SUPARJO ([email protected]) Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jambi 1. PENDAHULUAN 1. PENDAHULUAN 2. SERANGGA HAMA GUDANG 2.1. Siklus Hidup Serangga 2.2. Contoh Serangga Hama 2.3. Faktor yang Mempengaruhi Serangan 2.4. Kerusakan Akibat Serangan Serangga 2.5. Pengendalian Serangga Hama Gudang Kerusakan bahan pakan dalam penyimpanan ditentukan oleh interaksi yang kompleks antara kondisi bahan pakan, kondisi lingkungan dan organisme (mikroorganisme, serangga dan rodenta) perusak kualitas bahan pakan. Kerugian yang ditimbulkan selama penyimpanan akibat interaksi tadi berupa kehilangan berat, penurunan kualitas, meningkatnya resiko terhadap kesehatan dan kerugian ekonomis. 3. RODENTIA HAMA GUDANG 3.1. Jenis-jenis Hama Tikus 3.2. Perkembangan dan Perilaku Tikus 3.3. Kerusakan Akibat Serangan Tikus 3.4. Tanda Serangan oleh Tikus 3.5. Pengendalian Hama Tikus 4. ASPEK MIKROBIOLOGI PENYIMPANAN 4.1. Mikroorganisme Perusak Bahan Pakan 4.2. Kerusakan Akibat Mikroorganisme 4.3. Kapang Penghasil Mikotoksin 4.4. Pengendalian Kontaminasi Mikroba 4.5. Penggunaan Bahan Terkontaminasi Penyimpanan bahan pakan berkadar lemak tinggi (tepung ikan, bekatul dan bungkil kelapa) sering mengalami okasidasi yang menyebabkan ketengikan. Proses oksidasi lebih aktif dengan peningkatan suhu dan kelembaban dalam gudang. Tingkat kontaminasi oleh jamur sebagian besar ditentukan oleh suhu penyimpanan dan ketersediaan air dan oksigen. Jamur dapat tumbuh pada kisaran suhu yang luas, tetapi pertumbuhan jamur akan mengalami penurunan seiring dengan penurunan suhu dan ketersediaan air. Interaksi antara suhu dan kandungan air bahan baku juga mempengaruhi tingkat kolonisasi jamur. Perubahan air bahan menjadi fase uap didorong oleh peningkatan suhu. Akibatnya, kandungan air dan pertumbuhan jamur akan meningkat dengan meningkatnya suhu penyimpanan. Serangga dan kutu (arthropoda) mempunyai kontribusi yang besar terhadap kerusakan bahan pakan baik kerusakan fisik maupun kehilangan kandungan zat makanan akibat aktivitasnya. Berbagai kerusakan bahan pakan yang terjadi selama penyimpanan secara umum disebabkan oleh jamur, serangga dan tikus. Serangga dan kutu juga berperan terhadap pertumbuhan jamur dan kapang dalam bahan pakan. jajo66.wordpress.com 1 Bahan pakan secara umum tidak akan diserang oleh serangga pada suhu di bawah 17oC, sedang serangan kutu dapat terjadi pada suhu 3 - 30oC dan kadar air di atas 12 persen. Aktivitas metabolik serangga dan kutu menyebabkan peningkatan kadar air dan suhu bahan pakan yang dirusak. Arthropoda juga dapat bertindak sebagai pembawa spora jamur dan kotorannya digunakan sebagai sumber makanan oleh jamur. Faktor fisik lingkungan (suhu, kelembaban relatif dan kadar air bahan pakan) mempengaruhi kehidupan serangga. Perkembangbiakan, aktivitas dan pertumbuhan serangga dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Suhu yang rendah akan menekan perkembangbiakan dan aktivitas serangga sehingga pertumbuhannya menurun. Tabel 1. Kadar air dan kerusakan bahan pakan KADAR AIR (%) KERUSAKAN <8 Tidak ada aktivitas, kecuali tikus 8-14 Gangguan serangga, tikus 14-28 Serangga, jamur, tikus 20-25 Serangga, jamur, bakteri, tikus >25 Bakteri, tikus dan biji akan tumbuh Organisme perusak bahan pakan secara umum dikelompokkan menjadi hama dan patogen. Hama diartikan sebagai hewan atau binatang perusak, dari berukuran tubuh kecil hingga berukuran besar. Patogen merupakan sebagai jasad renik (mikroorganisme) yang merugikan. Organisme yang paling sering menyebabkan kerusakan bahan pakan, baik secara fisik maupun kimia adalah serangga, rodentia dan mikroorganisme. 