Imam Zakaria PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PELATIHAN TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN DI KANTOR CV. BARATA SURABAYA Imam Zakaria * ABSTRAK The study entitled influence factors Performance Against Employee Training Employee Performance CV. Barata Surabaya, aims to determine, first, whether the factors that training, training methods, training materials, the ability of trainers, training facilities and management commitment together have a significant influence on employee performance CV. Barata Surabaya? Second, among the factors on which one has the dominant influence on employee performance? Thirdly, are there differences in employee performance before and after the training? The study population is all employees CV. Barata Surabaya, totaling 130 people. The data used are primary and secondary, obtained from interviews, field research and literature study. Samples were taken by cluster random. The method of analysis used is quantitative descriptive statistical tests. The results showed that the first: five variable training (training methods, training materials, the ability of trainers, training facilities and management commitment) together, have a significant influence on employee performance CV. Barata Surabaya. Indicated by the results of the F count = 263.126> F table = 3.34 and significance sought 0.000 <0.05. Second, of the five variables turned out to training coaches ability variable is a variable that has dominant influence on the work perstasi shown by the t value of 5.540> t table of 1.671 and significance sought smallest nilaimya is equal to 0.000. Third, the results of calculation test the equality of two average shows that the average employee performance before following peltihan is 3.0403 and employees' performance after training is 3.1653 means that the average difference performance of 1.2500. T value amounted to - 3.859 <t table amounted to 2,000, or can dkatakan that there are differences influence employee performance CV. Barata Surabaya before and after the training. Keywords: Training, Job Performance training methods, training materials, the ability of trainers, training facilities and management commitment PENDAHULUAN Pengelolaan sumber daya manusia agar berkualitas perlu memperhatikan tentang pembinaan dan pengembangannya agar dapat lebih menyesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungan yang semakin berkembang. Siagian (1998:198-201) mengatakan, ada empat alasan dalam pengembangan sumber daya manusia yaitu : 1. Pengetahuan karyawan yang perlu pemuktahiran. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi perlu ditanggapi agar dapat selalu mengikuti perkembangan zaman. 2. Adanya pergeseran nilai-nilai sosial budaya misalnya menyangkut pola kerja, cara bertindak, cara berpikir dan pola perilaku. 3. Adanya persamaan hak dalam memperoleh kesempatan mengikuti pelatihan dan pengembangan dalam rangka usaha seseorang meniti karier di bidang profesi dan pekerjaan yang ditekuni. 4. Kemungkinan adanya perpindahan Karyawan. Ebis, Volume 6 Nomor 2 Juli 2014 | 178 Imam Zakaria Salah satu Perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan, home industri dan kontraktor di Jawa Timur adalah CV. Barata yang berusaha melakukan investasi sumber daya manusia dengan jalan mengadakan pelatihan terus menerus, di perusahaan terdapat divisi pelatihan yang dalam aktivitasnya berusaha untuk melakukan kegiatan yang berhubungan dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Wilayah operasi CV. Barata di Kotamadya Surabaya dan sekitarnya Data sumber daya manusia di CV. Barata baik yang berada di kantor pusat nya di Surabaya, maupun kantor cabang di Sidoarjo, Madiun dan Madura memperlihatkan, bahwa karyawan operasional yang ada berjumlah 164 orang, Untuk meningkatkan kualitas sumber daya langkah yang dilakukan perusahaan adalah