analisis pengaruh citra merek, persepsi terhadap

advertisement
ANALISIS PENGARUH CITRA MEREK, PERSEPSI
TERHADAP KUALITAS, NAMA MEREK, DAN BRAND
AWARENESS TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SABUN
PENCUCI PAKAIAN BUBUK ATTACK
(Studi Kasus pada Konsumen Produk Attack di Kecamatan Gayamsari,
Kota Semarang)
Lusi Indah Mayasari
Drs. Harry Soesanto, MMR.
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of brand image, perceived quality,
brand names, and brand awareness of buying decisions laundry soap Attack.
The research was conducted on consumers Indomie that has been moved
to brand of Mie Sedap and noodles sample set of 100 respondents using
Purposive Sampling methods. Data ware collected by distributing questionnaires.
Data analysis method was performed by multiple linear regression using SPSS
software. Data that has met the test of validity, test reliability, and test the
assumptions of classical processed resulting regression equation as follows:
Y = 0,280 X1 + 0,296 X2 + 0,194 X3 + 0,277 X4
Where Buying Decisions variable (Y), Brand Image (X1), Perceived
Quality (X2), Brand Names (X3), and Brand Awareness (X4). The hypothesis
testing using t test showed that the four independent variables studied proved to
be positively and significantly affect the dependent variable buying decisions.
Then through the F test showed that the variables of bradn image, perceived
quality, brand names, and brand awareness is appropriate to test the dependent
variable buying decisions. Figures Adjusted R Square of 0.766 indicates that 76.6
percent of the variation of buying decisions can be explained by the four
independent variables in the regression equation. While the rest of 23.4 percent is
influenced by other variables that are not explained in the regression equation in
this study.
Keywords: Buying Decisions, Brand Image, Perceived Quality, Brand Names,
Brand Awareness.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan dunia usaha yang begitu pesat menyebabkan persaingan
antar perusahaan semakin ketat sehingga berbagai usaha dilakukan pihak
perusahaan agar mampu tampil di tengah-tengah persaingan tersebut. Dalam
pemasaran modern tidak lagi mengacu pada bagaimana produk itu hanya
dapat laku terjual kepada konsumen tetapi juga mampu memberikan value
added terhadap produk yang dikeluarkan. Telah banyak usaha dilakukan
perusahaan dalam memberikan pilihan produknya kepada konsumen, terutama
bagi
yang
mempunyai
kesamaan
dalam
bentuk.
Kertajaya
(2006)
menambahkan bahwa produk-produk seperti consumer goods menghadapi
tekanan yang lebih besar dalam mendapatkan mind-share dari konsumen
terutama karena mereka selalu dihadapkan pada konsumen yang terus menerus
mendapatkan berbagai macam tawaran dari produk lama maupun produk baru.
Fenomena ini dapat dilihat keberadaan yang nyata pada produk sabun
cuci (deterjen). Dahulu merek sabun cuci yang kita kenal hanya beberapa saja,
namun seiring perkembangan waktu banyak muncul merek-merek baru yang
tentunya semakin memanaskan persaingan diantara merek yang ada baik lama
ataupun baru. Keanekaragaman produk sabun cuci yang ada sekarang ini
mendorong adanya proses identifikasi para konsumen untuk menentukan salah
satu merek yang menurut pandangan mereka memenuhi kriteria sebuah
produk sabun cuci yang ideal. Melalui proses identifikasi tersebut, dapat
dilihat bahwa kekuatan merek terletak pada kemampuannya untuk
mempengaruhi perilaku pembelian (Arif Rahman, 2010).
Attack merupakan salah satu merek produk sabun cuci yang telah
dikenal di kalangan masyarakat sejak lama. Ditambahkan pula merek Attack
telah tertanam kuat dibenak konsumen ketika dihadapkan pada keputusan
dalam membeli merek sabun cuci. Lebih lanjut bahwa konsumen mungkin
akan menggunakan aturan dalam keputusan pembeliannya hanya untuk yang
terkenal saja, merek yang dibangun secara baik (Keller dalam Radder dan
Huang, 2008).
Maka dalam penelitian ini memfokuskan pada penduduk di Kecamatan
Gayamsari, Kota Semarang yang memakai produk sabun pencuci pakaian
Attack dalam kehidupan sehari-harinya. Pertimbangan lain bahwa terdapat
berbagai latar belakang kebiasaan, sifat, kultur, sosial, dan tingkat ekonomi
yang ada di dalamnya sehingga secara tidak langsung mempengaruhi pola
perilaku mereka dalam kehidupan sehari-hari termasuk juga dalam hal
melakukan pembelian.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang menjadi dasar dalam penelitian ini adalah Attack masih
berada pada posisi three top leader dalam kategori produk sabun pencuci
pakaian walaupun mengalami kenaikan dalam kinerja nilai mereknya (brand
value) secara berurutan dalam kurun waktu 2009-2010. Brand share sebagai
salah satu unsur pembentuk juga terlihat naik, kenaikan atas brand share ini
menunjukkan adanya kenaikan keputusan pembelian konsumen terhadap
merek Attack. Aspek lain yang mempengaruhi, TOM brand dan TOM Ad
Attack yang juga menunjukkan prosentase meningkat yang mengindikasikan
telah meningkatnya daya tarik sebagai pilihan pertama.
Maka
masalah
penelitian
yang
dikembangkan
disini
adalah
„Bagaimanakah citra merek, persepsi kualitas, nama merek, dan brand
awareness dapat meningkatkan keputusan pembelian oleh konsumen pada
produk sabun pencuci pakaian bubuk Attack?‟. Dari masalah penelitian
tersebut dapat dirumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh citra merek terhadap keputusan pembelian oleh
konsumen?
2. Apakah terdapat pengaruh persepsi terhadap kualitas terhadap keputsuan
pembelian oleh konsumen?
3. Apakah terdapat pengaruh nama merek terhadap keputusan pembelian
oleh konsumen?
4. Apakah terdapat pengaruh brand awareness terhadap keputusan
pembelian oleh konsumen?
TELAAH PUSTAKA
2. 1.Landasan Teori
2.1. 1. Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen pada dasarnya merupakan tindakan-tindakan
individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh,
mengkonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa termasuk didalamnya
proses pengambilan keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakantindakan tersebut (Engel dkk, 1994). Maka dalam kehidupan sehari-hari,
keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen didasarkan pada
pertimbangan yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya.
