BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan yang cukup besar di dunia. Stroke adalah gangguan fungsi otak fokal maupun secara W D K U menyeluruh yang terjadi secara mendadak, lebih dari 24 jam yang berasal dari gangguan pembuluh darah otak (Setyopranoto, 2012). Gangguan pembuluh darah yang dimaksud merupakan proses patologis iskemik dan perdarahan / hemmoraghic. Hilangnya fungsional otak menyebabkan kerugian baik secara fisik, mental, sosial dan ekonomi bagi penderitanya (Satyanegara et al, 2009) Berdasarkan World Stroke Oganization (2010) setiap tahun terdapat 15 juta orang di dunia menderita akibat stroke dan 6 juta diantaranya meninggal © dunia. Stroke juga merupakan penyebab kematian kedua pada usia 60 tahun keatas dan penyebab kematian kelima pada usia 15- 59 tahun. Pada tahun 2013, stroke merupakan 10 besar penyakit terbanyak di Indonesia. Berdasarkan Riskesdas (2013), prevalensi kasus stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga medis sebesar 7,0 per mil dan 12,1 per mil bagi yang terdiagnosa memiliki gejala stroke. Prevalensi stroke tertinggi berdasarkan diagnosa oleh tenaga medis terletak di Provinsi Sulawesi Utara (10,8%), sedangkan prevalensi stroke tertinggi yang terdiagnosa memiliki gejala stroke terletak di Provinsi DIY (16,9%). Karakteristik penderita stroke di Indonesia yang 1 2 tertinggi pada usia 75 tahun ke atas (43,1%), dengan laki – laki (7,1%) memiliki presentase lebih banyak dibandingkan dengan perempuan (6,8%). Derajat keparahan yang ditimbulkan akibat stroke memungkinkan pasien untuk dirawat di rumah sakit. Perawatan di rumah sakit dilakukan sebagai upaya rehabilitasi pasien pasca serangan stroke dan evaluasi outcome pasien. Beberapa variabel menentukan lamanya rawat inap pasien di rumah sakit. Penelitian di W D K U Singapura menyebutkan bahwa derajat keparahan dan tipe gangguan pembuluh darah berpengaruh dalam lamanya rawat inap untuk rehabilitasi. Pasien dengan stroke iskemik memiliki median lama rawat inap 27 hari, sedangkan pasien stroke hemorraghic memiliki median lama rawat inap 31 hari.(Tan et al., 2009) . Faktor lain yang berpengaruh adalah jenis kelamin, usia, pemberian pengobatan lain, ketersediaan ruang gawat darurat, kepemilikan asuransi, faktor risiko saat pasien datang, dan rute administrasi. (Kim et al., 2013) © Upaya pemberian pengobatan lain yang tidak difokuskan pada penyakit stroke disebabkan oleh komplikasi. Komplikasi pada pasien berpotensi meningkatkan lama rawat inap, kemungkinan cacat pasien hingga kematian pasien. Komplikasi dapat terjadi akibat dari kondisi medis yang menyertai pasien atau komorbiditas dan / atau tindakan medis yang dilakukan petugas (adverse event). Komplikasi edema otak, emboli pulmo, dan kelainan jantung terjadi pada minggu pertama pasca stroke. Pneumonia, infeksi saluran kemih, perdarahan saluran cerna, phlebotrombosis, kontraktur dan osteopeni juga menjadi komplikasi yang menyertai pasien stroke. Kondisi ini dapat terus berlanjut pada saat pasien pulang dari rumah sakit atau ketika dilakukan perawatan di rumah sakit. (Caplan, 3 2009). Berdasarkan peneltian tiga besar komplikasi yang sering terjadi adalah infeksi saluran kemih (15.4%), pneumonia (9.0%) dan konstipasi (6.8%) (Ingeman et al, 2011).Data pasien stroke di RS Bethesda Yogyakarta pada tahun 2013, memiliki profil komplikasi yang berbeda. Didapatkan 64 pasien mengalami perdarahan saluran cerna, 60 pasien pneumonia, 28 pasien dekubitus dan 24 pasien infeksi saluran kemih pada 670 pasien yang ada pada database. (Pinzon, W D K U 2015). Diperlukan pendekatan yang komprehensif terhadap pasien stroke dengan komplikasi untuk mencegah kematian dan perburukan kecacatan. Pendekatan yang komprehensif memungkinkan adanya perbedaan lama rawat inap pasien. Penelitian Mohammed et al (2015) menyatakan bahwa length of stay (LOS) atau lama rawat inap akan meningkat secara bermakna pada pasien stroke dengan kecacatan dan komplikasi. Penelitian sebelumnya pada tahun 2011 menyatakan