11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN TEORI A. Kehamilan 1

advertisement
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN TEORI
A. Kehamilan
1. Definisi / Pengertian
Kehamilan dapat diartikan sebagai waktu transisi, yaitu suatu
masa peralihan antara kehidupan sebelum memiliki anak (sekarang
berada dalam kandungan) dan kehidupan setelah anak tersebut lahir
(Icemi Sukarni,dkk.2013). Kehamilan merupakan sebuah rangkaian
peristiwa pembuahan ovum (hasil konsepsi) yang terjadi di tuba falopii
hingga akhirnya berkembang menjadi fetus (janin) yang aterm (cukup
bulan). Kehamilan adalah dikandungnya janin hasil pembuahan sel
telur oleh sperma (Sujiatini,dkk.2010). Menurut Federasi Obstetri
Gynekologi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi
atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan
nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya
bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu
atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional.
Kehamilan terbagi dalam tiga trimester, dimana trimester kesatu
berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu
ke-13 hingga minggu ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu
ke-28 hingga minggu ke-40) (Sarwono Prawirohardjo, 2008). Masa
kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya
kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)
dihitung dari haid pertama haid terakhir (POGI,dkk.2009).
2. Perubahan Anatomi Fisiologi Pada Kehamilan
Perubahan
anatomi
dan
fisiologi
pada
perempuan
hamil
sebagaian besar sudah terjadi segera setelah fertilisasi dan terus
berlanjut selama kehamilan, kebanyakan perubahan ini merupakan
respon terhadap janin. Perubahan yang terjadi antara lain:
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
12
a. Sistem reproduksi
1) Uterus
Uterus
mempunyai
kemampuan
luar
biasa
untuk
bertambah besar dengan cepat selama kehamilan dan pulih
kembali
dalam
beberapa
minggu
setelah
persalinan.
Perempuan tidak hamil memiliki berat uterus (70 g dengan
kapasitas 10 ml atau kurang) sedang wanita hamil akan
bertambah besar dan berat (berat rata-rata 1100 g dengan
kapasitas 5 liter bahkan 20 liter). Pembesaran uterus meliputi
peregangan dan penebalan sel-sel otot, sementara produksi
miosit menurun. Daerah korpus pada bulan-bulan pertama
akan menebal, tetapi seiring bertambahnya usia kehamilan
akan menipis. Posisi plasenta juga mempengaruhi penebalan
otot otot uterus. Pada akhir kehamilan otot-otot uterus akan
mengalami kontraksi sehingga segmen bawah uterus akan
melebar dan menipis.
2) Serviks
Satu bulansetelah konsepsi serviks akan menjadi lebih
lunak
dan
kebiruan,
yang
terjadi
akibat
penambahan
vaskularisasi dan terjadinya edema pada serviks, bersamaan
dengan terjadinya hipertrofi dan hiperplasia pada kelenjar
serviks. Serviks mengalami perubahan selama kehamilan dan
persalinan. Serviks didominasi oleh jaringan ikat atau fibrosa
sehingga mengandung kolagen.pada perempuan tidak hamil,
kolagen pada serviks terbungkus rapat dan tidak beraturan.
Selama hamil kolagen mengalami remodel, pada akhir
trimester pertama
berkas kolagen menjadi kurang kuat
terbungkus.
kehamilan
Saat
mendekati
aterm
terjadi
penurunan dari konsentrasi kolagen.
3) Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti, dan
pematangan folikel juga ditunda. Hanya ada satu korpus
luteum yang ditemukan. Folikel ini akan berfungsi maksimal
selama 6-7 minggu awal kehamilan, setelah itu akan berperan
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
13
sebagai pengahasil progesteron dalam jumlah yang relatif
minimal.
4) Vagina dan perineum
Selama
kehamilan
peningkatan
vaskularisasi
dan
hiperemia terlihat jelas pada kulit dan otot-otot di perineum
dan vagina, sehingga vagina terlihat keunguan (tanda
chadwick). Perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan
hilangnya jaringan ikat hipertrofi dari sel otot polos.
b. Kulit
Pada kulit perut mengalami perubahan menjadi kemerahan,
kusam, dan kadang mengenai daerah payudara dan paha, dikenal
dengan nama striae gravidarum. Selain itu muncul garis di
pertengahan perut (linea alba) yang berubah menjadi hitam
kecoklatan. Sedang pada daerah wajah dan leher cloasma.
Pigmentasi
berlebihan
biasanya
akan
berkurang
setelah
persalinan. Perubahan ini terjadi akibat cadangan melanin di
daerah epidermal dan dermal dan juga didorong pengaruh hormon
estrogen dan progesteron.
c. Payudara
Pada awal kehamilan perempuan mersa payudaranya lebih
lunak. Setelah bulan kedua, payudara akan bertambah ukurannya
dan vena dibawah kulit akan terlihat. Puting susu akan membesar,
kehitaman, dan tegak. Setelah bulan pertama cairan kolostrum
dapat keluar. Aerola juga bertambah besar dan menghitam.
d. Perubahan metabolik
Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan bertambah
12,5 kg. Pada trimseter ke-2 dan ke-3 perempuan dengan gizi
baik dianjurkan menambah berat badan 0,4 kg per minggu.
Sedangkan perempuan dengan gizi kurang atau lebih dianjurkan
menambah berat badan 0,5 kg dan 0,3 kg. Peningkatan jumlah
cairan selama kehamilan adalah fisiologis yang disebabkan
turunnya osmolaritas.
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
14
e. Sistem kardiovaskular
Pada minggu ke-5 cardiac output akan meningkat dan
perubahan ini terjadi untuk mengurangi resistensi vaskular
sistemik. Selain itu juga terjadi peningkatan denyut jantung. Antara
minggu ke-10 dan ke-20 terjadi peningkatan volume plasma.
Kapasitas
vaskularisasi
juga
meningkat
untuk
memenuhi
kebutuhan. Peningkatan estrogen dan progesteron menyebabkan
vasodilatasi dan penurunan resistensi vaskuler perifer.
f.
Sistem respirasi
Selama kehamilan sirkumferensia torak akan bertambah  6
tetapi tadak mencukupi penurunan residu fungsional dan volume
residu paru-paru karena pengaruh diafragma yang naik  4 cm
selama kehamilan. Frekuensi pernafasa mengalami sedikit
perubahan selama kehamilan tetapi volume tidak, volume fentilasi
per menit akan bertambah secara signifikan. Perubahan ini
mencapai puncaknya pada minggu ke-37 dan kembali seperti
sedia kala dalam 24 minggu setelah persalinan.
g. Traktus digestivus
Seiring pembesaran uterus menyebabkan lambung dan usus
bergeser, begitu pula dengan apendiks juga bergeser. Perubahan
nyata yaitu terjadi penurunan motilitas otot polos pada traktus
digestivus dan penurunan sekresi asam hidroklorid dan peptin.
Mual terjadi akibat penurunan asam hidroklorid dan penurunan
motilitas, sedang konstipasi sebagai akibat penurunan motilitas
usus besar.
h. Traktus urinarius
Pada bulan pertama kehamilan kandung kemih akan tertekan
oleh uterus yang makin membesar dan menimbulkan sering
berkemih.keadaan ini akan hilang dengan semakin tuanya
kehamilan bila uterus keluar dari rongga panggul. Pada akhir
kehamilan jika kepala janin sudah turun ke pintu atas panggu ,
keluhan itu akan muncul kembali.
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
15
i.
Sistem endokrin
Selama
kehamilan
kelenjar
hipofisis
akan
mengalami
pembesaran 135 %, tetapi tidak begitu memiliki arti penting
selama kehamilan. Hormon prolaktin akan meningkat 10 x pada
saat kehamilan aterm, namun setelah persalinan konsentrasinya
akan menurun. Kelenjar tyroid mengalami pembesaran hingga
15,0 ml saat persalinan. Konsentrasi plasma hormon paratiroid
akan menurun pada trimester pertama dan kemudin akan
meningkat secara progresif.
j.
Sistem muskoloskeletal
Lordosis yang progresif akan jadi bentuk umum pada
kehamilan. Akibat pembesaran uterus ke posisi anterior sehingga
menggeser tumpuan daya berat ke belakang arah dua tungkai.
Persendian akan meningkat mobilitasnya, akibat pengaruh
hormonal. Mobilitas tersebut menyebabkan perasaan tidak
nyaman
pada
bagian
bawah
punggung
terutama
diakhir
kehamilan ( Sarwono Prawirohardjo, 2008).
3. Respon Psikologis Terhadap Kehamilan
a. Ambivalensi, respon normal pada ibu hamil, terjadi karena
kehamilan menimbulkan ketidaknyamanan sehingga ibu memiliki
prsaan kurang positif tentang pengalaman ini. Ibu hamil meskipun
menghendaki kehamilannya mungkin tidak dapat menikmati
pengalaman tersebut. Pasangan (suami) juga bisa memiliki
perasaan ambivalensi karena rasa cemas atau takut yang
berkaitan dengan kehamilan istrinya. Kurangnya pengetahuan dan
persiapan menjadi orang tua juga kehadiran anak menimbulkan
sikap ambivalensi
b. Perasaan berduka, terjadi karena perubahan peranan wanita, saat
hamil wanita harus merubah peranan terakhirnya, bukan lagi
hanya seorang istri namun juga calon ibu. Pasangan (suami)
mengalami reaksi serupa dalam penyesuaian peranan sebagai
ayah.
c. Narsisisme, terjadi ketika ibu hamil lebih memperhatikan dirinya
sendiri dan perubahan pada tubuhnya. Merupakan respon lazim
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
16
pada awal kehamilan. Dapat dicerminkan dari sikap wanita yang
lama berdandan atau berpakaian. Narsisisme dilakukan ibu hamil
untuk melindungi dirinya dan janinnya. Pasangan (suami) juga
mengalami hal serupa pada aktivitas dan perilaku sehingga lebih
memberikan waktunya bagi anaknya.
d. Introversi dan ekstroversi, sebagian ibu hamil menunjukkan
dengan cara lebih memperhatikan tubuh dan dirinya sendiri.
Sebagian yang lain menunjukkan sikap ekstrovert dengan ikut
serta ke aktivitas lebih terbuka dan memandang pembesaran
abdomen dengan perasaan sudah memenuhi kewajiban sebagai
ibu.
e. Reaksi stress, bagi wanita kehamilan menimbulkan stress. Wanita
dan pasangan nya mengangap kehamilan sebagai persoalan
mengganggu aktivitasnya dalam melaksanakan tugas. Anggota
keluarga perlu mempersiapkan diri menghadapi perubahan karena
adaptasi kehamilan.
f.
Emosi yang labil, perubahan emosi sering terjadi yang merupakan
akibat dari intervensi narsisime, juga akibat peningkatan hormon
estrogen dan progesteron. Tindakan menghindari kelelahan dan
mengurangi kadar stress membantu menurunkan lonjakan emosi.
g. Syndrome couvade (ngidam), ketidaknyamanan ini merupakan
keadaan yang normal dan bersifat temporer (Anita Lockhart,dkk.
2014).
4. Ketidaknyamanan Pada Kehamilan
a. Pada trimester pertama
1) Nausea dan vormitus, gejala mual muntah yang dapat terjadi
kapan saja sepanjang hari. Penyebab morning sickness
antara lain, perubahan hormonal, fatigue, faktor emosional,
perubahan metabolisme karbohidrat. Edukasi pasien antara
lain, menghindari makanan berlemak dan berbumbu kental,
menganjurkan makan sedikit tapi sering, menganjurkan
makan roti kering atau creaker sebelum bangun dari tempat
tidur di pagi hari, menganjurkan makan karbohidrat kompleks
pada awal terjadinya nausea.
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
17
2) Kongesti, secret atau obstruksi pada hidung, penyebabnya
edema pada mukosa hidung akibat kenaikan hormon
estrogen.
Edukasi
yang
diberikan,
menggunakan
alat
pelembab yang menyemprotkan uap air, menggunakan tetes
hidung atau obat semprot hidung berupa larutan garam, atau
mengompres hidungnya dengan kompres dingin.
3) Pembesaran dan nyeri tekan pada payudara, penyebabnya
akibat
peningkatan
kadar
estrogen
dan
progesteron.
Edukasinya menganjurkan pasien menggunakan BH yang pas
dengan pita menggantung pada bahu, mempertahankan
postur tubuh yang baik, memastikan pasien mencuci kedua
payudara dan puting dengan air matang.
4) Gejala sering kencing dan ingin kencing, penyebabnya
tekanan pada kandung kemih oleh uterus, pada minggu ke-12
menghilang karena uterus naik ke rongga abdomen, kembali
lagi pada trimester ketiga. Edukasinya mengurangi konsumsi
cairan pada malam hari, membatasi konsumsi minuman yang
mengandung kafein, merespon perasaan ingin kencing
dengan segera untuk mencegah distensi kandung kemih dan
statise urine, mengajarkan senam kegel, mengajarkan tanda
bahaya mencegah infeksi saluran kemih.
5) Peningkatan keputihan (leukore), penyebabnya hiperplasia
mukosa vagina dan peningkatan produksi mukus oleh kelenjar
endoserviks. Edukasinya menganjurkan pasien mandia setia
hari dan menghindari pemakaian sabun didaerah vulva,
membersihkan genetalia dengan benar,memakai tampon
perineum jika keputihan sangat mengganggu, menyemprot air
pada alat kelaminnya, segera melaporkan pada petugas
kesehatan bila terjadi perubahan warna dan baunya.
6) Peningkatan keadaan cepat lelah (fatigue), penyebabnya
peningkatan
upaya
membentuk
plasenta,
kebutuhan
menyesuaikan tubuh dengan tuntutan fisik dan emosional oleh
kehamilannya. Edukasinya menganjurkan sesering mungkin
beristirahat, menyempatkan tidur siang sebentar, memilih
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
18
makanan dengan gizi seimbang dan minum suplemen zat
besi, menganjurkan minum susu hangat atau mandi air hangat
untuk membantu relaksasi, olahraga secara teratur dengan
intensitas sedang.
b. Pada trimester kedua dan ketiga
1) Heartburn , penyebabnya relaksasi spingter kardia, penurunan
mobilitas GI, peningkatan hormon progesteron, pergeseran
lambung. Edukasinya menganjurkan makan sedikit tapi
sering, menghindari makanan berlemak dan mengandung
kafein, mepertahankan posisi tubuh tetap tegak 45 menit
setelah makan, penggunaan obat antasid atas resep dokter.
2) Konstipasi , penyebabnya suplemen zat besi, pergeseran
istium oleh janin, kelambatan usus akibat peningkatan kadar
progesteron
dan
metabolisme
steroid.
Edukasinya
menganjurkan berolahraga setiap hari dengan intensitas
sedang, minum banyak cairan dan makanan berserat,
mempertahankan pola urinasi, tidak memakai suplemen
minyak mineral karena menyebabkan deplesi asupan vitamin
yang larut lemak.
3) Penyakit hemoroid, penyebab tekanan vena pelvis oleh
uterus, peningkatan tekanan yang terjadi sekunder karena
konstipasi. Edukasinya cara mencegah konstipasi, tidak
berdiri
terlalu
lama
atau
memakai
pakaian
ketat,
menggunakan salep wasir atau salep anstesi jika dibolehkan,
penggunaan kompres witch hazel, melakukan sitz baths atau
kompres air hangat
4) Nyeri
punggung,
penyesuaian
postur
tubuh
karena
peningkatan lengkung lumbo sakral oleh pembesaran uterus.
Edukasinya
mengajarkan
posisi
tubuh
yang
benar,
mengenakan sepatu dengan tumit rendah, berjalan dengan
panggul dimiringkan ke depan, menggunakan kasur yang
keras atau menyisipkan papan agar lebih keras, latihan
gerakan panggul dan latihan miringkan panggul
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
19
5) Kram otot tungkai, penyebabnya tekanan uterus yang
membesar, sirkulasi yang buruk, fatigue, keseimbangan rasio
kalsium fosfor. Edukasinya diet asupan kalsium dan fosfor,
istirahat
dengan tungkai kaki ditinggikan, mengenakan
pakaian hangat, jika kram menekan jari jari kaki ke arah
tungkai sementara lutut ditekan kebawah
6) Sesak napas, penyebabnya tekanan uterus pada diafragma.
Edukasinya mempertahankan posisi tubuh yang benar pada
saat berdiri, menggunakan posisi semi fowler ketika tidur dan
tambahan bantal sebagai penyangga, aktivitas dan istirahat
yang seimbang.
7) Edema pergelangan kaki, penyebabnya retensi cairan dan
vena return yang buruk dari bawah ekstremitas diperparah
dengan duduk atau berdiri lama dan hawa panas. Edukasinya,
berbaring miring kiri agar meningkatkan laju filtrasi glomerulus
(GFR) ginjal, menghindari pakaian ketat dan menjepit,
meninggikan kedua tungkai saat istrahat, gerakan dorsofleksi
kaki ketika berdiri atau duduk yang lama, menganjurkan
bangkit dan berjalan sekitar setelah duduk dalam waktu yang
lama. (Anita Lockhart,dkk. 2014)
c. Tanda Dan Gejala Kehamilan
1) Tanda Mungkin Kehamilan ( Presumtif )
a) Amenore
atau
sedikit
bercak
perdarahan
yang
penyebabnya tidak diketahui pada awal kehamilan
b) Nausea dan vomitus (mual muntah)
c) Sering kencing (frekuensi) dan rasa ingin kencing
(urgensi)
d) Pembesaran payudara dan nyeri tekan pada payudara
e) Rasa mudah lelah atau fatigue
f)
Quickening (goyang bayi)
g) Penipisan dan pelunakan kuku jari tangan
h) Pigmentasi kulit yang bertambah
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
20
2) Tanda Tidak Pasti Kehamilan ( Probable )
a) Pembesaran uterus
b) Tanda goodell (pelunakan serviks)
c) Tanda chadwick (membran mukosa vagina, serviks dan
vulva yang berwarna kebiruan)
d) Tanda hegar (pelunakan segmen bawah uterus)
e) Kontraksi braxton hicks (kontraksi uterus tanpa nyeri yang
terjadi berulang selama kehamilan)
f)
Ballotement (gerakan pasif janin sebagai respon terhadap
ketukan yang dilakukan pada bagian bawah uterus atau
serviks)
g) Hasil tes laboratorium yang menunjukkan kehamilan
h) Hasil USG yang memperlihatkan cincin sakus gestasional
yang khas (terlihat pada usia kehamilan 4 sampai 6
minggu)
i)
Garis bentuk janin yang dapat diraba
3) Tanda Pasti Kehamilan (Positif)
a) Denyut jantung janin yang terdeteksi pada usia kehamilan
17 hingga 20 minggu
b) Hasil USG yang positif pada kehamilan 6 minggu
c) Gerakan janin yang dapat dirasakan oleh pemeriksaan
pada kehamilan sesudah 16 minggu
d) Terlihat janin dan garis bentuk janin. (Anita Lockhart,dkk.
2014)
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan
a. Faktor fisik
1) Status kesehatan/penyakit (kusmiyati,2009,h:80)
2) Ada dua klasifikasi dasar yang berkaitan dengan status
kesehatan atau penyakit yang dialami ibu hamil :
a) Penyakit atau komplikasi akibat langsung kehamilan.