Sementara itu perilaku konsumen dapat dipengaruhi melalui
pemasaran yang terampil karena hal ini dapat membangkitkan motivasi
maupun perilaku apabila hal tersebut didukung dengan produk ataupun
jasa yang didesain semenarik mungkin dan sedemikian rupa guna
memenuhi kebutuhan pelanggan (Engel dkk, 1994). Kemudian Swastha
dkk (1987) menambahkan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku konsumen itu sendiri, disini disebutkan terdapat dua bagian besar
yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
2.1. 2. Keputusan Pembelian
Kotler (1996) menyebutkan bahwa keputusan untuk membeli yang
diambil oleh pembeli sebenarnya merupakan kumpulan dari sejumlah
keputusan. Setiap keputusan untuk membeli tersebut mempunyai suatu
struktur sebanyak tujuh komponen, yaitu meliputi keputusan tentang jenis
produk, keputusan tentang bentuk produk, keputusan tentang merek,
keputusan tentang penjualnya, keputusan tentang jumlah produk,
keputusan tentang waktu pembelian, keputusan tentang cara pembayaran.
Menurut Engel dkk (1994) dapat dibedakan beberapa peranan yang
mungkin dimainkan seseorang dalam sebuah keputusan pembelian yaitu
pencetus (Initiator), pemberi pengaruh (Influencer), pembuat keputusan
(Decider), pembeli (Buyer), pemakai (User).
2.1. 3. Citra Merek
Kotler (2002) dalam Farrah (2005) mendefinisikan citra merek
sebagai seperangkat keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki oleh
seseorang terhadap suatu merek. Oleh karenanya sikap dan tindakan
konsumen terhadap suatu merek sangat ditentukan oleh citra merek
tersebut.
Penciptaan kesan menjadi salah satu karakteristik dasar dalam
orientasi pemasaran modern yaitu lewat pemberian perhatian lebih serta
penciptaan merek yang kuat. Implikasi dari hal tersebut menjadikan merek
suatu produk menciptakan image dari produk itu sendiri di benak pikiran
konsumen dan menjadikan motivasi dasar bagi konsumen dalam memilih
suatu produk (Aaker dalam Vranesevic, 2003).
2.1. 4. Persepsi Terhadap Kualitas
Persepsi
kualitas
terhadap
merek
menggambarkan
respon
keseluruhan pelanggan terhadap kualitas dan keunggulan yang ditawarkan
merek. Respon ini adalah persepsi yang terbentuk dari pengalaman
pelanggan selama berinteraksi dengan merek melalui komunikasi yang
dibangun oleh pemasar. Tentu saja kondisi seperti ini harus terus dijaga
melalui pengembangan kualitas secara berkesinambungan (Sadat, 2009).
Lebih
lanjut
di
dalam
penelitiannya,
Vranesevic
(2003)
memasukkan salah satu variabelnya yaitu persepsi terhadap kualitas dalam
proses pembelian di antara alternatif yang ada dimana konsumen akan
pertama
kali
mempersepsikan
merek
sebagai
tanda
kualitasnya
(penampilan fisik dan pengemasan, harga dan reputasi dalam jaringan
penjualan). Hasil akhir penelitiannya menunjukkan hal yang sama bahwa
persepsi atas kualitas menjadi faktor dominan dalam pemilihan merek,
implikasinya ditunjukkan dalam fakta dimana terjadi probabilitas
peningkatan melalui tingkat pembelian serta kekuatan di dalam
persaingan.
2.1. 5. Nama Merek
Nama merek adalah bagian dari merek dimana bagian dari merek
yang dapat disebutkan atau dieja. Menurut Swastha (1979), nama merek
(brand names) terdiri atas kata-kata, huruf dan atau angka-angka yang
dapat diucapkan.
Menurut Bouch et.al yang dikutip Sullivan (1998) menyebutkan
didalam suatu penelitian eksperimental psikologi menunjukkan bahwa
nama merek membantu konsumen dalam mengevaluasi produk serta
mengurangi dorongan keraguan dalam memutuskan melakukan pembelian,
dikarenakan nama merek mampu memberi rasa aman bagi seorang
konsumen. Dalam kesimpulannya dikatakan bahwa nama merek yang
telah dikenal masyarakat menjadi pertimbangan ketika memilih produk
sabun cuci.
2.1. 6. Brand Awareness
Kesadaran merek merupakan suatu gambaran kesanggupan dari
calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu
merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu (Aaker dalam
Durianto dkk, 2004).
Kesadaran merek mempengaruhi rasa percaya diri pelanggan atas
keputusan pembelian dengan mengurangi tingkat resiko yang dirasakan
atas suatu merek yang diputuskan untuk dibeli. Semakin kecil tingkat
perceived risk suatu merek, semakin besar keyakinan pelanggan atas
keputusan pembeliannya, dengan demikian pelanggan memiliki keyakinan
yang besar atas keputusannya (Aaker dalam Astuti dan Cahyadi, 2007).
2. 2.Kerangka Pemikiran Teoritis
Berdasarkan tinjauan landasan teori dan penelitian terdahulu, maka
dapat disusun sebuah kerangka pemikiran teoritis seperti yang tersaji dalam
gambar sebagai berikut :
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
Citra merek
(X1)
H1
Persepsi terhadap
kualitas (X2)
H2
Keputusan Pembelian
(Y)
H3
Nama merek
(X3)
H4
Brand Awareness
(X4)
Sumber : dikembangkan untuk penelitian ini, 2011
Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini :
H1. Citra merek berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian.
H2. Persepsi terhadap kualitas berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian.
H3. Nama merek berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian.
H4. Kesadaran (awareness) konsumen berpengaruh positif terhadap keputusan
pembelian.
METODE PENELITIAN
3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.1.1. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari tiga variable independen dan satu
variabel dependen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Keputusan
Pembelian (Y). Sedangkan variabel independen meliputi Citra Merek (X1),
Persepsi Terhadap Kualitas (X2), Nama Merek (X3), Brand Awareness (X4).
3.1.2. Definisi Operasional
Citra merek adalah seperangkat keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki
oleh seseorang terhadap suatu merek (Setyaji, 2008).
Persepsi terhadap kualitas adalah persepsi pelanggan terhadap keseluruhan
kualitas atau keunggulan dari suatu produk yang berkaitan dengan apa yang
diharapkan oleh pelanggan (Setyaji, 2008).
Nama merek adalah bagian dari suatu merek terdiri dari kata-kata, huruf
atau angka yang dapat diucapkan yang bersifat membedakan produk tersebut dari
pesaingnya (Simamora, 2002 dan Nicolino, 2004).
