MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : Ira

advertisement
Penelitian Komunikasi Antarbudaya
PERTEMUAN 15
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
MODUL
KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS )
Oleh : Ira Purwitasari
POKOK BAHASAN
Penelitian Komunikasi Antarbudaya
DESKRIPSI
Penelitian yang disoroti dalam komunikasi antarbudaya adalah adanya perbedaan latar
belakang kebudayaan dalam hal menafsirkan sebuah pesan. Komunikasi antarbudaya
terjadi bila pesan yang diproduksi berasal dari individu atau kelompok suatu budaya dan
penerima pesan adalah individu atau kelompok budaya lain.
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah membaca modul ini, diharapkan mahasiswa dapat mengetahui, memahami dan
menjelaskan berbagai masalah penelitian dalam komunikasi antarbudaya. Dan secara
khusus mahasiswa mampu menjelaskan :
1. Ruang lingkup penelitian komunikasi antarbudaya
2. Komponen-komponen budaya
3. Komponen-komponen komunikasi
4. Jenis-jenis penelitian komunikasi antarbudaya
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR – UMB
IRA PURWITASARI S.SOS
KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA
Penelitian Komunikasi Antarbudaya
Penelitian Komunikasi Antarbudaya
Kepustakaan :
1. Mulyana, Deddy. 2003. Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
2. Rumondor, Alex, dkk. 1999. Komunikasi Antarbudaya. Jakarta: Universitas
Terbuka.
3. Purwasito, Andrik. 2003. Komunikasi Multikultural. Surakarta : Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
A. Ruang Lingkup Penelitian Komunikasi Antarbudaya
YIS adalah sebuah organisasi perencana komunikasi di Jawa Tengah,
organisasi ini dimaksudkan untuk memberikan penerangan kepada rakyat Indonesia di
bagian Timur tentang bencana alam yang sering terjadi. Di daerah tersebut korbankorban seringkali jatuh. YIS ingin mengajarkan kepada penduduk tentang tentang
teknik-teknik menghadapi bencana alam. Mereka akan dilatih untuk menjadi anggota
Kesatuan Penyelamat (Emergency Squad). Mengingat jarak budaya antara komunikator
dan komunikan, serta menimbang bahwa rata-rata pendidikan khalayak rendah, maka
YIS memutuskan untuk mempersiapkan perangkat komunikasi dengan menggunakan
gambar.
Sebelum dimasyarakatkan, gambar-gambar itu dipraujikan kepada wakil-wakil
kelompok sasaran. Mengejutkan, ternyata mereka memerhatikan apa yang tidak
diperhatikan oleh para perencana gambar. Sasaran ternyata tidak memahami perspektif.
Seorang wanita mempertanyakan apakah orang yang berbadan besar (di bagian depan
gambar) bisa masuk rumah yang kecil (gambar rumah sebagai latar belakang), begitu
cerita Mary Johnston, salah seorang perancang pesan YIS. Ketika gambar karikatur
diperlihatkan, reaksinya ternyata menggelikan bagi mereka. Setelah tertawa-tawa kecil
dan berbicara ke sana-ke mari, seorang pimpinan tradisional akhirnya menyatakan
bahwa yang ada dalam gambar itu adalah setan, tulis Johnston (dalam Open, 1988 :
175) yang dikutip dari Jalaluddin Rakhmat, 1993).
Dari cerita di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian dalam komunikasi
antarbudaya adalah adanya perbedaan latar belakang kebudayaan dalam hal
menafsirkan pesan. Tidak ada bahasa universal baik verbal maupun nonverbal.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR – UMB
IRA PURWITASARI S.SOS
KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA
Penelitian Komunikasi Antarbudaya
Komunikasi antarbudaya akan efektif bila kita mengetahui pola-pola penafsiran pesan
dari budaya yang berlainan. Untuk memahami pengetahuan ini, agar tidak terjebak ke
dalam stereotip, harus berdasarkan penelitian.
Komunikasi antarbudaya terjadi bila produsen pesan adalah anggota suatu
budaya dan penerima pesannya adalah anggota suatu budaya lainnya. Komunikasi ini
bisa terjadi antara orang Jepang dengan orang Indonesia, atau antara orang Batak
dengan orang Jawa, atau antara orang-orang Jawa sendiri (perbedaan subkultur). Pada
dasarnya, setiap kali terjadi perbedaan budaya antara komunikator dan komunikan,
maka setiap kali itu pula terjadi komunikasi antarbudaya.
