BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Rasa Percaya Diri a. Pengertian Percaya Diri Rasa percaya diri bukanlah karunia Tuhan semata seperti halnya fisik. Rasa percaya diri juga tidak ada begitu saja saat seseorang membutuhkan. Perasaan percaya diri dimiliki seseorang jika ditumbuhkan, dibangun, dan diupayakan secara terus-menerus semenjak masih kanak-kanak hingga lanjut usia. Aunurrahman (2011: 184) menyatakan bahwa percaya diri merupakan salah satu kondisi psikologis seseorang yang berpengaruh terhadap aktifitas fisik dan mental terhadap proses pembelajaran. Rasa percaya diri muncul ketika seseorang akan melakukan atau terlibat dalam suatu aktivitas tertentu untuk mencapai sesuatu hasil yang diinginkan. Rasa percaya diri membuat seseorang merasa optimis dalam memandang hidup, seseorang akan percaya dengan kemampuan yang dimiliki dalam membuat target keberhasilan. Mustari, 2014:5 menyatakan bahwa percaya diri merupakan sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya. Percaya diri juga merupakan keyakinan individu atas pelaksanaan kemampuan yang dalam mempengaruhi menghasilkan kejadian dalam level-level kehidupan 7 Upaya Meningkatkan Rasa…, Meti Nur Suciarti, FKIP, UMP, 2017 8 seseorang, dengan percaya diri seseorang akan sadar dengan eksistensi diri dan inti kepribadian diri yang tidak dapat berubah berlangsung selama hidup. Rasa percaya diri yang dimiliki seseorang membuat tidak sulit dalam menyesuaikan lingkungan sekitar. Percaya diri (self-confidence) adalah kemampuan seseorang untuk dapat memahami dan meyakini seluruh potensinya agar dapat dipergunakan dalam menghadapi penyesuaian diri dengan lingkungan hidupnya (Dariyo 2007: 206). Individu yang mempunyai percaya diri biasanya mempunyai insiatif, kreatif dan optimis terhadap masa depan, mampu menyadari kekurangan dan kelebihan pada diri sendiri, berfikir positif, menganggap semua permasalahan ada jalan keluarnya. Orang yang tidak percaya diri ditandai dengan sikap-sikap yang cenderung melemahkan semangat hidupnya, seperti minder, pesimis, pasif, apatis (tidak peduli) dan cenderung apriori (tidak mengetahui). Percaya diri juga terdapat dalam Al Quran pada surat Al Imran ayat 139 yang menjelaskan bahwa: “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orangorang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang yang beriman”. Ayat ini menjelaskan bahwa sebagai manusia janganlah sampai mempunyai mental yang lemah, bersikaplah dengan percaya diri karena manusia diciptakan oleh Allah SWT dalam keadaan derajat yang paling tinggi. Upaya Meningkatkan Rasa…, Meti Nur Suciarti, FKIP, UMP, 2017 9 Percaya diri dapat disimpulkan yaitu sikap meyakini dan memahami seluruh potensi yang dimiliki agar dapat dikembangkan dan dipergunakan dalam kehidupannya. Rasa percaya diri sangat penting dibutuhkan semua orang terutama siswa, karena dengan memiliki rasa percaya diri, siswa akan mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya b. Ciri-Ciri Percaya Diri Seseorang yang memiliki rasa percaya diri akan memahami kemampuan yang dimilikinya dengan mengetahui ciri-ciri rasa percaya diri. Lina dan Klara (2010: 16) mengemukakan bahwa ciriciri rasa percaya diri yaitu: 1) Percaya akan kompetensi atau kemampuan diri, sehingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan, ataupun rasa hormat orang lain; 2) Tidak terdorong untuk menunjukan sikap menyesuaikan diri demi diterima oleh orang lain atau kelompok; 3) Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain, serta berani menjadi diri sendiri; 4) Punya pengendalian diri yang baik; 5) Memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau kegagalan, ketergantungan dari usaha diri sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak tergantung mengharapkan bantuan orang lain); 6) Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain dan situasi di luar dirinya; 7) Memiliki harapan yang realistis terhadap diri sendiri, sehingga ketika harapan itu tidak terwujud, seseorang