1 PENERAPAN MODEL PROBLEM BASSED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN AKTIVITAS SISWA KELAS VIII MTs NURUL ISLAM GANTI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Baiq Rias Anistiarini1 , Sukainil Ahzan2 , Baiq Azmi Sukroyanti3 Program Study Pendidikan Fisika IKIP Mataram E-mail: [email protected] ABSTRAK Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui model Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan aktivitas siswa kelas VIIIbMTs Nurul Islam Ganti Tahun Pelajaran 2013/2014. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam 2 siklus yang terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, evaluasi dan refleksi. Data penelitian berupa keterampilan berpikir kritis siswa diambil menggunakan LKS. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kriteria keterampilan berpikir kritis siswa pada siklus I kurang kritisdengan rata–rata nilai 47,08 dan pada siklus ke II keterampilan berpikir kritis siswa kriterianyaKritis dengan rata–rata 62,92 dengan demikian model problem based learning dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan aktivitas siswa kelas VIIIb MTs Nurul Islam GantiTahun Pelajaran 2013/2014. Kata kunci : Problem Based Learning, Keterampilan Berpikir Kritis Dan Aktivitas ABSTRACT The research aimed to find out implementation of problem based Learning Model to Increase Students’ Critical thinking and activities at VIIIb class of MTs. Nurul Islam Ganti in academic years 2013/2014. The research used classroom action research with two cycles. Each cycle consist of planning, acting, observing and reflecting. The subject of the research was students VIIIb class with total subject 28 students. The data gathering by using students work seat (LKS). Based on the data analysis was gotten that there were increasing students achievement from first cycle to the second cycle with the average score 47,08 to 62,92. Therefore, it took conclusion that the implementation of Problem based Learning Model can increase students’ Critical thinking and activities at VIIIb class of MTs. Nurul Islam Ganti in academic years 2013/2014. Key Words: Problem based Learning Model, Students’ Critical Thinking and Activitie Pendahuluan Ilmu yang mempelajari tentang alam semesta disebut ilmu pengetahuan alam (IPA), yang termasuk di dalamnya adalah ilmu fisika. Ilmu fisika mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkembangan sains dan tekhnologi, sehingga siswa yang mempelajari fisika dituntut menguasai materi secara tuntas, melalui suatu proses belajar mengajar yang dapat menumbuhkan kreatifitas siswa dan mendorong mereka berfikir secara sistematis, teoritis, logis, dan kreatif . Namun pada kenyataanya banyak orang yang memandang bahwa fisika adalah mata pelajaran yang sulit, sehingga menimbulkan dampak hasil belajar yang rendah. Sebagaimana hal tersebut dapat kita lihat dan amati dari sedikitnya minat siswa dalam mempelajari fisika dan rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika. 2 Tabel 1.1. Nilai rata-rata ulangan semester ganjil mata pelajaran Siswa kelas Nilai rata-rata Persentas kentutasan VIII A 43,54 28,13% VIII B VII C 59,97 64,77 41,59% 53,47% Sumber: Arsip guru Fisika Kelas Vะจ Tahun Pelajaran 2012/2013. Dari data di atas diketahui bahwa nilai rata-rata ulangan semester mata pelajaran fisika masih rendah. Oleh karena itu diperlukan metode baru dalam pembelajaran. Metode pembelajaran yang akan diterapkan dalam penelitian ini adalah metode problem Based Learning. Berdasarkan hasil observasi di atas dapat dijadikan suatu landasan untuk dilaksanakannya penelitian tindakan kelas. Adapun, “penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat. Masalah yang juga sering muncul dalam proses pembelajaran Fisika adalah tingkat pemahaman siswa dalam suatu permasalahan. Hal ini berdampak pada rasa kurang percaya diri siswa, dan kurangnya pemahaman siswa tentang materi yang dipelajarinya dengan bagaimana pemanfaatannya dalam kehidupan nyata. Dalam hal ini, akan menuntut guru lebih kreatif dalam memilih model belajar yang tepat dalam proses belajar mengajar. Sehingga dari data observasi awal yang telah dilakukan model pembelajaran yang tepat digunakan adalah model pembelajaran berbasis masalah. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model problem based learning. Model problem based learning adalah suatu model pembelajaran yang menuntut peserta didik untuk berpikir kritis, memecahkan masalah, belaja r secara mandiri, dan menuntut keterampilan berpartisipasi dalam tim (Ryanto, 2012). Pembelajaran seperti ini berbeda dengan sebelumnya yang lebih didominasi oleh guru. Model pembelajaran ini menitikberatkan pembelajaran pada keaktifan siswa bukan lagi pada guru. Siswa berusaha memecahkan masalah yang disajikan oleh guru. Proses pemecahan masalah dilakukan secara kolaborasi dan disesuaikan dengan kehidupan nyata. Dalam hal ini siswa terlibat dalam penyelidikan untuk pemecahan masalah yang mengintegrasikan keterampilan konsep dan berbagai isi materi pelajaran. Ciri dari model ini adalah siswa menyelidiki masalah yang disajikan oleh guru dengan berkolaborasi dengan siswa lainnya. Ciri ini tentunya dapat diterapkan pada siswa yang senang berdiskusi. Selain itu PBL mengharuskan adanya penerapan materi dalam kehidupan nyata secara langsung. Hal ini sesuai dengan materi suhu dan kalor yang memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari- hari. Sehingga dengan penerapan model PBL dalam pembelajaran dan memperhatikan karakteristik dari siswa serta materi, diharapkan aktivitas siswa bisa meningkat yang kemudian akan berdampak pula pada peningkatan hasil belajar yang diraih siswa. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti akan menerapkan model Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan aktivitas sisw MTs Nurul 3 IslamGanti tahun pelajaran 2013/2014. Tujuan dalam penelitian ini adalah ”Mengetahui bagaimanakah model problem based learning dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan aktivitas siswa MTs Nurul Islam Ganti Tahun Pelajaran 2013/2014’’. Kajian Literatur Pembelajaran adalah suatu proses yang menunjukan bahwa lingkungan seseorang sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus, menurut corey dalam (Putra, 2013). Selanjutnya Pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid, Sagala, (2012). Selanjutnya, pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono (1999) adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar, Sagala, (2012). Model PBL adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran Nurhadi (2004) dalam mrsigitblog.wordpress.com dalam Putra, (2013). Sedangkan menurut Rosalin dalam Apryani, (2013), model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan siswa untuk merangsang kemampuan berpikir. Kemudian Arends dalam Abbas dalam Putra, (2013) mengemukakan model problem based learning adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik, sehingga ia bisa menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran PBL menekankan pada keaktifan siswa. Dalam model ini, siswa dituntut aktif dalam memecahkan suatu masalah. Inti model PBL itu adalah masalah (problem). Model tersebut bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai suatu yang harus dipelajari oleh siswa untuk melatih dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis sekaligus pemecahan masalah, serta mendapatkan pengetahuan konsep-konsep penting. Tabel 2. Prosedur Pembelajaran Berdasarkan Masalah Langkah-Langkah No 1 2 Orientasi masalah Kegiatan Guru Menginformasikan tujuan pembelajaran Menciptakan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide yang terbuka Mengarahkan kepada pertanyaan atau masalah 3 Mendorong siswa mengespresikan ide-ide secara terbuka 4 4 1 Mengorganisasikan siswa untuk belajar Membantu menyelidiki secara mandiri atau kelompok 2 3 1 2 3 4 5 6 Mengembangkan dan menyajikan hasil kerja Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah 1 Membantu