mengadakan pelatihan-pelatihan. Pola pelatihan yang dilakukan adalah in house training, artinya kegiatan pelatihan diselenggarakan sendiri oleh CV. Barata, dalam pelaksanaannya tidak jarang dilakukan bekerja sama dengan lembaga pendidikan luar sekolah yang ada di wilayah Surabaya. Jenis pelatihan in house training dilaksanakan di daerah Surabaya, pemberian pelatihan bertujuan agar karyawan mempunyai ketrampilan dan pengetahuan yang luas, sehingga prestasi kerjanya dapat lebih ditingkatkan. Dari uraian tersebut di atas, maka dipandang perlu untuk mengadakan penelitian tentang Pengaruh Faktor-Faktor Pelatihan Terhadap Prestasi Kerja Karyawan CV. Barata di Surabaya PERUMUSAN MASALAH 1. Apakah faktor-faktor pelatihan yaitu metode pelatihan, materi pelatihan, kemampuan pelatih, fasilitas pelatihan dan komitmen manajemen secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap prestasi kerja karyawan CV. Barata di Surabaya 2. Faktor manakah yang mempunyai pengaruh dominan terhadap prestasi kerja karyawan CV. Barata Surabaya 3. Apakah ada perbedaan prestasi kerja pada karyawan sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan ? LANDASAN TEORI Pengertian Pelatihan Martoyo (1987:57) mengemukakan bahwa pelatihan dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan berbagai ketrampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu dalam waktu yang relatif singkat (pendek). Handoko (1996:104) mengatakan pelatihan (training) dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan berbagai ketrampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu, terinci dan rutin. Pelaksanaan pelatihan disesuaikan dengan kebutuhan atau keinginan organisasi. Nitisemito (1996:53) mengatakan, pelatihan atau training adalah suatu kegiatan yang bermaksud untuk memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku, ketrampilan dan pengetahuan dari karyawannya sesuai dengan keinginan perusahaan. Dari definisi-definisi tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pelatihan merupakan suatu aktivitas organisasi untuk memperbaiki dan mengembangkan kemampuan karyawan yang berlangsung relatif singkat dan sesuai dengan kebutuhan organisasi. Ebis, Volume 6 Nomor 2 Juli 2014 | 179 Imam Zakaria TUJUAN PELATIHAN Thomas (1997:16) menyebutkan tujuan pelatihan adalah kinerja terbaik suatu organisasi lewat pemanfaatan kemampuan dan potensi setiap anggotanya, yaitu dengan cara memberikan kesempatan berkembang dalam hal pengetahuan dan pengalaman. Nitisemito (1996:54) mengemukakan beberap sasaran pelatihan yaitu : (a).Pekerjaan diharapkan lebih cepat dan lebih baik; (b) Penggunaan bahan dapat lebih hemat; (c) Penggunaan peralatan dan mesin diharapkan lebih tahan lama; (d) Angka kecelakaan diharapkan lebih kecil; (e) Tanggung jawab diharapkan lebih besar; (f) Biaya produksi diharapkan lebih rendah; (g) Kelangsungan perusahan diharapkan lebih terjamin. Tujuan umum pelatihan menurut Moekijat (1991:38) adalah : (a) Untuk mengembangkan keahlian, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif; (b) Untuk mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara rasional; (c) Untuk mengembangkan sikap, sehingga menimbulkan kemauan kerja sama dengan teman-teman Karyawan dan manajemen (pimpinan). Simamora (1997:346-348) menyatakan bahwa tujuan dari pelatihan adalah : (a) Memperbaiki Kinerja; (b) Memutakhirkan Keahlian Para Karyawan Sejalan Dengan Kemajuan Teknologi; (c) Mengurangi Waktu Belajar bagi Karyawan baru Supaya Menjadi Kompeten dalam Pekerjaan Adanya pelatihan, maka para karyawan baru yang belum memiliki keahlian khusus seperti yang dibutuhkan, dapat memperolehnya lewat pelatihan-pelatihan yang diikuti. (a) Membantu Memecahkan Permasalahan Operasional; (b) Mempersiapkan Karyawan Untuk Promosi; (c) Mengorientasikan Karyawan Terhadap Organisasi; (d) Memenuhi KebutuhanKebutuhan Pribadi MANFAAT PELATIHAN Pelatihan mutlak perlu