Brand awareness adalah kekuatan sebuah merek dalam pikiran (ingatan)
pelanggan (Astuti dan Cahyadi, 2007).
Keputusan pembelian adalah tindakan nyata dari konsumen untuk
membeli atas dasar kecocokan dan kepuasan dari apa yang dicari dan dibutuhkan
(Ulinnuha, 2008 dan Setyaji, 2008).
3.2. Penentuan Populasi dan Sampel
Menurut Dajan (1996) populasi merupakan keseluruhan unsur-unsur yang
memiliki satu atau beberapa ciri atau karakteristik yang sama. Dalam penelitian
ini, populasi penelitian mengacu pada penduduk di wilayah Kecamatan
Gayamsari yang memakai produk sabun deterjen bubuk Attack.
Teknik pengambilan sampling yang digunakan adalah dengan non
probability sampling yaitu teknik sampling yang tidak memberikan kesempatan
sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dijadikan sampel. Sedangkan
penentuan pengambilan jumlah responden (sampel) dilakukan melalui teknik
purposive sampling. Jumlah sampe yang digunakan sebanyak 100 orang
responden dengan penentuan sampel minimal menurut Widiyanto (2008) adalah
sebesar 96 responden.
3.3. Metode Analisis Data
3.3.1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya satu kuesioner
(Ghozali, 2001). Satu kuesioner dinyatakan valid jika pertanyaan pada pertanyaan
kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner
tersebut. Tingkat validitas dapat diukur dengan cara membandingkan nilai rhitung
pada tabel correlations pada total nilai pearson Correlation pada total nilai
Pearson Correlation untuk tiap indikator variabel dengan nilai rtabel dengan
ketentuan untuk degree of freedom (df) = n-k, dimana n adalah jumlah sampel
yang digunakan dan k adalah jumlah variabel independennya (Ghozali, 2001).
Dengan jumlah sampel (n) adalah tingkat signifikansi 0,05 maka rtabel pada
penelitian ini adalah :
r (0,05 ; 100-4 = 96)
0,1988
Bila : rhitung > rtabel, berarti pernyataan tersebut dinyatakan valid
rhitung ≤ rtabel, berarti pernyataan tersebut dinyatakan tidak valid
3.3.2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur kuesioner yang merupakan
indikator dari variabel. Kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika masingmasing pertanyaan dijawab responden secara konsisten atau stabil dari waktu ke
waktu. Suatu kuesioner dikatakan handal jika nilai Cronbach Alpha lebih besar
dari 0,600 (Ghozali, 2001).
3.3.3. Uji Asumsi Klasik
Untuk menguji apakah persamaan garis regresi yang diperoleh linier dan
bisa dipergunakan untuk melakukan peramalan, maka harus dilakukan uji asumsi
klasik yaitu :
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi,
variabel terikat dan variabel bebas memiliki distribusi yang normal atau tidak,
karena model regresi yang baik memiliki distribusi data yang normal atau
mendekati normal.
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent variabel). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebasnya
(Ghozali, 2005). Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya
serta Variance Inflation Factor (VIF).
3. Uji Heteroskedastisitas
Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Jika varian dari residual satu pengataman ke pengamatan yang lain
tetap,
maka
disebut
homokedastisitas,
namun
jika
berbeda
disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah homokedastisitas atau tidak
terjadi heteroskedastisitas.
3.3.4. Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh variabel bebas yaitu : citra merek (X1), persepsi terhadap kualitas (X2),
nama merek (X3), dan brand awareness (X4) terhadap keputusan pembelian (Y)
konsumen dalam membeli produk sabun pencuci pakaian bubuk Attack.
3.3.5. Uji Hipotesis
1. Uji T
Uji T digunakan untuk menunjukkan apakah suatu variabel independen
secara individual mempengaruhi variabel dependen (Ghozali, 2001).
2. Uji F
Uji F bertujuan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen
yang dimasukkan dalam model secara simultan atau bersama-sama mempunyai
pengaruh terhadap variabel dependen (Ghozali, 2001).
3. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisiensi determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien
determinasi adalah 0 < R2 < 1. Tidak seperti R square, nilai adjusted R square
dapat naik atau turun apabila terdapat tambahan variabel independen ke dalam
model. Oleh karena itu, sebaiknya digunakan nilai adjusted R square untuk
mengevaluasi model regresi terbaik (Ghozali, 2001).
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
4.1.Deskripsi Obyek Penelitian
Kao Corporation hadir di Indonesia dengan keyakinan bahwa bangsa yang
bersih adalah bangsa yang sejahtera. Dan cara hidup yang sehat adalah cerminan
sebuah tingkat kehidupan yang lebih baik. Pada tahun 1985 Kao Corporation
membuat sebuah langkah besar dengan menggandeng PT. Dino Indonesia
Industrial Ltd. yang telah memproduksi bubuk deterjen Dino sejak tahun 1969.
Gabungan dua perusahaan ini tetap bernama PT. Dino Indonesia Industrial Ltd.
dengan perbandingan saham 50 : 50. Bersama PT. Rodamas, Kao Corporation
terus berusaha memasyarakatkan cara hidup yang lebih bersih, lebih cantik dan
lebih sehat. Pada tahun 1990, dibentuklah PT. Dinokao Indonesia yang
memasarkan produk-produk PT. Dino Indonesia Industrial Ltd., dan di awal tahun
1997, PT. Dino Indonesia Industrial Ltd., bergabung dengan PT. Dinokao
Indonesia menjadi PT. Kao Indonesia.
PT Kao Indonesia beralamat di Jl. MT. Haryono Kav. 39-40 Jakarta
12770, Telepon : (62)-(21) 7982245, 79193133, Fax : (62)-(21) 7982248, Website
: www.kao.com/id
4.2.Analisis Indeks Jawaban Responden Per Variabel
Peneliti ingin mengetahui persepsi umum responden mengenai variabelvariabel yang diteliti, untuk mendapatkan gambaran mengenai derajat persepsi
responden pada tiap variabel yang diteliti. Dengan jumlah responden 100 orang,
maka nilai indeks dapat dihitung dengan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.1
Indeks Jawaban Responden Per Variabel
No.
Variabel Pertanyaan
1.
X1
2.
X2
3.
X3
4.