Termasuk dalam klasifikasi ini adalah Hyperemesis
gravidarum,
preeklamsia/eklamsia,
kelainan
lamanya
kehamilan, kehamilan ektopik, kelainan plasenta atau
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
21
selaput
janin,
perdarahan
antepartum,
gemelli.
(kusmiyati,2009,h:80)
b) Penyakit atau kelainan yang tidak langsung berhubungan
dengan kehamilan. Terdapat hubungan timbal balik
dimana
penyakit
mempengaruhi
ini
dapat
kehamilan
memperberat
serta
penyakit
dapat
atau
ini
diperberat oleh karena kehamilan. Contoh yang termasuk
dalam kategori ini adalah :
(1) Penyakit atau kelainan alat kandungan; varises vulva,
kelainan bawaan, edema vulva, hematoma vulva,
peradangan,
gonorea,
kandidiasis,
amoebiasis,
trikomonisiasis
DM,
vaginalis,
bartholinitis,
kista
bartholini, kondilomata akuminata, fistula vagina,
kista vagina, kelainan bawaan uterus, kelainan letak
uterus, prolapsus uteri, tumor uteri, mioma uteri,
karsinoma servik, karsinoma korpus uteri dan lainlain.
(2) Penyakit kardiovaskuler misalnya penyakit jantung,
hipertensi, stenosis aorta, mitral isufisiensi, jantung
rematik, endokarditis.
(3) Penyakit darah misal anemia dalam kehamilan,
leukimia, penyakit hodgkin, hemostasis dan kelainan
pembekuan darah.
(4) Penakit saluran nafas misalnya influensa, bronkitis,
pneumonia,
asam
bronkiale,
TB
paru.
(kusmiyati,2009,h:82)
(5) Penyakit traktus digestivus misalnya ptialismus,
karies,
gingivitis,
pirosis,
hernia
diafragmatika
gastritis, ileus, valvulusta, hernia, appendiksitis,
kolitis, megakolon, tumor usus, hemorroid, dan lainlain.
(6) Penyakit hepar dan pankreas misalnya hepatitis,
ruptur hepar, sirosis hepatis, ikterus, atrofi hepar,
penyakit pankreas, dan lain-lain.
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
22
(7) Penyakit ginjal dan saluran kemih misalnya infeksi
saluran
kemih,
bakteriuria,
sistitis,
pielonefritis,
glomerulonefritis, sindroma nefrotik, batu ginjal, gagal
ginjal, tbc ginjal, dan lain-lan.
(8) Penyakit
endokrin
misalnya
diabetes
dalam
kehamilan, kalainan kelenjar gondok, dan anak ginjal,
kelainan hipofisis dan lain-lain.
(9) Penyakit saraf misalnya korea grafidarum, epilepsia,
perdarahan intrakranial, tumor otak, poliomielitis,
sklerosis multipleks, miastenia gravis, otosklerotis,
dan lain-lain.
(10) Penyakit menular misalnya IMS (penyakit akibat
hubungan seksual), AIDS, kondilomata akuminata,
thypus, kolera, tetanus, erisipeles, difteri, lepra,
TORCH, morbili, campak, parotitis, variola, malaria,
dan lain-lain (kusmiyati,2009,h:82).
b. Gizi
Status gizi merupakan hal yang penting diperhatikan pada
masa kehamilan, karena faktor gizi sangat berpengaruh terhadap
status kesehatan ibu selama hamil serta guna pertumbuhan dan
perkembangan janin. Huungan antara gizi ibu hamil dan
kesejahteraan
janin
merupakan
hal
yang
penting
untuk
diperhatikan. Keterbatasan gizi selama hamil sering berhubungan
dengan faktor ekonomi, pendidikan, sosial atau keadaan lain yang
meningkatkan kebutuhan gizi ibu seperti ibu hamil dengan
penyakit infeksi tertentu termasuk pula persiapan fisik untuk
persalinan.
Kebutuhan zat gizi pada ibu hamil secara garis besar
adalah sebagai berikut :
1) Asam folat
Menurut konsep evidence bahwa pemakaian asam folat
pada maa pre dan perikonsepsi menurunkan resiko kerusakan
otak, kelainan neural, spina bifida dan anensepalus, baik pada
ibu hamil yang normal maupun beresiko. Asam folat juga
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
23
berguna untuk membantu produksi sel darah merah, sintesis
DNA pada janin dan pertumbuhan plasenta.
2) Energi
Diit pada ibu hamil tidak hanya difokuskan pada tinggi
protein saja tetapi pada susunan gizi sembang energi dan
juga protein. Hal ini juga efektif untuk menurukan kejadian
BBLR dan kematian perinatal. Kebutuhan energi ibu hamil
adalah 285 kalori untuk proses tumbuh kembang janin dan
perubahan pada tubuh ibu.
3) Protein
Pembentukkan jaringan baru dari janin dan untuk tubuh ibu
dibutuhkan protein sebesar 910 gram dalam 6 bulan terakhir
kehamilan. Dibutuhkan tambahan 12 gram protein sehari
untuk ibu hamil. (kusmiyati,2009,h:82)
4) Zat besi (Fe)
Pemberian suplemen tablet tambah darah atau zat besi
secara rutin adalah untuk memangun cadangan besi, sintesa
sel darah merah, dan sintesa darah otot. Setiap tablet besi
mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 30 mg), minimal 90
tablet selama hamil. Dasar pemberian zat besi adalah adanya
perubahan volume darah atau hydraemia (peningkatan sel
darah merah 20-30% sedangkan peningkatan plasma darah
50%). Tablet besi sebaiknya tidak diminum bersama teh atau
kopi karena mengandung tanin atau pitat yang menghambat
penyerapan zat besi.
5) Kalsium
Untuk pembentukkan tulang dan gigi bayi. Kebutuhan
kalsium ibu hamil adalah sebesar 500 mg sehari.
6) Vitamin
Pemberian suplemen vitamin D terutama pada kelompok
beresiko penyakit seksual (IMS) dan dinegara dengan musim
dingin yang panjang.
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
24
7) Yodium
Pemberian yodium pada daerah dengan endemik kretinisme.
8) Zat lainnya
Tidak ada rekomendasi rutin untuk pemberian Zinc,
Magnesium, dan minyak ikan selama hamil.
c. Gaya hidup
1) Kebiasaan minum jamu.
Minum jamu merupakan salah satu kebiasaan yang
beresiko bagi wanita hamil karena efek minum jamu dapat
membahayakan tumbuh kembang janin seperti menimbulkan
kecacatan, abortus, BBLR partus prematurus, kelainan ginjal
dan jantung janin, asfiksia neonatorum, kematian janin dalam
kandungan dan malformasi organ janin.
2) Mitos, takhayul atau kepercayaan tertentu.
Perlu
dikaji
ada
beberapa
mitos
tertentu
yang
membahayakan kehamilan dan ada yangmendukung terhadap
pemeliharaan kesehatan selama hamil.
3) Aktivitas seksual
Nasehat atau pendidikan kesehatan yang berkaitan
dengan aktivitas seksual ibu selama hamil sangat jarang
diberikan
selama
antenatal
care.
Seringkali
pemberian
pendidikan kesehatan mengenai seksual selama hamil sangat
minim diberikan, bahkan kadang informasi diberikan secara
tidak jelas, implisit, dengan bahasa kias serta menimbulkan
salah pengertian. (kusmiyati,2009,h:83)
4) Pekerjaan atau aktifitas sehari-hari.
5) Exercise atau senam hamil
Gunanya
untuk
mempertahankan
dan
meningkatkan
kesehatan fisik ibu hamil, memperlancar peredaran darah,
mengurangi
keluhan
kram
atau
pegal-pegal,
dan
mempersiapkan pernafasan, aktifitas otot dan panggul untuk
menghadapi proses persalinan. (kusmiyati,2009,h.83)
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
25
6. Tanda Bahaya Kehamilan
a. Perdarahan
Perdarahan yang terjadi pada kehamilan muda atau usia
kehamilan
dibawah
20
minggu
umunya
disebabkan
oleh
keguguran, penyebab yang sama disertai ukuran pembesaran
uterus di atas normal pada umunya disebabkan oleh mola
hidatidosa. Sedangkan perdarahan kehamilan muda dengan uji
kehamilan yang tidak jelas , pembesaran uterus yang tidak sesuai
(lebih kecil) dari usia kehamilan, dan adanya adneksa biasanya
disebabkan oleh kehamilan ektopik. Perdarahan pada kehamilan
lanjut atau diatas 20 minggu pada umunya disebabkan oleh
plasenta previa, ditandai dengan warna kemerahan tanpa nyeri.
Sedangkan perdarahan yang keluar berwarna merah kecoklatan
atau kehitaman dan nyeri disebabkan oleh solusio plasenta.
b. Nyeri hebat didaerah abdominopelvikum
Nyeri haid terjadi pada kehamilan trimester kedua dan ketiga
dan
disertai
riwayat
dan
tanda-tanda
disertai
perdarahan
(revealed) maupun tersembunyi (concealed) maka diagnosisnya
mengarah pada solusio plasenta
c. Sakit kepala yang hebat dan menetap
Jika sakit kepala yang dirasakan sangat hebat dan menetap
atau tidak membaik dengan dibawa istirahat (pengobatan umum)
disertai dengan pandangan kabur dan tekanan darah diatas
normal pada usia kehamilan diatas 20 minggu maka diagnosisnya
mengarah ke pre eklamsi
d. Penglihatan atau pandangan kabur atau berkunang-kunang
Jika pandangan mata kabur disertai dengan sakit kepala yang
dirasakan sangat hebat dan menetap atau tidak membaik dengan
dibawa istirahat (pengobatan umum) dan tekanan darah diatas
normal pada usia kehamilan diatas 20 minggu maka diagnosisnya
mengarah ke pre eklamsi
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
26
e. Muntah yang berlebihan selama kehamilan
Muntah yang berlebihan terutama pada masa awal kehamilan
dan terjadi setiap saat sepanjang hari, atau lebih sering pada pagi
hari dan tidak hilang walau dibawa tidur atau istirahat, tampak
pucat, lemas, dan kehilangan nafsu makan, bahkan sampai
kehilangan kesadaran merupakan tanda dan gejala dari morning
sickness dan anemia.
f.
Menggigil atau demam
Mengalami peningkatan suhu tubuh (diatas 38˚C ) hingga
menggigil merupakan tanda dan gejala adanya infeksi
g. Keluar cairan dari vagina
Mengeluarkan cairan (ketuban bedakan dengan air kencing)
dari vagina merupakan tanda ketuban pecah dini
h. Uterus lebih besar atau lebih kecil dari usia kehamilannya
Jika didaptkan uterus teraba lebih besar atau lebih kecil
dibandingkan
dikarenakan
usia
kehamilan
kehamilan
ganda,
yang
semestinya
makrosomia,
kemungkin
hidramnion
/
oligohidramnion, kehamilan mola hidatidosa, kehamilan ektopik (
Sarwono Prawirohardjo, 2008).
7. Gejala dan tanda lain yang harus diwaspadai
Beberapa gejala dan tanda lain yang terkait dengan gangguan
serius selama kehamilan adalah : ( sarwono prawihardjo,2009,h:284)
a. Muntah berlebihan yang berlangsung selama kehamilan
b. Disuria
c. Menggigil atau demam
d. Ketuban pecah dini atau sebelum waktunya
e. Uterus lebih besar atau lebih kecil dari usia kehamilan yang
sesungguhnya
8. Komplikasi pada kehamilan.
a. Komplikasi kehamilan muda
1) Hiperemesis gravidarum
Faktor predisposisi penyebab hiperemesis gravidarum
yaitu faktor adaptasi dan hormonal (estrogen dan korionik
gonadotropin), faktor psikologis, dan faktor alergi (invasi
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
27
jaringan villi korialis). Gejala klinis yang ditimbulkan adalah
muntah
yang
dehidrasi.
mengganggu
Penanganannya
kehidupan
adalah
sehari-hari
pemberian
dan
cairan
pengganti dan pengobatan berupa sedatif ringan, antialergi,
antimual-muntah, dan vitamin.
2) Keguguran kandungan
Ancaman pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup diluar kandungan dalam batasan 20 minggu atau berat
janin kurang dari 500 gram. Penyebabnya antara lain faktor
genetik (kelainan koriotik embrio, fertilisasi abnormal, dan
mutasi gen), kelainan kongenital (kelainan bentuk uterus),
autoimun,
defek
fase
luteal,
infeksi,
hematologik
dan
lingkungan (paparan obat, zat kimia, dan radiasi). Macammacam abortus yaitu abortus iminens, abortus insipiens,
abortus kompletus, abortus inkompletus, missed abortion,
abortus habitualis, abortus infeksiosus dan septik, blinghted
ovum.
3) Kehamilan ektopik
Patofisiologi tersering karena sel telur yang sudah dibuahi
dalam
perjalanannya
menuju
endometrium
tersendat
sehingga embrio sudah berkembang sebelum mencapai
cavum uteri yang akibatnya tumbuh diluar rahim. Macammacam
antara
intraligementer,
lain,
dan
kehamilan
kehamilan
tuba,
heterotopik.
kehamilan
Penyebab
kehamilan ektopik yaitu peradangan atau infeksi, uterus
mengalami hipoplasia, adanya tumor, abnormalitas zigot, dan
faktor hormonal. Patofisiologinya yaitu hasil konsepsi mati dini
dan direabsorpsi, abortus dalam lumen tuba, ruptur dinding
tuba.
b. Komplikasi kehamilan trimester tiga
1) Persalinan prematuritas
Pesalinan yang berlangsung pada umur kehamilan 20-37
minggu
ini
disebabkan
akibat
proses
patogenik
yang
mengakibatkan kontraksi pada rahim dan perubahan serviks,
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
28
yaitu antara lain aktivitas aktif kelenjar hipotalamus-hipofisisadrenal akibat stress pada ibu dan janin, inflamasi desiduakoerioamniotik atau sistemik akibat infeksi, perdarahan
desidua, peregangan uterus patologik, dan kelainan uterus
atau
serviks.
Pengelolaan
persalinan
preterm
atau
prematuritas adalah mencari penyebabnya dan menilai
kesejahteraan janin. Jika resiko persalinan preterm tinggi
maka
dilakukan
menejemen
persalinan
preterm
dan
bergantung pada beberapa faktor yaitu keadaan selaput
katuban, pembukaan serviks, umur kehamilan, penyebab atau
komplikasi persalinan preterm, dan kemampuan neonatal
intersive care fasilities. Beberapa langkah untuk mencegah
morbiditas dan mortalitas pada neonatus preterm dengan
pemberian tokolisis, pematangan surfaktan paru janin dengan
kortikosteroid, bila perlu dilakukan pencegahan terhadap
infeksi.
2) Kehamilan ganda
3) Kehamilan dengan perdarahan
Perdarahan yang terjadi pada kehamilan muda biasanya
terjadi pada usia kehamilan sebelum 24 minggu. Perdarahan
tersebut bisa disebabkan oleh:
a) Implantation
bleeding.
Perdarahan
melekat pada endometrium,
saat
trophoblas
biasanya terjadi saat
implantasi 8 sampai 12 hari setelah fertilisasi.
b) Abortion. 15% terjadi pada abortus spontan sebelum usia
kehamilan 12 minggu dan sering terjadi pada primigravida
c) Hydatidiform molae. Akibat dari degenerasi chorionic vili
pada awal kehamilan. Embrio mati dan di reabsorbsi/
mola terjadi di dekat fetus.
d) Ectopic pregnancy. Ovum dan sperma yang berfertilisasi
kemudian berimplantasi diluar dari uteri cavity.
e) Cervical lesion. Lesi di cervik
f)
Vaginitis. Infeksi pada vagina (Sumarni, 2011; h.190).
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
29
4) Perdarahan plasenta previa
Penyebabnya yaitu vaskularisasi desidua yang tidak
memadai akibat radang atau atrofi, plasenta yang terlalu
besar pada kehamilan ganda atau eritoblastosis fetalis juga
disebutkan sebagai penyebab menutupinya sebagian atau
seluruh ostium uteri internum. Ciri yang menonjol pada
plasenta previa adalah perdarahan uterus yang keluar melalui
vagina tanpa rasa nyeri. Komplikasi yang bisa terjadi yaitu
anemia sampai syok, kelahiran dan gawat janin juga tidak
terhindarkan bahkan kematian maternal akibat perdarahan.
Penanganan pada plasenta previa yaitu jika keadaan berat
dan pasien mengalami hipovolemia seperti hipotensi atau
takikardia maka segera lakukan transfusi darah, pemeriksaan
ultrasonografi juga perlu dilakukan.
5) Perdarahan solusio plasenta
Penyebabnya belum diketahui pasti namun yang dapat
meningkat resiko yaitu usia ibu dan paritas, trauma tumpul
pada perut atau kecelakaan, kelainan pada rahim seperti
adanya mioma, penyakit ibu sendiri seperti tekanan darah
tinggi dan kelainan sistem pembekuan darah. Ciri yang
nampak jelas pada solusio plasenta adalah perdarahan pada
jalan lahir berwarna tua yang disertai nyeri perut dan uterus.
Komplikasi yang terjadi yaitu anemia, syok hipovolemik,
insufisiensi fungsi plasenta, gangguan pembekuan darah,
gagal
ginjal
prematuritas,
mendadak,
hingga
kematian
kematian
janin,
kelahiran
perinatal.
Biasanya
penanganannya langsung diakhiri dengan induksi atau
stimulasi pada kasus ringan, sedang pada kasus berat
langsung dilakukan bedah caesar bila terjadi gawat janin.
Penanganannya ekspektaktif yaitu pemberian tokolitik pada
ibu.
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
30
6) Kehamilan dengan ketuban pecah dini
Faktor resiko ketuban pecah dini yaitu berkurangnya asam
askorbit
sebagai
komponen
kolagen,
dan
kekurangan
tembaga dan asam askorbit yang berakibat perubahan
struktur abnormal antara lain merokok. Komplikasi yang timbul
adalah infeksi maternal neonatal, persalinan prematur,
hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, dan
meningkatnya insiden seksio sesarea. Penanganan ketuban
pecah dini antara lain konservatif dan aktif. Perawatan
konservatif yaitu pemberian antibiotik, observasi tanda-tanda
infeksi dan kesejahteraan janin, jika sudah inpartu maka beri
tokolitik atau lakukan induksi. Sedang perawatan aktif yaitu
induksi dengan oksitosin bila gagal lakukan seksio sesarea.
7) Kehamilan lewat waktu persalinan
Kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu atau lebih
ini
disebabkan
oleh
pengaruh
progesteron,
perubahan
endokrin ini memacu proses biomolekuler persalinan dan
meningkatkan
sensitivitas
uterus
terhadap
oksitosin.
Pengaruh dari persalinan posterm yaitu perubahan pada
plasenta, pengaruh pada janin yaitu berat janin dan sindroma
postmaturitas, gawat janin atau kematian perinatal, dan
pengaruh pada morbiditas dan mortalitas ibu. Pengelolaan
pada postmaturitas yaitu pengelolaan aktif yaitu induksi
setelah ditegakkan diagnosa, atau pengelolaan ekspektatif
atau menunggu.