dilakukan untuk dapat meningkatkan prestasi kerja karyawan. Keharusan ini karena adanya berbagai jenis manfaat yang dapat dipetik, baik bagi organisasi maupun bagi para karyawan. Simamora (1997:349) menyatakan, bahwa manfaat adanya pelatihan adalah : (a) Meningkatkan kuantitas dan kualitas produktivitas; (b) Mengurangi waktu belajar yang diperlukan karyawan agar mencapai standar-standar kinerja yang dapat diterima; (c) Menciptakan sikap loyalitas dan kerjasama yang lebih menguntungkan; (d) Memenuhi kebutuhan-kebutuhan perencanaan sumber daya manusia; (e) Mengurangi jumlah dan biaya kecelakaan kerja; (f) Membantu karyawan dalam peningkatan dan pengembangan pribadi mereka. Siagian (1998:184) mengemukakan tentang manfaat pelatihan terhadap karyawan sebagai berikut : (a) Membantu para Karyawan membuat keputusan dengan baik; (b) Meningkatkan kemampuan para pekerja menyelesaikan pelbagai masalah yang dihadapinya; (c) Terjadinya internalisasi dan operasionalisasi faktor-faktor motivasi (d) Timbulnya dorongan dalam diri pekerja untuk terus meningkatkan kemampuan kerjanya; (e) Peningkatan kemampuan Karyawan untuk mengatasi stress, frustasi dan konflik yang pada gilirannya memperbesar rasa percaya pada diri sendiri; (f) Tersedianya informasi tentang berbagai program yang dapat dimanfaatkan oleh Karyawan dalam rangka pertumbuhan masing-masing secara teknikal dan intelektual; (g) Meningkatkan kepuasan; (h) Semakin besarnya pengakuan atas kemampuan seseorang; (i) Mengurangi ketakutan menghadapi tugas-tugas baru di masa depan Ebis, Volume 6 Nomor 2 Juli 2014 | 180 Imam Zakaria JENIS-JENIS PELATIHAN Ada beberapa jenis pelatihan yang dapat dilakukan oleh organisasi. Teori (Moekijat 1991:37-38) mengatakan tentang jenis latihan sebagai berikut : a. On-the-job training/latihan sambil bekerja merupakan latihan dengan menggunakan situasi pekerjaan sebagai tempat untuk memberi pelajaran. b. Vestibule training adalah latihan yang dilakukan dalam suatu kamar (ruang) yang terpisah dari tempat kerja biasa. c. Apprentice training merupakan gabungan antara kuliah-kuliah dalam ruang klas, praktek kerja lapangan dan pengalaman kerja. d. Understudy training adalah latihan dengan bekerja langsung untuk menjadi Karyawan yang cakap dan mempelajari suatu jenis pekerjaan dengan memberi pelayanan sebagai seorang asisten atau pembantu. e. Role playing/memainkan peranan merupakan latihan untuk memperoleh kecakapan dalam wawancara dan situasi-situasi hubungan antar manusia khusus. f. Conference training/latihan konperensi adalah latihan yang menitikberatkan pada pembicaraan masalah-masalah secara kelompok, bertukar ide-ide dan memberikan praktek dalam mempengaruhi sikap anggota-anggota kelompok lainnya. Simamora (1997:349-351) mengemukakan tentang jenis-jenis pelatihan sebagai berikut : (1) Pelatihan Keahlian-keahlian; (2) Pelatihan Ulang; (3) Pelatihan Fungsional Silang; (4) Pelatihan Tim; (5) Pelatihan Kreativitas Ciri-ciri Program Pelatihan Yang Baik Thomas (1997:150-151) memberikan gambaran tentang ciri-ciri pelatihan yang baik sebagai berikut : a. Menciptakan agenda pembelanjaran pribadi dengan jalan membangun wawasan, pengalaman, dan pembelajaran masa lalu. b. Memberikan ketrampilan dan pemahaman kepada bawahan untuk tumbuh dan mengembangkan kecakapan khusus serta merentangkan ketrampilan mental dengan metode pembelajaran praktis disamping pengalaman kerja secara langsung di lapangan. c. Membantu bawahan memahami prinsip-prinsip dan permasalahan manajemen secara detail dan mengembangkan kemampuan berpikir inovatif. d. Menuntun bawahan ke arah pemahaman yang lebih baik mengenai skala dan kompleksitas peristiwa yang mempengaruhi situasi bisnis, elemen di luar pengalaman pribadi dan peran dalam mengambil keputusan. e. Melibatkan seperangkat metode pembelajaran, seperti diskusi, studi perorangan dan penelitian, penjelasan masalah secara kreatif dan