimulai dalam waktu 30 menit pertama (Sukarni.2013; h.234-235) 6. Pemantauan bayi baru lahir Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktivasi bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir memerlukan perhatian kelaurga dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan. Pematauan dua jam pertama sesudah lahir, yang perlu dinilai meliputi, kemampuan menghisap kuat atau lemah, bayi nampak aktif atau lunglai, bayi kemerahan atau kebiruan. Pemantauan sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayinya yaitu berupa pemeriksaan dan penilaian terhadap ada tidaknya masala kesehatan yang memerlukan tindak lanjut seperti, kurang bulan atau bayi kecil, gangguan pernafasan, hipotermia, infeksi, cacat bawaan dan trauma lahir. 7. Mekanisme kehilangan panas Bayi dapat kehilangan panas melalui empat cara yaitu: a. Konduksi, kehilangan panas melalui benda-benda padat yang berkontak dengan kulit bayi b. Konveksi, kehilangan panas yang disebabkan pendinginan melalui aliran udara disekitar bayi c. Evaporasi, kehilangan panas melalui penguapan air pada kulit bayi yang basah Radiasi, kehilangan panas melalui benda padat dekat bayi yang tidak berkontak secara langsung dengan kulit bayi (Sarwono Prawirohardjo,2008) 8. Mencegahan kehilangan panas Cara mencegah kehilangan panas pada bayi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Mengeringkan bayi segera setelah lahir dengan menggunakan handuk atau kain b. Menyelimuti bayi dengan kain bersih dan hangat c. Menyelimuti kepala bayi agar tidak mengalami kehilangan panas d. Memeluk selama menyusui bayinya e. Menempatkan bayi dilingkungan yang hangat Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 62 f. Tidak melakukan penimbangan dan memandikan bayi segera setelah lahir (Ai Yeyeh Rukiyah, dkk. 2013) 9. Perawatan Tali Pusat Perawatan tali pusat yang benar dan lepasnya tali pusat dalam minggu pertama secara bermakna mengurangi insiden infeksi pada neonatus. Yang terpenting dalam perawatan tali pusat ialah menjaga agar tali pusat tetap kering dan bersih. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum merawat tali pusat. Bersihkan dengan lembut kulit disekitar tali pusat dengan kapas basah kemudian bungkus dengan longgar atau tidak terlalu rapat dengan kasa bersih atau steril. Popok atau celana diikat dibawah tali pusat, tidak menutupi tali pusat untuk menghindari kontak dengan feses dan urin. (Sarwono Prawirohardjo,2008). 10. Pemberian Profilaksis Infeksi Mata a. Infeksi Gonokokus Salah satu penyebab kebutaan paa neonatus adalah neisseria gonorhoeae. Dengan penggunaan salep mata eritromisin 0,5 persen atau salep mata tetrasiklin1 persen segera setelah dilahirkan. Pengobatan pada dugaan oftalmia gonokokus konjungtivitis pada neonatus pada seorang ibu dengan gonore yang tidak diobati yaitu dengan pemberian seftriakson 25-50 mg/kg, baik intramuskular atau intravena tidak melebihi 125 mg. b. Infeksi Klamidia Profilaksis pada penanganan klamidia berbeda dengan infeksi gonokokus. Penanganan klamidia, menurut penelitian menunjukkan bahwa larutan povidon iodin 2,5 persen lebih unggul dari larutan nitrat 1 persen atau salep erithromicyn 0,5 persen dalam mencegah konjungtivitis klamidia. (Williams Cunningham. 2013). 11. Imunisasi hepatitis B Imunisasi rutin pada semua bayi baru lahir terhadap hepatitis B yaitu menganjurkan vaksin bebas thimerosal, yang tidak terbukti meningkatkan jumlah episode demam, evaluasi sepsis, atau gejala sisa neurologis yang merugikan (Williams Cunningham.2013). Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 63 Pemberian imunisasi yang dapat diberikan pada bayi baru lahir adalah imunisasi Hepatitis B. Pemberian imunisasi hepatitis B dapat diberikan sebanyak 3 kali pada usia 0 bulan (segera setelah lahir), usia satu bulan, usia 6 bulan, atau pemberian regimen kombinasi sebanyak 4 kali yaitu pada usia 0 bulan, usia 2 bulan (DPT+Hep B), usia 3 bulan, dan usia 4 bulan (Ai Yeyeh Rukiyah, dkk. 2013). 12. Vitamin K Suntikan ini diberikan untuk mencegah penyakit hemoragik akibat defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir. Pemberian dosis tunggal vitamin K 0,5 sampai 1 mg intramuskular dalam waktu 1 jam setelah lahir. (Williams Cunningham.2013). 13. Perawatan bayi 2 minggu pertama Perawatan yang dilakukan adalah menjaga kebersihan bayi (buang air besar dan kecil harus dijaga kebersihannya dengan selalu mengganti popok, tempat tidur dan pakaian bayi harus dibersihkan dan dijaga kehangatannya), menyusukan bayi setelah 12 jam pertama, memberikan informasi cara memandikan bayi dan merawat tali pusat. 14. Tanda bahaya BBL a. Termoregulasi Bayi baru lahir mudah stress karena perubahan suhu lingkungan. Bidan harus meminimalkan kehilngan panas pada bayi baru lahir yang masih basah. Faktor-faktor yang mempercepat kehilangan panas pada bayi baru lahir : 1) Daerah permukaan tubuh bayi yang luas 2) Tingkat insulasi lemak subkutan berbeda-beda 3) Derajat fleksi otot b. Hipotermia Gejala hipotermia mungkin samar-samar, termasuk takipnea dan takikardi. Bayi baru lahir yang mengalami hipotermia harus di evaluasi untuk mengetahui terjadinya hipoglikemia dan hipoksia. Butuh waktu beberapa janin untuk menghangatkannya kembali. Proses menghangatkan bayi secara cepat dapat menimbulkan apnea (Kriebs,2010; hal : 464). Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 64 c. Asfiksia 1) Pengertian Afiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini biasanya disertai dengan keadaan hipoksia janin pada kehamilan. Afiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna, sehingga tindakan perawatan dilaksanakan untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan mengatasi gejala lanjut yang mungkin timbul. 2) Penyebab Adanya gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari ibu ke janin, pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir. 3) Gejala dan tanda a) Pernafasan cuping hidung b) Pernafasan cepat c) Nadi cepat d) Sianosis (Fauziyah A, 2013; h. 65) E. Keluarga Berencana / Kontrasepsi 1. Definisi / Pengertian Kont asepsi be asal da i kata “kont a”, a tinya melawan dan “konsepsi”, a tinya pembuahan. Jadi, kont asepsi me upakan upaya mencegah bertemunya sperma dan ovum, sehingga tidak terjadi pembuahan yang mengakibatkan kehamilan. (Koes Irianto.2012). Kontrasepsi merupakan suatu cara untuk mencegah terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau suatu upaya pencegahan sel telur yang telah dibuahi tidak dapat menempel pada dinding rahim (nidasi). (Nina Siti Mulyani,dkk.2013) 2. Metode Kontrasepsi Metode kontrasepsi digolongkan dalam dua jenis yaitu metode kontrasepsi sederhana dan metode kontrasepsi modern. Metode kontrasepsi sederhana terdiri dari metode sederhana tanpa alat