mengenal lebih dekat produk-produk asuransi jiwa

advertisement
| Nomor 02 | April 2004 | Rp6.750,- |
DaftarIsi
1
2
4
20
22
24
26
26
28
30
32
Dari
Redaksi
DariRedaksi
Etalase
Fokus
Kolom
HC
Tren
HCT
Kolega
Konsultasi
Suara
Pembaca
SuaraPembaca
Kiat
Bursa
Kerja
BursaKerja
Rehal
MENGENAL
LEBIH DEKAT
PRODUK-PRODUK
ASURANSI JIWA
KONSULTASI
HUKUM
KETENAGAKERJAAN
HAK-HAK
PEKERJA
OUTSOURCING
ha
la
m
an
26
F O K U S
PRO-KONTRA
OUTSOURCING
„ Apa untung-rugi bagi karyawan
dan perusahaan?
„ Benarkah perusahaan outsourcing
memeras keringat karyawan?
„ Tren bisnis outsourcing global
Tren Profesi HR
Ke Depan
halaman
22
Nani Nursalim:
“Jika dikelola oleh spesialis,
detil-detil tersebut akan
diperhatikan dan diperjelas
dalam negosiasi awal,”
Eddy S. Tjahja:
“Pengaturan kiri-kanan
justru membuat bisnis ini
tidak berkembang,”
halaman 4
halaman 4
Hasanuddin Rahman:
“Perusahaan jasa outsourcing dimiliki orang
yang telah lama bergerak
di bidang SDM, mereka
tidak semena-menanya,”
halaman 4
Deby Vinsky:
“Saya menerapkan gaya
kepemimpinan yang
luwes, yang memungkinkan proses demokratisasi
berjalan,”
halaman 24
2
| HumanCapital | Nomor 02 | April 2004 |
D a r i R e d a k s i
Meriah
M
Sambutan Terhadap HC
ulai bulan Maret 2004 dipastikan Indonesia tidak lagi sama dengan masamasa sebelumnya. Alasannya, bukan karena riuh-rendah Pemilu atau halhal terkait politik lainnya. Tetapi, mulai bulan Maret lalu, secara rutin Tabloid
Human Capital atau sering disingkat HC mulai menemui kalangan pembaca
di Indonesia. Terdengar berlebihan? Mungkin juga. Namun, Pemimpin Umum HC Farid
Aidid punya alasan kuat untuk mendukung pernyataan itu. “Problem utama bangsa Indonesia adalah masalah sumberdaya manusia atau SDM, baik soal kualitas maupun attitude
yang tidak kondusif. Dengan kehadiran Tabloid HC, kami ingin ikut berkontribusi dalam
mengatasi masalah utama bangsa itu,” ujar
praktisi SDM kawakan tersebut.
Kehadiran Tabloid HC diyakini membuat
hari-hari dalam episode kehidupan anak bangsa berubah menjadi lebih dinamis, optimistis,
dan upaya serius memperbaiki diri. Kita semua
sepakat bahwa SDM adalah modal utama
perusahaan modern sehingga merek tabloid ini
(Human Capital) mencerminkan benar pemahaman semacam itu. Tabloid ini hadir pada
saat yang sangat tepat ketika SDM Indonesia
saat ini dihadapkan pada situasi yang amat
dilematis. Di satu sisi, tingkat pengangguran
kini diperkirakan mencapai rekor 44 juta orang,
yang berarti hanya satu dari setiap rumah
tangga yang bekerja. Di sisi lain, jumlah tenaga
kerja yang besar itu memiliki kualitas yang
tergolong pas-pasan. Sudah bukan rahasia lagi, kualitas angkatan kerja baru yang memasuki pasar tenaga kerja kurang sesuai dengan
kebutuhan pasar.
Kebutuhan terhadap tenaga kerja berkualitas itu semakin meningkat sejalan dengan globalisasi bisnis, yang ditandai dengan makin
banyaknya perusahaan multinasional atau
perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia. Proses “asingisasi” itu terus berlanjut dengan gencarnya divestasi perusahaan-perusahaan nasional yang masuk BPPN. Begitu pula
divestasi terhadap badan usaha milik negara
(BUMN). Kebutuhan terhadap SDM berkualitas
meningkat pula sejalan dengan upaya perusahaan Indonesia memasuki pasar global.
Kembali kepada Tabloid HC, yang memilih
positioning statement “Referensi Masalah
SDM”, maka kehadirannya ibarat “pucuk dicinta
ulam tiba”. “Tabloid ini hadir pada saat yang
tepat,” ujar sejumlah pejabat HR perusahaan
besar ketika bertemu dengan awak HC. Kami tidak menyebutkan nama mereka untuk
menjaga independensi pendapat mereka. Sebagian lain mengatakan, kehadiran HC
terlambat. “Seharusnya HC sudah hadir jauh sebelum krisis ekonomi,” ungkap beberapa
nara sumber kami lainnya. Apapun komentarnya, kehadiran HC memang sangat diperlukan
oleh bangsa ini.
Terbukti, edisi perdana Tabloid HC disambut dengan gembira oleh berbagai kalangan.
Meski distribusinya belum memuaskan karena masih banyak pembaca yang mengeluhkan
sulitnya memperoleh Tabloid HC, jumlah pelanggan yang mendaftarkan diri untuk
berlangganan minimal setahun penuh cukup mencengangkan. Padahal, Tabloid HC belum
dipromosikan di media massa ataupun di tempat-tempat publik lainnya. Beberapa pengecer
yang ditemui awak Tabloid HC juga menyatakan kegembiraannya. “Saya dan beberapa
teman masing-masing membawa 10 eksemplar. Rata-rata laku, paling-paling tinggal 1
eksemplar,” kata pengecer yang ditemui di sejumlah pom bensin kawasan Sunter dan
Kelapa Gading. “Kenyataan ini sungguh memberi dorongan kepada kami untuk terus
berbuat yang terbaik,” tukas Farid Aidid lagi.
Untuk mempromosikan Tabloid HC, kami ikut menjadi sponsor utama dalam penyelenggaraan Seminar “Outsourcing” yang diselenggarakan Apindo di Hotel Sahid Jakarta 23
Maret lalu. Seminar tersebut dihadiri sekitar
200 peserta, khususnya para pelaku bisnis di
bidang HR. Tabloid HC yang disediakan panitia
ludes dibawa para peserta.
Sebagai bagian dari upaya memuaskan
pembaca, mulai edisi April 2004 (edisi kedua)
Tabloid HC hadir lebih tebal (32 halaman) atau
8 halaman lebih banyak dari edisi perdana
namun harga tetap Rp 6.750 per eksemplar.
Penambahan jumlah halaman ini akan menambah citra eksklusif Tabloid HC yang tampil full
color, desain dan ukuran yang beda dibandingkan tabloid yang ada di Indonesia. Semuanya
bertujuan untuk memuaskan Anda, para
pembaca.
Dari sisi distribusi, mulai edisi April ini, Tabloid HC juga melakukan pembenahan total
dengan meningkatkan kehadiran (availability)
di kawasan-kawasan bisnis kota Jakarta, khususnya kawasan segitiga emas (Thamrin, Sudirman, Gatot Subroto, dan Kuningan). Selain
tersedia di gerai penjualan biasa, Tabloid HC
juga bisa diperoleh di gerai-gerai khusus macam drugstore hotel dan minimarket – khususnya dekat kawasan bisnis.
Mulai edisi April ini, wilayah distribusi Tabloid HC diperluas menjangkau kota-kota besar
pulau Jawa lainnya, seperti Bandung, Semarang, Yogyakarta, Solo, Surabaya, Malang, dan
sebagainya. Wilayah distribusi edisi perdana
memang hanya dibatasi di kawasan Jabodetabek. Melalui perluasan wilayah distribusi ini
diharapkan konsumen di berbagai kota lainnya
bisa mendapatkan Tabloid HC secara lebih mudah. Dengan demikian, efek perubahan yang
menjadi misi Tabloid HC bisa lebih luas
jangkauannya.
Kalau masih kesulitan mendapatkan Tabloid HC, Anda tinggal menelepon Sdr. Tatang/Tomy di nomor telepon (021) 5220575 untuk
minta dikirimi segera. Cara terbaik tentu dengan berlangganan langsung kepada kami
ataupun melalui para agen. Cara berlangganannya pun mudah: isi formulir berlangganan
yang ada di setiap Tabloid HC (yang asli maupun fotokopi) dan kirimkan ke nomor fax. (021)
52901024. Bisa pula Anda minta dikirimi formulir berlangganan melalui fax. dan setelah
diisi dikirim balik kepada kami. Bagi penikmat teknologi, permintaan berlangganan maupun
informasi bisa dilayangkan ke alamat e-mail: [email protected]. Jangan lupa
uangnya ditransfer ke bank kami, dan bukti transfer di faks kepada kami.
Selamat Datang di Era Baru, Era Human Capital, dan Selamat Membaca!
P emim
pin U
mum: Farid Aidid „ P emim
pin P
erusahaan: If tida Yasar „ W akil P
emim
pin P
erusahaan: Harry Sidharta „ P emim
pin
emimpin
Umum:
emimpin
Perusahaan:
Pemim
emimpin
Perusahaan:
emimpin
R edaksi: P. Muhammad „ R edaktur P
elaksana: Malla Latif „ R edaktur: Ratri Suyani „ K ontribut
or: Indraria Djokomono „ Ar
tistik:
Pelaksana:
ontributor:
Artistik:
er: Dimas Mamik „ Iklan: T. Muhtadi „ Sekre
taris R
edaksi: Rizma Maulina „ A dministrasi: Afiantomi
Joel Totok Apriyanto „ Fo t ograf
ografer:
Sekretaris
Redaksi:
edaksi/T
ata Usaha, Iklan&Pr
omosi: Setiabudi Building 2, 3rd Floor. Suite 305
„ Penerbit: PT Bina Semesta Giartha Lestari „ Alamat R
Redaksi/T
edaksi/Tata
Iklan&Promosi:
Jl. H. R. Rasuna Said Kav. 62 Jakarta 12920 Telp. 021-5220575 Fax. 021-52901024 E-mail: [email protected] „ Bank: a/n PT Bina
tak: PT Temprint.
encetak:
Semesta Giartha Lestari, CITI BANK Rek. No. 800333494690 „ Pence
3
| HumanCapital | Nomor 02 | April 2004 |
E t a l a s e
SEMINAR
OUTSOURCING
OLEH APINDO
Berangkat dari masih belum adanya kesamaan pemahaman di antara para pelaku
usaha, praktisi SDM, maupun pemerintah
tentang ousourcing, maka 23 Maret 2004
di Hotel Sahid Jakarta, Asosiasi Pengusaha
Indonesia (Apindo) menggelar Seminar
Outsourcing. Seminar yang dihadiri hampir
200 peserta dari berbagai perusahaan
tersebut dibuka oleh Stephen Z. Satyahadi,
Koordinator Jasa Keuangan Apindo, menghadirkan pembicara Sofyan Wanandi, Ketua
Umum Apindo, H. Hasanuddin Rahman, Ketua Apindo, N. Krisbiyanto, GM HR PermataBank, H. Anthony Hilman SH., MBA., dan
Dra. Endang Susilowati SH., MH., juga dari
Apindo.
Seminar menyoroti peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang ketenagakerjaan dan outsourcing, khususnya
UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Kesimpulan utama dari seminar
adalah agar pemerintah menyerahkan sepenuhnya pelaksanaan outsourcing kepada
para pengusaha. “Pemerintah jangan terlalu
ikut campur. Saat ini, pengusaha dihadapkan
oleh berbagai peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan yang sudah memberatkan dan kadang-kadang tumpang tindih,”
tukas Sofyan Wanandi. Di sisi lain, pemerintah tidak banyak berupaya membantu meringankan beban perusahaan agar tetap bisa
bertahan. “Outsourcing merupakan kebutuhan yang tidak terelakkan bagi banyak
pihak,” kata H. Hasanuddin Rahman.
GATHERING
PERSAELS
Bertempat di sebuah café besar kawasan
Senayan, bulan lalu perusahaan jasa
outsourcing Persaels mengadakan acara
gathering dengan para karyawan mereka
yang bekerja di banyak perusahaan lain,
seperti Citibank, ABN Amro, Bank Mandiri,
Telkomsel, dan sebagainya. Acara yang
dihadiri sekitar 300 karyawan tersebut
dimeriahkan oleh hiburan musik dan
sumbangan kreatifitas dari para karyawan
dari masing-masing perusahaan user, di
samping penarikan undian berhadiah bagi
karyawan yang beruntung. Acara bubar
mendekati tengah malam.
“Acara ini digelar sebagai wujud apresiasi
dan upaya retensi terhadap para karyawan
Persaels yang telah bekerja secara baik di
perusahaan-perusahaan klien,” ujar Iftida
Yasar, Presiden Direktur Persaels.
Sebagai perusahaan jasa outsourcing,
Persaels telah berkembang dengan cepat
dalam beberapa tahun terakhir. Klien mereka
adalah perusahaan-perusahaan besar di
bidang perbankan dan telekomunikasi
dengan menyerap sekitar 1.500 karyawan
Persaels. Tahun 2004, menurut Managing
Director Persaels Farid Aidid, perusahaannya
menargetkan jumlah karyawan outsourcing
bertambah menjadi 2.000 orang lebih.
“Peluang pasar masih terbuka lebar. Kami
perkirakan tahun ini permintaan karyawan
white colar outsourcing mencapai 15.000
orang,” katanya.
IBM MEMIMPIN
PASAR SERVER
2003
IDC melaporkan bahwa tahun 2003, IBM
memimpin pasar vendor server nomor satu
di dunia dengan pangsa pasar 31,6% berdasarkan pendapatan. IBM mampu menunjukkan performa yang baik selama 3 kuartal
pertama 2003 dan terus mempertahankan
kepemimpinan di kuartal keempat dengan
pangsa pasar 37,8%.
Di pasar server secara keseluruhan, pendapatan IBM meningkat 2,0% di kuartal keempat dan 2,3 poin sepanjang 2003. Di pasar server Unix, pangsa global IBM meningkat 4 poin selama 2003 dengan pertumbuhan sebesar 3,1 poin di kuartal keempat.
Pertumbuhan pendapatan IBM 2003 mencapai 12,0%. Penjualan server x86 meningkat 1,0% di seluruh dunia. Di segmen server
blade, IDC melaporkan IBM mampu mempertahankan posisi puncak dengan pangsa
pendapatan 43,5% dari pasar server blade
dunia di kuartal keempat. Di saat sama, IBM
memimpin pengiriman server blade dunia
dengan 38,3%, meningkat 22,7 poin
dibandingkan tahun 2002. Di segmen server
Linux, IBM meningkatkan pangsa pendapatannya 0,7% dengan pertumbuhan kuartal
keempat 68%.
HSBC
KITA SUMBANG
BEASISWA
Sebagai bagian dari program Corporate Social Responsibility HSBC Indonesia, dengan
nama program HSBC Kita, bulan lalu HSBC
Kita menyumbang 575 beasiswa senilai Rp
207 juta kepada murid-murid sekolah dasar
dari 14 propinsi di kawasan timur Indonesia. “Sebagai bank internasional yang sangat
peduli dengan masyarakat di mana HSBC
beroperasi, kami berharap bantuan ini dapat
menunjang keberlangsungan program
belajar di kawasan timur Indonesia,” ujar
CEO HSBC Indonesia Richard McHowat
dalam sambutannya. HSBC merupakan
wujud kepedulian HSBC di bidang pendidikan, lingkungan hidup, dan kegiatan social kemasyarakat
Penandatanganan perjanjian program
beasiswa dilakukan di Jakarta oleh Richard
dan Ketua Yayasan Pembangunan Masyarakat Kawasan Timur Indonesia, Andy Mappaganty. Penandatanganan disaksikan oleh
Menteri Negara Percepatan Pembangunan
Kawasan Timur Indonesia, Manuel Kaisiepo.
SISTEM IBM
BLADECENTER
UNTUK
TELEKOMUNIKASI
IBM baru saja meluncurkan IBM eServer
BladeCenter T, server blade yang unik untuk
memenuhi kebutuhan dan persyaratan
industri telekomunikasi yang ketat. Sistem
ini memenuhi standar Network Equipment
Building System 3 (NEBS 3) maupun European Telecommunications Standard Indus-
try (ETSI). Kecuali bertenaga besar, sistem
ini juga tahan terhadap temperatur tinggi,
goncangan keras, sambaran petir, kontaminasi udara, kebakaran, dan aliran elektrostatis. Hal ini membuat sistem server blade
ideal untuk aplikasi telekomunikasi tetap
maupun nirkabel yang hampir membutuhkan waktu uptime terus menerus. Acara
peluncuran dihadiri oleh Betty Alisjahbana,
CEO IBM Indonesia.
Selain untuk memenuhi permintaan
industri telekomunikasi, desain BladeCenter
T yang kokoh juga dapat dioperasikan dalam
lingkungan yang paling buruk di pasar-pasar
khusus, macam ruang angkasa dan operasi
militer. Produk ini telah dimanfaatkan PT
Pos Indonesia untuk layanan Jejak Lacak
Pos, yaitu layanan ekspres khusus ke luar
negeri, dan sistem operasional pembayaran.
PERESMIAN
PROFILE MODELING & GROOMING
COURSE CENTER
Profile Management, yang bergerak dalam
Modeling Agency, Training & Event Organizer, terus melakukan pengembangan
bisnis. Perusahaan yang tadinya bernama
Double Zero ini kini tidak lagi hanya melayani
jasa Modeling Agency. Di bidang jasa model
dan event organizer, klien Profile mencakup
banyak perusahaan besar dan lembaga
pendidikan desain. Bulan lalu, Profile
meresmikan unit bisnis yang baru: Profile
Modeling & Grooming Courses Center, yaitu
pusat pendidikan modeling dan kepribadian.
