e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No.13 Tahun 2015) Reaksi Pasar Modal Indonesia Terhadap Peristiwa Politik (Event Study pada Peristiwa Pelantikan Joko Widodo Sebagai Presiden Republik Indonesia Ke-7) 1 1 2 I Gede Bhakti Pratama, Ni Kadek Sinarwati, Nyoman Ari Surya Dharmawan Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail : [email protected], [email protected], [email protected], Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis reaksi pasar modal Indonesia terhadap peristiwa pelantikan Joko Widodo sebagai Presiden Republik Indonesia ke-7 yang ditunjukkan dengan adanya perubahan abnormal return. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Event Study untuk menganalisis reaksi pasar dan uji beda t-test untuk menganalisis perbedaan abnormal return sebelum dan sesudah periode. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah saham LQ45 dengan menggunakan metode purposive sampling. Abnormal return digunakan untuk mengukur reaksi pasar. Uji t dan uji beda t-test digunakan untuk menguji reaksi pasar sebelum dan sesudah peristiwa pelantikan Joko Widodo sebagai Presiden Republik Indonesia ke-7. Hasil penelitian menunjukan abnormal return pada periode peristiwa bervariasi namun tidak signifikan secara statistik. Begitu pula hasil penelitian tentang perbedaan reaksi pasar sebelum dan sesudah peristiwa pelantikan Joko Widodo sebagai Presiden Republik Indonesia ke-7. Dengan kata lain peristiwa pelantikan Joko Widodo sebagai Presiden Republik Indonesia ke-7 tidak mengandung kandungan informasi yang berarti bagi investor sehingga membuat pasar tidak bereaksi. Kata kunci : Reaksi Pasar, Abnormal return, Pelantikan Presiden. Abstract The purpose of this research is to analyzed reaction of the Indonesian capital market to Joko th Widodo inauguration as Republic of Indonesia's 7 President events which indicated by a change in abnormal return. This research used Event Study methods to analyze the market reaction and paired sample t-test to analyze abnormal returns differences before and after the event. Sample used in this research is LQ45 emiten by using purposive sampling method. Abnormal return is used to gauge market reaction. Simple T test and paired t-test sampling was use to test market reaction before and after the event. The results showed abnormal return on the event period was varied but not statistically significant. Similarly, differences market reaction before and after the event is not significant. In other words, Joko Widodo inauguration events does not contain meaningful information to investors so as to make the market did not react. . Keywords : Market Reaction, Abnormal Return, Presidential inauguration e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No.13 Tahun 2015) PENDAHULUAN Pasar modal sebagai tempat jual-beli saham merupakan salah satu tempat berinvestasi bagi para investor. Pasar modal memilki peran yang penting dalam perekonomian negara. Sebab, pasar modal merupakan salah satu fasilitas untuk memindahkan dana dari pihak yang kelebihan dana kepada pihak yang membutuhkan dana. Dengan menginvestasikan dananya, investor berharap mendapatkan imbalan atas pinjaman yang diberikan. Disisi lain pihak yang membutuhkan dana yaitu perusahaan dapat melakukan investasi tanpa harus menunggu dana dari hasil operasi perusahaan. Timbal balik antara investor dan perusahaan ini diharapkan dapat membawa dampak positif bagi keduanya. Ada banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan pasar modal, Husnan (2008:8-9) mengemukakan faktorfaktor tersebut antara lain (1) ketersediaan sekuritas (2) permintaan akan sekuritas (3) masalah hukum dan peraturan, (4) keberadaan lembaga yang mengatur dan mengawasi kegiatan pasar modal dan berbagai lembaga yang memungkinkan dilakukan transaksi secara efisien, (5) kondisi politik dan ekonomi suatu negara. Kondisi politik