siswa dalam menentukan konsep berdasarkan masalah Mendorong keterbukaan, proses-proses demokrasi, dan cara belajara siswa yang aktif Menguji pemahaman siswa atas konsep yang ditemukan Memberikan kemudahan pengerjaan siswa dalam mengerjakan/menyelesaikan masa-lah Mendorong kerja sama dan penyelesaian tugas-tugas Mendorong dialog dan diskusi dengan teman Membantu siswa mengidentifikasikan dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang berkaitan dengan masalah Membantu siswa merumuskan hipotesis Membantu siswa dalam memberikan solusi Membimbing siswa dalam mengerjakan lembar kegiatan siswa (LKS) 2 Membimbing siswa dalam menyajikan hasil kerja 1 Membantu siswa mengkaji ulang hasil pemecahan masalah 2 Memotivasi siswa agar terlibat dalam pemecahan masalah 3 Mengevaluasi materi Sumber : akhmad sudrajat (2013) Menurut Schafersman (1991) dalam diwayanti berpikir kritis adalah berpikir secara nalar, reflektif, bertanggung jawab dan mahir yang difokuskan untuk menentukan apa yang diyakini dan dilakukan. Siswa tidak dapat mengembangkan keterampilan berpikirnya dengan baik tanpa berlatih enggunakannya dalam konteks berbagai bidang studi. Dengan demikian pengembangan keterampilan berpikir siswa dalam pembelajaran IPA tidak dapat dilakukan dengan cara mengingat dan menghafal konsep-konsep, tetapi dengan mengintegrasikan, mengaplikasikan dan mengkomunikasikan. Selanjutnya Jhonson (2002) memberikan penjelasan berpikir kritis, adalah kemampuan untuk mengatakan suatu dengan penuh percaya diri. Berpikir kritis memungkinkan siswa untuk menemukan kebenaran di tengah banjir kejadian dan informasi yang mengelilingi mereka setiap hari. Berpikir kritis adalah sebuah proes sistematis yang memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengevaluasi keyakian dan pendapat mereka sendiri. Ennis (1985) dalam Restiani mengklasifikasikan keterampilan berpikikritis menjadi 5 kelompok konsep-konsep yang telah dimiliki, yaitu:1. Memberikan penjelasan sederhana, meliputi memfokuskan pertanyaan, menganalisis pertanyaan, bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau tantangan.2.Membangun keterampilan dasar, meliputi mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya/tidak, mengamati dan mempertimbangkan suatu penjelasan atau tantangan.3. Menyimpulkan, meliputi mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi,4.Memberikan penjelasan lanjut, meliputi mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi dan mengidentifikasi asumsi.5.Mengatur strategi dan taktik, meliputi menentukan suatu tindakan dan berinteraksi 5 dengan orang lain menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi dan membuat dan menentukan nilai pertimbangan. Dalam mengkaji gagasan maupun pemecahan masalah, maka diperlukan proses berpikir dalam tingkatan yang lebih tinggi yang salah satunya adalah proses berpikir kritis IPA. Sejalan dengan pendapat Mc Murarry, et al (Muhfahroyin, 2009:2) dalam Restiani menyampaikan bahwa berpikir kritis merupakan kegiatan yang sangat penting untuk dikembangkan di sekolah, guru diharapkan mampu merealisasikan pembelajaran yang mengaktifkan dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis pada peserta didik. Kemampuan berpikir kritis Berpikir baru dikatakan kritis manakala si pemikir berusaha menganalisis argumentasi secara cermat, mencari bukti yang sah, dan menghasilkan kesimpulan yang mantap untuk mempercayai dan melakukan sesuatu .Sanjaya(2002). Seseorang pemikir kritis mempunyai kecenderungan batin untuk:Mencari kejelasan tesis atau masalah; Mencari alasan; Berusaha mendapatkan informasi sebanyak mungkinMenggunakan dan menyebutkan sumber yang handalMemperhatikan situasi keseluruhan Berusaha konsisten dengan pokok permasalahan Berperan teguh akan dasar permasalahan Mencari alternatifBerpikiran terbukaMengambil atau berganti posisi karena bukti dan alasan yang cukupMencari ketepatan secermat mungkinMemecahkan persoalan secara teratur pada bagian-bagian keseluruhanMenggunakan keterampilan berpikir kritis; Sensitif terhadap perasaan, tahap pengetahuan dan derajat kecanggihan pihak lain.