tetap mampu melihat sisi positif diri dan situasi yang terjadi. c. Langkah-Langkah Percaya Diri Orang yang percaya diri mempunyai cara dalam menumbuhkan rasa percaya diri pada dirinya, adapun langkah-langkah untuk Upaya Meningkatkan Rasa…, Meti Nur Suciarti, FKIP, UMP, 2017 10 memperbaiki kepercayaan diri sendiri untuk yakin terhadap kemampuannya yang di jelaskan Lautser (2002: 11) yaitu sebagai berikut: 1) Cari sebab-sebab merasa rendah diri. Jika sudah mengetahui sebab itu, maka dapat dilakukan suatu perbaikan; 2) Atasi kelemahan yang dimiliki, hal yang terpenting harus memiliki kemauan yang kuat, sehingga akan memandang perbaikan kecil sebagai keberhasilan yang sebenarnya; 3) Mencoba mengembangkan bakat dan kemampuan lebih jauh, sehingga dapat mengadakan kompensasi bagi kelemahan yang dimilliki; 4) Bahagia dengan keberhasilan dalam suatu bidang tertentu dan jangan ragu untuk bangga; 5) Bebaskan diri dari pendapat orang lain. Jangan berbuat berlawanan dengan keyakinan diri sendiri; 6) Jika tidak puas dengan pekerjaan sendiri maka kembangkan bakat melalui hobby, sehingga akan mengobati kekecewaan dan dapat menjaga diri dari tidak yakin atas diri sendiri; 7) Jika dituntut untuk melakukan pekerjaan atau tugas yang sulit, coba melakukan pekerjaan atau tugas tersebut dengan rasa optimis; 8) Jangan terlalu bercita-cita, karena cita-cita yang kelewat batas tidak baik. Makin besar cita-cita maka akan semakin sulit untuk memenuhi tuntutan tersebut; 9) Jangan terlalu sering membandingkan diri sendiri dengan orang lain; 10) Jangan mengambil motto yang dilakukan orang lain pasti dapat dilakukan diri sendiri, karena tidak seorang pun mempunyai hasil yang sama persis. d. Indikator Rasa Percaya Diri Kepercayaan diri merupakan sikap seseorang atau siswa yang yakin terhadap kemampuan dirinya. Orang yang mempunyai rasa percaya diri akan memiliki pandangan yang bersifat positif terhadap dirinya sendiri dengan tidak perlu membandingkan-bandingkan dirinya kepada terhadap orang lain. Indikator rasa percaya diri yang dikemukakan oleh Mustari (2014: 57) adalah sebagai berikut: Upaya Meningkatkan Rasa…, Meti Nur Suciarti, FKIP, UMP, 2017 11 1) Yakin terhadap Kemampuan Diri Sendiri Seorang individu yakin terhadap kemampuan yang dimiliki dengan optimis. Individu yang memiliki rasa optimis tidak akan merasa ragu, malu, dan minder. Rasa optimis dibutuhkan semua individu agar termotivasi untuk melakukan hal yang lebih baik. 2) Berani Melakukan Sesuatu yang Positif Seseorang yang mempunyai rasa percaya diri akan berani mengungkapkan pendapat yang dimilikinya, seseorang akan berusaha melakukan yang terbaik dalam menyelesaikan suatu masalah dan bertanggung jawab terhadap perbuatannya. 3) Bersungguh-sungguh dalam Melakukan Sesuatu Seseorang yang mempunyai rasa percaya diri akan melakukan berbagai hal dengan yakin dan optimis. Orang yang bersungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu akan dapat berhasil meraih cita-cita dan keinginannya. 2. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Prestasi dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Istilah prestasi belajar (achievement) berbeda dengan hasil belajar (learning outcome). Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar pada aspek pembentukan watak siswa. Prestasi belajar merupakan suatu masalah Upaya Meningkatkan Rasa…, Meti Nur Suciarti, FKIP, UMP, 2017 12 yang bersifat perenial (dapat hidup secara terus-menerus) dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing (Arifin, 2011:12). Prestasi belajar dapat disimpulkan yaitu hasil yang dicapai siswa untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam penguasaan materi yang telah disampaikan oleh guru. b. Fungsi Prestasi Belajar Prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi bagi kehidupan manusia, karena manusia selalu mengejar prestasi selama masih dalam lingkungan belajar. Prestasi belajar menjadi sangat penting, karena mempunyai beberapa fungsi utama yang