“Para lulusan program pendidikan ini
diharapkan benar-benar siap menjadi model
dan aktor professional, baik dari sisi
penguasaan teknik dan kepribadian maupun
kesiapan fisik,” ungkap Dizzy Sagita, Managing Director Profile Management.
Unit bisnis pendidikan ini menyediakan
4 jenis kursur buat para pesertanya, yaitu
Personality Course (menumbuhkan kepercayaan diri dan memiliki kepribadian yang
sempurna), Public Speaking Course (teknik
berkomunikasi di depan publik), Modeling
Course (mempersiapkan diri menjadi model,
foto model, dan model iklan), dan Acting
Course (menyiapkan Anda menjadi aktor dan
aktris handal di layar lebar maupun kaca).
Biaya pendidikan untuk kelas dasar adalah
Rp 3 juta (2 bulan), biaya kelas lanjutan Rp
3 juta (1,5 bulan), dan biaya kelas pendek
(1,5 bulan) untuk Public Speaking dan
Grooming Class Rp 1,5 juta, serta biaya kelas
pendek termasuk Acting Rp 2 juta. Pusat
pendidikan ini beralamat di Kemang III No.
9A, Jakarta Selatan.„
4
| HumanCapital | Nomor 02 | April 2004 |
F O K U S
PRO-KONTRA
OUTSOURCING
Praktik bisnis outsourcing yang telah lama dilakukan negara-negara
maju kini mulai berkembang di Indonesia, meskipun masih lebih tepat
disebut “labor contracting” ketimbang outsourcing yang sebenarnya.
Kegiatan mensubkontrakkan pekerjaan ini oleh sebagian kalangan
dianggap sebagai bentuk perbudakan baru atau memperlemah posisi
pekerja. Inilah solusi terhadap tingkat pengangguran yang begitu tinggi
saat ini dan kebutuhan perusahaan untuk benar-benar kompetitif. Di
mana letak pro-kontranya?
S
tidak adil. Rendahnya kemampuan manajerial Koperasi terhadap karyawan kontrak
ini ikut memperburuk situasi. Itu sebabnya,
lebih dari 6 bulan lalu, Koperasi memutuskan mendirikan perusahaan khusus menangani outsourcing tenaga kerja Bank BNI
dengan nama PT Persona Prima Utama
(PPU), yang mengambil-alih pengelolaan
karyawan kontrak Bank BNI dari Koperasi
Swadharma. “Dengan demikian, seluruh
urusan terkait dengan karyawan kontrak,
kini menjadi tanggung jawab perusahaan
ini,” ujar Basanto Purno, Direktur Utama
PPU, kepada Human Capital.
Persoalan pegawai kontrak di Bank BNI
itu membuka mata banyak pihak tentang
praktik outsourcing tenaga kerja yang
ternyata telah berlangsung di Indonesia.
Kendati yang ditonjolkan lebih kepada ekses
negatif dari kegiatan outsourcing. Media
massa memang lebih tertarik memberitakan
sisi negatif pegawai kontrak di Bank BNI.
“Itu karena media berprinsip good news
doesn’t sell,” ujar Eddy S. Tjahja, Managing
Director JobsDB.com, media sumberdaya
manusia (SDM) berbasis Internet.
Kenyataannya, kasus pegawai kontrak
di Bank BNI itu berdampak besar terhadap
pengembangan praktik outsourcing di Indonesia. Hal ini diakui oleh Iftida Yasar,
Presiden Direktur Persaels, sebuah perusahaan jasa bidang outsourcing. “Kasus Bank
BNI itu menjadi referensi buruk bagi
penerapan kegiatan outsourcing secara
mengharuskan Bank BNI menambah tenaga
etiap kali membicarakan istilah
kerja namun bukan permanen sifatnya. Para
outsourcing, maka hal yang pertama
pegawai tersebut dikontrak oleh Bank BNI
kali teringat adalah kasus pegawai
melalui Koperasi Swadharma milik Karyakontrak yang terjadi di Bank BNI. Para
wan dan Pensiunan Bank BNI. Dengan
pegawai kontrak Bank BNI berdemo di Bank
demikian, pegawai tersebut bekerja di Bank
BNI, DPR, dan kantor pusat Departemen
BNI, bukan karyawan Bank BNI melainkan
Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakerkaryawan Koperasi.
trans). Kondisi ini, tak pelak, mempengaruhi
Dalam salah satu klausul perjanjian
operasional Bank BNI. Puncaknya tahun
Eddy S. Tjahja. Pilihan yang win-win
kerja antara si karyawan kontrak dengan
2003 lalu, Pemerintah, dalam hal ini
Koperasi disebutkan, pegawai kontrak akan
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi
diangkat menjadi pegawai tetap Bank BNI
(Depnakertrans) bertindak sebagai mediabila ada formasi dan mereka lulus seleksi.
tor pertemuan tripartit (pemerintah, peruBila lulus, mereka menjadi pegawai tetap
sahaan, dan pekerja). Pertemuan itu mengBank BNI, dan jika tidak lulus, tetap menjadi
hadirkan Direktur Utama Bank BNI waktu
karyawan Koperasi. Inilah pangkal soalnya.
itu Saefuddien dan wakil para pekerja.
Terbatasnya jumlah karyawan kontrak yang
Hasilnya, seperti yang tersiar di berbagai
bisa diterima menyebabkan sebagian besar
media massa, pertemuan tersebut gagal
karyawan kontrak tetap berstatus karyawan
menghasilkan kesepakatan. Betapa panakontrak. Kondisi ini terasa menyakitkan bagi
snya suasana pertemuan itu terlihat dari
karyawan kontrak yang telah bekerja
dikejarnya mobil Saefuddien oleh wakil para
beberapa tahun dan berharap satu hari kelak
pekerja yang bertindak emosional. Badan
mereka diangkat menjadi karyawan tetap.
mobil tersebut digedor-gedor, dan mereka
Mereka berontak setelah sadar tidak lagi
meminta Saefuddien untuk turun. Berunberpeluang menjadi karyawan tetap Bank
tung, mobil yang ditumpangi Saefuddien
BNI.
berhasil meloloskan diri. Dan, pertemuan
Pihak Bank BNI merasa, karyawan
tersebut berakhir tanpa penyelesaian.
kontrak itu memaksakan kehendaknya di
Mediasi oleh Depnaker pun gagal.
luar perjanjian kerja yang telah disepakati
Lantas, apa yang sesungguhnya terjadi
sejak awal. Sementara, karyawan kontrak
di Bank BNI? Awalnya adalah ketika tahun
menilai, manajemen Bank BNI telah berlaku
2000, IMF menilai Bank BNI kelebihan
pegawai. Hasil ini diperoleh setelah konsultan
Struktur Angkatan Kerja, Pekerja dan Pengangguran Terbuka
bisnis Booz Allen Hamilton
Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Tahun 2002
yang diminta melakukan
Struktur Angkatan Kerja
Struktur Pekerja
Struktur Pengangguran
studi oleh IMF mengeTerbuka
luarkan rekomendasinya.
No.
Tingkat
Pendidikan
(Juta)
(%)
(Juta)
(%)
(Juta)
(%)
Bila Bank BNI ingin tetap
1
SD
dan
SD
ke
bawah
59,05
58,6
55,84
60,9
3,22
35,3
bertahan dan tidak ditu2
SMTP
17,49
17,4
15,34
16,7
2,15
23,5
tup, IMF meminta Bank
3
SMU
12,21
12,1
10,07
11,0
2,14
23,4
BNI untuk mengurangi
4
SMK
7,12
7,1
6,02
6,6
1,11
12,2
jumlah pegawai. Hingga
5
Diploma/Akademi
2,21
2,2
1,96
2,1
0,25
2,7
2001, Bank BNI berkutat
6
Universitas
2,69
2,7
2,42
2,6
0,26
2,8
dalam melakukan rightJumlah
100,77
100,0
91,65
100,0
9,13
100,0
sizing. Tetapi, perkemSumber
:
Sakernas-BPS,
2002
bangan yang terjadi pada
unit-unit bisnis Bank BNI,
profesional. Padahal, kejadian
itu hanya kasus saja karena
waktu itu manajemen outsourcing masih ditangani
koperasi.”
Saat Bank BNI menerapkan sistem pegawai kontrak
itu, praktik outsourcing tenaga
kerja masih relatif baru di Indonesia. Toh manajemen Koperasi Swadharma Bank BNI
mengambil hikmah dari kasus
tersebut dengan mendirikan
PT PPU sebagai wadah professional dalam mengelola pega-
5
| HumanCapital | Nomor 02 | April 2004 |
F O K U S
wai kontrak, khususnya untuk Bank BNI.
Terbukti sejak manajemen pegawai kontrak
diambil-alih PPU, tutur Direktur PPU I.K. Eko
Sumarno, tidak ada lagi masalah besar
muncul ke permukaan.
KENAPA HARUS OUTSOURCING?
Praktik outsourcing sebetulnya bukan
hal baru di dunia. Sebelum Perang Dunia II,
Kerajaan Inggris telah menerapkan hal ini
dengan merekrut serdadu Gurkha yang
terkenal dengan keberaniannya. Saat
Perang Dunia II berlangsung, 1945-1950,
Amerika Serikat adalah negara yang paling
banyak menerapkan outsourcing untuk
keperluan perang. Praktik outsourcing
kemudian berkembang luas di perusahaan
multinasional sejalan dengan perlunya
mereka beroperasi secara efisien dan fokus
terhadap bisnis mereka. Perancis kini
merupakan negara yang paling berkembang
dalam menerapkan outsourcing. Hampir
seluruh perusahaan Perancis, dalam
berbagai skala, menerapkan praktik outsourcing dalam menjalankan usaha.
Ada banyak hal yang mendorong berkembangnya kegiatan outsourcing. Alasan
utama, tentu saja, untuk efisiensi usaha.
Pakar manajemen Charles T. Fote, misalnya,
mengatakan untuk bisa efisien, perusahaan
jangan mengerjakan semua hal sendiri.
Selain lebih efisien, praktik outsourcing juga
mengurangi panjang dan rumitnya mata
rantai kendali manajemen usaha. Tanpa
outsourcing, perusahaan akan semakin
tambun sehingga tidak lincah bergerak.
Di sisi lain, perusahaan juga harus
semakin fokus pada bidang-bidang yang
dinilainya strategis, seperti dikatakan pakar
manajemen Al Ries. Fokus pada bidang
keahlian utamanya dan tidak lari kemanamana, termasuk mengurusi hal-hal tetek
bengek. Prinsip ini juga sejalan dengan
keyakinan bahwa ada jenis pekerjaan
tertentu yang memerlukan penanganan
khusus oleh tenaga-tenaga ahli tertentu.
Dalam industri rekayasa global, umpamanya, praktik outsourcing untuk tujuan ini
diterapkan secara meluas dalam industri
pesawat terbang, otomotif, dan permesinan
industri. Industri tersebut menyerahkan
pendesainan pesawat, mobil, atau mesin
kepada perusahaan khusus desain. Rancang-bangun mobil murah Maleo yang
rencananya diproduksi Indonesia di era
Habibie dilaksanakan oleh sebuah perusahaan Australia, yang juga mengerjakan
hal yang sama untuk perusahaan otomotif
lainnya.
Perusahaan otomotif Jepang menyerahkan sebagian besar pekerjaannya kepada
industri komponen yang memenuhi standar
mereka. Selanjutnya, seluruh komponen itu
dirakit di perusahaan otomotif tersebut.
Perusahaan otomotif tersebut hanya fokus
pada desain dan pengembangan rancangbangun, memproduksi komponen tertentu,
merakit, dan memasarkan mobil-mobil yang
telah ditempeli merek mereka.
Tengok pula apa yang dilakukan pemilik
merek sepatu olahraga terkemuka di dunia
macam Nike, Adidas, Fila, dan sebagainya.
Mereka hanya fokus pada pengembangan
desain sepatu, mendistribusikan, memasarkan, dan mengelola merek. Sedangkan
kegiatan produksinya diserahkan kepada
Pertumbuhan Ekonomi Dan Pengangguran Terbuka
Periode
1996
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
Jumlah
Angkatan
Kerja
(juta)
88,19
94,85
95,65
98,81
100,78
102,88
104,98
107,08
Angkatan Pertumbuhan Jumlah
Kerja
Ekonomi
Orang
Baru
(Persen)
Yg Bekerja
(juta)
(juta)
3,96
7,82
83,90
2,11
0,79
88,82
0,94
4,92
89,84
3,16
3,44
90,81
1,97
3,66
91,65
2,10
3,99
92,75
2,10
4,49
94,15
2,10
5,03
95,89
Tambahan
Lapangan
Kerja (Juta)
3,79
1,14
1,00
0,97
0,84
1,10
1,40
1,75
Pengangguran
Terbuka
(Juta)
4,29
6,03
5,81
8,00
9,13
10,13
10,83
11,19
(Persen)
4,86
6,36
6,07
8,10
9,06
9,85
10,32
10,45
Keterangan :
Untuk tahun 1996, 1999, 2000, 2001 dan 2002 menggunakan angka Sakerna-BPS. Untuk tahun 2000 tanpa propinsi
Maluku. Untuk tahun 2001 dan 2002 menggunakan definisi pengangguran terbuka yang disempurnakan dan termasuk
propinsi Maluku. Untuk tahun 2003 – 2005 menggunakan angka proyeksi BAPPENAS.
Perkembangan Kesempatan Kerja Di Sektor Formal
Status Pekerjaan
Berusaha Dengan Buruh Tetap
Perkotaan
Perdesaan
Nasional
2000
2001
Tahun
Perubahan
2002
Perubahan
1.002.252
1.030.275
2.032.527
1.342.678
1.446.200
2.788.878
340.426 1.
415.925
756.351
437.827
1.348.399
2.786.226
95.149
-97.801
-2.652
Pekerja/Buruh/Karyawan
Perkotaan
Perdesaan
Nasional
17.581.703 17.928.849
11.916.336 8.650.151
29.498.039 26.579.000
347.146 17.459.389
-3.266.185
7.590.404
-2.919.039 25.049.793
-2.652
-1.059.747
-1.529.207
Keseluruhan Pekerja Formal
Perkotaan
Perdesaan
Nasional
18.583.955 19.271.527
12.946.611 10.096.351
31.530.566 29.367.878
687.572
-2.850.260
-2.162.688
-374.311
-1.157.548
1.531.859
18.897.216
8.938.803
27.836.019
Sumber: Sakernas – BPS, 2002
Perusahaan perminyakan termasuk yang
paling banyak melakukan kegiatan outsourcing, baik
di dunia maupun di Indonesia.
Kegiatan yang disubkontrakkan tidak hanya
bidang transportasi, konsumsi, atau asuransi,
tetapi meluas ke berbagai hal strategis lainnya.
Mulai dari survei seismik untuk mencari cadangan
minyak dan gas hingga kegiatan eksplorasi
serta eksploitasi.
perusahaan-perusahaan lain yang tersebar
di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Mereka memberikan order produksi kepada
perusahaan-perusahaan yang mampu
memberikan biaya dan mutu produksi
terbaik. Dalam definisi umum, praktik
semacam ini termasuk kegiatan global
outsourcing, yaitu mensubkontrakkan
produksi ke banyak perusahaan di dunia.
Kegiatan bisnis semacam ini sering juga
disebut global sourcing, mereknya sama
namun diproduksi di banyak negara.
Perusahaan perminyakan termasuk
yang paling banyak melakukan kegiatan
outsourcing, baik di dunia maupun di Indonesia. Kegiatan yang disubkontrakkan tidak
hanya bidang transportasi, konsumsi, atau
asuransi, tetapi meluas ke berbagai hal
strategis lainnya. Mulai dari survei seismik
untuk mencari cadangan minyak dan gas
hingga kegiatan eksplorasi serta eksploitasi.
Mereka menyewa rig untuk eksploitasi
migas lepas pantai, dan menyerahkan
perawatan peralatan kepada ahli dari
Schlumberger, misalnya. Langkah Pertamina memperkenalkan praktik Kontraktor Production Sharing (KPS) sejak tahun 70-an,
sejatinya juga tergolong kegiatan outsourcing. Di situ, KPS diberi hak mengelola
blok-blok migas tertentu sebagai mitra
Pertamina.
Kecuali karena beberapa alasan di atas,
tidak dapat dipungkiri, ada juga perusahaan
multinasional yang menerapkan outsourcing dalam upaya menekan biaya buruh
atau tenaga kerja. Praktik global outsourcing
yang terjadi pada industri sepatu maupun
industri TPT (tekstil dan produk tekstil) –
dua industri yang sering disebut sebagai
sunset industry karena selalu mencari
lokasi dengan biaya produksi termurah –
tergolong pada kategori di atas. Merekmerek global itu selalu mencari negaranegara dengan biaya buruh murah untuk
basis produksi. Produk akhirnya dijual
dengan dolar, yang harganya bisa 10 kali
lipat dari harga pembelian merek tersebut
dari para produsen. Sementara, gaji tenaga
kerja tetap dibayar mengikuti standar minimum macam UMR (Upah Minimum Regional) atau UMP (Upah Minimum Propinsi).
