BABl PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada pasar bebas saat ini, baik perusahaan multinasional maupun domestik dituntut akan keunggulan kompetitif agar dapat bertahan dan memimpin persaingan industri yang semakin meningkat. Untuk mewujudkan keunggulan kompetitif, perusahaan berusaha untuk menciptakan efisiensi, efektivitas, dan ekonomis dalam segala aktivitas perusahaan. Tingkat natalitas Indonesia yang cepat tanpa diimbangi dengan kesempatan kerja dan lapangan kerja akan menyebabkan penawaran tenaga kerja yang melimpah. Masalah tenaga kerja di Indonesia merupakan masalah yang tidak pernah selesai, khususnya mengenai upah buruh yang selalu menjadi fokus efisiensi perusahaan tanpa memperhatikan kesejahteraan. Hal ini dibenarkan dengan melihat tingkat upah buruh di Indonesia. Pengurangan tenaga kerja otomatis akan mengurangi biaya tenaga kerja yang dikeluarkan perusahaan. Pengurangan itu akan meningkatkan rasio keuangan yang digunakan oleh investor sebagai pertimbangan investasi. Biaya tenaga kerja bukan satu-satunya biaya yang bisa dihemat oleh perusahaan. Misalnya biaya bahan baku, mungkin perusahaan bisa menghemat biaya bahan baku dengan memiliki negosiasi yang tinggi terhadap pemasok sehingga perusahaan bisa melakukan efisiensi pengadaan bahan baku. Sebagian besar perusahaan asing di Indonesia merupakan anak perusahaan yang memasok bahan baku dari induk perusahaan di luar negeri dengan tujuan untuk perakitan. 1 2 Dengan kondisi ini, maka perusahaan di Indonesia tidak memiliki cara lain untuk memasok bahan baku selain berasal dari perusahaan induk. Sehingga ketika terjadi gejolak ekonomi, bentuk efisiensi yang dimungkinkan adalah dengan menekan biaya tenaga kerja agar perusahaan bisa mempertahankan harga produk. Kenyataan tersebut sejalan dengan asumsi mendasar dalam akuntansi biaya bahwa perilaku biaya simetris untuk peningkatan dan penurunan aktivitas (Noreen, 1991 ). Bertentangan dengan asumsi ini, studi terbaru menunjukkan perilaku biaya yang cenderung downwardly dalam arti bahwa ketika tingkat perubahan aktivitas dengan jumlah yang sama, biaya lebih meningkat ketika aktivitas meningkat dibanding penurunan biaya ketika aktivitas menurun (Anderson et al., 2003; Calleja et al., 2006; Chen et al., 2011). Dalam akuntansi, biaya diklasifikasikan menjadi biaya variabel, biaya tetap, dan biaya semi variabel. Biaya variabel merupakan biaya yang besarnya berhubungan secara proposional dengan tingkat output. Sementara itu, besarnya biaya tetap tidak bergantung pada tingkat output. Biaya semi variabel merupakan biaya yang besarnya bergantung pada tingkat output tetapi tidak proposional. Pengaruh tidak proposional tersebut di atas tercermin dari perilaku biaya yang berbeda antara biaya pada saat aktivitas meningkat dan biaya pada saat aktivitas menurun. Perubahan biaya pada saat aktivitas meningkat, lebih cepat dibanding dengan perubahan biaya pada saat aktivitas menurun (Windyastuti dan Biyanto, 2005). Perilaku biaya ini disebut sticky (kaku). Biaya disebut sticky ketika besarnya kenaikan biaya yang disebabkan penambahan volume lebih besar 3 dibanding besarnya penurunan biaya yang disebabkan penurunan volume ekuivalen. Penelitian tentang perilaku biaya yang dilakukan Windyastuti (20 10) menemukan bahwa biaya non-produksi yang meliputi biaya pemasaran, administrasi, dan urnurn (P A&U) pada sejumlah perusahaan manufaktur bersifat sticky. Penyebab utama adanya perilaku biaya yang bersifat sticky atau cost stickiness (kekakuan biaya) adalah ketidakpastian mengenai permintaan akan produk perusahaan di masa mendatang yang mendorong manajer untuk menunda pengurangan biaya sampai mereka yakin adanya penurunan volume aktivitas. Pada kondisi lingkungan ekonomi makro yang positif atau sedang tumbuh, cost stickiness semakin meningkat. Manajer cenderung untuk tidak mengurangi biaya karena mereka berharap bahwa tingkat aktivitas akan segera pulih. Selain itu, menghadapi kekurangan tenaga keJja dalam periode pertumbuhan ekonomi, manajer semakin ragu untuk menurunkan sumber daya tenaga kerja saat penjualan menurun karena kekurangan tenaga kerja ketika perekonomian tumbuh membuat biaya penggantian tenaga kerja naik. Di sisi lain, perusahaan yang lebih mengandalkan aset untuk menghasilkan pendapatan menyebabkan cost stickiness semakin meningkat. Dalam hal ini, ketika perusahaan sedang berada dalam tekanan keuangan tidak mendapatkan banyak keuntungan dari hasil penjualan aset karena nilai jual aset setelah perusahaan dinyatakan sedang mengalami kesulitan keuangan, mengalami penurunan bila dibandingkan dengan nilai jual aset sejenis milik perusahaan yang sehat. 