BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Komunikasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan
manusia. Komunikasi tidak hanya berfungsi sebagai alat atau cara untuk
menyampaikan sesuatu tetapi lebih dari itu, komunikasi juga berfungsi untuk
mengungkapkan perasaan dan pesan yang terkandung didalamnya oleh pihakpihak yang saling berkomunikasi. Hal ini menempatkan komunikasi pada
kedudukan yang sangat penting bagi setiap manusia. Dengan berkomunikasi
didalam masyarakat, maka suatu pesan dapat disampaikan oleh komunikator
dan kemudian diterima lalu dimaknai oleh komunikan, baik berupa informasi
maupun ajakan atau penawaran suatu produk.
Pada suatu proses penjualan jasa maupun penjualan produk, komunikasi
adalah kunci yang mempunyai peranan penting didalamnya. Dengan
berkomunikasilah proses pertukaran pesan terjadi, sehingga pihak penjual dan
pihak pembeli akan dapat memaknai dan kemudian menentukan suatu
keputusan pembelian.
Jamu adalah sebutan untuk obat tradisional yang berasal dari Indonesia.
Jamu dibuat dari bahan-bahan alami, yang berupa bagian dari tumbuhan
seperti akar-akaran, daun-daunan, kulit batang, dan buah. Ada juga jamu yang
menggunakan komposisi bahan dari tubuh hewan, seperti empedu ular,
seringkali kuning telur ayam kampung juga dipergunakan untuk tambahan
campuran pada jamu.
Kabupaten Sukoharjo adalah salah satu kabupaten yang sedang
berkembang di Provinsi Jawa Tengah, letak geografisnya berdekatan dengan
Kota Surakarta dan Kabupaten Wonogiri. Kabupaten Sukoharjo merupakan
sentral penjualan jamu tradisional yang cukup dikenal di Indonesia.
Dari banyaknya pedagang jamu tradisional di Kabupaten Sukoharjo,
maka didirikanlah patung identitas Sukoharjo yaitu patung Jamu Gendong
yang ada di Bulakrejo, patung inilah yang menjadikan Sukoharjo sebagai ikon
Kota Jamu. Disebut Jamu Gendong karena patungnya menggambarkan
seorang petani dan seorang penjual jamu gendong. Daerah Sukoharjo,
khususnya kecamatan Nguter, memang terkenal sebagai daerah asal penjual
jamu gendong di berbagai kota besar seperti Jakarta, Bandung, Bogor,
Surabaya. Daerah tersebut dikenal dengan sebutan Kampung Jamu.
Jumlah pabrik jamu di Sukoharjo yang sudah berkembang besar adalah
Sabdo Palon, Gujati 59, dan Bisma Sehat. Untuk yang lainnya masih berupa
home industry atau anggota jamu industri. Menurut data Dinas Koperasi dan
Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Sukoharjo, ada 198 perajin dari
berbagai kecamatan yang bergabung dengan KOJAI, tetapi menurut ketua
KOJAI Suwarsi Murtedjo, jumlah perajin tidak sebanyak itu lagi sebab
beberapa perajin sudah meninggal dan keturunannya tidak melanjutkan usaha
tersebut
(Situs
Resmi
Direktorat
Jenderal
Otonomi
Daerah,
http://otda.kemendagri.go.id/index.php/categoryblog/1126-sehat-danmakmur-dengan-jamu-asal-nguter, diakses pada Minggu 15 November 2015;
16.25 WIB).
Sekarang di dalam KOJAI, ada 76 anggota pengusaha jamu dan
tersebar di seluruh wilayah kabupaten Sukoharjo. Anggota yang mendaftar di
dalam KOJAI adalah anggota yang sudah dapat memproduksi sendiri dan
telah mengikuti persyaratan yang diberikan oleh pimpinan KOJAI. Produkproduk yang dihasilkan pun sudah legal dan memiliki ijin edar dari BPOM.
Salah satu pabrik jamu yang ada di kecamatan Nguter ini adalah Pabrik
Jamu Bisma Sehat. PJ. Bisma Sehat adalah industri jamu tradisional yang
bertempat di Desa Nguter, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah yang berdiri
sejak tahun 1996. Perusahaan ini didirikan oleh Bapak Haji Mulyadi, yang
dimulai dari usaha rumah, sampai akhirnya tumbuh menjadi salah satu
perusahaan jamu terbaik di Kabupaten Sukoharjo.
Pabrik-pabrik jamu di wilayah Sukoharjo berada di bawah naungan
KOJAI (Koperasi Jamu Indonesia), yang diketuai oleh Ibu Murtedjo. Setiap
pabrik jamu berusaha mempertahankan pelanggannya serta berusaha
memperoleh pelanggan baru dengan menggunakan berbagai cara dalam
memasarkan produknya.
Agar tujuan dari komunikasi dapat berjalan dengan baik, selain
diperlukan pesan yang kreatif juga diperlukan target atau sasaran komunikasi,
dimana dalam hal pemasaran yang menjadi sasaran komunikasi adalah
pelanggan atau konsumen. Konsumen sendiri memiliki ciri dan karakteristik
yang berbeda-beda satu sama lain, dan tidak mungkin perusahaan
memasukkan semua karakteristik konsumen tersebut sebagai sasaran
komunikasinya. Disinilah dibutuhkan adanya segmentasi pasar.
Keberhasilan perusahaan tentu saja bergantung pada pelanggannya, dan
mulai dari siapa pelanggannya, bagaimana karakteristik pelanggan yang akan
mempengaruhi proses pembelian, sampai bagaimana daya beli pelanggan,
semuanya ditentukan oleh proses segmentasi pasar. Setiap perusahaan pasti
tidak akan lepas dari proses segmentasi pasar.
Dengan melakukan segmentasi, perusahaan dapat merancang suatu
bauran pemasaran tidak hanya pada komunikasi pemasaran, namun juga
rancangan atribut produk, harga, dan distribusi yang memungkinkan
perusahaan tersebut untuk dapat mengalokasikan sumber dayanya secara
optimal sekaligus menciptakan nilai bagi para pelanggannya (Agus
Hermawan, 2012: 32).
PJ. Bisma Sehat yang awalnya hanya industri rumahan telah
berkembang menjadi suatu industri yang berbasis pada manajemen yang
secara bertahap senantiasa selalu berusaha meningkatkan pelayanannya
kepada pelanggan. Mengembangkan usaha bekerjasama dengan agen-agen
grosir jamunya di beberapa wilayah di Indonesia, yaitu Jawa Tengah ada 20
agen, Jawa Barat 10 agen, Jawa Timur 5 agen, Sumatera 7 agen, Kalimantan
3 agen, dan Sulawesi 2 agen. Keunggulan dari produk jamu Bisma Sehat
dibandingkan dengan produk jamu lainnya di kabupaten Sukoharjo adalah
produk jamunya aman dan legal, harga lebih murah, jaminan kualitas, punya
rasa yang khas, dan pemasarannya luas. Bahkan sekarang ini nama Bisma
Sehat sangat mendominasi di Kampung Jamu, Kecamatan Nguter, Sukoharjo.
Gambar 1.1.
Grafik Pendapatan (Januari-Desember 2014)
Ju
li
Se
pt
em
be
r
N
ov
em
be
r
M
ei
et
Area 2
M
ar
Ja
n
ua
r
i
50
40
30
20
10
0
Sumber: Kantor PJ. Bisma Sehat, data diperoleh tanggal 28 April 2016
Gambar 1.2.