Namun demikian, melimpahnya pasokan tenaga kerja dibandingkan lapangan
kerja yang tersedia, menyebabkan para
tenaga kerja tidak memiliki pilihan lain,
selain menerima fakta tersebut. Itu pulalah
yang terjadi di Indonesia, saat pengangguran
makin menjadi-jadi pasca krisis ekonomi
1997. Dewasa ini, tingkat pengangguran
telah mencapai 44 juta orang lebih akibat
lambatnya penciptaan lapangan kerja baru
dan terus bertambahnya tenaga kerja baru.
Artinya, rata-rata di setiap rumah tangga,
yang bekerja penuh hanya satu orang saja.
Sisanya menganggur. Hukum ekonomi
menyebut fakta ini sebagai seller’s market,
di mana pasokan buruh terlalu besar
dibandingkan permintaan, sehingga harga
buruh cenderung tertekan.
Dalam kondisi yang memprihatinkan ini,
outsourcing sangat membantu mengurangi
pengangguran tersebut. Para pekerja bisa
6
| HumanCapital | Nomor 02 | April 2004 |
F O K U S
mendapatkan pekerjaan, meskipun dalam
bentuk kontrak kerja dalam jangka waktu
tertentu (PKWT/Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu). Upah yang diterima bahkan bisa
lebih besar untuk pekerjaan tertentu karena
sifatnya kontrak. Pilihan bagi pencari kerja
adalah, menerima semua kondisi ini atau
tetap menjadi pengangguran. “Saya kira,
pilihan pertama jauh lebih baik,” tukas
Kemalsjah Siregar, Managing Partner Firma
Hukum Kemalsjah Chemby & Avriline.
Dengan bekerja, lanjutnya, karyawan
bisa bersosialisasi dengan baik dan mengasah keterampilannya. Jika ada lowongan
yang sesuai dan bisa memberikan gaji serta
fasilitas yang diharapkan, ia bisa melamar
untuk mengisi lowongan tersebut. Daripada
jadi pengangguran dan tinggal di rumah,
jelas ini sebuah pilihan yang jauh lebih baik.
“Manfaat utama outsourcing akan
sangat dirasakan oleh para lulusan baru
yang kesulitan untuk memasuki dunia
kerja,” kata Ismaila Tyastanto, Managing
Director PT HITSS Sumberdaya Nusantara
Konsultan, sebuah perusahaan jasa outsourcing. Kebanyakan perusahaan pemberi
jasa outsourcing (user) mencari tenaga
kerja berusia muda untuk menangani
bidang pekerjaan tertentu. Selain gajinya
lebih murah, anak-anak muda itu masih
mudah dididik, haus pengalaman, dan bisa
bekerja keras. Perusahaan tidak merasa rugi
jika harus memberikan pelatihan pembekalan bagi mereka dalam mengerjakan
tugasnya secara profesional.
Melalui perusahaan jasa outsourcing,
mereka bisa bekerja di perusahaan-perusahaan besar, meskipun bukan menjadi
karyawan perusahaan besar itu. Dalam
situasi normal, peluang bekerja di perusahaan besar itu belum tentu tersedia.
Apalagi, setelah krisis ekonomi, perusahaanperusahaan kini sangat berhati-hati menambah karyawan. Mereka ingin seramping
mungkin dan terhindar dari kompleksitas
aturan ketenagakerjaan. Konsekuensi dari
penambahan karyawan permanen tidak
hanya menyangkut gaji dan fasilitas, tetapi
Lumban Gaol: Pengertian
Outsourcing Perlu Diluruskan
Fenomena outsourcing sebenarnya
merupakan fenomena lama. Namun
belakangan gaungnya lebih keras karena
praktik outsourcing sudah diadobsi dan
marak dalam dunia bisnis. Namun belum
ada pemahaman tunggal mengenai outsourcing sendiri. “Dalam Undang-Undang
Ketenagakerjaan istilah outsourcing itu
sendiri tidak ada. Yang ada adalah pengalihan pekerjaan kepada pihak lain,” kata
Direktur Persyaratan Kerja Depnakertrans
S. Lumban Gaol.
Lumban menegaskan, ada perbedaan
mendasar antara outsourcing dalam dunia
bisnis dengan pengalihan pekerjaan kepada pihak lain dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan No 13 Tahun 2003. “Dalam
dunia bisnis semua pekerjaan bisa di-outsourcing, sedangkan dalam UU Ketenagakerjaan pekerjaan yang bisa diborongkan
kepada pihak lain, adalah pekerjaan yang
menurutnya sifatnya sebagai pekerjaan
penunjang , bukan pekerjaan pokok (core
business),” ujar Lumban.
Alumnus Fakultas Pascasarjana Ekonomi UGM ini, menjelaskan beberapa ciri
pekerjaan yang sifatnya penunjang. Di
antaranya, pekerjaan itu bisa dilakukan
dengan perintah langsung atau tidak
langsung, sifatnya menunjang pekerjaan
secara keseluruhan dan kalau diserahkan
kepada pihak lain tidak mengganggu
proses dari pekerjaan utama. “Jika pekerjaan yang diserahkan kepada pihak lain itu
terhenti, pekerjaan keseluruhan perusahaan menjadi ikut terhenti maka itu bukan
pekerjaan penunjang, melainkan pekerjaan utama,” jelas Lumban.
Pekerjaan seorang teller, Lumban
memberikan contoh, dalam bisnis perbankan termasuk pekerjaan utama, karena
kegiatan perbankan akan terhenti secara
keseluruhan kalau pekerjaan teller terhenti.
Oleh karena itu, tegas Lumban, pekerjaan
teller tidak bisa diborongkan atau diserahkan kepada pihak lain.
Menanggapi sanksi yang mungkin
dijatuhkan kepada pihak perusahaan yang
mengalihkan pekerjaan utama kepada
pihak lain, seperti mengalihkan pekerjaan
teller kepada pihak lain, Lumban menyatakan sanksi yang timbul terhadap pelanggaran itu adalah sanksi hukum. Artinya, demi
hukum, karyawan yang bekerja untuk
menangani pekerjaan utama harus menjadi karyawan dari perusahaan pemberi kerja
tersebut. “Tidak ada sanksi pidana, yang
ada hanya sanksi hukum.”
Bila pihaknya menemui pelanggaran
seperti itu, kata Lumban, maka Depnakertrans akan memaksa perusahaan yang
bersangkutan merekrut karyawan tersebut
menjadi karyawannya. “Demi hukum,
dengan sendirinya karyawan itu harus
menjadi karyawan perusahaan tersebut.”
Terhadap masih maraknya pelanggaran
terhadap ketentuan-ketentuan tersebut.
Lumban menyatakan bahwa sudah menjadi kewajiban bagi pemerintah untuk
melakukan pengawasan terhadap kemungkinan suatu pelanggaran, tetapi
masyarakat juga harus ikut membantu.
“Pada kenyataannya banyak orang yang
sudah tahu mengenai ketentuan ini, tetapi
mereka tidak mau mempertanyakannya
ketika diterima kerja di suatu perusahaan,
padahal mereka tahu perjanjian kerja
mereka tidak sesuai dengan ketentuan.”
Lumban juga menegaskan, pekerjaan
yang karena sifat, jenis maupun kegiatannya berlangsung secara terus-menerus
maka karyawan yang menangani harus
diangkat menjadi karyawan tetap. Seandainya dalam perjanjian awal karyawan
tersebut dalam status kontrak tetapi
kemudian terbukti pekerjaan itu bersifat
terus-menerus,” maka demi hukum statusnya berubah menjadi karyawan tetap.”
H. Hasanuddin Rahman (Apindo). Serahkan saja kepada dunia usaha.
juga dana pensiun dan jenjang karir. Oleh
sebab itu, mereka menyiasati kebutuhan
tenaga kerja akibat tuntutan perkembangan
usaha diisi melalui outsourcing.
Tidak semua kalangan internal perusahaan menerima praktik outsourcing ini
dengan tangan terbuka. Serikat Pekerja (SP)
dan karyawan tetap, misalnya, cenderung
menolak gagasan outsourcing ini. Mereka
khawatir praktik ini akan mengancam posisi
karyawan tetap dan mengacaukan sistem
remunerasi perusahaan. “Karyawan tetap
merasa was-was, setiap saat mereka bisa
saja diganti karyawan outsourcing atau bila
bagiannya di-outsource ke luar,” ujar
seorang karyawan senior sebuah bank yang
enggan disebutkan namanya.
Kekhawatiran ini, agaknya, terlalu
berlebihan. Kalaupun bagian dia dioutsource
ke luar, perusahaan juga tidak semenamena. Misalnya departemen atau divisi
teknologi informasi. Bila disubkontrakkan
kepada perusahaan penyedia jasa secara
penuh, mulai dari peralatan hingga SDMnya, ada satu perjanjian yang menyebutkan
seluruh karyawan departemen/divisi tersebut harus diambil-alih oleh perusahaan jasa
penerima outsourcing. “Otomatis, mereka
berubah status menjadi karyawan kami,
dengan sistem remunerasi yang bersaing,”
ungkap Andreas R. Diantoro, Managing Director Hewlett-Packard Indonesia. HP Indonesia menerima outsourcing peralatan TI
(PC, server, mainframe, printer, dan lainnya)
berikut pengelolaannya kepada perusahaanperusahaan yang beroperasi di sini. Jasa
penyewaan ini untuk produk PC disebut
dengan seat management. Selain menyediakan piranti keras, pengelolaan dan perawatan peralatan dilakukan sepenuhnya oleh orang-orang HP. “Ini akan membuat biaya
operasional dan investasi perusahaan bisa
ditekan,” tambahnya.
Tentang tuduhan praktik outsourcing
sebagai bentuk perbudakan baru atau modern? “Itu jelas tidak berdasar,” tukas Iftida,
Ismaila, dan Hasanuddin Rahman. Meski
mengaku ada juga perusahaan outsourcing
yang nakal, mereka menilai tuduhan itu
muncul dari orang yang tidak paham tentang
manajemen bisnis. Sebelum bekerja,
pekerja maupun perusahaan telah membuat
kesepakatan yang jelas dan saling menguntungkan. “Lagi pula, sebagian besar
perusahaan jasa outsourcing dimiliki atau
dikelola oleh orang-orang yang telah lama
bergerak di bidang SDM sehingga tidak
mungkin mereka semena-mena,” ungkap
mereka.
KONTROVERSI PERATURAN
Sejatinya, Indonesia belum memiliki
Undang-Undang atau Peraturan Hukum
yang secara jelas mewadahi kegiatan
outsourcing. Menurut Purbadi Hardjoprajitno, SH., dari Firma Hukum Purbadi & Associates, satu-satunya referensi hukum
tentang outsourcing adalah UU N0. 13/
2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal
64,65, dan 66. UU itu tidak menyebutkan
outsourcing, melainkan hanya tentang
perjanjian pemborongan pekerjaan dan
penyediaan jasa tenaga kerja. Dengan
demikian, sebuah perusahaan bisa memborongkan sebagian pekerjaan atau pekerjaan
tertentu kepada perusahaan pemborong
pekerjaan. Atau menyerahkan tenaga pengelola kepada perusahaan jasa penyedia
tenaga kerja. Meski tidak letterlijk menyebut
outsourcing, kedua hal itu kiranya bermakna
outsourcing.
Walaupun begitu, terdapat sejumlah
kerancuan pada pasal-pasal tentang
kegiatan outsourcing dalam UU No. 13
7
| HumanCapital | Nomor 02 | April 2004 |
F O K U S
tersebut, jika praktik pemborongan pekerjaan dan tenaga kerja itu dianggap sama
dengan outsourcing. Pasal 65 menyebutkan, pekerjaan yang dapat diserahkan
kepada perusahaan lain harus memenuhi
syarat-syarat berikut: dilakukan terpisah dari
kegiatan utama, dilakukan dengan perintah
langsung/tidak langsung dari pemberi
pekerjaan, merupakan kegiatan penunjang
perusahaan secara keseluruhan, dan tidak
menghambat proses produksi secara
langsung.
Pasal 66 menjelaskan, pekerja/buruh
dari perusahaan penyedia jasa pekerja/
buruh tidak boleh digunakan oleh pemberi
kerja untuk melaksanakan kegiatan pokok
atau kegiatan yang berhubungan langsung
dengan proses produksi (core business),
kecuali untuk kegiatan jasa penunjang atau
kegiatan yang tidak berhubungan langsung
dengan proses produksi (dalam penjelasan
Pasal 66 disebutkan, antara lain, cleaning
service, catering, satpam, usaha jasa
penunjang di pertambangan dan perminyakan, angkutan pekerja).
Benang merah dari kedua pasal itu
adalah adanya batasan jenis-jenis kegiatan
yang boleh diborongkan dengan yang tidak.
Di sinilah muncul ketidakjelasan atau
kerancuan penafsiran tentang UU tersebut.
S. Lumban Gaol, Direktur Persyaratan Kerja
Depnakertrans, menegaskan, ada perbedaan mendasar antara outsourcing dalam
dunia bisnis dengan pengalihan pekerjaan
dan tenaga kerja kepada pihak lain dalam
UU Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 itu.
“Dalam dunia bisnis, semua pekerjaan bisa
dioutsourcing, sedangkan dalam UU Ketenagakerjaan pekerjaan yang bisa diborongkan kepada pihak lain adalah pekerjaan yang
sifatnya penunjang, bukan pekerjaan pokok
atau core business,” ujarnya.
Ia memberi contoh, pekerjaan teller di
perbankan termasuk pekerjaan pokok,
karena kegiatan perbankan akan terhenti
secara keseluruhan kalau pekerjaan teller
terhenti atau terganggu. Oleh karena itu,
menurutnya, pekerjaan teller tidak bisa
diborongkan atau diserahkan kepada pihak
lain. Bila pihaknya menemukan pelanggaran, maka Depnakertrans akan memaksa
perusahaan bersangkutan merekrut karyawan tersebut menjadi karyawannya. “Tidak
ada sanksi pidana atas pelanggaran ini. Tapi
demi hukum, dengan sendirinya karyawan
itu harus menjadi karyawan perusahaan
Outsourcing adalah suatu
pendelegasian dari satu atau
beberapa proses bisnis kepada pihak luar di mana
pihak tersebut akan melakukan proses administrasi
dan proses manajemen tertentu berdasarkan
definisi dan ukuran kinerja tertentu, yang telah
disepakati bersama dalam satu kontrak kerja antara
pemberi kerja dan penyedia jasa.
Purbadi Hardjoprajitno.
UU tidak menyebut outsourcing
tersebut,” jawabnya.
Menurut DR. H. Hasanuddin Rahman,
Ketua DPN Apindo Bidang Hubungan Industrial & Advokasi, ketidakjelasan utama UU
tersebut adalah soal definisi core business
sebuah perusahaan. “Pemerintah dan
pelaku usaha memang belum sepaham
tentang banyak hal dari kegiatan outsourcing,” katanya serius. UU tersebut menilai
core business terkait dengan proses
produksi. Sementara kemajuan jaman
menyebabkan kegiatan produksi atau core
business itu bergeser.
Seperti produsen mobil Toyota di Jepang,
sebagian besar pengerjaan produknya
diserahkan kepada perusahaan lain. Di Indonesia, pabrik-pabrik otomotif juga menuju
ke sana. Paling-paling mereka hanya
memproduksi komponen penting macam
mesin, transmisi, dan axle. Sisanya diserahkan pengerjaannya kepada perusahaan
komponen. Bila UU itu diterapkan, praktik
bisnis global ini tidak cocok dan menjadi
terlarang.
Bagaimana dengan bisnis jasa? Sami
mawon. Teller dan layanan nasabah di
perbankan, misalnya, termasuk kegiatan
core business. Tapi, jika perusahaan
menetapkan fungsi teller bukan merupakan
Yanuar Nugroho.
Direktur The Business Watch Indonesia (BWI)
Fenomena outsourcing mulai mengemuka setelah adanya labour market flexibility (LMF) atau fleksibiltas tenaga kerja.
Outsourcing mendapat legitimasi setelah
pada pertengahan 2003 Bappenas mengeluarkan white paper yang digunakan
sebagai dasar pengelolaan tenaga kerja.
Tapi, menurut Direktur The Business
Watch Indonesia (BWI) Yanuar Nugroho,
white paper yang merupakan rekomendasi
ini cacat hukum. Karena stakeholder dalam pembuatan white paper itu hanya melibatkan pengusaha dan pemerintah saja.
“Semestinya dalam membuat kebijakan ini
harus bersifat tripartite, yakni melibatkan
buruh, pengusaha dan pemerintah.”
Di mata Yanuar, outsourcing merupakan suatu bentuk hubungan industrial
yang tidak menguntungkan buruh. Menurutnya, dengan sistem ini ada beberapa hak
buruh terpangkas. Selain itu, sistem ini
menimbulkan beban psikologis yakni jobinsecurity. “Dalam sistem ini pekerja tetap
akan berusaha masuk kerja, meski dalam
keadaan sakit, karena mereka takut
kontraknya tidak diperpanjang lagi.”
Pada sisi pengusaha, sistem outsourcing ini sangat menguntungkan. Dipaparkan Yanuar, dengan sistem ini pengusaha
tidak dibebani fix cost, seperti asuransi
kesehatan. Pengusaha juga tidak perlu
menanggung adanya inefisiensi dan tidak
perlu memberikan pesangon pada pekerja
ketika kontraknya habis.
