BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Komunikasi tidak hanya berfungsi sebagai alat atau cara untuk menyampaikan sesuatu tetapi lebih dari itu, komunikasi juga berfungsi untuk mengungkapkan perasaan dan pesan yang terkandung didalamnya oleh pihakpihak yang saling berkomunikasi. Hal ini menempatkan komunikasi pada kedudukan yang sangat penting bagi setiap manusia. Dengan berkomunikasi didalam masyarakat, maka suatu pesan dapat disampaikan oleh komunikator dan kemudian diterima lalu dimaknai oleh komunikan, baik berupa informasi maupun ajakan atau penawaran suatu produk. Pada suatu proses penjualan jasa maupun penjualan produk, komunikasi adalah kunci yang mempunyai peranan penting didalamnya. Dengan berkomunikasilah proses pertukaran pesan terjadi, sehingga pihak penjual dan pihak pembeli akan dapat memaknai dan kemudian menentukan suatu keputusan pembelian. Jamu adalah sebutan untuk obat tradisional yang berasal dari Indonesia. Jamu dibuat dari bahan-bahan alami, yang berupa bagian dari tumbuhan seperti akar-akaran, daun-daunan, kulit batang, dan buah. Ada juga jamu yang menggunakan komposisi bahan dari tubuh hewan, seperti empedu ular, seringkali kuning telur ayam kampung juga dipergunakan untuk tambahan campuran pada jamu. Kabupaten Sukoharjo adalah salah satu kabupaten yang sedang berkembang di Provinsi Jawa Tengah, letak geografisnya berdekatan dengan Kota Surakarta dan Kabupaten Wonogiri. Kabupaten Sukoharjo merupakan sentral penjualan jamu tradisional yang cukup dikenal di Indonesia. Dari banyaknya pedagang jamu tradisional di Kabupaten Sukoharjo, maka didirikanlah patung identitas Sukoharjo yaitu patung Jamu Gendong yang ada di Bulakrejo, patung inilah yang menjadikan Sukoharjo sebagai ikon Kota Jamu. Disebut Jamu Gendong karena patungnya menggambarkan seorang petani dan seorang penjual jamu gendong. Daerah Sukoharjo, khususnya kecamatan Nguter, memang terkenal sebagai daerah asal penjual jamu gendong di berbagai kota besar seperti Jakarta, Bandung, Bogor, Surabaya. Daerah tersebut dikenal dengan sebutan Kampung Jamu. Jumlah pabrik jamu di Sukoharjo yang sudah berkembang besar adalah Sabdo Palon, Gujati 59, dan Bisma Sehat. Untuk yang lainnya masih berupa home industry atau anggota jamu industri. Menurut data Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Sukoharjo, ada 198 perajin dari berbagai kecamatan yang bergabung dengan KOJAI, tetapi menurut ketua KOJAI Suwarsi Murtedjo, jumlah perajin tidak sebanyak itu lagi sebab beberapa perajin sudah meninggal dan keturunannya tidak melanjutkan usaha tersebut (Situs Resmi Direktorat Jenderal Otonomi Daerah, http://otda.kemendagri.go.id/index.php/categoryblog/1126-sehat-danmakmur-dengan-jamu-asal-nguter, diakses pada Minggu 15 November 2015; 16.25 WIB). Sekarang di dalam KOJAI, ada 76 anggota pengusaha jamu dan tersebar di seluruh wilayah kabupaten Sukoharjo. Anggota yang mendaftar di dalam KOJAI adalah anggota yang sudah dapat memproduksi sendiri dan telah mengikuti persyaratan yang diberikan oleh pimpinan KOJAI. Produkproduk yang dihasilkan pun sudah legal dan memiliki ijin edar dari BPOM. Salah satu pabrik jamu yang ada di kecamatan Nguter ini adalah Pabrik Jamu Bisma Sehat. PJ. Bisma Sehat adalah industri jamu tradisional yang bertempat di Desa Nguter, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah yang berdiri sejak tahun 1996. Perusahaan ini didirikan oleh Bapak Haji Mulyadi, yang dimulai dari usaha rumah, sampai akhirnya tumbuh menjadi salah satu perusahaan jamu terbaik di Kabupaten Sukoharjo. Pabrik-pabrik jamu di wilayah Sukoharjo berada di bawah naungan KOJAI (Koperasi Jamu Indonesia), yang diketuai oleh Ibu Murtedjo. Setiap pabrik jamu berusaha mempertahankan pelanggannya serta berusaha memperoleh pelanggan baru dengan menggunakan berbagai cara dalam memasarkan produknya. Agar tujuan dari komunikasi dapat berjalan dengan baik, selain diperlukan pesan yang kreatif juga diperlukan target atau sasaran komunikasi, dimana dalam hal pemasaran yang menjadi sasaran komunikasi adalah pelanggan atau konsumen. Konsumen sendiri memiliki ciri dan karakteristik yang berbeda-beda satu sama lain, dan tidak mungkin perusahaan memasukkan semua karakteristik konsumen tersebut sebagai sasaran komunikasinya. Disinilah dibutuhkan adanya segmentasi pasar. Keberhasilan perusahaan tentu saja bergantung pada pelanggannya, dan mulai dari siapa pelanggannya, bagaimana karakteristik pelanggan yang akan mempengaruhi proses pembelian, sampai bagaimana daya beli pelanggan, semuanya ditentukan oleh proses segmentasi pasar. Setiap perusahaan pasti tidak akan lepas dari proses segmentasi pasar. Dengan melakukan segmentasi, perusahaan dapat merancang suatu bauran pemasaran tidak hanya pada komunikasi pemasaran, namun juga rancangan atribut produk, harga, dan distribusi yang memungkinkan perusahaan tersebut untuk dapat mengalokasikan sumber dayanya secara optimal sekaligus menciptakan nilai bagi para pelanggannya (Agus Hermawan, 2012: 32). PJ. Bisma Sehat yang awalnya hanya industri rumahan telah berkembang menjadi suatu industri yang berbasis pada manajemen yang secara bertahap senantiasa selalu berusaha meningkatkan pelayanannya kepada pelanggan. Mengembangkan usaha bekerjasama dengan agen-agen grosir jamunya di beberapa wilayah di Indonesia, yaitu Jawa Tengah ada 20 agen, Jawa Barat 10 agen, Jawa Timur 5 agen, Sumatera 7 agen, Kalimantan 3 agen, dan Sulawesi 2 agen. Keunggulan dari produk jamu Bisma Sehat dibandingkan dengan produk jamu lainnya di kabupaten Sukoharjo adalah produk jamunya aman dan legal, harga lebih murah, jaminan kualitas, punya rasa yang khas, dan pemasarannya luas. Bahkan sekarang ini nama Bisma Sehat sangat mendominasi di Kampung Jamu, Kecamatan Nguter, Sukoharjo. Gambar 1.1. Grafik Pendapatan (Januari-Desember 2014) Ju li Se pt em be r N ov em be r M ei et Area 2 M ar Ja n ua r i 50 40 30 20 10 0 Sumber: Kantor PJ. Bisma Sehat, data diperoleh tanggal 28 April 2016 Gambar 1.2. Grafik Pendapatan (Januari-Desember 2015) Ju li Se pt em be r N ov em be r M ei et Area 2 M ar Ja nu ar i 60 50 40 30 20 10 0 Sumber: Kantor PJ. Bisma Sehat, data diperoleh tanggal 18 Maret 2016 Para pelanggan jamu Bisma Sehat adalah mereka yang mempunyai kebutuhan akan kesehatan dan usaha dagang. Namun, apabila hal tersebut