8) Kehamilan dengan preeklamsia dan eklamsia
Merupakan keadaan dengan tekanan darah sistoloik dan
diastolik lebih dari 140/90 mmHg. Pengukuran tekanan darah
dilakukan sekurang-kurangnya 2 kali selang 4 jam. Kenaikan
tekanan darah sistolik lebih dari 30 mmHg dan kenaikan
diastolic lebih dari 15 mmHg (Prawirohardjo, 2009; h.535).
Perawatan preeklamsia yaitu perawatan aktif dan pasif.
Perawatan aktif berarti segera mengakhiri kehamilan atau
dideterminasi bersamaan dengan pemberian pengobatan
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
31
medikamentosa. Sedangkan perawatan konservatif yaitu
pemberian medikamentosa berupa loading dose.
9. Asuhan Antenatal
Asuhan antenatal adalah upaya prefentif program pelayanan
kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal
melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan.
Ada 6 alasan penting untuk mendapatkan asuhan antenatal, yaitu :
a. Membangun rasa saling percaya antara klien dengan petugas
kesehatan
b. Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayiyang
dikandungnya
c. Memperoleh
informasi
dasar
tentang
kesehatan
ibu
dan
kehamilannya
d. Mengidentifikasi dan menatalaksana kehamilan resiko tinggi
e. Memberikan
pendidikan
kesehatan
yang
diperlukan
dalam
menjaga kualitas kehamilan dan merawat bayi
f.
Menghindarkan gangguan kesehatan selama kehamilan yang
akan membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang
dikandungnya.
Tujuan dari asuhan antenatal, antara lain sebagai berikut:
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu
dan tumbuh kembang bayi.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan
social ibu dan bayi.
c. Menegenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi
yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit
secara umum, kebidanan dan pembedahan.
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan
selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan
pemberian asi eksklusif.
f.
Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima
kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
10. Jadwal kunjungan Asuhan Antenatal
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
32
Bila kehamilan termasuk resiko tinggi perhatian dan jadwal
kunjungan harus lebih ketat. Namun, bila kehamilan normal jadwal
asuhan cukup empat kali. Dalam bahasa program kesehatan ibu dan
anak, kunjungan antenatal ini diberi kode angka K yang merupakan
singkatan dari kunjungan. Pemeriksaan antenatal yang lengkap
adalah KI,K2,K3 Dan K4. Hal ini berarti minimal dilakukan sekali
kunjungan antenatal hingga usia kehamilan 28 minggu, sekali
kunjungan antenatal selama kehamilan 28-36 minggu dan sebanyak
dua kali kunjungan antenatal pada usia kehamilan diatas 36 minggu.
Selama melakukan kunjungan untuk asuhan antenatal, para ibu
hamil akan mendapatkan serangkaian pelayanan yang terkait dengan
upaya memastikan ada tidaknya kehamilan dan penelusuran berbagai
kemungkinan adanya penyulit atau gangguan kesehatan selama
kehamilan yang mungkin dapat mengganggu kualitas dan luaran
kehamilan. Identifikasi kehamilan diperoleh melalui pengenalan
perubahan anatomik dan fisiologik kehamilan seperti yang telah
diuraikan sebelumnya. Bila diperlukan, dapat dilakukan uji hormonal
kehamilan dengan menggunakan berbagai metode yang tersedia.
(sarwono prawihardjo,2009,hal:279)
Pelayanan atau asuhan antenatal ini hanya dapat diberikan oleh
tenaga kesehatan professional dan tidak dapat diberikan oleh dukun.
Penatalaksanaan ibu hamil secara keseluruhan meliputi komponenkomponen
sebagai
berikut
mengupayakan
kehamilan
sehat,
melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal
serta rujukan bila diperlukan, persiapan persalinan yang bersih dan
aman, perencanaan antisipasif dan persiapan dini untuk melakukan
rujukan jika terjadi komplikasi.
a. Asuhan kehamilan kunjungan awal (kunjungan I)
Kunjungan awal (16 minggu) harus seawal mungkin yang meliputi:
1) Anamnesis
2) Pemeriksaan fisik
3) Pemeriksaan laboratorium
4) Pemeriksaan
tambahan
lain
untuk
memperoleh
data
(parameter) dasar
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
33
5) Memberikan support psikis untuk menstabilkan emosi ibu
hamil
6) Memberikan penapisan komplikasi akibat kehamilan dan
pengobatannya
7) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatanya
b. Asuhan kehamilan kunjungan II
Asuhan yang diberikan pada kunjungan kedua (24-28 minggu)
Dan kunjungan III (32 minggu), kunjungan memiliki tujuan untuk:
1) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.
2) Penapisan preeklamsia, gemeli, infeksi alat reproduksi dan
saluran perkemihan, MAP.
3) Perencanaan persalinan
c. Asuhan kehamilan kunjungan ulang
Asuhan pada kunjungan merupakan setiap kunjungan antenatal
yang dilakukan setelah kunjungan pertama sampai memasuki
masa persalinan. Kunjungan ulang memiliki tujuan yaitu:
1) Mendeteksi komplikasi kehamilan dan pengobatannya
2) Penapisan preeklamsia, gemeli, infeksi alat reproduksi dan
saluran perkemihan, MAP
3) Mempersiapkan dan memantapkan persiapan kelahiran dan
kegawatdaruratan
4) Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi
5) Mengenali tanda-tanda persalinan
6) Pemeriksaan fisik umum.
(Sarwono, 2009; h.98)
11. Kebijakan program dalam ANC (ante natal care)
Standar pelayanan ANC meliputi 14T, sehingga ibu hamil
yang datang memperoleh pelayanan yang komprehensif dengan
harapan ANC dengan standar 14T dapat meningkatkan pelayanan
kehamilan dan menurunkan angka kematian ibu. (Sumarni, 2011;
h.19).
Langkah-langkah dalam memberikan pelayanan ANC diantaranya:
1) Timbang berat badan dan tinggi badan
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
34
Pengukuran tinggi badan dilakukan untuk mendeteksi
adanya resiko apabila pengukuran > 145 cm. Pengukuran
berat badan dilakukan untuk mengetahui kenaikan atau
penurunan berat badan. Kenaikan BB normal ibu hamil 6,8
sampai 16 kg. (Sumarni, 2011;h.20)
2) Tekanan darah
Pemeriksaan
tekanan
darah
sangat
penting
untuk
mengetahui standar normal, tinggi atau rendah. Tekanan
darah normal berkisar sistole/diastole 110/80 sampai 120/80
mmHg. (Sumarni, 2009; h.20)
3) Pengukuran TFU
Pengukuran
tinggi
fundus
uteri
dilakukan
untuk
mengetahui pertumbuhan janin dalam kandungan
4) Hubungan antara tinggi fundus uteri dan tuannya kehamilan
secara Mc Donald
(
Tinggu fundus uteri
Umur kehamilan dalam
S
Cm
Minggu
u
12 cm
12
m
16 cm
16
a
20 cm
20
(
24 cm
24
S
28 cm
28
(
32 cm
32
S
36 cm
36
40 cm
40
u
karni, 2009; h.20-21)
5) Pemberian tablet tambah darah
Tujuan pemberian tablet Fe yaitu untuk memenuhi
kebutuhan Fe pada ibu hamil dan nifas, karena pada masa
hamil kebutuhannya meningkat seiring dengan pertumbuhan
janin. Tanpa pemberian zat besi yang cukup ibu dapat
mengalami anemia dan dapat
menyebabkan kelahiran
premature, mudah sakit, bayi mengalami berat bdan lahir
rendah dan perdarahan pasca persalinan.
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
35
Cara pemberiannya yaitu satu tablet per hari sesudah
makan selama masa kehamilan dan nifas. Jika ibu dengan
kadar Hb kurang dari 8 gr% maka dosisnya 1-2 x 100 mg/hari
selama dua bulan sampai dengan melahirkan. (Sumarni,
2011; h.21)
6) Pemberian imunisasi tetanus toxoid
Pemberian TT bertujuan untuk melindungi janin dari
tetanus neonatorum. (Sumarni, 2011; h.21-22)
7) Pemeriksaan Hb
Pemeriksaan Hb dilakukan pada kunjungan ibu hamil yang
pertama dan menjelang persalinan yang bertujuan untuk
mendeteksi dini anemia pada ibu hamil. (Sumarni, 2011; h.22)
8) Pemeriksaan protein urin
Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui adanya protein
dalam urin ibu hamil yang mengarah ke pre eklamsi.
(Sumarni, 2011; h.23)
9) Pengambilan darah untuk pemeriksaan VDRL
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya
treponema pallidum atau penyakit menular seksual seperti
sifilis. (Sumarni, 2011; h.23)
10) Pemeriksaan urin reduksi
Dilakukan pemeriksaan urin reduksi hanya pada ibu
dengan indikasi penyakit gula/DM atau riwayat penyakit gula
pada keluarga. (Sumarni, 2011; h.23)
11) Perawatan payudara
Meliputi senam payudara, perawatan payudara, pijat tekan
payudara yang ditujukan pada ibu hamil. Perawatan payudara
dilakukan 2 kali sehari sebelum mandi dan dimulai pada
kehamilan 6 bulan. Senam payudara dan pijat tekan payudara
bertujuan untuk merangsang pembentukan air susu ibu.
(Sumarni, 2011; h.23-24)
12) Senam ibu hamil
Bermanfaat
untuk
membantu
ibu
hamil
dalam
mempersiapkan persalinan dan mempercepat pemulihan
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
36
setelah persalinan, mencegah sembelit dan membantu tidur
supaya lebih nyenyak. (Sumarni, 2011; h.24)
13) Pemberian obat malaria
Pemberian obat malaria diberikan khusus pada ibu hamil di
daerah endemic malaria, ibu hamil pendatang dari daerah
malaria, ibu hamil dengan gejala panas tinggi disertai
menggigil dan hasil darah yang positif. (Sumarni, 2011; h.25)
14) Pemberian kapsul minyak beryodium
Diberikan pada kasus gangguan kekurangan yodium
didaerah endemis. (Sukarni, 2011; h.25)
15) Temu wicara/konsling
Bertujuan untuk membantu ibu menerima kehamilannya
sebagai
upaya
preventif
terhadap
hal-hal
yang
tidak
diinginkan dan membantu ibu untuk menemukan kebutuhan
asuhan kehamilan, penolong persalinan yang bersih dan
aman atau tindakan klinik yang mungkin diperlukan. (Sumarni,
2011; h.26)
B. Persalinan
1. Definisi / Pengertian
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan
janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal
adalah proses mengeluarkan janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala tanpa komplikasi baik ibu maupun janin. (Icemi Sukarni
K.,dkk.2013). Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil
konsepsi (janin dan uri), yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim
melalui jalan lahir atau dengan jalan lain. (Rustam Mochtar.1998).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan
janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin
dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan
kehamilan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik ibu maupun pada janin (POGI,dkk.2009).
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
37
2. Fisiologi Persalinan Normal
Kehamilan secara umum ditandai dengan aktivitas otot polos
miometrium yang relatif tenang yang memungkinkan pertumbuhan
dan perkembangan janin intra uterin sampai dengan kehamilan aterm.
Menjelang persalinan, otot polos uterus mulai menunjukkan aktivitas
kontraksi secara terkoordinasi,
diselingi dengan suatu periode
relaksasi, dan mencapai puncaknya menjelang persalinan, serta
secara berngsur menghilang pada periode postpartum. Mekanisme
regulasi yang mengatur aktivitas kontraksi miometrium selama
kehamilan , persalinan, dan kelahiran, sampai saat ini masih beum
jelas. Proses fisiologi kehamilan pada manusia yang menimbulkan
inisiasi patus dan awitan persalinan belum diketahui secara pasti.
Sampai saat ini keberhasilan kehamilan bergantung pada aktivitas
progesteron untuk mempertahankan ketegangan uterus smpai
mendekati akhir kehamilan. Temuan besar kehamilan baik secara
alami, terinduksi secara bedah, atau farmakologis ternyata dapat
mendahului insiasi partus. Penurunan kadar progesteron di dalam
plasma ibu yang kadang-kadang terjadi mendadak biasanya dimulai
setelah mendekati 95 persen kehamilan. Di samping itu, percobaan
dengan memberikan progesteron pada akhir masa kehamilan dapat
memperlambat awitan persalinan. Namun pada kehamilan pelucutan
progesteron
tidak
mendahului
awitan
partus.
(Sarwono
Prawirohardjo,2008).
3. Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan
Faktor yang mempengaruhi persalinan adalah:
a. Power (tenaga yang mendorong anak)
Power atau tenaga yang mendorong anak adalah:
1) His adalah kontraksi otot-otot rahim dalam persalinan
a) His persalinan yang menyebabkan pendataran dan
pembukaan serviks
b) Terdiri dari: his pembukaan, his pengeluaran, dan his
pelepasan uri
c) His pendahuluan tidak berpengaruh pada pembukaan
serviks
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
38
2) Tenaga mengejan
a) Kontraksi otot otot dinding perut
b) Kepala didasar panggul merangsang mengejan
c) Paling efektif saat kontraksi / his
b. Passage / panggul
1) Bagian-bagian panggul
Tulang-tulang panggul terdiri atas 3 buah tulang yaitu os
coxcae(disebut juga tulang inominata) yang merupakan fusi
dari os illium, os ischium, dan os pubis, os sacrum, os
cossygis.
Secara fungsional panggul terdiri atas 2 bagian yang
disebut pelvis mayor (bagian yang terletak diatas linea
terminalis disebut juga false pelvis) dan pelvis minor (bagian
yang terletak dibawah linea terminalis disebut juga true pelvis).
Pelvis minor terdiri atas pintu atas panggul, pelvic cavity
(rongga panggul) dan pintu bawah panggul.
( Sarwono Prawirohardjo, 2008).
2) Bidang Hodge
Bidang hodge diepelajari untukmenentukan sejauh mana
bagian terendah janin terun dalam panggul dalam persalinan.
Bidang hodge antara lain:
a) Bidang Hodge I : bidang datar yang melalui bagian atas
simpisis dan promontorium. Bidang ini dibentuk pada
lingkaran pintu atas panggul.
b) Bidang Hodge II : bidang yang sejajar dengan bidang
hodge I terletak setinggi bagian bawah simpisis.
c) Bidang Hodge III : bidang yang sejajar hodge I dan II
terletak setinggi spina ischiadika kanan dan kiri.
d) Bidang Hodge IV : bidang yang sejajar dengan bidang
hodge I,II,III terletak setinggi os cossigys.
(Icemi Sukarni K.,dkk.2013)
c. Passager / fetus
Janin yang mempengaruhi jalannya kelahiran karena ukuran
dan presentasinya. Dari semua bagian janin, kepala janin
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
39
merupakan bagian yang paling kecil mendapatkan tekanan.
Kemampuan tulang kepala untuk molase satu sama lain
menyebabkan janin dapat memasuki jalan lahir asalkan janin tidak
terlalu besar dan kontraksi uterus cukup kuat (Derek Llewellyn dan
Jones.2001).
Hal yang mempengaruhi kemampuan untuk melewati jalan
lahir dari faktor passager adalah:
1) Presentasi janin dan bagian janin yang terletak pada bagian
depan jalan lahir, seperti : presentasi kepala (varteks, muka,
dahi), persentasi bokong (bokong murni / frank breech, bokok
kaki / complete breech, letak lutut atau letak kaki / incomplete
breech) dan presentasi bahu (letak lintang).
2) Sikap janin, merupakan hubungan bagian janin (kepala)
dengan bagian janin lainnya (badan), misalnya fleksi,
defleksi,dll.
3) Posisi janin, hubungan bagian / point penentu dan bagian
terndah janin dengan panggul ibu, dibagi dalam tiga unsur :
sisi panggul ibu (kiri,kanan, melintang), bagian terendah janin
(oksiput, sacrum, dagu, dan scapula), bagian panggul ibu
(depan dan belakang)
4) Bentuk / ukuran kepala janin menentukan kemampuan kepala
untuk melewati jalan lahir (Icemi Sukarni K.,dkk.2013).
4. Mekanisme Persalinan
Mekanisme persalinan terdiri dari beberapa gerakan janin :
a. Engagement
Mekanisme
ketika
diameter
bipariental
dan
diameter
transversal terbesar pada presentasi oksiput melewati apertura
pelvis superior disebut engagement.
1) Synklitismus, sutura sagitalis terletak tapat di garis tengah
antara
simpisis
dan
promontorium
dan
cenderung
berakomodasi dengan aksis transversal apertura pelvis
superior.
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
40
2) Asynklitismus
anterior,
sutura
sagitalis
mendekati
promontorium ossis sacri. Sebagian besar os parientalis
anterior yang teraba saat pemeriksaan dalam..
3) Asynklitismus
sympisis
posterior,
dan
sebagian
sutura
os
sagitalis
terletak
dekat
parientalis
superior
akan
terpresentasi.
b. Descent / dessensus
Penurunan kepala janin bergantung dengan aksitektur pelvis
dengan hubungan ukuran kepala dan ukuran pelvis sehingga
penurunan kepala berjalan lambat. Dessensus ditimbulkan oleh
beberapa kekuatan, yaitu: tekanan cairan amnion, tekanan
langsung dari fundus pada bokong saat kontraksi, tekanan
kebawah otot-otot abdomen maternal, dan ekstensi dan pelurusan
tubuh janin.
c. Flexion ( fleksi )
Kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala
berubah dari diameter oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi
diameter suboksipito-bregmantikus (belakang kepala). Dengan
ukuran diameter kepala yang lebih kecil sehingga membantu
penurunan kepala.
d. Internal rotation ( putar paksi dalam )
Gerakan ini terdiri dari perputaran kepala sedemikian rupa
sehingga sub oksiput secara bertahap bergerak kearah simpisis
pubis bagian anterior dari posisi awal atau yang lebih jarang ke
arah posterior menuju lengkung sacrum, sehingga membawa
kepala
melewati
distansia
interspinarum
dengan
diameter
biparientalis.
e. Extension ( ekstensi )
Kepala yang berada pada posisi fleksi maksimal mencapai
vulva dan mengalami ekstensi. Ekstensi terjadi akibat kekuatan
uterus ke arah posterior dan kekuatan daya resistensi dasar pelvis
dan simpisis ke arah anterior. Vektor resultan terarah pada
pembukaan
vulva
sehingga
menimbulkan ekstensi kepala.
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
41
Keadaan ini menyebabkan dasar oksiput berkontak langsung
dengan batas inferior simpisis pubis.
f.
External rotation ( putar paksi luar )
Restitusi kepala secara oblig diikuti penyesuaian rotasi
eksternal ke posisi transversal , gerakan ini sesuai dengan rotasi
janin dan membuat diameter bisokrominal berkorelasi dengan
diameter anteroposterior apertura pelvis inferior. Sehingga salah
satu bahu terletak anterior di belakang simpisis, dan bahu lain
terletak posterior. Gerakan ini timbul oleh faktor pelvis sama
dengan terjadinya rotasi kepala eksternal.
g. Expulsion
Segera setelah rotasi eksternal bahu anterior terlihat di bawah
simpisis pubis dan perineum terdistensi oleh bahu posterior.
Setelah pelahiran bahu bagian tubuh lainnya lahir dengan cepat.
(Williams Cunningham,dkk .2013).