2. SERANGGA HAMA GUDANG Kerusakan bahan pakan akibat serangan serangga merupakan kasus yang paling sering terjadi. Serangga mengambil dan memakan zat makanan dari biji-bijian atau bahan baku lain yang menyebabkan rusaknya lapisan pelindung bahan. Selain menyebabkan kerusakan secara fisik, karena sifatnya yang suka bermigrasi, serangga dapat memindahkan spora jamur perusak bahan pakan dan membuka jalan bagi kontaminasi jamur atau kapang yang menghasilkan mikotoksin. Serangga perusak bahan pakan antara lain ngengat, penggerek dan kumbang. Siklus Hidup Serangga Serangga hama gudang mempunyai 4 tanda spesifik yaitu: tubuhnya terdiri adari 3 bagian (kepala, dada, perut); tubuh tertutup kulit luar; serangga dewasa mempunyai 3 pasang kaki dan mengalami perubahan bentuk (metamorfosis). antena sempurna melalui tahapan: TELUR menetas menjadi ULAT (LARVA) kemudian menjadi KEPOMPONG (PUPA) dan SERANGGA DEWASA (IMAGO). Proses metamorfosis tidak sempurna (gradual) terjadi jika TELUR yang menetas menyerupai bentuk serangga dewasa dan tumbuh tanpa melalui tahap pupa (kepompong). KUMBANG DEWASA KEPOMPONG TELUR LARVA Gambar 2. Siklus hidup sempurna kumbang Kepala Dada NGENGAT kaki perut Gambar 1. Morfologi eksternal serangga Coleoptera Siklus hidup serangga melalui beberapa tahapan perubahan bentuk baik secara sempurna maupun tidak sempurna. Proses perubahan bentuk (metamorfosis) KEPOMPONG TELUR LARVA KAKI ANAL SEMU KAKI PERUT SEMU Gambar 3. Siklus hidup sempurna ngengat jajo66.wordpress.com 2 KUTU NIMFA LEBIH TUA TELUR NIMFA Gambar 4. Siklus hidup tak sempurna Contoh Serangga Hama Jenis serangga hama gudang yang penting tergolong dalam 3 ordo yaitu Coleoptera (kumbang), Lepidoptera (ngengat) dan Psocoptera (Psocid). Tabel 2 menampilkan spesies dari ketiga ordo serangga hama gudang. (kumbang) dicirikan dengan sayap depan mengalami pengerasan seperti tanduk. Siklus hidup serangga ordo Coleoptera ini melalui metamorfosis sempurna. Coleoptera Beberapa ordo serangga lain yang erat kaitannya dengan penyimpanan bahan pakan adalah Hymenoptera (golongan semut dan tawon), Diptera (golongan lalat), Hemiptera (golongan kepik) dan Dictyoptera (kelompok kecoa). 1. Kumbang padi karatan (Rusty Beetle) Grain Kumbang padi karatan (Cryptolestes ferrugineus) merusak gabah, beras, jagung dan biji-bijian lain. Kumbang dan larva biasa memakan lembaga dan merusak bagian tengah biji. Bahan baku yang diserang menjadi berjamur dan berbau apek. Tubuh kumbang dewasa berwarna coklat kemerahan dengan panjang 2-3 mm. Metamorfosis sempurna (telur-larva-pupa-dewasa) selama 21 hari pada suhu 31oC dan kadar air 14.5%. (ngengat) mempunyai sayap depan dan belahan yang menjadi ciri khas. Siklus hidup dengan metamorfosis sempurna. Lepidoptera sering tidak bersayap, antena panjang dengan ruas yang banyak, ukuran badan sangat kecil dan transparan. Psocoptera Gambar 5. Rusty Grain Beetle jajo66.wordpress.com 3 2. Kumbang Tepung Merrah (Red-flour Beettle) Kumbanng tepung merah (Tribolium castanneum) dikenal dengan nama ulat tepunng. Kumbang meerusak bahan berbentuuk tepung, biji kakkao, kopi dan kacaang-kacangan tetapi tid dak dapat memakaan bahan yang tidak rusak dan bahan dengan kadar air dibawah d 12%. Gejaala kerusakan yang ditimbulkan: d tepunng menjadi apekk, kotor dan mengguumpal. Kumbanng dewasa dan larva bersifat kaanibalis yang memakaan telur dan pupa spesies sendiiri. Kumbang dewasa berwarna coklat merah, panjang ttubuh 2.3-4.4 mm daan bentuk agak pipih. Siklus hiddup dengan metamoorfosis sempurnaa. Kumbang bettina mampu menghaasilkan telur sebanyyak 11 butir per haari pada suhu 32.5oC. Siklus S hidup dengan metamorfossis sempurna. Ulat kumbang bubuk jaagung hidup di daalam butiran jagunng hingga menjadi kum mbang dewasa Kumbang inni hidup secara bberkelompok. Sikluus hidup dengan metaamorfosis sempurrna. Kumbang dew wasa dan fase ulat akttif merusak bahan.. Ulat hidup didalaam bahan yang telah digerek. 5. Ngengat Beras (rice moth) Ngengat beras (Corcyra cephhalonica) menyeranng beras giling, koprra, kacang-kacanggan, kakao, tepuung dan bungkil. Bahaan baku yang diseerang menjadi russak, kotor dan berbau karena k digerek. Jaagung yang digereek sering bergandeng-gandengan karenna air liurnya. Gaambar 7. Maize Weeevil 4. 