dikemukakan Arifin (2011; 12) yaitu sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa; Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu yang biasa disebut sebagai tendensi keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum manusia; Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi siswa dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam meningkatkan mutu pendidikan; Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ektern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan siswa. Indikator ekstern dalam arti bahwa dalam tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan siswa di masyarakat. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan pula dengan kebutuhan masyarakat; Upaya Meningkatkan Rasa…, Meti Nur Suciarti, FKIP, UMP, 2017 13 5) c. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasaan) siswa dalam proses pembelajaran, siswa menjadi fokus utama yang harus diperhatikan, karena siswa diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dalam individu maupun luar diri individu. Pengenalan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting artinya dalam rangka membantu siswa dalam mencapai prestasi belajar yang sebaikbaiknya. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Ahmadi dan Supriyono (2013: 138) menyatakan beberapa faktor internal dapat dijelaskan dibawah ini: 1) Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh. 2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh terdiri atas: a) Faktor pengetahuan yang meliputi faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat. Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki; Upaya Meningkatkan Rasa…, Meti Nur Suciarti, FKIP, UMP, 2017 14 b) Faktor non pengetahuan, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi. 3) Faktor kematangan fisik maupun psikis, yang tergolong faktor eksternal yaitu: a) Faktor sosial meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, lingkungan kelompok; b) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian; c) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar dan iklim. 4) Faktor lingkungan spiritual Faktor jasmaniah, psikologis, kematangan fisik atau psikis dan lingkungan spiritual saling berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar. Banyak faktor belajar dapat digolongkan menjadi tiga yaitu faktor stimulus belajar, faktor-faktor metode belajar, faktor-faktor individual. 3. Model Learning Cycle 7E a. Pengertian Learning Cycle 7E Learning Cycle adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) (Febriana & Arief, 2013: 243). Learning Cycle merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang dilakukan oleh siswa dalam melakukan sesuatu yang konkret Upaya Meningkatkan Rasa…, Meti Nur Suciarti, FKIP, UMP, 2017 15 (nyata) sehingga siswa memiliki pengalaman sendiri untuk membangun pengetahuannya (Ngalimun, 2015: 171). Hartono (2013) berpendapat bahwa penggunaan model Learning Cycle 7E dapat memberikan perubahan pada gaya belajar siswa yaitu: Model pembelajaran Learning Cycle 7E memberikan situasi belajar yang melibatkan siswa aktif langsung dalam proses pembelajaran untuk melakukan sebuah eksperimen atau penyelidikan. Peran guru dalam penggunaan model Learning Cycle 7E sebagai fasilitator dalam pengelolaan aktivitas siswa untuk mengarahkan siswa dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran Learning Cycle pertama kali diperkenalkan oleh Robert Karplus (1997) dalam Science Curriculum Improvment Study (SCIS). Siklus belajar ini merupakan pembelajaran dengan pendekatan konstruktivitis (memperoleh suatu makna dari yang dipelajari). Model Learning Cycle pada mulanya terdiri dari fase-fase eksplorasi (exploration), pengenalan konsep (concept introduction), aplikasi konsep (concept application) (Wena, 2014: 170). Berlandaskan model awal ini, Rofi‟ah dan Azizah (2014: 101) mengemukakan bahwa Arthur Elsenkraft kemudian mengembangkan model 3E ke 5E menjadi 7E yang terdiri dari elicit (mendatangkan pengetahuan awal siswa), engage (motivasi dan membangkitkan siswa), explore (menyelidiki), explain (menjelaskan) elaborate `(menerapkan), evaluated (evaluasi), extend (mengembangkan). Febriana dan Arief (2013: 243) menyatakan beberapa langkahlangkah pembelajaran Learning Cycle 7E yaitu sebagai berikut: Upaya Meningkatkan Rasa…, Meti Nur Suciarti, FKIP, UMP, 2017 16 1) Elicit (mendatangkan pengetahuan awal) Fase ini untuk mengetahui perkembangan awal siswa terhadap materi yang akan dipelajari dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat merangsang minat dan respon siswa. 