5. Kala Persalinan
Asuhan persalinan normal yaitu asuhan yang bersih dan aman
dari setiap tahapan dalam persalinan dan upaya pencegahan
komplikasi terutama perdarahan pascapersalinan dan hipotermia
serta asfiksia bayi baru lahir. Tujuan asuhan persalinan normal adalah
menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan
yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan
lengkap tetapi dengan intervensi seminimal mungkin agar prinsip
keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang
diinginkan (optimal).
Tujuan
asuhan
persalinanialah
memberikan
asuhan
yang
memadai selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan
persalinan yang bersih dan aman, dengan memperhatikan aspek
saying ibu dan saying bayi. (Sarwono, 2009, h.101)
Persalinan aktif dibagi menjadi empat kala yang berbeda yaitu kala
I persalinan, kala II persalinan, kala III persalinan, dan kala IV
persalinan.
a. Persalinan kala I
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
42
Persalinan kala I dimulai ketika telah tercapai kontraksi uterus
dengan ferekuensi, intensitas, dan durasi yag cukup untuk
menghasilkan pendataran dan dilatasi serviks yang progresif. Kala
I selesai ketika serviks sudah membuka lengkap (sekitar 10 cm)
sehingga memungkinkan kepala janin lewat. Oleh karena itu kala I
persalinan disebut stadium pendataran dan dilatasi serviks.(
Sarwono Prawirohardjo, 2008).
Persalinan kala I dibagi dalam dua fase yaitu fase laten dan
fase aktif. Fase laten dimulai sejak awal kontraksi yang
menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahan,
yaitu pembukaan seviks kurang dari 4 cm, dan biasanya
berlangsung dibawah 8 jam. Fase aktif persalinan biasanya
frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat
(kontraksi dianggap adekuat atau memadai jika terjadi tiga kali
atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik
atau lebih), serviks membuka dari 4 sampai 10 cm, biasanya
pembukaan lengkap (10 cm), terjadi penurunan bagian terbawah
janin. Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu:
1) Fase akselerasi, terjadi pembukaan 3 sampai 4 cm dalam
waktu 2 jam.
2) Fase dilatasi maksimal, terjadi pembukaan berlansung cepat
dari 4 sampai 9 cm dalam waktu 2 jam.
3) Fase deselerasi, terjadi pembukaan yang lambat 9 cm sampai
lengkap dalam waktu 2 jam (Icemi Sukarni K.,dkk.2013).
Asuhan yang diberikan pada kala satu persalinan adalah
melakukan asuhan sayang ibu meliputi menghadirkan orang yang
dianggap penting oleh ibu seperti suami, keluarga pasien atau
teman dekat, mengatur aktivitas dan posisi ibu, membimbing ibu
untuk rileks sewaktu ada his, menjaga privasi ibu, penjelasan
tentang kemajuan persalinan, menjaga kebersihan diri, mengatasi
rasa panas, masase punggung atau pinggul, pemberian cukup
minum,
mempertahankan
kandung
kemih
tetap
kosong,
sentuhan. (Sarwono,2009,h.109)
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
43
Masalah yang timbul pada kala satu persalinan yaitu antara
lain, riwayat bedah sesar, perdarahan pervaginam selain lendir
darah, persalinan kurang bulan (kurang dari 37 minggu), ketuban
pecah disertai keluarnya mekonium dan disertai tanda-tanda
gawat janin, ketuban pecah lebih dari 24 jam atau ketuban pecah
pada kehamilan kurang bulan (kurang dari 37 minggu), tanda
gejala infeksi, tekanan darah tinggi, tinggi fundus uteri lebih dari
40 cm atau lebih, djj kurang dari 100 atau lebih dari 180 x/menit,
primipara dalam kala satu fase aktif dengan penurunan kepala
5/5, presentasi bukan belakang kepala, presentasi ganda atau
majemuk, tali pusat menumbung, tanda dan gejala syok, tanda
dan gejala fase laten berkepanjangan, tanda dan gejala belum
inpartu, dan tanda dan gejala partus lama.
b. Persalinan kala II
Persalinan kala dua dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm)
sampai bayi lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada
primi dan 1 jam pada multi (POGI,dkk.2009). Kala dua persalinan
dimulai ketika dilatasi serviks sudah lengkap dan berakhir ketika
janin sudah lahir. Kala dua persalinan disebut juga sebagai
stadium ekspulsi janin.
1) Tanda dan gejala dalam persalinan kala II antara lain:
a) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan
terjadinya kontraksi
b) Ibu
mersakan
ada
peningkatan
tekanan
pada
rektum/vagina
c) Perineum menonjol
d) Vulva vagina membuka
e) Meningkatnya
pengeluaran
lendir
darah
(Sarwono
Prawirohardjo, 2008).
2) Asuhan yang diberikan pada persalinan kala II antara lain:
a) Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu
b) Menjaga kebersihan diri
c) Mengipasi dan masase
d) Memberikan dukungan mental
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
44
e) Mengatur posisi ibu
f)
Menjaga kandung kemih tetap kosong
g) Memberikan cukup minum
h) Memimpin mengejan
i)
Bernafas selama persalinan
j)
Pemantauan denyut jantung janin
k) Melahirkan bayi
l)
Bayi dikeringkan dan dihangatkan dari kepala sampai
seluruh tubuh
m) Merangsang bayi dengan cara mengusap punggung atau
telapak kaki
n) Merangsang bayi untuk melakukan insiasi menyusui dini
dengan cara meletakkan bayi pada perut ibu. (Sarwono
Prawirohardjo, 2009,h.).
3) Menolong Persalinan
Petugas kesehatan harus mendukung ibu atas usahanya
untuk melahirkan bayinya. Yang dilakukan petugas dalam
menolong persalinan antara lain:
a) Persiapan persalinan
Persiapan persalinan meliputi, persiapan ruangan,
persiapan penolong persalinan, persiapan perlengkapan
persalinan, persiapan ruangan untuk kelahiran bayi,
persiapan ibu dan keluarga.
b) Mendiagnosa persalinan kala II
Berikut
tindakan
dalam
mendiagnosa
kala
II
persalinan, antara lain: cuci tangan, memakai sarung
tangan, memakai APD dan memastikan pembukaan
sudah lengkap dan adanya dorongan meneran
c) Pemantauan selama penatalaksanaan kala II
Pemantauan selama penatalaksanaan kala II adalah:
dengan memeriksa dan mencatat nadi, kontraksi, DJJ,
penurunan kepala janin perabdomen, periksa ketuban
sudah pecah atau belum, adakah presentasi majemuk,
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
45
putar paksi luar segera setelah kepala bayi lahir, adanya
kehamilan kembar yang belum terdeteksi.
d) Mencegah laserasi
Kelahiran kepala yang terkendali memungkinkan
vagina dan perineum mengadakan penyesuaian untuk
mengurangi robekan, tindakan episiotomi dilakukan jika
ada indikasi gawat janin, adanya penyulit persalinan,
jaringan parut pada perineum atau vagina yang dapat
menghambat persalinan.
e) Melahirkan kepala
Saat kepala crowning letakkan kain diatas perut ibu
dan di bawah bokong ibu (dilipat 1/3 bagian). Lindungi
perineum dengan satu tangan dan tangan lain mengatur
laju defleksi kepala bayi, saat kepala lahir, usap muka
dengan kasa atau kain bersih dan bersihkan mulut dan
hidung. Setelah kepala lahir anjurkan ibu berhenti
meneran, segera raba leher adakah lilitan tali pusat jika
ada longgarkan dan lepaskan atau potong tali pusat.
f)
Melahirkan bahu
Tunggu putar paksi luar, letakkan tangan secara
bipariental beritahu ibu untuk meneran saat ada kontraksi,
lakukan tarikan curam kebawah untuk melahirkan bahu
anterior, dan curam ke atas untuk melahirkan bahu
posterior.
g) Melahirkan tubuh bayi
Meletakkan tangan dibawah kepala bayi dan lakukan
sanggah susur dan pastikan tubuh bayi lahir lengkap,
keringkan bayi, dan klem tali pusat, ganti pembungkus
bayi dengan yang kering dan jangan lupa menutup kepal
bayi.
h) Memotong tali pusat
Penanganan
tali
pusat
dalam
kamar
bersalin
dilakukan secara asepsis untuk mencegah infeksi tali
pusat dan tetanus neonatorum. Penatalaksanaanya
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
46
antara lain cuci tangan dengan sabun dan air bersih
sebelum mengikat dan menotong talipusat. Tali pusat
diikat pada jarak 2-3 cm dari kulit bayi, dengan
menggunakan klem yang terbuat dari plastik atau
menggunakan tali yang bersih (lebih baik steril) yang
panjangnya cukup untuk membuat ikatan yang cukup
kuat. Kemudian tali pusat dipotong pada  1 cm di distal
tempat tali pusat diikat menggunakan instrumen yang
steril dan tajam. (Sarwono Prawirohardjo,2008).
i)
Inisiasi Menyusui Dini
Segera setelah bayi lahir bayi diletakkan di dada atau
di perut atas ibu selam paling sedikit satu jam untuk
memberi kesempatan pada bayi untuk mencari dan
menemukan puting ibunya.
Manfaat IMD bagi bayi adalah membantu stabilisasi
pernafasan, mengendalikan suhu tubuh bayi lebih baik
dibandingkan dengan inkubator, menjaga kolonisasi
kuman yang aman bagi bayi, dan mencegah infeksi
nosokomial. Kadar bilirubin bayi juga lebih cepat normal
karena pengeluaran mekonium lebih cepat sehingga
dapat menurunkan insiden ikterus pada bayi baru lahir.
Bagi ibu IMD dapat mengoptimalkan pengeluaran hormon
oksitosin,
prolaktin
dan
secara
psikologis
dapat
menguatkan ikatan batin antara ibu dan bayi (Sarwono
Prawirohardjo,2008).
c. Persalinan kala III (Kala Uri)
Kala tiga persalinan dimulai segera setelah janin lahir dan
berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban janin, yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit. (POGI,dkk.2009). Kala tiga
persalinan disebut juga sebagai stadium pemisahan dan ekspulsi
plasenta. (Sarwono Prawirohardjo.2009)
1) Tanda – tanda pelepasan plasenta
Dengan memperhatikan tanda tanda pelepasan plasenta
antara lain :
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
47
a) Uterus menjadi globuler dan lebih kaku.
b) Umunya sering keluar sejumlah darah yang banyak secara
tiba-tiba.
c) Uterus naik di dalam abdomen karena plasentanya saat
terlepas berjalan turun menuju segmen uterus bagian
bawah vagina. Disini massa besar tersebut mendorong
uterus ke arah atas (Williams Cunningham.2013)
d) Tali pusat menonjol lebih jauh keluar vagina, menunjukkan
plasenta telah berjalan turun.
2)
Management aktif kala III
Asuhan yang diberikan selama persalinan kala III adalah
dengan melaksanakan Management aktif kala III yang
dilakukan antara lain :
a) Jepit dan gunting tali pusat sedini mungkin
b) Memberikan oksitosin
c) Melakukan PTT ( peregangan talipusat terkendali)
d) Masase fundus uteri (POGI,dkk.2009).
3) Kebiasaan
yang
tidak
membawa
manfaat/
bahkan
membehayakan antara lain::
a) Mendorong uterus sebelum plasenta lahir
b) Mendorong fundus ke bawah mengarah ke vagina
c) Keteterisasi
d) Tarikan tali pusat terlalu kuat
e) Membiarkan
plasenta
tetap
berada
dalam
uterus
(POGI,dkk.2009).
d. Persalinan Kala IV
Persalinan kala IV dimulai sejak plasenta lahir sampai
dengan
2
jam
sesudahnya,
adapun
hal-hal
yang
perlu
diperhatikan adalah kontraksi uterus sampai uterus kembali
normal. Hal itu dapat dilakukan dengan melakukan rangsangan
taktil (masase) untuk merangsang uterus berkontraksi dengan
baik dan kuat.
Asuhan yang diberikan pada persalinan kala IV yaitu anara
lain, memantau fundus uteri dengan cara merasakan apakah
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
48
fundus
berkontraksi
kuat
dan
berada
dibawah
umbilicus,
memeriksa kelengkapan plasenta dan selaput ketuban serta
memastikan tidak ada bagian yang tersisa di uterus, memeriksa
luka robekan perineum dan vagina apakah membutuhkan jahitan,
memperkirakan pengeluaran darah, memeriksa lochea yang
keluar, memeriksa dan memastikan kandung kemih tetap kosong,
memantau kondisi ibu, mematau kondisi bayi baru lahir.
(Sumarah,dkk.2009).
6. Asuhan kebidanan pada persalinan
Asuhan Sayang Ibu
a. Panggil ibu sesuai dengan namanya, hargai dan jaga martabatnya
b. Jelaskan semua asuhan dan perawatan kepada ibu sebelum
memulai asuhan tersebut
c. Jelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya
d. Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau
khawatir
e. Dengarkan dan tanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu
f.
Berikan dukungaan, besarkan dan tentramkan hatinya serta
anggota-anggota keluarganya
g. Ajarkan suami dan anggota-anggota keluarga tentang bagaimana
mereka memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan
dan kelahiran bayinya
h. Laksanakan praktik-praktik pencegahan infeksi yang baik secara
konsisten
i.
Hargai privasi ibu
j.
Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan
dan kelahiran bayi
k. Anjurkan ibu untuk minum dan makan makanan ringan sepanjang
ibu menginginkannya
l.
Hargai dan perbolehkan praktik-praktik tradisional yang tidak
merugikan kesehatan ibu
m. Hindari tindakan berlebihan dan merugikan seperti episiotomi,
pencukuran dan klisma
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
49
n. Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya sesegera mungkin untuk
melakukan kontak kulit ibu dan bayi, IMD dan membangun
hubungan psikologis
o. Membantu memulai pemberian ASI dalam 1 jam pertama setelah
bayi lahir
p. Siapkan rencana rujukan (bila perlu)
q. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik dan
mencukupi semua bahan yang diperlukan siap untuk melakukan
resusitasi bayi baru lahir pada setiap kelahiran (Wiknjosastro.
2013; h.14)
7. Komplikasi dalam persalinan
Komplikasi yang terjadi pada masa persalinan meliputi :
a. Ketuban pecah dini (KPD)
Merupakan pecahnya selaput ketuban sebelum adanya tandatanda
persalinan.
Factor
predisposisi
yang
menimbulkan
terjadinya ketuban pecah dini yaitu adanya infeksi genetalia,
servik inkompeten, gemeli, hidramnion, kehamilan preterm, dan
disproporsi sefalo pelvik.
Apabila ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan lebih dari
36 minggu dan ada his maka pimpin meneran dan akselerasi bila
ada inersia uteri. Bila tidak ada his lakukan induksi persalinan.
(Sukarni, 2013; h.251-253)
b. Infeksi intrapartum
Merupakan infeksi yang terjadi dalam persalinan atau bisa
terjadi sebelum persalinan. Infeksi intrapartum biasanya terjadi
karena distosia bahu, pemeriksaan dalam lebih dari dua kali,
keadaan umum lemah, ketuban pecah dini, servisitis dan vaginitis.
Penatalaksanaan pada perdarahan intrapartum yaitu dengan
memberikan antibiotic sesuai penyebab. Dapat diberikan ampisilin
4x500 mg. persalinan diusahakan pervaginam.
(Sukarni, 2013; h.248-249)
c. Atonia uteri
Merupakan kegagalan uterus dalam berkontraksi dengan baik
setelah persalinan. Uteroplasenta selama kehamilan berkisar
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
50
antara 500-800 ml/menit, jika uterus tidak berkontraksi selama
beberapa menit maka akan menyebabkan kehilangan darah yang
banyak.
Atonia uteri dapat di atasi dengan melakukan massase dan
kompresi bimanual untuk menstimulasi kontraksi uterus yang akan
menghentikan perdarahan. (Sukarni, 2013; h.243-244)
d. Anemia
Merupakan salah satu kelainan darah yang umum terjadi
ketika kadar sel darah merah (eritrosit) dalam tubuh menjadi
rendah. Hal ini dapat menyebabkan masa lah kesehatankarena
sel darah merah yang mengandung hemoglobin tidak mampu
memehuhi kebutuhan dalam tubuh. (Proverawati, 2011;h.1-2)
Ibu yang menderita anemia tidak mampu mentoleransi
kehilangan darah pada saat persalinan karena itu bisa beakibat
fatal. Anemia juga bisa meningkatkan resiko penyembuhan luka
tidak segera. (Prawirohardjo, 2009; h.55)
Pengaruh anemia pada saat persalinan
Dapat menyebkan gangguan his (kekuatan mengejan), kala
pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar, kala
dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering
memerlukan tindakan operasi kebidanan, kala uri dapat siikuti
retensio sisa plasenta dan perdarahan postpartum karena atonia
uteri, kala empat dapat terjadi perdarahan postpartum sekunder
dan atonia uteri. (Manuaba, 2012; h.240)
C. Nifas
1. Definisi / Pengertian
Masa nifas (peurperium) dimulai setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil.
Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari.
Wanita yang melalui periode peurperium disebut peurpura (Eny Retna
Ambarwati,dkk.2010). Masa nifas adalah suatu periode dalam
minggu-minggu pertama setelah kelahiran. Lamanya periode ini tidak
pasti, sebagian besar menganggapnya antara 4 sampai 6 minggu
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
51
(Williams Cunningham. 2013). Masa nifas (peurperium) adalah masa
pulih kembali mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat
kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6
sampai
8
minggu
(Rustam
Mochtar.1998).
Masa
nifas
juga
merupakan masa wanita tersebut mengambil tanggung jawab pada
perawatan bayi yang masih sangat memerlukan perhatian dan
bergantung pada orang lain, dikonvensikan berlangsung selama
enam minggu dari sejak hari melahirkan. Selama waktu tersebut
perubahan fisiologik dan morfologik terjadi selama kehamilan kembali
ke keadaan tidak hamil (Derek Llewellyn dan Jones.2001)
2. Tahapan masa nifas
Nifas dibagi menjadi tiga tahap:
a. Peurperium Dini, kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri
dan berjalan-jalan. Dalam agam islam dianggap telah bersih dan
bekerja setelah 40 hari
b. Peurperium Intermedial, kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia
yang lamanya 6-8 minggu
c. Remote Peurperium, waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama organ reproduksi. Waktu yang diperlukan bisa
berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan. (Rustam Mochtar.
1998)
3. Tujuan Masa Nifas
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena
merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Di perkirakan 60%
kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50%
kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.
Masa neonates merupakan masa kritis bagi kehidupan bayi,2/3
kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60%
kematian BBL terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir. Dengan
pemantauan melekat dan asuhan pada ibu dan bayi pada masa nifas
dapat mencegah beberapa kematian bayi.
4. Perubahan fisiologis dan anatomis masa nifas
a. Perubahan pada sistem reproduksi
1. Vagina dan ostium vagina
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
52
Pada masa nifas vagina dan ostium membentuk saluran
berdinding halus dan lebar yang ukurannya berkurang secara
perlahan dan jarang bisa kembali seperti saat nulipara. Rugae
mulai muncul kembali pada minggu ketiga. Himen hanya
berupa potongan potongan kecil sisa jaringan.