bahwa komplikasi akan meningkatkan durasi lama rawat inap. Rasio © peningkatan lama rawat inap sebanyak 1.08 pada pasien stroke dengan pneumonia dan 3.07 pada pasien stroke dengan komplikasi jatuh. (Ingeman et al, 2011). Peneltian oleh Mangotan et al (2014) menyebutkan bahwa sebanyak 27 pasien memiliki rawat inap lebih dari 7 hari akibat komplikasi yang dialaminya. Komplikasi yang bervariasi disetiap rumah sakit memungkinkan adanya penanganan dan perencanaan pembiayaan tersendiri. Belum diketahuinya profil komplikasi apa saja yang menjadi penyebab peningkatan lama rawat inap secara signifikan, mendorong peneliti untuk menganalisis hubungan antara komplikasi medis terhadap lama rawat inap. Penelitian ini diharapkan menjadi acuan di 4 dalam merawat pasien stroke, dan dalam menetapkan kebijakan perawatan dan operasional pasien. 1.2 Masalah Penelitian Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut “Apakah terdapat hubungan antara komplikasi medis dengan lama rawat W D K U inap pada pasien stroke iskemik di Rumah Sakit Bethesda?” 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap lama rawat inap pada pasien stroke iskemik di Rumah Sakit Bethesda. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. © Mengetahui hubungan antara komplikasi medis dengan lama rawat inap pada pasien stroke iskemik di RS Bethesda Yogyakarta. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi penulis Meningkatkan kemampuan penulis untuk mengolah data dan menganalisis masalah untuk dijadikan sumber informasi dan pengambilan keputusan. 1.4.2 Bagi pengembangan ilmu pengetahuan Membuka kesempatan untuk dilakukan penelitian lain pada fokus masalah yang sama dengan variabel yang berbeda. 1.4.3 Bagi pengemban kebijakan eksekutif kesehatan 5 Memberikan informasi mengenai hubungan komplikasi medis terhadap lama rawat inap yang dapat dijadikan acuan di dalam menetapkan kebijakan perawatan pasien dan pembiayaan operasional pasien. 1.4.4 Bagi masyarakat dan populasi penelitian Menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi masyarakat dan sebagai bentuk informasi yang dapat dijadikan gambaran kemungkinan yang terjadi pada pasien W D K U storke iskemik dengan rawat inap. 1.5 Keaslian Penelitan Penelitian yang memiliki fokus variabel komplikasi hanya pada penelitian Ingeman et al (2011). Pada penelitian tersebut tidak didaptkan variabel perdarahan saluran cerna yang masih menjadi komplikasi yang sering terjadi di Indonesia. Penelitian lainnya hanya menyebutkan jenis stroke dan komorbiditas pasien yang berpengaruh terhadap LOS dan tidak menekankan pada komplikasi pasien. Atas © dasar ini, peneliti ingin mengetahui hubungan tiga besar komplikasi pada pasien stroke iskemik terhadap lama rawat inap pasien di RS Bethesda. Tabel 1. Keaslian penelitian Peneliti, Judul tahun Tan et al., Factor predicting 2009 inpatient rehabilitation length of stay of acute stroke patient in Singapore. Jumlah Subjek 491 Subjek Metode Kohort retrospektif Hasil Pasien stroke dengan lebih dari 3 komorbiditas, memilki median LOS lebih pendek 10%. Median LOS meningkat pada pasien stroke hemorraghic(31) dari pada pasien stroke iskemik (27). 6 Ingeman et al., 2011 In- hospital 13721 medical subjek complications, length of stay, and mortality among stroke unit patients. Kohort retrospektif Komplikasi medis meningkatkan lama rawat inap dengan median 13 hari (kuartil ke 25 dan 75, serta 5 dan 33). Peningkatan lama rawat inap pada komplikasi pneumonia 1.80 (95% CI, 1.54 – 2.11) dan komplikasi jatuh 3.06 (95% CI, 2.67–3.52). Rerata LOS pada infark cerebral15,0 hari, stroke 18.6 hari, perdarahan intracerebral 28, 9 hari, dan perdarahan subarachnoid 25,3 hari. Pasien stroke dengan komplikasi memiliki LOS lebih dari 7 hari. W D K U Kim et al., Determinants of 17364 2013 length of stay in subjek stroke patients. Mangotan et Hubungan antara al., 2014 onset masuk rumah sakit dengan lama rawat inap pada pasien stroke. © Kohort retrospektif 116 subjek Kohort retrospektif