Grafik Pendapatan (Januari-Desember 2015)
Ju
li
Se
pt
em
be
r
N
ov
em
be
r
M
ei
et
Area 2
M
ar
Ja
nu
ar
i
60
50
40
30
20
10
0
Sumber: Kantor PJ. Bisma Sehat, data diperoleh tanggal 18 Maret 2016
Para pelanggan jamu Bisma Sehat adalah mereka yang mempunyai
kebutuhan akan kesehatan dan usaha dagang. Namun, apabila hal tersebut
tidak terlayani secara baik, hal-hal yang terlihat sepele dalam proses
pelayanan akan menjadi suatu ketidakpuasan. Ketidakpuasan adalah tanda
pelayanan yang mengecewakan, ia muncul karena standar mutu yang
diinginkan atau diperoleh dan diberikan berbeda antara pelanggan dan
pemberi jasa. Untuk mempertahankan pelanggannya, PJ. Bisma Sehat
pastinya melakukan berbagai cara dan strategi.
Masyarakat terdiri atas perilaku yang saling bekerjasama di antara para
anggotanya, syarat untuk dapat terjadinya kerjasama adalah adanya
pengertian terhadap keinginan atau maksud orang lain (Morissan, 2010: 128).
Oleh karena itu perlu adanya pelayanan yang baik terhadap masyarakat atau
pelanggan sebagai upaya yang dilakukan oleh PJ. Bisma Sehat untuk
mempertahankan eksistensi produk jamunya.
Karena melalui mereka, citra jamu Bisma Sehat dapat dipertahankan
keberadaannya agar tidak tergeser dengan produk pabrik jamu lainnya.
Fungsi komunikasi sosial merupakan fungsi komunikasi kultural, para
ilmuwan sosial mengakui bahwa budaya dan komunikasi itu mempunyai
hubungan timbal balik, seperti dua sisi dari satu mata uang, budaya menjadi
bagian dari perilaku komunikasi, dan pada gilirannya komunikasi pun turut
menentukan, memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya (Deddy
Mulyana, 2008: 6).
Disisi lain, sangat dibutuhkan untuk mengevaluasi efektivitas dari
komunikasi pemasaran produk jamu Bisma Sehat tersebut. Agar mendapatkan
hasil yang maksimal dalam melayani pelanggannya, maka memerlukan cara
dan pendekatan komunikasi yang tepat.
Pelanggan adalah aset yang paling besar bagi perusahaan. Melalui
pelanggan, suatu perusahaan mendapatkan pemasukan. Maka, dalam hal ini
peran struktural dalam perusahaan memegang peranan yang sangat penting,
karena pada setiap bagiannya harus bekerja secara maksimal untuk menjaga
kepuasan pelanggan, dan menimbulkan efek persuasif bagi masyarakat
tentang produk jamu Bisma Sehat.
Jadi permasalahan yang ditemukan pada PJ. Bisma Sehat adalah
melihat fenomena yang terjadi di Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo
ini dimana sebuah industri kecil yang bergerak di bidang jamu dapat
berkembang pesat dan lebih unggul dibandingkan industri-industri jamu yang
lain. Bahkan sekarang akan menjadi sebuah PT (Perseroan Terbatas). Padahal
banyak industri-industri jamu yang lain di Kecamatan Nguter yang mana
merupakan sentral Kampung Jamu. Bagaimana strategi komunikasi
pemasaran yang diterapkan untuk menghadapi pasar persaingan di wilayah
Sukoharjo. Apakah selama ini strategi komunikasi pemasaran kepada
pelanggan jamu Bisma Sehat sudah berjalan dengan tepat dan efektif atau
membutuhkan beberapa perbaikan lagi dalam strategi komunikasi pemasaran
yang dipilihnya.
Dengan menilai serta mengevaluasi strategi komunikasi pemasaran
produk jamu Bisma Sehat, maka dapat diketahui bagaimana strategi
komunikasi pemasaran yang berlangsung dan dapat dilihat apakah berjalan
efektif atau tidak.
Hal ini menarik untuk diteliti, maka dari itu penulis mengambil judul
penelitian
pada
makalah
ini
yaitu
“STRATEGI
PEMASARAN PRODUK JAMU BISMA
SEHAT
KOMUNIKASI
(Studi
Evaluasi
Efektivitas Strategi Komunikasi Pemasaran Produk Jamu Bisma Sehat oleh
Pabrik Jamu Bisma Sehat di Kabupaten Sukoharjo).”
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah dalam penelitian
ini adalah:
1.
Bagaimana efektivitas strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan
oleh Pabrik Jamu Bisma Sehat di Kabupaten Sukoharjo ?
2.
Faktor apa saja yang menjadi kendala, berpotensi mengganggu, dan
juga faktor yang menjadi pendorong dalam melakukan strategi
komunikasi pemasaran oleh Pabrik Jamu Bisma Sehat di Kabupaten
Sukoharjo ?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan agar penelitian
menjadi lebih terarah secara jelas, maka perlu ditetapkan tujuannya sebagai
berikut:
1.
Untuk
mengetahui
bagaimana
efektivitas
strategi
komunikasi
pemasaran yang baik pada Pabrik Jamu Bisma Sehat di Kabupaten
Sukoharjo.
2.
Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi kendala yang
berpotensi mengganggu dan juga faktor pendorong keberhasilan strategi
komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Pabrik Jamu Bisma Sehat
di Kabupaten Sukoharjo.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat sebagai berikut:
1.
Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi penulis untuk
memperluas wawasan dan memperoleh informasi mengenai ilmu
komunikasi khususnya strategi komunikasi pemasaran dalam suatu
perusahaan terutama strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan
oleh perusahaan jamu dan juga bermanfaat sebagai rujukan bagi PJ.
Bisma Sehat dalam menjalankan strategi komunikasi pemasaran yang
efektif dan tepat sasaran untuk kedepannya.
2.
Secara Teoritis
Hasil
penelitian
ini
diharapkan
mampu
meningkatkan
kemampuan dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan strategi
komunikasi pemasaran dalam suatu perusahaan jamu, dan juga
bermanfaat sebagai tambahan informasi mengenai penggunaan studi
evaluasi efektivitas sebagai perspektif dalam penelitian ilmiah di
Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas
Sebelas Maret, Surakarta.
E. Kajian Teori
Komunikasi pemasaran produk jamu Bisma Sehat ini merupakan suatu
cara untuk mempertahankan warisan leluhur obat tradisional berupa jamu di
dalam masyarakat modern seperti sekarang ini. Dimana kesadaran masyarakat
untuk meminum jamu mulai berkurang, dan juga persaingan penjualan jamu
yang ketat, memunculkan banyaknya produk jamu yang beredar di pasaran.
Mengetahui hal tersebut masyarakat pun lebih cenderung memilih
produk jamu yang familiar, tanpa mencoba mengkonsumsi produk jamu
buatan pabrikan lain yang mungkin khasiatnya jauh lebih baik.
Proses komunikasi kepada masyarakat atau pelanggan dalam penelitian
ini adalah komunikasi secara primer dan sekunder. Dalam komunikasi primer,
pesan
mengenai
pentingnya
mengkonsumsi
jamu
untuk
kesehatan
disampaikan secara langsung atau tatap muka (face to face communication)
agar informasi yang diterima dapat dimengerti dengan baik oleh komunikan.
Oleh karena itu strategi komunikasi pemasaran dalam perusahaan PJ.
