BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan kondisi alamiah yang unik karena meskipun bukan merupakan suatu penyakit tetapi sering kali menyebabkan komplikasi akibat dari berbagai perubahan anatomik serta fisiologik yang terjadi dalam tubuh ibu. Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi. Peningkatan kebutuhan energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Apabila status gizi ibu buruk, baik sebelum dan selama kehamilan akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin dan juga meningkatkan risiko komplikasi ketika persalinan maupun pasca persalinan.1 Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan pada ibu dan memaksimalkan penatalaksanaan komplikasi yang adekuat, WHO pada tahun 1978 membuat sebuah program utama yang diberi nama Idea Primary Health sebagai upaya untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) diantaranya adalah melaksanakan asuhan antenatal, dan meningkatkan status gizi ibu hamil dan ibu menyusui.2 Selain strategi menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang ditargetnya oleh WHO, Rustam Mochtar (2013)3 juga mengklasifikasikan intervensi yang dapat dilakukan untuk menurunkan AKI dan AKB salah satunya adalah peningkatkan pelayanan antenatal yang mampu mendeteksi dan menangani kasus risiko tinggi secara memadai. 1 Namun, sangat disayangkan dari begitu banyak program unggulan untuk mengurangi kematian ibu dan bayi akibat komplikasi kehamilan, persalinan ataupun nifas pada kenyataannya saat ini di beberapa negara berkembang seperti Indonesia angka kematian ibu justru mengalami peningkatan. Lima penyebab kematian ibu terbesar adalah perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, infeksi, partus lama/ macet dan abortus. Kematian ibu di Indonesia tetap didominasi oleh tiga penyebab kematian utama yaitu perdarahan, preeklamsia/ eklamsia dan infeksi.4 Penyebab kematian yang terjadi pada ibu meliputi penyebab kematian langsung, penyebab kematian antara dan penyebab tidak langsung. Perdarahan sebagai penyebab kematian langsung menempati urutan pertama dengan persentase 30-35%. Penyebab antara kematian ibu diantaranya kondisi hamil terlalu muda, terlalu tua, jarak hamil terlalu pendek atau jumlah anak terlalu banyak. Sedangkan penyebab kematian tidak langsung meliputi status wanita, faktor masyarakat dan faktor keterlambatan.2 Perdarahan dapat terjadi pada ibu baik dalam periode antepartum, intrapartum ataupun juga postpartum. Pada periode postpartum penyebab perdarahan dapat disebabkan oleh atonia uteri, laserasi jalan lahir, retensi sisa plasenta atau gangguan pembekuan darah.3 Namun ternyata anemia zat besi menyumbang hingga 20% dari seluruh kasus kematian maternal.5 Usia ibu hamil terlalu muda atau terlalu tua serta anemia dalam kehamilan termasuk kelompok ibu dengan risiko.6 2 Anemia maternal menyumbang 40-60% kematian ibu di Negara berkembang. Anemia merupakan penyebab langsung sekaligus penyebab tidak langsung kematian pada kasus gagal jantung, perdarahan, infeksi dan preeklamsia.7 Anemia merupakan salah satu kelainan darah yang umum terjadi ketika jumlah sel darah merah (eritrosit) dalam tubuh kadar atau konsentrasinya menurun. Anemia pada ibu hamil dapat disebabkan oleh hal yang bersifat multifaktor, mulai dari faktor yang murni karena defisiensi zat besi, asam folat, vitamin B12, penyakit malaria/ hemolitik atau penyakit sickle cell, umur hamil yang berisiko, paritas yang tinggi, dan jarak kehamilan yang terlalu rapat.3 Anemia menjadi suatu permasalahan kesehatan apabila melewati nilai ambang batas yaitu > 20%.8 Pada kelompok wanita dewasa usia reproduksi, terutama wanita hamil dan wanita menyusui memiliki kecenderungan banyak yang mengalami defisiensi zat besi. Umur seorang ibu berkaitan dengan kesiapan fungsi alatalat reproduksinya. Kehamilan yang terjadi di usia < 20 atau > 35 tahun sangat tinggi risiko