4 Kumbang Penggerek Padi (Lesserr Grain Borer) Kumbang K penggerek padi (Rhizzopertha dominicca) merusak m padi-pad dian dan gaplekk. Gejala serangaan ditanda d dengan beerlubang-nya bahaan baku dan adanyya sisa gesekan beruupa dedak haluss. Tubuh kumbanng dewasa d berwarnaa coklat gelap sampai kehitamaan, raamping dan agak silindris. Ngengat deewasa (kupu-kupu) mempunyai 2 pasang sayap berwaarna coklat kotorr atau kelabu agaak pucat. Panjang tubbu 11-12 mm. Ulatt berwarna kelabuu, berbulu jarang dan berkaki. b Siklus hidup dengan metamorrfosis sempurna. Ulat U yang telah menetaas aktif makan dann merusak bahan. Gambar 6. Red-flour R Beetle 3. Kumbang Penggerek Jagung (Maize Weeevil) Kumbanng penggerek (bubbuk) jagung (Sitopphilus zeamais) menyeraang jagung yangg disimpan. Butir jagung yang diserang g berlubang-lubaang hingga hanccur menjadi bubuk. Serangga S ini jugaa menyerang bahaan lain seperti kopra, gandum, g beras, sorrgum dan biji-bijian lain. Gambar 9. RRice moth Faktor Yangg Mempengaruhi Serangan Gambbar 8. Lesser Grain Borer Kejadian dan d perkembanggan serangan serangga s tergantung pada beberapa fakktor seperti asal serangga, s makanan terrsedia, suhu, air, uudara, kondisi bahaan pakan, jajo66.w wordpress.com 4 kehadiran organisme lain dan upaya untuk membasmi hama. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan populasi sebagian besar spesies serangga adalah suhu, kelembaban relatif dan kadar air bahan pakan. Kandungan nutrisi dan sifat fisik bahan pakan turut serta menentukan tingkat serangan oleh serangga. Kandungan air yang tinggi (di atas 16%) menyebabkan bahan pakan menjadi lembut dan mudah diserang. Serangga yang menyerang bahan pakan mempunyai suhu optimum dimana populasi dapat berkembang dengan cepat. Sebagian besar spesies serangga hama tropis mempunyai suhu optimum sekitar 28oC. Kelembaban relatif (relative humidity, RH) mempengaruhi laju peningkatan populasi serangga. Kadar air bahan pakan berhubungan erat dengan kelembaban relatif. Kadar air yang rendah beriringan dengan kelembaban relatif yang rendah memberikan proteksi terhadap serangan serangga. Kerusakan Akibat Serangan Serangga Kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan serangga berupa kerusakan fisik dan kimiawi. Kerusakan secara fisik terjadi akibat kontaminasi bahan pakan oleh kotoran, jaring, bagian tubuh dan bau kotoran. Serangga memakan dan merusak struktur fisik bahan pakan, seperti berlubang, hancur dan memicu pertumbuhan mikroorganisme lain. Aktivitas makan yang dilakukan oleh serangga menyebabkan bahan pakan kehilangan berat. Kerusakan secara kimiawi menyebabkan penurunan kualitas bahan. Bahan pakan yang disimpan dapat mengalami beberapa perubahan kimiawi yang dapat merubah rasa dan nilai nutrisi. Serangga hama mampu mempercepat perubahan kimiawi berbahaya. Sekresi enzim lipase oleh serangga mampu meningkatkan proses kerusakan secara kimiawi. Serangan serangga dapat meningkatkan panas bahan pakan. Saat populasi serangga telah mencapai kepadatan tertentu, aktivitas metaboliknya mengeluarkan lebih banyak panas dari yang dapat dihilangkan. Kerapatan populasi yang sangat tinggi dapat meningkatkan suhu hingga mencapai 45oC dan bila diikuti dengan kehadiran mikroorganisme, seperti jamur, suhu dapat mendekati 75oC. Pengendalian Serangga Hama Gudang Upaya untuk mengurangi resiko kerusakan akibat serangan serangga dapat dilakukan dengan memperbaiki manajemen penyim-panan. Sistem penyimpanan sifatnya buatan sehingga dapat diatur sesuai kebutuhan. Pengendalian serangan serangga melalui sistem penyimpanan dapat dilakukan dengan membaiki struktur bangunan tempat penyimpanan, penerapan sistem FIRST IN FIRST OUT dan mengendalikan kondisi bahan pakan yang disimpan. Kadar air bahan pakan mempunyai korelasi yang erat dengan kelembaban relatif. Kandungan air bahan pakan yang disimpan diupayakan serendah mungkin. Proses penurunan kadar air dapat dilakukan dengan penjemuran ataupun dengan meniupkan udara panas terhadap bahan pakan. Batas kadar air yang dinilai aman untuk penyimpanan adalah 13-14% dan kelembaban kurang dari 70%. Pengendalian serangga dapat dilakukan dengan zat kimia. Penggunaan zat kimia harus dilakukan secara hati-hati agar tidak mencemari bahan pakan. Fumigan dan insektisida merupakan zat kimia yang dapat digunakan dalam pengendalian hama gudang yang telah menyerang bahan pakan. Fumigan merupakan senyawa kimia yang pada suhu dan tekanan tertentu terdapat dalam bentuk gas. Fumigan membunuh serangga dan hama lain melalui sistem pernafasan. Tindakan membunuh serangga hama gudang dengan fumigan disebut fumigasi. Fumigasi bersifat kuratif, membunuh hama yang ada dalam gudang, tidak dapat mencegah hama yang akan masuk kemudian. Dosis penggunaan fumigan tergantung pada suhu komoditas yang akan difumigasi, waktu minimal yang dibutuhkan agar fumigan efektif bekerja, jumlah gas fumigan yang hilang akibat kebocoran, keseragaman distribusi gas, kedalaman penetrasi gas, jenis serangga hama dan fase kehidupan. Penyemprotan insektisida merupakan tindakan yang biasa dilakukan pada kemasan yang telah difumigasi dan akan meninggalkan residu yang dapat membunuh serangga yang menyerang bahan pakan kembali. 