seperti pergantian tonggak kekuasaan Presiden merupakan salah satu faktor yang mungkin mempengaruhi pasar modal. Seperti kita ketahui pada tahun 2014 ini terjadi Pemilu Presiden pada tanggal 9 Juli 2014 dan telah ditetapkan oleh KPU bahwa Joko Widodo menjadi Calon Presiden terpilih untuk tahun 2014 – 2019. Presiden terpilih ini akan dilantik pada tanggal 20 Oktober 2014 sebagai Presiden Republik Indonesia menggantikan Susilo Bambang Yudhoyono. Hal menarik dari sosok Joko Widodo adalah calon Presiden terpilih yang mempunyai rekam jejak prestasi yang luar biasa. Beliau sebelumnya menjabat sebagai Walikota Solo lalu menjabat menjadi Gubernur DKI Jakarta dan sekarang menjadi Presiden. Hal yang tidak disangka adalah ketika partai PDI-P menetapkan Joko Widodo sebagai Bakal Calon Presiden pada tanggal 19 April 2014, Bursa saham menanggapi hal tersebut secara positif dan media seperti blomberg.co.id serta kompas menyebut lonjakan tersebut dengan istilah Jokowi Effect. Walaupun hal tersebut tidak signifikan, namun kejadian tersebut menjadi perbincangan hangat oleh para ahli pasar modal. Oleh sebab itu peneliti ingin mengetahui apakah Jokowi Effect ini akan terulang kembali. Berdasarkan fenomena tersebut dapat dicermati bahwa pasar modal akan bereaksi jika terjadi suatu peristiwa yang mempengaruhi kondisi suatu Negara. Event Study dapat digunakan untuk menguji kandungan suatu informasi dari suatu peristiwa. Jika peristiwa tersebut mengandung informasi, maka kemungkinan pasar akan bereaksi ketika investor mendapat informasi tersebut. Reaksi pasar ditunjukan dengan adanya perubahan harga dari suatu sekuritas. Salah satu cara mengukur reaksi pasar yaitu dengan mengukur abnormal return sekuritas tersebut. Jika peristiwa tersebut mengandung informasi maka investor akan mendapatkan abnormal return. Jika peristiwa tersebut tidak mengandung informasi maka tidak akan ada abnormal return yang diperoleh investor (Jogiyanto 2009 ). Dalam penelitian sebelumnya Neni dan Harimawan (2004) meneliti tentang pengumuman hasil Pemilu Presiden Tahun 2004 terhadap volume perdagangan dan abnormal return. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut menyimpulkan bahwa peristiwa tersebut berpengaruh terhadap volume perdagangan namun tidak berdampak terhadap abnormal return. Hasnawati & Yuningsih (2011) meneliti tentang peristiwa Pemilu Presiden, pembentukan & pengumuman Kabinet Gotong Royong II terhadap abnormal return di BEI. Hasil yang diperoleh mengemukakan bahwa tidak terdapat abnormal return pada peristiwa Pemilu Presiden dan terdapat perbedaan abnormal return pada pembentukan dan pengumuman kebinet gotong royong II. Hasil penelitian yang pernah dilakukan mendapat kesimpulan yang berbeda pada setiap peristiwa politik e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No.13 Tahun 2015) yang terjadi terhadap reaksi perdagangan di pasar modal. Ketidakkonsistenan hasil penelitian tersebut melatarbelakangi perlunya pengujian kembali apakah suatu peristiwa politik akan berpengaruh terhadap reaksi perdagangan di pasar modal Indonesia. Dalam penelitian ini peneliti akan menguji reaksi pasar modal terhadap peristiwa pelantikan Joko Widodo sebagai Presiden Republik Indonesia ke-7. Seperti yang kita ketahui bahwa Joko Widodo telah ditetapkan sebagai Presiden Indonesia. Beliau dilantik pada tanggal 20 Oktober 2014 sebagai Presiden RI yang ke-7. Pergantian kepemimpinan merupakan salah satu momen politik yang sangat penting. Pemimpin suatu negara bisa menjadi prediksi kearah mana bangsa tersebut akan dibawa. Kredibilitas Joko Widodo sebagai Walikota Solo dan Gubernur Jakarta membawa kabar baik (good news) bagi investor. Peristiwa politik yang besar biasanya akan membawa dampak ke semua bidang termasuk pada pasar modal di Indonesia.Menurut Jogiyanto (2009:125) kebijakan politik dapat merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi pasar