Karena itu, penelitian komunikasi antarbudaya memfokuskan perhatian pada
bagaimana budaya-budaya yang berbeda itu berinteraksi dengan proses komunikasi;
bagaimana komponen-komponen komunikasi berinteraksi dengan komponen-komponen
budaya. Bagaimanakah nilai yang dianut Margaret (komponen budaya) memengaruhi
caranya memberi makna (komponen komunikasi) pada pesan yang disampaikan Paijo?
B. Komponen – Komponen Budaya
Penelitian mengenai komunikasi antarbudaya banyak merujuk pada antropologi
budaya terutama dalam mengidentifikasi dan menafsirkan berbagai komponen budaya.
Samovar (1981) membagi berbagai aspek kebudayaan ke dalam tiga komponen
sosiobudaya yang mempunyai pengaruh sangat besar dan langsung atas makna yang
dibangun dalam persepsi kita. Unsur-unsur tersebut adalah system kepercayaan
(belief), nilai (value), sikap (attitude), pandangan dunia (world views), dan organisasi
social (social organization). Ketiga unsure ini memengaruhi aspek-aspek makna yang
bersifat pribadi dan subjektif. Kita mungkin akan melihat suatu objek, atau peristiwa
social yang sama dan memberikan arti objektif yang sama, tetapi arti secara
individualnya biasanya berbeda. Contohnya seorang Arab dan seorang Amerika akan
menyatakan secara objektif bahwa seseorang adalah wanita berdasarkan wujud
fisiknya. Namum kemungkinan besar pendapat keduanya akan berbeda tentang
bagaimana wanita itu dalam arti sosialnya. Contoh, orang Arab lebih cenderung
menemukan peranan wanita pada kegiatan sebagai ibu rumah tangga. Sementara
orang Amerika memandang wanita sama dengan pria, dalam arti seorang wanita
memiliki derajat dan kesempatan yang sama dengan pria dalam pekerjaan dan rumah
tangga.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR – UMB
IRA PURWITASARI S.SOS
KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA
Penelitian Komunikasi Antarbudaya
Pendapat Samovar ini kemudian digabung dengan pendapat dari Asante (1979)
yang melahirkan enam komponen budaya penting untuk penelitian yaitu : kepercayaan,
nilai, pandangan dunia, sejarah, mitos dan otoritas status.
Kepercayaan adalah suatu kemungkinan-kemungkinan subjektif yang diyakini
oleh individu bahwa suatu objek atau suatu peristiwa memiliki karakteristik tertentu.
Kepercayaan melibatkan hubungan antara objek yang dipercaya dengan karakteristik
yang membedakannya. Derajat kepercayaan kita mengenai suatu objek yang memiliki
karakteristik tertentu dan dapat menunjukkan sikap subjektif kita dan konsekuensinya
juga menunjukkan intensitas kepercayaan kita. Jelasnya semakin kita merasa pasti
dalam kepercayaan kita, maka semakin besar intensitas kepercayaan tersebut. Dalam
hal ini, kebudayaan mempunyai peranan yang besar. Sedangkan pada komunikasi
antarbudaya tidak ada hal yang benar dan yang salah sejauh menyangkut kepercayaan.
Kepercayaan bersifat sentral, misalnya : Tuhan itu ada, agama itu perlu, orang
Indonesia itu halus dan pemaaf, orang Barat itu cerdas dan canggih, dan sebagainya.
Salah satu unsure kepercayaan yang sangat penting dalam komunikasi antarbudaya
adalah citra (image) kita dengan komunikasi dengan budaya lain. Prasangka dan
stereotip adalah contohnya. Stereotip merupakan keyakinan, prasangka adalah sikap.
Citra memengaruhi perilaku kita dalam hubungannya dengan orang yang citranya kita
miliki. Citra menentukan desain pesan komunikasi kita.
Nilai adalah aspek evaluatif dan system kepercayaan. Dimensi-dimensi evaluatif
ini meliputi kualitas-kualitas seperti kemanfaatan, kebaikan, estetika, kemampuan
memuaskan kebutuhan dan keseragaman dan sebagainya. Walaupun setiap inidividu
memiliki tatanan nilai yang unik, tetapi terdapat pula nilai-nilai yang cenderung
menyerap budaya. Nilai-nilai ini dinamakan nilai budaya.