dan Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 65 metode sederhana dengan alat. Metode sederhana tanpa alat diantaranya KB alamiah (yang terdiri dari metode kalendera/pantang berkala, metode suhu basal tubuh, metode lendir serviks, metode simpto-terma) dan coitus interuptus. Sedangkan metode sederhana dengan alat diantaranya adalah metode barier atau mekanis (kondom dan barier intra vaginal) dan kimiawi (spermisida). Metode kontrasepsi modern terdiri dari kontrasepsi hormonal (pil, suntik, dan implant), intra uterin devices/ AKDR, dan kontrasepsi mantap MOW dan MOP. (Hanafi Hartanto.2004) 3. Asuhan keluarga berencana 4. Kontrasepsi Pasca Persalinan Kontrasepsi Pasca Persalinan merupakan inisiasi pemakaian metode kontrasepsi dalam waktu 6 minggu pertama pascapersalinan untuk mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, khususnya pada 1-2 tahun pertama pasca persalinan. Selain Metode Laktasi ada beberapa metode yang bisa digunakan yaitu: a. Kontrasepsi Non Hormonal Kontrasepsi non hormonal yang dapat digunakan meliputi: metode laktasi amenorrhea (LAM / Lactational Amenorrhea Method), kondom, spermisida, diafragma, Alat Kontrasepsi Dalam Rahim atau IUD, pantang berkala, dan kontrasepsi mantap (tubektomi atau vasektomi). b. Kontasepsi Hormonal Kontrasepsi hormonal yang dapat digunakan yaitu : suntik progestin, mini pil, dan AKDR. Pemakaian kontrasepsi hormonal yang berisi kombinasi estrogen dan progesteron harus ditunda 3 minggu setelah persalinan untuk mencegah terjadinya risiko gangguan pembekuan darah. 5. Kontrasepsi Darurat a. Pengertian Kontrasepsi Darurat Kontrasepsi darurat adalah kontrasepsi yang dipakai setelah senggama oleh wanita yang tidak hamil untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan (Nina Siti Mulyani,dkk.2013). Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 66 b. Macam-Macam Kontrasepsi Darurat 1) Kombinasi Estrogen-Progestin Metode ini dikenal sebagai metode Yuzpe. Minimal 100 μg ethinyl estradiol dan 0,5 mg levonogestrol. Produk yang mengandung estrogen dan progesteron yang resmi disetujui oleh FDA untuk kontrasepsi darurat adalah preven emergency contrasepstive kit, yang lebih cepat diberikan setelah melakukan hubungan seksual yang tidak terproteksi. Dosis pertama idealnya diberikan dalam 72 jam setelah melakukan hubungan. Dosis kedua diberikan 12 jam kemudian setelah dosis pertama. Mual dan muntah merupakan masalah yang berhubungan dengan kadar estrogen tinggi. Oleh karena itu antiemetik oral (meclizine 50 mg atau metoclopramide 10 mg) dapat diberikan 1 jam sebelumnya, untuk mengurangi mual. 2) Sediaan Progestin Produk progestin tersedia dalam dua tablet, masingmasing mengandung 0,75 mg levonogestrel. Dosis pertama diberikan dalam 72 jam setelah coitus. Dosis kedua diberikan 12 jam kemudian. 3) Alat kontrasepsi dalam rahim/ AKDR AKDR dipilih sebagai kontrasepsi darurat yang digunakan post coitus. Namun bila dipasang sampai 5 hari setelah hubungan seksual yang tidak terproteksi, kemungkinan kegagalannya mencapai 1 persen. 4) Mefipristone Obat ini bergantung pada efek antiprogesteronnya dalam menunda dan menghambat ovulasi sebagai cara kontrasepsi pascacoitus. Dosis tunggal diberikan 10 mg. Namun obat ini tidak lagi dipergunakan sebagai kontrasepsi darurat, karena mahal dan tidak dibuat dan dipasarkan sesuai dosis yang tepat (Williams Cunningham.2013) c. Efek Samping Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 67 Efek samping dari kontrasepsi darurat antara lain : mual muntah perdarahan pervaginam yang tidak teratur (BKKBN.2004). 6. Metode Amenore Laktasi (MAL) a. Pengertian Metode amenore laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif, artinya ASI hanya diberikan kepada bayinya tanpa makanan atau minuman tambahan hingga usia 6 bulan (BKKBN.2004) b. Cara kerja Cara kerja atau mekanisme metode kontasepsi amenore laktasi yaitu penundaan atau penekanan ovulasi (BKKBN.2004). c. Keuntungan kontrasepsi 1) Keuntungannya antara lain: efektifitas tinggi ( tingkat keberhasilan 98% pada enam bula pasca persalinan ), tidak mengganggu saat berhubungan seksual, segera efektif bila digunakan secara benar, tidak ada efek samping secara sistemik, tidak perlu pengawasan medis, tidak perlu obat atau alat, tanpa biaya (Nina Siti Mulyani,dkk.2013). 2) Keuntungan non kontrasepsi a. Untuk bayi 1. Mendapat kekebalan pasif (mendapatkan antibodi perlindungan lewat ASI). 2. Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi yang optimal. 3. Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi air, susu lain atau formula, atau alat minum yang dipakai. b. Untuk ibu 1. Mengurangi perdarahan pascapersalinan 2. Mengurangi risiko anemia 3. Meningkatkan hubungan psikologik ibu dan bayi (BKKBN.2004). d. Kelemahan kontrasepsi Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 68 Kelemahan metode MAL, antara lain: perlu persiapan dan perawatan sejak awal kehamialan agar segera menyusui dalam 30 menit pascapersalinan, sulit dilaksanakan karena kondisi sosial, efektivitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6 bulan, tidak melindungi terhadap IMS termasuk HIV/AIDS dan virus Hepatitis B/HBV (Ratna Hidayati.2011). 7. Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA) a. Metode Kalender / Pantang Berkala Metode KB alamiah dengan tidak melakukan senggama atau hubungan seksual pada masa subur atau ovulasi. Penelitian menunjukkan ovulasi dapat terjadi antara 12 atau 16 hari sebelum menstruasi berikutnya (sistem Ogino-Knaus). Masa subur wanita dapat dihitung dengan melakukan perhitungan minggu subur, yaitu dengan siklus normal (26-30 hari), masa subur dihitung dengan menstruasi hari pertama ditambah 12 yang merupakan hari pertama minggu subur, akhir minggu subur adalah hari pertama menstruasi ditambah 19. Puncak minggu subur adalah hari pertama menstruasi ditambah 14 (Ida Ayu Chandranita Manuaba,dkk.2010) b. Metode Suhu Basal Metode suhu basal adalah metode yang berdasarkan kenaikan suhu tubuh setelah ovulasi sampai sehari sebelum mentruasi berikutnya. Setiap pagi setelah bangun tidur sebelum mengerjakan pekerjaan apapun lakukan pencatatan suhu badan basal. Syaratnya tidur malam paling sedikit 5 sampai 6 jam hari secara berturut-tu ut. Suhu endah (36,4˚C -36,7˚C) , kemudian 3 hari berturut-tu ut suhu lebih tinggi (36,9˚C - 37,5˚C) Pada saat itulah terjadi masa subur atau ovulasi pada seorang wanita (Sujiatini,dkk.2011). c. Lendir Serviks Lendir serviks merupakan salah satu bagian dari metode keluarga berencana alamiah (KBA) yaitu salah satu cara dalam Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 69 upaya pencegahan kehamilan, melalui pengamatan tanda tanda dan gejala gejala alamiah berupa lendir serviks yang timbul pada fase fertil dan infertil dari siklus menstruasi, dengan menghindari senggama selama fase fertil atau subur (Koes Irianto.2012) d. Metode Senggama Terputus Metode keluarga berencana alamiah, dimana pria mengeluarkan alat kelamin (penis) dari vagina sebelum mencapai ejakulasi. Ejakulasi diluar vagina untuk mengurangi kemungkinan air mani (sperma) mencapai uterus sehingga tidak terjadi pertemuan sperma dan ovum (mencegah kehamilan) (Nina Siti Mulyani,dkk.2013). 