2. Uterus
Terdapat peningkatan aliran darah masif, etas serviks
bagian luar yang berhubungan dengan ostium eksternum
biasanya mengalami laserasi, uterus mengalami involusi oleh
tekanan
miometrium
dibandingkan
dengan
sehingga
selama
uterus
hamil
tampak
yang
iskemik
hiperemesis
berwarna ungu-kemerahan.
b. Saluran kemih
Trauma kandung kemih sangat berhubungan dengan lamanya
persalinan. Selain itu juga mengalami inkontensia urin, yang
terjadi setelah beberapa hari pertama postpartum.
c. Peritoneum dan dinding abdomen
Ligamentum latum dan rotundum memerlukan waktu yang
cukup lama untuk pemulihan dari peregangan dan pelonggaran
yang terjadi selama kehamilan. Sebagai akibat dari ruptur serat
elestik pada kulit dan distensi lama pada uterus saat hamil.
d. Perubahan komposisi darah dan cairan
Volume darah kembali ke keadaan semula sebelum hamil,
curah jantung tetap naik, resistensi sistemik mengikuti secara
berlawanan, terjadi perubahan faktor pembekuan darah, dan
peningkatan fibrinogen darah.
e. Penurunan berat badan
Disamping mengalami kehilangan berat badan sekitar 5
sampai 6 kg karena pengeluaran bayi dan kehilangan darah
normal, biasanya terjdi penurunan lebih lanjut 2 sampai 3 kg
melalui diuresis.
f.
Perubahan Payudara
Secara anatomis kelenjar mammae yang matang atau
payudara terdiri dari 15 sampai 25 lobus. Yang setiap lobus
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
53
dipisahka oleh jaringan lunak. Volume asi meningkat karena
payudara
mulai
mensekresi
kolostrum
(Williams
Cunningham.2013)
5. Adaptasi psikologis ibu masa nifas
Adapatasi masa nifas dibagi dalam tiga tahapan, yaitu:
a. Fase taking in, berlansung dari hari pertama sampai hari kedua
setelah melahirkan. Fokus perhatian ibu pada dirinya sendiri dan
pengalaman
proses
persalinan.
Istirahat
diperlukan
agar
menghindari gejala kelelahan seperti mudah tersinggung dan
cenderung pasif terhadap lingkungan. Kondisi ibu perlu dipahami
dengan menjaga komunikasi yang baik, pemberian ekstra
makanan untuk proses pemulihan dimana nafsu makan ibu
meningkat.
b. Fase
taking
melahirkan.
hold,
Pada
berlangsung
fase
ini,
antara
ibu
3-10
merasa
hari
khawatir
setelah
akan
ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam merawat bayi.
Perasaannya sangat sensitif dan mudah tersinggung, sehingga
ibu memerlukan dukungan dan perhatian. Kesempatan ini baik
untuk menerima penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya
sehingga tumbuh rasa percaya diri.
c. Fase letting go, fase menerima tanggung jawab akan peran
barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah
menyesuaikan diri. Keinginan dalam merawat diri dan bayinya
meningkat pada fase ini (Eny Retna Ambarwati,dkk.2010)
6. Kebutuhan dasar masa nifas
Kebutuhan dasar yang diperlukan pada masa nifas antara lain:
a. Gizi
Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui
meningkat 25% karena berguna untuk proses kesembuhan
setelah melahirkan dan untuk meproduksi ASI yang cukup.
Menu makan yang seimbang yang harus dikonsumsi adalah porsi
cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak
mengandung alkohol, nikotin serta bahan pengawet dan pewarna.
Disamping
itu
harus
mengandung
:
sumber
tenaga
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
54
(energi/karbohidrat),
sumber
pembangun
(protein),
sumber
pengatur dan pelindung (mineral, vitamin, dan air).
b. Ambulansi Dini (Early Ambulation)
Early ambulation adalah kebijakan untuk selekas mungkin
membimbing klien keluar dari tempat tidurnya dan membimbing
selekas mungkin berjalan. Klien sudah diperbolehkan bangun dari
tempat tidur dalam 24-48 jam post partum.
c. Eliminasi
1) Miksi
Miksi disebut normal bila dapat buang air kecil spontan
setiap 3-4 jam. Ibu diusahakan dapat buang air kecil sendiri,
jika
tidak
bisa
dengan
tindakan:
dirangsang
dengan
mengalirkan air kran dekat klien dan mengompres air hangat
diatas simpisis, bila tidak berhasil baru dilakukan kateterisasi.
Namun kateterisasi dapat membuat tidak nyaman dan
meningkatkan resiko infeksi saluran kencing, sehingga
kateterisasi tidak dilakukan sebelum 6 jam postpartum.
Penggunaan dower kateter harus diganti setelah 48 jam.
2) Defekasi
Biasanya 2-3 hari postpartum masih sulit buang air besar.
Jika pada hari ketiga pasien belum dapat buang air besar
maka berikan laksan suppositoria dan minum air hangat. Agar
dapat buang air besar secara tetatur maka dilakukan diit
tertatur dan pemberian cairan yang banyaj, makanan cukup
serat dan olah raga.
d. Kebersihan Diri
1) Perawatan perineum
Setelah buang air besar atau kecil segera perineum
dibersihkan dengan cara dibersihkan dengan sabun yang
lembut minimal 1 kali sehari, membersihkan dari mulai
simpisis sampai anal, mengganti pembalut paling sedikit 4 kali
sehari.
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
55
2) Perawatan payudara
Perawatan
payudara
dilakukan
dengan
menjaga
kebersihan dan kekeringan payudara terutama puting susu,
gunakan BH yang menyokong payudara, apabila puting susu
lecet oleskan kolostrum atau asi yang keluar setiap selesai
menyusui dan menyusui tetap dilakukan dimulai dari puting
yang tidak lecet, apabila lecet berat dapat diistirahatkan
selama 24 jam, ASI
dikeluakan dan diminumkan dengan
menggunakan sendok, untuk menghilangkan nyeri dapat
diberikan paracetamol 1 tablet setiap 4-6 jam.
e. Istirahat
Anjurkan ibu selalu menyempatkan istirahat dikesibukannya
menjaga anak dan mengurus pekerjaan terutama tidur siang,
untuk memulihkan kondisi tubuhnya, kegiatan rumah tangga
dikerjakan
secara
perlahan-lahan.
Kurang
istirahat
akan
mempengaruhi ibu dalam beberapa hal antara lain, mengurangi
jumlah
ASI
yang
diproduksi,
memperbanyak
perdarahan,
menyebabkan depres dan ketidakmampuan merawat bayi dan
dirinya sendiri.
f.
Seksual
Apabila perdarahan telah berhenti dan luka episiotomi telah
kering maka coitus bisa dilakukan pada 3-4 minggu postpartum.
g. Latihan Senam Nifas
Latihan senam nifas diperlukan untuk mengaktifkan kembali
otot-otot dasar panggul, senam yang pertama paling aman untuk
dasar
panggul
adalah
senam
kegel
(Eny
Retna
Ambarwati,dkk.2010).
7. Kunjungan Masa Nifas
a. Kunjungan Awal 6-8 jam
Asuhan masa nifas meliputi :
1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
2) Pemantauan keadaan umum ibu
3) Mendeteksi dini dan merawat penyebab lain perdarahan,
lakukan rujukan bila perdarahan berlanjut
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
56
4) Memberikan konseling pada ibu atau keluarga tentang cara
mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
5) Melakukan hubungan antara bayi dan Ibu (Bounding
Attachement)
6) Pemberian asi awal dan ASI Ekslusif
7) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia
b. Kunjungan 6 Hari
Asuhan masa nifas meliputi :
1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus
berkontraksi, fundus dibawah umbilicus dan tidak ada tandatanda perdarahan abnormal
2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan
abnormal
3) Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup
4) Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi
5) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit
6) Memberikan konseling pada ibu tentang asuhan pada bayi
yaitu perawatan tali pusat, menjaga kehangatan bayi, dan
perawatan bayi sehari-hari.
c. Kunjungan 2 Minggu
Asuhan masa nifas meliputi :
1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus
berkontraksi, fundus dibawah umbilicus dan tidak ada tandatanda perdarahan abnormal
2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan
abnormal
3) Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup
4) Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi
5) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit
6) Memberikan konseling pada ibu tentang asuhan pada bayi
yaitu perawatan tali pusat, menjaga kehangatan bayi, dan
perawatan bayi sehari-hari.
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
57
d. Kunjungan 6 Minggu
Asuhan masa nifas meliputi :
1) Menanyakan pada ibu penyulit-penyulit yang ia alami
2) Memberikan konseling untuk KB secara dini, imunisasi,
senam nifas dan tanda-tanda bahaya yang dialami oleh ibu
dan bayi (Sarwono.2009; h.123)
8. Tujuan Perawatan Nifas
a. Tujuan Umum
Membantu ibu dan pasanganya selama masa nifas transisi
awal mengasuh
b. Tujuan Khusus
1) Menjaga
kesehatan
ibu
dan
bayi
baik
fisik
maupun
psikologinya
2) Melaksanakan
skrining
yang
komprehensif,
mendeteksi
masalah,mengobati/merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu
dan bayinya
3) Memberikan
pendidikankesehatan
tentang
perawatan
kesehatan diri, nutrisi, kb, pemberian imunisasi dan perwatan
bayi sehat
4) Memberikan pelayanan keluarga berencana
5) Peran dan Tanggung jawab Bidan
9. Komplikasi dan penyakit pada masa nifas
a. Infeksi pada masa nifas
1) Definisi
Infeksi pada masa nifas mencakup semua peradangan
yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman kedalam alatalat genital pada waktu persalinan dan nifas, infeksi dapat
be upa kenaikan suhu tubuh sampai 38 c atau lebih selama 2
hari pertama. ( yulianti ,2010,h:336)
2) Fisiologi
Umumnya disebabkan bakteri yang dalam keadaan normal
berada dalam usus dan jalan lahir. Selain itu infeksi nifasdapat
juga disebabkan antara lain oleh bakteri streptoccocus
haemolyticus aerobicus, staphilococus aureus, eschericia coli,
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
58
dan clostridium welchi. Infeksi dapat terjadi pula melalui
tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan
yang membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina
kedalam uterus.
b. Abdominalis yang dapat menyertai kala nifas (manuaba,2010,
h:419)
1) Subinvolusi uteri
Segera setelah persalinan, berat rahim sekitar 1000 gram
dan selanjutnya mengalami kontraksi, sehingga otot rahim
menjadi kecil ke bentuknya semula. Pada beberapa keadaan,
terjadinya proses involusi rahim tidak berjalan sebagaimana
mestinya,
sehingga
proses
pengecilannya
terhambat.
Penyebab involusi uteri adalah inveksi endometrium, terdapat
sisa plasenta dan selaputnya, terdapat pembekuan darah atau
mioma uteri.
2) Perdarahan kala nifas sekunder
Perdarahan kala nifas sekunder yaitu perdarahan yang
terjadi setelah 24 jam pertama. Penyebab utama perdarahan
kala nifas adalah terdapatnya sisa plasenta atau selaput
ketuban, infeksi pada endometrium, dan sebagian kecil terjadi
dalam bentuk mioma uteri bersamaan dengan kehamilan dan
inversio uteri.
3) Flegmasia alba dolens
Flegmasia alba dolens merupakan salah satu bentuk
infeksi puerperalis yang mengenai pembuluh darah vena
femoralis. Vena vemoralis yang terinfeksi dan disertai
pembentukkan trombosis dapat menimbulkan gejala klinis
seperti : terjadi pembengkakan pada tungkai, vena tampak
berwarna putih, terasa sangat nyeri, tampak bendungan
pembuluh darah, suhu tubuh dapat meningkat.
4) Bendungan ASI
Bendungan ASI terjadi karena sumbatan pada saluran ASI,
tidak dikosongkan seluruhnya. Keluhan yang muncul adalah
mamae bengkak, keras dan terasa panas sampai suhu badan
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
59
meningkat. Penanganannya dengan mengosongkan ASI
dengan masase atau pompa.
10. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas
Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas adalah :
a. Mendeteksi komplikaasi dan perlunya rujukan
b. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara
mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga
gizi yang baik serta mempraktekan kebersihan yang aman
c. Memfasilitasi hubungan dan ikatan batin antara ibu dan bayi
d. Memulai dan mendorong pemberian ASI (Ambarwati.2008;h. 3)
D. Neonatus / BBL
1. Definisi / Pengertian
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat pada usia
kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu dengan berat
badan 2500 sampai 4000 gram, nilai APGAR > 7 dan tanpa cacat
bawaan. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia
kehamilan 37 – 42 minggu dengan berat lahir antara 2500 – 4000
gram (Jenny J, 2013, h.150). Neonatus adalah bayi yang baru
mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari
kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin. (Ai Yeyeh Rukiyah,
dkk. 2013)
2. Tanda – tanda bayi baru lahir normal
Bayi baru lahir dikatakan normal jika mempunyai beberapa tanda
antara lain:
a. Appearence color (warna kulit), seluruh tubuh terlihat kemerahan
b. Pulse (heart rate) atau frekuensi jantung > 100x/menit
c. Grimace (reaksi terhadap rangsangan) , menangis batuk dan
bersin
d. Aktivity (tonus otot), gerakan tonus otot aktif
e. Respiration (usaha nafas), bayi menangis kuat (Ai Yeyeh Rukiyah,
dkk. 2013).
3. Penilaian tanda-tanda kegawatan pada bayi
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
60
Bayi baru lahir dikatakan sakit apabila mempunyai salah satu
tanda atau beberapa tanda antara lain: sesak nafas, frekuensi
pernafasan 60x/menit, gerak retraksi dinding dada, malas minum,
panas atau suhu badan bayi rendah, kurang aktif, berat lahir rendah
(500-2500 gram) dengan kesulitan minum (POGI,dkk.2009).
Sedangkan menurut Prawirohardjo, tanda bayi mengalami sakit berat,
apabila terdapat salah satu tanda seperti : sulit minum, sianosis
sentral (lidah biru), perut kembung, periode apneu, kejang/periode
kejang-kejang kecil, merintih, perdarahan, sangat kuning, berat badan
lahir < 1500 gram.
Sebelum menangani bayi baru lahir, pastikan penolong telah
melakukan upaya pencegahan infeksi seperti berikut:
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah bersentuhan dengan bayi
b. Pakai sarung tangan bersih saat menangani bayi yang belum
dimandikan
c. Semua peralatan dan perlengkapan yang akan digunakan telah di
DTT atau steril. Khusus untuk bola karet penghisap lendir jangan
dipakai untuk lebih dari satu bayi
d. Handuk, pakaian dan kain yang akan digunakan dalam keadaan
bersih
(demikian
juga
dengan
timbangan,
pita
pengukur,
termometer, stetoskop, dll)
e. Dekontaminasi dan cuci semua peralatan setelah digunakan
(Sarwono Prawirohardjo,2008)
4. Asuhan bayi baru lahir Essensial
a. Persalinan bersih dan aman
b. Memulai inisiasi pernafasan spontan
c. Stabilisasi temperature tubuh bayi/menjaga agar bayi tetap hangat
d. ASI dini dan ekslusif
e. Pemberian imunisasi
5. Prinsip asuhan bayi baru lahir normal
a. Cegah kehilangan panas berlebihan
b. Bebaskan jalan nafas
c. Rangsangan taktil
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
61
d. Laktasi dimulai dalam waktu 30 menit pertama (Sukarni.2013;
h.234-235)
6. Pemantauan bayi baru lahir
Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktivasi
bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru
lahir memerlukan perhatian kelaurga dan penolong persalinan serta
tindak lanjut petugas kesehatan. Pematauan dua jam pertama
sesudah lahir, yang perlu dinilai meliputi, kemampuan menghisap kuat
atau lemah, bayi nampak aktif atau lunglai, bayi kemerahan atau
kebiruan. Pemantauan sebelum penolong persalinan meninggalkan
ibu dan bayinya yaitu berupa pemeriksaan dan penilaian terhadap
ada tidaknya masala kesehatan yang memerlukan tindak lanjut
seperti, kurang bulan atau bayi kecil, gangguan pernafasan,
hipotermia, infeksi, cacat bawaan dan trauma lahir.
7. Mekanisme kehilangan panas
Bayi dapat kehilangan panas melalui empat cara yaitu:
a. Konduksi, kehilangan panas melalui benda-benda padat yang
berkontak dengan kulit bayi
b. Konveksi, kehilangan panas yang disebabkan pendinginan melalui
aliran udara disekitar bayi
c. Evaporasi, kehilangan panas melalui penguapan air pada kulit
bayi yang basah
Radiasi, kehilangan panas melalui benda padat dekat bayi yang
tidak berkontak secara langsung dengan kulit bayi (Sarwono
Prawirohardjo,2008)
8. Mencegahan kehilangan panas
Cara mencegah kehilangan panas pada bayi dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
a. Mengeringkan bayi segera setelah lahir dengan menggunakan
handuk atau kain
b. Menyelimuti bayi dengan kain bersih dan hangat
c. Menyelimuti kepala bayi agar tidak mengalami kehilangan panas
d. Memeluk selama menyusui bayinya
e. Menempatkan bayi dilingkungan yang hangat
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
62
f.
Tidak melakukan penimbangan dan memandikan bayi segera
setelah lahir (Ai Yeyeh Rukiyah, dkk. 2013)
9. Perawatan Tali Pusat
Perawatan tali pusat yang benar dan lepasnya tali pusat dalam
minggu pertama secara bermakna mengurangi insiden infeksi pada
neonatus. Yang terpenting dalam perawatan tali pusat ialah menjaga
agar tali pusat tetap kering dan bersih. Cuci tangan dengan sabun
dan air bersih sebelum merawat tali pusat. Bersihkan dengan lembut
kulit disekitar tali pusat dengan kapas basah kemudian bungkus
dengan longgar atau tidak terlalu rapat dengan kasa bersih atau steril.
Popok atau celana diikat dibawah tali pusat, tidak menutupi tali pusat
untuk menghindari kontak dengan feses dan urin. (Sarwono
Prawirohardjo,2008).
10. Pemberian Profilaksis Infeksi Mata
a. Infeksi Gonokokus
Salah satu penyebab kebutaan paa neonatus adalah neisseria
gonorhoeae. Dengan penggunaan salep mata eritromisin 0,5
persen atau salep mata tetrasiklin1 persen segera setelah
dilahirkan.
Pengobatan
pada
dugaan
oftalmia
gonokokus
konjungtivitis pada neonatus pada seorang ibu dengan gonore
yang tidak diobati yaitu dengan pemberian seftriakson 25-50
mg/kg, baik intramuskular atau intravena tidak melebihi 125 mg.
b. Infeksi Klamidia
Profilaksis pada penanganan klamidia berbeda dengan infeksi
gonokokus.
Penanganan
klamidia,
menurut
penelitian
menunjukkan bahwa larutan povidon iodin 2,5 persen lebih unggul
dari larutan nitrat 1 persen atau salep erithromicyn 0,5 persen
dalam mencegah konjungtivitis klamidia. (Williams Cunningham.
2013).
11. Imunisasi hepatitis B
Imunisasi rutin pada semua bayi baru lahir terhadap hepatitis B
yaitu menganjurkan vaksin bebas thimerosal, yang tidak terbukti
meningkatkan jumlah episode demam, evaluasi sepsis, atau gejala
sisa
neurologis
yang
merugikan
(Williams
Cunningham.2013).