Karena sangat menguntungkan, ujar
Yanuar, maka perusahaan atau pabrik
cenderung menggunakan tenaga kerja
kontrak. Forum Pendamping Buruh Na-
core business karena bisa digantikan oleh
mesin ATM dan delivery channel lainnya,
maka jabatan-jabatan tersebut kini mulai
di-outsourcing ke perusahaan lain karena
perusahaan merasa tidak efisien lagi
mengelolanya. Praktik ini dilakukan oleh
bank-bank global ataupun bank-bank besar
lokal. Bagi perbankan global, hal ini sudah
menjadi praktik bisnis global sehingga
mereka tinggal mengadopsinya di Indonesia. Bahkan, dalam bisnis kartu kredit,
proses bisnisnya banyak yang di-outsourcing ke perusahaan lain. Mereka
mengandalkan karyawan outsourcing untuk
mengelola bisnis, pemasaran, penagihan,
dan layanan nasabah.
N. Krisbiyanto, GM Human Resources
PermataBank, menangkap kesan adanya
kekeliruan penafsiran berbagai pihak –
termasuk pemerintah – saat ini terhadap
praktik outsourcing. “Yang terjadi di Indonesia sebetulnya baru pada taraf contracting, belum sampai ke outsourcing,” ujarnya
serius. Padahal, menurut Kris – begitu
sapaan akrabnya – dua hal itu sangat
berbeda. Kris mungkin benar. Apa yang
tertulis di UU Indonesia lebih berbau contracting ketimbang outsourcing. Dalam
kegiatan contracting, perusahaan pemberi
sional (FPBN) melakukan penelitian
terhadap 51 perusahaan di Jawa Timur yang
mempekerjakan sekitar 30.000 orang. Dari
hasil penelitian itu, kata Yanuar, 90% buruh
yang berstatus kontrak tidak mendapatkan
upah dan hak normatif seperti buruh tetap
dan yang diatur dalam Undang-Undang.
Buruh kontrak hanya menerima upah
pokok, uang makan dan transport, tidak
memperoleh Jamsostek (90%). Bahkan ada
yang menerima upah pokok saja (27%) dan
ada yang menerima upah pokok saja tetapi
di bawah UMR, yaitu PT. MK – Surabaya,
PT SBS – Gresik, PT YP – Sidoarjo
Mengenai perlindungan UU Ketenagakerjaan No 13 Tahun 2003 terhadap
karyawan, di antaranya pekerjaan pokok
tidak boleh dialihkan (outsourcing), Yanuar
mengatakan secara umum UndangUndang itu merugikan buruh karena
meligitimasi liberalisasi sektor perburuhan.
Undang-Undang Ketenagakerjaan yang ada
saat ini lebih longgar dibandingkan UU No
12 Tahun 1964 dan UU No 22 Tahun 1957.
“Makanya ketika UU No 13 Tahun 2003
keluar, para buruh melakukan protes.”
Terhadap pendapat para pebisnis, bahwa sistem outsourcing bisa menyerap tenaga kerja sehingga mengurangi pengangguran, Yanuar memang membenarkan.
Meski demikian, tingkat pengangguran
terselubung dan terbuka di Indonesia masih sangat tinggi. Tingkat pengangguran
yang diumumkan pada 2003 mencapai 42
juta orang. Tak berselang lama pengangguran naik 2 juta menjadi 44 juta orang.
“Data yang dikeluarkan BPS pada Januari
2004, pengangguran mencapai 44 juta.”
kerja berperan penuh dalam kontrol proses
bisnis dan atas kualitas kerja. Sementara
perusahaan penyedia jasa hanya menyediakan tenaga kerja dan mengikuti standard
proses bisnis.
Secara definisi, menurut Kris, outsourcing adalah suatu pendelegasian dari
satu atau beberapa proses bisnis kepada
pihak luar di mana pihak tersebut akan
melakukan proses administrasi dan proses
manajemen tertentu berdasarkan definisi
dan ukuran kinerja tertentu, yang telah
disepakati bersama dalam satu kontrak kerja
antara pemberi kerja dan penyedia jasa.
Untuk mengatasi ketidakjelasan peraturan ini, diperlukan peraturan pelaksana
yang menyempurnakan UU No. 13 2003 itu
berupa Keputusan Menteri Tenaga Kerja
(Kepmenaker). Salah satu kemungkinan,
menurut Drs. S. Sianturi, Ketua P4 Pusat,
adalah dengan memberikan batasan mana
pekerjaan yang tergolong core business dan
mana yang tidak untuk seluruh jenis
industri. Atau membuat daftar jabatan/
posisi yang termasuk core dan yang tidak.
“Bisa pula dengan memberikan kebebasan
bagi masing-masing perusahaan atau paling tidak masing-masing subsektor untuk
merumuskan sendiri pekerjaan yang
| HumanCapital | Nomor 02 | April 2004 |
8
F O K U S
KENAPA HARUS
OUTSOURCING?
SURVEI the Society for Human Resources Management (SHRM) terhadap
393 profesional HR terpilih di Amerika
mengungkap alasan-alasan yang mendorong mereka untuk melakukan outsourcing.
z Penghematan uang (26%)
z Fokus pada strategi (23%)
z Meningkatkan tata-kelola (22%)
z Meningkatkan akurasi (18%)
z Kurangnya pengalaman internal
(18%)
z Mendapatkan manfaat dari
kemajuan teknologi (18%)
z Menawarkan jasa yang tidak bisa
dilakukan sendiri (17%)
z Fokus pada bisnis inti (15%)
z Lainnya (5%)
z Tidak melakukan outsourcing (47%)
tergolong core dan non-core,” ujarnya.
Mewakili kalangan pengusaha, Hasanuddin Rahman juga meminta pemerintah
untuk menyerahkan sepenuhnya kepada
perusahaan untuk menentukan kegiatan
yang di-outsourcing dan yang tidak. “Perusahaanlah yang paling tahu tentang jenis
kegiatan yang perlu di-outsourcing dan
mana yang tidak. Yang penting, perusahaan
melakukannya tanpa merugikan siapapun,”
tukas Ketua Tim Perumus RUU Ketenagakerjaan Apindo/Kadin Indonesia itu. Hal
senada disampaikan Sofjan Wanandi, Ketua
Umum Apindo. “Kita semua harus realistis.
Ekonomi masih sulit, sementara peraturan
ketenagakerjaan begitu banyak dan ada
yang tumpang tindih. Bagi perusahaan,
outsourcing adalah pilihan yang tidak
terhindarkan,” tegasnya serius.
Di tengah persaingan bisnis yang
menajam, perusahaan punya hak untuk
melakukan strategi bisnis yang memungkinkan mereka untuk bertahan dan berkembang. Tanpa kehadiran perusahaan yang
sehat dan berkembang, penciptaan lapangan kerja sulit terwujud. Tanpa dukungan karyawan prefesional, perusahaan juga
sulit berkembang. Keduanya berkaitan erat
satu sama lain.
Hanya saja, menurut Ismaila, pemerintah tidak perlu terlalu jauh ikut campur
tangan mengatur bisnis outsourcing. “Di
manapun, pemerintah yang terlalu mengatur hasilnya malah tidak baik,” tegasnya.
Salah satu ekses dari UU Ketenagakerjaan,
para pegawai Depnakertrans kerap memataimatai dan menginterogasi pegawai kontrak
di berbagai perusahaan. Niat baik Depnakertrans untuk melindungi kepentingan
pekerja seringkali menimbulkan masalah,
khususnya mengganggu ketenangan bekerja para karyawan perusahaan tersebut.
Dikhawatirkan tindakan seperti ini menimbulkan ekses lain, seperti upaya pemerasan,
suap-menyuap, dan sejenisnya.
Eddy S. Tjahja malah mempertanyakan
apakah praktik outsourcing sudah saatnya
untuk diatur. “Bisnis ini masih terlalu kecil
untuk disebut sebuah industri di Indonesia. Pengaturan kiri-kanan justru membuat
kerja terhadap karyawan kontrak terus
bisnis ini tidak berkembang,” tambahnya.
diperpanjang.
Pengaturan yang terlalu rigid akan
menyulitkan dalam pelaksanaannya karena
SEBUAH KENISCAYAAN
semakin kompleksnya manajemen perusaSatu hal yang pasti, praktik bisnis
haan, berkembangnya bentuk-bentuk baru
outsourcing sudah menjadi keniscayaan
pengelolaan pekerjaan yang tidak dikenal
bagi perusahaan. Di negara maju macam
sebelumnya, baik karena kompetisi mauAmerika, dari hari ke hari semakin banyak
pun globalisasi bisnis melalui kehadiran
fungsi organisasi yang disubkontrakkan
perusahaan multinasional.
kepada perusahaan lain yang lebih pakar dan
Nafas dari peraturan yang dibuat
efisien di bidangnya. Fungsi dan proses
pemerintah tentu untuk melindungi kepenbisnis di bidang teknologi informasi (TI)
tingan berbagai pihak, khususnya tenaga
diserahkan kepada perusahaan TI raksasa
kerja. Tidak seperti di luar negeri, Drs. S.
seperti IBM dan HP yang lebih ahli di
Sianturi berpendapat, praktik outsourcing
bidangnya. Kedua raksasa ini melayani
di Indonesia lebih banyak dilakukan untuk
outsourcing penuh di bidang TI, mulai dari
menekan biaya tenaga kerja. Hal itu terlihat
perangkat keras, lunak, hingga SDM,
dari hubungan kerja yang selalu dalam
melalui IBM Services dan HP Services.
bentuk kontrak, upah lebih rendah, jaminan
Fungsi dan proses bisnis audit diserahsosial dalam batas minimal, tidak adanya
kan kepada perusahaan audit terkemuka
job security, dan tidak adanya jaminan
seperti PricewaterhouseCopper, Ernst &
pengembangan karir.
Young, Deloitte, dan banyak lagi. Oleh
Pendapat yang lebih kritis disampaikan
perusahaan audit raksasa ini, pengerjaan
oleh Yanuar Nugroho, Direktur The Business
audit yang bersifat teknis dioutsourcing lagi
Watch Indonesia. “Outsourcing mengakepada perusahaan audit yang lebih kecil.
burkan bentuk hubungan industrial yang
Begitu pula fungsi dan proses bisnis
tidak menguntungkan buruh. Ada beberapa
hak buruh yang terpangkas
dan bila ada perselisihan,
terjadi saling lempar tanggung jawab antara perusahaan pemberi pekerjaan
dengan perusahaan penyalur tenaga kerja,” ungkapnya. Yanuar menilai, konsekuensi terbesar dari outsourcing adalah munculnya job insecurity. Selain
mereka bekerja hanya selama masa kontrak yang relatif pendek, ketidakpastian pekerjaan juga muncul
selama masa kontrak kerja
berlangsung. “Meski dalam keadaan sakit, si pekerja akan tetap masuk
kerja karena takut kontrakDrs. S. Sianturi (P4 Depnaker). Lebih
nya tidak diperpanjang.”
banyak menekan upah?
Kritik semacam ini
manajemen SDM yang disebut dengan HR
perlu menjadi masukan bagi perusahaan
Outsourcing – meliputi pengelolaan gaji dan
pemberi kerja maupun perusahaan penerilayanan informasi SDM. Nilai total outma kerja melalui outsourcing. Anggapan
sourcing proses bisnis (Business Process
bahwa outsourcing sebagai bentuk perbuOutsourcing) bidang SDM di Amerika
dakan baru atau perbudakan modern harus
diperkirakan tumbuh dari US$2,5 miliar
direspons secara bijak. UU No. 13 2003
menjadi US$15 miliar tahun ini. Sungguh
telah menggarisbawahi bahwa perlindungan
sebuah nilai yang sangat besar. Belakangan,
dan syarat kerja karyawan kontrak minimal
outsourcing proses bisnis di bidang pelasama dengan yang berlaku di perusahaan
tihan dan pembelajaran juga semakin
pemberi pemborongan pekerjaan. Maknanya
menjadi tren.
jelas. Karyawan outsourcing yang ditemApakah dunia kiamat dengan meluasnya
patkan di satu perusahaan harus memperpraktik outsourcing ini? Tentu saja tidak.
oleh gaji dan fasilitas yang sama dengan
Bahkan di negara Jepang sekalipun, yang
karyawan tetap level yang sama di perusadikenal dengan filosofi kerja seumur hidup
haan itu atau minimal mendapatkan hak(lifetime employment), praktik outsourcing
haknya sesuai dengan peraturan yang
meluas pula diterapkan. Jaman terus
berlaku.
berubah dengan berbagai konsekuensinya.
Pelanggaran atas ketentuan ini harus
Hari ini, kita mungkin masih belum siap dan
secepatnya dikoreksi. Bagaimanapun, para
merasa tidak nyaman dengan status
karyawan kontrak adalah asset utama
pegawai kontrak itu. Beberapa tahun lagi,
p e r u s a h a a n j a s a o u t sourcing. “Kesemuanya bisa saja berubah seiring dengan
sejahteraan mereka perlu diperhatikan agar
berubahnya paradigma dunia kerja. Bagi
mereka bekerja secara sungguh-sungguh,”
profesional berprestasi, status karyawan
Finny Widiyanti, Senior Manager PT Solusi
kontrak itu bukanlah sesuatu yang perlu
M i t r a K e r j a , mengingatkan. Bila klien
dirisaukan.
puas, kontrak kerja dengan perusahaan jasa
Apa yang perlu dilakukan kini adalah sooutsourcing itu tentu akan terus diperpansialisasi praktik outsourcing ini secara bejang. Hal itu juga menyebabkan kontrak
nar. Sosialisasi itu harus dilakukan pemerintah bekerjasama dengan para pelaku bisnis.
Sosialisasi terbaik tentunya melalui pemberian contoh positif oleh perusahaan jasa outsourcing dalam mengelola karyawan kontrak. Kecuali itu, sosialisasi perlu untuk
memberikan gambaran bahwa outsourcing
tidak hanya untuk pegawai rendahan atau
kelas asisten manajer.
Auditsi, sebuah perusahaan jasa outsourcing di Indonesia, bahkan melayani pula
outsourcing hingga level Presiden Direktur
atau Chief Executive Officer (CEO). Sebuah
perusahaan besar asing kini sedang mencari CEO untuk dikontrak 2 tahun dengan gaji
US$10.000 plus bonus US$5.000 per bulan
(total US$15.000 per bulan). Penghasilan
yang sangat besar untuk ukuran Indonesia, bukan?
Sosialisasi perlu juga dilakukan kepada
perusahaan-perusahaan pemakai jasa
outsourcing agar mereka memahami betul
filosofi dasar dari kegiatan outsourcing ini,
yaitu untuk mendapatkan biaya yang efektif
(cost effective). Ada perusahaan yang salah
kaprah menerapkan prinsip cost effective
ini dengan benar-benar menekan biaya.
Padahal, prinsip itu bermakna mengeluarkan biaya yang tepat guna. “Perusahaan
harus melihat mana biaya tetap yang bisa
diubah menjadi biaya variabel,” tutur Ismaila.
Baik Iftida maupun Ismaila meminta
perusahaan untuk bertindak bijak dengan
mau membayar sedikit lebih mahal sehingga
kualitas yang diperoleh user jauh lebih bagus.
“Kalau maunya murah-murah melulu,
hasilnya juga tidak akan bagus,” tukas
mereka di tempat terpisah.
Kemauan berbagai pihak untuk terus
menyempurnakan pelaksanaan praktik
outsourcing diyakini akan mempercepat
perkembangan bisnis outsourcing secara
profesional. Tahun ini, eksekutif Persaels
Farid Aidit memperkirakan kebutuhan
karyawan outsourcing baru sekitar 15.000
pegawai. “Setidaknya hal ini bisa membantu
penyerapan tenaga kerja dan mengurangi
pengangguran,” tukasnya.
Terobosan dalam penciptaan lapangan
kerja baru memang perlu diambil pemerintah
mengingat tingkat pengangguran yang terus
bertambah dan berkurangnya kesempatan
kerja di sektor formal sejak 2001 hingga
2003. Pemerintah sendiri, menurut Direktur Ketenagakerjaan dan Analisis
Ekonomi Bappenas Dr. Ir. Bambang Widianto, MA., menilai perlunya diterapkan Flexible Labor Market Policies, antara lain,
dengan outsourcing.
Kebijakan tersebut bertujuan untuk
menciptakan kesempatan kerja di sektor
yang relatif modern, memungkinkan perpindahan pekerja dari pekerjaan dengan produktivitas rendah ke pekerjaan yang memiliki
produktivitas lebih tinggi, dan mempertahankan atau meningkatkan kesejahteraan bagi
mereka yang masih berada di sektor informal.
Di tengah keterpurukan perekonomian
saat ini, tidak banyak pilihan yang tersedia
bagi angkatan kerja. Mereka dihadapkan
pada pilihan bekerja dengan kondisi yang
kurang memuaskan atau tetap menganggur. Tumbuhnya bisnis outsourcing profesional diharapkan memperbaiki pilihan
sulit itu.„
9
| HumanCapital | Nomor 02 | April 2004 |
F O K U S
MEMERAS KERINGAT
PEGAWAI KONTRAK?
Perusahaan jasa outsourcing tenaga kerja sering dituduh hidup dari memeras keringat pegawai kontrak
karena memotong bagian tertentu dari hak karyawan. Seharusnya, perusahaan jasa outsourcing hidup dari
fee atas jasa yang telah diberikannya. Bagaimana fakta sebenarnya?
K
etika berbicara tentang outsourcing,
pertimbangan ekonomi dan efisiensi
selalu menjadi alasan utama perusahaan melakukan outsourcing. Sebagian
perusahaan menerjemahkan alasan ekonomi dan efisiensi itu dengan menekan
paket penghasilan yang diberikan kepada
karyawan kontrak, baik secara langsung
maupun melalui perusahaan jasa outsourcing. Perusahaan telah memiliki gambaran biaya total bila seluruh pekerjaan atau
jabatan itu dikerjakan oleh pegawai tetap.