2) Engage (motivasi dan membangkitkan siswa) Fase pertukaran informasi antara guru dan siswa mengenai pertanyaan awal yang diberikan. Pada fase ini guru juga memberitahukan tujuan pelajaran sekaligus memberikan motivasi pada siswa. Langkah-langkah selanjutnya dalam penggunaan model Learning Cycle 7E dijelaskan Warsono dan Haryanto (2013: 100) yaitu: 3) Explore (menyelidiki) Tahap ini merupakan kegiatan pokok pembelajaran yang melibatkan siswa dalam pokok bahasan atau topik pembelajaran, memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pemahamannya sendiri. Pada tahap ini para siswa berkesempatan terlibat secara langsung dengan fenomena atau kejadian yang di selidiki dan bahan-bahan kajian. Siswa bekerja sama dalam suatu tim, lalu mengalami pengalaman bersama dengan saling berbagi dan berkomunikasi tentang pokok pembelajaran. Guru bertindak sebagai fasilitator yang Upaya Meningkatkan Rasa…, Meti Nur Suciarti, FKIP, UMP, 2017 17 menyediakan bahan-bahan pembelajaran yang diperlukan dan memandu agar siswa fokus dalam pembelajaran. 4) Explain (menjelaskan) Tahap ini siswa diberikan kesempatan untuk mengkomunikasikan materi yang telah dipelajarinya sejauh ini dan menjelaskan maksudnya. Pada tahap ini, para siswa menjelaskan pemahaman yang telah dipelajarinya dengan berkomunikasi kepada rekan-rekannya. 5) Elaborate (menerapkan) Tahap ini bertujuan untuk membuat siswa mampu menerapkan konsep-konsep yang sudah siswa temukan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan. 6) Evaluate (Evaluasi) Tahap ini, baik siswa maupun guru menilai proses pembelajaran dan pemahaman yang sudah dilakukan. Guru menilai siswa dalam memperoleh pemahaman tentang konsepkonsep pokok bahan ajar dan memperoleh pengetahuan baru. Evaluasi dan penilaian dapat berlangsung selama proses pembelajaran. 7) Extend (mengebangkan) Tahap ini siswa diberi kesempatan untuk menerapkan pengetahuan barunya dan secara berkesinambungan melakukan eksplorasi dari implikasi. Tahap ini juga para siswa Upaya Meningkatkan Rasa…, Meti Nur Suciarti, FKIP, UMP, 2017 18 mengembangkan konsep-konsep yang telah di pelajarinya, membuat jalinan dengan konsep yang terkait lainnya, kemudian mengaplikasikan pemahamannya di dalam dunia nyata. b. Keuntungan dan kekurangan model Learning Cycle 7E dapat memberikan pengaruh dalam keberhasilan pembelajaran. Beberapa keuntungan model Learning Cycle 7E yang dijelaskan Ngalimun (2016: 176) sebagai berikut: 1) Meningkatkan motivasi belajar karena siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran; 2) Membantu mengembangkan sikap ilmiah siswa; 3) Pembelajaran menjadi lebih bermakna; Beberapa kekurangan model Learning Cycle 7E pada proses pembelajaran yaitu: 1) Efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran; 2) Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran; 3) Memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi; 4) Memerlukan waktu dan tenaga lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran. Cara untuk mengatasi kekurangan agar pembelajaran tetap berjalan yaitu mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran supaya pembelajaran dapat berjalanan sesuai rencana. Menguasai materi, supaya guru dapat mengontrol kelas agar siswa aktif dalam kegiatan eksperimen serta menyiapkan media yang dapat mendukung kelancaran proses pembelajaran. Upaya Meningkatkan Rasa…, Meti Nur Suciarti, FKIP, UMP, 