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
63
Pemberian imunisasi yang dapat diberikan pada bayi baru lahir
adalah imunisasi Hepatitis B. Pemberian imunisasi hepatitis B dapat
diberikan sebanyak 3 kali pada usia 0 bulan (segera setelah lahir),
usia satu bulan, usia 6 bulan, atau pemberian regimen kombinasi
sebanyak 4 kali yaitu pada usia 0 bulan, usia 2 bulan (DPT+Hep B),
usia 3 bulan, dan usia 4 bulan (Ai Yeyeh Rukiyah, dkk. 2013).
12. Vitamin K
Suntikan ini diberikan untuk mencegah penyakit hemoragik akibat
defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir. Pemberian dosis tunggal
vitamin K 0,5 sampai 1 mg intramuskular dalam waktu 1 jam setelah
lahir. (Williams Cunningham.2013).
13. Perawatan bayi 2 minggu pertama
Perawatan yang dilakukan adalah menjaga kebersihan bayi (buang
air besar dan kecil harus dijaga kebersihannya dengan selalu
mengganti popok, tempat tidur dan pakaian bayi harus dibersihkan
dan dijaga kehangatannya), menyusukan bayi setelah 12 jam
pertama, memberikan informasi cara memandikan bayi dan merawat
tali pusat.
14. Tanda bahaya BBL
a. Termoregulasi
Bayi baru lahir mudah stress karena perubahan suhu
lingkungan. Bidan harus meminimalkan kehilngan panas pada bayi
baru lahir yang masih basah. Faktor-faktor yang mempercepat
kehilangan panas pada bayi baru lahir :
1) Daerah permukaan tubuh bayi yang luas
2) Tingkat insulasi lemak subkutan berbeda-beda
3) Derajat fleksi otot
b. Hipotermia
Gejala hipotermia mungkin samar-samar, termasuk takipnea
dan takikardi. Bayi baru lahir yang mengalami hipotermia harus di
evaluasi untuk mengetahui terjadinya hipoglikemia dan hipoksia.
Butuh waktu beberapa janin untuk menghangatkannya kembali.
Proses menghangatkan bayi secara cepat dapat menimbulkan
apnea (Kriebs,2010; hal : 464).
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
64
c. Asfiksia
1) Pengertian
Afiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi baru lahir
tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur segera
setelah lahir. Keadaan ini biasanya disertai dengan keadaan
hipoksia janin pada kehamilan.
Afiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak
dilakukan secara sempurna, sehingga tindakan perawatan
dilaksanakan untuk mempertahankan kelangsungan hidup
dan mengatasi gejala lanjut yang mungkin timbul.
2) Penyebab
Adanya gangguan pertukaran gas atau pengangkutan
oksigen dari ibu ke janin, pada masa kehamilan, persalinan
atau segera setelah lahir.
3) Gejala dan tanda
a) Pernafasan cuping hidung
b) Pernafasan cepat
c) Nadi cepat
d) Sianosis
(Fauziyah A, 2013; h. 65)
E. Keluarga Berencana / Kontrasepsi
1. Definisi / Pengertian
Kont asepsi be asal da i kata “kont a”, a tinya melawan dan
“konsepsi”, a tinya pembuahan. Jadi, kont asepsi me upakan upaya
mencegah bertemunya sperma dan ovum, sehingga tidak terjadi
pembuahan yang mengakibatkan kehamilan. (Koes Irianto.2012).
Kontrasepsi merupakan suatu cara untuk mencegah terbuahinya sel
telur oleh sel sperma (konsepsi) atau suatu upaya pencegahan sel
telur yang telah dibuahi tidak dapat menempel pada dinding rahim
(nidasi). (Nina Siti Mulyani,dkk.2013)
2. Metode Kontrasepsi
Metode kontrasepsi digolongkan dalam dua jenis yaitu metode
kontrasepsi sederhana dan metode kontrasepsi modern. Metode
kontrasepsi sederhana terdiri dari metode sederhana tanpa alat dan
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
65
metode sederhana dengan alat. Metode sederhana tanpa alat
diantaranya KB alamiah (yang terdiri dari metode kalendera/pantang
berkala, metode suhu basal tubuh, metode lendir serviks, metode
simpto-terma) dan coitus interuptus. Sedangkan metode sederhana
dengan alat diantaranya adalah metode barier atau mekanis (kondom
dan barier intra vaginal) dan kimiawi (spermisida). Metode kontrasepsi
modern terdiri dari kontrasepsi hormonal (pil, suntik, dan implant),
intra uterin devices/ AKDR, dan kontrasepsi mantap MOW dan MOP.
(Hanafi Hartanto.2004)
3. Asuhan keluarga berencana
4. Kontrasepsi Pasca Persalinan
Kontrasepsi Pasca Persalinan merupakan inisiasi pemakaian
metode kontrasepsi dalam waktu 6 minggu pertama pascapersalinan
untuk
mencegah terjadinya
kehamilan
yang
tidak
diinginkan,
khususnya pada 1-2 tahun pertama pasca persalinan. Selain Metode
Laktasi ada beberapa metode yang bisa digunakan yaitu:
a. Kontrasepsi Non Hormonal
Kontrasepsi non hormonal yang dapat digunakan meliputi: metode
laktasi amenorrhea (LAM / Lactational Amenorrhea Method),
kondom, spermisida, diafragma, Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
atau IUD, pantang berkala, dan kontrasepsi mantap (tubektomi
atau vasektomi).
b. Kontasepsi Hormonal
Kontrasepsi hormonal yang dapat digunakan yaitu : suntik
progestin, mini pil, dan AKDR. Pemakaian kontrasepsi hormonal
yang berisi kombinasi estrogen dan progesteron harus ditunda 3
minggu setelah persalinan untuk mencegah terjadinya risiko
gangguan pembekuan darah.
5. Kontrasepsi Darurat
a. Pengertian Kontrasepsi Darurat
Kontrasepsi darurat adalah kontrasepsi yang dipakai setelah
senggama oleh wanita yang tidak hamil untuk mencegah
kehamilan yang tidak diinginkan (Nina Siti Mulyani,dkk.2013).
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
66
b. Macam-Macam Kontrasepsi Darurat
1) Kombinasi Estrogen-Progestin
Metode ini dikenal sebagai metode Yuzpe. Minimal 100 μg
ethinyl estradiol dan 0,5 mg levonogestrol. Produk yang
mengandung estrogen dan progesteron yang resmi disetujui
oleh FDA untuk kontrasepsi darurat adalah preven emergency
contrasepstive kit, yang lebih cepat diberikan setelah
melakukan hubungan seksual yang tidak terproteksi. Dosis
pertama idealnya diberikan dalam 72 jam setelah melakukan
hubungan. Dosis kedua diberikan 12 jam kemudian setelah
dosis pertama. Mual dan muntah merupakan masalah yang
berhubungan dengan kadar estrogen tinggi. Oleh karena itu
antiemetik oral (meclizine 50 mg atau metoclopramide 10 mg)
dapat diberikan 1 jam sebelumnya, untuk mengurangi mual.
2) Sediaan Progestin
Produk progestin tersedia dalam dua tablet, masingmasing mengandung 0,75 mg levonogestrel. Dosis pertama
diberikan dalam 72 jam setelah coitus. Dosis kedua diberikan
12 jam kemudian.
3) Alat kontrasepsi dalam rahim/ AKDR
AKDR dipilih sebagai kontrasepsi darurat yang digunakan
post coitus. Namun bila dipasang sampai 5 hari setelah
hubungan seksual yang tidak terproteksi, kemungkinan
kegagalannya mencapai 1 persen.
4) Mefipristone
Obat ini bergantung pada efek antiprogesteronnya dalam
menunda dan menghambat ovulasi sebagai cara kontrasepsi
pascacoitus. Dosis tunggal diberikan 10 mg. Namun obat ini
tidak lagi dipergunakan sebagai kontrasepsi darurat, karena
mahal dan tidak dibuat dan dipasarkan sesuai dosis yang
tepat (Williams Cunningham.2013)
c. Efek Samping
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
67
Efek samping dari kontrasepsi darurat antara lain : mual
muntah
perdarahan
pervaginam
yang
tidak
teratur
(BKKBN.2004).
6. Metode Amenore Laktasi (MAL)
a. Pengertian
Metode amenore laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang
mengandalkan pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif,
artinya ASI hanya diberikan kepada bayinya tanpa makanan atau
minuman tambahan hingga usia 6 bulan (BKKBN.2004)
b. Cara kerja
Cara kerja atau mekanisme metode kontasepsi amenore
laktasi yaitu penundaan atau penekanan ovulasi (BKKBN.2004).
c. Keuntungan kontrasepsi
1) Keuntungannya
antara
lain:
efektifitas
tinggi
(
tingkat
keberhasilan 98% pada enam bula pasca persalinan ), tidak
mengganggu saat berhubungan seksual, segera efektif bila
digunakan secara benar, tidak ada efek samping secara
sistemik, tidak perlu pengawasan medis, tidak perlu obat atau
alat, tanpa biaya (Nina Siti Mulyani,dkk.2013).
2) Keuntungan non kontrasepsi
a. Untuk bayi
1. Mendapat kekebalan pasif (mendapatkan antibodi
perlindungan lewat ASI).
2. Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk
tumbuh kembang bayi yang optimal.
3. Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi air,
susu lain atau formula, atau alat minum yang dipakai.
b. Untuk ibu
1. Mengurangi perdarahan pascapersalinan
2. Mengurangi risiko anemia
3. Meningkatkan hubungan psikologik ibu dan bayi
(BKKBN.2004).
d. Kelemahan kontrasepsi
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
68
Kelemahan metode MAL, antara lain: perlu persiapan dan
perawatan sejak awal kehamialan agar segera menyusui dalam
30 menit pascapersalinan, sulit dilaksanakan karena kondisi
sosial, efektivitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau
sampai dengan 6 bulan, tidak melindungi terhadap IMS termasuk
HIV/AIDS dan virus Hepatitis B/HBV (Ratna Hidayati.2011).
7. Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)
a. Metode Kalender / Pantang Berkala
Metode KB alamiah dengan tidak melakukan senggama atau
hubungan seksual pada masa subur atau ovulasi. Penelitian
menunjukkan ovulasi dapat terjadi antara 12 atau 16 hari sebelum
menstruasi berikutnya (sistem Ogino-Knaus). Masa subur wanita
dapat dihitung dengan melakukan perhitungan minggu subur,
yaitu dengan siklus normal (26-30 hari), masa subur dihitung
dengan menstruasi hari pertama ditambah 12 yang merupakan
hari pertama minggu subur, akhir minggu subur adalah hari
pertama menstruasi ditambah 19. Puncak minggu subur adalah
hari pertama menstruasi ditambah 14 (Ida Ayu Chandranita
Manuaba,dkk.2010)
b. Metode Suhu Basal
Metode suhu basal adalah metode yang berdasarkan
kenaikan suhu tubuh setelah ovulasi sampai sehari sebelum
mentruasi berikutnya. Setiap pagi setelah bangun tidur sebelum
mengerjakan pekerjaan apapun lakukan pencatatan suhu badan
basal. Syaratnya tidur malam paling sedikit 5 sampai 6 jam hari
secara berturut-tu ut. Suhu endah (36,4˚C -36,7˚C) , kemudian 3
hari berturut-tu ut suhu lebih tinggi (36,9˚C - 37,5˚C) Pada saat
itulah terjadi masa subur atau ovulasi pada seorang wanita
(Sujiatini,dkk.2011).
c. Lendir Serviks
Lendir serviks merupakan salah satu bagian dari metode
keluarga berencana alamiah (KBA) yaitu salah satu cara dalam
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
69
upaya pencegahan kehamilan, melalui pengamatan tanda tanda
dan gejala gejala alamiah berupa lendir serviks yang timbul pada
fase fertil dan infertil dari siklus menstruasi, dengan menghindari
senggama selama fase fertil atau subur (Koes Irianto.2012)
d. Metode Senggama Terputus
Metode
keluarga
berencana
alamiah,
dimana
pria
mengeluarkan alat kelamin (penis) dari vagina sebelum mencapai
ejakulasi. Ejakulasi diluar vagina untuk mengurangi kemungkinan
air mani (sperma) mencapai uterus sehingga tidak terjadi
pertemuan sperma dan ovum (mencegah kehamilan) (Nina Siti
Mulyani,dkk.2013).
8. Metode Barier
Metode
kontrasepsi
penghalang
(barier)
untuk
mencegah
masuknya spermatozoa ke dalam traktus genialia interna wanita dan
immobilisasi atau mematikan spermatozoa oleh spermisidanya
(Hanafi Hartanto.2004)
a. Kondom
1) Pengertian
Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang
dipasang pada penis untuk menampung sperma ketika
seseorang pria mencapai ejakulasi. Kondom terbuat dari karet
sintetis
yang
tipis,
berbentuk
silinder
yang
muaranya
berpinggir tebal yang digulung berbentuk rata dengan
ketebalan 0,02 mm. Kondom untuk pria sudah lazim dikenal,
meskipun kondom wanita sudah ada namun belum populer
seperti kondom laki-laki. Berikut adalah jenis jenis kondom
yang beredar di pasaran: kondom dengan aroma dan rasa,
kondom berulir (ribbed condom), kondom ekstra tipis (extra
thin), kondom bintik (dotted condom), kondom getar, dan
kondom wanita. (Nina Siti Mulyani,dkk.2013).
2) Cara kerja
Cara kerja kondom adalah menampung spermatozoa
masuk kedalam kanalis serviks. Konsep kerja kondom adalah
menghalangi tertumpahnya sperma kedalam vagina sehingga
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
70
spermatozoa
tidak
mungkin
masuk
ke
dalam
rahim.
Kegagalan rahim teradi bila karet kondom pecah atau robek
dan menarik penis setelah lemah sehingga sebagian sperma
dapat masuk ke dalam vagina. (Ida Ayu Chandranita
Manuaba,dkk.2010).
b. Diafragma
1) Pengertian
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung terbuat
dari karet (lateks) yang diinsersikan ke dalam vagina sebelum
berhubungan seksual dan menutup serviks. Beberapa jenis
diafrgama, yaitu antara lain: Flat spring (flat metal band), Coil
spring (coil wire), Arching spring (kombinasi metal spring).
(Sujiyatini,dkk.2011).
2) Cara kerja
Menahan
sperma
agar
tidak
mendapatkan
akses
mencapai saluran alat reproduksi bagian atas (uterus dan
tuba
falopii)
dan
sebagai
alat
tempat
spermisida
(Sujiyatini,dkk.2011).
c. Spermisida
1) Pengertian
Spermisida merupakan sediaan cairan kimia (biasanya non
oksinol-9) yang dapat men-non aktifkan dan membunuh
sperma. (Sujiyatini,dkk.2011). Spermisida merupakan zat-zat
kimia yang kerjanya melumpuhkan spermatozoa didalam
vagina sebelum bergerak ke dalam traktus genetalia interna
(Hanafi Hartanto.2004). Tersedia dalam bentuk busa vagina,
krim, gel, dan suppositoria. Jenis spermisida antara lain, Busa
(aerosol), Busa spermisida, Tablet vagina, suppositoria dan
film, spermisida jelli (hanya digunakan dengan diafragma)
Spermisida ditempatkan di vagina sebelum berhubungan
seksual. Kontrasepsi ini juga menyediakan barier fisik ke
sperma. Tidak ada sediaan yang lebih efektif dibanding yang
lain. Spermisida paling baik digunakan dengan kontrasepsi
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
71
barier seperti kondom dan diafragma. (Nina Siti Mulyani,dkk.
2013).
2) Cara kerja
Menyebabkan
memperlambat
sel
membran
pergerakan
sperma
sperma
dan
terpecah
menurunkan
kemampuan pembuahan sel telur. (Sujiyatini,dkk.2011)
9. Kontrasepsi Pil
a. Minipil
1) Pengertian
Kontrasepsi progestin (mini pil) adalah metode kontrasepsi
yang mengandung hormon steroid (progesteron sintetis saja)
yang digunakan per oral sehingga mencegah kehamilan
(Ratna Hidayati.2011). Minipil adalah pil kb yang hanya
mengandung hormon progesteron dalam dosis rendah. Minipil
atau pil progestin disebut juga pil menyusui. Dosis progestin
yang digunakan adalah 0,03-0,05 mg per tablet. Minipil terbagi
dalam dua jenis yaitu : Mini pil (isi 28 pil) yang mengandung 75
mikro gram desogestrel, Mini pil (isi 32 pil) yang mengandung
300 mikro gram levonogestrel dan 350 mikro gram noretindron.
Contoh minipil antara lain : micrinor, NOR-QD, noriday, norod
mengandung 0,35 mg noretindron. Microval , noregeston,
microlut mengandung 0,03 levonogestrel. Ourette, noegest
mengandung 0,5 mg norgestrel. Exluton mengandung 0,5 mg
linestrenol. Femulen mengandung 0,5 mg etinodial diassetat
(Nina Siti Mulyani,dkk.2013).
2) Cara kerja
Cara kerja dari kontrasepsi pil progestin atau mini pil dalam
mencegah kehamilan antara lain dengan cara: menghambat
ovulasi, mencegah implantasi, mengentalkan lendir serviks
sehingga menghambat penetrasi sperma, mengubah motilitas
tuba
sehingga
transportasi
sperma
terganggu.
(Ratna
Hidayati.2011). Cara kerja mini pil adalah menekan sekresi
gonadotropin dan sintesis steroid seks di Ovarium (tidak begitu
kuat),
endometrium
mengalami
transformasi
lebih
awal
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
72
sehingga implantasi lebih sulit, mengentalkan lendir serviks
sehingga menghambat penetrasi
sperma, dan mengubah
motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu.
(BKKBN.2004).
3) Efektifitas
Efektifitas Mini pil yaitu minum pil setiap hari pada saat
yang sama, penggunaan mini pil jangan sampai ada yang
lupa, senggama dilakukan 3-20 jam setelah minum mini pil
4) Kerugian
Kerugian Mini pil yaitu memerlukan biaya, harus selalu
tersedia, efektifitas berkurang apabila menyusi berkuang, mini
pil harus diminum setiap hari pada waktu yang sama, angka
kegagalan tinggi apabila penggunaanya tidak benar dan
konsisten
5) Keuntungan
Keuntungan Mini pil yaitu cocok sebagai alat kontrasepsi
untuk perempuan yang sedang menyusui, sangat efektif untuk
masa laktasi, dosis gestagen rendah, tidak menurunkan
produksi
ASI,
ridak
mengganggu
hubungan
seksual,
kesuburan cepat kembali
6) Efek samping
Efek samping penggunaan Mini pil yaitu mual, pusing,
perubahan mood, dermatitis atau jerawat, depresi, nyeri tekan
payudara, gangguan haid seperti perdarahan bercak, spotting
dan haid tidak teratur
7) Indikasi
Indikasi penggunaan Mini pil yaitu wanita usi reproduksi,
wanita
yang
telah
mempunyai anak,
mempunyai
anak
maupun
belum
pasca persalinan dan sedang tidak
menyusui, ibu pasca keguguran, perokok segala usia
8) Kontra indikasi
Kontra indikasi Mini pil yaitu wanita yang diduga hamil,
riwayat kehamilan ektopik, riwayat kanker payudara
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
73
b. Pil kombinasi
1) Pengertian
Pil kombinasi adalah pil yang mengandung hormon
estrogren dan progesteron. Dapat dipakai sebagai kontrasepsi
darurat. Efek samping berupa mual dan perdarahan bercak
yang tidak berbahaya dan segera akan hilang, namun efek
samping
serius
sangat
jarang
terjadi.