Kalkulasi itu menjadi dasar bagi perusahaan
untuk berbicara dengan perusahaan jasa
outsourcing tenaga kerja tentang total biaya
yang bisa mereka ke luarkan untuk outsourcing.
Cara berhitung seperti itu wajar-wajar saja. Namun, seharusnya perusahaan pemberi
kerja tidak membabi-buta menggunakan
kalkulasi seperti itu. Manfaat ekonomis
utama dari outsourcing sebetulnya bukan
terletak pada penghematan gaji yang bisa
diperoleh akibat outsourcing. Sebab, kalau
hal itu dilakukan, besarnya penghematan
gaji itu tidaklah seberapa. Manfaat utamanya, di antaranya, perusahaan tidak harus
lagi mengurusi berbagai persoalan terkait
dengan karyawan yang biasanya cukup
memusingkan, termasuk jenjang karir, hak
cuti, pesangon jika berhenti, hak pensiun,
dan persoalan attitude karyawan. Manfaat
lanjutannya, rentang kendali perusahaan
tidak terlalu panjang dan perusahaan bisa
lebih fokus pada aspek strategis perusahaan, khususnya pada upaya peningkatan
kinerja bisnis perusahaan.
Ketentuan perundang-undangan (UU
No. 13 2003) cukup jelas mengatur besaran
gaji dan fasilitas yang menjadi hak karyawan
kontrak. Besarnya harus sama dengan yang
diterima oleh pegawai tetap untuk posisi
yang sama. Perusahaan pemberi kerja berukuran besar, termasuk perusahaan multinasional, cukup konsisten menerapkan
“nyawa” dari UU itu. Caranya, mereka memberikan fee yang besarnya bervariasi kepada
perusahaan jasa outsourcing atas jasa yang
telah mereka berikan. Ada perusahaan yang
memberikan fee 20-25% atas total remunerasi yang diperoleh para karyawan kontrak
itu kepada perusahaan jasa outsourcing.
Jika nilai remunerasi 300 karyawan kontrak
dari perusahaan jasa outsourcing tertentu
sekitar Rp 300 juta per bulan, maka perusahaan jasa outsourcing itu memperoleh
fee bruto Rp 60-75 juta per bulan. Bayangkan, jika perusahaan semacam Persaels
atau HITTS memiliki karyawan kontrak
sekitar 1.000-1.500, maka nilai fee yang
diperoleh cukup besar.
Tapi, tunggu dulu. Nilai fee itu masih
bersifat kotor karena perusahaan jasa
outsourcing harus pula membayar gaji
belasan hingga puluhan karyawan mereka,
biaya operasional perusahaan, dan biaya
sewa kantor. Kadang-kadang perusahaan
jasa outsourcing memberikan pelatihan dan
hadiah-hadiah bagi para karyawan kontrak
mereka, dari produk elektronika hingga jalanjalan ke luar negeri. Langkah ini sebagai
bagian program apresiasi dan program
retensi terhadap karyawan kontrak berprestasi.
Meski fee itu tampak lumayan, tak ayal,
perusahaan jasa outsourcing kadangkadang harus pula menanggung risiko
keterlambatan pembayaran gaji oleh perusahaan pemberi kerja. Repotnya, keterlambatan itu bisa mencapai 2-3 bulan. Bila
total gaji yang harus dibayarkan ratusan juta
hingga satu miliar lebih per bulan, bisa
dibayangkan betapa besarnya dana talangan
yang harus disediakan oleh perusahaan jasa
outsourcing itu. Fee yang nilainya lumayan
besar itu bisa tidak berarti jika keterlambatan pembayaran gaji ini mencapai dua
bulan lebih.
Bagi perusahaan jasa outsourcing,
kondisi semacam ini menjadi dilematis.
Merasa hal ini menjadi konsekuensi dari
persetujuan untuk menerima pekerjaan dari
klien, perusahaan jasa outsourcing tetap
harus mencarikan dana agar gaji para
karyawan kontrak itu bisa dibayar tepat
waktu. “Soal pembayaran gaji tepat waktu
ini satu hal yang wajib dilaksanakan
perusahaan jasa outsourcing karena sangat
sensitif,” ujar Ifitida Yasar, Ismaila, dan
Basanto dari perusahaan jasa outsourcing.
10
| HumanCapital | Nomor 02 | April 2004 |
F O K U S
Sangat beruntung perusahaan jasa
outsosurcing PT Persona Prima Usaha
(PPU), yang menempatkan sekitar 1.500
karyawannya di Bank BNI. Sebagai anak
perusahaan koperasi karyawan dan pensiunan Bank BNI, PPU relatif tidak menghadapi
persoalan dalam menyediakan gaji karyawan ini karena Bank BNI sangat tanggap
dalam menyediakan gaji para karyawan
kontrak. Menurut I.K. Eko Sumarno, Direktur PPU, biasanya para karyawan kontrak
PPU gajian setiap tanggal 24, sehari lebih
cepat daripada jadwal gajian pegawai tetap
Bank BNI. “Paling-paling kalau kami ada
uang, menalangi uang cuti dan pesangon
karyawan kontrak,” ucapnya. Atas jasanya
itu, PPU memperoleh fee tertentu, yang
besarnya dirahasiakan manajemen PPU.
Uang fee itu digunakan untuk membayar
gaji sekitar 18 karyawan dan manajemen
PPU serta biaya operasional lainnya.
Tak seluruh perusahaan pemberi kerja
memberikan fee sebesar angka di atas.
Cukup banyak perusahaan yang memberikan fee jauh lebih kecil dari jumlah itu.
Akibatnya, perusahaan jasa outsourcing
terpaksa memotong – maksimal 10% - gaji
karyawan untuk menutupi biaya operasional
mereka. “Potongan hingga 10% itu masih
wajar karena perusahaan jasa outsourcing
juga harus membayar biaya operasional yang
tidak sedikit,” kata H. Hasanuddin Rahman,
Ketua Apindo. Praktik pemotongan seperti
ini sulit memperoleh konfirmasi dari
perusahaan jasa outsourcing. “Yang jelas,
kami tidak melakukannya,” ujar Iftida Yasar
dari Persaels dan Finny Widiyanti dari PT
Solusi Mitra Kinerja.
Iftida dan Finny menambahkan, sumber
pendapatan perusahaannya adalah management fee yang ditentukan saat melakukan
deal dengan pihak pemberi kerja. Selain itu,
lanjutnya, perusahaannya juga meminta
hak-hak yang sama bagi karyawan kontrak
dengan para karyawan tetap. “Negosiasi gaji
langsung dilakukan oleh karyawan kontrak
dengan user. Kami pun tidak memungut
sepeser pun dari gaji mereka,” tukasnya.
Bila benar demikian, sungguh bersyukur
para karyawan yang bekerja untuk perusahaan jasa outsourcing seperti itu. Bukannya
“memajaki” mereka, perusahaan jasa
outsourcing bahkan juga ikut memperjuangkan agar karyawan memperoleh hak-
hak semaksimal mungkin. Seperti di Bank
BNI, karyawan kontrak yang bekerja untuk
PPU juga memperoleh gaji dan tunjangan
yang relatif sama dengan karyawan tetap.
Gaji dan tunjangan yang diterima persis
sama dengan karyawan tetap. Perbedaan
hanya pada bonus kinerja tahunan, yang
selama ini dikenal dengan istilah jasa
produksi. Seorang asisten manajer kontrak
juga memperoleh bonus tetapi jumlahnya
lebih kecil dari asisten manajer tetap.
“Selebihnya sama nilainya, termasuk
tunjangan hari raya dan pesangon,” tukas
Basanto Purno.
Kalau begitu, apa manfaat utama dari
kegiatan outsourcing bagi Bank BNI? Dari
sisi biaya, diakui Basanto dan Eko Purnomo,
Bank BNI mungkin mengeluarkan biaya
APA KATA KARYAWAN OUTSOURCING?
SOLISTYORINI
Resepsionis/Operator Seluler
DIAJAK TEMAN. Itulah yang terjadi pada Rini, sapaan akrabnya, saat ditanya awal
ia bekerja di Persaels. Sebelumnya, ia juga
pernah bekerja di perusahaan lain melalui
jasa outsourcing, tapi ia mengaku kurang
cocok dengan perusahaan outsourcing tersebut. “Soal outsourcing sebenarnya cocok-cocokan saja,” ujar Rini dengan antusias.
Sesungguhnya, Rini sudah enggan
bekerja lewat jasa perusahaan outsourcing. “Tapi karena dapat yang seperti ini,
mau tidak mau. yang penting saya bisa bekerja di Telkomsel kendati tidak bisa menjadi karyawan tetap di tempat itu,” ia berujar.
Target yang ia kejar adalah pengalaman.
Rini dengan mendapat pengalaman bekerja
di perusahaan yang besar dan bagus,
otomatis untuk bekerja di tempat lain akan
mendapat prioritas. “Kita disini memang
cari pengalaman, cari kesempatan supaya
dapat yang lebih bagus. Menurutnya,
pengalaman sangat dibutuhkan mengingat
susahnya bekerja di Jakarta jika tidak
mempunyai pengalaman. Lewat jasa
agency, adalah jalan keluarnya.
Sebelum menerima tawaran di sebuah
BARUS Asal Pardingotan,
Collection Department Credit Risk
Operation Bank Asing
PERKENALAN dengan Persaels lewat
operator seluler, ia sempat dipanggil dua
kali oleh Persaels untuk bekerja di
perusahaan klien Persaels yang lain. Tapi
ia tidak tertarik untuk bekerja di tempat
tersebut. Barulah ia menerima pekerjaan
setelah ia ditawari bekerja di perusahaan
sekarang. “Saya memang ingin sekali kerja
di sini. Makanya saya ambil,” tuturnya.
Relasi Persaels yang dinilai Rini sangat baik
dan bagus membuat ia merasa betah
bekerja.
Dua kali ditawari Persaels, ia mengaku
melakukan negosiasi sendiri dengan user.
Namun, untuk yang kali ini, ia malah tidak
lagi. Persaelslah yang turun tangan
negosiasi dengan perusahaan tersebut. Ia
mengaku gaji yang diterimanya masih
tergolong wajar.
Untungnya kerja di perusahaan sekarang bagi Rini adalah ia merasa tidak dibedakan dengan karyawan tetap. “Yang beda
hanya soal benefit saja. Staf perusahaan
lebih diutamakan, kendati kita juga dapat,”
tukas Rini yang merasa senang karena
perusahaan tempatnya bekerja sekarang
juga memberikan asuransi kesehatan bagi
karyawan kontraknya.„
rekomendasi temannya yang sudah bekerja
di sebuah bank asing, membuahkan hasil.
Akhirnya ia bisa bekerja di perusahaan bank
terkemuka yang diincarnya. “Sekarang ini
sedang berkembangnya perusahaan outsourcing untuk membantu kebutuhan
perusahaan lain Itu alasan kenapa saya
tertarik bergabung di outsourcing seperti
itu,” ujar Barus.
Barus menegaskan, ia lebih melihat ke
arah positifnya dalam bekerja lewat jasa
agency. “Yang pasti, kita disana diberi training untuk mengembangkan potensi yang
ada dalam diri kita,” ujarnya. Dari segi
negatif, ia hampir merasakan tidak ada
ruginya. “Mungkin ada dari beberapa hal
teknis. Misalnya urusan asuransi dan
semacamnya,” lanjut Barus yang mengaku
baru pertama kali bekerja lewat jasa
perusahaan outsourcing.
Berbeda jika ia harus mencari sendiri
ke perusahaan lain. Tanpa jasa outsourcing, ia adalah single fighter. “Artinya, kita
mencari sendiri, menjalin dengan perusahaan sendiri. Kalau terjadi apa-apa tidak
ada yang membackup,” papar Barus.
Sedangkan di perusahaan outsource,
ia mengaku bernaung di sebuah lembaga
atau perusahaan yang mau memikirkan
anaknya dengan membekali berbagai hal.
Mulai dari training, pengetahuan tambahan, pelatihan-pelatihan yang sesuai dengan pekerjaan yang akan ia jalani. “Itu
merupakan hal yang lebih penting,” jelas
Barus yang sejauh ini belum berniat pindah
ke perusahaan lain.
Wajar jika Barus masih ingin tetap bekerja lewat Persaels mengingat salary yang
ia terima sejauh ini sangat memuaskan.
Averagenya, ia bisa dapatkan Rp2 juta per
bulan. “Di bank ini, salary setiap bulannya
berbeda-beda karena biasanya kita ada over
time dan insentif lain,” tukasnya kembali.
Proses pembelajaran setiap hari dalam
bekerja, menambah pengetahuan dan
pengalaman untuk dirinya. Pada akhirnya,
ia mengaku akan ada peluang-peluang
untuk menjadi pegawai tetap atau mencari
pekerjaan di tempat lain yang lebih baik.
“Kendati kita hanya dikontrak di perusahaan sekarang. Akan ada kriteria-kriteria
yang akhirnya akan membuka peluang
untuk kita menjadi pekerja tetap, melalui
berbagai proses,” ujarnya mengakhiri
perbincangan.„
11
| HumanCapital | Nomor 02 | April 2004 |
F O K U S
lebih karena harus membayar pula fee
kepada PPU. Manfaat utamanya, Bank BNI
tidak harus repot mengurusi masalah
personalia karyawan kontrak yang cukup
njlimet jika ditangani sendiri. Dengan
sendirinya, Bank BNI tidak harus memiliki
terlalu banyak orang di Bagian SDM. Secara
bertahap, pelaksanaan training yang selama
ini ditangani in-house oleh pegawai Bank
BNI, kini mulai diserahkan penanganannya
kepada PPU. Selain itu, Bank BNI tidak harus
memikirkan jenjang karir dan uang pensiun
bagi karyawan kontrak.
Konsekuensi dari pengalihan tanggung
jawab ini kepada perusahaan jasa outsourcing tentu tidak kecil. Beberapa
perusahaan jasa outsourcing bahkan
membangun komunikasi rutin dengan
pegawai yang mereka tempatkan di berbagai
perusahaan lain. Komunikasi ini sangat
penting karena para karyawan itu merasa
sendirian, kesepian, dan asing di lingkungan
perusahaan tempat mereka bekerja. Tak
jarang mereka menangis bila menemui
masalah, tidak jelas kepada siapa harus
mengadu. Kadang-kadang mereka pada saat
awal mendapat perlakuan buruk atau
“dikerjain” oleh karyawan tetap di perusahaan di mana mereka ditempatkan.
Dalam hal seperti ini, perusahaan jasa
outsourcing tidak bisa tutup mata atas
persoalan karyawannya itu. Mereka harus
menempatkan diri sebagai “seorang ibu”,
tempat mengadu bagi karyawan tersebut.
“Ini sebabnya, Persaels menempatkan
seorang ‘relationship officer’ untuk tiap
kegiatan, sebagai penghubung antara
karyawan, klien, dan manajemen Persaels,”
tutur Iftida Yasar.
Tantangan terbesar dari perusahaan
jasa outsourcing adalah dari sisi permodalan. Seperti telah disinggung di atas, tak
jarang user baru membayar tagihan 2-3
bulan kemudian. Idealnya, pembayaran tagihan dilakukan di muka, sehingga sebelum
tanggal gajian uang sudah diterima dari user
untuk dibayarkan kepada karyawan kontrak.
Sayangnya, perusahaan pemakai tidak semuanya begitu. Keterlambatan pembayaran
tagihan ini menyebabkan perusahaan jasa
outosurcing harus bermodal besar. Kenyataannya, di negara maju pun, perusahaan jasa
outsourcing tergolong padat modal. Perusahaan jasa outsourcing terbesar di Amerika,
Adeco, memiliki billing US$19 miliar setahun atau sekitar US$1,5 miliar per bulan.
Bayangkan, berapa besar dana yang harus
disediakannya untuk menalangi pembayaran gaji dan operasional bila pembayaran dari
user terlambat 2-3 bulan?
Bagi Adeco, hal semacam itu mungkin
tidak menjadi masalah serius. Selain
memiliki modal kuat, mereka juga perusahaan publik yang mudah untuk memperoleh
sumber pendanaan dari perbankan dan
lembaga pembiayaan lainnya. Repotnya di
Indonesia, perusahaan jasa outsourcing
belum dianggap oleh perbankan atau
lembaga pembiayaan lainnya. Lembaga
anjak piutang (factoring) kini tidak lagi
dikenal oleh perbankan Indonesia sehingga
perusahaan jasa outsourcing tidak bisa
menjaminkan tagihan mereka untuk mendapatkan dana pinjaman/talangan. Seharusnya masalah ini bisa dibantu oleh bankbank pemakai jasa outsourcing itu dengan
memberikan pinjaman, karena toh tagihan
perusahaan jasa outsourcing terhadap
mereka juga ada dan harus mereka bayar.
“Namun, sejauh ini, hal itu belum terwujud,”
ungkap sejumlah pimpinan perusahaan jasa
outsourcing. Hingga kini pihak perbankan
belum mau menyalurkan pinjaman kepada
perusahaan jasa outsourcing. “Padahal,
bisnis ini termasuk memiliki risiko yang
rendah,” tambah mereka.
Konsekuensi dari hal ini, ungkap Ismaila
yang pernah menjabat Compensation and
Benefit Manager Mobil Oil itu, perusahaannya hanya mau menangani outsourcing
dari perusahaan yang bonafid dan solid.
Dalam arti memiliki arus kas yang kuat. Ia
pun siap untuk berkompetisi merebut
kepercayaan dari klien seperti itu. “Tidak
masalah, sebab gaji ‘kan tidak bisa kami
tunda (pembayarannya),” tegasnya.