terjadi anemia karena secara biologis fungsi reproduksinya belum cukup adekuat atau sebaliknya sudah menurun.9 Selain disebabkan karena faktor yang disebutkan di atas, anemia dalam kehamilan dapat dipengaruhi oleh kemiskinan atau ketimpangan gender, tingkat pendidikan yang rendah, sosial, budaya maupun ekonomi yang membuat terbatasnya pemenuhan gizi bagi ibu hamil. Harga sumber makanan hewani yang mahal atau keanekaragaman sumber hewani yang terbatas menimbulkan kecenderungan pada ibu hamil untuk membatasi sumber 3 makanan gizi seimbang atau menyebabkan ibu hamil memilih sumber makanan nabati yang murah dan mudah didapat sehingga meningkatkan risiko terjadinya gizi kurang pada ibu hamil.10 Status gizi ibu hamil dapat dilihat dari hasil pengukuran terhadap Lingkar Lengan Atas/ LILA. Pengukuran LILA bertujuan sebagai deteksi dini kondisi Kurang Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil. Ibu dengan status gizi buruk memiliki risiko untuk terjadinya perdarahan dan infeksi postpartum.11 Status anemia berhubungan dengan kejadian KEK.12 Ibu hamil yang menderita anemia memiliki kemungkinan mengalami perdarahan postpartum.6 Anemia pada ibu hamil disebut juga dengan Potential Danger to Mother And Child (Potensial Membahayakan Ibu dan Anak). Hal itu didasarkan bahwa anemia memiliki kemungkinan yang cukup besar pada terjadinya komplikasi bagi ibu dan bayi seperti perdarahan post partum, involusi uterus saat periode post partum, infeksi post partum, BBLR, ataupun IUGR.3 Anemia pada ibu dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi, diantaranya adalah meningkatkan risiko buruknya pemulihan akibat kehilangan darah saat kelahiran, meningkatnya risiko perdarahan post partum dan infeksi postpartum, atau buruknya pemulihan luka. Sedangkan komplikasi yang timbul pada janin atau bayi apabila ibu memiliki riwayat anemia adalah potensial mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin, kelahiran prematur, dan kelahiran dengan bayi BBLR. Dengan demikian, terjadinya anemia pada ibu hamil dapat meningkatkan berbagai macam risiko yang dapat mengancam jiwa ibu ataupun bayi yang dikandungnya.13 4 Di Negara berkembang, 370 juta perempuan terkena anemia. Rata-rata prevalensi anemia pada wanita hamil adalah 51%, lebih tinggi dibandingkan dengan wanita tidak hamil yang hanya 41%. Berdasarkan dearah regionalnya, prevalensi anemia pada wanita hamil di wilayah Asia Tenggara adalah 56%, sedangkan prevalensi anemia untuk wanita tidak hamil adalah 47%.5 Data menurut Survei Data Kesehatan Indoneisa (SDKI) (2012) memberikan hasil yang cukup mengejutkan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2007 yaitu 228 per 100.000 Kelahiran Hidup mengalami peningkatan menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup (KH) pada tahun 2012.14 Menurut data yang diperoleh dari Profil Kesehatan D.I Yogyakarta tahun 2014 menyebutkan bahwa pada tahun 2012 jumlah kasus kematian ibu sebanyak 40 kasus, namun pada tahun 2013 jumlah tersebut mengalami peningkatan menjadi 46 kasus. Adapun penyebab kematian ibu di DIY pada tahun 2013 yaitu 33% karena perdarahan, 2% karena eklampsia, 28% karena preeklamsia berat, 9% karena sepsis atau infeksi, dan 28% karena faktor lainnya. Masih menurut Dinkes D.I. Yogyakarta, prevalensi ibu hamil anemia masih berkisar 15-39% di 5 Kabupaten/ Kota di DIY. Hasil Audit Maternal Perinatal (AMP) menyimpulkan bahwa penyebab kematian ibu pada tahun 2013 di Kabupaten Bantul adalah 23% karena Preeklamsia/ Eklamsia, 46% karena perdarahan, 8% karena infeksi, 8% karena keracunan dan 15% karena penyebab lain.15 5 Berdasarkan data yang diperoleh dari Profil Kesehatan Kab. Bantul tahun 2014, AKI di Kabupaten Bantul pada tahun 2013 mengalami kenaikan dibanding pada tahun 2012. AKI Kabupaten Bantul tahun 2013 sebesar 96,83/100.000 kelahiran hidup, sedangkan pada tahun 2012 hanya sebesar 52,2/100.000 