3. RODENTIA HAMA GUDANG Rodentia (binatang pengerat) dicirikan oleh giginya yang khas. Binatang pengerat memiliki sepasang gigi seri pada rahang atas dan bawah. Gigi seri tidak berhenti jajo66.wordpress.com 5 tumbuh dan untuk mennjaga panjang giigi seri tikus harus mengerat m benda-beenda yang keras. Tikus T rumah dijum mpai berkeliaran dissekitar rumah sepeerti tikus hitam (Rattus rattus diardii), tikkus coklat atau tikus Norwegia N (Rattus norvegicus), tikus pithi atau mencit (Mus M musculus) dan tikus wirok (Band dicota indica). Tikus T hitam memiliki tubuh berwarna abu-abu samppai hitam, perut hitam, tubuh ramping dengan d panjang 1120 2 cm dan monncong runcing, telinga lebar, ekor panjang hampir meelebihi panjang bad dan. Gambar G 10. Tikus, rodentia hama guudang Tikus merupakan m salah satu hewan roodentia yang menjadii hama dalam pennyimpanan bahan pakan. Tikus tidak haanya memakan bahan b pakan tetappi juga suka membuaat lubang pad da kantong ppakan yang menyebabkan kebocorann. Kebocoran akkan memicu perkembbangan agen peerusak pakan laain terutama serangg ga. Tikus dapat beerperan sebagai aggen penyebar jamur dalam d gudang kaarena tingkah lakuu tikus yang suka berrpindah tempat. Tikus umumnya u menyyukai bahan makanan yang mempunnyai karbohidrat dan d kandungan airr yang tinggi. Tikus menyukai hampir 900% macam bahan makanan. Jenis-Jeenis Hama Tikus Di duniaa terdapat kira-kiraa 300 spesies tikuss dan mencit. Beberapaa spesies tikus hidup h pada lingkuungan hidup manusiaa. Tiga spesies tikus yang paling peenting dalam kaitannyya dengan penyiimpanan bahan ppakan adalah tikus hittam, tikus Norweegia dan mencit. Berdasarkan kebiasaaan hidupnya tikuus dikelompokkann menjadi 3 yaitu tikus rumah, tikus poohon dan tikus sawah. Tikus T coklat mem mpunyai warna bad dan atas coklat daan baawah kelabu, panjang 30-40 cm dari ujung hidunng saampai ujung ekorr, telinga meruncinng, berambut halus dan d bermoncong tumpu, mempunyai ketram-pilaan berenang dan mem manjat dinding tem mbok dan bersaranng dirumah d dan saluraan irigasi. Tikus T pithi atau mencit m berukuran kecil dengan berrat baadan tidak lebih dari 20 gram, warna w badan coklat kelabu, panjang ekkor lebih panjang dari panjang badaan dan d mempunyai geerakan yang sangaat gesit. Tikus T wirok (Banddicota indica) mem miliki ukuran tubuuh besar dan berat meencapai 500 gram, warna badan hitaam dan d berambut kasaar, panjang dari ujjung hidung hinggga ujung u ekor 40cm,, menggali tanah untuk sarang daan teerowongan untuuk mencari sumber makanan daan memakan m biji-bijian, akar tanaman, keeong, kadal. Tikus T Philipina (Raattus rattus mindanensis) merupakaan saalah satu jenis tikkus pohon. Tikuss ini memiliki badaan berwarna coklat muda m sampai kuninng dengan panjanng dari d ujung hidungg hingga ujung ekor 36 cm. Tikus philipina hidup dalam m lubang tanamann dan semak semak riimbun dengan perrkembangan populasi sangat cepat. Tikus sawahh (Rattus rattus arggentiventer) hidup didaerah persawahan dan padang rumput memilikki badan berwarna kelabu k gelap dan perut agak putih, panjang dari ujung hidung h hingga ujuung ekor 27-37 cm. c Jenis tikus ini mempunyai m tolerannsi yang tinggi terhadap ketersediaann air. Secara fisik ttikus ini mudah dibedakan d dari spesies lain karena memilikki ekor yang lebih pendek. Perkembanggbiakan dan Perillaku Tikus Tikus pada habitat alam mem mpunyai umur yanng relatif pendek yaituu sekitar satu tahun namun tikus meerupakan hewan prolifik. Tingkat kemaatangan seksual dan siap berkembang biak tikus paada umur 1.5-55 bulan. Kebuntingann tikus selama 21 hari. Jumlaah anak sekelahiran selalu s