Nilai-nilai budaya dapat dikategorikan dalam tiga tingkatan yaitu nilai primer,
yang pantas untuk diperjuangkan. Nilai sekunder, dianggap perlu, tetapi tidak sampai
harus mengorbankan diri, sementara nilai tertier hanya merupakan alternative saja. Nilai
juga dapat diklasifikasikan ke dalam: positif, negative atau netral. Misalnya
mempertahankan kapitalisme merupakan nilai posistf bagi kebanyakan orang Amerika
dan merupakan nilai negative bagi kebanyakan orang komunis. Nilai yang tidak jelas
masuk positif atau negative bagi suatu anggota kebudayaan termasuk dalam nilai netral.
Sistem nilai masyarakat budaya tertentu memengaruhi cara berpikir anggotaanggotanya. Banyak cara untuk mengidentifikasi nilai. Spranger mengemukakan
kategori nilai yang terkenal: nilai ilmiah, nilai religius, nilai ekonomis, nilai estetik, nilai
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR – UMB
IRA PURWITASARI S.SOS
KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA
Penelitian Komunikasi Antarbudaya
politis dan nilai social. Sementara Kluckhon dan Strodbeck (1961) menunjukkan enam
nilai yang dapat dijadikan variable penelitian yaitu orientasi sifat manusia , orientasi
waktu, orientasi kegiatan, orientasi relasional, orientasi ruang, dan orientasi manusia
alam. Beberapa dimensi nilai yang sering menjadi focus dalam komunikasi antarbudaya
adalah orientasi inidividu-kelompok, umur, persamaan hak, formalitas, rendah-tinggi
hati, dan lain-lain.
Komponen budaya yang ketiga adalah pandangan dunia. Setiap kebudayaan
pasti memiliki pandangan dunia (pandangan hidup tentang dunia), meskipun konsep
dan deskripsinya bersifat abstrak, namun merupakan salah satu aspek terpenting dalam
perceptual komunikasi antarbudaya. Setiap budaya mempunyai cara yang khas dalam
memandang dunua, dalam memahami, menafsirkan, dan menilai dunia. Pandangan
dunia ini dikondisikan oleh lingkungan dan pengalaman histories yang dimiliki oleh
anggota-anggota suatu budaya. Walaupun simplistic, Asante (1980) menyebut tiga tipe
pandangan dunia : Afrosentrik, Eurosentrik, dan Asiosentrik. Pandangan Afrosentrik
melihat semua realitas berpadu dan bergerak secara agung. Tidak ada pemisahan
antara yang material dan spiritual, yang profane dan sacral, bentuk dan substansi.
Pandangan Asiosentris melihat materi sebagai ilusi. Yang riil adalah yang dating dari
alam spiritual. Dalam konsep filosofis Asia, spirit harus menguasai materi. Sebaliknya
pandangan eurosentrik melihat materi sajalah yang riil. Yang spiritual itu ilusi. Everything
that is not within sense-experience become non-sense. Jadi orang Afrika personalistik,
Asia spiritualistic, dan Eropa materialistic.
Pandangan dunia ini memengaruhi nilai, sikap, kepercayaan, penggunaan waktu
dan berbagai budaya lainnya. Dengan cara yang halus dan samar. Pandangan dunia
memengaruhi komunikasi antarbudaya, oleh karena itu sebagai anggota suatu budaya,
setiap perilaku komunikasi mempunyai pandangan dunia yang tertanam secara
mendalam dalam jiwa dan sepenuhnya dianggap benar, serta menganggap orang lain
sama sebagaimana ia memandang dunia.
Komponen budaya yang keempat adalah sejarah. Sejarah adalah catatan
peristiwa, fenomena, dan kepribadian yang mengatur pandangan suatu bangsa tentang
anda. Sejarah bukanlah apa yang dikatakan orang tentang Anda. Sejarah adalah apa
yang Anda ketahui dan percayai (Asante, 1980 : 406). Lewat sejarah yang mereka
ketahui, mereka saling bertukar pesan dalam komunikasi antarbudaya.
Komponen budaya yang kelima adalah mitologi. Mitologi dari suatu kelompok
budaya memberikan pada kelompok pemahaman hubungan-hubungan, yakni hubungan
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR – UMB
IRA PURWITASARI S.SOS
KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA
Download