8. Metode Barier Metode kontrasepsi penghalang (barier) untuk mencegah masuknya spermatozoa ke dalam traktus genialia interna wanita dan immobilisasi atau mematikan spermatozoa oleh spermisidanya (Hanafi Hartanto.2004) a. Kondom 1) Pengertian Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang dipasang pada penis untuk menampung sperma ketika seseorang pria mencapai ejakulasi. Kondom terbuat dari karet sintetis yang tipis, berbentuk silinder yang muaranya berpinggir tebal yang digulung berbentuk rata dengan ketebalan 0,02 mm. Kondom untuk pria sudah lazim dikenal, meskipun kondom wanita sudah ada namun belum populer seperti kondom laki-laki. Berikut adalah jenis jenis kondom yang beredar di pasaran: kondom dengan aroma dan rasa, kondom berulir (ribbed condom), kondom ekstra tipis (extra thin), kondom bintik (dotted condom), kondom getar, dan kondom wanita. (Nina Siti Mulyani,dkk.2013). 2) Cara kerja Cara kerja kondom adalah menampung spermatozoa masuk kedalam kanalis serviks. Konsep kerja kondom adalah menghalangi tertumpahnya sperma kedalam vagina sehingga Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 70 spermatozoa tidak mungkin masuk ke dalam rahim. Kegagalan rahim teradi bila karet kondom pecah atau robek dan menarik penis setelah lemah sehingga sebagian sperma dapat masuk ke dalam vagina. (Ida Ayu Chandranita Manuaba,dkk.2010). b. Diafragma 1) Pengertian Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung terbuat dari karet (lateks) yang diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks. Beberapa jenis diafrgama, yaitu antara lain: Flat spring (flat metal band), Coil spring (coil wire), Arching spring (kombinasi metal spring). (Sujiyatini,dkk.2011). 2) Cara kerja Menahan sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi bagian atas (uterus dan tuba falopii) dan sebagai alat tempat spermisida (Sujiyatini,dkk.2011). c. Spermisida 1) Pengertian Spermisida merupakan sediaan cairan kimia (biasanya non oksinol-9) yang dapat men-non aktifkan dan membunuh sperma. (Sujiyatini,dkk.2011). Spermisida merupakan zat-zat kimia yang kerjanya melumpuhkan spermatozoa didalam vagina sebelum bergerak ke dalam traktus genetalia interna (Hanafi Hartanto.2004). Tersedia dalam bentuk busa vagina, krim, gel, dan suppositoria. Jenis spermisida antara lain, Busa (aerosol), Busa spermisida, Tablet vagina, suppositoria dan film, spermisida jelli (hanya digunakan dengan diafragma) Spermisida ditempatkan di vagina sebelum berhubungan seksual. Kontrasepsi ini juga menyediakan barier fisik ke sperma. Tidak ada sediaan yang lebih efektif dibanding yang lain. Spermisida paling baik digunakan dengan kontrasepsi Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 71 barier seperti kondom dan diafragma. (Nina Siti Mulyani,dkk. 2013). 2) Cara kerja Menyebabkan memperlambat sel membran pergerakan sperma sperma dan terpecah menurunkan kemampuan pembuahan sel telur. (Sujiyatini,dkk.2011) 9. Kontrasepsi Pil a. Minipil 1) Pengertian Kontrasepsi progestin (mini pil) adalah metode kontrasepsi yang mengandung hormon steroid (progesteron sintetis saja) yang digunakan per oral sehingga mencegah kehamilan (Ratna Hidayati.2011). Minipil adalah pil kb yang hanya mengandung hormon progesteron dalam dosis rendah. Minipil atau pil progestin disebut juga pil menyusui. Dosis progestin yang digunakan adalah 0,03-0,05 mg per tablet. Minipil terbagi dalam dua jenis yaitu : Mini pil (isi 28 pil) yang mengandung 75 mikro gram desogestrel, Mini pil (isi 32 pil) yang mengandung 300 mikro gram levonogestrel dan 350 mikro gram noretindron. Contoh minipil antara lain : micrinor, NOR-QD, noriday, norod mengandung 0,35 mg noretindron. Microval , noregeston, microlut mengandung 0,03 levonogestrel. Ourette, noegest mengandung 0,5 mg norgestrel. Exluton mengandung 0,5 mg linestrenol. Femulen mengandung 0,5 mg etinodial diassetat (Nina Siti Mulyani,dkk.2013). 2) Cara kerja Cara kerja dari kontrasepsi pil progestin atau mini pil dalam mencegah kehamilan antara lain dengan cara: menghambat ovulasi, mencegah implantasi, mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma, mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu. (Ratna Hidayati.2011). Cara kerja mini pil adalah menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks di Ovarium (tidak begitu kuat), endometrium mengalami transformasi lebih awal Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 72 sehingga implantasi lebih sulit, mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma, dan mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu. (BKKBN.2004). 3) Efektifitas Efektifitas Mini pil yaitu minum pil setiap hari pada saat yang sama, penggunaan mini pil jangan sampai ada yang lupa, senggama dilakukan 3-20 jam setelah minum mini pil 4) Kerugian Kerugian Mini pil yaitu memerlukan biaya, harus selalu tersedia, efektifitas berkurang apabila menyusi berkuang, mini pil harus diminum setiap hari pada waktu yang sama, angka kegagalan tinggi apabila penggunaanya tidak benar dan konsisten 5) Keuntungan Keuntungan Mini pil yaitu cocok sebagai alat kontrasepsi untuk perempuan yang sedang menyusui, sangat efektif untuk masa laktasi, dosis gestagen rendah, tidak menurunkan produksi ASI, ridak mengganggu hubungan seksual, kesuburan cepat kembali 6) Efek samping Efek samping penggunaan Mini pil yaitu mual, pusing, perubahan mood, dermatitis atau jerawat, depresi, nyeri tekan payudara, gangguan haid seperti perdarahan bercak, spotting dan haid tidak teratur 7) Indikasi Indikasi penggunaan Mini pil yaitu wanita usi reproduksi, wanita yang telah mempunyai anak, mempunyai anak maupun belum pasca persalinan dan sedang tidak menyusui, ibu pasca keguguran, perokok segala usia 8) Kontra indikasi Kontra indikasi Mini pil yaitu wanita yang diduga hamil, riwayat kehamilan ektopik, riwayat kanker payudara Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 73 b. Pil kombinasi 1) Pengertian Pil kombinasi adalah pil yang mengandung hormon estrogren dan progesteron. Dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat. Efek samping berupa mual dan perdarahan bercak yang tidak berbahaya dan segera akan hilang, namun efek samping serius sangat jarang terjadi. (Nina Siti Mulyani,dkk.2013). Jenis-jenis pil kombinasi, antara lain : Monofasik (21 tablet estrogen / progestin dalam dosis yang sama dengan 7 tablet tanpa hormon), Bifasik (21 tablet estrogen / progestin dalam 2 dosis yang berbeda dengan 7 tablet tanpa hormon), dan Trifasik (21 tablet estrogen / progestin dalam 3 dosis yang berbeda dengan 7 tablet tanpa hormon) (BKKBN.2004). Berdasarkan dosisnya pil kombinasi dibedakan antara: Pil dosis tinggi (high dose) dengan jumlah estrogen 50-150 mcg dan progesteron 1-10 mg, Pil dosis rendah (low dose) dengan jumlah estrogen 30-50 mcg dan < 1 mg progesteron, dan Pil KB nordette (Wyeth-Ayerst) tetapi banyak efek sampingnya (Nina Siti Mulyani,dkk.2013). 