Bisma Sehat perlu adanya evaluasi, hal ini bertujuan untuk mengetahui
apakah program maupun strategi yang dijalankan sudah berjalan dengan baik
dan tepat sasaran atau tidak. Berikut kajian teori yang dipilih peneliti dalam
melakukan penelitian evaluasi efektivitas strategi komunikasi pemasaran
produk jamu Bisma Sehat oleh pabrik jamu Bisma Sehat di Kabupaten
Sukoharjo:
1.
Obat Tradisional Jamu
Setiap manusia mempunyai tujuan dalam hidupnya, tujuan hidup
dapat tercapai apabila keadaan jasmani dan rohani dalam keadaan
sempurna. Keadaan sempurna disini berarti tidak mengalami gangguan
yang dapat berpengaruh terhadap kehidupan sehingga tugas sehari-hari
dapat terlaksana dengan baik.
Gangguan terhadap diri manusia dapat terjadi karena faktor usia,
penyakit, atau kecelakaan. Nenek moyang manusia memenuhi segala
kebutuhan untuk mengobati gangguan tersebut dengan memanfaatkan
berbagai jenis flora yang banyak tumbuh di sekitar lingkungan hidup.
Obat tradisional adalah bahan/ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik),
campuran dari bahan tersebut secara turun-temurun digunakan
untuk pengobatan dan diterapkan sesuai norma yang berlaku di
masyarakat (Abdul Latief, 2012: 5).
Ditinjau dari bentuk, sifat, dan zat-zat yang terkandung
didalamnya, tumbuh-tumbuhan mempunyai khasiat yang berbeda-beda.
Perbedaan khasiat antara yang satu dengan yang lainnya memaksa
manusia untuk lebih berhati-hati dalam penggunaannya.
Jamu adalah ramuan turun-temurun dari leluhur, dimana bahan
herbalnya diambil dari tumbuhan yang ada di Indonesia, baik itu dari
akar, daun, buah, bunga, maupun kulit kayu (Ibunda Suparni dan Ari
Wulandari, 2012: 3). Obat tradisional jamu kembali populer karena
adanya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dengan menggunakan
bahan-bahan alami yang tidak memiliki efek samping.
Keuntungan obat tradisional jamu apabila digunakan adalah tidak
adanya efek samping yang menimbulkan penyakit lain, karena
tidak mengandung zat kimia, dan harus diteliti secara terusmenerus untuk meningkatkan kualitas jamu tradisional (Wiwien
Widyawati, 2010: 131).
Jamu perlu mendapatkan perhatian dan dipelihara kelestariannya
untuk menjaga dan manambah kekayaan kearifan lokal Indonesia.
Pabrik Jamu Bisma Sehat mencoba menggali khasanah tanaman obat
ini untuk diracik menjadi minuman jamu untuk menjaga daya tahan dan
mengembalikan stamina pada tubuh. Racikan ramuan bumbu rempah
jamu tersebut diolah dan dikemas menjadi berbagai varian produk jamu
Bisma Sehat dengan khasiat yang bermacam-macam. Tidak hanya
sampai disitu saja, Pabrik Jamu Bisma Sehat melakukan pembaharuan
untuk setiap produknya untuk hasil yang baik, aman, dan berkualitas.
2.
Komunikasi Interpersonal
Deddy Mulyana mengemukakan bahwa komunikasi interpersonal
atau komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara orangorang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya
menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal
maupun nonverbal (Suranto Aw, 2011:3).
Komunikasi
interpersonal
adalah
proses
pengiriman
dan
penerimaan pesan-pesan antara dua orang, atau diantara sekelompok
kecil orang-orang dengan umpan balik seketika (Onong Uchjana
Effendy,
2003:
59-60).
Komunikasi
interpersonal
merupakan
komunikasi antara dua orang atau lebih. Kegiatan tersebut sangat
dominan dalam kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh individu satu
dengan individu yang lain. Kegiatan ini tidak lepas dari rutinitas yang
dilakukan oleh manusia di dalam kehidupan dan hubungannya dengan
masyarakat sekitarnya.
Komunikasi interpersonal sebagai komunikasi antar dua orang
yang berlangsung secara tatap muka (komunikasi diadik), sifat
komunikasinya adalah: (a) spontan dan informal; (b) saling
menerima feedback secara maksimal; (c) partisipan berperan
fleksibel (Suranto Aw, 2011: 3).
Dapat disimpulkan, komunikasi antarpribadi atau komunikasi
interpersonal adalah proses penyampaian dan penerimaan pesan antara
pengirim pesan (sender) dengan penerima (receiver) baik secara
langsung maupun tidak langsung. Komunikasi dapat dikatakan terjadi
secara langsung (primer) apabila pihak-pihak yang terlibat komunikasi
dapat saling berbagi informasi tanpa melalui media. Sedangkan
komunikasi tidak langsung (sekunder) apabila adanya penggunaan
media tertentu.
3.
Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling
menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung
satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang
selalu berubah-ubah (Arni Muhammad, 2011: 67). Dalam komunikasi
organisasi terdapat pesan beserta arus pesan, tujuan, arah, dan media
yang digunakan. Pelaku komunikasi organisasi meliputi seseorang dan
sikapnya, perasaan yang dibawa dalam berkomunikasi, hubungan, dan
ketrampilan atau skillnya.
Pabrik jamu Bisma Sehat menyadari petingnya menjaga
komunikasi organisasi yang baik didalam perusahaannya. Karena hal
ini akan sangat berpengaruh pada kinerja karyawan dan produk jamu
yang diproduksi. Pada perusahaan jamu Bisma Sehat, hal ini akan
menumbuhkan perasaan memiliki dan meningkatkan tanggungjawab,
semangat kerja, karena merasakan seolah-olah perusahaan tersebut
adalah usaha milik sendiri.
Manfaat komunikasi, memberi pengaruh positif bagi kemajuan
perusahaan, memperbesar semangat kerja, menambah pengetahuan,
mempermudah penyelesaian masalah, menyamakan persepsi, bertukar
ide untuk kemajuan organisasi (Kadar Nurzaman, 2014: 188).
4.
Komunikasi Pemasaran
Komunikasi pemasaran adalah sarana yang digunakan perusahaan
dalam upaya untuk menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan
konsumen secara langsung atau tidak langsung tentang produk dan
merek yang mereka jual (Philip Kotler, 2007: 204).
Dalam melakukan komunikasi pemasaran diperlukan strategi dan
taktik yang matang dalam efektivitas dan efisiensi. Komunikasi
pemasaran bukanlah suatu proses sistem yang berjalan satu arah,
sebaliknya malah dua arah (Ilham Prisgunanto, 2006: 14). Yang
dimaksud disini adalah apabila sebuah perusahaan melakukan aktivitas
strategi pemasaran dengan bagian pemasaran, perusahaan sudah
berusaha memberikan informasi kepada pelanggan dalam keperluan
untuk mendapatkan masukan akan produk mereka. Masukan dari
pelanggan akan sangat berguna bagi perusahaan untuk meningkatkan
kualitas produk dan pelayanan yang mereka miliki.
Respon yang diberikan oleh pelanggan kepada produk bisa
beranekaragam, maka dari itu sebuah perusahaan perlu melakukan
evaluasi tentang produk mereka guna mendapatkan informasi yang
lengkap. Oleh sebab itu, proses pertukaran informasi pada komunikasi
pemasaran sangat dibutuhkan untuk melengkapi kebutuhan-kebutuhan
yang dirasa kurang tepat.