4 Pada penelitian Anderson eta/. (2003) menunjukkan bahwa perilaku biaya P A&U bersifat downwardly. Hal ini berlawanan dengan penelitian yang dilakukan Cheng et al, (2012) menggunakan sampel perusahaan-perusahaan Cina dengan ukuran yang berbeda dari tahun 1998-2007 yang menunjukkan bahwa perilaku biaya PA&U bersifat upwardly, yaitu biaya PA&U lebih cenderung turun ketika aktivitas turun daripada ketika aktivitas naik dengan jumlah yang sama. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti menguji faktor-faktor yang mempengaruhi cost stickiness perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2005 sampai dengan 2011, yaitu growth, intensitas aset, intensitas tenaga kerja, dan ukuran perusahaan. Peneliti menggunakan model yang digunakan oleh Anderson et al. (2003) untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi kekakuan biaya (cost stickiness). Pada model Anderson et a/. (2003) perubahan biaya PA&U berkaitan dengan perubahan penjualan bersih, termasuk hubungan perubahan penjualan bersih, dan variabel dummy yang mempengaruhi perubahan penjualan bersih. 1.2 Rumusan Masalah aias, maka pertanyaan penelitian adalah apakah growth, intensitas aset, intensitas tenaga kerja, dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap cost stickiness perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2005 sampai dengan 2011. 5 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan untuk rnenguji pengaruh growth, intensitas aset, intensitas tenaga kerja, dan ukuran perusahaan terhadap cost stickiness perusahaan rnanufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2005 sarnpai dengan 2011. 1.4 Motivasi Penelitian Beberapa penelitian rnengenai cost stickiness telah dilakukan di luar negeri. Biaya PA&U perusahaan-perusahaan di Brasil diternukan signifikan bersifat sticky (Otavio dan Patricia, 2005). Penelitian He et a/., ( 2010) rnenunjukkan bahwa biaya PA&U perusahaan-perusahaan non-keuangan di Jepang juga diternukan signifikan bersifat sticky. Struktur biaya perusahaan perbankan dan kondisi ekonorni di setiap negara rnernpengaruhi tingkat respon biaya terhadap kenaikan dan penurunan permintaan. Bank dengan proporsi biaya tetap yang lebih tinggi, seperti perusahaan perbankan di Brasil, rnenunjukkan penurunan biaya yang lebih rendah saat terjadi penurunan permintaan. Bank dengan tingkat intensitas aset yang lebih tinggi, seperti menmtiukkan penurunan biaya yang lebih tinggi saat perrnintaan rnenurun. Sedangkan bank yang beroperasi dalarn lingkungan ekonorni yang tidak rnenentu, seperti di Argentina, rnenunjukkan kenaikan biaya yang rendah ketika permintaan rneningkat dan akibatnya juga akan rnenunjukkan rendahnya penurunan biaya saat terjadi penurunan permintaan (Porporato, 201 0). 6 Tabell Penelitian Terdahulu Sampel No. 1. Peneliti Variabel Peneltian Anderson, Perusahaan Variabel Dependen: Growth, intensitas et al (2003) Manufaktur cost stickiness aset, dan intensitas tenaga diAmerika 2. Hasil Penelitian Variabel Independen: kelja signiftkan -Growth berpengaruh - Intensitas Aset terhadap cost - Intensitas Tenaga Kerja stickiness Variabel Dependen: - Growth, dan Windyastuti Perusahaan dan yang terdaftar cost stickiness intensitas aset Biyanto di BEl berpengaruh (2005) Variabel Independen: signifikan terhadap -Growth cost stickiness - Intensitas Aset - Intensitas Tenaga Kerja - Intensitas tenaga kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap cost stickiness "' -'· 4. Otaviodan Perusahaan Variabel Dependen: BiayaPA&U Patricia Publik di cost stickiness