2) Cara kerja Cara kerja pil kombinasi yaitu menekan ovulasi, mencegah implantasi, lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma, dan pergeseran tuba tergantung sehingga transportasi telur dengan sendirinya akan terganggu pula (Sujiyatini,dkk.2011). Cara kerja estrogen sebagai kontrasepsi antara lain: bekerja dengan jalan menghambat ovulasi melalui fungsi hipotalamus- perjalanan ovum/ hipofisis-ovarium, implantasi. dan Sedangkan menghambat Cara kerja progesteron sebagai kontrasepsi antara lain: bekerja dengan cara membuat lendir serviks menjadi kental sehingga transportasi sperma menjadi sulit, menghambat kapasitas sperma, menghambat perjalanan ovum dalam tuba, dan menghambat ovulasi melalui fungsi hipotalamus-hipofisisovarium (Nina Siti Mulyani,dkk.2013). Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 74 3) Manfaat Manfaat pil kombinasi yaitu memiliki efektifitas tinggi bila digunakan setiap hari, resiko terhadap kesehatan sangat kecil, tidak mengganggu hubungan seksual, siklus haid menjadi teratur, mudah dihentikan setiap saat 4) Kelemahan Kelemahan pil kombinasi yaitu mahal dan membosankan, pusing, nyeri pada payudara, tidak boleh diberikan pada ibu menyusui, tidak mencegah PMS, dapat meningkatkan tekanan darah 5) Yang dapat menggunakan Yang dapat menggunakan pil kombinasi yaitu usia reproduksi, tidak memiliki anak atau belum, gemuk dan kurus, nyeri haid hebat, pasca keguguran 6) Yang tidak dapat menggunakan Yang tidak dapat menggunakan pil kombinasi yaitu hamil atau dicurigai hamil, menyusui ASI ekslusif, penyakit hati akut, kanker payudara atau dicurigai, riwayat DM, riwayat hipertensi 7) Efek samping Efek samping pil kombinasi yaitu amenorea, mual, pusing, muntah, perdarahan pervaginam, spotting 10. Kontrasepsi Suntik a. Suntikan kombinasi (1 bulan) 1) Pengertian Kontrasepsi suntik bulanan merupakan metode suntikan yang pemberiaannya tiap bulan dengan jalan penyuntikan secara intramuskular sebagai usaha pencegahan kehamilan berupa hormon progesteron dan estrogen pada wanita usia subur. Penggunaan kontrasepsi suntik mempengaruhi hipotalamus dan hipofisis yaitu menurunkan kadar FSH dan LH sehingga perkembangan dan kematangan folikel de graaf tidak terjadi. Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg depo medroksi-progesteron asetat dan 5 mg estradiol sipionat yang diberikan injeksi IM (intramuskular) sebulan sekali (cyclofem) Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 75 dan 50 mg noretindron enantat dan 5 mg estradiol valerat yang diberikan injeksi IM (intramuskular) sebulan sekali. (Nina Siti Mulyani,dkk.2013) 2) Cara kerja Cara kerja KB suntik 1 bulan antara lain: menekan ovulasi, memebuat lendir serviks menjadi kental penetrasi sperma terganggu, perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi terganggu, menghambat transport gamet oleh tuba falopii (BKKBN.2004). 3) Efektifitas Efektifitas Kb Suntik 1 Bulan yaitu sangat efektif (0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan) selama tahun pertama penggunaanya 4) Keuntungan a) Keuntungan kontrasepsi yaitu resiko terhadap kesehatan kecil, tidak berpengaruh pada hubungan seksual, tidak memerlukan pemeriksaan dalam, jangka panjang, efek samping sangat kecil b) Keuntungan non kontrasepsi yaitu mengurangi jumlah perdarahan, mengurangi nyeri saat haid, mencegah anemia 5) Kerugian Kerugian KB Suntik 1 Bulan yaitu terjadi perubahan pola haid, mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, ketergantungan pasien pada tenaga kesehatan, dapat terjadi perubahan berat badan b. Suntik progestin (tribulan) 1) Pengertian Suntik progestin merupakan salah satu metode kontrasepsi hormonal yang diberikan secara intramuskular setiap tiga bulan berupa tindakan invasif karena menembus perlindungan kulit yang harus dilakukan secara hati-hati dan memperhatikan tindakan aseptik untuk mencegah infeksi (Ratna Hidayati. 2011). Jenis yang termasuk dalam metode Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 76 suntik tribulan yaitu: DMPA (Depot Medroxy Progesteron Acetate) atau depo provera yang diberikan tiap tiga bulan dengan dosis 150mg disuntik IM, dan Depo Noristerat diberikan tiap 2 bulan dengan dosis 200mg nore tindron enantat (Sujiyatini,dkk.2011). 2) Cara kerja Cara kerja suntik tribulan (progesteron) antara lain: menginhibisi terjadinya ovulasi, peningkatan viskositas mukus serviks, dan menciptakan kondisi endometrium yang tidak mendukung untuk terjadinya implantasi ovum. (Williams Cunningham,dkk.2013). 3) Efektifitas Efektifitasnya yaitu sangat tinggi bila penyuntikannya secara teratur sesuai jadwal penyuntikan 4) Keuntungan Keuntungan suntik tribulan yaitu efektifitas tinggi, sederhana pemakaianya, cocok untuk ibu-ibu yang menyusui anak, menurunkan krisis anemia bulan sabit, dapat mencegah kanker endometrium 5) Kekurangan Kekurangan suntik tribulan yaitu terdapat gangguan haid seperti amenorea, spotting dan metroragia, timbulnya jerawat dibadan atau wajah dengan infeksi, berar badan yang bertambah, pusing dan sakit kepala 6) Yang dapat menggunakan Yang dapat menggunakan suntik tribulan yaitu ibu usia reproduksi, ibu pasca persalinan, ibu pasca keguguran, ibu yang sering lupa mnggunakan KB pil, ibu yang sedang menyusui, ibu yang tidak memiliki riwayat hipertensi 7) Yang tidak bioleh menggunakan Yang tidak bioleh menggunakan suntik tribulan yaitu ibu hamil atau dicurigai hamil, ibu yang menderita kanker payudara, diabetes mellitus disertai komplikasi (Mulyani,dkk. 2013; h.) Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 77 11. Intra Uterine Devices a. Pengertian IUD Intra Uterine Devices adalah suatu alat kontrasepsi modern yang telah dirancang sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran, bahan, dan masa aktif fungsi kontrasepsinya), yang diletakkan dalam cavum uteri sebagai usaha kontrasepsi, untuk menghalangi terjadinya fertilisasi dan menyulitkan telur berimplantasi dalam uterus. Intra uterine devices (IUD) terbuat dari material dalam berbagai bentuk, umumnya berbahan dasar polyethylene, yang merupakan plastik bersifat inert. Intra uterine device memiliki servikal tambahan berupa benang yang dianalogikan sebagai dawai atau dasi yang memudahkan pengontrolan keberadaan IUD. (Ratna Hidayati. 