Kesimpulannya, bisnis jasa outsourcing
bukanlah bisnis yang mudah ataupun bisa
jalan dengan modal pas-pasan. Kadangkadang user juga menguji bonafiditas
perusahaan jasa outsourcing dengan
melihat kemampuan mereka mengatasi
keterlambatan pencairan tagihan tersebut.
“Dulu mungkin bisa dimulai dengan modal
pas-pasan. Ke depan, sudah tidak bisa lagi,”
tambah Basanto. Belum lagi jika karyawan
outsourcing melakukan tindak pidana
penggelapan atau penipuan (fraud) –
sesuatu yang kadang-kadang terjadi,
kerugian user sepenuhnya harus diganti oleh
perusahaan jasa outsourcing.
Kalau tidak ada tantangan seperti itu,
bisnis outsourcing jelas sangat menarik dan
mudah. Fee yang diperoleh sangat menggiurkan, apalagi dibandingkan bunga simpanan di bank yang maksimal 1% per bulan
dan terus turun dari waktu ke waktu. Toh,
bila modal tidak jadi masalah, bukan serta
merta Anda bisa dengan mudah mengelola
jasa outsourcing. “Anda harus mencintai
masalah SDM. Jiwa Anda harus di sana.
Kalau ada yang tergiur untuk memutar
uang di bisnis ini karena tertarik atas
pengembalian investasinya, itu salah besar,”
tegas Eddy S. Tjahja.„
12
| HumanCapital | Nomor 02 | April 2004 |
F O K U S
CARA MAIN GLOBAL, BUNG!
Praktik outsourcing global semakin meluas diterapkan oleh perusahaan multinasional sebagai upaya
meningkatkan daya saing. Perusahaan-perusahaan di India, Filipina, dan beberapa negara Eropa Timur
memperoleh kepercayaan dari perusahaan multinasional Amerika. Kapan Indonesia menyusul?
C
orak bisnis perusahaan multinasional (MNC) berubah sejalan dengan berkembangnya globalisasi.
Sekitar 4 tahun silam, Bank of America (BoA)
begitu bernafsu merekrut sebanyak mungkin talenta di bidang teknologi informasi (IT)
dalam upaya mengalahkan para rivalnya.
Namun, musim gugur tahun 2002, BoA
mengatakan kepada 15 insinyurnya bahwa
pekerjaan mereka akan berakhir akhir September 2002. Dalam beberapa tahun
terakhir, BoA telah memangkas 3.700 orang
dari 25.000 orang karyawan di bidang
teknologi dan back office. Sebanyak 1.000
karyawan lagi menyusul bulan Maret tahun
lalu.
Perampingan perusahaan menjadi
pendorong utama di balik drama ini.
Pemutusan hubungan kerja (PHK) ini terjadi
tidak saja terjadi karena berkurangnya
permintaan dan bisnis lagi susah. Penyebab
lainnya adalah outsourcing yang dilakukan
perusahaan ke India. Sejumlah mantan
manajer dan kontraktor BoA mengatakan
kepada BusinessWeek, sepertiga pekerjaan
mereka dipindah ke India, di mana biaya kerja
per jam hanya US$20 sedangkan di Amerika
US$100. Sebagian mantan pekerja BoA
kembali ke bangku studi untuk mempelajari
keahlian piranti lunak (software) yang baru.
Beberapa mendapatkan lisensi di bidang real
estate. BoA mengaku mensubkotrakkan
1.100 jabatan ke perusahaan India tahun
lalu, tapi menekankan tindakan tersebut
tidak seluruhnya menjadi penyebab PHK di
BoA.
Pemandangan yang kontras justru
terjadi di India. Dalam lusinan kawasan
industri yang terletak di pinggir kota besar
India, tidak satupun yang berbicara tentang
kehilangan pekerjaan. Di kampus seluas 22
hektar milik Infosys Technologies Ltd. Bangalore, 250 insinyur mengembangkan
aplikasi IT untuk BoA. Di tempat lain, para
staf Infosys memproses pinjaman rumah
untuk Greenpoint Mortgage di Novato, California.
Dekat bandara Bangalore, di kantor
Wipro, 5 orang pakar radiology sedang
menerjemahkan 30 CT scan per hari untuk
Massachusetts General Hospital (Rumah
Sakit Umum Massachusetts). Tak jauh dari
situ, seorang insinyur muda Dharin Shah
(26 tahun) begitu bersemangat bercerita
tentang pekerjaannya mendesain chip
ponsel generasi ketiga (3G) dengan gaji
US$10.000 per tahun. Ia bekerja di pusat
riset Texas Instrument Inc. (TII). Beberapa
tahun sebelumnya, insinyur macam Shah
hanya bermimpi untuk bisa bekerja di Silicon Valley. Sekarang, ia merasa, di India
segalanya bisa terwujud.
Sekitar 1.600 km ke arah utara, di
sebuah pabrik gandum tua di luar New Delhi,
sebanyak 2.500 karyawan terdidik pria dan
wanita bekerja di gedung 4 lantai untuk
Wipro Spectramind Ltd. Mereka bertugas
untuk memproses klaim bagi sebuah
perusahaan asuransi terkemuka dan
menyediakan dukungan help-desk untuk
sebuah perusahaan penyedia layanan
Internet terkemuka Amerika – semuanya
dengan biaya 60% lebih murah daripada gaji
di Amerika. Sebanyak 7 tenaga ahli bergelar
PhD dalam bidang biologi molekuler bekerja
bergantian dalam bidang riset ilmiah di
Wipro Spectramind untuk perusahaan
farmasi Barat. Di balik pintu kaca, tenaga
spesialis Wipro mengajari para staf untuk
berbahasa Inggris Amerika. Pelanggan
Amerika memang lebih menyukai layanan
beraksen mereka.
Selain India, beberapa pekerjaan melayang ke Manila, Shanghai, Budapest, atau
San Jose di Costa Rica. Kota-kota tersebut
– dan banyak lagi di negara berkembang
lainnya – telah menjadi back office baru bagi
perusahaan Amerika, Jepang, dan Eropa.
Pernahkah Anda mendengar nama Balazs
Zimay? Ia adalah arsitek dari Budapest yang
melayani desain bangunan untuk berbagai
negara.
Nama SGV & Co. mungkin tidak berarti
apa-apa bagi Anda. Tapi, firma akuntan ini
banyak mengerjakan audit perusahaan
untuk raksasa macam Ernst & Young International. Bahkan, Bulgaria, Rumania, dan
Afrika Selatan, yang mempunyai banyak
tenaga terdidik namun masih ketinggalan,
berusaha merebut pasar jasa global tersebut.
Inilah gelombang kedua globalisasi, dan
salah satu tren terbesar yang membentuk
perekonomian global. Gelombang pertama
telah dimulai lebih dari dua dekade silam
dengan berpindahnya usaha pembuatan
sepatu, garmen, elektronika berharga
murah, dan peralatan mainan ke negaranegara sedang berkembang. Hal itu kemudian diikuti oleh pekerjaan jasa sederhana,
seperti memproses tagihan kartu kredit, dan
permainan digital seperti penulisan kode
piranti lunak.
Sekarang, hampir seluruh jenis pekerjaan berbasis pengetahuan bisa dikerjakan
hampir di mana saja. “Anda akan melihat
ledakan pekerjaan yang pergi ke luar negeri,”
ungkap analis Forrester Research Inc. John
C. McCarthy. Ia memperkirakan sedikitnya
3,3 juta pekerjaan kerah putih (white-collar
jobs) dan US$136 miliar gaji berpindah dari
Amerika ke negara-negara berbiaya lebih
murah sebelum tahun 2015. Tren yang sama
juga diikuti oleh Eropa. Perbankan Inggris
macam HSBC Securities Inc. memiliki back
office yang amat besar di India dan China;
perusahaan Perancis menggunakan call
center di Mauritius; dan perusahaan besar
Jerman seperti Siemens dan INA-Schaeffler
merekrut tenaga ahli Rusia, Baltik, dan Eropa
Timur. Menurut Agung Laksamana, Vice
President Public Affairs HSBC Indonesia,
HSBC memusatkan pengelolaan IT-nya di
India dan aspek SDM untuk ASEAN di Thailand.
Perpindahan pekerjaan itu dimungkinkan oleh kemajuan dunia digital, Internet,
dan jaringan data berkecepatan tinggi yang
merajut dunia. Hari-hari belakangan ini,
tugas menggambar detil desain arsitektur,
penyusunan laporan keuangan, atau
mendesain mikroprosesor bisa dilakukan di
negara lain. Itu sebabnya, Intel dan Texas
Instrument rajin merekrut insinyur India dan
China untuk mendesain chip circuit.
Raksasa elektronika Belanda Philips telah
memindahkan riset dan pengembangan TV,
ponsel, dan produk audio ke Shanghai.
Dalam sebuah presentasi, Senior VP
Microsoft Corp. Brian Valentine – orang no.
2 dalam unit Windows Microsoft – mendesak para manajernya untuk segera memindahkan pekerjaan yang mungkin ke luar
negeri. Di India, katanya, Anda bisa mendapat pekerjaan berkualitas dengan biaya
50%-60%, yang berarti Anda bisa mendapatkan 2 orang untuk biaya satu orang
Amerika.
Pelaku bisnis di Bursa Saham terbesar
di dunia Wall Street tak mau ketinggalan.
Jabatan dengan gaji US$80.000 atau lebih
pun mereka pindahkan ke luar negeri. Broker saham macam Lehman Brothers Inc.
dan Bear, Stearn & Co. mulai menggunakan
analis keuangan India untuk sejumlah
besar pekerjaan. “Hal yang mendasar bagi
perusahaan adalah pindah ke lokasi yang
menghasilkan biaya produksi terbaik,” ucap
Ann Livermore, Head of Services pada
Hewlett-Packard Co. yang memiliki 3.300
insinyur software di India. Sekarang, bidang
jasa pun menerapkan tren yang sama
dengan apa yang telah didahului oleh bidang
manufaktur.
Semakin terintegrasinya ekonomi berbasis pengetahuan secara global menguntungkan bagi negara sedang berkembang.
Dampaknya bagi pekerja Amerika cukup
besar. Setidaknya para pekerja kerah putih
perlu melakukan penyesuaian yang cukup
sulit. Munculnya talenta dari negara-negara
berbiaya murah sejalan dengan strategi
perampingan yang dilakukan perusahaan
Amerika, dari Wall Street hingga Silicon Val-
13
| HumanCapital | Nomor 02 | April 2004 |
F O K U S
ley. Di Silicon Valley, menurut sebuah kajian,
lapangan pekerjaan di sektor TI menyusut
20% sejak awal 2001.
Di balik perpindahan pekerjaan ke luar
negeri itu, semestinya Amerika meraih
manfaat positif – seperti yang diraih Amerika
dari gelombang globalisasi sebelumnya.
Pada 90-an, perusahaan Amerika harus
mendatangkan ratusan ribu imigran untuk
mengisi kekosongan di bidang rekayasa.
Saat ini, dengan mengirim pekerjaan jasa
dan rekayasa rutin ke negara yang surplus
tenaga terdidiknya, tenaga kerja dan modal
Amerika bisa dimanfaatkan untuk industri
bernilai tambah tinggi dan kegiatan R&D
yang lebih maju.
Globalisasi juga memungkinkan pengendalian biaya jasa, seperti yang terjadi
pada pakaian, perlengkapan rumah tangga,
dan lainnya. Dengan memindahkan produksi ke luar negeri, perusahaan bisa terus
memotong biaya-biaya dan meningkatkan
efisiensi. Di sisi lain, dengan membantu
perkembangan ekonomi negara-negara lain,
perusahaan Amerika memiliki pasar barang
dan jasa yang lebih besar di luar negeri.
Perusahaan Amerika kini telah terbiasa
mengerjakan banyak urusannya di berbagai
negara. American Express, Dell Computer,
Eastman Kodak, dan banyak lagi mampu
KETIKA INDIA PANEN RAYA
SELAMA INI, kebanyakan insinyur
kelistrikan dan teknologi informasi India
memilih untuk mencari kerja di Lembah
Silicon, Boston, maupun Austin (Texas).
Setelah bekerja beberapa tahun dan sedikit
keberuntungan, mereka mungkin berteman dengan pemodal ventura milik orang
India dan mulai mendirikan perusahaan
IT.
Di era sekarang, pasca dotcom, para
insinyur terbaik tidak harus lagi pergi jauhjauh. Mereka cukup pergi ke Bangalore, di
mana mereka bisa melakukan pekerjaan
canggih di laboratorium Intel, Texas Instruments, Hewlett-Packard, dan raksasa
teknologi lainnya. India memiliki 7.500
desainer chip yang bekerja untuk 65
perusahaan, dan jumlah itu bertumbuh
20% setiap tahunnya. Gaji mereka mulai
dari US$8.000 hingga US$10.000 setahun, jelas sangat kecil dibandingkan apa
yang diperoleh para insinyur di Lembah
Silicon. Tapi untuk ukuran India dengan
pendapatan per kapita US$500 per tahun,
jumlah tersebut cukup untuk hidup secara
nyaman.
Seorang desainer chip semikonduktor
sedang bekerja di kampus TI,
Bangalore.
Microsoft Corp. merekrut 10 insinyur
seperti anak muda Gaurav Daga, 22 tahun,
setiap bulannya. Ia bersama rekannya
mengembangkan software di kantor yang
ber-AC dan cukup nyaman untuk ukuran
India. Kantornya di Hyderabad jelas lebih
enak dibandingkan kantor pabrik di
kawasan industri Madras, di mana ayahnya bekerja sebagai pedagang logam.
Sindhu Kumar, 25, salah satu dari 20
wanita dalam kelas rekayasa berkapasitas
400 mahasiswa, kini menjadi manajer
proyek di Wipro Tech. Wipro sendiri muncul sebagai perusahaan kontrak rekayasa
terkemuka bagi perusahaan elektronika
Barat. Tugas utamanya, mempercepat dan
meningkatkan kualitas cetak printer
inkjet Hewlett-Packard. Peluang yang
diperoleh Kumar jauh lebih besar ketimbang ayahnya, seorang insinyur yang
hanya bisa menjadi pegawai negeri di Uttar
Pradesh. Ia pun berencana membelikan
sebuah mobil untuk sang ayah, sebagai
wujud sayangnya kepada keluarga yang
selama ini telah mendukungnya.
Munculnya generasi muda India yang
lebih sejahtera telah banyak menyumbang
perbaikan ekonomi keluarga dan negara
India. Mereka sering juga disebut pesulap
ajaib bagi India.„
Globalisasi memungkinkan pengendalian biaya jasa, seperti yang terjadi
pada pakaian, perlengkapan rumah tangga, dan lainnya. Dengan memindahkan produksi ke luar
negeri, perusahaan bisa terus memotong biaya-biaya dan meningkatkan efisiensi.
“BACK OFFICE” DI MANILA
SAAT hari beranjak pagi, jangan kaget
bila Anda melihat sekitar 750 pria dan
wanita berusia 20-an tahun, masih
berkutat di depan komputer di sebuah
kantor Manila, Filipina. Mereka semua
memakai jaket, minum cappuccino dan
makanan junk food. Dinding kantor
mereka dicat dengan warna-warna mencolok: pink, ungu, dan hijau. Mereka sibuk
menangani tagihan kartu kredit dari
pelanggan ChevronTexaco Corp.
Apa yang mereka lakukan adalah
mengelola call center bagi kebanyakan
perusahaan Amerika dengan bayaran
rendah dan harus menjawab komplain
tentang tagihan telepon dan bank. Namun, bagi orang Filipina, call center
dipandang sebagai pintu gerbang berkarir
di perusahaan jasa terbaik di dunia.
Sebanyak 10.000 Filipino, semuanya
lulusan perguruan tinggi, bekerja bergantian secara penuh sepanjang waktu, 7 hari
seminggu. Perusahaan-perusahaan macam American Express, Eastman Kodak,
Intel, Microsoft, dan Dell menyerahkan
pengelolaan call center-nya kepada orangorang Filipina. Alasannya, gaji di Filipina
sangat rendah, pajak sangat ringan, dan
banyaknya pasokan tenaga muda yang
cakap berbahasa Inggris.
Bagi perusahaan, call center tidak bisa
dianggap main-main. Ia adalah jendela
terdepan pelayanan perusahaan terhadap
konsumen. Tanpa komitmen dan tang-
gung jawab terhadap profesi ini, sulit bagi
seseorang menjalankan tugasnya secara
baik.
Philip Sy adalah contoh tipikal pekerja
call center. Setelah lulus dari University
of the Philipphines dengan gelar sarjana
bahasa Jerman dan Italia. Sy mendapatkan
gaji US$250 per bulan pada Source 1,
perusahaan yang membantu konsumen
memasang software pada komputer
mereka. Kini Sy menjabat manajer operasi
yang membawahi 150 anak buah dan
berpenghasilan US$13.000 per tahun,
sedikit orang yang beruntung di negara
yang 40% rakyatnya berpenghasilan
kurang dari US$1 per hari. Karen Betita,
25, karyawan Source 1 lainnya adalah
anak diplomat yang melihat pekerjaan ini
sebagai awal yang baik untuk berkarir di
bidang pemasaran.