(Marzano,1988). Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan subjek penelitian adalah siswa kelas VIII- B.MTs Nurul Islam Ganti Tahun pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari dua siklus, di mana setiap siklus terdiri dari tahapan-tahapan sebagai berikut : perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, dan refleksi. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini ada tiga yaitu: (1) Dokumentasi, dilakukan untuk memperoleh daftar nama siswa; (2) Observasi, dilakukan untuk mengamati aktivitas belajar siswa; (3) Tes, dignakan untuk menguji hasil belajar kognitif siswa. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini meliputi: tes tertulis berupa LKS dan lembar observasi aktivitas belajar siswa dan aktivitas guru. Data aktivitas belajar siswa akan dianalisis berdasarkan skor yang diperoleh pada lembar observasi dan dihitung dengan rumus berikut : Kemudian hasil belajar siswa ditentukan dengan cara berikut (Prayogi, 2013) : Nilai = ๐ ๐๐๐ ๐ฆ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ โ ๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐ข๐ × 100 Tabel 3. Instrumen penilian berpikir kritir (Prayogi, 2013) Indikator skor 4 Deskriptor Mengidentifikasi dan menjelaskan konsep-konsep yang mendasari Ceck liist 6 3 1. Kemampuan mengenal masalah 2 1 4 2.Menyusun hipotesis 3 2 1 4 3 3. Kemampuan membuat interffrensi 2 1 secra sistemtis, akurat, dan mendalam. Mengidentifikasi dan menjelaskn konsep-konsep yang mendasari secara sistematis Mengidentifiasi dan menjelaskan konsep-konsep yang mendasar secara sistematis. Tidak mampu mengidenifikasi dan menjelaskan konsep yan mendasari permasalahn. Merumuskan beberapa alternatif pemecahan masalah secara logis, berdasarkan konsep, dan secara tepat. Merumuskan beberapa alternatif pemecahan masalah secara logis dan berdasarkan konsep. Merumuskan beberapa alternatif pemecahan masalah secara logis. Tidak memiliki sejumlah alternatif pemecahan masalah. Menarik kesimpulan berupa solusi pemecahan masalah yang relevan, berdasarkan argumen yang rasional, kreatif, dan tepat. Menarik kesimpulan berupa solusi pemecahan masalah yang relevan, belandasakan argumen yang rasional dan kreatif Menarik kesimpulan berupa solusi pemecahan masalah yang relevan, berlandaskan argumen yang rasional. Tidak mampu menarik kesimpulan dan menghasilkan solusi yang relevan. Kemampuan berpikir kritis yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam mengidentifkasi masalah, membuat hipotesis, dan kemampuanmembuat interfrensi. Dengan keriteria kempuan berfikir kritis sebagai berikut: 7 Tabel 4. Krite ria kemampuan be rfikir kritis (Prayogi, 2013) Skala perolehan Kategori 81,25-100 Sangat kritis 62,50-81,25 Kritis 43,75-62,50 Kurang kritis 25,00-43,75 Sanagt kurang kritis Hasil Penelitian Hasil penelitian yang diperoleh pada setiap siklus adalah sebagai berikut: Hasil tahapan perencanaan dapat dinyatakan: a. Siklus 1 meliputi: RPP untuk materi bunyi, LKS,dan lembar observasi. b. Siklus 2 meliputi: RPP untuk materi bunyi, LKS,dan lembar observasi. Ringkasan hasil penelitian tiap siklus dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5. Hasil Penelitian Siklus I dan Siklus II Siklus I Jumlah Siswa yang Ikut 20 Nilai Rata-Rata Kriteria 46,50 Kurang kritis - II 17 68,50 Kritis - Keterangan Sangat kritis, jika 81,25 < x ≤ 100 Kritis, jika 62,50 < x ≤ 81,25 Kurang kritis, jika 43,75 < x ≤ 62,50 Sangat Kurang Kritis, jika 25,00 < x ≤ 43,75 Pembahasan Pada siklus 1, guru memberikan penjelasan mengenai jalannya proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah. Pelaksanaan pembelajaran ditunjang dengan RPP dan LKS yang telah disesuaikan dengan model pembelajaran. Pada awal pembelajaran, guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru menyuruh siswa berkelompok sesuai dengan kelompok yang telah ditentukan. Guru memberikan penjelasan