berjumlah geenap dengan jumllah betina sama denggan jumlah jantaan. Tikus betina mampu mempunyai frekuensi kelahhiran sebanyak 4-5 kali sepanjang hidupnya h dengan rata-rata anak tikkus yang hidup sekitarr 6 ekor per kelahirran. Musim sanggat mempengaruhhi perkembang-an populasi tikus. Hal ini terkait dengan keetersediaan bahan makanan dan kondissi iklim. Musim hujan yang diid dentikkan dengan musim m tanam dan panen memacu perkembangan populasi tikus. Tikus mem miliki indera ppenciuman, perabba dan pendengarann yang peka ttetapi mempunyaai indra penglihatan yang y rendah dan bbuta warna. Tikus hamaa merupakan hew wan omnivora dan d akan memilih maakanan yang disuukai jika tersediaa banyak pilihan. Tikkus menyukai bahan makanann yang mengandunng karbohidrat. Juumlah konsumsi makanan jajo66.w wordpress.com 6 bervariasi yang dipengaruhi oleh genetik, pembiasaan, cuaca dan faktor lain. Tikus melalukan aktivitasnya pada saat gelap. Puncak aktivitas terjadi setelah matahari tenggelam dan sebelum matahari terbit. Tikus yang lapar atau dalam kondisi yang kacau dapat melakukan aktivitasnya pada siang hari. Tikus mempunyai kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan baru secara cepat dan mobilitas yang tinggi yang memungkinkan berpindah ke daerah lain yang lebih disukai. Tikus menyukai tempat dengan banyak persediaan makanan dan vegetasi yang dapat memberikan makanan dan perlindungan. Kerusakan Akibat Serangan Tikus Kerusakan yang ditimbulkan akibat serangan tikus terjadi terhadap bahan pakan dan perlengkapan bangunan dan tempat penyimpanan. Tikus memakan dan merusak bahan makanan. Tikus mengkonsumsi bahan makanan ekuivalen dengan 7 persen berat badan per hari. Tikus dengan berat badan 300-350 gram mampu mengkonsumsi bahan makanan sekitar 20-25 gram per hari atau sekitar 7-9 kg per tahun. Kerusakan bahan makanan yang ditimbulkan bukan semata karena jumlah bahan makanan yang dikonsumsi tetapi juga akibat kontaminasi oleh feses, urin dan bulu. Kontaminasi bahan makanan akan menurunkan kualitas bahan. Kebiasaan untuk mengerat dan membuat lubang menyebabkan kerusakan perlengkapan bangunan penyimpanan. Tikus membuat lubang pada karung dan dapat merusak kabel listrik. Tikus juga bertanggung jawab terhadap proses penularan berbagai jenis penyakit berbahaya ke manusia seperti tifoid, paratifoid dan scabies. ukuran lebih besar dari 30 mm: tikus hitam, tikus coklat, tikus wirok Tanda Serangan Oleh Tikus Pengendalian Hama Tikus Keberadaan dan serangan tikus dapat dideteksi dengan beberapa cara. Indikator yang mudah dilihat adalah kerusakan pada bahan, adanya lubang dan jejak kaki. Tikus merupakan hewan yang melakukan aktivitas pada malam hari. Aktivitas tikus yang terlihat pada siang hari menunjukkan telah terjadi serangan tikus yang serius. Tikus biasa meninggalkan feses disekitar area yang dilaluinya. Bentuk, ukuran dan penampilan feses dapat memberikan informasi spesies tikus dan waktu serangan. ukuran lebih kecil dari 30 mm: mencit, tikus semak Pengendalian hama tikus dapat dilakukan secara fisik dan kimiawi. Perlakuan secara fisik dapat dilakukan dengan meningkatkan kebersihan, membangun tempat penyim-panan antitikus dan pencegahan alami. Tikus membutuhkan makanan dan tempat berlindung. Sanitasi dan kebersihan lingkungan merupakan syarat mutlak pencegahan serangan oleh tikus. Kebersihan tidak terbatas pada bangunan tempat menyimpan bahan pakan, tetapi juga pada bangungan dan tanaman yang ada disekitar tempat penyimpanan. feses tikus coklat (tikus Norwegia) berukuran Adanya kendala dalam membuang bahan pakan yang panjang 20 mm ditemukan sepanjang jalan yang tercecer disekitar gudang, dapat diatasi dengan dilalui menutup akses masuk bagi tikus ke dalam bangunan feses tikus hitam ¨ 15 mm dan berbetuk seperti penyimpanan. pisang. Pengendalian hama tikus secara kimiawi dapat dilakukan feses mencit ¨ panjang antara 3 and 8 mm dan dengan pemberian rodentisida akut atau kronis dan fumigasi. berbentuk tidak beraturan feses segar lembut dan berkilau dan seperti crumble Rodentia akut sangat efektif dapat mematikan tikus dalam waktu singkat. Berdasarkan efektifitas daya setelah 2 - 3 hari. bunuhnya rodentia