X4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Skor
3
10
22
22
22
12
31
16
19
28
47
16
19
31
9
41
38
4
79
61
66
69
72
63
81
78
58
47
78
69
66
85
53
59
5
11
17
12
9
16
6
3
3
14
6
6
12
3
6
6
3
Jumlah Indeks
401
395
390
387
404
375
387
384
386
359
390
393
372
397
365
365
80,2
79
78
77,4
80,8
75
77,4
76,8
77,2
71,8
78
78,6
74,4
79,4
73
73
4.3.Analisis Data
4.3.1. Uji Validitas
Dalam penelitian ini, validitas dari indikator dianalisis menggunakan df
(degree of freedom) dengan rumus df = n-k, dimana n = jumlah sampel, k =
jumlah variabel independen. Jadi df yang digunakan adalah 100 – 4 = 96 dengan
alpha sebesar 5%, maka menghasilkan nilai rtabel (uji dua sisi) sebesar 0,199. Jika
rhitung (untuk tiap butir dapat dilihat pada kolom Corrected Item – Total
Correlation) lebih besar dari rtabel dan nilai rpositif, maka butir pernyataan dikatakan
valid (Ghozali, 2001). Hasil uji validitas pada indikator-indikator penelitian ini
terdapat pada tabel berikut :
Tabel 4.2
Uji Validitas
No
1
Variabel/Item r-hitung
Citra Merek (X1)
Indikator 1
0,434
Indikator 2
0,762
Indikator 3
0,755
Indikator 4
0,862
2
Persepsi Terhadap Kualitas (X2)
Indikator 1
0,699
Indikator 2
0,672
Indikator 3
0,704
Indikator 4
0,788
3
Nama Merek (X3)
Indikator 1
0,622
Indikator 2
0,720
Indikator 3
0,765
Indikator 4
0,856
4
Brand Awareness (X4)
Indikator 1
0,519
Indikator 2
0,505
Indikator 3
0,781
Indikator 4
0,859
5
Keputusan Pembelian (Y)
Indikator 1
0,698
Indikator 2
0,700
Indikator 3
0,751
Indikator 4
0,887
Sumber : data primer yang diolah, 2011
r-tabel
Keterangan
0,199
0,199
0,199
0,199
Valid
Valid
Valid
Valid
0,199
0,199
0,199
0,199
Valid
Valid
Valid
Valid
0,199
0,199
0,199
0,199
Valid
Valid
Valid
Valid
0,199
0,199
0,199
0,199
Valid
Valid
Valid
Valid
0,199
0,199
0,199
0,199
Valid
Valid
Valid
Valid
Berdasarkan pengujian pada tabel uji validitas diatas, diketahui bahwa
nilai rhitung dari semua indikator variabel lebih besar dari nilai rtabel - nya. Oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa semua indikator dalam penelitian ini adalah
valid.
4.3.2. Uji Reliabilitas
Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang
terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali,
2001). Uji reliabilitas adalah tingkat kestabilan suatu alat pengukur dalam
mengukur suatu gejala/kejadian. Menurut Nunnaly (1967) dalam Ghozali (2001),
suatu konstruk dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,6.
Adapun hasil uji reliabilitas dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel
4.3 berikut ini.
Tabel 4.3
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel
Citra merek (X1)
Persepsi terhadap kualitas (X2)
Nama merek (X3)
Brand awareness (X4)
Keputusan pembelian (Y)
Sumber : data primer yang diolah, 2011
Cronbach Alpha
0,676
0,668
0,708
0,603
0,759
Keterangan
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Berdasarkan pengujian pada tabel uji reliabilitas, diketahui bahwa semua
variabel mempunyai nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,6. Maka dapat
disimpulkan bahwa keseluruhan variabel dalam penelitian ini adalah reliabel.
4.4.1. Uji Asumsi Klasik
4.4.2.1.
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel dependen dan independennya mempunyai distribusi normal atau tidak.
Uji normalitas menghasilkan grafik normal probability plot yang tampak pada
Gambar 4.1 berikut.
Gambar 4.1
Grafik Normal Probability Plot
Sumber : data primer yang dioleh, 2011
Grafik normal probability plot diatas menunjukkan bahwa data menyebar
di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi
memenuhi asumsi normalitas.
4.4.2.2.
Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Untuk dapat
menentukan apakah terdapat multikolinieritas dalam model regresi pada penelitian
ini adalah dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan Tolerance
serta menganalisis matrix korelasi variabel-variabel bebas. Adapun nilai tolerance
dan VIF dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.4
Hasil Pengujian Multikolinearitas
Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model
1
Tolerance
VIF
(Constant)
CITRA MEREK
.486
2.056
PERSEPSI TERHADAP KUALITAS
.575
1.739
NAMA MEREK
.387
2.584
BRAND AWARENESS
.433
2.310
a. Dependent Variable: KEPUTUSAN PEMBELIAN
Sumber : data primer yang diolah, 2011
Berdasarkan hasil tabel hasil pengujian pada Tabel 4.4 diketahui bahwa
seluruh variabel independen memiliki nilai VIF lebih kecil dari 10, sehingga dapat
disimpulkan bahwa data bebas dari masalah multikolinearitas.
4.4.2.3.
Uji Heteroskedastisitas
Menurut Imam Ghozali (2006) pendekatan yang dapat digunakan untuk
mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot
antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya
SRESID. Ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan melihat ada
tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplots antara SRESID dan ZPRED,
dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y
prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized. Kriteria yang digunakan
adalah jika terdapat pola tertentu seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu
teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan
telah terjadi heteroskedastisitas. Sebaliknya, jika tidak terdapat pola yang jelas,
serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak
terjadi heteroskedastisitas.
Gambar 4.2
Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Data primer yang diolah, 2011
Berdasarkan grafik scatterplots pada gambar 4.2 terlihat bahwa titik-titik
menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada
sumbu Y. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas
pada model regresi.
4.4.2. Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda yang telah dilakukan diperoleh koefisien regresi,
nilai t hitung dan tingkat signifikansi sebagaimana ditampilkan pada Tabel 4.5
berikut:
Tabel 4.5
Hasil Analisis Regresi Berganda
Coefficientsa
Unstandardized
Standardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
Toleranc
Model
1
B
(Constant)
Std. Error
Beta
t
Sig.
e
VIF
-2.636
1.074
-2.454
.016
CITRA MEREK
.306
.076
.280 4.024
.000
.486
2.056
PERSEPSI
.368
.080
.296 4.621
.000
.575
1.739
NAMA MEREK
.202
.081
.194 2.481
.015
.387
2.584
BRAND
.344
.092
.277 3.743
.000
.433
2.310
TERHADAP
KUALITAS
AWARENESS
a. Dependent Variable: KEPUTUSAN PEMBELIAN
Sumber: Data primer yang diolah, 2011
Dari hasil tersebut apabila ditulis persamaan regresi dalam bentuk
standardized coefficient sebagai berikut:
Y = 0.280 X1 + 0.296 X2 + 0.194 X3 + 0.277 X4
Keterangan:
Y
: Keputusan Pembelian
X1
: Citra Merek
X2
: Persepsi Terhadap Kualitas
X3
: Nama Merek
X4
: Brand Awareness
Persamaan regresi berganda tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1.