2011). b. Jenis IUD Jenis dari IUD ini bermacam-macam, paling umum dulu dikenal dengan nama spiral. Jenis jenis dari IUD tersebut antara lain Lippes-Loop, Saf-T-Coil, Dana-Super, Copper-T (Gyne-T), Copper-7 (Gravigard), Multiload, Progesterone IUD. (Nina Siti Mulyani,dkk.2013) Tipe tipe dari intra uterine device yaitu tipe secara kimiawi bersifat lengai (tidak menimbulkan reaksi kimia apapun) terbuat dari bahan tidak bisa diserap, yakni paling sering terbuat dari polyethylene yang diimpregnasi oleh barium sulfat untuk memberikan radiopasitas (contohnya spiral / lippes loop) dan tipe yang kurang lebih akan menghasilkan elusi dari alat dengan substansi kimia yang aktif, seperti alat yang mengandung unsur tembaga atau preparat progestasional (contoh progestasert be bentuk hu uf T yang melepaskan ku ang lebih 65 μg progesteron per hari melalui batang vertikal yang terbuat dari kopolimer vinil asetat, seperti Copper T. (Ratna Hidayati.2011). Dari baerbagai jenis IUD diatas, saat ini yang umum beredar dipakai di Indonesia ada 3 macam jenis yaitu: IUD Copper-T, terbentuk dari rangka plastik yang lentur dan tembaga yang berada pada kedua lengan IUD dan batang IUD, IUD Nova- Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 78 T,terbentuk dari rangka plastik dan tembaga pada ujung lengan IUD bentuknya agak melengkung tanpa ada tembaga, tembaga hanya ada pada batang IUD, dan IUD Mirena, terbentuk dari rangka plastika yang dikelilingi oleh silinder pelepas hormon levonogestrel (hormon progesteron) sehingga IUD ini dapat dipakai oleh ibu menyusui karena tdak menghambat ASI. (Nina Siti Mulyani,dkk.2013) c. Efektivitas IUD Evektivitas IUD dinyatakan dalam angka kontinuitas yaitu berapa lama IUD tetap tinggal in-utero tanpa ekspulsi spontan, terjadinya kehamilan, dan pengangkatan atau pengeluaran karena alasan medis atau pribadi. Efektivitas dari bermacam-macam IUD tergantung pada IUDnya (baik bentuk, ukuran, dan kandungannya) dan pada akseptornya (baik umur, paritas, dan frekuensi senggama). Angka kegagalan IUD pada umumnya 1-3 kehamilan per 100 wanita per tahun (Hanafi Hartanto.2004). d. Cara Kerja IUD Cara kerja dari penggunaan intra uterine devices terdiri dari: 1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii 2) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri 3) AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk kedalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi 4) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (BKKBN.2004). Manuaba menyatakan mekanisme kerja lokal AKDR antara lain adalah sebagai berikut : 1) AKDR merupakan benda asing dalam rahim sehingga menimbulkan reaksi benda asing dengan timbunan leukosit, makrofag, dan limfosit. 2) AKDR menimbulkan perubahan pengeluaran cairan, prostaglandin, yang menghalangi kapasitas spermatozoa. Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 79 3) Pemadatan endometrium oleh leukosit, makrofag, dan limfosit menyebabkan blastokis mungkin dirusak oleh makrofag dan blastokis tidak mampu melaksanakan nidasi. 4) Ion Cu yang dikeluarkan AKDR dengan Cupper menyebabkan gangguan gerak kemampuan spermatozoa untuk sehingga melaksanakan mengurangi konsepsi. (Ida Ayu Chandranita Manuaba,dkk.2010). Mekanisme kerja IUD menurut Hanafi Hartanto yaitu: 1) Menimbulkan reaksi radang lokal yang non spesifik didalam cavum uteri sehingga implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu. 2) Disamping itu dengan munculnya lekosit PMN, makrofag, foreign body giant cells, sel mononuclear dan sel plasma yang dapat mengakibatkan lysis dari spermatozoa / ovum dan balstocyst. 3) Produksi lokal prostaglandin yang meninggi yang menyebabkan terhambatnya implantasi 4) Gangguan / terlepasnya blastocyst yang telah berimplantasi didalam endometrium. 5) Pergerakan ovum yang bertambah cepat didalam tuba falopii 6) Immobilisasi spermatozoa saat melewati cavum uteri. (Hanafi Hartanto.2004). e. Keuntungan IUD Keuntungan penggunaan IUD yaitu : 1) Berdasarkan penelitian The American College of Obstetricians and Gynecologist, New Orleans IUD mampu mengurangi risiko kanker endometrium hingga 40 persen, 2) Sebagai kontrasepsi, efektifitasnya tinggi (1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan). 3) Dapat efektif segera setelah pemasangan 4) IUD merupakan metode kontrasepsi jangka panjang 5) Tidak bergantung pada daya ingat 6) Tidak mempengaruhi hubungan seksual 7) Tidak ada interaksi dengan obat-obatan Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 80 8) Membantu mencegah kehamilan diluar kandungan (kehamilan ektopik) 9) Untuk IUD selain IUD Mirena tidak ada efek samping hormonal seperti kenaikan berat badan, flek pada kulit, flek diantara haid (spotting). 10) Tidak mempengaruhi kualitas dan ASI. (BKKBN.2004). f. Kerugian IUD Pemakaian IUD memiliki beberapa kerugian diantaranya: 1) Efek samping yang umunya terjadi yaitu perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan), haid lebih lama dan banyak, perdarahan / spotting antar menstruasi, saat haid lebih sakit. 2) Komplikasi lain yang dapat timbul adalah merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia, perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar. 3) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS 4) Penyakit radang panggul dapat terjadi jika pemakaian AKDR pada wanita dengan IMS, yang memicu infertilitas. 5) Tidak dapat melepaskan kontrasepsi sendiri, petugas kesehatan yang terlatihlah yang harus melepas AKDR 6) Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (apabila dipasang dengan tidak benar) (Nina Siti Mulyani,dkk.2013). Manuaba menyatakan kerugian dari penggunaan AKDR antara lain: 1) Masih terjadi kehamilan dengan AKDR in situ 2) Terdapat perdarahan (spotting dan menometroragia) 3) Leukore, sehingga menguras protein tubuh dan liang senggama terasa lebih basah 4) Dapat terjadi infeksi 5) Tingkat akhir infeksi menimbulkan kemandulan primer atau sekunder dan kehamilan ektopik Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 81 6) Tali AKDR dapat menimbulkan perlukaan portio uteri dan mengganggu hubungan seksual (Ida Ayu Chandranita Manuaba,dkk.2010) g. Akseptor yang dapat memakai IUD / AKDR 1) Usia reproduktif 2) Keadaan nulipara (yang belum mempunyai anak) 3) Menginginkan kontrasepsi jangka panjang 4) Ibu yang sedang menyusui 5) Setelah mengalami keguguran dan tidak terlihat adanya infeksi 6) Risiko rendah IMS 7) Tidak menghendaki kontrasepsi hormonal (Sujiyatini,dkk.2011) h. Akseptor yang tidak dapat memakai IUD / AKDR 1) Kemungkinan hamil 2) Setelah melahirkan (2-28 hari pasca melahirkan) pemasangan IUD hanya boleh dilakukan sebelum 48 jam dan setelah 4 minggu pascapersalinan. 