analisis. f. Meningkatkan kemampuan bawahan dalam mengembangkan kesepakatan untuk melaksanakan strategi organisasi secara berhasil dan ketahanannya dalam berbagai situasi yang sulit. Faktor-Faktor Pelatihan a. Metode Pelatihan Metode palatihan mempunyai pengaruh dalam pelaksanaan pelatihan yang efektif. Penggunaan metode dalam suatu pelatihan disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada untuk mencapai tujuan. Lynton dan Pareek (1992:160) mengatakan ada tiga perbandingan yang perlu diperhatikan dalam rangka pemilihan metode pelatihan yaitu : a. Beberapa metode dibandingkan dengan saran pelatihan b. Metode dibandingkan dengan proses belajar dan tahap-tahapannya Ebis, Volume 6 Nomor 2 Juli 2014 | 181 Imam Zakaria c. Metode dibandingkan dengan waktu, ketrampilan, dan kemudahan yang tersedia. a. Pada kegiatan pelatihan dikenal adanya dua metode yaitu on the job training dan off the job training. Metode on the job training adalah metode palatihan yang dilaksanakan ditempat kerja sesungguhnya. b. Materi Pelatihan Pada pelaksanaan pelatihan, materi pelatihan mempunyai peranan yang penting. Meskipun segala sesuatunya dipersiapkan dengan matang, tetapi materi pelatihannya tidak tepat, maka tujuan mentransfer pengetahuan maupun ketrampilan tidak akan tercapai. Materi pelatihan harus dipersiapkan dengan sungguh-sungguh sesuai dengan kebutuhan organisasi dan disusun dari yang mudah sampai yang sukar. Simamora (1997:383) mengatakan menentukan isi program pelatihan berkenaan dengan kebutuhan-kebutuhan strategik perusahaan. Kegagalan melaksanakan hal ini akan menyebabkan pelatihan tidak mempunyai dampak terhadap hasil-hasil yang ingin dicapai organisasi. Materi yang diberikan dalam pelatihan disamping sesuai dengan kebutuhan organisasi juga harus sesuai dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi, agar organisasi dapat bersaing dalam era globalisasi. c. Kemampuan Pelatih Nitisemito (1996:64) mengatakan peranan instruktur sangat menentukan berhasil tidaknya pelatihan. Moekijat (1991:65) mengatakan seorang pengajar yang cakap memberi bantuan sangat besar kepada suksesnya pelatihan. Begitu besarnya peranan dari seorang pelatih atau instruktur, sehingga perusahaan/organisasi harus betul-betul cermat dan tepat dalam memilih seorang pelatih dalam proses pelatihan. Thomas (1997:101) mengatakan tentang ciri-ciri pelatih yang berhasil adalah : (1) Berminat pada pengembangan perorangan; (2) Menggali potensi perorangan; (3) Membantu idividu untuk berpikir mandiri; (4) Menunjukkan sikap mudah diduga dan terbuka; (5) Membiarkan individu mengetahui kenyataan yang ia hadapi; (6) Memberikan hak yang dimiliki individu; (7) Membangun dan menunjukkan kepercayaan; (8) Mengambil resiko untuk membantu belajar; (9) Memiliki standar tinggi yang dikomunikasikan; (10) Seorang fasilitator yang baik dalam pembelajaran; (11) Mendorong semangat individu untuk menunjukkan yang terbaik; (12) Memanfaatkan setiap kesempatan untuk memberikan pelatihan. d. Fasilitas Pelatihan Lynton dan Pareek (1992:304) mengatakan bahwa tidak hanya para pelatih dengan perilaku mereka, tetapi lingkungan fisik yang tak bernyawa dan prosedur administratif dari pusat pelatihan lingkungan fisik yang tak bernyawa dan prosedur administratif dari pusat pelatihan menyampaikan kepada para peserta tanda-tanda persesuaian atau pertentangan dengan sasaran pelatihan, dan dengan demikian membantu atau menghalangi pelatihan. Dalam pelatihan diusahakan untuk menyediakan fasilitas yang memadai bagi peserta pelatihan. Nitisemito (1996:110) mengatakan bahwa faktor-faktor lingkungan fisik yang mempengaruhi karyawan adalah : Pewarnaan, (2) Kebersihan, (3) Pertukaran udara, (4) Penerangan, (5) Musik, (6) Keamanan, (7) Kebisingan e. Komitmen Manajemen Simamora (1997:334) mengatakan : Manajemen puncak mempunyai tanggung jawab atas penyampaian kebijakan-kebijakan umum dan