Variabel Citra Merek (X1) memiliki pengaruh positif terhadap Keputusan
Pembelian (Y) dengan nilai 0.280. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
citra merek, maka semakin tinggi keputusan pembelian.
2.
Variabel Persepsi Terhadap Kualitas (X2) memiliki pengaruh positif terhadap
Keputusan Pembelian (Y) dengan nilai 0.296. Dapat disimpulkan bahwa
semakin tinggi persepsi terhadap kualitas, maka semakin tinggi keputusan
pembelian.
3.
Variabel Nama Merek (X3) memiliki pengaruh positif terhadap Keputusan
Pembelian (Y) dengan nilai 0.194. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
nama merek, maka semakin tinggi keputusan pembelian.
4.
Variabel Brand Awareness (X4) memiliki pengaruh positif terhadap
Keputusan Pembelian (Y) dengan nilai 0.277. Dapat disimpulkan bahwa
semakin tinggi brand awareness, maka semakin tinggi keputusan pembelian.
4.4.3. Uji Hipotesis
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat maka dilakukan pengujian terhadap hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini. Metode pengujian terhadap hipotesis yang diajukan, dilakukan
pengujian secara parsial dan pengujian secara simultan.
4.4.4.1.
Uji T
Uji t yaitu suatu uji untuk mengetahui signifikansi pengaruh variabel bebas
(citra merek, persepsi terhadap kualitas, nama merek, brand awareness) secara
parsial atau individual menerangkan variabel terikat (keputusan pembelian).
Tabel 4.6
Hasil Uji t
Coefficientsa
Standardized
Coefficients
Model
1
Beta
t
(Constant)
Sig.
-2.454
.016
CITRA MEREK
.280
4.024
.000
PERSEPSI TERHADAP KUALITAS
.296
4.621
.000
NAMA MEREK
.194
2.481
.015
BRAND AWARENESS
.277
3.743
.000
a. Dependent Variable: KEPUTUSAN PEMBELIAN
Sumber: Data primer yang diolah, 2011
Hasil analisis uji t adalah sebagai berikut:
1. Nilai thitung pada variabel Citra Merek (X1) adalah sebesar 4,024 dengan
tingkat signifikansi 0,000. Dengan menggunakan batas signifikasi 0,05, nilai
signifikasi tersebut lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima.
Kesimpulan: variabel citra merek berpengaruh positif dan signifikansi
terhadap keputusan pembelian sabun pencuci pakaian bubuk Attack.
2. Nilai thitung pada variabel Persepsi Terhadap Kualitas (X2) adalah sebesar 4,621
dengan tingkat signifikansi 0,000. Dengan menggunakan batas signifikansi
0,05 nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak dan Ha
diterima.
Kesimpulan: variabel persepsi terhadap kualitas berpengaruh positif dan
signifikansi terhadap keputusan pembelian sabun pencuci pakaian bubuk
Attack.
3. Nilai thitung pada variabel Nama Merek (X3) adalah sebesar 2,481 dengan
tingkat signifikansi 0,015 dengan menggunakan batas signifikansi 0,05 nilai
signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05 dengan demikian H0 ditolak dan Ha
diterima.
Kesimpulan: variabel nama merek berpengaruh positif dan signifikansi
terhadap keputusan pembelian sabun pencuci pakaian bubuk Attack.
4. Nilai thitung pada variabel Brand Awareness (X4) adalah sebesar 3,743 dengan
tingkat signifikansi 0,000 dengan menggunakan batas signifikansi tersebut
lebih kecil dari 0,05 nilai signifikansi tersebut lebih kecil dar 0,05 dengan
demikian H0 ditolak dan Ha diterima.
Kesimpulan: variabel brand awareness berpengaruh positif dan signifikan
terhadap keputusan pembelian sabun pencuci pakaian bubuk Attack.
4.4.4.2.
Uji F
Uji F digunakan untuk melakukan pengujian variabel bebas secara
bersama-sama terhadap variabel terikatnya. Berikut adalah tabel hasil uji F dengan
perhitungan statistik dengan menggunakan SPSS.
Tabel 4.7
Hasil Uji F
ANOVAb
Model
1
Sum of Squares
Regression
Mean Square
F
229.020
4
57.255
66.290
95
.698
295.310
99
Residual
Total
df
Sig.
.000a
82.052
a. Predictors: (Constant), BRAND AWARENESS, PERSEPSI TERHADAP KUALITAS, CITRA MEREK,
NAMA MEREK
b. Dependent Variable: KEPUTUSAN PEMBELIAN
Sumber: Data primer yang diolah, 2011
Hasil pengujian diperoleh nilai F hitung sebesar 82,052 dengan
signifikansi 0,000. Dengan menggunakan batas signifikansi 0,05, nilai signifikansi
tersebut lebih kecil dari 0,05 maka model regresi dapat digunakan untuk
memprediksi keputusan pembelian (Y) atau dikatakan bahwa variabel X1, X2, X3,
dan X4 secara bersama-sama berpengaruh secara nyata terhadap variabel Y.
Koefisien Determinasi (R2)
4.4.4.3.
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien
determinasi adalah antara nol dan satu (Ghozali, 2001). Nilai koefisien
determinasi dapat dilihat pada tabel 4.8 Berikut:
Tabel 4.8
Hasil Uji Determinasi
Model Summaryb
Change Statistics
Mode
Adjusted R Std. Error of
l
R
1
.881a
R Square
.776
Square
.766
the Estimate
.83534
R Square
F
Change
Change
.776
82.052
Sig. F
df1
df2
4
Change
95
.000
a. Predictors: (Constant), BRAND AWARENESS, PERSEPSI TERHADAP KUALITAS, CITRA MEREK,
NAMA MEREK
b. Dependent Variable: KEPUTUSAN PEMBELIAN
Sumber: Data primer yang diolah, 2011
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai Adjusted R Square adalah sebesar
0,766 sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan seluruh variabel
independen untuk menjelaskan variasi pada variabel dependen adalah sebesar
76,6% dan sisanya 23,4% dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak
dijelaskan dalam model regresi yang diperoleh.