Oleh karena perusahaan mampu
merekrut talenta terbaik di negeri itu, call
center di Filipina bergerak jauh ke luar jasa
telemarketing. Di sebuah kantor kawasan
bisnis Makati, Manila, sebanyak 2.200 orang bekerja menangani berbagai persoalan sistem kontrol untuk rig minyak yang
dibuat pabrik Amerika. Perbedaan gaji
Philip Sy. Berkarir di bisnis call center. Ternyata menarik juga.
antara insinyur AS dan Filipina sedikitnya
10 kali. Yang lain memberikan advis bagi
nasabah yang tertarik dengan produk
asuransi dan reksadana yang ditawarkan
perusahaan jasa keuangan Amerika terkemuka. Untuk memperoleh lisensi yang
dibutuhkan untuk memasarkan sekuritas
Amerika, perusahaan ini – Sykes – penerbangkan staf Filipino ke Amerika dan Hong
Kong untuk ikut ujian yang diselenggarakan
oleh National Association of Securities Dealers.
Staf Sykes lainnya membantu konsumen
yang menggunakan jasa akses Internet
Microsoft terbaru, MSN 8.0, secara online
ataupun memberikan penjelasan kepada
konsumen untuk mengoperasikan kamera
digital Kodak. Beruntung, karyawan Filipino
itu benar-benar mencintai pekerjaan mereka.
Sikap tersebut tentu tidak bisa dilepaskan dari langkanya lowongan kerja di
Filipina. Sikap itu pula membantu menekan
tingkat turnover karyawan call center di
bawah 10% setahun, dibandingkan 70%
lebih di Amerika. Hanya saja, kritik terhadap
pekerja Filipino tetap ada. “Mereka terlalu
sopan menjawab telepon dan cenderung
membuat pembicaraan telepon menjadi
lama. Biaya telepon menjadi lebih mahal,”
ujar Direktur Operasi Asia Source 1 Nathan
Saphiro. “Kami harus mengajarkan mereka
untuk bertindak lebih tegas dan sedikit
kasar,” tambahnya.„
14
| HumanCapital | Nomor 02 | April 2004 |
F O K U S
memberikan pelayanan nasabah 24 jam
namun tetap dengan biaya terkendali.
Bukankah para insinyur imigran asal Asia
yang bekerja di TII, IBM, dan Intel beberapa
dekade berperan besar dan tersembunyi di
balik terobosan teknologi di Amerika?
Bedanya kini, para insinyur India dan China
mengerjakan R&D di negara mereka. Gen-
eral Electric Co., contohnya, mempekerjakan
6.000 ilmuwan dan insinyur di 10 negara
berbeda. GE Medical Services memadukan
teknologi magnet, flat-panel, dan pencitraan
diagnostik dari lab di China, Israel, Hungaria,
Perancis, dan India untuk segala hal.
“Keuntungan utama dari praktik ini, kami
bisa mendapatkan talenta terbaik di dunia,”
tegas VP Medical Global Supply Chain Dee
Miller.
Namun, tidak seluruhnya memiliki
cerita bagus. Belakangan banyak juga
perusahaan Amerika yang mengakhiri
pemindahan kegiatan manufaktur dan
desain ke luar negeri karena mereka merasa
lepas kontrol terhadap bisnis pokok (core
business) atau karena merasa terlalu sulit
berkoordinasi. Dalam sebuah survei Gartner
Inc. terhadap 900 perusahaan Amerika yang
mensubkontrakkan pekerjaan IT ke luar
negeri, sebagian besar komplain terhadap
kesulitan berkomunikasi dan memenuhi
jadwal tenggat (deadline).
Bagi negara berkembang, seperti diurai-
JATIS/FIRIUM MERANGKUL DUNIA
DI INDONESIA, ada 2 perusahaan TI
Menurut Daniel Lukmanmihardja, Seyang serius menggarap pasar solusi TI glonior Manager Jatis Solutions, perusahabal, yaitu Jatis Solutions dan Sigma Caraka
annya menawarkan 3 layanan utama
dengan proyek Bali Camp-nya. Cara yang
kepada para klien, yaitu IT Planning &
mereka tawarkan adalah pengerjaan jarak
Architecturing, Enterprise Platform, dan
jauh (remote) di Indonesia, persis seperti
Enterprise Application Integration (termaapa yang dilakukan perusahaan India
suk Internet Banking, Mobile Banking,
untuk klien global mereka. Jatis sendiri
Mobile Commerce, Electronic Corporate
berdiri pada kuartal keempat 1997,
Banking, Online Payment, Call Center,
didirikan oleh sejumlah eksekutif yang
CRM, Notification & Alert System, dan
berpengalaman dalam industri jasa
sebagainya). Sejalan dengan strategi go
keuangan, ritel dan distribusi, dan industri
regional, klien-klien Firium kini kebatelekomunikasi.
nyakan berasal dari Singapura dan MalayPerusahaan ini banyak bermain
sia, di antaranya ABN Amro Regional, UOB,
sebagai integrator dan implementor EnOCBC, SingTel, dan banyak lagi perusahaan
terprise Resources Planning (ERP) dan
di Singapura; Beyond Petroleum di Malaybidang e-commerce. Jatis berhasil meraih
sia, dan Royal Brunei Airlines di Brunei.
sejumlah predikat pertama dalam bidang
Meski klien luar negeri, pengerjaan
e-commerce di Indonesia dan Pan-Asia:
semua proyek itu tetap dilakukan di kantor
Application Service Provider Partner Oracle
Jatis, Jakarta, sehingga biayanya menjadi
pertama di Asia, implementor Oracle R11
lebih murah ketimbang mengirim tenaga
pertama di Indonesia, MRC Oracle R11
konsultan ke Singapura dan Kuala
pertama di Pan-Asia, dan meraih jasa
Lumpur. “Beda biayanya cukup signifikan
konsultan level pertama yang dikenal
bila kami kerjakan di Jakarta,” tukas Daniel.
dengan Oracle Certified Solution Partner.
Hal ini juga menjadi alasan kenapa
Visi bisnis Jatis adalah menjadi penyedia
perusahaan Amerika mengerjakan pekersolusi teknologi terkemuka di Pan-Asia,
jaan di India. “Kalau tenaga India itu ramaimulai dari mengelola, mendesain, dan
ramai bekerja di Amerika, biaya yang harus
mengembangkan e-Solution dengan
dikeluarkan perusahaan hampir sama,”
mengintegrasikan dan memberi solusi
tuturnya.
bernilai tambah bagi industri jasa keuKantor representatif di setiap negara
angan. Untuk mendukung target tersebut, bertugas menjadi ujung tombak pemaJatis bermitra dengan Microsoft, Oracle, saran, membangun kontak rutin dengan
BEA, Sun, dan sebagainya.
Sukses di Indonesia, nama Jatis
ternyata cukup bergema di kawasan ini.
Akhir 1999 dan 2000, Jatis membuka
kantor di Singapura dan Kuala Lumpur
dalam upaya mewujudkan visi bisnis Jatis
menjadi yang terkemuka di Asia. Setelah
investasi tahap kedua, Jatis membangun
merek baru untuk kantor mereka di luar
negeri menjadi Firium Solutions, dengan
kantor pusat regional di Singapura. Selain
kantor regional, di Singapura Firium
memiliki kantor perwakilan dengan Country Director dijabat Sunarto
Rahardja, orang Indonesia Daniel Lukmanmihardja.
yang sudah menetap di Singa- Target pasar ASEAN dan Australia
pura. Kantor di Malaysia dipimpin Colin Tan, dan baru saja Firium
membuka kantor di Bangkok yang dipimpin
oleh Vincent Low. Dengan hadirnya Firium
sebagai perusahaan induk, maka Jatis
berstatus anak perusahaan Firium.
para klien, dan menjadi jembatan antara
tim Jakarta dengan klien di negara bersangkutan. Sebagai orang lokal, jelas orang-orang di kantor representatif memiliki
akses dan komunikasi lebih efektif dengan
eksekutif perusahaan klien di negara mereka. Tim kantor representatif itu juga berperan penting untuk mendapatkan gambaran sejelas-jelasnya dari klien tentang
spesifikasi proyek yang mereka inginkan.
Mereka pula yang membuat prototype
proyek yang diinginkan klien. Setelah
semuanya jelas, barulah tim kantor
representatif mengundang Team Lead dari
Jakarta ke Singapura atau Kuala Lumpur
untuk mendapatkan penjelasan. Biasanya
Team Lead butuh 2-3 minggu untuk
memahami betul apa yang diminta klien.
Selanjutnya ia pulang ke Jakarta, dan
langsung memberikan penjelasan kepada
seluruh anggota tim yang dibutuhkan
untuk mengerjakan proyek tersebut. Di
dalam masa pengerjaan, Team Lead di
Jakarta selalu berkomunikasi dengan
konsultan Firium di Singapura atau Kuala
Lumpur mengenai kemajuan pekerjaan
dan sebagainya. Sedangkan komunikasi
dengan klien sepenuhnya ditangani kantor
representatif.
Mekanisme kerja seperti ini sangat
membantu mengatasi keterbatasan
insinyur Indonesia dalam berbahasa
Inggris. “Kebanyakan insinyur Indonesia
hanya bisa berbahasa Inggris secara pasif,
padahal proyek seperti ini tetap membutuhkan komunikasi secara aktif,” ujarnya.
Lemahnya kemampuan bahasa Inggris ahli
Indonesia sering membuat mereka kurang
pede (Percaya Diri, red). Selain mewajibkan
untuk ikut kursus bahasa Inggris secara
kontinu hingga level manajer yang diadakan perusahaan, dalam setiap presentasi para insinyur lokal itu didampingi oleh
level manajemen Jatis lulusan luar negeri.
Di situ, tugas si eksekutif adalah menjadi
wakil dari Jatis sekaligus membantu para
insinyur itu untuk lebih aktif berbicara.
Lemah dalam berbahasa Inggris itu
tidak berarti insinyur Indonesia lemah dari
segi kemampuan. “Dalam soal teknis, orang Indonesia jago-jago,” kata Daniel lagi.
Kecuali unggul dalam biaya pengerjaan
dibandingkan perusahaan lain, keunggulan lain dari Jatis adalah tersedianya
dukungan multi-talents yang sangat
diperlukan untuk menangani proyek
sekompleks apapun. Di India mungkin
banyak tenaga ahli program Java, tetapi di
Indonesia selain ahli program Java,
tersedia pula ahli program C++, dotnet,
database, dan sebagainya. “Di negara lain,
sumberdayanya belum tentu sekuat Indonesia,” lanjut Daniel bangga. Jatis sendiri
didukung oleh sekitar 200 konsultan
berkemampuan tinggi.
Sejauh ini, bendera Firium makin
kokoh berkibar dengan semakin besarnya
kepercayaan yang diberikan klien kepada
mereka. Semakin banyak perusahaan yang
menyerahkan pengerjaan sistem mereka
kepada Firium, baik berupa proyek jangka
pendek (4-12 bulan) maupun proyek
berjangka menengah dan panjang. Dagangan utama Firium adalah metodologi
mereka yang disebut The Firium Parallel
Track (e-Plan, e-Build, e-Deploy).
Masih panjang jalan untuk bersaing
dengan India, tetapi dalam banyak hal,
Firium telah berjalan lebih maju dari India.
“Target pasar kami adalah kawasan ASEAN
dan Australia, kawasan yang secara
komunikasi dekat dengan Indonesia. Ke
depan, kami juga ingin mengembangkan
layanan antar benua di samping mengelola
berbagai program outsourcing perusahaan
multinasional,” ungkap Daniel lagi, yang
enggan menyebutkan omset bisnis
perusahaannya.„
15
| HumanCapital | Nomor 02 | April 2004 |
F O K U S
kan sebelumnya, meraih keuntungan besar
dengan globalisasi pekerjaan kerah putih
ini. Terutama bagi negara yang memiliki
banyak lulusan perguruan tinggi dan
berkemampuan bahasa Inggris. Dampaknya jauh lebih dahsyat ketimbang membangun pabrik baru. Sebelum 2008, nilai
ekspor pekerjaan TI dan jasa lainnya dari
India mencapai US$57 miliar, mempekerjakan 4 juta orang, dan merupakan 7% dari
GDP, menurut hasil studi McKinsey & Co.
dan Nasscom, asosiasi piranti lunak India.
Di Filipina, negara berpenduduk 75 juta
jiwa, terdapat 380.000 lulusan perguruan
tinggi setiap tahunnya, sebagian akuntan
yang terlatih dengan standar akuntansi
Amerika. India memproduksi 520.000
insinyur IT dengan gaji awal sekitar
US$5.000 per tahun. Bagi negara dengan
pendapatan per kapita US$500 per tahun,
gaji sebesar itu sudah cukup lumayan.
Sedangkan Amerika hanya meluluskan
35.000 insinyur mekanikal setiap tahunnya, dan China dua kali lipat jumlah itu.
William H. Gates III, Chairman Microsoft, memanfaatkan betul sumberdaya
manusia yang banyak itu. Kendati Microsoft mulai terlambat dibandingkan para rival, perusahaan itu mengambil langkah
dengan cepat. Selama 3 tahun, Gates
mengumumkan perusahaannya akan
melakukan investasi senilai US$400 juta.
Nilai itu di luar US$750 juta yang dialokasikan untuk R&D dan outsourcing di
China. Di lab riset Microsoft Beijing,
sepertiga dari 180 programer adalah PhD
lulusan Amerika. Kelompok pakar ini
membantu pengembangan “tinta digital”
yang memungkinkan tulisan tangan
muncul di layar PC tablet Microsoft.
Hyderabad diposisikan sebagai pusat
pengembangan software Microsoft.
Bagaimana dengan Indonesia? Sejauh
ini Indonesia memang belum dilirik sebagai
pelaksana outsourcing di era modern
seperti yang diraih India maupun China.
Problem utama yang dihadapi Indonesia
adalah faktor penguasaan bahasa Inggris
SDM kita yang sangat lemah. “Kita kalah
dari segi penguasaan bahasa Inggris saja,
namun dari sisi kemampuan talenta Indonesia sanggup bersaing,” tutur Daniel
Lukmanmihardja, Senior Manager Jatis Solution, perusahaan IT yang bergerak dalam
pekerjaan sistem berbasis Java, C++,
dotnet, dan sebagainya. Soal ketersediaan
talenta di bidang IT, sejauh ini Jatis merasa
tidak ada masalah. “Selain unggul dalam
hal biaya, keunggulan kami juga karena
memiliki beragam keahlian yang dibutuhkan untuk memberikan solusi terbaik
bagi klien,” tambahnya.
Melihat kepercayaan yang terus berdatangan terhadap Jatis dari industri jasa keuangan Singapura dan Malaysia (di luar negeri Jatis dikenal dengan bendera Firium),
sebetulnya Indonesia bisa bersaing merebut pasar outsourcing global. Meski untuk
itu, kita harus bekerja ekstra keras. Luasnya
lingkup jasa yang dioutsourcing oleh
perusahaan besar – dari yang sederhana
layanan call center hingga pengerjaan R&D
– bisa menjadi pilihan spesialisasi bagi
perusahaan Indonesia. Kita pun harus lebih
agresif merebut pasar sembari mempersiapkan infrastruktur bisnisnya.„
KETIKA USER MEMILIH
OUTSOURCING
Semakin banyak perusahaan lokal dan global yang melakukan outsourcing.
Bidang yang disubkontrakkan pun beraneka macam. Mereka membuat perjanjian kualitas layanan
dengan perusahaan jasa outsourcing agar pelaksanaan kegiatan outsourcing
berjalan sesuai keinginan.
S
etelah melakukan outsourcing
infrastruktur dan sumberdaya
manusia dengan pihak GE Finance
selama beberapa tahun, Bank Mandiri sejak
tahun lalu memutuskan untuk mengelola
sendiri proses bisnis kartu kredit Bank
Mandiri. Pengelolaan bersama dengan GE
Finance memang membuat biaya yang
harus ditanggung Bank Mandiri sedikit lebih
mahal, yang berdampak pada tingginya
bunga kartu kredit Bank Mandiri. Dengan
dikelola sendiri, otomatis Divisi Bisnis Kartu
Kredit Bank Mandiri bisa lebih bebas
bermanuver di pasar.
Uniknya, pengambil-alihan proses bisnis
kartu kredit dari pihak GE itu tidak menyebabkan jumlah karyawan Bank Mandiri
membengkak karena pengelolaan proses
bisnis kartu kredit itu dioutsourcing kepada
perusahaan lain. Sekitar 300 karyawan
Persaels, perusahaan jasa outsourcing,
dipilih oleh Bank Mandiri untuk menjalankan
proses bisnis kartu kredit mereka. Jumlah
karyawan yang hampir sama juga dimanfaatkan oleh Bank BNI dalam mengelola bisnis
kartu kredit mereka. Karyawan tersebut
merupakan karyawan outsourcing dari PT
Persona Prima Utama.
Sadar atau tidak sadar, begitu banyak
fungsi bisnis perusahaan yang kini dikerjakan oleh pegawai outsourcing. Saat
menghubungi sebuah perusahaan besar
melalui call center, yang melayani telepon
Anda boleh jadi bukan karyawan perusahaan
dimaksud, melainkan karyawan PT Media
Prima HR Solutions. Atau saat Anda ke
datang ke sebuah bank, Anda mungkin
dilayani oleh pegawai outsourcing yang
bekerja untuk kepentingan bank tersebut.
Begitu banyak perusahaan yang telah
melakukan outsourcing, tentu dengan
strategi yang berbeda-beda. Berikut adalah
potret beberapa pemberi jasa outsourcing
tersebut.
HSBC INDONESIA
Sebagai salah satu institusi perbankan
dan layanan keuangan internasional
terkemuka yang berpusat di London degan
aset USD 1,034 miliar per Desember 2003,
HSBC memberikan layanan perbankan
pribadi komersial, korporasi serta investasi
di wilayah Asia Pasifik, Eropa, Amerika,
Timur Tengah dan Afrika.