prosedurprosedur yang dibutuhkan untuk menerapkan program pelatihan. Manajemen Ebis, Volume 6 Nomor 2 Juli 2014 | 182 Imam Zakaria puncak perlu melakukan pengendalian administratif guna memastikan bahwa para manajer dan karyawan mematuhi program dan memberikannya komitmen yang sungguh-sungguh. Pengertian Prestasi Kerja Menurut Suprihanto (1988:7) prestasi kerja seorang karyawan pada dasarnya adalah hasil kerja seorang karyawan selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, misalnya standart, target/sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. Penilaian prestasi kerja yang dilakukan harus selalu berkesinambungan dan merupakan suatu proses yang berlangsung secara dinamis, sehingga dapat menilai karyawan dengan seobyektif mungkin. Handoko (1996:135) memberi pengertian tentang Penilaian prestasi kerja atau performance appraisal adalah suatu proses melalui mana organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai kerja karyawan. Siagian (1998: 225-226) mengatakan yang dimaksud dengan sistem penilaian prestasi kerja ialah suatu pendekatan dalam melakukan penilaian prestasi kerja para Karyawan dimana terdapat berbagai faktor yaitu : a. Yang dinilai adalah manusia yang memiliki kemampuan dan kelemahan. b. Penilaian dengan menggunakan tolok ukur tertentu yang realistik dan obyektif. Manfaat penilaian bagi Karyawan yaitu : a. Jika penilaian positif, dapat menjadi dorongan kuat untuk lebih berprestasi b. Jika penilaian negatif, dapat diketahui kelemahannya dan segera mengambil langkah untuk memperbaiki. c. Jika penilaian tidak obyektif, diberikan kesempatan mengajukan keberatan sehingga dapat memahami dan menerima hasil penilaian yang diperolehnya. d. Hasil penilaian yang dilakukan secara berkala itu terdokumentasikan dengan rapi dalam arsip keKaryawanan. e. Hasil penilaian prestasi kerja menjadi bahan pertimbangan pimpinan dalam menetapkan keputusan maupun kebijakan-kebijakan. Tujuan Penilaian Prestasi Kerja Pada pelaksanaan peniliaan prestasi kerja karyawan tujuan yang ingin dicapai dalam penilaian harus digambarkan dengan jelas. Martoyo (1987 : 95) menyebutkan tujuan penilaian adalah : a. Mengidentifikasi para karyawan mana yang membutuhkan pendidikan dan pelatihan. b. Menetapkan kenaikan gaji ataupun upah karyawan. c. Menetapkan kemungkinan pemindahan karyawan ke penugasan baru d. Menetapkan kebijaksanaan baru dalam rangka reorgansiasi. e. Megidentifikasi para karyawan yang akan dipromosikan ke jabatan yang lebih tinggi dan sebagainya. Suprihanto (1988:8-9) menyebutkan tujuan penilaian pelaksanaan pekerjaan adalah sebagai berikut : (a) Mengetahui keadaan ketrampilan dan kemampuan setiap karyawan secara rutin; (b) Sebagai dasar perencanaan bidang personalia; (c) Sebagai dasar pengembangan dan pendayagunaan karyawan seoptimal mungkin; (d) Mendorong hubungan timbal balik yang sehat antara atasan dan bawahan; (e) Mengetahui kondisi perusahaan secara keseluruhan; (f) Bermanfaat bagi karyawan dan atasan; (g) Hasil penilaian Ebis, Volume 6 Nomor 2 Juli 2014 | 183 Imam Zakaria pelaksanaan pekerjaan dapat bermanfaat bagi penelitian dan pengembangan di bidang personalia secara keseluruhan. Manfaat Penilaian Prestasi Kerja Sistem penilaian prestasi kerja mempunyai banyak sekali manfaat. Siagian (1998:227) mengatakan manfaat sistem penilaian yang baik adalah : a. Mendorong peningkatan prestasi kerja b. Sebagai bahan pengambilan keputusan dalam pemberian imbalan c. Untuk kepentingan mutasi d. Guna menyusun program pendidikan dan latihan, baik yang dimaksudkan untuk mengatasi berbagai kekurangan dan kelemahan maupun untuk mengembangkan potensi karyawan yang ternyata belum sepenuhnya digali dan yang terungkap melalui penilaian prestasi kerja. e. Membantu para Karyawan menentukan rencana kariernya dan dengan bantuan bagian keKaryawanan menyusun program pengembangan karier yang paling tepat, dalam arti sesuai