Perusahaan yang memiliki kemampuan komunikasi pemasaran
dapat membuat program komunikasi yang sukses dan memastikan
kinerja pasar jangka panjang, ada dampak positif antara memiliki
kemampuan komunikasi pemasaran yang kuat dan kinerja
perusahaan (Damjana dan Bruno, 2015: 373).
Di dalam pabrik jamu Bisma Sehat, komunikasi pemasaran juga
digunakan sebagai alat yang dapat menentukan posisi dan strategi apa
yang tepat bagi perusahaan, dengan cara melihat keadaan pasar. Dengan
adanya komunikasi tersebut, perusahaan akan mengetahui dan mengatur
rencana strategi pemasaran ke depan yang dirasa lebih efektif.
a.
Bauran Pemasaran
Pemasaran dimulai dengan pemenuhan kebutuhan individu
yang kemudian tumbuh menjadi keinginan individu. Konsep
pemasaran adalah proses dalam pemenuhan kebutuhan dan
keinginan manusia. Pemasaran merupakan kegiatan yang penting
dalam
dunia
usaha.
Pemasaran
menjadi
strategi
untuk
meningkatkan penjualan sehingga tujuan perusahaan dapat
tercapai. Pemasar sebaiknya memiliki pengetahuan dalam konsep
dan prinsip pemasaran agar kegiatan pemasaran dapat tercapai
sesuai dengan kebutuhan dan keinginan manusia, terutama pihak
konsumen yang dituju (Agus Hermawan, 2012: 28).
Pemasaran bersandar pada konsep inti, yaitu (Freddy
Rangkuti, 2009: 19-20):
-
-
-
-
Kebutuhan, keinginan, dan permintaan.
Kebutuhan adalah sesuatu yang diperlukan dan harus ada
sehingga manusia akan berusaha memenuhi kebutuhannya.
Keinginan adalah hasrat untuk memperoleh pemuas kebutuhan
yang lebih spesifik akan kebutuhan yang mendalam.
Permintaan adalah keinginan akan produk tertentu yang
didukung oleh kemampuan dan kesediaan untuk membeli.
Produk/jasa adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan untuk
memuaskan suatu kebutuhan dan keinginan.
Nilai dan kepuasan, merupakan konsep penuntun dalam
memilih produk mana yang dapat memuaskan dan mempunyai
kapasitas berbeda sebagai perangkat tujuan.
Pertukaran dan transaksi merupakan cara-cara yang dilakukan
orang dalam memperoleh produk yang diinginkannya.
Hubungan dan jaringan, merupakan strategi yang dilakukan
pihak perusahaan dengan pihak-pihak kunci seperti pelanggan,
pemasok, dan penyalur, guna mempertahankan referensi dan
bisnis jangka panjang perusahaan.
Pasar, terdiri atas semua pelanggan potensial yang memiliki
kebutuhan/keinginan tertentu yang sama dan mampu
melaksanakan pertukaran untuk memuaskan kebutuhan dan
keinginan.
Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang
digunakan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan pemasaran
dalam pasar sasarannya. Tanpa adanya bauran pemasaran di dalam
pelaksanaan
pemasaran
di
perusahaan,
maka
tujuan
dari
perusahaannya tersebut tidak akan tersampai kepada target market
atau pasar sasarannya dengan baik. Oleh karena itu, setiap
perusahaan perlu merancang bauran komunikasi pemasaran untuk
mendukung kelancaran kegiatan promosi produknya.
-
6 model utama bauran komunikasi pemasaran: penjualan
perorangan, iklan, promosi penjualan, pemasaran, publisitas,
dan komunikasi di tempat pembelian (Terence A. Shimp,
2003: 5-6).
Penjualan perorangan (personal selling) adalah bentuk
komunikasi yang dilakukan oleh tenaga penjual/wiraniaga
untuk menginformasikan dan membujuk kepada calon pembeli
agar membeli produk/jasa yang ditawarkan.
-
Iklan (advertising) adalah segala bentuk presentasi nonpribadi
dan promosi gagasan, barang, atau jasa oleh sponsor tertentu
yang harus dibayar (Philip Kotler, 2007: 244).
-
Promosi
penjualan
(sales
promotion)
adalah
kegiatan
pemasaran yang dilakukan oleh tenaga pemasar untuk
merangsang dan mempengaruhi sikap pelanggan/konsumen
melakukan pembelian suatu produk dalam waktu yang singkat.
-
Pemasaran
(marketing)
adalah
kegiatan
dalam
mempromosikan perusahaan dan merek mereka dengan
mengasosiasikan perusahaan atau salah satu merek dengan
kegiatan tertentu, seperti menjadi sponsor dalam suatu event
kegiatan atau perlombaan.
-
Publisitas (publicity) berhubungan dengan komunikasi massa
seperti iklan, tetapi juga tidak sepenuhnya seperti iklan.
Publisitas berbentuk berita atau komentar editorial mengenai
produk atau jasa dari perusahaan. Bentuk tersebut dimuat
dalam media cetak dan televisi secara gratis karena perwakilan
media menganggap berita tersebut layak disampaikan ke
khalayak.
-
Komunikasi
di
tempat
pembelian
(point-of-purchase
communication) adalah komunikasi yang melibatkan alat
peraga seperti poster, spanduk, stiker, dan berbagai materi lain
yang didesain untuk mempengaruhi keputusan membeli di
tempat pembelian yang sudah didisplay oleh perusahaan guna
menarik perhatian konsumen.
Model proses komunikasi ada model makro dan model
mikro. Model makro menekankan faktor-faktor utama dalam
komunikasi yang efektif. Pengirim pesan harus mampu memahami
penerima pesan mana yang menjadi sasaran dan tanggapan apa
yang ingin mereka peroleh. Pengirim pesan harus mengemas
pesan-pesan yang ingin mereka sampaikan ke penerima dalam kode
tertentu sehingga penerima dapat menafsirkan kode tersebut.
Dalam
mengirimkan
pesan
tersebut,
pengirim
harus
mengirimkannya melalui media yang menjangkau penerima
sasaran. Sehingga akan timbul respon dari penerima yang
mendapatkan
pesan
tersebut.
Pengirim
pesan
harus
mengembangkan saluran umpan balik untuk mengetahui respon
dan tanggapan dari penerima pesan. Apabila pengirim pesan
mampu melakukan pendekatan dengan baik kepada penerima
pesan, maka komunikasi tersebut akan semakin efektif.
Skema 1.1.
Unsur-unsur dalam Proses Komunikasi
PENGIRIM
Penggunaan
kode
Pesan
Media
Penafsiran
kode
PENERIMA
Kegaduhan
Umpan balik
Tanggapan
Sumber: Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, 2007
Sedangkan model mikro dari komunikasi pemasaran lebih
terfokus pada tanggapan spesifik konsumen untuk berkomunikasi.
Dalam tanggapan komunikasi model mikro, terdapat 4 model
hierarki tanggapan klasik yaitu model AIDA, model Hierarki Efek,
model Inovasi Adopsi, dan model Komunikasi. Dalam penelitian
strategi komunikasi pemasaran produk jamu Bisma Sehat ini,
peneliti menggunakan model AIDA sebagai hierarki tanggapan
komunikasinya.
Skema 1.2.