agar pertanyaan dalam LKS dikerjakan secara urut, sehingga diperoleh jawaban yang benar. Proses pembelajaran pada siklus I berjalan kurang baik karena masih belum terbiasa dengan model pembelajarannya sehingga terdapat beberapa kekurangan. Kekurangan pada siklus 1 yaitu: (1) Manajemen waktu yang masih kurang baik sehingga ada beberapa langkah pembelajaran yang tidak dilaksanakan; (2) Kegiatan diskusi kurang efektif karena kerjasama siswa dalam kelompok 8 masih rendah dan belum bisa membagi tugas dalam menyelesaikan LKS, sehingga ada beberapa siswa yang hanya melihat saja temannya bekerj; (3) Masih banyak siswa yang ribut dalam pelaksanaan diskusi; (4) Siswa malu mempresentasikan hasil dari diskusi kelompoknya di depan kelas; (5) Siswa masih jarang memperhatikan temannya yang presentasi di depan kelas. Selain itu, sebagian siswa tidak disiplin dalam pembelajaran. Siswa terlambat masuk ruang kelas dan membuat gaduh di kelas dengan mengganggu temannya. Oleh karena itu, guru memberikan penjelasan dan arahan dalam proses penyelidikan dan cara berdiskusi. Kemudian pada akhir siklus diadakan tes hasil belajar kognitif. Pada siklus II, guru melakukan beberapa langkah perbaikan berdasarkan kekurangankekurangan yang ada pada siklus I. Perbaikan yang dilakukan pada siklus II antara lain: (1) guru lebih tegas dalam manajemen waktu, bersikap konsisten terhadap RPP yang sudah dibuat sehingga tidak ada lagi langkah pembelajaran yang tidak dilaksanakan; (2) guru mengganti anggota kelompoknya berdasarkan hasil evaluasi dan keaktifan siswa selama pembelajaran pada siklus 1 serta guru memberikan pengarahan manfaat kerjasama dan pembagian tugas dalam diskusi kelompok untuk menyelesaikan masalah yang ada dalam LKS; (3) guru bersikap lebih tegas kepada siswa yang ribut sehingga tidak mengganggu teman yang sedang berdiskusi; (4) guru mengarahkan siswa tersebut dan membimbingnya agar lebih percaya diri untuk mempresentasikan hasil diskusinya; (5) menginstruksikan siswa untuk memperhatikan temannya yang presentasi di depan kelas. Perbaikan-perbaikan tersebut berpengaruh pada meningkatnya skor aktivitas belajar siswa dimana pada siklus II skor aktivitas belajar siswa berkategori sangat tinggi. Ringkasan hasil penelitian tiap siklus dapat dilihat pada tabel 5. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian “Penerapan Model problem based learnig untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII MTs Nurul Islam Ganti pada materi pokok bunyi tahun pelajaran 2013/214.” dapat diperoleh bahwa kemampuan berpikir kritis siswa dapat di tumbuhkan pada siklus I sebesar 47,08dengan kategori kurang kritis, selanjutnya kemampuan berpikir kritis siswa dapat meningkat pada siklus II sebesar 62,92 dengan kategori kritis. Sedangkan skor kegiatan siswa pada siklus I sebesar 10,67 dengan kategori sedang, selanjutnya skor kegiatan siswa pada siklus II sebesar 13,63 dengan kategori tinggi. Maka dapat disimpulkan bahwa Penerapan Model problem based learning dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII MTs Nurul Islam Ganti pada materi pokok bunyi tahun pelajaran 2013/2014 Referensi Nurkancana, W. 1990. Evaluasi Hasil belajar. Surabaya: Usaha nasional. Putra, Sitiatava R. 2013. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Jogjakarta: DIVA Press Riyanto, Y. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana. Sagala, Syaiful. 2012. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta 9 Dwiyanti Gebyi,dkk. 2001. Keterampilan Berpikir Siswa SMA Kelas X dan XI Pada Pembelajaran Kimia Menggunakan metode Pratikum. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan. 2(1), 42-59. http://ejurnal.unp.ac.id Setyorini U, dkk.2011.Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP.Jurnal Pendidikan Indonesia. 7, 52-56. http://journal.unnes.ac.id Prayogi S, dkk. 2013. Implementasi Model PBL (Problem Based Learning) untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa.J urnal Prisma sains. 1, 79-87 ISSN 2338-4530