modal di Indonesia. Maka dari itu peneliti ingin menguji apakah peristiwa pelantikan Presiden ini berpengaruh terhadap pasar modal di Indonesia. Jogiyanto(2010:351) mengemukakan para pelaku pasar modal akan mengevaluasi setiap pengumuman yang diterbitkan oleh emiten ataupun kebijakan pemerintah, sehingga hal tersebut akan menyebabkan beberapa perubahan pada transaksi perdagangan saham, misalnya dengan adanya perubahan pada volume perdagangan saham, perubahan pada harga saham, bid/ask spread, proporsi kepemilikan, dan lain-lain. Hal ini mengindikasikan bahwa pengumuman yang masuk ke pasar memiliki kandungan informasi, sehingga direaksi oleh para pelaku di pasar modal. Suatu pengumuman memiliki kandungan informasi jika pada saat transaksi perdagangan terjadi, terdapat perubahan terutama perubahan harga saham. Peristiwa pelantikan Joko Widodo sebagai Presiden Republik Indonesia ke-7 merupakan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi harga saham yaitu, peraturan regulator dari pemerintah yang hanya berdampak pada harga dan volume sekuritas perusahaan tertentu yang terkena regulasi tersebut. Jika peristiwa tersebut mengandung informasi yang relevan maka diharapkan pasar akan bereaksi yang di tunjukkan dengan adanya perubahan harga saham. Kecepatan reaksi harga saham terhadap suatu peristiwa menggambarkan tingkat efesiensi suatu pasar. Semakin efisien suatu pasar maka semakin cepat informasi yang terefleksi dalam harga saham (Jogiyanto, 2010: 411). Studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman disebut event study. Event Study dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi (information content) dari suatu pengumuman dan dapat juga di gunakan untuk menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat (Jogiyanto, 2010:410). Pengujian kandungan informasi dan pengujian efisiensi pasar bentuk setengah kuat merupakan dua pengujian yang berbeda. Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman. Jika pengumuman mengandung informasi (information content), maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas bersangkutan. Pengujian kandungan informasi hanya menguji reaksi pasar, tetapi tidak menguji seberapa cepat pasar itu bereaksi, jika pengujian melibatkan kecepatan reaksi dari pasar untuk menyerap informasi yang diumumkan, maka pengujian ini merupakan pengujian efisiensi pasar secara informasi (informational market) bentuk setengah kuat. Pasar dikatakan efisien bentuk setengah kuat jika tidak ada investor yang mamperoleh abnormal return dari informasi yang diumumkan atau jika memang ada abnormal return, maka pasar e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No.13 Tahun 2015) harus bereaksi dengan cepat (quickly) untuk menyerap abnormal return untuk menuju harga keseimbangan yang baru. Jika investor menyerap abnormal return dengan lambat, maka pasar dikatakan tidak efisien bentuk setengah kuat secara informasi. Abnormal return merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur reaksi pasar akibat terjadi suatu peristiwa tertentu. Abnormal return merupakan kelebihan dari return sesungguhnya yang dihasilkan dari suatu investasi atas return yang diharapkan (diekspektasikan). Return normal merupakan return yang terjadi pada saat situasi normal dan tidak terjadi suatu peristiwa tertentu. Bila suatu peristiwa tertentu yang terjadi mengandung suatu informasi baik (good news) akan berdampak terhadap kenaikan abnormal return, dan akan berdampak penurunan abnormal return bila informasi tersebut dianggap buruk (bad news). Untuk mengukur Abnormal return pada umumnya dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: 1) menentukan tanggal suatu peristiwa dipublikasikan; 2) membuat ekspektasi return pada situasi normal tanpa peristiwa tertentu ada; 3) mengukur abnormal return dengan membandingkan ekspektasi return dalam situasi tanpa suatu peristiwa dengan return yang sesungguhnya; 4) menghitung kumulatif abnormal return (CAR); 5) melakukan pengujian statistik untuk melihat signifikansinya atas abnormal return yang dihasilkan. Rumus untuk menghitung abnormal return : RTNi,t = R i,t − E(R i,t ) (1) Keterangan : RTNit = abnormal return saham I pada saat t. Rit = return saham I pada saat t. E(Rit) = expected return saham I pada saat t. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian event study. Menurut Jogiyanto (2009:318), studi peristiwa (event study) merupakan study yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Pengertian yang lain mengenai event study menurut Peterson dalam Suryawijaya (1998) adalah pengamatan mengenai harga saham di pasar modal untuk mengetahui apakah ada abnormal return yang diperoleh pemegang saham akibat adanya suatu peristiwa tertentu. Peristiwa yang diuji pada penelitian ini adalah peristiwa pelantikan Joko Widodo sebagai Presiden Republik Indonesia ke-7. Informasi dari peristiwa pelantikan Joko Widodo sebagai Presiden Republik Indonesia ke-7 akan diuji pengaruhnya terhadap reaksi pasar modal yang diproyeksikan terhadap ada tidaknya abnormal return yang terjadi pada periode pengamatan. H1: Terdapat Abnormal Return yang signifikan pada Peristiwa Pelantikan Joko Widodo Sebagai Presiden RI ke-7 Serta menganalisis apakah ada perbedaan abnormal return yang terjadi sebelum dan setelah peristiwa pelantikan Joko Widodo sebagai Presiden Republik Indonesia ke-7. H2: Terdapat perbedaan Abnormal Return yang signifikan sebelum dan sesudah Peristiwa Pelantikan Joko Widodo Sebagai Presiden RI ke-7 Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia pada tahun 2014. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan metode purposive sampling. Metode purposive sampling adalah pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu, yang pada umumnya disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian (Sugiyono 2012:131). Kriteria untuk menentukan sampel adalah Emiten yang sahamnya masuk dalam kategori LQ45 di bursa Efek Indonesia pada periode pengamatan yaitu perusahan yang masuk kategori LQ45 periode Agustus 2014 – Januari 2015. Periode jendela (window period) dalam penelitian ini diambil selama 100 hari bursa yaitu dimulai dari tanggal 26 e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No.13 Tahun 2015) Mei 2014 yaitu t-104 sampai tanggal 24 Oktober 2014 yaitu t+4 setelah pelantikan Presiden terpilih. Periode Pengamatan terhadap peristiwa (Event Period) dimulai pada t-4 dari tanggal pelantikan Presiden sampai dengan t+4 setelah pelantikan Presiden terpilih berlangsung. Pengambilan periode ini dilakukan untuk menghindari confounding effect dari adanya peristiwa lain, seperti right issue, warrant, additional shotres, pengumuman dividen, saham bonus, merger dan lainlain, Penggunaan periode pengamatan mengacu pada metode yang digunakan oleh Suryawijaya dan Setiawan (1998). Gambar 1. Periode pengamatan. (Sumber Jogiyanto (2010). Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu berupa data harga saham emiten yang menjadi sampel penelitian pada periode pengamatan. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data berupa dokumen dan informasi berupa hubungan dengan objek penelitian yang diterbitkan oleh pihak lain dalam hal ini pihak Bursa Efek Indonesia yaitu data harga saham harian yang bisa diakses melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) dan website yahoo finance (Finance.yahoo.com) Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menetapkan sampel penelitian. Mengidentifikasikan perusahaan yang termasuk dalam kelompok LQ 45 pada peristiwa Pelantikan Joko Widodo sebagai Presiden Republik Indonesia Ke-7. 2. Menentukan waktu penelitian. Pengamatan peristiwa menggunakan periode penelitian selama 109 hari bursa yang dibagi ke dalam dua periode waktu yaitu : 100 hari periode estimasi dan 9 hari periode peristiwa. 