tidak terlayani secara baik, hal-hal yang terlihat sepele dalam proses pelayanan akan menjadi suatu ketidakpuasan. Ketidakpuasan adalah tanda pelayanan yang mengecewakan, ia muncul karena standar mutu yang diinginkan atau diperoleh dan diberikan berbeda antara pelanggan dan pemberi jasa. Untuk mempertahankan pelanggannya, PJ. Bisma Sehat pastinya melakukan berbagai cara dan strategi. Masyarakat terdiri atas perilaku yang saling bekerjasama di antara para anggotanya, syarat untuk dapat terjadinya kerjasama adalah adanya pengertian terhadap keinginan atau maksud orang lain (Morissan, 2010: 128). Oleh karena itu perlu adanya pelayanan yang baik terhadap masyarakat atau pelanggan sebagai upaya yang dilakukan oleh PJ. Bisma Sehat untuk mempertahankan eksistensi produk jamunya. Karena melalui mereka, citra jamu Bisma Sehat dapat dipertahankan keberadaannya agar tidak tergeser dengan produk pabrik jamu lainnya. Fungsi komunikasi sosial merupakan fungsi komunikasi kultural, para ilmuwan sosial mengakui bahwa budaya dan komunikasi itu mempunyai hubungan timbal balik, seperti dua sisi dari satu mata uang, budaya menjadi bagian dari perilaku komunikasi, dan pada gilirannya komunikasi pun turut menentukan, memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya (Deddy Mulyana, 2008: 6). Disisi lain, sangat dibutuhkan untuk mengevaluasi efektivitas dari komunikasi pemasaran produk jamu Bisma Sehat tersebut. Agar mendapatkan hasil yang maksimal dalam melayani pelanggannya, maka memerlukan cara dan pendekatan komunikasi yang tepat. Pelanggan adalah aset yang paling besar bagi perusahaan. Melalui pelanggan, suatu perusahaan mendapatkan pemasukan. Maka, dalam hal ini peran struktural dalam perusahaan memegang peranan yang sangat penting, karena pada setiap bagiannya harus bekerja secara maksimal untuk menjaga kepuasan pelanggan, dan menimbulkan efek persuasif bagi masyarakat tentang produk jamu Bisma Sehat. Jadi permasalahan yang ditemukan pada PJ. Bisma Sehat adalah melihat fenomena yang terjadi di Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo ini dimana sebuah industri kecil yang bergerak di bidang jamu dapat berkembang pesat dan lebih unggul dibandingkan industri-industri jamu yang lain. Bahkan sekarang akan menjadi sebuah PT (Perseroan Terbatas). Padahal banyak industri-industri jamu yang lain di Kecamatan Nguter yang mana merupakan sentral Kampung Jamu. Bagaimana strategi komunikasi pemasaran yang diterapkan untuk menghadapi pasar persaingan di wilayah Sukoharjo. Apakah selama ini strategi komunikasi pemasaran kepada pelanggan jamu Bisma Sehat sudah berjalan dengan tepat dan efektif atau membutuhkan beberapa perbaikan lagi dalam strategi komunikasi pemasaran yang dipilihnya. Dengan menilai serta mengevaluasi strategi komunikasi pemasaran produk jamu Bisma Sehat, maka dapat diketahui bagaimana strategi komunikasi pemasaran yang berlangsung dan dapat dilihat apakah berjalan efektif atau tidak. Hal ini menarik untuk diteliti, maka dari itu penulis mengambil judul penelitian pada makalah ini yaitu “STRATEGI PEMASARAN PRODUK JAMU BISMA SEHAT KOMUNIKASI (Studi Evaluasi Efektivitas Strategi Komunikasi Pemasaran Produk Jamu Bisma Sehat oleh Pabrik Jamu Bisma Sehat di Kabupaten Sukoharjo).” B. Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana efektivitas strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Pabrik Jamu Bisma Sehat di Kabupaten Sukoharjo ? 2. Faktor apa saja yang menjadi kendala, berpotensi mengganggu, dan juga faktor yang menjadi pendorong dalam melakukan strategi komunikasi pemasaran oleh Pabrik Jamu Bisma Sehat di Kabupaten Sukoharjo ? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan agar penelitian menjadi lebih terarah secara jelas, maka perlu ditetapkan tujuannya sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana efektivitas strategi komunikasi pemasaran yang baik pada Pabrik Jamu Bisma Sehat di Kabupaten Sukoharjo. 2. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi kendala yang berpotensi mengganggu dan juga faktor pendorong keberhasilan strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Pabrik Jamu Bisma Sehat di Kabupaten Sukoharjo. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat sebagai berikut: 1. Secara Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi penulis untuk memperluas wawasan dan memperoleh informasi mengenai ilmu komunikasi khususnya strategi komunikasi pemasaran dalam suatu perusahaan terutama strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan jamu dan juga bermanfaat sebagai rujukan bagi PJ. Bisma Sehat dalam menjalankan strategi komunikasi pemasaran yang efektif dan tepat sasaran untuk kedepannya. 2. Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan strategi komunikasi pemasaran dalam suatu perusahaan jamu, dan juga bermanfaat sebagai tambahan informasi mengenai penggunaan studi evaluasi efektivitas sebagai perspektif dalam penelitian ilmiah di Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. E. Kajian Teori Komunikasi pemasaran produk jamu Bisma Sehat ini merupakan suatu cara untuk mempertahankan warisan leluhur obat tradisional berupa jamu di dalam masyarakat modern seperti sekarang ini. Dimana kesadaran masyarakat untuk meminum jamu mulai berkurang, dan juga persaingan penjualan jamu yang ketat, memunculkan banyaknya produk jamu yang beredar di pasaran. Mengetahui hal tersebut masyarakat pun lebih cenderung memilih produk jamu yang familiar, tanpa mencoba mengkonsumsi produk jamu buatan pabrikan lain yang mungkin khasiatnya jauh lebih baik. Proses komunikasi kepada masyarakat atau pelanggan dalam penelitian ini adalah komunikasi secara primer dan sekunder. Dalam komunikasi primer, pesan mengenai pentingnya mengkonsumsi jamu untuk kesehatan disampaikan secara langsung atau tatap muka (face to face communication) agar informasi yang diterima dapat dimengerti dengan baik oleh komunikan. Oleh karena itu strategi komunikasi pemasaran dalam perusahaan PJ. Bisma Sehat perlu adanya evaluasi, hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah program maupun strategi yang dijalankan sudah berjalan dengan baik dan tepat sasaran atau tidak. Berikut kajian teori yang dipilih peneliti dalam melakukan penelitian evaluasi efektivitas strategi komunikasi pemasaran produk jamu Bisma Sehat oleh pabrik