perusahaan- (2005) Brazil perusahaan di Brasil V ariabel Independen: diternukan signifikan Perubahan Penjualan bersifat sticky Porporato Perusahaan Variabel Dependen: Perubahan penjualan (2010) Perbankan di cost stickiness dan intensitas aset 7 berpengaruh Argentina, Brazil, dan V ariabel Independen: signifikan terhadap Kanada - Perubahan Penjualan cost stickiness baik - Intensitas Aset di Argentina, Brazil, maupun Kanada 5. He et al., Perusahaan Variabel Dependen: Growth dan (2010) non- cost stickiness intensitas aset tidak berpengaruh keuangan di Jepang V ariabel Independen: signifikan terhadap -Growth cost stickiness - Intensitas Aset 6. Windyastuti Perusahaan Variabel Dependen: (2010) Plastik dan - Biaya Produksi pada perusahaan Kacayang - Biaya Non Produksi plastik dan kaca Terdaftar di BEl - Biaya produksi tidak bersifat sticky V ariabel Independen: - Perubahan Penjualan - Biaya nonproduksi pada perusahaan plastik dan kaca bersifat sticky Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelurnnya, yaitu penelitian ini menambahkan faktor ukuran perusahaan yang mempengaruhi cost stickiness dan sampel penelitian yang digunakan yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Peneliti termotivasi meneliti hubungan ukuran perusahaan terhadap perilaku biaya. Pertama, perusahaan-perusahaan kecil menghadapi kendala keuangan yang lebih berat, yang membatasi kemampuan perusahaan 8 untuk menaikkan biaya ketika aktivitas naik dan memperkuat keinginan perusahaan untuk memotong biaya ketika aktivitas turun (Petersen dan Rajan, 1997; Beck et al, 2005). Kedua, penyesuaian biaya untuk menghapus sumber daya, seperti uang pesangon untuk karyawan yang diberhentikan, cenderung lebih tinggi untuk perusahaan besar, perusahaan-perusahaan yang lebih besar cenderung memiliki perilaku biaya yang bersifat downwardly (Zimmerman, 1983). Ketiga, kecenderungan manajerial untuk membangun perusahaan yang kuat bagi perusahaan-perusahaan yang lebih besar. Akibatnya, perusahaan besar cenderung untuk mengurangi biaya ketika aktivitas turun daripada meningkatkan biaya ketika aktivitas meningkat (Eisenberg et al., 1998). Berdasarkan perbedaan cost stickiness antara perusahaan besar dan kecil di sepanjang penelitian tersebut, maka menjadi motivasi peneliti untuk menguji faktor yang mempengaruhi cost stickiness perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2005 sampai dengan 2011 selain growth, intensitas aset, intensitas tenaga kerja yaitu ukuran perusahaan. 1.5 Kontribusi Penelitian 1. Kontribusi Praktis Perilaku biaya berhubungan dengan keputusan manaJer menghadapi ketidakpastian permintaan di masa mendatang. Biaya menyesuaikan dengan perubahan volume sumber daya yang sudah dipesan manajer, sedangkan volume sumber daya dipengaruhi permintaan yang fluktuatif. Sehingga dengan adanya penelitian ini, manajer perlu hati-hati dalam perencanaan pesanan sumber daya 9 dan mempertimbangkan pengaruh keputusan yang telah dibuat dengan perilaku biaya yang bersifat sticky. 2. Kontribusi Teoretis Pemahaman yang lebih dalam proses pengambilan keputusan manajerial dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap cost stickiness merupakan langkah yang penting untuk mengembangkan akuntansi biaya di Indonesia Penelitian ini diharap dapat digunakan sebagai tambahan ilmu pengetahuan mengenai kekakuan biaya (cost stickiness). 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Agar penelitian ini dapat memberi pemahaman yang sesuai dengan yang diharap dan permasalahan yang akan dibahas bisa terpecahkan dengan lebih terarah pada tujuan, maka dalam penulisan penelitian ini peneliti membatasi masalah mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi cost stickiness perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yaitu growth, intensitas aset, intensitas tenaga ketja, dan ukuran perusahaan. Perusahaan yang digunakan penulis sebagai ruang lingkup atau pembahasan masalah adalah perusahaan manufakur. Peneiitian ini diharap dapat meminimal perbedaan karakteristik antar perusahaan dalam sampel di Bursa Efek Indonesia selama periode 2005 sampai dengan 2011.