1 penerapan metode discovery learning untuk meningkatkan

advertisement
PENERAPAN METODE DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN
AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN KONSEP IPA FISIKA PADA KELAS X SMAN
SATU GANGGA TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Efi Fitriani, Saiful Prayogi, Dwi Pangga
Program Study Pendidikan Fisika IKIP Mataram
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini dilaksanakan untuk meningkatkan aktivitas dan pemahaman konsep siswa kelas X
SMA Satu Gangga pada materi gelombang elektro magnetik. Jenis penelitian ini adalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus dan tiap siklusnya
terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap perencanaan. pelaksanaan, observasi, evaluasi dan
refleksi. Yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas X SMA satu gangga yang terdiri
dari 34 siswa. Hasil penelitian menujukan bahwa presentase aktivitas belajar siswa pada siklus I
sebesar 54,16 dengan kategori cukup aktif dan data pemahaman konsp pada siklus I dengan
presentase ketuntasaan klasikal 76% dengan kategori belum tuntas dan pada aktivitas siklus II
sebesar 83,33 dengan kategori sangat aktif, dan data pemahaman konsep pada siklus II dengan
presentase ketuntasan klasikal 88% dengan kategori tuntas secara klasikal. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa melalui penerapan metode latihan terbimbing dapat meningkatkan aktivitas
dan pemahaman konsep siswa kelas VIII MTs Al-Raisiyah Sekarbela tahun pelajaran
2013/2014.
Kata kunci : Metode Discovery Learning, Aktivitas Dan Pemahaman Konsep.
ABSTRACT: The Application of Advising Exercise Method to Improve the Activity and Student
Learning Result at MTs. Al-Raisiyah Sekarbela in Academic Year 2013/2014. This research is
aimed to improve the activity and student learning result at SMA Satu Gangga at subject matter
effort and energy. It was classroom action research. It was conducted within two cycles and
each cycle consisted of some steps namely: Planning action, observation, evaluation, and
reflection. The subject of the research was X grade of SMA Satu Gangga. The total was 34
students. The result of the research showed that the percentage of student learning activity at
first cycle was 54,16 by quite active category and the data learning result at first cycle by
classical completeness percentage was 76% by unsuccessful category. and at second cycle was
83,3 by means of very active category and the data of learning result at second cycle by classical
completeness percentage 88% by means of succeed classically. therefore, it can be inferred that
throung the application of advising exercise method was able o improve the activity and student
learning result at SMA Satu Gangga in Academic Year 2013/2014
Key Word: discovery learning, concept understading, physics science.
1
Pendahuluan
Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, system pendidikan nasional selalu
mengalami perubahan-perubahan sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat.
pengembangan kurikulum pada setiap jenjang pendidikan disesuaikan dengan tahap
perkembangan siswa dan kesesuaian lingkukngan, kebutuhan pembangunan nasional dan
perkembangan IPTEK. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi Fisika di SMAN
1 Gangga, KKM (Kriterial Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan oleh sekolah adalah 6,5 dan
berdasarkan nilai KKM tersebut hasi pemahaman konsep Fisika pada siswa kelas x tahun
pelajaran 2013/2014 semester I masih tergolong rendah, hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.1. Di
bawah ini.
Tabel 1. Data Nilai Akhir Mata Pelajaran Fisika Smeter 1 di SMAN 1 Gangga
No Kelas
1.
2.
3.
Xa
Xb
Xc
Jumlah Nilai ratasiswa
rata
34
33
33
41,97
41,87
41,77
Siswa yang
tuntas
KK (%)
9
9
9
20,07%
19,07%
18,07%
Pembelajaran dengan menerapkan metode discovery learning dianggap cocok dalam
membentuk siswa meraih hasil belajar yang lebih baik yaitu siswa mampu menguasai standar
kompetensi dan kompetensi dasar sebagaimana yang tertuang dalam kurikulum yang berbasis
kompetensin maupun KTSP. Metode discovery learning memungkinkan siswa terlibat secara
aktif maupun fisik maupun mental dalam mencari sendiri pengetahuan Peran guru hanya
bertindak sebagai fasilitator dan mengarahkan siswa dalam p roses pembelajran. Selanjutnya,
diperlukan upaya ilmiah untuk menemukan jawaban atas rendahnya pemahaman konsep siswa
melalui sebuah penilitian ilmiah.