jamu Bisma Sehat di Kabupaten Sukoharjo: 1. Obat Tradisional Jamu Setiap manusia mempunyai tujuan dalam hidupnya, tujuan hidup dapat tercapai apabila keadaan jasmani dan rohani dalam keadaan sempurna. Keadaan sempurna disini berarti tidak mengalami gangguan yang dapat berpengaruh terhadap kehidupan sehingga tugas sehari-hari dapat terlaksana dengan baik. Gangguan terhadap diri manusia dapat terjadi karena faktor usia, penyakit, atau kecelakaan. Nenek moyang manusia memenuhi segala kebutuhan untuk mengobati gangguan tersebut dengan memanfaatkan berbagai jenis flora yang banyak tumbuh di sekitar lingkungan hidup. Obat tradisional adalah bahan/ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), campuran dari bahan tersebut secara turun-temurun digunakan untuk pengobatan dan diterapkan sesuai norma yang berlaku di masyarakat (Abdul Latief, 2012: 5). Ditinjau dari bentuk, sifat, dan zat-zat yang terkandung didalamnya, tumbuh-tumbuhan mempunyai khasiat yang berbeda-beda. Perbedaan khasiat antara yang satu dengan yang lainnya memaksa manusia untuk lebih berhati-hati dalam penggunaannya. Jamu adalah ramuan turun-temurun dari leluhur, dimana bahan herbalnya diambil dari tumbuhan yang ada di Indonesia, baik itu dari akar, daun, buah, bunga, maupun kulit kayu (Ibunda Suparni dan Ari Wulandari, 2012: 3). Obat tradisional jamu kembali populer karena adanya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dengan menggunakan bahan-bahan alami yang tidak memiliki efek samping. Keuntungan obat tradisional jamu apabila digunakan adalah tidak adanya efek samping yang menimbulkan penyakit lain, karena tidak mengandung zat kimia, dan harus diteliti secara terusmenerus untuk meningkatkan kualitas jamu tradisional (Wiwien Widyawati, 2010: 131). Jamu perlu mendapatkan perhatian dan dipelihara kelestariannya untuk menjaga dan manambah kekayaan kearifan lokal Indonesia. Pabrik Jamu Bisma Sehat mencoba menggali khasanah tanaman obat ini untuk diracik menjadi minuman jamu untuk menjaga daya tahan dan mengembalikan stamina pada tubuh. Racikan ramuan bumbu rempah jamu tersebut diolah dan dikemas menjadi berbagai varian produk jamu Bisma Sehat dengan khasiat yang bermacam-macam. Tidak hanya sampai disitu saja, Pabrik Jamu Bisma Sehat melakukan pembaharuan untuk setiap produknya untuk hasil yang baik, aman, dan berkualitas. 2. Komunikasi Interpersonal Deddy Mulyana mengemukakan bahwa komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara orangorang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal (Suranto Aw, 2011:3). Komunikasi interpersonal adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang, atau diantara sekelompok kecil orang-orang dengan umpan balik seketika (Onong Uchjana Effendy, 2003: 59-60). Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi antara dua orang atau lebih. Kegiatan tersebut sangat dominan dalam kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh individu satu dengan individu yang lain. Kegiatan ini tidak lepas dari rutinitas yang dilakukan oleh manusia di dalam kehidupan dan hubungannya dengan masyarakat sekitarnya. Komunikasi interpersonal sebagai komunikasi antar dua orang yang berlangsung secara tatap muka (komunikasi diadik), sifat komunikasinya adalah: (a) spontan dan informal; (b) saling menerima feedback secara maksimal; (c) partisipan berperan fleksibel (Suranto Aw, 2011: 3). Dapat disimpulkan, komunikasi antarpribadi atau komunikasi interpersonal adalah proses penyampaian dan penerimaan pesan antara pengirim pesan (sender) dengan penerima (receiver) baik secara langsung maupun tidak langsung. Komunikasi dapat dikatakan terjadi secara langsung (primer) apabila pihak-pihak yang terlibat komunikasi dapat saling berbagi informasi tanpa melalui media. Sedangkan komunikasi tidak langsung (sekunder) apabila adanya penggunaan media tertentu. 3. Komunikasi Organisasi Komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah (Arni Muhammad, 2011: 67). Dalam komunikasi organisasi terdapat pesan beserta arus pesan, tujuan, arah, dan media yang digunakan. Pelaku komunikasi organisasi meliputi seseorang dan sikapnya, perasaan yang dibawa dalam berkomunikasi, hubungan, dan ketrampilan atau skillnya. Pabrik jamu Bisma Sehat menyadari petingnya menjaga komunikasi organisasi yang baik didalam perusahaannya. Karena hal ini akan sangat berpengaruh pada kinerja karyawan dan produk jamu yang diproduksi. Pada perusahaan jamu Bisma Sehat, hal ini akan menumbuhkan perasaan memiliki dan meningkatkan tanggungjawab, semangat kerja, karena merasakan seolah-olah perusahaan tersebut adalah usaha milik sendiri. Manfaat komunikasi, memberi pengaruh positif bagi kemajuan perusahaan, memperbesar semangat kerja, menambah pengetahuan, mempermudah penyelesaian masalah, menyamakan persepsi, bertukar ide untuk kemajuan organisasi (Kadar Nurzaman, 2014: 188). 4. Komunikasi Pemasaran Komunikasi pemasaran adalah sarana yang digunakan perusahaan dalam upaya untuk menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan konsumen secara langsung atau tidak langsung tentang produk dan merek yang mereka jual (Philip Kotler, 2007: 204). Dalam melakukan komunikasi pemasaran diperlukan strategi dan taktik yang matang dalam efektivitas dan efisiensi. Komunikasi pemasaran bukanlah suatu proses sistem yang berjalan satu arah, sebaliknya malah dua arah (Ilham Prisgunanto, 2006: 14). Yang dimaksud disini adalah apabila sebuah perusahaan melakukan aktivitas strategi pemasaran dengan bagian pemasaran, perusahaan sudah berusaha memberikan informasi kepada pelanggan dalam keperluan untuk mendapatkan masukan akan produk mereka. Masukan dari pelanggan akan sangat berguna bagi perusahaan untuk meningkatkan kualitas produk dan pelayanan yang mereka miliki. Respon yang diberikan oleh pelanggan kepada produk bisa beranekaragam, maka dari itu sebuah perusahaan perlu melakukan evaluasi tentang produk mereka guna mendapatkan informasi yang lengkap. Oleh sebab itu, proses pertukaran informasi pada komunikasi pemasaran sangat dibutuhkan untuk melengkapi kebutuhan-kebutuhan yang dirasa kurang tepat. Perusahaan yang memiliki kemampuan komunikasi pemasaran dapat membuat program komunikasi yang sukses dan memastikan kinerja pasar jangka panjang, ada dampak positif antara memiliki kemampuan komunikasi pemasaran