dengan kebutuhan para Karyawan dan dengan kepentingan organisasi. Metode Penilaian Prestasi Kerja Ada beberapa macam metode penilaian prestasi kerja bagi karyawan dalam suatu organisasi. Metode-metode tersebut antara lain : a. Metode Skala Peringkat b. Metode Checklist c. Metode Pilihan Terarah d. Metode Insiden Kritikal e. Metode Skala Peringkat Yang Dikaitkan Dengan Perilaku f. Metode Evaluasi Lapangan g. Metode Tes dan Observasi h. Metode Dengan Pendekatan Komparatif Aspek-aspek Yang Dinilai Pada umumnya penilaian prestasi kerja karyawan dilaksanakan sesuai dengan level karyawan tersebut. Ada 4 (empat) kelompok dalam level karyawan yaitu operator, foreman, supervisor dan level kepala bagian ke atas. Suprihanto (1988:24) menyebutkan level dan aspek-aspek yang umumnya perlu dinilai adalah sebagai berikut : a. Level Operator : Prestasi kerja, Tanggung jawab, Ketaatan, Kejujuran, Kerjasama b. Level Foreman : Prestasi kerja, Tanggung jawab, Ketaatan, Kejujuran, Kerjasama, Kepemimpinan c. Level Supervisor : Prestasi kerja, Tanggung jawab, Ketaatan, Kejujuran, Kerjasama, Prakarsa (inisiatif), Kepemimpinan d. Level Kepangkatan bagian Ke Atas : Prestasi kerja, Tanggung jawab, Ketaatan, Kejujuran, Kerjasama, Kepemimpinan, Prakarsa (inisiatif) Pengaruh Faktor-faktor Pelatihan terhadap Prestasi Kerja Karyawan Hijrahman (1990:77) mengemukakan bahwa tujuan pelatihan adalah untuk menambah pengetahuan praktis dan pengetrapannya guna meningkatkan ketrampilan, kecakapan, dan sikap. Begitu juga Moekiyat (1991:38) menyatakan bahwa salah satu tujuan pelatihan adalah mengembangkan keahlian, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan efektif. Ebis, Volume 6 Nomor 2 Juli 2014 | 184 Imam Zakaria Hipotesis Penelitian 1. Faktor-faktor pelatihan yang terdiri dari metode pelatihan, materi pelatihan, kemampuan pelatih, fasilitas pelatihan dan komitmen manajemen secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap prestasi kerja karyawan operasional di Kantor Daerah Telekomunikasi Surabaya Barat. 2. Faktor kemampuan pelatih mempunyai pengaruh yang dominan terhadap prestasi kerja karyawan operasional di Kantor Daerah Telekomunikasi Surabaya Barat. 3. Ada perbedaan pengaruh prestasi kerja karyawan operasional sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan. METODE PENELITIAN Definisi Operasional Variabel Penelitian Definisi operasional dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian adalah : Prestasi Kerja (Y) Yaitu pernyataan pimpinan terhadap prestasi kerja masing-masing karyawan yang indikatornya meliputi kemampuan kerja karyawan, kerjasama dengan sesama karyawan, kepatuhan terhadap aturan-aturan kerja dan ketepatan waktu dalam bekerja yang dinyatakan dengan skoring skala likert. Untuk menentukan skor akhir masing-masing variabel, maka diperoleh melaui formulasi sebagai berikut : Yi = Yi1 Yi2 Yi3 .....................Yin n Y = Variabel 1,2,3 ........... n N = Jumlah Indikator Variabel Bebas (X) unsur pelatihan yaitu : Variabel Metode Pelatihan (X1) Variabel metode pelatihan merupakan pernyataan karyawan terhadap cara yang digunakan dalam pelatihan agar memperoleh hasil yang diharapkan. Adapun indikator metode pelatihan adalah : 1. Metode pelatihan yang digunakan memberikan kesempatan kepada peserta pelatihan untuk berpartisipasi aktif. 2. Metode pelatihan menyediakan kesempatan pada peserta pelatihan untuk berpraktik. 3. Metode pelatihan yang digunakan menggambarkan secara jelas kecakapan-kecakapan yang dikehendaki. 4. Metode yang digunakan terstruktur dari tugas sederhana sampai kompleks. a. Variabel Materi Pelatihan (X2) Variabel materi pelatihan adalah pernyataan karyawan tentang pemberian pengetahuan atau ketrampilan guna meningkatkan kemampuan peserta pelatihan. Adapun indikator materi pelatihan adalah sebagai berikut : 1. Materi pelatihan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan organisasi. 