3. Mencatat harga saham harian yang masuk ke dalam kategori LQ45 pada waktu periode estimasi dan periode peristiwa. 4. Mencatat Indeks Harga Saham Gabungan periode estimasi dan periode peristiwa. 5. Menghitung actual return selama periode estimasi dan periode peristiwa. 𝑅𝑖 = 𝑃𝑡 −𝑃𝑡−1 𝑃𝑡−1 (2) Keterangan : Ri = return saham individual sesungguhnya. Pt = harga saham individual pada saat t. Pt-1 = harga saham individual pda saat t-1. 6. Menghitung return pasar ( market return) harian. Market return adalah tingkat keuntungan seluruh saham yang terdaftar di pasar modal. Market return diwakili oleh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). IHSG menunjukan indeks harga saham yang terdaftar di pasar modal yang dapat diformulasikan sebagai berikut R mt = IHSG t −IHSG t−1 IHSG t−1 (3) Keterangan : Rmt = return psar pada saat t. IHSGt = Indeks Harga Saham Gabungan pada saat t. IHSGt-1= Indeks Harga Saham Gabungan pada saat t-1. 7. Menghitung expected return pada periode peristiwa. E R i = αi + βi E(R m ) (4) Keterangan : E(Ri) = return ekspektasi α = nilai ekspektasi dari return sekuritas yang independen terhadap return pasar. β = koefisien slope yang merupakan beta dari sekuritas ke-i. e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No.13 Tahun 2015) E(Rm) = return pasar dari indeks pasar selama periode Peristiwa. estimasi. b. Menghitung nilai return tidak normal standarisasi Koefisien alpha dan beta diperoleh dari perhitungan persamaan regresi secara time series dari return saham harian dengan return pasar. Dengan variabel dependen dalam persamaan tersebut adalah return saham harian dan variabel independenya adalah return pasar. 8. Menghitung abnormal return setiap saham selama periode peristiwa. RTNi,t = R i,t − E(R i,t ) (5) Keterangan : RTNit = abnormal return saham I pada saat t. Rit = return saham I pada saat t. E(Rit) = expected return saham I pada saat t. 9. Menghitung rata-rata return tidak normal seluruh saham harian ke-t. RRTNnt = n i=t RTN it (6) n RTNSit = t = RTNSi = − R i )2 T1 − 2 (7) Keterangan : KSEi = Standar deviasi untuk sekuritas ke-i Rij = Return sekuritas ke-I pda hari ke-j selama periode estimasi Ri = Rata-rata return sekuritas I pada periode estimasi. T1 = Jumlah hari pada periode (8) RTNS it k (9) keterangan : t = t hitung untuk masingmasing hari pada periode peristiwa. RTNSi = abnormal return portofolio pada periode peristiwa RTNSit = abnormal return sekuritas pada periode peristiwa. k = Jumlah sampel. Hipotesis 1 Pengujian Statistik terhadap return tidak normal untuk melihat signifikansi return tidak normal yang ada di periode peristiwa, dengan langkah –langkah sebagai berikut : a. Menghitung nilai deviasi standart t2 j=ti ( R ij KSE i Keterangan : RTNSit = return tidak normal standarisasi sekuritas i pada t. RTNit = return tidak normal standarisasi pada periode persitiwa. KSEi = Standar deviasi untuk sekuritaske-i. c. Merumuskan formula untuk pengujian statistik Ho : ARt = 0 , Abnormal return di sekitar peristiwa secara signifikan tidak berbeda dengan nol. H1 : ARt ≠ 0 , Abnormal return di sekitar peristiwa secara signifikan berbeda dengan nol. d. Menentukan tingkat signifikansi. Penelitian ini menggunakan taraf nyata sebesar 5% dengan derajat kebebasan n-1. e. Hitung nilai t hitung Keterangan : RRTNnt = rata-rata return tidak normal seluruh saham saat t. RTNit = return saham I pada saat t. n = Jumlah saham yang diteliti. KSEi = RTN it f. Mengambil keputusan Membandingkan nilai thitung dengan ttabel untuk mengambil keputusan dengan kriteria sebagai berikut: 1. Apabila thitung terletak diantara +t a/2; (n-1) dan –t a/2; (n1) maka Ho diterima. 2. Apabila thitung lebih kecil dari –t a/2; (n-1) atau thitung lebih besar dari +t a/2;( n-1) maka Ho ditolak. e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No.13 Tahun 2015) g. Menarik kesimpulan Jika Ho ditolak. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ditemukan abnormal return yang signifikan di sekitar peristiwa pelantikan Presiden. Jika Ho diterima, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ditemukan abnormal return yang signifikan di sekitar peristiwa pelantikan Presiden. Keterangan : KSPsebelum = Standar deviasi untuk sekuritas ke-i Rij = Return sekuritas ke-I selama periode peristiwa Ri = Rata-rata return sekuritas I pada periode Peristiwa. T1 = Jumlah hari pada periode peristiwa. Hipotesis 2 Langkah-langkah yang dilakukan untuk pengujian Hipotesis 2 a. Menghitung Rata Rata Return Tidak Normal pada Periode Sebelum dan Sesudah Peristiwa RRTNsebelum = n i=t RTNSebelum KSPsesudah = n T1 (11) n b. Menghitung Nilai Standar deviasi pada periode Sebelum dan Sesudah hari Peristiwa t2 j=ti ( R ij Rij Ri Keterangan : RRTNnt = rata-rata return tidak normal Saham sesudah Periode Peristiwa. RTNsebelum = return saham I pada hari sesudah peristiwa. n = Jumlah saham yang diteliti. KSPsebelum = − R i )2 T1 − 2 = Standar deviasi untuk sekuritas ke-i = Return sekuritas ke-I selama periode peristiwa = Rata-rata return sekuritas I pada periode Peristiwa. = Jumlah hari pada periode peristiwa. KSPsesudah (10) n i=t RTNsesudah T1−2 Keterangan : Keterangan : RRTNnt = rata-rata return tidak normal Saham Sebelum Periode Peristiwa. RTNsebelum = return saham I pada hari sebelum peristiwa. n = Jumlah saham yang diteliti RRTNsesudah = t2 2 j=ti ( R ij −R i ) (12) c. Merumuskan formula untuk pengujian statistik Ho : ARt = 0 , Rata Rata Abnormal return di sekitar periode peristiwa tidak berbeda secara signifikan . H1 : ARt ≠ 0 , Rata Rata Abnormal return di sekitar peristiwa berbeda secara signifikan. d. Menentukan tingkat signifikansi. Penelitian ini menggunakan taraf nyata sebesar 5% dengan derajat kebebasan n-1. e. Melakukan uji Beda t-Test dengan menggunakan Microsoft Excel Data Analysis Tools. f. Mengambil keputusan. Membandingkan nilai sig. thitung dengan sig. untuk mengambil keputusan. Dengan kriteria : 1. Jika nilai sig. thitung > 0.05 maka Ho diterima. 2. Jika nilai sig. thitung < 0.05 maka Ho ditolak. g. Menarik kesimpulan Jika Ho ditolak. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ditemukan adanya perbedaan abnormal return yang signifikan, (12) sebelum dan sesudah peristiwa pelantikan Presiden. Jika Ho diterima, Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ditemukan adanya perbedaan abnormal return yang signifikan, sebelum dan sesudah peristiwa pelantikan Presiden. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengujian Hipotesis 1 terhadap ada tidaknya reaksi pasar modal akibat peristiwa pelantikan Joko Widodo sebagai Presiden Indonesia ke-7 dapat dilakukan dengan mengamati pergerakan rata-rata abnormal return pada periode peristiwa. Pergerakan abnormal return yang terjadi selama periode peristiwa memiliki dua arah, yaitu positif dan negatif. Grafik pada gambar 2, menunjukan adanya pergerakan abnormal return yang bervariasi saat terjadi peristiwa pelantikan Joko Widodo sebagai Presiden Indonesia ke-7. Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa pada t-1 ditemukan adanya Abnormal return positif paling tinggi selama periode peristiwa, sedangkan pada t-3 ditemukan adanya abnormal return paling rendah pada periode peristiwa dan pada hari ke t atau saat pelantikan Joko Widodo sebagai Presiden Indonesia ke-7 didapatkan abnormal return yang negatif. Tetapi jika ditinjau berdasarkan hasil pengujian signifikansi abnormal return pada tabel 1 dtitemukan bahwa perubahan abnormal return RRTN e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No.13 Tahun 2015) 0.01 0.008 0.006 0.004 0.002 0 -0.002 -0.004 -0.006 t-4 t-3 t-2 t-1 0 t+1t+2 t+3 t+4 Hari ke Gambar 2 : Pergerakan rata-rata abnormal return. (Sumber : data penelitian diolah 2015) tersebut tidak signifikan atau dengan kata lain