(Nina
Siti
Mulyani,dkk.2013). Jenis-jenis pil kombinasi, antara lain :
Monofasik (21 tablet estrogen / progestin dalam dosis yang
sama dengan 7 tablet tanpa hormon), Bifasik (21 tablet
estrogen / progestin dalam 2 dosis yang berbeda dengan 7
tablet tanpa hormon), dan Trifasik (21 tablet estrogen /
progestin dalam 3 dosis yang berbeda dengan 7 tablet tanpa
hormon) (BKKBN.2004). Berdasarkan dosisnya pil kombinasi
dibedakan antara: Pil dosis tinggi (high dose) dengan jumlah
estrogen 50-150 mcg dan progesteron 1-10 mg, Pil dosis
rendah (low dose) dengan jumlah estrogen 30-50 mcg dan < 1
mg progesteron, dan Pil KB nordette (Wyeth-Ayerst) tetapi
banyak efek sampingnya (Nina Siti Mulyani,dkk.2013).
2) Cara kerja
Cara kerja pil kombinasi yaitu menekan ovulasi, mencegah
implantasi, lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh
sperma,
dan
pergeseran
tuba
tergantung
sehingga
transportasi telur dengan sendirinya akan terganggu pula
(Sujiyatini,dkk.2011). Cara kerja estrogen sebagai kontrasepsi
antara lain: bekerja dengan jalan menghambat ovulasi melalui
fungsi
hipotalamus-
perjalanan
ovum/
hipofisis-ovarium,
implantasi.
dan
Sedangkan
menghambat
Cara
kerja
progesteron sebagai kontrasepsi antara lain: bekerja dengan
cara membuat
lendir serviks menjadi kental sehingga
transportasi sperma menjadi sulit, menghambat kapasitas
sperma, menghambat perjalanan ovum dalam tuba, dan
menghambat ovulasi melalui fungsi hipotalamus-hipofisisovarium (Nina Siti Mulyani,dkk.2013).
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
74
3) Manfaat
Manfaat pil kombinasi yaitu memiliki efektifitas tinggi bila
digunakan setiap hari, resiko terhadap kesehatan sangat kecil,
tidak mengganggu hubungan seksual, siklus haid menjadi
teratur, mudah dihentikan setiap saat
4) Kelemahan
Kelemahan pil kombinasi yaitu mahal dan membosankan,
pusing, nyeri pada payudara, tidak boleh diberikan pada ibu
menyusui, tidak mencegah PMS, dapat meningkatkan tekanan
darah
5) Yang dapat menggunakan
Yang dapat menggunakan pil kombinasi yaitu usia
reproduksi, tidak memiliki anak atau belum, gemuk dan kurus,
nyeri haid hebat, pasca keguguran
6) Yang tidak dapat menggunakan
Yang tidak dapat menggunakan pil kombinasi yaitu hamil
atau dicurigai hamil, menyusui ASI ekslusif, penyakit hati akut,
kanker payudara atau dicurigai, riwayat DM, riwayat hipertensi
7) Efek samping
Efek samping pil kombinasi yaitu amenorea, mual, pusing,
muntah, perdarahan pervaginam, spotting
10. Kontrasepsi Suntik
a. Suntikan kombinasi (1 bulan)
1) Pengertian
Kontrasepsi suntik bulanan merupakan metode suntikan
yang pemberiaannya tiap bulan dengan jalan penyuntikan
secara intramuskular sebagai usaha pencegahan kehamilan
berupa hormon progesteron dan estrogen pada wanita usia
subur.
Penggunaan
kontrasepsi
suntik
mempengaruhi
hipotalamus dan hipofisis yaitu menurunkan kadar FSH dan
LH sehingga perkembangan dan kematangan folikel de graaf
tidak terjadi. Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg depo
medroksi-progesteron asetat dan 5 mg estradiol sipionat yang
diberikan injeksi IM (intramuskular) sebulan sekali (cyclofem)
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
75
dan 50 mg noretindron enantat dan 5 mg estradiol valerat
yang diberikan injeksi IM (intramuskular) sebulan sekali. (Nina
Siti Mulyani,dkk.2013)
2) Cara kerja
Cara kerja KB suntik 1 bulan antara lain: menekan ovulasi,
memebuat lendir serviks menjadi kental penetrasi sperma
terganggu, perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga
implantasi terganggu, menghambat transport gamet oleh tuba
falopii (BKKBN.2004).
3) Efektifitas
Efektifitas Kb Suntik 1 Bulan yaitu sangat efektif (0,1-0,4
kehamilan per 100 perempuan) selama tahun pertama
penggunaanya
4) Keuntungan
a) Keuntungan kontrasepsi yaitu resiko terhadap kesehatan
kecil, tidak berpengaruh pada hubungan seksual, tidak
memerlukan pemeriksaan dalam, jangka panjang, efek
samping sangat kecil
b) Keuntungan non kontrasepsi yaitu mengurangi jumlah
perdarahan, mengurangi nyeri saat haid, mencegah
anemia
5) Kerugian
Kerugian KB Suntik 1 Bulan yaitu terjadi perubahan pola
haid,
mual,
sakit
kepala,
nyeri
payudara
ringan,
ketergantungan pasien pada tenaga kesehatan, dapat terjadi
perubahan berat badan
b. Suntik progestin (tribulan)
1) Pengertian
Suntik
progestin
merupakan
salah
satu
metode
kontrasepsi hormonal yang diberikan secara intramuskular
setiap tiga bulan berupa tindakan invasif karena menembus
perlindungan kulit yang harus dilakukan secara hati-hati dan
memperhatikan tindakan aseptik untuk mencegah infeksi
(Ratna Hidayati. 2011). Jenis yang termasuk dalam metode
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
76
suntik tribulan yaitu: DMPA (Depot Medroxy Progesteron
Acetate) atau depo provera yang diberikan tiap tiga bulan
dengan dosis 150mg disuntik IM, dan Depo Noristerat
diberikan tiap 2 bulan dengan dosis 200mg nore tindron
enantat (Sujiyatini,dkk.2011).
2) Cara kerja
Cara kerja suntik tribulan (progesteron) antara lain:
menginhibisi terjadinya ovulasi, peningkatan viskositas mukus
serviks, dan menciptakan kondisi endometrium yang tidak
mendukung untuk terjadinya implantasi ovum. (Williams
Cunningham,dkk.2013).
3) Efektifitas
Efektifitasnya yaitu sangat tinggi bila penyuntikannya
secara teratur sesuai jadwal penyuntikan
4) Keuntungan
Keuntungan
suntik
tribulan
yaitu
efektifitas
tinggi,
sederhana pemakaianya, cocok untuk ibu-ibu yang menyusui
anak, menurunkan krisis anemia bulan sabit, dapat mencegah
kanker endometrium
5) Kekurangan
Kekurangan suntik tribulan yaitu terdapat gangguan haid
seperti amenorea, spotting dan metroragia, timbulnya jerawat
dibadan atau wajah dengan infeksi, berar badan yang
bertambah, pusing dan sakit kepala
6) Yang dapat menggunakan
Yang dapat menggunakan suntik tribulan yaitu ibu usia
reproduksi, ibu pasca persalinan, ibu pasca keguguran, ibu
yang sering lupa mnggunakan KB pil, ibu yang sedang
menyusui, ibu yang tidak memiliki riwayat hipertensi
7) Yang tidak bioleh menggunakan
Yang tidak bioleh menggunakan suntik tribulan yaitu ibu
hamil atau dicurigai hamil, ibu yang menderita kanker
payudara, diabetes mellitus disertai komplikasi (Mulyani,dkk.
2013; h.)
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
77
11. Intra Uterine Devices
a. Pengertian IUD
Intra Uterine Devices adalah suatu alat kontrasepsi modern
yang telah dirancang sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran,
bahan, dan masa aktif fungsi kontrasepsinya), yang diletakkan
dalam cavum uteri sebagai usaha kontrasepsi, untuk menghalangi
terjadinya fertilisasi dan menyulitkan telur berimplantasi dalam
uterus. Intra uterine devices (IUD) terbuat dari material dalam
berbagai bentuk, umumnya berbahan dasar polyethylene, yang
merupakan plastik bersifat inert. Intra uterine device memiliki
servikal tambahan berupa benang yang dianalogikan sebagai
dawai atau dasi yang memudahkan pengontrolan keberadaan
IUD. (Ratna Hidayati. 2011).
b. Jenis IUD
Jenis dari IUD ini bermacam-macam, paling umum dulu
dikenal dengan nama spiral. Jenis jenis dari IUD tersebut antara
lain Lippes-Loop, Saf-T-Coil, Dana-Super, Copper-T (Gyne-T),
Copper-7 (Gravigard), Multiload, Progesterone IUD. (Nina Siti
Mulyani,dkk.2013)
Tipe tipe dari intra uterine device yaitu tipe secara kimiawi
bersifat lengai (tidak menimbulkan reaksi kimia apapun) terbuat
dari bahan tidak bisa diserap, yakni paling sering terbuat dari
polyethylene
yang
diimpregnasi
oleh
barium
sulfat
untuk
memberikan radiopasitas (contohnya spiral / lippes loop) dan tipe
yang kurang lebih akan menghasilkan elusi dari alat dengan
substansi kimia yang aktif, seperti alat yang mengandung unsur
tembaga atau preparat progestasional (contoh progestasert
be bentuk hu uf T yang melepaskan ku ang lebih 65 μg
progesteron per hari melalui batang vertikal yang terbuat dari
kopolimer vinil asetat, seperti Copper T. (Ratna Hidayati.2011).
Dari baerbagai jenis IUD diatas, saat ini yang umum beredar
dipakai di Indonesia ada 3 macam jenis yaitu: IUD Copper-T,
terbentuk dari rangka plastik yang lentur dan tembaga yang
berada pada kedua lengan IUD dan batang IUD, IUD Nova-
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
78
T,terbentuk dari rangka plastik dan tembaga pada ujung lengan
IUD bentuknya agak melengkung tanpa ada tembaga, tembaga
hanya ada pada batang IUD, dan IUD Mirena, terbentuk dari
rangka plastika yang dikelilingi oleh silinder pelepas hormon
levonogestrel (hormon progesteron) sehingga IUD ini dapat
dipakai oleh ibu menyusui karena tdak menghambat ASI. (Nina
Siti Mulyani,dkk.2013)
c. Efektivitas IUD
Evektivitas IUD dinyatakan dalam angka kontinuitas yaitu
berapa lama IUD tetap tinggal in-utero tanpa ekspulsi spontan,
terjadinya kehamilan, dan pengangkatan atau pengeluaran karena
alasan medis atau pribadi. Efektivitas dari bermacam-macam IUD
tergantung
pada
IUDnya
(baik
bentuk,
ukuran,
dan
kandungannya) dan pada akseptornya (baik umur, paritas, dan
frekuensi senggama). Angka kegagalan IUD pada umumnya 1-3
kehamilan per 100 wanita per tahun (Hanafi Hartanto.2004).
d. Cara Kerja IUD
Cara kerja dari penggunaan intra uterine devices terdiri dari:
1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii
2) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri
3) AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum
bertemu walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk
kedalam
alat
reproduksi
perempuan
dan
mengurangi
kemampuan sperma untuk fertilisasi
4) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus
(BKKBN.2004).
Manuaba menyatakan mekanisme kerja lokal AKDR antara
lain adalah sebagai berikut :
1) AKDR merupakan benda asing dalam rahim sehingga
menimbulkan reaksi benda asing dengan timbunan leukosit,
makrofag, dan limfosit.
2) AKDR
menimbulkan
perubahan
pengeluaran
cairan,
prostaglandin, yang menghalangi kapasitas spermatozoa.
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
79
3) Pemadatan endometrium oleh leukosit, makrofag, dan limfosit
menyebabkan blastokis mungkin dirusak oleh makrofag dan
blastokis tidak mampu melaksanakan nidasi.
4) Ion Cu yang dikeluarkan AKDR dengan Cupper menyebabkan
gangguan
gerak
kemampuan
spermatozoa
untuk
sehingga
melaksanakan
mengurangi
konsepsi.
(Ida
Ayu
Chandranita Manuaba,dkk.2010).
Mekanisme kerja IUD menurut Hanafi Hartanto yaitu:
1) Menimbulkan reaksi radang lokal yang non spesifik didalam
cavum uteri sehingga implantasi sel telur yang telah dibuahi
terganggu.
2) Disamping itu dengan munculnya lekosit PMN, makrofag,
foreign body giant cells, sel mononuclear dan sel plasma yang
dapat mengakibatkan lysis dari spermatozoa / ovum dan
balstocyst.
3) Produksi
lokal
prostaglandin
yang
meninggi
yang
menyebabkan terhambatnya implantasi
4) Gangguan / terlepasnya blastocyst yang telah berimplantasi
didalam endometrium.
5) Pergerakan ovum yang bertambah cepat didalam tuba falopii
6) Immobilisasi spermatozoa saat melewati cavum uteri. (Hanafi
Hartanto.2004).
e. Keuntungan IUD
Keuntungan penggunaan IUD yaitu :
1) Berdasarkan penelitian The American College of Obstetricians
and Gynecologist, New Orleans IUD mampu mengurangi
risiko kanker endometrium hingga 40 persen,
2) Sebagai kontrasepsi, efektifitasnya tinggi (1 kegagalan dalam
125-170 kehamilan).
3) Dapat efektif segera setelah pemasangan
4) IUD merupakan metode kontrasepsi jangka panjang
5) Tidak bergantung pada daya ingat
6) Tidak mempengaruhi hubungan seksual
7) Tidak ada interaksi dengan obat-obatan
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
80
8) Membantu mencegah kehamilan diluar kandungan (kehamilan
ektopik)
9) Untuk IUD selain IUD Mirena tidak ada efek samping
hormonal seperti kenaikan berat badan, flek pada kulit, flek
diantara haid (spotting).
10) Tidak mempengaruhi kualitas dan ASI. (BKKBN.2004).
f.
Kerugian IUD
Pemakaian IUD memiliki beberapa kerugian diantaranya:
1) Efek samping yang umunya terjadi yaitu perubahan siklus
haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang
setelah 3 bulan), haid lebih lama dan banyak, perdarahan /
spotting antar menstruasi, saat haid lebih sakit.
2) Komplikasi lain yang dapat timbul adalah merasakan sakit dan
kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan,
perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang
memungkinkan penyebab anemia, perforasi dinding uterus
(sangat jarang apabila pemasangannya benar.
3) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
4) Penyakit radang panggul dapat terjadi jika pemakaian AKDR
pada wanita dengan IMS, yang memicu infertilitas.
5) Tidak
dapat
melepaskan
kontrasepsi
sendiri,
petugas
kesehatan yang terlatihlah yang harus melepas AKDR
6) Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (apabila
dipasang dengan tidak benar) (Nina Siti Mulyani,dkk.2013).
Manuaba menyatakan kerugian dari penggunaan AKDR
antara lain:
1) Masih terjadi kehamilan dengan AKDR in situ
2) Terdapat perdarahan (spotting dan menometroragia)
3) Leukore, sehingga menguras protein tubuh dan liang
senggama terasa lebih basah
4) Dapat terjadi infeksi
5) Tingkat akhir infeksi menimbulkan kemandulan primer atau
sekunder dan kehamilan ektopik
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
81
6) Tali AKDR dapat menimbulkan perlukaan portio uteri dan
mengganggu
hubungan
seksual
(Ida
Ayu
Chandranita
Manuaba,dkk.2010)
g. Akseptor yang dapat memakai IUD / AKDR
1) Usia reproduktif
2) Keadaan nulipara (yang belum mempunyai anak)
3) Menginginkan kontrasepsi jangka panjang
4) Ibu yang sedang menyusui
5) Setelah mengalami keguguran dan tidak terlihat adanya
infeksi
6) Risiko rendah IMS
7) Tidak menghendaki kontrasepsi hormonal
(Sujiyatini,dkk.2011)
h. Akseptor yang tidak dapat memakai IUD / AKDR
1) Kemungkinan hamil
2) Setelah melahirkan (2-28 hari pasca melahirkan) pemasangan
IUD hanya boleh dilakukan sebelum 48 jam dan setelah 4
minggu pascapersalinan.
3) Memiliki risiko IMS (termasuk HIV) yang berisiko terinfeksi
IMS/HIV yaitu:
4) Yang mempunyai lebih dari 1 pasangan tidak selalu memakai
kondom
5) Yang memiliki pasangan dengan HIV/IMS dan tidak selalu
memakai kondom
6) Memakai jarum suntik bersama atau pasangan memakai
jarum suntik (hanya untuk HIV tetapi tidak ada IMS)
7) Perdarahan vagina yang tidak diketahui
8) Sedang menderita infeksi alat genital
9) Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita
penyakit radang panggul atau infeksi setelah keguguran (Nina
Siti Mulyani,dkk.2013)
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
82
i.
Waktu pemasangan IUD
Pemasangan IUD dapat dilakukan setiap saat pada siklus
haid, pemasangan pada saat haid juga mempunyai beberapa
keuntungan antara lain:
1) Kemungkinan hamil dapat disingkirkan
2) Perdarahan yang terjadi setelah pemasangan tidak tampak
karena bercampur darah haid dan tidak terlalu terasa nyeri
sehingga tidak menimbulkan kecemasan.
Pemasangan IUD juga dapat dilakukan pada saat:
1) Setiap saat pada siklus haid bila sudah dipastikan wanita
tersebut tidak hamil.
2) Pasca persalinan, segera setelah persalinan 48 jam pertama
setelah persalinan atau 6-8 minggu setelah persalinan. Hindari
pemasangan setelah 1 minggu atau 6 minggu karena risiko
perforasi saat pemasangan sangat besar.
3) Setelah induksi haid atau aborsi bila tidak ada infeksi (tidak
demam, kontraksi uterus baik, tidak ada cairan vagina yang
berbau (purulen) (Hanafi Hartanto.2004).
j.
Peringatan jika ingin menggunakan KB IUD
1) Mengetahui jenis AKDR yang dipakai
2) Mengetahui kapan waktu untuk melepas AKDR
3) Perubahan menstruasi dan kram adalah hal biasa: datang
kembali ke tenaga kesehatan jika perubahannya mengganggu
4) Kembali dalam 3-6 minggu, atau setelah masa haid berikutnya
untuk pemeriksaan ke bidan atau tenaga kesehatan jika:
a) Terlambat haid, atau merasa hamil
b) Mungkin terinfeksi IMS atau HIV
c) Benang AKDR berubah panjang atau hilang
d) Sangat nyeri pada bagian bawah perut (Nina Siti
Mulyani,dkk.2013)
k. Teknik pemasangan AKDR
Menurut Manuaba, pemasangan AKDR dimulai dengan
persiapan, antara lain: pasien tidur terlentang pada meja
gynekologi, vulva dibersihkan, dilakukan pemeriksaan dalam
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
83
untuk menentukan besar dan arah rahim, duk steril dipasang
dibawah bokong, spekulum cocor bebek dipasang sehingga
serviks tampak, serviks portio dibersihkan, dilakukan sondage
untuk menentukan dalam panjang rahim dan arah posisi rahim.