dibedakan menjadi: daya racun Tikus coklat selalu berjalan sepanjang dinding, kandang sangat tinggi dan berbahaya bagi manusia dan ternak atau piung-puing dan tidak pernah memotong jalan (arsenic trioxyde, crimidine, flouracetamide, phosacetim); terbuka. Tikus hitam tidak mempunyai jalan yang tetap. daya racun moderat dan berbahaya bagi manusia dan Tikus meninggalkan jejak kaki dan ekor pada debu. ternak alpha-naphthyl-thiounea, (alpha-chloralose, Ukuran belakang kaki memberikan petunjuk spesies calciferol, zinc phosphide) dan daya racun relatif rendah tikus. jajo66.wordpress.com 7 dan kurang berbahaya bagi manusia dan ternak (nobormide, red-squill) kemampuan untuk berkembang biak dan menghasilkan racun yang mematikan. Rodentisida antikoagulan akan menghambat proses pembekuan darah, sehingga tikus akan mati akibat pendarahan. Antikoagulan akan bekerja setelah tikus makan racun beberapa kali (brodifacum, bromodiolon, difenacum, warfarin, fumarin, cumatetralyl) Bakteri yang dapat menjadi kontaminan dalam penyimpanan bahan pakan adalah Salmonella, Escherichia coli, Bacillus cereus dan Listeria monocytogenesis, Keberadaan bakteri dalam bahan pakan yang disimpan mengindikasikan telah terjadi serangan lebih awal oleh burung dan tikus yang dapat terjadi selama proses pemanenan, pengangkutan dan penyimpanan dan produksi. Fumigasi merupakan pengendalian tikus menggunakan senyawa fumigan (hidrogen cyanida, metil bromida, fosfin) 4. ASPEK MIKROBIOLOGI PENYIMPANAN Mikroorganisme merupakan salah satu kontaminan biologi lingkungan alami dan terdapat pada semua jenis bahan pakan. Mikroorganisme yang menyebabkan kerusakan atau merugikan disebut patogen. Beberapa spesies kapang dan jamur merupakan patogen yang dapat merusak dan menurunkan kualitas bahan pakan. Kerusakan yang ditimbulkan berupa kerusakan fisik dan kimiawi. Sejumlah kapang menghasilkan toksin yang berbahaya bagi ternak dan manusia yang mengkonsumsinya. Mikroorganisme Perusak Bahan Pakan Mikroorganisme perusak bahan pakan dapat berupa bakteri, khamir, kapang dan jamur. Intensitas serangan bakteri dan khamir terhadap bahan pakan yang disimpan jarang terjadi. Kerusakan lebih sering terjadi olah serangan kapang dan jamur. Bakteri dapat berbahaya tetapi dapat juga bermanfaat. Karakteristik bakteri yang penting adalah besarnya Bakteri Salmonella merupakan salah satu bakteri yang paling umum terdapat di dalam bahan baku. Bakteri Salmonella bisa ditemukan pada tiap tahapan dalam proses produksi, pengepakan, pengangkutan dan penyimpanan. Bahan pakan seperti tepung ikan, tepung darah, tepung tulang beresiko tinggi untuk dicemari oleh Salmonella. Salmonella biasanya tidak mempengaruhi rupa, bau atau rasa dari pakan sehingga sulit dideteksi secara sederhana. Proses penggilingan bahan pakan sebelum disimpan diduga turut memberikan kontribusi terhadap masuknya jasad renik ke dalam bahan baku. Kapang dan jamur merupakan mikroorganisme utama penyebab kerusakan bahan pakan. Kapang digolongkan menjadi kapang lapangan yang merusak tanaman, kapang gudang yang merusak bahan pakan yang disimpan dan kapang busuk lanjut yang menyerang bijibijian. Kapang dari genus Aspergillus, Fusarium dan Penicillium merupakan kontaminan utama dalam bahan pakan yang disimpan. Kerusakan Akibat Mikroorganisme Serangan bahan pakan oleh mikroorganisme dapat menyebabkan perubahan fisik yang terjadi sebagai akibat langsung dari pertumbuhan kapang dan jamur. Bahan pakan yang diserang kapang dapat mengalami perubahan bentuk, warna, rasa dan bau. Perubahan bentuk terjadi karena adanya penggumpalan terhadap bahan yang diserang. Aktivitas kapang di dalam bahan pakan yang disimpan tidak dapat diketahui sampai terjadinya kerusakan yang serius. Kapang melakukan aktifitas tidak pada bagian permukaan tetapi pada bagian dalam tempat penyimpanan. Respirasi mikroorganisme dan serangga yang berlangsung di dalam tempat menyimpanan dapat menghasilkan panas, meningkatkan suhu dan membentuk titik panas. Peningkatan panas akan mampu memicu peningkatan kadar air. Interaksi suhu dan kadar air yang meningkat memacu perkembangan dan pertumbuhan kapang. Pengaruh terhadap bahan pakan adalah penurunan kualitas akibat