Model Hierarki Tanggapan
Tahap
Model AIDA
Perhatian
Tahap Kognitif
Minat
Tahap Afektif
Keinginan
Tindakan
Tahap Perilaku
Sumber: Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, 2007
Semua model tanggapan tersebut melewati tahap kognitif,
afektif, dan perilaku. Dalam model hierarki tanggapan AIDA,
perhatian dari penerima sasaran/konsumen masuk ke dalam tahap
kognitif karena merupakan tahap dimana konsumen tersebut belajar
untuk mengetahui dan memahami tentang produk yang ditawarkan.
Minat dan keinginan konsumen masuk ke dalam tahap afektif,
dimana akan timbul rasa keingintahuan dan penasaran pada
konsumen, di tahap ini konsumen sudah menunjukkan antusias dan
ketertarikannya mengenai produk yang ditawarkan. Berikutnya
adalah
tindakan,
tindakan
masuk
ke
dalam
tahap
perilaku/behavioral. Dalam tahap perilaku, konsumen akan
melakukan tindakan pembelian akan produk yang ditawarkan.
Suatu pemasaran lebih banyak bergantung pada kemampuan
dalam mempertimbangkan suatu kebijakan bagi usahanya. Karena
seorang pemasar akan berusaha untuk memenuhi dan memuaskan
kebutuhan dan keinginan konsumennya. Maka dari itu seorang
pemasar dituntut untuk berpikir kreatif dan selalu melakukan
inovasi-inovasi yang baru bagi usahanya karena pemasaran adalah
suatu seni dalam berdagang.
Apabila seorang pemasar berani berspekulasi atas usahanya,
bisa jadi usahanya berkembang dan mengalami peningkatan
permintaan konsumen, angka penjualan naik, atau bisa juga malah
mengalami kegagalan/kerugian.
Hal inilah yang dilakukan oleh pabrik jamu Bisma Sehat,
karena pada awalnya bisnis ini hanya bisnis rumahan, namun
karena keberanian dari pemilik perusahaan dalam berspekulasi
pada
strategi
komunikasi
pemasarannya,
maka
bisnis
ini
berkembang menjadi besar.
b. Strategi Komunikasi
Pendekatan kepada pelanggan dari produk jamu Bisma Sehat
guna menerapkan strategi komunikasi pemasaran dalam pabrik
jamu Bisma Sehat adalah dengan melakukan komunikasi langsung.
Karena dengan adanya proses komunikasi langsung, maka pihak
dari Bisma Sehat akan lebih memahami bagaimana respon dari
pelanggannya.
Komunikasi
tatap
muka
adalah
salah
satu
komunikasi langsung yang dilakukan oleh PJ. Bisma Sehat.
Peran komunikasi tatap muka dalam strategi pemasaran
perusahaan adalah (Sutisna, 2002: 311):
-
Menyampaikan pesan yang kompleks kepada konsumen
potensial mengenai kebijakan dan produk perusahaan.
Mengadaptasi penawaran dan daya tarik promosional produk
untuk kebutuhan yang unik dan konsumen yang spesifik.
Membujuk konsumen bahwa produk atau jasa perusahaan
lebih baik atau setidak-tidaknya mempunyai sisi-sisi positif
yang lebih dibandingkan dengan produk pesaing.
Dalam proses komunikasi secara langsung, pengaruh seorang
komunikator bisa sangat besar terhadap komunikannya, atau bisa
sebaliknya
(Burhan
Bungin,
2013:
70).
Apabila
tingkat
kepercayaan komunikan terhadap komunikatornya tinggi, maka
kredibilitas dari komunikator tersebut mendapat kesan positif dari
komunikannya. Karena pesan yang disampaikan pada proses
komunikasi secara langsung dapat sampai dan diterima dengan baik
oleh komunikannya.
Strategi komunikasi adalah kombinasi yang terbaik dari
semua elemen komunikasi mulai dari komunikator, pesan,
saluran (media), penerima sampai pada pengaruh (efek)
untuk mencapai tujuan komunikasi yang optimal (Hafied
Cangara, 2014: 64).
Dalam
menjalankan
strategi
komunikasi,
seorang
komunikator yang mana adalah pabrik jamu Bisma Sehat harus
menjaga apa yang akan dikomunikasikan, pesan atau informasi apa
yang akan disampaikan didalamnya, dikemas secara runtut agar
yang menjadi tujuan dari Bisma Sehat dalam strategi komunikasi
tersebut dapat tercapai.
c.
Pemilihan strategi memerlukan penanganan secara hati-hati
dalam perencanaan komunikasi, sebab jika pemilihan strategi
salah atau keliru, maka hasil yang diperoleh bisa fatal,
terutama kerugian dari segi waktu, materi, dan tenaga (Hafied
Cangara, 2014: 65).
Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran mengacu pada rencana perusahaan dalam
menempatkan sumber dayanya dengan memposisikan produk atau
jasa dan menargetkan kelompok konsumen spesifik guna
mendapatkan keuntungan.
Pengiklan, pemasar, dan sektor bisnis berkembang yang
mendukung untuk menggunakan data besar guna memenuhi tujuan
mereka sendiri (Nick dan Joseph, 2014: 1710). Di dalam strategi
pemasaran produk jamu Bisma Sehat terdapat perencanaan
program-program pemasaran guna mewujudkan tujuan dan
keberhasilan dari perusahaan dalam menjual produk atau jasanya di
pasaran.
Apalagi jika muncul produk atau jasa baru yang akan
dipasarkan, maka perusahaan jamu Bisma Sehat tersebut akan
sangat membutuhkan strategi pemasaran agar produk atau jasanya
dapat diterima di masyarakat. Strategi pemasaran adalah suatu cara
yang penting dilakukan oleh perusahaan dalam mencapai
keuntungan.
Strategi pemasaran adalah proses perencanaan perusahaan
untuk mewujudkan tujuan perusahaan yang sesuai dengan
visi perusahaan, persaingan merupakan motivasi utama dalam
strategi pemasaran (Agus Hermawan, 2012: 40).
5.
Evaluasi
Evaluasi bagi sebuah kegiatan menjadi kebutuhan yang sangat
penting dilakukan, tidak saja untuk melihat apakah kegiatan tersebut
berjalan baik atau buruk, tetapi juga untuk mengetahui apakah kegiatan
telah menghasilkan dampak yang sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Evaluasi kerja sangat penting untuk dilaksanakan dalam
sebuah perusahaan atau organisasi dalam memberikan informasi
mengenai beberapa hal, antara lain sebagai berikut (Zaini Rohmad,
2014: 3):
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan telah tercapai.
Untuk membantu dalam membuat tujuan-tujuan baru.
Untuk membantu mengetahui tingkat efisiensi setiap pribadi.
Untuk menemukan kelemahan-kelemahan.
Untuk menemukan kelebihan.
Untuk menstimulasi perkembangan dan kemajuan.
Evaluasi merupakan suatu proses untuk menyediakan informasi
tentang sejauh mana kegiatan tertentu telah dicapai. Dalam melakukan
evaluasi dibutuhkan tolok ukur tertentu sebagai acuan, misalnya suatu
program kerja yang suatu saat dilaksanakan dan suatu saat dievaluasi.
Evaluasi berkaitan dengan konsep efektivitas. Mengevaluasi sama
halnya dengan melihat apakah program dilaksanakan efektif atau tidak.
Evaluasi merupakan proses penggambaran, pencarian, dan pemberian
informasi yang sangat bermanfaat bagi pengambilan keputusan dalam
menentukan alternatif keputusan.