Berdasarkan hal di atas peneliti tertarik melakukan sebuah penelitian yaitu “Penerapan
Metode Discovery Learning yang bertujuan untuk Meningkatkan Aktivitas dan Pemahaman
Konsep IPA Fisika pada Kelas X di SMAN 1 Gangga Tahun Pelajaran 2013/2014”.
Kajian Literatur
Metode penemuan diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan
pengajaran, perseorangan, manipulasi objek dan lain- lain percobaan, sebelum sampai kepada
generalisasi. Sebelum siswa sadar akan pengertian, guru tidak menjelaskan dengan kata-kata.
Metode penemuan merupakan komponen dari praktek pendidikan yang meliputi metode
mengajar yang menunjukan cara belajar aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri,
mencari sendiri dan reflektif. Menurut ensiklopedia of educational research, penemuan
merupakan suatu strategi yang unik dapat diberi bentuk oleh guru dalam berbagai cara, termasuk
mengajarkan berbagai keterampilan menyelidiki dan memecahkan masalah sebagai alat bagi
siswa untuk mencapai tujuan pendidikannya (Suryosubroto, 2009).
Dalam metode Discovery Learning, siswa-siswa hendaknya belajar melalui berpratisipasi
secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, agar mereka memperoleh pengalaman
2
dan melakukan eksperimen-eksperimen yang mengijinkan mereka untuk menemukan prinsipprinsip itu sendiri. Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukan
kebaikan-kebaikan, Diantaranya pengetahuan itu bertahan lama atau lama diingat, atau lebih
mudah diingat
Rahman (2008), menjelaskan tahapan-tahapan yang harus dilalui oleh guru dalam
menerapkan penggunaan metode dengan penemuan (Discovery Learning) adalah sebagai
berikut.
Tabel 2. Tugas Pembelajaran dengan Metode Discovery Learning
Tahap 1:
Tinkah laku guru
Tahap
Orentasi siswa pada masalah
guru menjelas kan tujuan pembelajaran,
Menjelaskan bahan yang di perlukan dan memotivasi siswa
terlibat pada aktivitas pemecahan masalah dengan cara
memberikan sejumlah pertanyaan sehingga pemikiran siswa
lebih bersifat terbuka dan dinamis.
Tahap 2:
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasi
Mengorganisasi siswa untuk tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang akan
belajar
di pecah kan khusus nya pada materi
gelombang
elektromagnetik.
Tahap 3:
Guru mendorong siswa untuk mengumpul kan informasi
Membimbing
menyelidiki yang sesuai, melaksanakan eksperimen tantang materi
individual maupun kelompok
gelombang elektromagnetik, untuk mendapat kan penjelasan
dan pemecahan masalah.
Tahap 4:
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan
Mengembangkan
dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan hasil
menyajikan hasil karya
praktikum,dan membantu mereka untuk membagi tugas
dengan teman nya se hingga siswa bisa saling bekerja sama.
Tahap 5:
Guru membantu siswa untuk melkukan refleksi atau evaluasi
Menganalisis
dan terhadap penyelidikan dan proses-proses yang mereka
mengevaluasi
proses gunakan dengan cara memberika tesbaik secara lisan
pemecahan masalh
maupun tertulis sehingga bisa dilihat sejauh mana
pemahaman siswa.