3) Memiliki risiko IMS (termasuk HIV) yang berisiko terinfeksi IMS/HIV yaitu: 4) Yang mempunyai lebih dari 1 pasangan tidak selalu memakai kondom 5) Yang memiliki pasangan dengan HIV/IMS dan tidak selalu memakai kondom 6) Memakai jarum suntik bersama atau pasangan memakai jarum suntik (hanya untuk HIV tetapi tidak ada IMS) 7) Perdarahan vagina yang tidak diketahui 8) Sedang menderita infeksi alat genital 9) Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita penyakit radang panggul atau infeksi setelah keguguran (Nina Siti Mulyani,dkk.2013) Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 82 i. Waktu pemasangan IUD Pemasangan IUD dapat dilakukan setiap saat pada siklus haid, pemasangan pada saat haid juga mempunyai beberapa keuntungan antara lain: 1) Kemungkinan hamil dapat disingkirkan 2) Perdarahan yang terjadi setelah pemasangan tidak tampak karena bercampur darah haid dan tidak terlalu terasa nyeri sehingga tidak menimbulkan kecemasan. Pemasangan IUD juga dapat dilakukan pada saat: 1) Setiap saat pada siklus haid bila sudah dipastikan wanita tersebut tidak hamil. 2) Pasca persalinan, segera setelah persalinan 48 jam pertama setelah persalinan atau 6-8 minggu setelah persalinan. Hindari pemasangan setelah 1 minggu atau 6 minggu karena risiko perforasi saat pemasangan sangat besar. 3) Setelah induksi haid atau aborsi bila tidak ada infeksi (tidak demam, kontraksi uterus baik, tidak ada cairan vagina yang berbau (purulen) (Hanafi Hartanto.2004). j. Peringatan jika ingin menggunakan KB IUD 1) Mengetahui jenis AKDR yang dipakai 2) Mengetahui kapan waktu untuk melepas AKDR 3) Perubahan menstruasi dan kram adalah hal biasa: datang kembali ke tenaga kesehatan jika perubahannya mengganggu 4) Kembali dalam 3-6 minggu, atau setelah masa haid berikutnya untuk pemeriksaan ke bidan atau tenaga kesehatan jika: a) Terlambat haid, atau merasa hamil b) Mungkin terinfeksi IMS atau HIV c) Benang AKDR berubah panjang atau hilang d) Sangat nyeri pada bagian bawah perut (Nina Siti Mulyani,dkk.2013) k. Teknik pemasangan AKDR Menurut Manuaba, pemasangan AKDR dimulai dengan persiapan, antara lain: pasien tidur terlentang pada meja gynekologi, vulva dibersihkan, dilakukan pemeriksaan dalam Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 83 untuk menentukan besar dan arah rahim, duk steril dipasang dibawah bokong, spekulum cocor bebek dipasang sehingga serviks tampak, serviks portio dibersihkan, dilakukan sondage untuk menentukan dalam panjang rahim dan arah posisi rahim. Jenis-jenis pemasangan AKDR yaitu antara lain: 1) Pemasangan cara Lippes loop adalah: a) Lippes loop dimasukkan ke dalam introdusor dari pangkal sampai mendekati ujung proksimal. b) Tali AKDR dapat dipotong dahulu, sesuai dengan keinginan atau dipotong kemudian setelah pemasangan. c) Introduser dimasukkan ke dalam rahim sesuai dengan dalamnya rahim. d) Pendorong AKDR dimasukkan ke dalam intoduser untuk mendorong sehingga lippes loop terpasang, e) Setelah terpasang, maka introdusor dan pendorongnya ditarik bersama. f) Tali AKDR dapat dipotong sependek mungkin untuk menghindari sentuhan penis dan menghindari infeksi. 2) Pemasangan Copper T atau Seven Copper a) AKDR seven copper atau Copper T telah tersedia dalam keadaan steril dan baru dibuka menjelang pemasangan. b) Bungkus seven copper atau Coppet T dibuka. c) AKDR dimasukkan ke dalam introdusor melalui ujungnya sampai batas tertentu dengan menggunakan sarung tangan steril. d) Introdusor dengan AKDR terpasang dimasukkan ke dalam rahim sampai menyentuh fundus uteri dan ditarik sedikit. e) Pendorong selanjutnya menorong AKDR hingga terpasang. f) Introdusor dan pendorongnya ditarik. 3) Pemasangan multiload atau medusa a) AKDR jenis Medusa atau Multiload telah siap untuk dipasang langsung. b) Pembungkus AKDR dibuka menjelang pemasangan. Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 84 c) Teknik pemasangan langsung dengan mendorong sampai mencapai fundus uteri tanpa berhenti. d) Setelah mencapai fundus uteri, introdusornya ditarik e) Tali AKDR dipotong sependek mungkin. f) Sterilisasi pemasangan medusa atau multiload labih terjamin, komplikasi perforasi terjadi saat pemasangan AKDR (Ida Ayu Chandranita Manuaba,dkk.2010). l. Cara Memeriksa Benang IUD Pemeriksaan benang IUD dapat dilakukan oleh petugas kesehatan atau dilakukan pemeriksaan benar sendiri. Cara memeriksa benang IUD sendiri yaitu : 1) Cuci tangan duduk dalam posisi jongkok 2) Masukkan jari ke dalam vagina dan rasakan benang di mulut rahim 3) Cuci tangan setelah selesai (Nina Siti Mulyani,dkk.2013) m. Penanganan efek samping IUD, yaitu: 1) Amenorea Periksakan apakah sedang hamil, jika tidak jangan lepas AKDR lakukan konseling dan identifikasi penyebab amenore apabila dikehendaki. Apabila hamil jelaskan dan sarankan untuk melepas AKDR jika talinya terlihat dan kehamilan kurang dari 13 minggu maka AKDR jangan dilepas. 2) Perdarahan per vagina hebat dan tidak teratur Pastikan dan tegaskan adanya infeksi dan kehamilan ektopik. Apabila tidak ada kelainan patologis, perdarahan berkelanjutan serta perdarahan hebat lakukan konseling dan pemantauan. Beri ibuprofen (800 mg, 3x sehari selama 1 minggu) untuk mengurangi perdarahan dan berikan tablet besi (1 tablet setiap hari sampai 3 bulan). Apabila pasien telah memakai AKDR selama lebih dari 3 bulan dan terjadi anemia (Hb>7gr/dl) anjurkan untuk melepas AKDR dan bantulah memilih metode kontrasepsi lain yang sesuai. Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 85 3) Kejang Pastikan dan tegaskan adanya penyakit radang pelvis (PRP) dan penyebab lain dari kekejangan. Tanggulangi penyebabnya apabila ditemukan. Apabila penyebab tidak diketahui, maka bisa dberikan analgesik untuk sedikit meringankan. Apabila pasien mengalami kejang yang kuat lepaskan AKDR dan bantu pasien untuk menentukan metode kontrasepsi lain. 4) Pengeluaran cairan per vagina atau dicurigai adanya PRP Pastikan pemeriksaan akan adanya infeksi menular seksual (IMS). Lepaskan AKDR apabila ditemukan menderita atau sangat dicurigai menderita gonorhoe atau infeksi clamidia, lakukan pengobatan yang memadai. Bila terdapat PRP tau pelvis inflamantory disease (PID), obati dan lepas AKDR sesudah 48 jam pengobatan. Bila AKDR dikeluarkan beri nasehat untuk memilih metode kontrasepsi lain sampai masalah teratasi. 5) Benang hilang Pastikan adanya kehamilan atau tidak. Tanyakan apakah AKDR terlepas. Apabila tidak hamil dan tidak terlepas berikan kondom. Periksa talinya dan dalam saluran endoserviks dan cavum uteri (apabila memungkinkan adanya peralatan dan tenaga terlatih) setelah masa menstruasi berikutnya. Apabila tidak ditemukan maka lakukan rujukan, lakukan x ray atau pemeriksaan ultrasound. Apabila tidak hamil dan AKDR yang hilang tidak ditemukan pasanglah AKDR baru atau bantulah pasien memilih metode kontrasepsi lain (Ratna Hidayati.2011). 