perubahan komposisi dan serangan kapang yang makin meningkat, kehilangan berat dan pada kondisi tertentu produksi panas yang berlebihan dapat menyebabkan kebakaran. Akibat lain yang lebih berbahaya adalah kerusakan secara kimiawi sebagai akibat dari produksi metabolit yaitu mikotoksin. Mikotoksin merupakan produk metabolit sekunder yang dihasilkan oleh kapang. Metabolit sekunder dihasilkan oleh organisme dan produk yang diproduksi tidak esensial bagi pertumbuhan. jajo66.wordpress.com 8 Kapang Penghasil Mikotoksin a. Genus Aspergilluss Dari sekkitar 200.000 spesiees kapang yang dikenal, sekitar 50 spessies membahayakkan manusia. Kellompok kecil kapang ini dapat menim mbulkan masalah serius bagi pembuatt pakan dan peeternak. Kapang dari genus Aspergilllus, Fusarium dan Penicillium merup pakan kapang utama penghasil mikotoksin (Tabel 33). Produksi mikotokksin oleh Aspergilllus dapat terjadi sebelum dan sesudahh panen (selama penyimpanan p bahaan), Fusarium sebelum m panen dan Peniciillium setelah panenn. Sekitar 300 jenis mikotoksin m dilapoorkan telah diprroduksi oleh berbagaii spesies kapang. Kapang K Aspergillu us merupakan ge enus penting yanng teerkait dengan keruusakan bahan pakaan. Genus Aspergilllus merupakan m kelomppok besar yang terdiri hampir 1000 spesies yang dikennal dan sekitar 50 spesies diantaranyya diketahui d menghasiilkan toksin. aflatoksin anntara 25oC - 32oc dengan kadar air a sekitar 30%. Kapaang A. flavus leebih banyak terdaapat pada jagung dann biji kapas yaang terkontaminasi oleh aflatoksin seementara A.paratticus lebih umum terdapat pada bungkkil kacang tanah.. Kapang A. flavvus pada kondisi terteentu juga menghhasilkan Cyclopiazonic acid (CPA). Tabel 3. Kapang dan produuksi mikotoksin KAPANG Aspergilllus flavus, A.parasitticus A. flavuss A. ocrace eus, Penicillium viridicatum, P. cyclopium P. citrinu um, P. expansum P. citreo-viride Fusarium m culmorum, F. gramiinearum F. sporottrichioides, F.poae F. sporottrichioides, F. poae,F F. graminearum F. culmorum, F.graminearu um F. sporottrichioides F. moniliiforme MIKOTTOKSIN Aflatoxin Cyclopiazonnic acid Ochratoxin A Citrinin Citreaviridinn Deoxynivaleenol T-2 Toxin Diacetoxysccirpenol Zearalenonee Fumonisin m moniliformin fusaric acid Gambar 11. Kapang A. flavus Aflatoksin A merupakkan mikotoksin yang y dihasilkan oleh A. A flavus dan A. par raticus. Nama AFLA ATOXIN berasal daari kata Aspergillus FLAvus dan TOXIN. T A. flav vus menghasilkan m aflaatoksin B1 dann B2, A.paraticcus menghasilkan m afllatoksin B1, B2, G1 dan G2. Pengelompokkan P a aflatoksin menjadi B1, B2, G1 dan G2 didasarkan d kepada kemampuannya dalam d memancarkaan caahaya. Metabolit akan memancarkkan warna biru (B metabolite) m atau warna w hijau (G metabolit). m Subskrrip menunjukkan m polaa pemisahan padaa pengujian dengaan TLC. T Penelitian lebbih lanjut aflatokssin juga ditemukaan pada susu yang dibberi nama aflatoksin M1 dan M2. Aflatoksin A banyakk dihasilkan oleeh Aspergillus saaat menyerang m jagungg, bungkil kacang tanah, t biji kapas daan bungkil biji kapass. Suhu optimum m dalam produkksi Gam mbar 12. Infeksi A. flavus pada jagungg b. Genus Pennicillium Genus Peniccillium mempunyaai hampir 150 speesies, 100 spesies dianntaranya dikenal sebagai penghassil racun. Sembilan mikotoksin yang ddihasilkan oleh 155 spesien Penicillium berpotensi b menggaanggu kesehatan manusia jajo66.w wordpress.com 9 adalah citreoviridin, citrinin, cyclopiazonic acid, ochratoxin A, patulin, penitrem A, PR toxin, roquefortine C dan secalonic acid D. Toksin yang dihasilkan spesies Penicillium dapat dibedakan dalam 2 kelompok yaitu toksin yang mempengaruhi fungsi hati dan ginjal dan toksin yang berpengaruh secara neurotoksik. c. Genus Fusarium Spesies dari kapang Fusarium sering dijuampai sebagai kontaminan pada jagung, kedelai, sorgum dan berbagai produk yang dibuat dari biji-bijian tersebut. Spesies Fusarium yang berhubungan dengan kontaminasi biji-bijian adalah F. graminearum, F. moniliforme (= F. verticillioides), F. culmorum, F. sprotrichiodes dan F. poae. Spesies ini menghasilkan berbagai jenis mikotoksin (Tabel 3) yaitu trichothecenes, zearalenone (ZEN) dan