yang kuat dan kinerja perusahaan (Damjana dan Bruno, 2015: 373). Di dalam pabrik jamu Bisma Sehat, komunikasi pemasaran juga digunakan sebagai alat yang dapat menentukan posisi dan strategi apa yang tepat bagi perusahaan, dengan cara melihat keadaan pasar. Dengan adanya komunikasi tersebut, perusahaan akan mengetahui dan mengatur rencana strategi pemasaran ke depan yang dirasa lebih efektif. a. Bauran Pemasaran Pemasaran dimulai dengan pemenuhan kebutuhan individu yang kemudian tumbuh menjadi keinginan individu. Konsep pemasaran adalah proses dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan manusia. Pemasaran merupakan kegiatan yang penting dalam dunia usaha. Pemasaran menjadi strategi untuk meningkatkan penjualan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Pemasar sebaiknya memiliki pengetahuan dalam konsep dan prinsip pemasaran agar kegiatan pemasaran dapat tercapai sesuai dengan kebutuhan dan keinginan manusia, terutama pihak konsumen yang dituju (Agus Hermawan, 2012: 28). Pemasaran bersandar pada konsep inti, yaitu (Freddy Rangkuti, 2009: 19-20): - - - - Kebutuhan, keinginan, dan permintaan. Kebutuhan adalah sesuatu yang diperlukan dan harus ada sehingga manusia akan berusaha memenuhi kebutuhannya. Keinginan adalah hasrat untuk memperoleh pemuas kebutuhan yang lebih spesifik akan kebutuhan yang mendalam. Permintaan adalah keinginan akan produk tertentu yang didukung oleh kemampuan dan kesediaan untuk membeli. Produk/jasa adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan untuk memuaskan suatu kebutuhan dan keinginan. Nilai dan kepuasan, merupakan konsep penuntun dalam memilih produk mana yang dapat memuaskan dan mempunyai kapasitas berbeda sebagai perangkat tujuan. Pertukaran dan transaksi merupakan cara-cara yang dilakukan orang dalam memperoleh produk yang diinginkannya. Hubungan dan jaringan, merupakan strategi yang dilakukan pihak perusahaan dengan pihak-pihak kunci seperti pelanggan, pemasok, dan penyalur, guna mempertahankan referensi dan bisnis jangka panjang perusahaan. Pasar, terdiri atas semua pelanggan potensial yang memiliki kebutuhan/keinginan tertentu yang sama dan mampu melaksanakan pertukaran untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan. Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan pemasaran dalam pasar sasarannya. Tanpa adanya bauran pemasaran di dalam pelaksanaan pemasaran di perusahaan, maka tujuan dari perusahaannya tersebut tidak akan tersampai kepada target market atau pasar sasarannya dengan baik. Oleh karena itu, setiap perusahaan perlu merancang bauran komunikasi pemasaran untuk mendukung kelancaran kegiatan promosi produknya. - 6 model utama bauran komunikasi pemasaran: penjualan perorangan, iklan, promosi penjualan, pemasaran, publisitas, dan komunikasi di tempat pembelian (Terence A. Shimp, 2003: 5-6). Penjualan perorangan (personal selling) adalah bentuk komunikasi yang dilakukan oleh tenaga penjual/wiraniaga untuk menginformasikan dan membujuk kepada calon pembeli agar membeli produk/jasa yang ditawarkan. - Iklan (advertising) adalah segala bentuk presentasi nonpribadi dan promosi gagasan, barang, atau jasa oleh sponsor tertentu yang harus dibayar (Philip Kotler, 2007: 244). - Promosi penjualan (sales promotion) adalah kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh tenaga pemasar untuk merangsang dan mempengaruhi sikap pelanggan/konsumen melakukan pembelian suatu produk dalam waktu yang singkat. - Pemasaran (marketing) adalah kegiatan dalam mempromosikan perusahaan dan merek mereka dengan mengasosiasikan perusahaan atau salah satu merek dengan kegiatan tertentu, seperti menjadi sponsor dalam suatu event kegiatan atau perlombaan. - Publisitas (publicity) berhubungan dengan komunikasi massa seperti iklan, tetapi juga tidak sepenuhnya seperti iklan. Publisitas berbentuk berita atau komentar editorial mengenai produk atau jasa dari perusahaan. Bentuk tersebut dimuat dalam media cetak dan televisi secara gratis karena perwakilan media menganggap berita tersebut layak disampaikan ke khalayak. - Komunikasi di tempat pembelian (point-of-purchase communication) adalah komunikasi yang melibatkan alat peraga seperti poster, spanduk, stiker, dan berbagai materi lain yang didesain untuk mempengaruhi keputusan membeli di tempat pembelian yang sudah didisplay oleh perusahaan guna menarik perhatian konsumen. Model proses komunikasi ada model makro dan model mikro. Model makro menekankan faktor-faktor utama dalam komunikasi yang efektif. Pengirim pesan harus mampu memahami penerima pesan mana yang menjadi sasaran dan tanggapan apa yang ingin mereka peroleh. Pengirim pesan harus mengemas pesan-pesan yang ingin mereka sampaikan ke penerima dalam kode tertentu sehingga penerima dapat menafsirkan kode tersebut. Dalam mengirimkan pesan tersebut, pengirim harus mengirimkannya melalui media yang menjangkau penerima sasaran. Sehingga akan timbul respon dari penerima yang mendapatkan pesan tersebut. Pengirim pesan harus mengembangkan saluran umpan balik untuk mengetahui respon dan tanggapan dari penerima pesan. Apabila pengirim pesan mampu melakukan pendekatan dengan baik kepada penerima pesan, maka komunikasi tersebut akan semakin efektif. Skema 1.1. Unsur-unsur dalam Proses Komunikasi PENGIRIM Penggunaan kode Pesan Media Penafsiran kode PENERIMA Kegaduhan Umpan balik Tanggapan Sumber: Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, 2007 Sedangkan model mikro dari komunikasi pemasaran lebih terfokus pada tanggapan spesifik konsumen untuk berkomunikasi. Dalam tanggapan komunikasi model mikro, terdapat 4 model hierarki tanggapan klasik yaitu model AIDA, model Hierarki Efek, model Inovasi Adopsi, dan model Komunikasi. Dalam penelitian strategi komunikasi pemasaran produk jamu Bisma Sehat ini, peneliti menggunakan model AIDA sebagai hierarki tanggapan komunikasinya. Skema 1.2. Model Hierarki Tanggapan Tahap Model AIDA Perhatian Tahap Kognitif Minat Tahap Afektif Keinginan Tindakan Tahap Perilaku Sumber: Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, 2007 Semua model tanggapan tersebut melewati tahap kognitif, afektif, dan perilaku. Dalam model hierarki tanggapan AIDA, perhatian dari penerima sasaran/konsumen masuk ke dalam tahap kognitif karena merupakan tahap dimana konsumen tersebut belajar untuk mengetahui