2. Materi pelatihan dapat dipahami dari yang mudah sampai yang sukar. Ebis, Volume 6 Nomor 2 Juli 2014 | 185 Imam Zakaria b. Variabel Kemampuan Pelatih (X3) Variabel kemampuan pelatih merupakan pernyataan karyawan tentang kemampuan instruktur sebagai fasilitator dalam menyampaikan dan mentransfer materi pelatihan kepada peserta pelatihan. Adapun indikator kemampuan pelatih adalah sebagai berikut : 1. Kemampuan pelatih sebagai fasilitator yang baik dalam pembelajaran 2. Kemampuan pelatih yang dapat menggali potensi peserta pelatihan c. Variabel Fasilitas Pelatihan (X4) Variabel fasilitas pelatihan merupakan pernyataan karyawan tentang keadaan lingkungan fisik yang dalam proses pelatihan. Adapun indikator fasilitas pelatihan adalah sebagai berikut : a. Tempat pelatihan yang cukup penerangannya b. Tersedianya alat-alat pelatihan yang memadai c. Tempat pelatihan yang terjaga kebersihannya d. Tempat pelatihan yang tidak bising e. Tempat pelatihan yang memberikan rasa aman f. Tempat pelatihan yang cukup sirkulasi udaranya d. Variabel Komitmen Manajemen (X5) Variabel komitmen manajemen merupakan pernyataan karyawan tentang tanggung jawab manajemen puncak dalam penyampaian kebijaksanaan umum dan prosedur yang dibutuhkan dalam program pelatihan. Adapun indikatornya adalah: 1. Tanggung jawab manajemen puncak atas penyampaian kebijakan umum 2. Tanggung jawab dalam penyampaian prosedur pelatihan. Untuk menentukan skor akhir masing-masing variabel, maka dapat diperoleh melalui formulasi sebagai berikut : Xi Xi1 Xi2 Xi3 ........ Xin n Keterangan : X = Variabel 1,2,3 ......................n N = Jumlah Indikator Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel Populasi adalah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga (Singarimbun dan Efendi, 1989). Penelitian ini menggunakan populasi sebanyak 130 orang baik dari bagian operational maupun bagian perdagangan. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan yang telah mengikuti pelatihan minimal 15 jam, khususnya pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan bidang operasional dan perdagangan Pada penelitian ini sampel diambil dengan metode cluster random sampling METODE ANALISIS DATA Model Analisis Pada penelitian ini model analisis yang digunakan adalah model regresi linear berganda (Multiple Regression Analysis). Adapun pengujian hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan uji statistik dan didukung dengan ekonometrika. Adapun spesifikasi model yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Y = bo + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + b5x5 + ei Y = Prestasi kerja karyawan operasional Ebis, Volume 6 Nomor 2 Juli 2014 | 186 Imam Zakaria X1 X2 X3 X4 X5 bo = Variabel Metode Pelatihan = Variabel Materi Pelatihan = Variabel Kemampuan Pelatih = Variabel Fasilitas Pelatih = Variabel Komitmen Manajemen = Konstanta intersep yang menggambarkan pengaruh rata-rata semua variabel yang tidak dimasukkan ke dalam variabel model terhadap Y. b1,b2,b3,b4,b5 = koefisien regresi ei = Faktor Penggangu Agar dapat diketahui diterima atau tidaknya hipotesis yang diajukan, maka dilakukan analisais secara kuantitatif. Analisais ini menggunakan regresi linear berganda dengan pengujian menggunakan uji-F dan uji-t. HASIL PENELITIAN a. Dari lima variabel pelatihan yaitu metode pelatihan, materi pelatihan, kemampuan pelatih, fasilitas pelatihan dan komitmen manajemen, ternyata secara bersama-sama, mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap prestasi kerja karyawan CV. Barata Surabaya . Hal ini ditunjukkan dengan hasil F hitung = 263,129 > F tabel = 3,34 dan signifikansi yang dicari sebesar 0,000 < 0,05. Hasil tersebut diatas menunjukkan, bahwa hipotesis pertama dapat diterima. b. Berdasarkan uji t, seluruh variabel penelitian secara partial mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap prestasi kerja