pasar modal tidak bereaksi terhadap peristiwa pelantikan Joko Widodo sebagai Presiden Indonesia ke-7. Hal tersebut berarti peristiwa pelantikan Joko Widodo sebagai Presiden Indonesia ke-7 tidak memiliki kandungan informasi yang signifikan sehingga para investor tidak bereaksi berlebihan sehingga abnormal return pada periode peristiwa pelantikan Joko Widodo sebagai Presiden Indonesia ke-7 tidak signifikan.Para investor tidak menganggap peristiwa pelantikan Joko Widodo sebagai Presiden Indonesia ke-7 sebagai suatu peristiwa politik yang akan mempengaruhi harga saham dan indeks harga saham di bursa sehingga investor masih melakukan tindakan wait and see di bursa. Tindakan ini dilakukan karena para investor tidak mau mengambil resiko dengan terlalu cepat mengambil keputusan dari suatu informasi eksternal Tabel 1. Hasil uji t dan t-hitung return tidak normal selama periode peristiwa Hari t-4 RRTNt 0.002153 t hitung 0.02114 Kesimpulan Ho Diterima t-3 -0.0043 -0.0192 Ho Diterima t-2 0.006433 0.03354 Ho Diterima t-1 0.008786 0.07784 Ho Diterima 0 -0.00229 -0.0178 Ho Diterima t+1 0.002329 0.00823 Ho Diterima t+2 0.004239 0.02908 Ho Diterima t+3 0.000759 0.00273 Ho Diterima t+4 -0.00182 -0.0117 Ho Diterima (Sumber : data penelitian diolah 2015) e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No.13 Tahun 2015) Tabel 2. Hasil Uji Beda T-test Berpasangan Sebelum 0.003269 3.3E-05 4 -0.95836 0 3 0.459701 0.338499 2.353363 0.676998 3.182446 Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference Df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail Sesudah 0.001377 6.56E-06 4 (Sumber : hasil output Ms Excel Data Analysis tools) yang di dapat. Kehati-hatian investor inilah yang menyebabkan pasar tidak bereaksi secara signifikan karena investor tidak ingin mendapat kerugian dari keputusan investasi yang dilakukannya. Hasil penelitian ini selaras dengan hasil penelitian Alim (2002) yang menguji reaksi pasar pada peristiwa pelantikan Presiden Megawati Soekarnoputri yaitu tidak menemukan adanya reaksi pasar yang signifikan pada peristiwa tersebut. Dari kedua hasil penelitian tersebut peneliti yakin bahwasannya peristiwa pelantikan presiden bukan merupakan peristiwa yang memiliki kandungan informasi yang penting bagi investor. Berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya yang melakukan event study dengan menggunakan peristiwa politik lain seperti pemilihan umum dan pelantikan kabinet yang dilakukan Rizal (2005). Hasil dari event study ini mendapatkan abnormal return yang signifikan. Dari hal tersebut peneliti mengemukakan teori bahwa pasar modal di Indonesia tidak bereaksi terhadap semua peristiwa politik yang terjadi. Sehingga pasar akan bereaksi terhadap peristiwa tertentu saja dan oleh sebab itu event study dapat dilakukan untuk menguji peristiwa yangakan direspon oleh pasar modal di Indonesia. Sedangkan pengujian hipotesis 2 yang menguji perbedaan abnormal return sebelum dan sesudah peristiwa pelantikan Joko Widodo sebagai Presiden Indonesia ke-7 menunjukan hasil yang sama. Pada tabel 2 dapat dilihat nilai sig t-hitung sebesar 0,676998 lebih besar dari 0,05 yang berarti Ho diterima sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah peristiwa pelantikan Joko Widodo sebagai Presiden Indonesia ke-7. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan reaksi investor pada hari sebelum dan sesudah peristiwa pelantikan Joko Widodo sebagai Presiden Indonesia ke-7. Investor tetap melakukan langkah wait and see di bursa. Tidak ada perbedaan cara bertransaksi saham sebelum dan sesudah peristiwa pelantikan Joko Widodo sebagai Presiden Indonesia ke-7 sehingga abnormal return yang didapatkan tidak signifikan. Abnormal return yang tidak signifikan pada hari sebelum dan sesudah peristiwa politik juga diperoleh pada penelitian Alim (2002). Alim juga mendapatkan hasil abnormal return yang tidak signifikan