2017 19 4. LKS (Lembar Kerja Siswa) a. Pengertian LKS Lembar Kerja Siswa yang digunakan guru dan siswa dalam membantu proses pembelajaran. LKS merupakan lembaran-lembaran tugas yang harus dikerjakan oleh siswa (Prastowo 2011: 203). LKS bukan merupakan singkatan dari lembar kegiatan siswa, akan tetapi lembar kerja siswa, yaitu materi yang sudah dikemas sesuai dengan kompetensi dasar, sehingga siswa diharapkan dapat mempelajari materi ajar khususnya tentang tanah secara mandiri. Lembar kerja siswa akan mendapatkan materi, ringkasan, dan tugas yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan. Lembaran kerja siswa berisikan petunjuk atau langkah-langkah untuk menyelesaikan tugas (Rofi‟ah & Azizah, 2014: 101). Beberapa pengertian diatas dapat disimpukan bahwa LKS merupakan sarana bahan ajar yang dipergunakan oleh guru dan siswa dalam membantu proses pembelajaran, yang dikemas sesuai dengan kompetensi dasar yang bertujuan memudahkan guru dalam mengajar serta melatih siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas untuk meningkatkan pengetahuan siswa. LKS juga merupakan suatu bahan ajar cetak yang berupa lembaran kertas yang berisikan materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas yang dikerjakan oleh siswa, mengacu pada kompetensi dasar. Upaya Meningkatkan Rasa…, Meti Nur Suciarti, FKIP, UMP, 2017 20 b. Fungsi LKS LKS digunakan dalam membantu guru pembelajaran. Berdasarkan pengertian mengenai dalam proses LKS, dapat diketahui bahwa LKS memiliki empat fungsi yang di jelaskan Prastowo (2011: 205) sebagai berikut: 1) Sebagai bahan ajar yang dapat meminimalkan peran guru, namun lebih mengaktifkan siswa; 2) Sebagai bahan ajar yang mempermudah siswa untuk memahami materi yang diberikan; 3) Sebagai bahan ajar yang ringkas, dan kaya akan tugas untuk berlatih; 4) Memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada siswa. c. Tujuan Penyusunan LKS yang di jelaskan Prastowo (2011: 206) sebagai berikut: 1) Menyajikan bahan ajar yang memudahkan siswa untuk berinteraksi dengan materi yang diberikan; 2) Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan materi siswa terhadap materi yang diberikan; 3) Melatih kemandirian belajar siswa; 4) Memudahkan guru dalam memberikan tugas kepada siswa. 5. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) a. Pengertian IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau sains yang berasal dari bahasa Inggris science. Kata science berasal dari bahasa Latin scientia yang berarti saya tahu. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik (aturan), dan dalam penggunaanya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam (Trianto 2014: 136). Upaya Meningkatkan Rasa…, Meti Nur Suciarti, FKIP, UMP, 2017 21 IPA adalah pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi (penarikan kesimpulan dari umum ke khusus) (Trianto, 2014: 136). Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang alam semesta melalui kegiatan eksperimen yang dapat menjelaskan suatu kejadian. Hasil dari kejadian alam akan menghasilkan sebuah kesimpulan. b. Fungsi dan Tujuan IPA Secara khusus fungsi dan tujuan IPA berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi (Trianto, 2014: 138) yaitu: 1) Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa; 2) Mengembangkan ketrampilan, sikap dan nilai ilmiah; 3) Mempersiapkan siswa menjadi warga yang mengerti sains dan teknologi; 4) Menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat. B. Penelitian yang Relevan Beberapa kajian relevan dari penelitian sebelumnya yang digunakan dalam penelitian. Kajian relevan yang digunakan yaitu hasil penelitian yang berhubungan dengan penggunaan model Learning Cycle 7E. Penggunaan model Learning Cycle 7E juga didukung pada penelitian yang dilakukan oleh Mustari, Margo & Susilowati (2016) dengan judul Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Energi Panas dan Energi Bunyi Melalui Model Learning Cycle (LC) 7E, diketahui bahwa dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Babakan Wangi. Hasil Upaya Meningkatkan Rasa…, Meti Nur Suciarti, FKIP, UMP, 2017 22 rata-rata nilai aktivitas belajar siswa pada siklus I tindakan I aspek mengemukakan pendapat yaitu 1,62, bekerja sama 1,94. Siklus II aspek mengemukakan pendapat yaitu 1,98, bekerjasama yaitu 2,31. Siklus III aspek mengemukakan pendapat yaitu 2,42, bekerjasama yaitu 2,57. Penggunaan model Learning Cycle 7E menjadikan siswa menjadi lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar, karena siswa terlibat langsung dari awal sampai akhir pembelajaran. Sedangkan nilai rata-rata hasil evaluasi siklus I yaitu 52,95, siklus II yaitu 70,94 dan siklus III yaitu 86,99. Hasil peningkatan tersebut menunjukan bahwa hasil belajar siswa sudah mencapai tujuan yang ditetapkan. Kajian penelitian yang kedua oleh Sumiyati, Sujana & Djuanda yang berjudul Penerapan Model Learning Cycle 7E untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Proses Daur Air, hasil penelitian pada kelas V SD Negeri Panyingkiran, Sumedang menunjukan bahwa secara keseluruhan hasil belajar siswa pada setiap pelaksanaan tindakan siklusnya mengalami peningkatan dari data awal meskipun jumlah siswa yang tuntas hanya sedikit dan belum mencapai target. Pada siklus I, jumlah yang tuntas 11 siswa atau 47,84%. Pada siklus II persentase hasil belajar siswa mengalami kenaikan yaitu jumlah siswa yang tuntas menjadi 16 siswa dengan persentase sebesar 69,56% dengan interpretasi yang cukup. Hasil siklus II belum mencapai target sehingga perlu perbaikan dengan melakukan siklus III. Pada siklus III hasil belajar siswa memperlihatkan persentase sebesar 90,91%. Target keberhasilan hasil belajar siswa berhasil dicapai pada siklus III. Upaya Meningkatkan Rasa…, Meti Nur Suciarti, FKIP, UMP, 2017 23 Kajian penelitian yang ketiga oleh Balta & Sarac (2016) tentang The Effect of 7E Learning Cycle on Learning in Science Teaching: A Metanalysis Study, menyatakan bahwa by using the learnig cycle students can learn science concepts, fix the incorrect or incomplete knowledge, leran the concepts profoundly, and adapt the learnings ganied in school to their daily life. Penelitian ini memperoleh hasil bahwa siklus belajar 7E memiliki efek yang positif pada prestasi belajar siswa. Ukuran keseluruhan efek nilai yang diperoleh dari studi independen dihitung sebagai 1,245 (% 95 CI, SE= 0,148) antara keyakianan interval 956 dan 1,534 sesuai dengan model efek acak. Di antara semua efek ukuran 32 memiliki efek positif sedangkan 3 lain memiliki efek negatif. Kajian penelitian yang keempat oleh Naqeeb (2015) yang berjudul Improving Student’s Achievement in Biology Using 7E Instructional Model: An Experimental Study. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektifitas penggunaan model Learning Cycle 7E dan model tradisional. Hasil penelitian menunjukan sebuah data (M = 11,03, SD = 3,903), (N = 61, M = 16.62, SD = 3.967) yang diperoleh dari menguji prestasi dan menguji proses ketrampilan sains dengan menggunakan uji t-test dan ANCOVA. Sample t-test independen menunjukan bahwa ada perbedaan signifikan dalam skor dari sains. Test ketrampilan terpadu digunakan sebagai kovariat. ANCOVA menunjukan bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam skor post test rata-rata dari kelompok dan jenis kelamin dalam hal uji prestasi. Upaya Meningkatkan Rasa…, Meti Nur Suciarti, FKIP, UMP, 2017 24 Disimpulkan bahwa penggunaan model Learning Cycle 7E lebih efektif dari model pembelajaran tradisional dalam halprestasi siswa. C. Kerangka Pikir Kerangka pikir dibuat sesuai dengan latar belakang pada penelitian ini yaitu menemukan sebuah permasalahan pada kelas V (lima) C di SD Negeri Ajibarang Wetan. Permasalahan yang muncul dalam pembelajaran kelas V C adalah rendahnya rasa percaya diri yang dimiliki siswa dan rendahnya prestasi belajar siswa pada pelajaran IPA. Permasalahan tersebut muncul karena siswa masih pasif dan merasa malu ketika bertanya, mengeluarkan pendapat