Evaluasi adalah kegiatan yang berorientasi pada pengambilan
keputusan, karena itu evaluasi harus membantu para pengambil
keputusan dalam menetapkan keputusannya, misal untuk
memperbaiki program dan memilih pendekatan yang lebih baik
(Zaini Rohmad, 2014: 41-42).
Evaluasi adalah proses penilaian secara sistematis dan kritis
terhadap suatu obyek penilaian. Dalam perusahaan, evaluasi dapat
diartikan sebagai proses pengukuran akan efektivitas strategi yang
digunakan dalam upaya mencapai tujuan perusahaan. Data yang
diperoleh dari hasil pengukuran tersebut akan digunakan sebagai
analisis situasi program berikutnya.
Sedangkan evaluasi ini sendiri dapat dibedakan ke dalam berbagai
jenis tergantung dari tujuan evaluasi dan tahap-tahap penyelenggaraan
suatu program. Evaluasi dibagi menjadi tiga macam, yaitu (Sutopo,
2015: 13):
a.
b.
c.
Pre-programme evaluation (evaluasi yang diselenggarakan
sebelum program mulai dilaksanakan).
On going programme evaluation (evaluasi yang diselenggarakan
pada saat suatu program masih sedang berlangsung).
Ex-post programme evaluation (evaluasi yang dilaksanakan
sesudah berakhirnya sebuah program).
Penelitian tentang evaluasi strategi komunikasi pemasaran oleh
PJ. Bisma Sehat ini dapat digolongkan termasuk evaluasi proses (on
going programme evaluation) karena program branding produk jamu
Bisma Sehat ini berlangsung secara terus-menerus dalam tujuannya
mencapai target dalam menyebarkan dan eksistensi nama jamu Bisma
Sehat di pangsa pasar jamu tradisional di Indonesia.
Fungsi utama dari on going programme evaluation adalah
(Sutopo, 2015: 13):
a.
b.
c.
d.
Menyarankan pemecahan masalah-masalah yang timbul di dalam
pelaksanaan program.
Menilai apakah penyelenggara program benar-benar memperoleh
keuntungan dari penyelenggaraan program.
Membantu penyelenggaraan/manajemen program melakukan
penyesuaian-penyesuaian program terhadap situasi dan tujuan yang
berubah.
Membantu manajemen melakukan penyesuaian-penyesuaian
kebijakan tentang tujuan, organisasi kelembagaan dan sumber daya
yang mempengaruhi penyelenggaraan program.
Dalam evaluasi ini, model evaluasi yang sesuai dengan penelitian
yang termasuk on going programme evaluation adalah model evaluasi
CIPP. Peneliti menggunakan cara pendekatan model CIPP (Context,
Input, Process, Product).
Model CIPP dipilih karena evaluasi merupakan proses yang
berlangsung secara terus-menerus dan sistematis. Di antara setiap
faktornya yang terdapat didalam CIPP, memiliki keterkaitan sehingga
bisa diketahui kelemahan dan kekuatan program yang sedang diteliti.
Apakah program tersebut sudah tepat, perlu tambahan dan perbaikan
lagi, ataupun program tersebut kurang tepat. Oleh karena itu, hasil
penelitian tersebut bisa dijadikan dasar untuk menyusun secara
operasional perbaikan program.
Stufflebeam
mencoba
menghubungkan
evaluasi
dengan
pengambilan keputusan dalam penelitian evaluasi CIPP, dia membagi
keputusan program menjadi 4 (empat) macam, yaitu (Zaini Rohmad,
2014: 82):
a.
b.
c.
d.
Context evaluation, to serve planning decision. Konteks evaluasi
ini membantu merencanakan dalam keputusan, menentukan
kebutuhan yang akan dicapai oleh program, dan merumuskan
tujuan program.
Input evaluation, structuring decision. Evaluasi ini menolong
mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada,
alternatif apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk
mencapai kebutuhan, bagaimana prosedur kerja untuk
mencapainya.
Process evaluation, to serve implementing decision. Evaluasi
proses untuk membantu mengimplementasikan keputusan. Sampai
sejauh mana rencana yang ditetapkan telah dilaksanakan ? Apa
yang harus direvisi ? Begitu pertanyaan tersebut terjawab, prosedur
dapat dimonitor, dikontrol, dan diperbaiki.
Product evaluation, to serve recycling decision. Evaluasi produk
untuk menolong atau untuk membantu dalam pengambilan
keputusan selanjutnya. Apa hasil yang telah dicapai ? Apa yang
dilakukan setelah program berjalan ?
F. Kerangka Berpikir
Agar penelitian dapat terarah dengan baik sesuai dengan tujuan yang
diharapkan, maka diperlukan sebuah kerangka yang jelas untuk menunjukkan
arah
penelitian.
Dalam
penelitian
“STRATEGI
PEMASARAN PRODUK JAMU BISMA
SEHAT
KOMUNIKASI
(Studi
Evaluasi
Efektivitas Strategi Komunikasi Pemasaran Produk Jamu Bisma Sehat oleh
Pabrik Jamu Bisma Sehat di Kabupaten Sukoharjo)” ini, penulis
menggunakan kerangka berpikir model CIPP.
Kerangka berpikir model CIPP adalah suatu kerangka pikir dimana
Input, Process, dan Product merupakan bagian dari Context,
keempatnya diteliti dan dianalisis untuk mengetahui dampak atau efek
yang terjadi baik ke dalam perusahaan maupun ke luar perusahaan, baik
itu dampak positif maupun dampak negatif (Sutopo, 2015: 15).
Untuk memperjelas bagaimana alur dari kerangka berpikir model CIPP,
berikut skemanya:
Skema 1.3.
Kerangka Berpikir Efektivitas Strategi Komunikasi Pemasaran
PJ. Bisma Sehat
INPUT
PROCESS
PRODUCT
CONTEXT
DAMPAK
KE DALAM
POSITIF
KE LUAR
NEGATIF
POSITIF
EFEKTIVITAS
Sumber: Sutopo, dkk , 2015
NEGATIF
1.
Penilaian Context
Penilaian konteks dilakukan untuk menjawab apakah tujuan yang
ingin dicapai dan dirumuskan oleh program memang benar-benar
dibutuhkan. Dalam penelitian evaluasi ini, peneliti melakukan
pengamatan
dan
pengkajian
terkait
program-program
yang
dilaksanakan oleh pabrik jamu Bisma Sehat. Program-program tersebut
mengenai cara mengkomunikasikan pemasaran dari produk pabrik jamu
Bisma Sehat kepada pelanggan dan konsumennya seperti menawarkan
produk jamu dan pemberian alat promosi di depot jamu.
Peneliti akan mengkaji bagaimana dan apakah strategi yang
dilakukan oleh pabrik jamu Bisma Sehat pada program yang
dilaksanakannya berjalan secara efektif sesuai tujuannya ataukah malah
sebaliknya, program tersebut mengalami kegagalan.
Keterangan penilaian Context:
- Latar belakang program komunikasi pemasaran produk jamu Bisma
Sehat.
- Tujuan dari program tersebut.
- Sasaran program.
- Perencanaan program.
- Kesesuaian program dengan visi dan misi PJ. Bisma Sehat
2.
Penilaian Input
Penilaian input menuju masukan yang diperlukan untuk mencapai
tujuan, meliputi:
a.
Pelaksana Program/SDM
Pelaksana program yang dimaksud disini adalah pihak PJ.