Pemahaman dapat diartikan sebagai proses, perbuatan, cara untuk mengerti benar atau
mengetahui benar. Seseorang dapat dikatakan paham mengenai sesuatu apabila orang tersebut
sudah mengerti benar mengenai hal tersebut. Menurut (Sujana, 2008) yang dimaksud dengan
pemahaman adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan siswa mampu memahami arti dari
konsep, situasi, serta fakta yang diketahuinya. Belajar konsep merupakan hasil utama
pendidikan. Konsep merupakan batu pembangun berpikir. Konsep merupakan dasar bagi proses
mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip dan generalisasi, untuk memecahkan
masalah, seorang siswa harus mengetahui aturan-aturan yang relevan dan aturan-aturan ini
didasarkan pada konsep-konsep yang diperoleh nya.
3
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas adalah
merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh
guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. Penelitian tindakan kelas (PTK)
juga merupakan penelitian tindakan (Action Research) yang dilakukan dengan tujuan
memperbaiki mutu praktik pembelajaran dikelasnya. PTK berfokus pada kelas atau pada proses
belajar mengajar yang terjadi di kelas, bukan pada input kelas (silabus, materi, dan lain- lain).
PTK harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi dalam kelas (Arikunto, 2008).
Data pendekatan kuantitatif Setelah memperoleh data tes hasil belajar siswa selanjutnya dicari
ketuntasan belajar siswa, kemudian dianalisis secara kuantitatif. Sedangkan penedekatan
kualitatif mengamati bagaimana proses pembelajaran di dalam kelas apakah seorang siswa aktif
dalam menerima mata pelajaran.
Beberapa instrumen penelitian yang digunakan antara lain lembar observasi siswa untuk
mengukur aktivitas siswa selama proses pembelajaran, dan tes evaluasi untuk mengukur
ketuntasan belajar siswa. Pengujian keabsahan data dilakukan dengan pemahaman konsep.
Analisis data secara kualitatif dilakukan dengan memanfaatkan data kualitatif berupa hasil
observasi aktivitas siswa untuk membandingkan proses pembelajaran dari siklus I hingga siklus
II. Penilaian aktivitas siswa dilakukan secara semi-kualitatif dengan menggunakan skor 1 sampai
4 dengan kriteria “sangat kurang aktif”, ”kurang aktif”, ”cukup aktif”, “aktif”, dan “sangat aktif”.
Sedangkan analisis data secara kuantitatif dilakukan dengan membandingkan hasil tes evaluasi
pada siklus I dan siklus II. Nilai tes siswa memiliki kriteria ketuntasan minimal sebesar 65 untuk
mengukur persentase ketuntasan belajar siswa tiap siklus.
Hasil Penelitian
Peningkatan Aktivitas Siswa dilihat pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Siklus
Rata-rata
Kriteria
Siklus I
54,16
Cukup aktif
Siklus II
83,33
Sangat aktif
Tabel 4. Perolehan nilai tes pada tiap-tiap siklus
Siklus
Jenis Data
I
II
Rata-rata skor tes
66,2
77,4
Jumlah siswa yang tuntas
19
22
Jumlah siswa yang tidak
6
3
tuntas
Persentase
ketuntasan
76%
88%
belajar
4
Pembahasan
Berdasarkan
Tabel
3
diperoleh
keterangan
bahwa
aktivitas
siswa
menggunakan metode terbimbing mengalami peningkatan pada setiap siklus, sehingga dapat
disimpulkan bahwa aktivitas siswa dengan penggunaan discovery learning meningkat. Untuk
mengetahui peningkatan aktivitas siswa
Berdasarkan Tabel 4 mengenai ketuntasan belajar siswa kelas X SMA Satu Gangga.