dan memahami tentang produk yang ditawarkan. Minat dan keinginan konsumen masuk ke dalam tahap afektif, dimana akan timbul rasa keingintahuan dan penasaran pada konsumen, di tahap ini konsumen sudah menunjukkan antusias dan ketertarikannya mengenai produk yang ditawarkan. Berikutnya adalah tindakan, tindakan masuk ke dalam tahap perilaku/behavioral. Dalam tahap perilaku, konsumen akan melakukan tindakan pembelian akan produk yang ditawarkan. Suatu pemasaran lebih banyak bergantung pada kemampuan dalam mempertimbangkan suatu kebijakan bagi usahanya. Karena seorang pemasar akan berusaha untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumennya. Maka dari itu seorang pemasar dituntut untuk berpikir kreatif dan selalu melakukan inovasi-inovasi yang baru bagi usahanya karena pemasaran adalah suatu seni dalam berdagang. Apabila seorang pemasar berani berspekulasi atas usahanya, bisa jadi usahanya berkembang dan mengalami peningkatan permintaan konsumen, angka penjualan naik, atau bisa juga malah mengalami kegagalan/kerugian. Hal inilah yang dilakukan oleh pabrik jamu Bisma Sehat, karena pada awalnya bisnis ini hanya bisnis rumahan, namun karena keberanian dari pemilik perusahaan dalam berspekulasi pada strategi komunikasi pemasarannya, maka bisnis ini berkembang menjadi besar. b. Strategi Komunikasi Pendekatan kepada pelanggan dari produk jamu Bisma Sehat guna menerapkan strategi komunikasi pemasaran dalam pabrik jamu Bisma Sehat adalah dengan melakukan komunikasi langsung. Karena dengan adanya proses komunikasi langsung, maka pihak dari Bisma Sehat akan lebih memahami bagaimana respon dari pelanggannya. Komunikasi tatap muka adalah salah satu komunikasi langsung yang dilakukan oleh PJ. Bisma Sehat. Peran komunikasi tatap muka dalam strategi pemasaran perusahaan adalah (Sutisna, 2002: 311): - Menyampaikan pesan yang kompleks kepada konsumen potensial mengenai kebijakan dan produk perusahaan. Mengadaptasi penawaran dan daya tarik promosional produk untuk kebutuhan yang unik dan konsumen yang spesifik. Membujuk konsumen bahwa produk atau jasa perusahaan lebih baik atau setidak-tidaknya mempunyai sisi-sisi positif yang lebih dibandingkan dengan produk pesaing. Dalam proses komunikasi secara langsung, pengaruh seorang komunikator bisa sangat besar terhadap komunikannya, atau bisa sebaliknya (Burhan Bungin, 2013: 70). Apabila tingkat kepercayaan komunikan terhadap komunikatornya tinggi, maka kredibilitas dari komunikator tersebut mendapat kesan positif dari komunikannya. Karena pesan yang disampaikan pada proses komunikasi secara langsung dapat sampai dan diterima dengan baik oleh komunikannya. Strategi komunikasi adalah kombinasi yang terbaik dari semua elemen komunikasi mulai dari komunikator, pesan, saluran (media), penerima sampai pada pengaruh (efek) untuk mencapai tujuan komunikasi yang optimal (Hafied Cangara, 2014: 64). Dalam menjalankan strategi komunikasi, seorang komunikator yang mana adalah pabrik jamu Bisma Sehat harus menjaga apa yang akan dikomunikasikan, pesan atau informasi apa yang akan disampaikan didalamnya, dikemas secara runtut agar yang menjadi tujuan dari Bisma Sehat dalam strategi komunikasi tersebut dapat tercapai. c. Pemilihan strategi memerlukan penanganan secara hati-hati dalam perencanaan komunikasi, sebab jika pemilihan strategi salah atau keliru, maka hasil yang diperoleh bisa fatal, terutama kerugian dari segi waktu, materi, dan tenaga (Hafied Cangara, 2014: 65). Strategi Pemasaran Strategi pemasaran mengacu pada rencana perusahaan dalam menempatkan sumber dayanya dengan memposisikan produk atau jasa dan menargetkan kelompok konsumen spesifik guna mendapatkan keuntungan. Pengiklan, pemasar, dan sektor bisnis berkembang yang mendukung untuk menggunakan data besar guna memenuhi tujuan mereka sendiri (Nick dan Joseph, 2014: 1710). Di dalam strategi pemasaran produk jamu Bisma Sehat terdapat perencanaan program-program pemasaran guna mewujudkan tujuan dan keberhasilan dari perusahaan dalam menjual produk atau jasanya di pasaran. Apalagi jika muncul produk atau jasa baru yang akan dipasarkan, maka perusahaan jamu Bisma Sehat tersebut akan sangat membutuhkan strategi pemasaran agar produk atau jasanya dapat diterima di masyarakat. Strategi pemasaran adalah suatu cara yang penting dilakukan oleh perusahaan dalam mencapai keuntungan. Strategi pemasaran adalah proses perencanaan perusahaan untuk mewujudkan tujuan perusahaan yang sesuai dengan visi perusahaan, persaingan merupakan motivasi utama dalam strategi pemasaran (Agus Hermawan, 2012: 40). 5. Evaluasi Evaluasi bagi sebuah kegiatan menjadi kebutuhan yang sangat penting dilakukan, tidak saja untuk melihat apakah kegiatan tersebut berjalan baik atau buruk, tetapi juga untuk mengetahui apakah kegiatan telah menghasilkan dampak yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi kerja sangat penting untuk dilaksanakan dalam sebuah perusahaan atau organisasi dalam memberikan informasi mengenai beberapa hal, antara lain sebagai berikut (Zaini Rohmad, 2014: 3): a. b. c. d. e. f. Untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan telah tercapai. Untuk membantu dalam membuat tujuan-tujuan baru. Untuk membantu mengetahui tingkat efisiensi setiap pribadi. Untuk menemukan kelemahan-kelemahan. Untuk menemukan kelebihan. Untuk menstimulasi perkembangan dan kemajuan. Evaluasi merupakan suatu proses untuk menyediakan informasi tentang sejauh mana kegiatan tertentu telah dicapai. Dalam melakukan evaluasi dibutuhkan tolok ukur tertentu sebagai acuan, misalnya suatu program kerja yang suatu saat dilaksanakan dan suatu saat dievaluasi. Evaluasi berkaitan dengan konsep efektivitas. Mengevaluasi sama halnya dengan melihat apakah program dilaksanakan efektif atau tidak. Evaluasi merupakan proses penggambaran, pencarian, dan pemberian informasi yang sangat bermanfaat bagi pengambilan keputusan dalam menentukan alternatif keputusan. Evaluasi adalah kegiatan yang berorientasi pada pengambilan keputusan, karena itu evaluasi harus membantu para pengambil keputusan dalam menetapkan keputusannya, misal untuk memperbaiki program dan memilih pendekatan yang lebih baik (Zaini Rohmad, 2014: 41-42). Evaluasi adalah proses penilaian secara sistematis dan kritis terhadap suatu obyek penilaian. Dalam perusahaan, evaluasi dapat diartikan sebagai proses pengukuran akan efektivitas strategi yang digunakan dalam upaya mencapai tujuan perusahaan. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut akan digunakan sebagai analisis situasi program berikutnya. Sedangkan evaluasi ini sendiri dapat dibedakan ke dalam berbagai jenis tergantung dari tujuan evaluasi dan tahap-tahap penyelenggaraan suatu program. Evaluasi dibagi menjadi tiga macam, yaitu (Sutopo, 2015: 13): a. b. c. Pre-programme evaluation (evaluasi yang diselenggarakan sebelum program mulai dilaksanakan). On going programme evaluation (evaluasi yang diselenggarakan pada saat suatu program masih sedang berlangsung). Ex-post programme evaluation (evaluasi yang dilaksanakan sesudah berakhirnya sebuah program). Penelitian tentang evaluasi strategi komunikasi pemasaran oleh PJ. Bisma Sehat ini dapat digolongkan termasuk evaluasi proses (on going programme evaluation) karena program branding produk jamu Bisma Sehat ini berlangsung secara terus-menerus dalam tujuannya mencapai target dalam menyebarkan dan eksistensi nama jamu Bisma Sehat di pangsa pasar jamu tradisional di Indonesia. Fungsi utama dari on going programme evaluation adalah (Sutopo, 2015: 13): a. b. c. d. Menyarankan pemecahan masalah-masalah yang timbul di dalam pelaksanaan program. Menilai apakah penyelenggara program benar-benar memperoleh keuntungan dari penyelenggaraan program. Membantu penyelenggaraan/manajemen program melakukan penyesuaian-penyesuaian program terhadap situasi dan tujuan yang berubah. Membantu manajemen melakukan penyesuaian-penyesuaian kebijakan tentang tujuan, organisasi kelembagaan dan sumber daya yang mempengaruhi penyelenggaraan program. Dalam evaluasi ini, model evaluasi yang sesuai dengan penelitian yang termasuk on going programme evaluation adalah model evaluasi CIPP. Peneliti menggunakan cara pendekatan model CIPP (Context, Input, Process, Product). Model CIPP dipilih karena evaluasi merupakan proses yang berlangsung secara terus-menerus dan sistematis. Di antara setiap faktornya yang terdapat didalam CIPP, memiliki keterkaitan sehingga bisa diketahui kelemahan dan kekuatan program yang sedang diteliti. Apakah program tersebut sudah tepat, perlu tambahan dan perbaikan lagi, ataupun program tersebut kurang tepat. Oleh karena itu, hasil penelitian tersebut bisa dijadikan dasar untuk menyusun secara operasional perbaikan program. Stufflebeam mencoba menghubungkan evaluasi dengan pengambilan keputusan dalam penelitian evaluasi CIPP, dia membagi keputusan program menjadi 4 (empat) macam, yaitu (Zaini Rohmad, 2014: 82): a. b. c. d. Context evaluation, to serve planning decision. Konteks evaluasi ini membantu merencanakan dalam keputusan, menentukan kebutuhan yang akan dicapai oleh program, dan merumuskan tujuan program. Input evaluation, structuring decision. Evaluasi ini menolong mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada, alternatif apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai kebutuhan, bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya. Process evaluation, to serve implementing decision. Evaluasi proses untuk membantu mengimplementasikan keputusan. Sampai sejauh mana rencana yang ditetapkan telah dilaksanakan ? Apa yang harus direvisi ? Begitu pertanyaan tersebut terjawab, prosedur dapat dimonitor, dikontrol, dan diperbaiki. Product evaluation, to serve recycling decision. Evaluasi produk untuk menolong atau untuk membantu dalam pengambilan keputusan selanjutnya. Apa hasil yang telah dicapai ? Apa yang dilakukan setelah program berjalan ? F. Kerangka Berpikir Agar penelitian dapat terarah dengan baik sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka diperlukan sebuah kerangka yang jelas untuk menunjukkan arah penelitian. Dalam penelitian “STRATEGI PEMASARAN PRODUK JAMU BISMA SEHAT KOMUNIKASI (Studi Evaluasi Efektivitas Strategi Komunikasi Pemasaran Produk Jamu Bisma Sehat oleh Pabrik Jamu Bisma Sehat di Kabupaten Sukoharjo)” ini, penulis menggunakan kerangka berpikir model CIPP. Kerangka berpikir model CIPP adalah suatu kerangka pikir dimana Input, Process, dan Product merupakan bagian dari Context, keempatnya diteliti dan dianalisis untuk mengetahui dampak atau efek yang terjadi baik ke dalam perusahaan maupun ke luar perusahaan, baik itu dampak positif maupun dampak negatif (Sutopo, 2015: 15). Untuk memperjelas bagaimana alur dari kerangka berpikir model CIPP, berikut skemanya: Skema 1.3. Kerangka Berpikir Efektivitas Strategi Komunikasi Pemasaran PJ. Bisma Sehat INPUT PROCESS PRODUCT CONTEXT DAMPAK KE DALAM POSITIF KE LUAR NEGATIF POSITIF EFEKTIVITAS Sumber: Sutopo, dkk , 2015 NEGATIF 1. Penilaian Context Penilaian konteks dilakukan untuk menjawab apakah tujuan yang ingin dicapai dan dirumuskan oleh program memang benar-benar dibutuhkan. Dalam penelitian evaluasi ini, peneliti melakukan pengamatan dan pengkajian terkait program-program yang dilaksanakan oleh pabrik jamu Bisma Sehat. Program-program tersebut mengenai cara mengkomunikasikan pemasaran dari produk pabrik jamu Bisma Sehat kepada pelanggan dan konsumennya seperti menawarkan produk jamu dan pemberian alat promosi di depot jamu. Peneliti akan mengkaji bagaimana dan apakah strategi yang dilakukan oleh pabrik jamu Bisma Sehat pada program yang dilaksanakannya berjalan secara efektif sesuai tujuannya ataukah malah sebaliknya, program tersebut mengalami kegagalan. Keterangan penilaian Context: - Latar belakang program komunikasi pemasaran produk jamu Bisma Sehat. - Tujuan dari program tersebut. - Sasaran program. - Perencanaan program. - Kesesuaian program dengan visi dan misi PJ. Bisma Sehat 2. Penilaian Input Penilaian input menuju masukan yang diperlukan untuk mencapai tujuan, meliputi: a. Pelaksana Program/SDM Pelaksana program yang dimaksud disini adalah pihak PJ. Bisma Sehat dalam melakukan strategi komunikasi pemasaran produk jamunya. Sedangkan SDM yang dimaksud disini adalah SDM yang dimiliki oleh pabrik jamu Bisma Sehat. Bagaimana SDM dari Bisma Sehat, apakah memang profesional dibidangnya. Dan kiat yang dilakukan pihak Bisma Sehat untuk melatih karyawannya, agar dapat membantu mengembangkan pemasaran dari produk jamu yang diproduksi Bisma Sehat. b. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang digunakan dalam pelaksanaan program strategi komunikasi pemasaran oleh pabrik jamu Bisma Sehat. Fasilitas yang digunakan dan diberikan pihak Bisma Sehat kepada pelanggannya, dalam upaya mempertahankan dan memberikan pelayanan serta menjaga dan meningkatkan loyalitas pelanggan. Sedangkan dana yang dimaksud disini adalah dana yang dikeluarkan oleh pihak Bisma Sehat dalam pelaksanaan programnya. Keterangan penilaian Input: - Pelaksana program. - Pembagian tugas dan persiapan program. - Sarana dan prasarana penunjang kelancaran program. 3. Penilaian Process Penilaian proses mengarah pada proses pelaksanaan dalam mencapai tujuan. Penilaian terhadap proses meliputi penilaian terhadap tahapan yang dilaksanakan dalam proses mencapai efektivitas. Keterangan penilaian Process: - Bentuk kegiatan program yang dilaksanakan. - Fokus kegiatan program. - Kelancaran pelaksanaan program. - Strategi yang dilakukan dalam pelaksanaan program. - Kontinuitas dan konsistensi pelaksanaan program. - Pendukung kelancaran program. - Hambatan program. 4. Penilaian Product Yang terakhir adalah evaluasi terhadap hasil, apakah tujuan program tersebut tercapai atau tidak sesuai dengan rencana dan tujuan. Dari penilaian produk ini maka akan muncul dampak ke luar dan ke dalam dari pabrik jamu Bisma Sehat. Dampak ke luar adalah dampak yang terjadi di luar perusahaan, dampak ini seperti respon yang muncul pada pelanggan dan konsumen terhadap program komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh pihak Bisma Sehat. Respon ini pun ada bermacam-macam, ada respon negatif dan ada respon positif. Respon negatif adalah respon ketidakpuasan pelanggan terhadap produk maupun pelayanan yang diberikan oleh pihak Bisma Sehat. Sedangkan respon positif adalah respon kepuasan atas produk dan pelayanan yang telah diberikan oleh pihak Bisma Sehat. Dampak ke dalam adalah dampak yang terjadi di dalam perusahaan. Dampak ini seperti respon yang muncul dari anggota atau karyawan pabrik jamu Bisma Sehat terkait dengan program komunikasi pemasaran yang dilakukannya. Respon yang terjadi pun ada respon positif dan ada respon negatif. Respon positif adalah apabila dalam pelaksanaan program, tercipta iklim komunikasi organisasi yang kondusif dan kesejahteraan dari karyawan terjaga dengan baik. Begitupun sebaliknya untuk respon negatif, apabila dalam pelaksanaan program, terdapat permasalahan yang muncul didalamnya sehingga menghambat pelaksanaan program ataupun produksi produk. Dengan adanya evaluasi produk, maka akan memberikan penilaian atas strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh pihak Bisma Sehat. Apakah berjalan lancar dan sukses, atau masih perlu perbaikan. Hal ini sangat berguna karena bisa dijadikan referensi, sehingga untuk kedepannya dapat digunakan untuk menangani dan menyiasati agar kemungkinan dampak yang buruk tidak terjadi lagi. Keterangan penilaian Product: - Pencapaian tujuan. - Parameter keberhasilan dari pelaksanaan program. - Harapan pelanggan/publik sasaran dan ahli. Keterangan penilaian Dampak: - Dampak internal (dampak yang terjadi didalam perusahaan), dampak internal positif dan dampak internal negatif. - Dampak eksternal (dampak yang terjadi diluar perusahaan), dampak eksternal positif dan dampak eksternal negatif. G. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian evaluasi, yaitu penelitian yang mengkaji efektivitas (Sutopo, 2015: 15). Metode penelitian evaluasi digunakan untuk menggambarkan apa yang sebenarnya terjadi dan dampak apa yang terjadi dalam strategi komunikasi pemasaran PJ. Bisma Sehat. Tujuan dari penelitian ini adalah ingin melihat hubungan dan efektivitas dengan menganalisisnya. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang (informan) atau perilaku yang diamati. Hal ini dikarenakan peneliti ingin menganalisis secara mendalam bagaimana komunikasi pemasaran produk yang terjadi di dalam Bisma Sehat. Prinsip penelitian kualitatif: melindungi identitas subjek; memperlakukan subjek dengan rasa hormat; memperjelas persetujuan dan kesepakatan dengan subjek penelitian; menulis apa adanya pada waktu menulis dan melaporkan penemuanpenemuan penelitian (Sudarwan Danim, 2013: 68). Dengan metode penelitian kualitatif inilah, permasalahan akan lebih digali secara mendalam, sehingga akan sangat bermanfaat bagi pihak perusahaan karena akan dijadikan sebagai referensi dalam memecahkan masalah. 2. Ciri-ciri penelitian kualitatif: sumber data langsung berupa tata situasi alami, peneliti adalah instrumen kunci; bersifat deskriptif; lebih menekankan makna proses ketimbang hasil; analisis data bersifat induktif; makna merupakan perhatian utama pendekatan penelitian (Sudarwan Danim, 2013: 60-64). Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah lingkup Kabupaten Sukoharjo. Dari kalangan pelanggan adalah yang tinggal di lingkup wilayah Sukoharjo. Lokasi ini dipilih karena di lokasi inilah yang merupakan sentral Kota Jamu dimana berdirinya pabrik-pabrik jamu, maka persaingan terlihat ketat antara produk jamu dari perusahaan jamu satu dengan produk jamu dari perusahaan jamu yang lainnya. 3. Subyek Penelitian Pemilihan subyek penelitian ini menggunakan pemilihan sampel purposif atau purposive sampling. Merupakan pemilihan siapa subyek yang ada dalam posisi terbaik untuk memberikan informasi yang dibutuhkan, mereka dipilih karena dipercaya mewakili satu populasi tertentu (Ulber Silalahi, 2012: 272-273). Subyek yang diteliti dalam penelitian ini adalah beberapa anggota organisasi pabrik jamu Bisma Sehat, seperti Pimpinan Perusahaan, Bendahara, Marketing, Ahli Gizi, Pelanggan, dan Konsumen jamu Bisma Sehat. Subyek-subyek ini dipilih guna mengetahui dan mengevaluasi sistematika kerja serta komunikasi pemasaran yang dilakukan. Sehingga akan muncul jawaban dan informasi yang sedang diteliti, apakah dan bagaimanakah strategi perusahaan PJ. Bisma Sehat ini, berjalan efektif atau tidak. Berikut informan yang dipilih oleh peneliti: a. Pimpinan Perusahaan Pimpinan atau pemilik perusahaan menjadi subyek penelitian karena dibutuhkan informasi mengenai susunan alur kerja dalam perusahaan dan pengelolaan dalam menjalankan strategi komunikasi pemasaran produk jamunya. Baik itu pengelolaan pada produk jamu, pada karyawan, maupun pada pelanggannya. b. Bendahara Bendahara menjadi subyek penelitian guna mendapatkan informasi pengelolaan