pada peristiwa pelantikan Megawati Soekarno Putri sebagai Presiden Republik Indonesia ke-5. Keselarasan hasil penelitian ini mengandung makna bahwa pada hari sebelum dan sesudah pelantikan presiden, investor tetap memiliki cara yang e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No.13 Tahun 2015) sama saat bertransaksi saham yang dimilikinya sehingga tidak diperoleh hasil yang berbeda secara signifikan. Hasil penelitian Aseptin (2011) yang menguji reaksi pasar pada peristiwa mundurnya Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan memiliki hasil yang berbeda. Dlam penelitiannya Aseptin menemukan perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah periode peristiwa. Hasil penelitian ini berbeda dengan event study yang peneliti lakukan karena tidak semua peristiwa politik akan bereaksi sama pada hari sebelum dan sesudah peristiwa tersebut terjadi. Sehingga penelitian untuk menguji perbedaan rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah suatu peristiwa politik perlu dilakukan kembali karena tidak semua peristiwa politik akan membuat pasar modal di Indonesia bereaksi. DAFTAR PUSTAKA Alim, Elizabeth dkk. 2002. “Reaksi Pasar Modal Indonesia Terhadap Peristiwa Politik Dalam Negeri (Event Study:Peristiwa Pelantikan Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden RI ke-5)”. Skripsi (tidak diterbitkan). Universitas Kristen Petra. KESIMPULAN Berdasarkan analisis data, kesimpulan yang dapat diambil adalah peristiwa pelantikan Joko Widodo sebagai Presiden Indonesia ke-7 tidak mengakibatkan adanya abnormal return yang signifikan pada saat periode peristiwa. Hal ini berarti bahwa pasar modal Indonesia tidak bereaksi terhadap peristiwa tersebut. Berdasarkan hasil analisis data untuk menguji perbedaan rata-rata abnormal return pada hari sebelum dan sesudah peristiwa pelantikan Joko Widodo sebagai Presiden Indonesia ke-7, kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa tidak ada perbedaan reaksi pasar yang signifikan. Jadi tidak ada perbedaan reaksi pasar modal Indonesia sebelum dan sesudah pelantikan Joko Widodo sebagai Presiden Indonesia ke-7. Kamaruddin Ahmad. 2004. Dasar – Dasar Manajemen Investasi. Jakarta: PT. Rineka Cipta. SARAN Penelitian selanjutnya tidak hanya menggunakan paramaeter abnormal return untuk menguji reaksi pasar, tetapi juga menggunakan volume perdagangan saham. Penelitian selanjutnya harus memperkirakan periode estimasi dan jumlah sampel yang tepat dan sesuai dengan event study. Fahmi, Irham. 2012. Pengantar Pasar Modal. Bandung: Alfabeta Jogiyanto H. M. 2009. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi ketiga. Yogyakarta: BPFE. Jogiyanto H. M.. 2010. Studi Peristiwa: Menguji Reaksi Pasar Modal Akibat Suatu Peristiwa. Edisi Pertama. Yogyakarta : BPFE. Marwan A. Suryawijaya dan Faizal A. Setiawan. 1998. “Reaksi Pasar Modal Indonesia Terhadap Peristiwa Politik Dalam Negeri (Event Study pada Peristiwa 27 Juli 1996)”. Kelola. Vol. 7. No. 18: 137 – 253. Neni Meidawati dan Mahendra Harimawan. 2004. “Pengaruh Pemilihan Umum Legislatif Tahun 2004 Terhadap Return Saham dan Volume Perdagangan Saham LQ45 di BEJ”. Sinergi. Vol. 7. No. 1: 113 - 125. Ria, Aseptin. 2011. “Reaksi Pasar Modal Indonesia Terhadap Peristiwa Politik Dalam Negeri (Event Study : Pada Peristiwa Mundurnya Sri Mulyani Indrawati Sebagai Menteri Keuangan)”. Binar Akuntansi. Vol. 1. No. 1: 14-22. Suad, Husnan. 2008. Manajemen Keuangan: Teori dan Penerapan. Buku 1. Edisi 4. Yogyakarta: BPFE e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No.13 Tahun 2015) Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.Bandung : Alfabeta. Umar Rizal. 2005. “Reaksi Pasar modal (BEJ) Indonesia Terhadap Peristiwa Politik Dalam Negeri : "Event Study" Pengaruh Peristiwa Pemilu Legislatif, Pilpres 1. Skripsi. Fakultas Ekonomi UI. Tersedia: http://www.digilib.ui.ac.id. (diakses tanggal 15 September 2014)