4.4.Pembahasan
Berdasarkan analisis data pada regresi berganda dan uji hipotesis, maka
dapat diketahui bahwa :
1. Pernyataan hipotesis pertama (H1) dapat diterima, maka citra merek
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesediaan konsumen dalam
melakukan pembelian. Kondisi tersebut dapat dilihat dari koefisien variabel
citra merek yang bernilai 0,280 serta angka signifikansi sebesar 0,000 (kurang
dari 0,05). Hal ini berarti juga bahwa jika citra merek semakin baik, maka
akan mengakibatkan semakin tinggi kesediaan konsumen untuk melakukan
pembelian suatu produk.
Dengan demikian hasil penelitian ini mendukung penelitian Hossain (2007)
yang menyatakan bahwa citra merek menjadi faktor yang paling kuat dalam
membangun pemilihan produk. Selain itu mendukung pula dari hasil
penelitian Setyaji (2008) dimana citra merek berpengaruh secara positif dan
signfikan terhadap keputusan pembelian. Jadi disini disebutkan bahwa citra
merek adalah faktor yang memungkinkan menjaga konsumen dari perubahan
perilaku mereka dalam intensitas dan kebiasaan membeli secara banyak dan
berkesinambungan (Wallendorf dalam Hossain, 2007).
2. Pernyataan hipotesis kedua (H2) dapat diterima, maka persepsi terhadap
kualitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesediaan konsumen
dalam melakukan pembelian. Kondisi tersebut dapat dilihat dari koefisien
variabel persepsi terhadap kualitas yang bernilai 0,296 serta angka signifikansi
sebesar 0,000 (kurang dari 0,05). Hal ini berarti juga bahwa jika persepsi
terhadap kualitas semakin baik, maka akan mengakibatkan semakin tinggi
kesediaan konsumen untuk melakukan pembelian suatu produk.
Dengan demikian hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Vranesevic
(2003) yang menyebutkan dalam proses keputusan pembelian memilih
alternatif yang ada. Kemudian mendukung pula hasil penelitian Astuti dan
Cahyadi (2003), bahwa persepsi terhadap kualitas dapat membangun rasa
percaya diri pelanggan dalam memutuskan melakukan pembelian karena
dianggap sebagai unsur yang paling penting yang berkaitan dengan tingkat
kinerja yang diharapkan oleh pelanggan.
3. Pernyataan hipotesis ketiga (H3) dapat diterima, maka nama merek
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesediaan konsumen dalam
melakukan pembelian. Kondisi tersebut dapat dilihat dari koefisien variabel
nama merek yang bernilai 0,194
serta angka signifikansi sebesar 0,015
(kurang dari 0,05). Hal ini berarti juga bahwa jika nama merek semakin
terkenal, maka akan mengakibatkan semakin tinggi kesediaan konsumen
untuk melakukan pembelian suatu produk.
Dengan demikian hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Fernandes
(2005) yang menyatakan bahwa variabel nama merek menjadi faktor yang
paling dominan dalam memutuskan melakukan pembelian. Selain itu
disebutkan
pula
bahwa
nama
merek
membantu
konsumen
dalam
mengevaluasi produk dan mengurangi keraguan dalam memutuskan
melakukan pembelian (Bouch et.al dalam Sullivan, 1998). Dan hal itu wajar
dikarenakan nama merek yang telah dikenal mampu memberi rasa aman bagi
seorang konsumen. Oleh karena itu nama merek dapat menjadi pertimbangan
utama bagi konsumen dalam memutuskan melakukan pembelian.
4. Pernyataan hipotesis keempat (H4) dapat diterima, maka brand awareness
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesediaan konsumen dalam
melakukan pembelian. Kondisi tersebut dapat dilihat dari koefisien variabel
brand awareness yang bernilai 0,277 serta angka signifikansi 0,000 (kurang
dari 0,05). Hal ini berarti juga bahwa jika brand awareness semakin tinggi,
maka mengakibatkan semakin tinggi kesediaan konsumen untuk melakukan
pembelian suatu produk.
Dengan demikian hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Astuti dan
Cahyadi (2003) yang menyatakan bahwa tingkat brand awareness yang tinggi
dapat menyebabkan pelanggan memiliki rasa percaya diri yang tinggi atas
keputusan pembelian yang dibuat. Lebih lanjut merek yang telah dikenal oleh
konsumen melalui ingatannya akan menimbulkan pembelian yang berulangulang (Cravens, 1996).
KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN
5.1.Kesimpulan
Penelitian ini dilatar belakangi oleh timbulnya fenomena bermunculannya
merek-merek baru untuk kategori produk yang sudah ada. Secara khusus,
penelitian ini mengulas kategori produk sabun pencuci pakaian bubuk, dimana
dalam kategori ini Attack masih harus mengejar ketertinggalan dari market
leadernya yaitu Rinso. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
citra merek, persepsi terhadap kualitas, nama merek, dan brand awareness
terhadap keputusan pembelian.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Variabel persepsi terhadap kualitas memiliki pengaruh paling besar terhadap
keputusan pembelian oleh konsumen diantara variabel bebas lainnya yang
diteliti yaitu sebesar 0,296 . Kemudian pengaruh terbesar lainnya (secara
berturut-turut) adalah variabel citra merek sebesar 0,286, variabel brand
awareness sebesar 0,277, dan terakhir variabel nama merek sebesar 0,194.
2. Hipotesis pertama (H1) yang menyatakan bahwa semakin positif citra merek
(X1) suatu produk, maka semakin kuat keputusan pembelian (Y) oleh
konsumen terbukti kebenarannya. Hal ini berarti citra merek merupakan salah
satu faktor yang dapat mendorong konsumen untuk melakukan pembelian
produk sabun pencuci pakaian bubuk Attack.
3. Hipotesis kedua (H2) yang menyatakan bahwa semakin positif persepsi
terhadap kualitas (X2) suatu produk, maka semakin kuat keputusan pembelian
(Y) oleh konsumen terbukti kebenarannya. Hal ini berarti persepsi terhadap
kualitas merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong konsumen untuk
melakukan pembelian produk sabun pencuci pakaian bubuk Attack.
4. Hipotesis ketiga (H3) yang menyatakan bahwa semakin terkenal nama merek
(X3) suatu produk, maka semakin kuat keputusan pembelian (Y) oleh
konsumen terbukti kebenarannya. Hal ini berarti nama merek merupakan salah
satu faktor yang dapat mendorong konsumen untuk melakukan pembelian
produk sabun pencuci pakaian bubuk Attack.