karyawan. Dari kelima variabel pelatihan tersebut ternyata variabel kemampuan pelatih merupakan variabel yang mempunyai pengaruh dominan terhadap prestasi kerja dengan ditunjukkan oleh nilai t hitung sebesar 5,540 > t tabel sebesar 1,671 dan signifikansi yang dicari nilainya paling kecil yaitu sebesar 0,000. Hasil tersebut diatas menunjukkan, bahwa hipotesis kedua dalam penelitian ini dapat diterima. c. Hasil perhitungan uji kesamaan dua rata-rata menunjukkan bahwa ratarata prestasi kerja karyawan operasional sebelum mengikuti pelatihan adalah 3,0403 dan prestasi kerja karyawan setelah mengikuti pelatihan adalah 3,1653 berarti beda rata-rata prestai kerja sebesar 1,2500. Nilai t hitung sebesar – 3,859 < t tabel sebesar 2,000. Atau dapat dikatakan bahwa ada perbedaan pengaruh prestasi kerja karyawan CV. Barata Surabaya sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan. Hasil tersebut diatas menunjukkan, bahwa hipotesis ketiga dapat diterima. SARAN a. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pelatihan yaitu metode pelatihan, materi pelatihan, kemampuan pelatih, fasilitas pelatihan dan komitmen manajemen mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap prestasi kerja bagi karyawan CV. Barata Surabaya. Untuk itulah dalam penyelenggaraan pelatihan, maka perlu mempersiapkan dan menyediakan dengan baik faktor-faktor tersebut diatas, agar dapat lebih memperlancar jalannya pelatihan. Metode pelatihan yang digunakan bersifat praktis (tidak bertele-tele), materi pelatihan yang diberikan tidak terlalu mendalam karena adanya tuntutan multifungsi bukan spesialisasi, kemampuan pelatih ditingkatkan dengan jalan menambah materi spesialisasi, fasilitas pelatihan lebih menekankan pada pelatihan langsung di lapangan dan komitmen manajemen yang jelas dan pasti. Ebis, Volume 6 Nomor 2 Juli 2014 | 187 Imam Zakaria b. Variabel kemampuan pelatih merupakan variabel yang pengaruhnya dominan terhadap prestasi kerja, untuk itu pihak manajemen (terutama pimpinan) perlu meningkatkan faktor-faktor lainnya supaya bisa berjalan seimbang dengan kemampuan pelatih. DAFTAR PUSTAKA Armstrong, Michael, Manajemen Sumber Daya Manusia, Terjemahan, (Jakarta : PT. Elex Media Koputindo., 1998) Einarsson, Tor and Milton H. Marquis, An RBC ModelWith Growth : The Role Of Human Capital, Journal Of Economics and Business, volume 50 No. 5, Norht-Holland., 1998. Emory, William C. And Cooper, R. Donald, Metode Penelitian Bisnis, Terjemahan, (Jakarta: Erlangga., 1998) Hadi, Sutrisno, Analisis Butir Untuk Instrumen, (Yogyakarta: Andi Offset., 1991) Handoko, T.H., Manajemen Personalia Dan Sumber Daya Manusia, Edisi Kedua,(Yogyakarta: BPFE., 1996) _____________, Manajemen, Edisi Kedua, (Yogyakarta: BPFE. 1997) Hasibuan, S.P., Manajemen Sumber Daya Manusia : Dasar dan Kunci Keberhasilan(Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo., 1995) Martoyo, Susilo, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: BPFE., 1987) Nitisemito, Alex S., Manajemen Personalia (Manajemen Sumber Daya Manusia) Edisi Ketiga, (Jakarta: Ghalia Indonesia. 1996) Siagian, S.P., Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara., 1998) Simamora, Henry, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997) Simamora, Henry, , Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Kedua, (Yogyakarta:STIE YKPN, 1997) Simanjuntak, P.J., Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, (Jakarta: FE UI, 1985) Sudjana, Metode Statistik, Edisi Kelima, (Bandung: Transito,1992) Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung, Alfabeta, 1993) Suprihanto, J., Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan dan Pengembangan Karyawan(Yogyakarta: BPFE, 1988) Thomas, Anggela M., Coaching For Staff Development, Terjemahan, (Yogyakarta: Kanisius, 1997) * Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sunan Giri Ebis, Volume 6 Nomor 2 Juli 2014 | 188