Jenis-jenis pemasangan AKDR yaitu antara lain:
1) Pemasangan cara Lippes loop adalah:
a) Lippes loop dimasukkan ke dalam introdusor dari pangkal
sampai mendekati ujung proksimal.
b) Tali AKDR dapat
dipotong dahulu,
sesuai dengan
keinginan atau dipotong kemudian setelah pemasangan.
c) Introduser dimasukkan ke dalam rahim sesuai dengan
dalamnya rahim.
d) Pendorong AKDR dimasukkan ke dalam intoduser untuk
mendorong sehingga lippes loop terpasang,
e) Setelah terpasang, maka introdusor dan pendorongnya
ditarik bersama.
f)
Tali AKDR dapat dipotong sependek mungkin untuk
menghindari sentuhan penis dan menghindari infeksi.
2) Pemasangan Copper T atau Seven Copper
a) AKDR seven copper atau Copper T telah tersedia dalam
keadaan steril dan baru dibuka menjelang pemasangan.
b) Bungkus seven copper atau Coppet T dibuka.
c) AKDR dimasukkan ke dalam introdusor melalui ujungnya
sampai batas tertentu dengan menggunakan sarung
tangan steril.
d) Introdusor dengan AKDR terpasang dimasukkan ke dalam
rahim sampai menyentuh fundus uteri dan ditarik sedikit.
e) Pendorong selanjutnya menorong AKDR hingga terpasang.
f)
Introdusor dan pendorongnya ditarik.
3) Pemasangan multiload atau medusa
a) AKDR jenis Medusa atau Multiload telah siap untuk
dipasang langsung.
b) Pembungkus AKDR dibuka menjelang pemasangan.
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
84
c) Teknik pemasangan langsung dengan mendorong sampai
mencapai fundus uteri tanpa berhenti.
d) Setelah mencapai fundus uteri, introdusornya ditarik
e) Tali AKDR dipotong sependek mungkin.
f)
Sterilisasi pemasangan medusa atau multiload labih
terjamin, komplikasi perforasi terjadi saat pemasangan
AKDR (Ida Ayu Chandranita Manuaba,dkk.2010).
l.
Cara Memeriksa Benang IUD
Pemeriksaan benang IUD dapat dilakukan oleh petugas
kesehatan atau dilakukan pemeriksaan benar sendiri. Cara
memeriksa benang IUD sendiri yaitu :
1) Cuci tangan duduk dalam posisi jongkok
2) Masukkan jari ke dalam vagina dan rasakan benang di mulut
rahim
3) Cuci tangan setelah selesai (Nina Siti Mulyani,dkk.2013)
m. Penanganan efek samping IUD, yaitu:
1) Amenorea
Periksakan apakah sedang hamil, jika tidak jangan lepas
AKDR lakukan konseling dan identifikasi penyebab amenore
apabila dikehendaki. Apabila hamil jelaskan dan sarankan
untuk melepas AKDR jika talinya terlihat dan kehamilan kurang
dari 13 minggu maka AKDR jangan dilepas.
2) Perdarahan per vagina hebat dan tidak teratur
Pastikan dan tegaskan adanya infeksi dan kehamilan
ektopik. Apabila tidak ada kelainan patologis, perdarahan
berkelanjutan serta perdarahan hebat lakukan konseling dan
pemantauan. Beri ibuprofen (800 mg, 3x sehari selama 1
minggu) untuk mengurangi perdarahan dan berikan tablet besi
(1 tablet setiap hari sampai 3 bulan). Apabila pasien telah
memakai AKDR selama lebih dari 3 bulan dan terjadi anemia
(Hb>7gr/dl) anjurkan untuk melepas AKDR dan bantulah
memilih metode kontrasepsi lain yang sesuai.
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
85
3) Kejang
Pastikan dan tegaskan adanya penyakit radang pelvis
(PRP) dan penyebab lain dari kekejangan. Tanggulangi
penyebabnya apabila ditemukan. Apabila penyebab tidak
diketahui,
maka
bisa dberikan
analgesik
untuk
sedikit
meringankan. Apabila pasien mengalami kejang yang kuat
lepaskan AKDR dan bantu pasien untuk menentukan metode
kontrasepsi lain.
4) Pengeluaran cairan per vagina atau dicurigai adanya PRP
Pastikan pemeriksaan akan adanya infeksi menular
seksual (IMS). Lepaskan AKDR apabila ditemukan menderita
atau sangat dicurigai menderita gonorhoe atau infeksi
clamidia, lakukan pengobatan yang memadai. Bila terdapat
PRP tau pelvis inflamantory disease (PID), obati dan lepas
AKDR sesudah 48 jam pengobatan. Bila AKDR dikeluarkan
beri nasehat untuk memilih metode kontrasepsi lain sampai
masalah teratasi.
5) Benang hilang
Pastikan adanya kehamilan atau tidak. Tanyakan apakah
AKDR terlepas. Apabila tidak hamil dan tidak terlepas berikan
kondom. Periksa talinya dan dalam saluran endoserviks dan
cavum uteri (apabila memungkinkan adanya peralatan dan
tenaga terlatih) setelah masa menstruasi berikutnya. Apabila
tidak ditemukan maka lakukan rujukan, lakukan x ray atau
pemeriksaan ultrasound. Apabila tidak hamil dan AKDR yang
hilang tidak ditemukan pasanglah AKDR baru atau bantulah
pasien memilih metode kontrasepsi lain (Ratna Hidayati.2011).
12. Kontrasepsi Implant
a. Pengertian
Kontrasepsi implant adalah alat kontrasepsi yang dipasang
dibawah kulit. Implant adalah suatu alat kontrasepsi yang
mengandung levonogestrel yang dibungkus dalam kapsul silastic
silicon (polydimethylsiloxane) dan dapat dipasang dibawah kulit.
Sangat efektif dengan angka kegagalan 0,2-1 kehamilan per 100
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
86
perempuan. Terdapat 4 jenis implant, antara lain: Norplant (terdiri
dari
6
batang
silastik
lembut
berongga dengan
panjang
3,4cm,dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36mg
levonogestrel dan lama kerjanya 5 tahun), Implanon dan sinoplant
(Terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kia-kira 40
mm dan diameternya 2mm, yang diisi dengan 68 mg 3 keto
desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun), Jadena dari indoplant
(terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75mg levonogestrel
dengan lama kerjanya 3 tahun) (Nina Siti Mulyani,dkk.2013).
Implan adalah alat kontrasepsi berbentuk kapsul silastik berisi
hormon jenis progesteron sinestik yang ditanamkan di bawah kulit
atau alat kontrasepsi bagi wanita yang dipasang (disusupkan)
dibawah kulit lengan atas yang terdiri atas 6 kapsul berukuran
kira-kira 3 cm berisi zat levonogestrel (Koes Irianto.2012)
b. Cara kerja
Dengan dilepaskannya hormon levonogestrel, maka cara
kerja implant antara lain: menekan ovulasi yang akan mencegah
lepasnya sel telur (ovum) dari indung telur, mengentalkan lendir
mlut rahim sehingga sel mani (sperma) tidak mudah masuk
kedalam mulut rahim, dan menipiskan enometrium sehingga tidak
siap untuk nidasi (Koes Irianto.2012)
c. Keuntungan
Keuntungan implant yaitu daya guna tinggi, perlindungan
jangka panjang sampai 5 tahun, pengembalian kesuburan yang
cepat setelah pencabutan implant, tidak memerlukan pemeriksaan
dalam, tidak mengganggu produksi ASI, bebas dari pengaruh
ekstrogen
d. Kekurangan
Kekurangan implant yaitu harga implant yang mahal, implant
sering mengubah pola haid, implant dapat terlihat dibawah kulit,
petugas kesehatan harus dilatih khusus
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
87
e. Efek samping
Efek samping implant yaitu nyeri kepala atau pusing,
peningkatan atau penurunan berat badan, nyeri payudara serta
perasaan mual, membutuhkan tindakan pembedahan minor untuk
insersi dan pencab utan implant, perubahan persaan atau
kegelisahan
f.
Yang boleh menggunakan
Yang boleh menggunakan implant yaitu umur reproduksi,
telah memiliki anak sesuai yang diinginkan atau tidak ingin tambah
anak lagi tetapi saat ini belum mau menggunakan kontrasepsi
mantap
g. Yang tidak boleh menggunkan
Yang tidak boleh menggunkan implant yaitu hamil atau diduga
hamil, perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya,
ada benjolan atau kanker payudara atau riwayat kanker payudara,
ibu yang meiliki riwayat hipertensi,, ibu yang memiliki diabetes
mellitus
h. Tempat pemasangan
Tempat pemasangan implant di lengan kiri dan sebelumnya
dilakukan anestesi local
13. Kontrasepsi Mantap
Kontrasepsi mantap merupakan suatu metode kontrasepsi yang
dilakukan dengan cara mengikat atau memotong saluran telur
(perempuan)
dan
saluran
sperma
(laki-laki).
Karena
sifatnya
permanent maka hanya diperkenankan bagi mereka yang sudah
mantap memutuskan tidak lagi mepunyai anak dengan melakuka
operasi kecil organ reproduksi, yang terbagi menjadi dua, yaitu:
tubektomi
(perempuan)
dan
vasektomi
(laki-laki)
(Nina
Siti
Mulyani,dkk.2013)
a. Tubektomi
1) Pengertian
Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur
wanita
yang
mengakibatkan
tidak
akan
mendapatkan
keturunan lagi. Merupakan kontrasepsi jangka panjang, walau
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
88
kadang masih dapat dipulihkan kembali. Tubektomi untuk
mencegah bertemunya sel telur dari sperma dengan cara
menutup saluran telur tanpa mengubah indung telur dalam
rahim. Ada dua tipe yang sering digunakan dalam pelayanan
tubektomi
dengan
menggunakan
anastesi
lokal
yaitu
minilaparotomi dan laparoskopi (Nina Siti Mulyani,dkk.2013).
Tubektomi merupakan tindakan mengonklusi tuba falopii
sehingga spermatozoa dan ovum tidak dapat bertemu dan
tidak terjadi kehamilan (Hanafi Hartanto.2004)
2) Cara kerja
Cara kerja tubektomi dengan mengonklusi tuba falopii
(mengikat dan memotong atau memasang cincin) sehingga
sperma tidak dapat bertemu dengan ovum.
b. Vasektomi
1) Pengertian
Vasektomi adalah pemotongan sebagian (0,5-1 cm) pada
vasa deferensia, merupakan tindakan operasi ringan dengan
cara mengikat dan memotong saluran sperma, dengan
demikian tidak terjdi pembuahan. (Nina Siti Mulyani,dkk.2013).
Kontrasepsi mantap pria atau vasektomi merupakan suatu
metode kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat
aman, sederhana dan sangat efektif, memakan waktu operasi
yang singkat dan tidak memerlukan anastesi umum (Hanafi
Hartanto.2004)
2) Jenis vasektomi
Jenis-jenis vasektomi antara lain : vasektomi tanpa pisau
(VTP atau No-scalpel Vasectomy), vasektomi dengan insisi
skrotum (tradisional), vasektomi semi permanen (diikat) (Nina
Siti Mulyani,dkk.2013).
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
89
TINJAUAN ASUHAN KEBIDANAN
A. Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian
tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien
(Simatupang, 2008; h.121)
Manajemen asuhan kebidanan menurut Varney sebagai berikut :
1. Langkah I : Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah ini, dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan
semua data uang diperlukan untuk mengevakuasi keadaan klien
secara lengkap, yaitu riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai
dengan kebutuhanya, meninjau catatan terbaru atau catatan
sebelumnya,
meninjau
data
laboratorium
dan
membandingkandengan hasil studi. Pada langkah pertama ini,
dikumpulkan semua data yang akurat dari semua sumber yang
berkaitan dengan kondisi klien
2. Langkah II : Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini, dilakukan identifikasi yang benar terhadap
diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi
yang benar atas data-data yang telah dikummpulkan.Data dasar yang
sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah
atau diagnosis yang spesifik.Kata masalah dan diagnsosis keduanya
digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti
diagnosis,
tetapi
sungguh
membutuhkan
penanganan
yang
dituangkan ke dalam sebuah rencana asuhan terhadap klien.
Masalah yang sering berkaitan dengan wanita yang diidentifikasi oleh
bidan sesuai dengan masalah ini sering menyertai diagnosis
3. Langkah III : Mengidentifikasi diagnosis atau Masalah Potensial
Pada langkah ini, mengidentifikasi masalah atau diagnosis
potensial lain berdasarkan rangkain masalah dan diagnosis yang
sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan.Sambil mengamati klien,
bidan diharapkan dapat bersiap diri bila diagnosis/masalah potensial
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
90
ini benar-beenar terjadi. Pada langkah ini penting sekali melakukan
asuhan yang aman.
4. Langkah IV :Identifikasi Perlunanya Penanganan Segara
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
atau dikonsultasikan atau ditanda tangani bersama dengan anggota
tim kesehatanyang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah
keempat ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen
kebidanan. Jadi, manajemen bukan hanya selama asuhan primer
periodic atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita
tersebut bersama bidan terus menerus, misalnya pada waktu wanita
tersebut dalam persalinan
5. Langkah V : Perencanaan Asuhan Komperhensif
Pada langkah ini, direncanakan asuhan yang menyeluruh yang
ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya.Langkah ini merupakan
kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi.Pada langkah ini informasi/data dasar
yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan menyeluruh
tidak hanya meliputi apa yang sudah diidentifikasi dari kondisi klien
atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga dari kerangka
pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut, seperti apa yang
diperkirakan terjadi berikutnya
Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah
mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan.
Setiap rencana asuhan harus disetujui oleh kedua belah pihak,yaitu
oleh bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena
klien merupakan bagian dari pelaksanaan tersebut. Oleh karena itu,
pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan
sesuai dengan pembahasan rencana bersama klien, kemudian
membuat
kesepakatan
bersama
sebelum
melaksanakanya
(Simatupang,2008; hal.125)
6. Langkah VI : Pelaksaan Rencana
Pada langkah keenam ini, rencana asuh menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah ke-5 dilaksanakan secara efisien dan
aman. Perencanaan ini dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
91
sebagian oleh klien atau anggopta tim kesehatan lain. Jika bidan
tidan melakukanya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawabuntuk
mengarahkan
pelaksanaanya.
Dalam
situasi
ketika
bidan
berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami
komplikasi, keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien
adalah bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan
bersama yang menyeluruh terrsebut. Manajemen yang efisien akan
menyingkat waktu dan menghemat biaya serta meningkatkan mutu
asuhan klien
7. Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ini, dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang
sudah diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan terhadap masalah
yang
telah
diidentifikasi
di
dalam
masalah
dan
diagnosis
(Simatupang, 2008; h.124-126)
B. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
Pendokumentasian asuhan kebidanan (SOAP)
1. Subjektif
Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut
Helen Varney laangkah pertama (pengkajian data), terutama data
yang diperoleh melalui anamnesis.Data subjektif ini berhubungan ini
berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien.
2. Objektif
Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut
Helen varney pertama (pengkajian data), terutama data yang
diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik
pasien,
pemeriksaan
laboratorium/pemeriksaan
diagnostic
lain.
Catatan medic dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat
dimasukan dalam data objektif ini
3. Assesment
Merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi
(kesimpulan) dari data subjektif dan objektif
4. Planning
Adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang.
Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil anlisis dan interpretasi
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
92
data. Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahan tercapainya
kondisi
pasien
seoptimal
mungkin
dan
mempertahankan
kesejahteraanya (Muslihatun, dkk; 2009)
C. Landasan Hukum Kewenangan Bidan
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya di masyarakat, seorang
bidan mempunyai kewenangan yang diatur dalam peraturan dan
perundang-undangan kesehatan.Hal ini dimaksudkan untuk melindungi
secara hukum baik untuk bidan maupun untuk masyarakat terhadap
malpraktik yang mungkin dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan.
Kewenangan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan ibu
hamil dengan kehamilan lewat waktu, dalam memberikan asuhan
kebidanan pada: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
1464/ MENKES/PER/X/2010. Tentang izin dan penyelenggaraan praktik
bidan.
1. BAB III tentang Penyelenggaraan Praktek
a. Pasal 9
Yaitu: Bidan dalam menjalankan praktek, berwenang untuk
memberikan pelayanan yang meliputi :
1) Pelayanan kesehatan ibu
2) Pelayanan kesehatan anak, dan
3) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana
b. Pasal 10 ayat 1
Yaitu : Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam
pasal 9 huruf a diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa
persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa antara dua
kehamilan.
c. Pasal 12
Yaitu : Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud
dalam pasal 9 huruf c, berwenang untuk :
Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana ; dan
d. Pasal 18 ayat 1 huruf d
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
93
e. Yaitu : meminta persetujuan tindakan yang dilakukan.
2. Bab IV tentang Pencatatan dan Pelaporan
a. Pasal 20
Dalam melakukan tugasnya bidan wajib melakukan pencatatan
dan pelaporan sesuai dengan pelayanan yang diberikan.
1) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditunjukan
ke puskesmas wilayah tempat praktek.
2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) untuk bidan yang bekerja difasilitas pelayanan
kesehatan.
b. Kompetensi Bidan
Kompetensi kedua : Bidan memberikan asuhan yang bermutu
tinggi, pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan
pelayanan menyeluruh di masyarakat dalam rangka untuk
meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan
kehamilan dan kesiapan menjadi orang tua.
c. Pengetahuan dasar
1) Pertumbuhan dan perkembangan seksualitas dan aktivitas
seksual
2) Anatomi dan fisiologi pria dan wanita yang berhubungan
dengan konsepsi dan reproduksi
3) Norma dan praktek budaya dalam kehidupan seksualitas dan
kemampuan bereproduksi.
4) Komponen riwayat kesehatan, riwayat keluarga, dan riwayat
genetik yang relevan.
5) Pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk mengevaluasi
potensi kehamilan yang sehat.
6) Berbagi metode alamiah untuk menjarangkan kehamilan dan
metode lain yang bersifat tradisional yang lazim digunakan.
d. Penyuluhan
kesehatan
mengenai
PMS,
HIV/AIDS,
dan
kelangsungan hidup anak.
Tanda dan gejala infeksi saluran kemih dan penyakit menular
seksual yang lazim terjadi.
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
94
e. Pengetahuan tambahan
Faktor-faktor yang menentukan dalam pengambilan keputusan
yang berhubungan dengan kehamilan.
1) Indikator penyakit akut dan kronis yang dipengaruhi oleh
kondisi geografis dan proses rujukan untuk pemeriksaan/
pengobatan lebih lanjut.
2) Indikator dan metode konseling/rujukan terhadap gangguan
hubungan intrapersonal, termasuk kekerasan dan pelecehan
dalam keluarga (seks, fisik, dan emosi).
f.
Ketrampilan dasar
1) Mengumpulkan data tentang riwayat kesehatan yang lengkap.
2) Melakukan pemeriksaan fisik yang terfokus sesuai dengan
kondisi wanita.
3) Menetapkan data atau melaksanakan dan menyimpulkan hasil
pemeriksaan laboratorium seperti hematokrit dan analise
urine.
4) Melaksanakan
pendidikan
kesehatan
dan
ketrampilan
konseling dasar dengan tepat.
5) Mendokumentasikan temuan-temuan dan intervensi yang
ditemukan.
Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
Download