kelahiran hidup. Hal yang lebih mengejutkan lagi, berdasarkan data terbaru yang diperoleh dari Dinkes Bantul, jumlah kasus kematian ibu tahun 2014 di Kabupaten Bantul adalah sebanyak 14 kasus, 7 kasus (50%) diantaranya terjadi pada kelompok umur berisiko, dan menempatkan Kabupaten Bantul sebagai Kabupaten dengan jumlah kematian ibu nomor 1 di DIY. Kecamatan Pajangan termasuk ke dalam wilayah kecamatan dengan penyebaran kasus kematian ibu terbanyak selain Kecamatan Sanden, Kretek, Pundong, Pandak, Bantul, Pleret dan Sewon dengan presentasi 19,5% dari total 17 wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten Bantul. Jumlah ibu hamil Risiko Tinggi (Risti) di Kabupaten Bantul adalah 97,5% atau sebanyak 2.786 ibu hamil. Sedangkan presentase ibu hamil status gizi KEK sebesar 9,66%.16 Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul tahun 2014 menyebutkan bahwa cakupan anemia ibu hamil tahun 2014 di Puskesmas Pajangan adalah sebanyak 191 ibu hamil (54,9%) dari total 348 ibu hamil yang melakukan pemeriksaan hemoglobin. Angka tersebut menempatkan Puskesmas Pajangan sebagai Puskesmas dengan jumlah ibu hamil anemia terbanyak sewilayah Kabupaten Bantul. Selain itu, Puskesmas Pajangan menempati urutan ke-6 untuk Puskesmas dengan jumlah ibu hamil dengan KEK terbanyak yaitu 14,56%.16 6 Studi pendahuluan yang dilakukan pada 9 Mei 2015 di Puskesmas Pajangan Bantul diperoleh data bahwa selama periode Januari-April 2015 jumlah ibu hamil yang melakukan pemeriksaan ANC sebanyak 249 ibu hamil dengan rata-rata kunjungan perbulannya adalah 63 ibu hamil. Sebanyak 152 (50%) diantaranya adalah ibu hamil trimester III. Jumlah ibu hamil trimester III yang melakukan pemeriksaan Hb ulangan di Puskesmas Pajangan selama periode Januari-April 215 sebanyak 43 ibu hamil dan 12 diantaranya (28%) mengalami anemia dalam kehamilan. Hal tersebut menunjukkan bahwa masalah anemia masih menjadi suatu permasalahan kesehatan pada ibu yang memerlukan pertimbangan dan strategi yang cermat untuk mengatasinya terutama di wilayah Puskesmas Pajangan Bantul. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik mengambil permasalahan tersebut sebagai tugas akhir dengan judul “Hubungan Umur dan Status Gizi dengan Kejadian Anemia Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Pajangan Kabupaten Bantul tahun 2015”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara umur dan status gizi dengan kejadian anemia ibu hamil trimester III di Puskesmas Pajangan Kabupaten Bantul? 7 C. Tujuan Penelitian Berikut merupakan tujuan dari dilakukannya penelitian ini, yaitu: 1. Tujuan umum Mengetahui hubungan antara umur dan status gizi dengan kejadian anemia ibu hamil trimester III di Puskesmas Pajangan Kabupaten Bantul. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui karakteristik ibu hamil trimester III di Puskesmas Pajangan Kabupaten Bantul meliputi pendidikan dan pekerjaan b. Mengetahui prevalensi umur risiko pada ibu hamil trimester III di Puskesmas Pajangan Kabupaten Bantul c. Mengetahui prevalensi status gizi KEK pada ibu hamil trimester III di Puskesmas Pajangan Kabupaten Bantul d. Mengetahui prevalensi ibu hamil anemia trimester III di Puskesmas Pajangan Kabupaten Bantul e. Mengetahui prevalensi kejadian anemia ibu hamil trimester III pada umur berisiko dan tidak berisiko di Puskesmas Pajangan Kabupaten Bantul f. Mengetahui prevalensi kejadian anemia ibu hamil trimester III pada status gizi KEK dan tidak KEK Puskesmas Pajangan Kabupaten Bantul 8 g. Mengetahui besar rasio ibu hamil dengan umur berisiko terhadap kejadian anemia ibu hamil trimester III di Puskesmas Pajangan Kabupaten Bantul h. Mengetahui besar rasio ibu hamil dengan status gizi KEK terhadap kejadian anemia ibu hamil trimester III di Puskesmas Pajangan Kabupaten Bantul D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang diperoleh meliputi manfaat praktis dan manfaat teoritis