dana perusahaan dalam hal pemasaran produk jamu dan pemberian alat promosi produk jamu bagi para pelanggan jamu Bisma Sehat. c. Marketing Marketing pabrik jamu Bisma Sehat dipilih menjadi subyek penelitian karena peranan marketing berhubungan langsung dengan pelanggan, sehingga melalui marketinglah keluhan, pelayanan, dan kepuasan pelanggan dapat diatasi secara langsung. d. Ahli Gizi Ahli Gizi ataupun informan ahli dipilih untuk menjadi subyek penelitian agar dapat menjawab dan memberikan keterangan informasi mengenai jamu secara umum, dan kualitas jamu Bisma Sehat secara khusus, guna melengkapi dan memberikan penegasan data-data yang diperlukan. Ahli gizi pada subyek penelitian ini ada 2 informan, yaitu ahli gizi dari pihak internal dan ahli gizi dari pihak eksternal. e. Pelanggan Pelanggan jamu Bisma Sehat yang menjadi subyek penelitian berjumlah 3 (tiga) informan yang terdiri dari latar belakang, jenis kelamin, usia, dan pekerjaan, dimana 3 (tiga) informan tersebut merupakan pelanggan yang melakukan usaha penjualan produk Bisma Sehat atau pemilik depot jamu di wilayah Kabupaten Sukoharjo. Pemilihan 3 informan tersebut karena merupakan pemilik depot jamu yang sering melakukan order pemesanan produk jamu di PJ. Bisma Sehat. Informan yang dipilih adalah informan yang berada di pinggiran kabupaten Sukoharjo, dikarenakan program yang dilakukan oleh PJ. Bisma Sehat sasarannya adalah pinggiran kabupaten Sukoharjo terlebih dahulu baru kemudian menuju ke pusat kabupaten Sukoharjo. f. Konsumen Konsumen para pelanggan jamu Bisma Sehat yang menjadi subyek penelitian ini berjumlah 6 (enam) informan yang terdiri dari latar belakang, jenis kelamin, usia, dan pekerjaan, dimana 6 (enam) informan tersebut merupakan konsumen yang membeli dan mengkonsumsi jamu di depot jamu milik para pelanggan jamu Bisma Sehat di wilayah Kabupaten Sukoharjo. Keenam informan tersebut dipilih dari 2 depot jamu milik pelanggan Bisma Sehat, yang masing-masing depot jamu diambil 3 informan konsumen. 4. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah: a. Wawancara (indepth interview) Wawancara secara mendalam dengan informan. Teknik wawancara digunakan agar peneliti dapat memperoleh informasi yang sedalam-dalamnya dan sebanyak-banyaknya dari para informan. Wawancara ini bersifat luwes, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan bisa berkembang pada saat wawancara, karena itu peneliti hanya membuat interview guide yang berisi pertanyaanpertanyaan secara garis besar saja. b. Observasi Teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan secara langsung obyek penelitian untuk mengamati secara cermat berbagai kegiatan dan peristiwa yang terjadi. c. Dokumentasi Merupakan metode pengumpulan data dengan mempelajari dokumen, arsip, laporan, peraturan, dan literatur lainnya yang relevan dengan permasalahan yang terjadi. Pengumpulan data melalui studi dokumentasi dimaksudkan untuk melengkapi data yang tidak diperoleh dari kegiatan wawancara. Atau diambil dari catatan-catatan yang telah tersedia. 5. Jenis Data Ada dua jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data primer dan data sekunder. a. Data primer Data primer dalam penelitian ini adalah hasil wawancara dengan para informan PJ. Bisma Sehat, ahli gizi, pelanggan, dan konsumen di Kabupaten Sukoharjo. b. Data sekunder Data sekunder dalam penelitian ini adalah buku dan website yang memberikan data bagi penelitian ini. Dengan cara mengutip dari sumber tersebut yang bertujuan untuk melengkapi data primer. 6. Validitas Data Dalam penelitian ini data yang berhasil dikumpulkan wajib diusahakan kebenaran dan kemantapannya, artinya setiap peneliti harus menentukan suatu cara meningkatkan validitas data yang diperolehnya. Penelitian ini menggunakan triangulasi data/sumber sebagai cara untuk mengetahui validitas data. Penggunaan beberapa sumber data yang berbeda dalam penelitian ini ditujukan untuk mendapatkan data dan hasil penelitian yang valid, karena telah digali dari beberapa sumber. Teknik triangulasi data pada penelitian ini adalah melakukan wawancara dengan informan terkait, menganalisis isi dengan dokumen/arsip, dan melakukan observasi dengan pengamatan aktivitas sewaktu penelitian. Teknik penelitian dengan triangulasi data/sumber ini merupakan teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan data dari suatu sumber dengan dibandingkan sumber lain untuk pengecekan dan pengontrol terhadap data yang diteliti. 7. Teknik Analisa Data Teknik analisa data yang digunakan adalah teknik analisis Miles dan Huberman, kegiatan analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi (Ulber Silalahi, 2012: 339). Penerapan teknik ini dalam penelitian adalah sebagai berikut: a. Reduksi Data Sebelum melakukan reduksi data, diawali dengan pengumpulan data. Selanjutnya membuat reduksi data dimana peneliti melakukan peran untuk menyeleksi, mengelompokkan, menyunting, memfokuskan, membuang hal yang tidak penting, dan mengatur data yang diperoleh dari hasil wawancara. b. Penyajian Data Penyajian data dilakukan dengan mengkategorisasikan data yang diperoleh. Dalam penelitian ini penyajian data berupa cerita yang sistematis yang diperoleh dari catatan lapangan yang disederhanakan, beserta kelengkapan data pendukungnya seperti grafik, tabel, dan gambar. Penyajian data ditujukan untuk menyusun data agar menjadi informasi yang teratur dan mudah digunakan. c. Penarikan dan Pengujian Kesimpulan Kesimpulan diambil dengan cara membandingkan data yang ada dalam reduksi maupun sajian data dengan rumusan masalah dan latar belakang masalah penelitian ini, sehingga akan muncul sebuah kesimpulan yang merupakan jawaban dari masalah tersebut. Detail implementasi teknik analisa data ini menggunakan metode analisis model CIPP, yaitu bahwa Input, Process, dan Product merupakan bagian dari Context. Keempatnya diteliti dan dianalisis untuk mengetahui dampak atau efek yang terjadi baik ke dalam perusahaan maupun ke luar perusahaan (pemasaran dan pelanggan), baik itu dampak positif maupun negatif. Hal itu dilakukan untuk mengetahui efektivitas dari strategi komunikasi pemasaran yang telah dilaksanakan. Model CIPP mengarahkan objek sasaran evaluasinya pada proses masukan sampai hasil. Evaluasi itu sendiri merupakan proses yang berlangsung secara terus-menerus dan sistematis.