fumonisin. Trichothecenes dibagi menjadi dua yaitu tipe A dan Tipe B. Tipe A terdiri dari T-2 toxin, HT-2 toxin, neosolaniol dan diacetoxyscirpenol (DAS). Tipe B terdiri dari deoxynivalenol (DON = vomitoxin), nivalenol dan fusarenon-X. dihasilkan oleh F. moniliforme atau F. verticillioides. Kapang menginfeksi akar, daun, batang dan biji jagung. Fumonisin dibedakan menjadi fumonisin B1, B2 dan B3. Fumonisin diproduksi oleh F. graminearum (Gibberell zeae) sebelum jagung atau gandum dipanen. Mikotoksin ZEN dan DON sering dihasilkan secara bersamaan. ZEN Zearalenone berhenti diproduksi jika kadar air jagung diturunkan hingga di bawah 15%. DON sering dikenal dengan vomitoxin dihasilkan oleh F. graminearum. Suhu optimum produksi DON berkisar antara 21-29oC dengan kadar air di atas 20%. Pengendalian Kontaminasi Mikroba Bahan pakan yang diproduksi dan disimpan dengan cara yang kurang baik dan tidak memenuhi persyaratan akan mudah mengalami kerusakan. Kerusakan terjadi karena adanya jasad renik (mikroba) yang memakan zat makanan untuk mempertahankan hidup, pertumbuhan dan perkembangbiakan. Peningkatan populasi jasad renik menyebabkan kehilangan berat bahan pakan yang makin besar dan produksi panas yang terus meningkat. Peningkatan suhu menyebabkan kerusakan zat makanan. Faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban dan kondisi fisik butiran sangat mempengaruhi pertumbuhan jasad renik. Kapang dapat tumbuh dan berkembang pada suhu di atas 13oC dengan kadar air di atas 14% dan kelembaban 80-85%. Pengendalian pertumbuhan kapang dan produksi mikotoksin dapat dilakukan dengan mengendalikan faktor pemacu seperti suhu, kadar air dan hama yang menyebabkan kerusakan. Kontaminasi bahan pakan yang terjadi sebelum panen berhubungan cekaman panas yang diterima tanaman dan kerusakan pada biji. Kontaminasi toksin pada bahan pakan dapat diminimalisasi dengan: a. mengurangi stress pada tanaman. Tindakan mengurangi stres pada tanaman dapat dilakukan dengan mengontrol perkembangan serangga, gulma dan penyakit. b. pemanenan lebih awal dan pengeringan segera. Pemanenan dilakukan saat kadar air di atas 20% dan segera dikeringkan selama 24-48 jam hingga kadar air mencapai 14%. c. menghindari kerusakan pada biji. Biji yang rusak lebih mudah diserang oleh kapang baik di lapangan maupun saat penyimpanan. d. menyimpan bahan baku pada kadar air di bawah 12%. Kadar air maksimum penyimpanan bahan baku adalah 14%. Kadar air bahan pakan sebesar 12% merupakan kondisi ideal untuk disimpan karena pertumbuhan dan produksi mikotoksin tidak terjadi. Kapang Aspergillus dapat bertahan hidup pada residu yang tertinggal dalam area penyimpanan. e. menjaga kebersihan tempat penyimpanan. Penggunaan Bahan Terkontaminasi Bahan pakan yang telah mengalami kontaminasi oleh mikotoksin masih dapat dimanfaatkan. Metode yang dapat dilakukan untuk menghilangkan toksin (detoksifikasi) dapat dilakukan baik secara fisik, mikrobiologi maupun kimia. Pemisahan bijian yang terkontaminasi. Kandungan mikotoksin dalam bahan akan dapat dikurangi konsentrasinya dengan pengolahan. Alat penyortir warna otomatis dapat memisahkan butiran yang memiliki penampilan yang tak normal. jajo66.wordpress.com 10 Pembersihan: pemisahan dengan ayakan yang halus dapat mengurangi fumonisin dan mikotoksin lain. Cara ini cukup sederhana tapi tidak sempurna. Uji “black light” untuk aflatoksin. Cara ini sederhana tetapi menyesatkan: teknologi penyortir warna - tidak sesuai untuk jagung tapi memberi harapan. Segregasi and penyortiran: Pemisahan berdasarkan kerapatan dan pencucian: untuk fumonisin, DON, ZEN - metode ini tidak spesifik dan kurang sempurna tetapi sesuai untuk penggilingan basah dal pengolahan jagung dengan alkali. atau bentuk cair, aqua-ammonia) bereaksi dengan molekul aflatoksin dan menghancurkan sifat racunnya. Perlakuan yang sempurna dapat menurunkan konsentrasi aflatoksin hingga 95%. Amoniasi: Campuran detoksifikasi biji-bijian dengan amonia merupakan suatu alternatif yang dapat ditempuh. Amonia (digunakan dalam bentuk gas, anhydrous ammonia, probiotik: Bakteri Lactobacillus dan Propionibacterium mampu menurunkan bioavailabilitas aflatoksin bahan pakan. jajo66.wordpress.com 11