yaitu sebagai berikut: 1. Manfaat praktis a. Bagi Puskesmas Pajangan Sebagai sumber informasi untuk bahan pertimbangan pengambilan kebijakan bagi Puskesmas guna peningkatan mutu pelayanan deteksi dini komplikasi dan konseling kebidanan khususnya pada pemeriksaan Antenatal Care (ANC) di masa mendatang sehingga tenaga bidan di Puskesmas dapat membantu ibu memaksimalkan kesehatannya baik selama hamil ataupun setelah melahirkan. b. Bagi peneliti Sebagai pengetahuan sarana di untuk bidang menambah kebidanan khususnya pemeriksaan ibu hamil atau Antenatal Care. 9 pengalaman dan pelayanan c. Bagi ibu hamil Sebagai sarana untuk meningkatkan rasa keingintahuan ibu hamil kaitannya dengan umur, status gizi dan anemia. 2. Manfaat teoritis a. Bagi institusi D-IV Kebidanan SV UGM Menjalin suatu kerjasama yang harmonis, terpadu dan berkesinambungan antara pihak Puskesmas dengan civitas akademika khususnya D-IV Kebidanan Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta kaitannya dalam hal kesehatan ibu hamil. b. Bagi peneliti lain Sebagai acuan studi kepustakaan dan referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian khususnya dengan topik yang hampir serupa yaitu tentang hubungan antara umur ibu dan status gizi dengan kejadian anemia ibu hamil. E. Keaslian Penelitian 1. Cucu Herawati dan Sri Astusi (2010)17, dengan judul “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Anemia Gizi Pada Ibu Hamil di Puskesmas Jalaksana Kuningan”. Tujuan penelitian adalah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan anemia gizi ibu hamil di Puskesmas Jalaksana Kuningan tahun 2010. Pemilihan sampel menggunakan teknik Simple Random Sampling. Analisis data menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian adalah ada hubungan antara umur kehamilan dan status 10 gizi dengan anemia gizi pada ibu hamil. Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah tujuan penelitian yang ingin didapat, pendekatan menggunakan rancangan cross sectional serta analisis menggunakan Uji Chi Square. Sedangkan perbedaannya adalah teknik sampling menggunakan teknik consecutive-sampling dan dilakukan analisis besar angka risiko kejadian. 2. Sandrayayuk Marlapan, Benny Wantouw dan Jolie Sambeka (2013)18 dengan judul “Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tuminting Kec. Tuminting Kota Manado tahun 2013”. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tuminting, Kec. Tuminting Kota Manado. Desain penelitian menggunakan case control dengan pendekatan retrospektif. Analisis data menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian adalah ada hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia ibu hamil. Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah tujuan penelitian yang ingin didapat. Sedangkan perbedaannya adalah desain penelitian menggunakan analitik kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional dan dilakukan analisis besar angka risiko kejadian. 3. Miranda (2011)19 dengan judul “Hubungan Antara Status Besi, Status Vitamin A Dan Status Protein Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Kabupaten Bungo Provinsi Jambi tahun 2009”. Tujuan dari penelitian adalah mengkaji hubungan antara status besi (kadar besi 11 serum), status vitamin A (kadar retinol serum), status protein (kadar total protein serum) dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Kabupaten Bungo. Desain penelitian yang digunakan adalah observasional dengan pendekatan cross sectional. Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi-Square. Hasil penelitian yaitu ada hubungan antara kadar besi serum (status zat besi) dan kadar retinol serum (status vitamin A) dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah rancangan penelitian yang digunakan. Sedangkan perbedaannya adalah desain penelitian menggunakan desain survei analitik dan dilakukan analisis besar angka risiko kejadian. 12