Bisma Sehat dalam melakukan strategi komunikasi pemasaran
produk jamunya. Sedangkan SDM yang dimaksud disini adalah
SDM yang dimiliki oleh pabrik jamu Bisma Sehat. Bagaimana
SDM dari Bisma Sehat, apakah memang profesional dibidangnya.
Dan kiat yang dilakukan pihak Bisma Sehat untuk melatih
karyawannya, agar dapat membantu mengembangkan pemasaran
dari produk jamu yang diproduksi Bisma Sehat.
b.
Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang digunakan dalam pelaksanaan
program strategi komunikasi pemasaran oleh pabrik jamu Bisma
Sehat. Fasilitas yang digunakan dan diberikan pihak Bisma Sehat
kepada
pelanggannya,
dalam
upaya
mempertahankan
dan
memberikan pelayanan serta menjaga dan meningkatkan loyalitas
pelanggan.
Sedangkan dana yang dimaksud disini adalah dana yang
dikeluarkan
oleh
pihak
Bisma
Sehat
dalam
pelaksanaan
programnya.
Keterangan penilaian Input:
- Pelaksana program.
- Pembagian tugas dan persiapan program.
- Sarana dan prasarana penunjang kelancaran program.
3.
Penilaian Process
Penilaian proses mengarah pada proses pelaksanaan dalam
mencapai tujuan. Penilaian terhadap proses meliputi penilaian terhadap
tahapan yang dilaksanakan dalam proses mencapai efektivitas.
Keterangan penilaian Process:
- Bentuk kegiatan program yang dilaksanakan.
- Fokus kegiatan program.
- Kelancaran pelaksanaan program.
- Strategi yang dilakukan dalam pelaksanaan program.
- Kontinuitas dan konsistensi pelaksanaan program.
- Pendukung kelancaran program.
- Hambatan program.
4.
Penilaian Product
Yang terakhir adalah evaluasi terhadap hasil, apakah tujuan
program tersebut tercapai atau tidak sesuai dengan rencana dan tujuan.
Dari penilaian produk ini maka akan muncul dampak ke luar dan ke
dalam dari pabrik jamu Bisma Sehat.
Dampak ke luar adalah dampak yang terjadi di luar perusahaan,
dampak ini seperti respon yang muncul pada pelanggan dan konsumen
terhadap program komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh pihak
Bisma Sehat. Respon ini pun ada bermacam-macam, ada respon negatif
dan ada respon positif.
Respon negatif adalah respon ketidakpuasan pelanggan terhadap
produk maupun pelayanan yang diberikan oleh pihak Bisma Sehat.
Sedangkan respon positif adalah respon kepuasan atas produk dan
pelayanan yang telah diberikan oleh pihak Bisma Sehat.
Dampak ke dalam adalah dampak yang terjadi di dalam
perusahaan. Dampak ini seperti respon yang muncul dari anggota atau
karyawan pabrik jamu Bisma Sehat terkait dengan program komunikasi
pemasaran yang dilakukannya. Respon yang terjadi pun ada respon
positif dan ada respon negatif.
Respon positif adalah apabila dalam pelaksanaan program,
tercipta iklim komunikasi organisasi yang kondusif dan kesejahteraan
dari karyawan terjaga dengan baik. Begitupun sebaliknya untuk respon
negatif, apabila dalam pelaksanaan program, terdapat permasalahan
yang muncul didalamnya sehingga menghambat pelaksanaan program
ataupun produksi produk.
Dengan adanya evaluasi produk, maka akan memberikan
penilaian atas strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh pihak
Bisma Sehat. Apakah berjalan lancar dan sukses, atau masih perlu
perbaikan. Hal ini sangat berguna karena bisa dijadikan referensi,
sehingga untuk kedepannya dapat digunakan untuk menangani dan
menyiasati agar kemungkinan dampak yang buruk tidak terjadi lagi.
Keterangan penilaian Product:
- Pencapaian tujuan.
- Parameter keberhasilan dari pelaksanaan program.
- Harapan pelanggan/publik sasaran dan ahli.
Keterangan penilaian Dampak:
- Dampak internal (dampak yang terjadi didalam perusahaan), dampak
internal positif dan dampak internal negatif.
- Dampak eksternal (dampak yang terjadi diluar perusahaan), dampak
eksternal positif dan dampak eksternal negatif.
G. Metodologi Penelitian
1.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian evaluasi, yaitu penelitian yang mengkaji efektivitas (Sutopo,
2015:
15).
Metode
penelitian
evaluasi
digunakan
untuk
menggambarkan apa yang sebenarnya terjadi dan dampak apa yang
terjadi dalam strategi komunikasi pemasaran PJ. Bisma Sehat. Tujuan
dari penelitian ini adalah ingin melihat hubungan dan efektivitas dengan
menganalisisnya.
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
Penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
(informan) atau perilaku yang diamati. Hal ini dikarenakan peneliti
ingin menganalisis secara mendalam bagaimana komunikasi pemasaran
produk yang terjadi di dalam Bisma Sehat.
Prinsip penelitian kualitatif: melindungi identitas subjek;
memperlakukan subjek dengan rasa hormat; memperjelas
persetujuan dan kesepakatan dengan subjek penelitian; menulis
apa adanya pada waktu menulis dan melaporkan penemuanpenemuan penelitian (Sudarwan Danim, 2013: 68).
Dengan metode penelitian kualitatif inilah, permasalahan akan
lebih digali secara mendalam, sehingga akan sangat bermanfaat bagi
pihak perusahaan karena akan dijadikan sebagai referensi dalam
memecahkan masalah.
2.
Ciri-ciri penelitian kualitatif: sumber data langsung berupa tata
situasi alami, peneliti adalah instrumen kunci; bersifat deskriptif;
lebih menekankan makna proses ketimbang hasil; analisis data
bersifat induktif; makna merupakan perhatian utama pendekatan
penelitian (Sudarwan Danim, 2013: 60-64).
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah lingkup Kabupaten Sukoharjo. Dari
kalangan pelanggan adalah yang tinggal di lingkup wilayah Sukoharjo.
Lokasi ini dipilih karena di lokasi inilah yang merupakan sentral Kota
Jamu dimana berdirinya pabrik-pabrik jamu, maka persaingan terlihat
ketat antara produk jamu dari perusahaan jamu satu dengan produk
jamu dari perusahaan jamu yang lainnya.
3.
Subyek Penelitian
Pemilihan subyek penelitian ini menggunakan pemilihan sampel
purposif atau purposive sampling. Merupakan pemilihan siapa subyek
yang ada dalam posisi terbaik untuk memberikan informasi yang
dibutuhkan, mereka dipilih karena dipercaya mewakili satu populasi
tertentu (Ulber Silalahi, 2012: 272-273).
Subyek yang diteliti dalam penelitian ini adalah beberapa anggota
organisasi pabrik jamu Bisma Sehat, seperti Pimpinan Perusahaan,
Bendahara, Marketing, Ahli Gizi, Pelanggan, dan Konsumen jamu
Bisma Sehat.
Subyek-subyek ini dipilih guna mengetahui dan mengevaluasi
sistematika kerja serta komunikasi pemasaran yang dilakukan. Sehingga
akan muncul jawaban dan informasi yang sedang diteliti, apakah dan
bagaimanakah strategi perusahaan PJ. Bisma Sehat ini, berjalan efektif
atau tidak. Berikut informan yang dipilih oleh peneliti:
a.