5. Hipotesis keempat (H4) yang menyatakan bahwa semakin tinggi kesadaran
(awareness) konsumen (X4) terhadap merek suatu produk maka semakin kuat
keputusan pembelian (Y) oleh konsumen terbukti kebenarannya. Hal ini
berarti brand awareness merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong
konsumen untuk melakukan pembelian produk sabun pencuci pakaian bubuk
Attack.
6. Variasi keputusan pembelian dijelaskan oleh variabel citra merek, persepsi
terhadap kualitas, nama merek, dan brand awareness sebesar 76,6 %,
sedangkan sisanya 23,4 % dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar model.
5.2.Keterbatasan
Hanya memfokuskan pada variabel citra merek, persepsi terhadap kualitas,
nama merek, dan brand awareness yang keseluruhan dari variabel independen
tersebut hanya mampu menjelaskan 76,6% dan sisanya 23,4% dipengaruhi oleh
variabel lain selain variabel independen dalam penelitian ini.
5.3.Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, saran yang dapat diberikan kepada PT
Kao Indonesia, selaku produsen produk sabun pencuci pakaian bubuk Attack
sebagai berikut :
1. Variabel persepsi terhadap kualitas memberikan pengaruh terbesar terhadap
keputusan pembelian oleh konsumen. Persepsi terhadap kualitas yang tercipta
di benak konsumen terbukti menjadi salah satu daya tarik untuk membeli
suatu produk. Berdasarkan jawaban responden yang di dapat, maka dapat
diketahui Attack perlu untuk lebih memperhatikan aspek kualitas produknya
ditengah semakin banyaknya kemunculan merek-merek baru. Melalui
tanggapan responden yang di dapat, konsumen pada dasarnya menginginkan
Attack semakin menampilkan kemasan yang lebih menarik, misalkan dengan
menggunakan warna yang lebih bervarian atau mencolok agar mendapat
perhatian konsumen pada saat dipajang di rak toko. Kualitas sabun yang lebih
baik, misalkan tidak terasa panas dan kasar di tangan. Daya cuci yang lebih
ampuh, misalkan dengan tanpa merendam semalam pun, noda bisa langsung
bersih. Aroma yang lebih tahan lama, misalkan dengan menambah esen
parfum dengan kualitas yang lebih bagus. Beberapa hal tersebut patut untuk
diperhatikan sebagai daya tarik untuk lebih mempengaruhi keputusan
pembelian.
2. Variabel citra merek menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap keputusan
pembelian oleh konsumen. Oleh karena itu citra produk yang sudah baik harus
terus dipertahankan bahkan ditingkatkan agar kesan masyarakat secara umum
terhadap Attack menjadi semakin positif. Berdasarkan jawaban responden,
maka diketahui upaya yang sebaiknya dilakukan oleh Attack untuk
meningkatkan
kesan
konsumen
terhadap
merek
adalah
konsumen
menginginkan Attack mengadakan suatu acara di televisi yang khusus
bertemakan kesehatan dan kebersihan, misalkan dengan bekerjasama dengan
Dokter Selebritis seperti Lula Kamal agar lebih menarik pengunjung untuk
berpartisipasi. Selain itu, Attack untuk semakin sering terlibat misalnya dalam
acara-acara amal atau sosial, seperti berpartisipasi dalam acara donor darah
atau mengunjungi panti asuhan, yang dapat disimpulkan citra dan kepercayaan
merupakan hal yang berpengaruh dalam pembelian.
3. Variabel brand awareness menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap
keputusan pembelian oleh konsumen. Kesadaran yang tinggi terhadap aspekaspek yang berkaitan dengan produk menjadikan merek tersebut selalu
tersimpan baik di dalam ingatan konsumen yang berpengaruh terhadap pilihan
konsumen ketika membeli suatu produk. Oleh karena itu Attack perlu
melakukan upaya dalam memperkuat kesadaran konsumen tersebut. Dalam
hal ini media promosi memegang peranan penting. Dapat diketahui pula dari
jawaban responden, konsumen lebih tertarik membeli produk-produk yang
lebih sering diiklankan di berbagai media. Selain itu juga dari jawaban
responden yang ada menginginkan Attack untuk terus memakai model produk
yang semakin menarik, menampilkan konsep iklan yang berbeda dan menarik,
misalkan dengan memakai artis yang sedang naik daun agar lebih menarik
perhatian konsumen. Jargon-jargon yang semakin khas, misalkan „Go Clean
Max‟. Ditambahkan pula melalui pembuatan ciri khas tertentu yang dapat
membedakan Attack dengan merek sabun pencuci pakaian bubuk lainnya,
misalkan dengan menambahkan ikon/gambar pada setiap kemasan, bisa
diambil dari iklan yang sudah ada. Hal-hal tersebut akan menjadi kekuatan
lebih dalam mempengaruhi kesadaran konsumen terhadap keputusan
pembeliannya.
4. Variabel nama merek menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap keputusan
pembelian oleh konsumen. Maka nama merek yang telah dibangun secara baik
oleh Attack sejak pertama kali masuk di Indonesia hingga sekarang menjadi
pertaruhan dalam persaingan mencapai posisi tertinggi di pasar dan menarik
konsumen sebanyak-banyaknya. Oleh karena itu Attack perlu lebih
meningkatkan dan menjaga familier serta popularitas yang telah dicapai saat
ini. Berdasarkan jawaban responden, sebagian dari pendapat responden masih
menganggap merek-merek baru lebih menarik untuk dicoba/dibeli. Maka
untuk menghindari konsumen yang akhirnya berpindah ke merek lain, Attack
perlu lebih mempertahankan sekaligus meningkatkan popularitas atas nama
mereknya melalui promosi baik secara langsung lewat berbagai media
maupun tidak langsung melalui event-event yang diadakan oleh Attack.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, SW dan I Gede Cahyadi, 2007, „Pengaruh Elemen Ekuitas Merek Terhadap Rasa
Percaya Diri Pelanggan di Surabaya Atas Keputusan Pembelian Sepeda Motor
Honda‟, Majalah Ekonomi, TH XVII, No.2.
Bagus, Angga A., 2009, “Analisis Pengaruh Brand Awareness, Perceived Quality, dan
Brand Association Terhadap Keputusan Konsumen Dalam Membeli Produk GT
Man”, Skripsi Tidak Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro,
Semarang.
Craven, David W, 1996, Pemasaran Strategis Jilid 2 terj. Lina Salim, Jakarta : Erlangga.
Dajan, Anto, 1996, Pengantar Metode Statistic Jilid II, Jakarta : BP3ES.