dan di tunjuk ke depan kelas. Siswa menolak untuk maju ke depan kelas, hal ini disebabkan karena siswa takut jika pendapat yang dikeluarkan salah dan ditertawakan oleh siswa lain. Siswa kelas VC hanya saling tunjuk antar teman, sehingga siswa yang berani maju hanya tertentu saja. Perasaan malu siswa muncul karena siswa kurang percaya diri terhadap kemampuan yang dimilikinya, sehingga membuat siswa jarang bertanya ketika mengalami kesulitan memahami materi dan juga kurang memperhatikan guru pada saat pembelajaran berlangsung. Kurangnya percaya diri siswa menyebabkan siswa menerima materi tidak sesuai dengan indikator pembelajaran, hal ini menjadikan prestasi belajar siswa rendah. Rendahnya percaya diri dan prestasi belajar siswa perlu adanya upaya penyelesaian dalam proses pembelajaran. Upaya penyelesaian yang akan dilakukan yaitu memberikan tindakan untuk mengatasi masalah yang terjadi pada siswa kelas V C . Tindakan yang akan dilakukan dengan menggunakan Upaya Meningkatkan Rasa…, Meti Nur Suciarti, FKIP, UMP, 2017 25 model atau media ketika pembelajaran berlangsung. Model yang akan digunakan yaitu model Learning Cycle 7E berbantu LKS. Model Learning Cycle 7E, diperkuat dengan penelitian sebelumnya oleh Febriana dan Arief dengan judul penelitiannya yaitu Efektifitas Penerapan Pembelajaran Model Learning Cycle 7E Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Listrik Dinamis Kelas X MAN Bangkalan, diketahui bahwa diperoleh bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang cukup signifikan antara sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan model Learning Cycle 7E. Peningkatan yang dialami kelas eksperimen 1 berkategori rendah 0%, berkategori sedang sebanyak 88% dan berkategori tinggi sebanyak 12%. Sedangkan peningkatan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen 2 berkategori rendah 3%, berkategori sedang 69%, dan berkategori tinggi 28%. Rata-rata hasil analisis keterlaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2 berturut-turut adalah 3,6 dan 3,4 termasuk dalam kategori sangat baik, maka penelitian ini mencoba menerapkan model pembelajaran Learning Cycle 7E berbantu LKS untuk meningkatkan rasa percaya diri dan prestasi belajar IPA. Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Upaya Meningkatkan Rasa…, Meti Nur Suciarti, FKIP, UMP, 2017 26 Skema Kerangka Pikir Kondisi awal Tindakan Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran masih berpusat pada guru. Siswa kurang percaya diri terhadap kemampuannya sehingga prestasi belajar siswa menurun. Dalam siklus I guru mengajarkan K.D 7.1 mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan, dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E berbantu LKS untuk meningkatkan rasa percaya diri dan prestasi belajar siswa kelas V. Jika dalam siklus 1 belum menapai indikator keberhasilan maka perlu adanya perbaikan disiklus selanjutnya Kondisi akhir Melalui model Learning Cycle 7E berbantu LKS dapat meningkatkan rasa percaya diri dan prestasi belajar siswa materi tanah kelas V sekolah dasar. Refleksi Pada siklus II ini guru mengajarkan KD 7.2 mengidentifikasi jenis-jenis tanah, dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E berbantu LKS untuk meningkatkan rasa percaya diri dan prestasi belajar siswa kelas V. Jika dalam siklus I dan siklus II belum tercapai indikator keberhasilan maka penelitian tetap berlanjut. Refleksi Siklus ? Bagan 2.1 Skema Kerangka Pikir Upaya Meningkatkan Rasa…, Meti Nur Suciarti, FKIP, UMP, 2017 27 D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka rumusan hipotesis tindakan sebagai berikut: 1. Penggunaan model Learning Cycle 7E berbantu LKS pada materi tanah kelas V di SD Negeri Ajibarang Wetan dapat meningkatkan rasa percaya diri pada siswa. 2. Penggunaan model Learning Cycle 7E berbantu LKS pada materi tanah kelas V di SD Negeri Ajibarang Wetan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Upaya Meningkatkan Rasa…, Meti Nur Suciarti, FKIP, UMP, 2017