diperoleh keterangan bahwa pembelajaran menggunakan metode terbimbing dinyatakan dapat
meningkatkan ketuntasan belajar siswa. Hal tersebut dapat dilihat pada pencapaian jumlah nilai
rata-rata pada setiap siklus mempunyai hasil yang berbeda. Pada siklus I sebesar 66,2 sedangkan
pada siklus II sebesar 77,4. Sedangkan persentase ketuntasan belajar secara klasikal pada siklus
I sebesar 76% meningkat menjadi 88% pada siklus II. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 4
Pada Tabel 4 diperoleh jumlah siswa yang tuntas atau siswa yang memperoleh nilai ≥ 65
pada siklus I yaitu 19 orang dan jumlah siswa yang yang memperoleh nilai ≤ 65 berjumlah 6
orang, sehingga persentase ketuntasan yang diperoleh sebesar 76%. Hasil tersebut belum dapat
dinyatakan tuntas karena belum mencapai standar ketuntasan yaitu 85%, dan pembelajaran
dilanjutkan ke siklus II. Pada siklus II siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 berjumlah 22 orang
dan jumlah siswa yang memperoleh nilai ≤ 65 sebanyak 3 orang, sehingga diperoleh persentase
ketuntasan klasikal sebesar 88%. Hasil tersebut mengalami peningkatan. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada diagram berikut:
Tercapainya ketuntasan belajar menggunakan model inkuiri karena selama proses
pembelajaran berlangsung siswa lebih aktif dalam mengemukakan pendapat dan lebih bersedia
dalam menjawab pertanyaan dalam LKS, sehingga proses tersebut memancing siswa lain untuk
lebih berani mengajukan pendapatnya masing- masing. Hal ini membuat suasana belajar
mengajar menjadi lebih hidup.
Diterapkannya metode terbimbing maka pembelajaran akan menjadi lebih
menyenangkan, tidak membosankan, dan bermakna. Sehingga siswa lebih bersemangat dalam
belajar dan aktivitas belajarpun meningkat. Jadi dengan menerapkan metode terbimbing dapat
meningkatkan aktivitas dan ketuntasan belajar siswa.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa metode discovery
learnig dapat meningkatkan aktivitas dan pemahaman konsep fisika siswa kelas X SMAN Satu
Gangga tahun pelajaran 2013/2014. Hal ini dapat dilihat pada data hasil belajar siswa pada siklus
I dengan presentase ketuntasan klasikal 76% dengan kategori belum tuntas, dan datahasil belajar
pada siklus II dengan presentase ketuntasan klasikal 88% dengan kategori tuntas secara klasikal.
Hasil ini menujukan adanya peningkatan pada tiap-tiap siklus dan tercapainya ketuntasan belajar
yang diharapkan.
Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti dapat memberikan saran-saran sebagai
berikut:
a) Bagi guru: Adapun Kekurangan dalam proses belajar mengajar yaitu: adanya siswa yang
melakukan hal- hal yang menggangu proses belajar dan juga siswa kurang aktif dalam
memberikan kesimpulan dalam kegiatan kelompok dan diharapkan kepada guru mata
5
pelajaran IPA fisika untuk mencoba mengimplementasikan metode latihan terbimbing
karena akan memungkinkan siswa untuk lebih aktif daalam kelas
b) Diharapkan kepada peneliti berikutnya bisa menjadikan bahan rujukan dalam proses
belajar mengajar yang ingin mendalami metode discovery learning.
Referensi
Djamarah.1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usana Offset Printing
Nurkancana dan Sunartana. 1990. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha
Slameto, 2010. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta Rineka Cipta
Hamalik. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Djamarah. 2008. Spikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Auharsimi A. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Prof. Drs Anas Sudijono. 2013. pengantar evaluasi pendidikan. Jakarta: Rajawali
prof. DR. Sugiyono, 2011. statistic untuk penelitian. penerbit alfabeta, bandung
Drs. Hamdani, M.A. 2011. Belajar Mengajar. bandung: pustaka setia
Drs. B. Suryosubroto. 2009. proses belajar mengajar disekolah. Jakarta: Rineka Cipta
Dr. Nana sudjana. 2012. penilaian hasil proses belajar mengajar. PT Remaja Rosdakarya
Offsert-Bandung.
Ir. Marthen kanginan, M.Sc. IPA FISIKA KTSP 2006. Penerbit Erlangga.
Tim Guru Eduka Mega Bank Soal IPA SMP Kelas 1,2 & 3, 2012. Jakarta: Cmedia.
6
Download