12. Kontrasepsi Implant a. Pengertian Kontrasepsi implant adalah alat kontrasepsi yang dipasang dibawah kulit. Implant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung levonogestrel yang dibungkus dalam kapsul silastic silicon (polydimethylsiloxane) dan dapat dipasang dibawah kulit. Sangat efektif dengan angka kegagalan 0,2-1 kehamilan per 100 Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 86 perempuan. Terdapat 4 jenis implant, antara lain: Norplant (terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4cm,dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36mg levonogestrel dan lama kerjanya 5 tahun), Implanon dan sinoplant (Terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kia-kira 40 mm dan diameternya 2mm, yang diisi dengan 68 mg 3 keto desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun), Jadena dari indoplant (terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75mg levonogestrel dengan lama kerjanya 3 tahun) (Nina Siti Mulyani,dkk.2013). Implan adalah alat kontrasepsi berbentuk kapsul silastik berisi hormon jenis progesteron sinestik yang ditanamkan di bawah kulit atau alat kontrasepsi bagi wanita yang dipasang (disusupkan) dibawah kulit lengan atas yang terdiri atas 6 kapsul berukuran kira-kira 3 cm berisi zat levonogestrel (Koes Irianto.2012) b. Cara kerja Dengan dilepaskannya hormon levonogestrel, maka cara kerja implant antara lain: menekan ovulasi yang akan mencegah lepasnya sel telur (ovum) dari indung telur, mengentalkan lendir mlut rahim sehingga sel mani (sperma) tidak mudah masuk kedalam mulut rahim, dan menipiskan enometrium sehingga tidak siap untuk nidasi (Koes Irianto.2012) c. Keuntungan Keuntungan implant yaitu daya guna tinggi, perlindungan jangka panjang sampai 5 tahun, pengembalian kesuburan yang cepat setelah pencabutan implant, tidak memerlukan pemeriksaan dalam, tidak mengganggu produksi ASI, bebas dari pengaruh ekstrogen d. Kekurangan Kekurangan implant yaitu harga implant yang mahal, implant sering mengubah pola haid, implant dapat terlihat dibawah kulit, petugas kesehatan harus dilatih khusus Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 87 e. Efek samping Efek samping implant yaitu nyeri kepala atau pusing, peningkatan atau penurunan berat badan, nyeri payudara serta perasaan mual, membutuhkan tindakan pembedahan minor untuk insersi dan pencab utan implant, perubahan persaan atau kegelisahan f. Yang boleh menggunakan Yang boleh menggunakan implant yaitu umur reproduksi, telah memiliki anak sesuai yang diinginkan atau tidak ingin tambah anak lagi tetapi saat ini belum mau menggunakan kontrasepsi mantap g. Yang tidak boleh menggunkan Yang tidak boleh menggunkan implant yaitu hamil atau diduga hamil, perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya, ada benjolan atau kanker payudara atau riwayat kanker payudara, ibu yang meiliki riwayat hipertensi,, ibu yang memiliki diabetes mellitus h. Tempat pemasangan Tempat pemasangan implant di lengan kiri dan sebelumnya dilakukan anestesi local 13. Kontrasepsi Mantap Kontrasepsi mantap merupakan suatu metode kontrasepsi yang dilakukan dengan cara mengikat atau memotong saluran telur (perempuan) dan saluran sperma (laki-laki). Karena sifatnya permanent maka hanya diperkenankan bagi mereka yang sudah mantap memutuskan tidak lagi mepunyai anak dengan melakuka operasi kecil organ reproduksi, yang terbagi menjadi dua, yaitu: tubektomi (perempuan) dan vasektomi (laki-laki) (Nina Siti Mulyani,dkk.2013) a. Tubektomi 1) Pengertian Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan tidak akan mendapatkan keturunan lagi. Merupakan kontrasepsi jangka panjang, walau Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 88 kadang masih dapat dipulihkan kembali. Tubektomi untuk mencegah bertemunya sel telur dari sperma dengan cara menutup saluran telur tanpa mengubah indung telur dalam rahim. Ada dua tipe yang sering digunakan dalam pelayanan tubektomi dengan menggunakan anastesi lokal yaitu minilaparotomi dan laparoskopi (Nina Siti Mulyani,dkk.2013). Tubektomi merupakan tindakan mengonklusi tuba falopii sehingga spermatozoa dan ovum tidak dapat bertemu dan tidak terjadi kehamilan (Hanafi Hartanto.2004) 2) Cara kerja Cara kerja tubektomi dengan mengonklusi tuba falopii (mengikat dan memotong atau memasang cincin) sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum. b. Vasektomi 1) Pengertian Vasektomi adalah pemotongan sebagian (0,5-1 cm) pada vasa deferensia, merupakan tindakan operasi ringan dengan cara mengikat dan memotong saluran sperma, dengan demikian tidak terjdi pembuahan. (Nina Siti Mulyani,dkk.2013). Kontrasepsi mantap pria atau vasektomi merupakan suatu metode kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat aman, sederhana dan sangat efektif, memakan waktu operasi yang singkat dan tidak memerlukan anastesi umum (Hanafi Hartanto.2004) 2) Jenis vasektomi Jenis-jenis vasektomi antara lain : vasektomi tanpa pisau (VTP atau No-scalpel Vasectomy), vasektomi dengan insisi skrotum (tradisional), vasektomi semi permanen (diikat) (Nina Siti Mulyani,dkk.2013). Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 89 TINJAUAN ASUHAN KEBIDANAN A. Manajemen Kebidanan Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien (Simatupang, 2008; h.121) Manajemen asuhan kebidanan menurut Varney sebagai berikut : 1. Langkah I : Pengumpulan Data Dasar Pada langkah ini, dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data uang diperlukan untuk mengevakuasi keadaan klien secara lengkap, yaitu riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhanya, meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya, meninjau data laboratorium dan membandingkandengan hasil studi. Pada langkah pertama ini, dikumpulkan semua data yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien 2. Langkah II : Interpretasi Data Dasar Pada langkah ini, dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikummpulkan.Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosis yang spesifik.Kata masalah dan diagnsosis keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosis, tetapi sungguh membutuhkan penanganan yang dituangkan ke dalam sebuah rencana asuhan terhadap klien. Masalah yang sering berkaitan dengan wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan masalah ini sering menyertai diagnosis 3. Langkah III : Mengidentifikasi diagnosis atau Masalah Potensial Pada langkah ini, mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkain masalah dan diagnosis yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan.Sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap diri bila diagnosis/masalah potensial Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 90 ini benar-beenar terjadi. Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman. 4. Langkah IV :Identifikasi Perlunanya Penanganan Segara Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter atau dikonsultasikan atau ditanda tangani bersama dengan anggota tim kesehatanyang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah keempat ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi, manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodic atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan 5. Langkah V : Perencanaan Asuhan Komperhensif Pada langkah ini, direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya.Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi.Pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah diidentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut, seperti apa yang diperkirakan terjadi berikutnya Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan. Setiap rencana asuhan harus disetujui oleh kedua belah pihak,yaitu oleh bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien merupakan bagian dari pelaksanaan tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan pembahasan rencana bersama klien, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakanya (Simatupang,2008; hal.125) 6. Langkah VI : Pelaksaan Rencana Pada langkah keenam ini, rencana asuh menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke-5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 91 sebagian oleh klien atau anggopta tim kesehatan lain. Jika bidan tidan melakukanya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawabuntuk mengarahkan pelaksanaanya. Dalam situasi ketika bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh terrsebut. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan menghemat biaya serta meningkatkan mutu asuhan klien 7. Langkah VII : Evaluasi Pada langkah ini, dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan terhadap masalah yang telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosis (Simatupang, 2008; h.124-126) B. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pendokumentasian asuhan kebidanan (SOAP) 1. Subjektif Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney laangkah pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh melalui anamnesis.Data subjektif ini berhubungan ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien. 2. Objektif Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen varney pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan diagnostic lain. Catatan medic dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukan dalam data objektif ini 3. Assesment Merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif 4. Planning Adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil anlisis dan interpretasi Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 92 data. Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraanya (Muslihatun, dkk; 2009) C. Landasan Hukum Kewenangan Bidan Dalam menjalankan tugas dan fungsinya di masyarakat, seorang bidan mempunyai kewenangan yang diatur dalam peraturan dan perundang-undangan kesehatan.Hal ini dimaksudkan untuk melindungi secara hukum baik untuk bidan maupun untuk masyarakat terhadap malpraktik yang mungkin dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan. Kewenangan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan ibu hamil dengan kehamilan lewat waktu, dalam memberikan asuhan kebidanan pada: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1464/ MENKES/PER/X/2010. Tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan. 1. BAB III tentang Penyelenggaraan Praktek a. Pasal 9 Yaitu: Bidan dalam menjalankan praktek, berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi : 1) Pelayanan kesehatan ibu 2) Pelayanan kesehatan anak, dan 3) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana b. Pasal 10 ayat 1 Yaitu : Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf a diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa antara dua kehamilan. c. Pasal 12 Yaitu : Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf c, berwenang untuk : Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana ; dan d. Pasal 18 ayat 1 huruf d Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 93 e. Yaitu : meminta persetujuan tindakan yang dilakukan. 2. Bab IV tentang Pencatatan dan Pelaporan a. Pasal 20 Dalam melakukan tugasnya bidan wajib melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan pelayanan yang diberikan. 1) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditunjukan ke puskesmas wilayah tempat praktek. 2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk bidan yang bekerja difasilitas pelayanan kesehatan. b. Kompetensi Bidan Kompetensi kedua : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan pelayanan menyeluruh di masyarakat dalam rangka untuk meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan dan kesiapan menjadi orang tua. c. Pengetahuan dasar 1) Pertumbuhan dan perkembangan seksualitas dan aktivitas seksual 2) Anatomi dan fisiologi pria dan wanita yang berhubungan dengan konsepsi dan reproduksi 3) Norma dan praktek budaya dalam kehidupan seksualitas dan kemampuan bereproduksi. 4) Komponen riwayat kesehatan, riwayat keluarga, dan riwayat genetik yang relevan. 5) Pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk mengevaluasi potensi kehamilan yang sehat. 6) Berbagi metode alamiah untuk menjarangkan kehamilan dan metode lain yang bersifat tradisional yang lazim digunakan. d. Penyuluhan kesehatan mengenai PMS, HIV/AIDS, dan kelangsungan hidup anak. Tanda dan gejala infeksi saluran kemih dan penyakit menular seksual yang lazim terjadi. Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 94 e. Pengetahuan tambahan Faktor-faktor yang menentukan dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan kehamilan. 1) Indikator penyakit akut dan kronis yang dipengaruhi oleh kondisi geografis dan proses rujukan untuk pemeriksaan/ pengobatan lebih lanjut. 2) Indikator dan metode konseling/rujukan terhadap gangguan hubungan intrapersonal, termasuk kekerasan dan pelecehan dalam keluarga (seks, fisik, dan emosi). f. Ketrampilan dasar 1) Mengumpulkan data tentang riwayat kesehatan yang lengkap. 2) Melakukan pemeriksaan fisik yang terfokus sesuai dengan kondisi wanita. 3) Menetapkan data atau melaksanakan dan menyimpulkan hasil pemeriksaan laboratorium seperti hematokrit dan analise urine. 4) Melaksanakan pendidikan kesehatan dan ketrampilan konseling dasar dengan tepat. 5) Mendokumentasikan temuan-temuan dan intervensi yang ditemukan. Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014