Pimpinan Perusahaan
Pimpinan atau pemilik perusahaan menjadi subyek penelitian
karena dibutuhkan informasi mengenai susunan alur kerja dalam
perusahaan
dan
pengelolaan
dalam
menjalankan
strategi
komunikasi pemasaran produk jamunya. Baik itu pengelolaan pada
produk jamu, pada karyawan, maupun pada pelanggannya.
b.
Bendahara
Bendahara menjadi subyek penelitian guna mendapatkan
informasi pengelolaan dana perusahaan dalam hal pemasaran
produk jamu dan pemberian alat promosi produk jamu bagi para
pelanggan jamu Bisma Sehat.
c.
Marketing
Marketing pabrik jamu Bisma Sehat dipilih menjadi subyek
penelitian karena peranan marketing berhubungan langsung dengan
pelanggan, sehingga melalui marketinglah keluhan, pelayanan, dan
kepuasan pelanggan dapat diatasi secara langsung.
d.
Ahli Gizi
Ahli Gizi ataupun informan ahli dipilih untuk menjadi subyek
penelitian agar dapat menjawab dan memberikan keterangan
informasi mengenai jamu secara umum, dan kualitas jamu Bisma
Sehat secara khusus, guna melengkapi dan memberikan penegasan
data-data yang diperlukan. Ahli gizi pada subyek penelitian ini ada
2 informan, yaitu ahli gizi dari pihak internal dan ahli gizi dari
pihak eksternal.
e.
Pelanggan
Pelanggan jamu Bisma Sehat yang menjadi subyek penelitian
berjumlah 3 (tiga) informan yang terdiri dari latar belakang, jenis
kelamin, usia, dan pekerjaan, dimana 3 (tiga) informan tersebut
merupakan pelanggan yang melakukan usaha penjualan produk
Bisma Sehat atau pemilik depot jamu di wilayah Kabupaten
Sukoharjo. Pemilihan 3 informan tersebut karena merupakan
pemilik depot jamu yang sering melakukan order pemesanan
produk jamu di PJ. Bisma Sehat. Informan yang dipilih adalah
informan yang berada di pinggiran kabupaten Sukoharjo,
dikarenakan program yang dilakukan oleh PJ. Bisma Sehat
sasarannya adalah pinggiran kabupaten Sukoharjo terlebih dahulu
baru kemudian menuju ke pusat kabupaten Sukoharjo.
f.
Konsumen
Konsumen para pelanggan jamu Bisma Sehat yang menjadi
subyek penelitian ini berjumlah 6 (enam) informan yang terdiri dari
latar belakang, jenis kelamin, usia, dan pekerjaan, dimana 6 (enam)
informan tersebut merupakan konsumen yang membeli dan
mengkonsumsi jamu di depot jamu milik para pelanggan jamu
Bisma Sehat di wilayah Kabupaten Sukoharjo. Keenam informan
tersebut dipilih dari 2 depot jamu milik pelanggan Bisma Sehat,
yang masing-masing depot jamu diambil 3 informan konsumen.
4.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian ini adalah:
a.
Wawancara (indepth interview)
Wawancara secara mendalam dengan informan. Teknik
wawancara digunakan agar peneliti dapat memperoleh informasi
yang sedalam-dalamnya dan sebanyak-banyaknya dari para
informan. Wawancara ini bersifat luwes, pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan bisa berkembang pada saat wawancara, karena itu
peneliti hanya membuat interview guide yang berisi pertanyaanpertanyaan secara garis besar saja.
b.
Observasi
Teknik
pengumpulan
data
yang
dilakukan
melalui
pengamatan secara langsung obyek penelitian untuk mengamati
secara cermat berbagai kegiatan dan peristiwa yang terjadi.
c.
Dokumentasi
Merupakan metode pengumpulan data dengan mempelajari
dokumen, arsip, laporan, peraturan, dan literatur lainnya yang
relevan dengan permasalahan yang terjadi. Pengumpulan data
melalui studi dokumentasi dimaksudkan untuk melengkapi data
yang tidak diperoleh dari kegiatan wawancara. Atau diambil dari
catatan-catatan yang telah tersedia.
5.
Jenis Data
Ada dua jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu
data primer dan data sekunder.
a.
Data primer
Data primer dalam penelitian ini adalah hasil wawancara
dengan para informan PJ. Bisma Sehat, ahli gizi, pelanggan, dan
konsumen di Kabupaten Sukoharjo.
b.
Data sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini adalah buku dan website
yang memberikan data bagi penelitian ini. Dengan cara mengutip
dari sumber tersebut yang bertujuan untuk melengkapi data primer.
6.
Validitas Data
Dalam penelitian ini data yang berhasil dikumpulkan wajib
diusahakan kebenaran dan kemantapannya, artinya setiap peneliti harus
menentukan suatu cara meningkatkan validitas data yang diperolehnya.
Penelitian ini menggunakan triangulasi data/sumber sebagai cara
untuk mengetahui validitas data. Penggunaan beberapa sumber data
yang berbeda dalam penelitian ini ditujukan untuk mendapatkan data
dan hasil penelitian yang valid, karena telah digali dari beberapa
sumber. Teknik triangulasi data pada penelitian ini adalah melakukan
wawancara
dengan
informan
terkait,
menganalisis
isi
dengan
dokumen/arsip, dan melakukan observasi dengan pengamatan aktivitas
sewaktu penelitian.
Teknik penelitian dengan triangulasi data/sumber ini merupakan
teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan data dari suatu sumber
dengan dibandingkan sumber lain untuk pengecekan dan pengontrol
terhadap data yang diteliti.
7.
Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan adalah teknik analisis Miles
dan Huberman, kegiatan analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang
terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan/verifikasi (Ulber Silalahi, 2012: 339).
Penerapan teknik ini dalam penelitian adalah sebagai berikut:
a.
Reduksi Data
Sebelum
melakukan
reduksi
data,
diawali
dengan
pengumpulan data. Selanjutnya membuat reduksi data dimana
peneliti melakukan peran untuk menyeleksi, mengelompokkan,
menyunting, memfokuskan, membuang hal yang tidak penting, dan
mengatur data yang diperoleh dari hasil wawancara.
b.
Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dengan mengkategorisasikan data
yang diperoleh. Dalam penelitian ini penyajian data berupa cerita
yang sistematis yang diperoleh dari catatan lapangan yang
disederhanakan, beserta kelengkapan data pendukungnya seperti
grafik, tabel, dan gambar. Penyajian data ditujukan untuk
menyusun data agar menjadi informasi yang teratur dan mudah
digunakan.
c.
Penarikan dan Pengujian Kesimpulan
Kesimpulan diambil dengan cara membandingkan data yang
ada dalam reduksi maupun sajian data dengan rumusan masalah
dan latar belakang masalah penelitian ini, sehingga akan muncul
sebuah kesimpulan yang merupakan jawaban dari masalah tersebut.
Detail implementasi teknik analisa data ini menggunakan metode
analisis model CIPP, yaitu bahwa Input, Process, dan Product
merupakan bagian dari Context. Keempatnya diteliti dan dianalisis
untuk mengetahui dampak atau efek yang terjadi baik ke dalam
perusahaan maupun ke luar perusahaan (pemasaran dan pelanggan),
baik itu dampak positif maupun negatif. Hal itu dilakukan untuk
mengetahui efektivitas dari strategi komunikasi pemasaran yang telah
dilaksanakan. Model CIPP mengarahkan objek sasaran evaluasinya
pada proses masukan sampai hasil. Evaluasi itu sendiri merupakan
proses yang berlangsung secara terus-menerus dan sistematis.
Download