Durianto, Darmadi, dkk, 2004, Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan
Perilaku Merek, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Durianto, Darmadi, dkk, 2004, Brand Equity Ten : Strategi Memimpin Pasar, Jakarta :
PT. Gramedia Pustaka Utama.
Engel, James F, 1994, Perilaku Konsumen Jilid I, Jakarta : Binarupa Aksara.
Farrah, Zatul dan Fajrianthi, 2005, „Strategi Perluasan Merek dan Loyalitas Konsumen‟,
INSAN, Vol.7, No.3.
Ferdinand, Augusty, 2006, Metode Penelitian Manajemen, Semarang : Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam, 2001, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Semarang :
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hossain, Enayet, 2007, „An Evaluation of Brand Image, Product Attributes and Perceived
Quality of a Selected Consumer Non-durable Product‟, Administration and
Management Review, Vol.19, No.2.
Kertajaya, Hermawan, dkk, 2004, Marketing on Venus, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Kertajaya, Hermawan, 2006, On Marketing, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Knapp, E. Duane, 2001, ‘The Brand Mindset’, Yogyakarta : Penerbit Andi.
Kotler, Philip, 1996, Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi dan
Pengendalian Jilid I, Jakarta : Erlangga.
Kotler, Philip, 1997, Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi dan
Kontrol, New Jersey : Prentice-Hall.
Lindawati, 2005, „Analisis Kesadaran Merek, Persepsi Konsumen, dan Asosiasi Merek
Dalam Eksistensi Merek Pada Produk Merek Lifebouy di Surabaya‟, Jurnal Sains
Pemasaran Indonesia, Vol. IV, No.1, p.47-70.
Muafi, dan M.I.Effendi, 2001, „Mengelola Ekuitas Merek : Upaya Memenangkan
Persaingan di Era Global‟. Ekobis, Vol.2, No.3.
Munfaridin, 2010, “Analisis Pengaruh Kesadaran Merek, Asosiasi Merek, dan Persepsi
Kualitas Terhadap Minat Mereferensikan Sepeda Motor Suzuki (Studi Kasus Pada
Mahasiswa FE Undip)”, Skripsi Tidak Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi,
Universitas Diponegoro, Semarang.
Nicolino, Patricia F, 2004, The Complete Ideal’s Guides : Brand Management, Jakarta :
Prenada Media.
Palupi, Dyah Hasto. 2008, „Kinerja Produk Personal 2006-2008‟, SWA, No.18/XXIV/21
Agustus - 3 September.
Radder L. and W. Huang, 2008, ‘High-Involvement and Low-involvement Product : A
Comparison of Brand Awareness Among Students at a South African University‟,
Journal of Fashion Marketing and Management, Vol.12, No.2.
Rahman, Arif, 2010, „Strategi Dahsyat Marketing Mix for Small Business‟, Jakarta :
Transmedia.
Rahmawati, 2002, „Create A Value of Brand With Personality‟, Usahawan No.10, Th
XXXI.
Sadat, Andi M, 2009, Brand Belief : Strategi Membangun Merek Berbasis Keyakinan,
Jakarta : Salemba Empat.
Setyaji, Wahyu B, 2008, „Analisis Pengaruh Citra Merek, Perceived Quality, dan Iklan
Terhadap Keputusan Pembelian Shampoo Sunsilk di Kota Semarang‟, Skripsi
Tidak Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang.
Setyawan, Fery A., 2010, “Analisis Pengaruh Brand Awareness, Brand Associate,
Perceived Quality dan Brand Loyalty Terhadap Minat Beli Telepon Seluler Nokia
(Studi Kasus Pada Mahasiswa FE Undip Semarang)”, Skripsi Tidak
Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang.
Simamora, Bilson, 2002, „Aura Merek : Tujuh Jurus Membangun Merek Yang Kuat‟,
Jurnal Ekonomi Perusahaan, Vol. 9, No.2, p.233-268.
Simamora, Bilson, 2003, „Pemasaran Dengan Hati‟, Jurnal Ekonomi Perusahaan, Vol.10,
No.2.
Sitinjak, Tony, 2006, „Kinerja Citra, Sikap, dan Ekuitas Merek, Kepuasan dan Loyalitas
Nasabah Bank BUMN di Jakarta‟, Jurnal Ekonomi Perusahaan, Vol 13.
Sitinjak, Tony dan Tumpal JRS, 2005, „Pengaruh Citra Merek dan Sikap Merek Terhadap
Ekuitas Merek‟, Jurnal Ekonomi Perusahaan, Vol. 12, No. 2.
Subekti, Arief Yulian, 2010, “Analisis Pengaruh Citra Merek dan Kesadaran Merek
Terhadap Ekuitas Merek Susu Cair Dalam Kemasan Indomilk”, Skripsi Tidak
Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang.
Sugiyono, 2001, Metode Penelitian Bisnis, Bandung : Alfabe.
Sullivan, Mary W, 1998, „How Brand Names Affect The Demand For Twin Automobiles‟,
Journal of Marketing Research, Vol XXXV, p.154-165.
Sumarwan, Ujang, 2009, „Pemasaran Strategic : Strategi Untuk Pertumbuhan
Perusahaan Dalam Penciptaan Nilai Bagi Pemegang Saham‟, Jakarta : Inti Prima
Promosindo.
Suprapti, Lilik, 2010, “Analisis Pengaruh Brand Awareness, Perceived Value
Organizational Association, dan Perceived Quality Terhadap Keputusan
Pembelian Konsumen (Studi Pada Pemilik Sepeda Motor Yamaha Mio CW di
Harpindo, Semarang)”, Skripsi Tidak Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi,
Universitas Diponegoro, Semarang.
Sutisna, 2003, Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran, Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Swastha, Basu, 1979, Azas-azas Marketing Edisi 2, Yogyakarta : Akademi Keuangan &
Bisnis (AKB).
Swastha, Basu dan Hani Handoko, 1987, Manajemen Pemasaran : Analisis Perilaku
Konsumen, Yogyakarta : BPFE.
Temporal, Paul and KC Lee, 2002, HI-TECH HI-TOUCH BRANDING : Menciptakan
Kekuatan Merek Dalam Era Teknologi, Jakarta : Salemba Empat.
Ulinnuha, Muhammad, 2008, „Analisis Pengaruh Brand Equity Terhadap Keputusan
Pembelian Konsumen Lensa Kontak X2 di Semarang‟, Skripsi Tidak
Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang.
Vranesevic, Tihomir, 2003, „The Effect of the Brand on Perceived Quality of Food
Products’, British Food Journal, Vol.105, No.11, p.811-825.
http://www.kao.com/id/attack/. Diakses bulan Mei 2011
Download