HSBC yang telah berada di Indonesia sejak
tahun 1884, juga sangat aktif dalam
mengembangkan bisnis personal banking,
diantaranya kartu kredit yang mulai gencar
ditawarkan sejak tahun 1997. Dalam kurun
waktu tersebut hingga saat ini, kepiawaian
HSBC telah mendapatkan beberapa penghargaan, diantaranya dari MasterCard sebagai
kartu kredit dengan pertumbuhan tercepat
di Indonesia dan penghargaan Outstanding
Performance dari Visa International.
Menurut Agung Laksamana, Vice President Public Affairs HSBC Indonesia, dengan
meningkatnya jumlah serta potensi nasabah
di HSBC, pihaknya perlu menambah jajaran
sales kartu kredit untuk menjual kartu kredit
Visa dan Mastercard. HSBC telah anggarkan
eksternal tim sebagai ujung tombak penjualan, untuk membantu penjualan kartu
kredit lewat perusahaan outsourcing. Sehingga, tim internal HSBC bisa memfokuskan diri pada strategi perbankan serta marketing dan product development.
Untuk sebagian sistem aplikasi yang
berhubungan dengan bank, seperti teknologi
informatika (TI), juga menggunakan jasa
outsourcing. Kualitas serta delivery system
harus prima bagi kepuasan nasabah HSBC.
Namun, semua sistem & aplikasi TI ini harus
mendapat persetujuan serta proses review
dari TI pusat HSBC yang berada di Hongkong.
“Objektif dari outsourcing adalah agar HSBC
dapat memfokuskan diri dalam melakukan
strategi yang berhubungan dengan kinerja
bisnis, sekaligus meningkatkan kompetensi
dan efisiensi,” lanjut Agung panjang lebar.
Sejauh ini, HSBC menilai implikasi
negatif menggunakan jasa outsourcing
belum terlihat. Bahkan, outsourcing mampu
membantu meningkatkan efisiensi bagi
perusahaan outsourcing tersebut punya
company team yang sangat solid, apakah
pernah mengoutsourcing perusahaan lain,
siapa partner usaha dan semacamnya. “ Kita
cross check, kalau recordnya dan reputasinya tidak bagus, untuk apa kita pakai?”
ujarnya balik bertanya.
HSBC secara konsisten mengevaluasi
setiap tahunnya untuk mengetahui sejauhmana outsourcing yang dilakukan berjalan
mulus. “Target kita cukup aggresif tahun
ini, terutama bagi bisnis kartu kredit,
makanya kami terus mereview kinerja serta
perkembangan tim ini. Misalnya, dengan
mentraining karyawan perihal produk HSBC,
direct selling approach dan banyak aplikasi
lainnya.”
Jika pada tahun 1998, kartu kredit HSBC
hanya berkisar 20.000, maka pada tahun
2002 melonjak menjadi 250.000 dan
sekarang mencapai 400.000. “Untuk 2004,
HSBC menargetkan nasabah kartu kredit
sebesar setengah juta pemegang kartu. Tim
Sales kartu kredit kami tersebar di Jakarta,
Medan, Bandung, Semarang, Surabaya dan
daerah strategis lainnya seperti Malang,
Yogyakarta hingga Cirebon untuk mendukung target tahun ini,” katanya. Sehingga,
demi kemudahan nasabah dalam pembayaran kartu, HSBC beraliansi dengan bank lokal
seperti BCA, BNI, BII, Danamon, Niaga,
Permata dan Lippo Bank.
Sedangkan target untuk TI adalah quality service dan delivery, misalnya agar
website dan intranet HSBC bisa tetap atraktif
dengan tampilan serta info yang terkini.
“Biar pengunjung tidak bosan, makanya kita
usahakan agar setiap hari, informasinya
selalu updated,” ujarnya.
Agung Laksamana. Supaya bisa
lebih fokus
HSBC. “Kinerja mereka bisa terus kami
pantau serta proses review agar bisa mereinforce komitmen atas mutu-kualitas
kepada HSBC,” papar Agung mengenai hal
ini.
HSBC boleh berpuas hati. Kendati
melakukan jasa outsourcing di bidang kartu
kredit dan TI dan secara makro belum
mendapatkan kendala. Semua ini bisa
diantisipasi karena sistem HSBC yang solid.
Untuk kartu kredit, misalnya, HSBC melakukan pengecekan apakah benar atau tidak
Aviv Murtadho. Disepakati sejak
awal kontrak
EXSPAN
KEBUTUHAN setiap perusahaan yang
tidak kontinu setiap tahunnya, membuat PT
Exspan, anak perusahaan PT Medco Energi
Internasional Tbk, melakukan outsource
terhadap pekerjaan tertentu. “Secara
16
| HumanCapital | Nomor 02 | April 2004 |
F O K U S
umum, setiap perusahaan berusaha menentukan yang terbaik bagi dirinya. Namun,
kadangkala, itu menjadi kendala utama
mengingat hal itu bisa menelan biaya yang
banyak. Outsourcing adalah solusinya,” kata
Aviv Murtadho, Vice President IT PT Exspan.
Secara program, Exspan sudah melakukan hal ini sejak lama. “Bukannya kita
tidak mampu. Cuma masalahnya kapasitas
saja. Kadang-kadang juga masalah skill atau
kemampuan. Kalau kapasitasnya tidak
cukup, ini yang kita outsource,” ujar Aviv.
Yang penting, tetap mengedepankan efisiensi waktu dan biaya.
Sejauh ini, Exspan menyerahkan kepada
PT Solusindo dalam proteksi virus di
komputer. Untuk jasa satelit, Exspan
menyerahkan ke PT Infokom dan untuk
proyek diserahkan ke PT Astra Graphia Information Technology (AGIT). “Jadi, tidak
hanya sebatas tenaga kerja saja, ilmu dan
orangnya saja, tapi mesinnya juga,” paparnya. Exspan tahun ini baru melakukan
outsourcing untuk rental dan operator,
untuk mengoperasikan biaya telepon dan
sebagainya.
Adanya kemungkinan mengoutsource
di bidang lain, Aviv mengatakan bisa saja
itu terjadi bila ada efisiensi. “Untuk ke
depannya kita lihat lagi. Selama efisien akan
kami lakukan,” kata Aviv. Tentu tetap dengan
melihat avaibility atau kesiapan di pasar.
Kalau perusahaan pemberi jasa dinilai tidak
siap dan tidak bisa dipercaya, walau semurah
apapun, Exspan tidak akan melakukan
outsourcing. “Di bidang migas, semuanya
kami lakukan sendiri karena kami mampu
melakukannya,” Aviv menjelaskan.
Agar proses outsourcing berjalan dengan lancar, sambung Aviv, pihaknya setiap
tahun mengevaluasi outsourcing, kemudian
melakukan perencanaan kembali. Pekerjaan-pekerjaan mana yang perlu dikaji dan
apakah ada kemungkinan perlu dioutsourcing. “Misalnya jika ada karyawan kita
yang mau pensiun, apakah kita perlu
mengganti segera atau tidak. Itu jadi
kesempatan untuk outsourcing,” tambah
Aviv saat ditemui Human Capital di kantornya di bilangan Pancoran Jakarta Selatan.
Sampai saat ini, Aviv mengaku cukup
puas untuk sebagian pekerjaan yang
dioutsourcing. Sebagian lagi diakuinya
tergantung dari kematangan perusahaan
outsourcing yang bersangkutan. “Kalau ada
yang puas, ya kita lanjutkan. Kalau tidak
puas, kita cari lagi. Ujung-ujungnya, ada satu
kepuasan dan biaya yang murah. Kalau
mereka kapabilitasnya tidak sesuai, ya itu
kita ganti,” ia memaparkan lagi.
Untuk mencapai kepuasan, Exspan tidak
berdiam diri. Agar jasa outsourcing bernilai
baik, Exspan memiliki service level agreement, suatu kesepakatan yang sudah
ditentukan dari awal pertemuan dengan
perusahaan outsourcing. “Dari awal kita
bilang kebutuhan kita sekian, kalau ukurannya sesuai dengan yang kita butuhkan
setiap bulan dan setiap tahun, ya kita puas.
Sekitar 95% sudah dinilai baik,” papar pria
kelahiran 29 Januari 1961. Kalau ternyata
lebih sering di bawah yang diharapkan
Exspan, maka akan dikaji ulang apakah
masih perlu menggunakan jasa perusahaan
outsource tersebut.„
PROFIL PERUSAHAAN JASA
OUTSOURCING
Inilah profil sejumlah perusahaan yang bergerak dalam penyediaan jasa outsourcing,
khususnya outsourcing tenaga kerja. Karyawan mereka bekerja di berbagai perusahaan,
menangani berbagai pekerjaan. Sebagian besar dari mereka memang serius menjalani
dan mengembangkan usaha ini secara professional.
PERSAELS
Salah satu pemain yang berkiprah di bisnis
outsorcing adalah PT Perdana Perkasa
Elastindo (Persaels). Persaels yang didirikan pada tanggal 31 Januari 2000, saat ini
didukung oleh para staf yang rata-rata
memiliki pengalaman 5-10 tahun, mengkhususkan diri dalam penyediaan tenaga kerja
“white colar”.
Menurut Presiden Direktur PT Persaels
Iftida Yasar, walaupun diawali dengan usaha
penyediaan tenaga kerja kontrak (labour
contracting), namun disiapkan untuk memasuki bisnis outsourcing. Ini alasan utama
Iftida menggaet Farid Aidid yang telah 10
tahun menggunakan jasa outsourcing di
Eropa, sebelum selanjutnya menggunakan
jasa ini pula selama bekerja sebagai Direktur
Sales Citibank, untuk bergabung serta
memberikan banyak masukan dari perspektif
bisnis. “Usaha ini tidak dapat hanya mengandalkan proses rekrutmen yang mampu
meyediakan karyawan sesuai dengan
kompetensi tuntutan jabatan, namun juga
harus mampu menempatkan diri sebagai
business partner dari klien. Oleh karena itu
penting sekali kita untuk memahami proses
bisnis klien tersebut” tuturnya serius.
Iftida sendiri mulai tertarik mengembangkan usaha di bidang penyedia tenaga
kerja, setelah hampir selama 4 tahun bekerja
sebagai Staff and Goverment Relation Manager di Citibank dan bertanggung jawab
mereview dan membantu vendor dalam segi
hukum dan kepatuhan (kepatuhan), sebelum pindah ke ABN AMRO sebagai Assistant
Vice President Industrial Relation and Training. “Pengetahuan dan keahlian di area
Employee Relation juga seringkali terlupakan oleh para vendor outsourcing. Misalnya banyak vendor yang mau menerima
permintaan klien untuk mempermanenkan
karyawan di perusahaannya, tanpa mempersiapkan diri terhadap konsekuensinya
terhadap vendor maupun karyawan itu
sendiri di masa datang. Sebagai vendor
justru kita harus mampu menjelaskan pada
klien” ulasnya.
Persaels, lanjut Iftida, memberikan jasa
outsourcing kepada perusahaan yang ingin
mendelegasikan tanggung jawab tugasnya,
meliputi kegiatan operasional sehari-hari,
pengelolaan sumber daya serta keseluruhan proses kerja, untuk mendapatkan output yang diinginkan. Misalnya, dalam
melakukan proses verifikasi kartu kredit,
Persaels melakukan seluruh proses verifikasi dan melaporkan hasilnya sesuai dengan
arahan perusahaan yang memberikan kerja.
Hanya saja diakui Iftida, saat ini perusahaan
tertentu” jelas Iftida.
Ditambahkannya, Persaels terus berbenah dan
mengembangkan diri. Saat
ini Persaels sedang membuka kantor perwakilan di
berbagai kota di Indonesia
yang dinilai cukup potensial. Persaels sudah membuka kantor cabang di
Bandung, Surabaya dan
Semarang. Sedangkan untuk kota Medan, Samarinda, Cirebon dan Balikpapan masing-masing ditangani oleh seorang karyawan.
“Kami juga selalu menjaga hubungan yang lebih
Iftida Yasar. Memberikan sederet servis yang lengkap.
baik dengan klien. Kami
juga tengah membidik target pasar yang lebih
di Indonesia masih belum terbiasa serta
luas. Saat ini klien kami kebanyakan berbelum sesiap perusahaan di negara lain
gerak di financial industry dan telekomunidalam implementasi full outsourcing dan
kasi. Namun mulai meluas di berbagai
memulai dengan labor supply. Selanjutnya
industri, seperti consumer goods, farmasi
secara bertahap memperbesar pemindahan
dan perhotelan. ” demikian Iftida.
proses kerja pada vendor.
Disebutkannya, dengan management
fee yang diterima dan tanpa pemotongan
gaji karyawannya, Persaels memberikan
sederet servis lengkap mulai rekrutmen,
manajemen sumber daya manusia, penguDIDIRIKAN tahun 1996 oleh sejumlah
rusan resiko ketenagakerjaan serta admi“orang-orang” HR, pada mulanya PT HITSS
nistrasi kompensasi, perpajakan, jamsosSumber Daya Nusantara Konsultan belum
tek, dan pelayanan kesehatan, sehingga
mempunyai bisnis inti. Perusahaan mengperusahaan klien bisa berkosentrasi penuh
pada aktivitas bisnis intinya.
Ismaila Tyastanto. Bidang jasa menarik
Iftida menyebutkan, Persaels juga
memiliki sejumlah staf senior yang memberikan training secara terus-menerus kepada
karyawan yang direkrutnya. Beberapa hal
yang diberikan dalam training itu di
antaranya mengenai Selling Skills, Negotiation Skills, Appearance, Service Excellent,
Telephone Etiquette, Orientation, Code of
Conduct dan Presentation Skill. “Di tahun
2004 ini kami telah mempersiapkan modul
pelatihan baru yang lebih menarik. Kami
juga selalu mengadakan gathering atau
pesta tahunan. Tujuannya untuk membangkitkan motivasi staf kami agar bekerja lebih
baik lagi,” papar Iftida.
Terhadap para kayawan yang direkutnya,
Persaels selalu mengarahkan klien untuk
memberikan gaji sesuai kisaran standard
di pasaran. Karyawan juga diberi hak asuransi kesehatan dan Jamsostek. “Karyawan
yang direkrut mempunyai kesempatan
untuk bekerja di perusahaan-perusahaan
yang memiliki reputasi bagus. Mereka juga
mempunyai kesempatan untuk menjadi
karyawan tetap kami, dengan kondisi
HITTS
17
| HumanCapital | Nomor 02 | April 2004 |
F O K U S
garap banyak hal terkait bidang sumberdaya
manusia, seperti konsultansi, pelatihan
untuk para mahasiswa agar siap bekerja,
rekrutmen dan outsourcing. Namun, yang
paling berkembang adalah bidang rekrutmen
dan outsourcing. Dalam bisnis outsourcing,
pada waktu permulaan, HITTS hanya
menyediakan tenaga-tenaga administrasi,
sekretariat, klerk, dan sejenisnya untuk
klien perusahaan consumer goods dan
perbankan.
Dewasa ini, tutur Managing Director
HITSS Ismaila Tyastanto, perusahaannya
memperkerjakan sekitar 800-1000 karyawan di sekitar 10 perusahaan perbankan
dan asuransi untuk berbagai posisi dan
bagian. Sebagian perusahaan itu tergolong
multinasional yang bonafid. “Kami memang
mengutamakan melayani perusahaan yang
memiliki reputasi baik,” ujar Ismaila, yang
lama bekerja di bidang HR pada perusahaan
migas asing.
Tahun ini, HITTS akan terus menambah
portofolio jasa outsourcing ke sejumlah
perusahaan lainnya. HITTS memilih fokus
dalam outsourcing tenaga kerja, jasa, dan
bidang penjualan (sales). “Outsourcing
bidang penjualan itu juga menarik,” kata
wanita yang sering dipanggil Isye itu.
Kegiatan di bidang penjualan sudah mulai
dilakukan HITTS secara terbatas, misalnya
dalam memasarkan kartu kredit, penawaran
kredit, atau kartu keanggotaan tertentu.
Begitu pula jasa call center, teknologi
informasi, dan pengelolaan gaji.
Peluang bisnis outsourcing penjualan
ini dinilai Isye juga sangat besar. Perusahaan tidak perlu repot merekrut tenaga
penjualan, seperti telemarketer, mengelola
mereka untuk mencapai target penjualan
tertentu. Dengan diserahkan kepada perusahaan jasa outsourcing, perusahaan
tinggal memantau pencapaian target.
Sedangkan, merekrut dan mengelola program penjualan menjadi tanggungjawab
perusahaan jasa outsourcing. Sebagai
imbalannya, perusahaan jasa outsourcing
menerima biaya secara paket total, semacam lumpsum. Berapa bagian bersih yang
bisa diterima perusahaan, menurut Isye,
sepenuhnya tergantung dari kemampuan
perusahaan mengelola pekerjaan secara baik
dan efisien.
Secara umum, menurut Isye, peluang
bisnis outsourcing masih terbuka lebar. Ada
dua hal yang melandasinya. Pertama,
persaingan bisnis kini sangat ketat,
termasuk karena imbas globalisasi. Perusahaan kini harus fokus di bisnis utamanya,
sehingga beberapa kegiatan bisnis yang
tidak bernilai tambah ataupun kegiatan yang
memerlukan ahli-ahli spesialis yang sangat
canggih, lebih baik diserahkan kepada pihak
lain.
Alasan kedua karena situasi ekonomi
yang tidak menentu di Indonesia, yang
mengharuskan perusahaan bertindak cost
effective. Pengertian cost effective di sini
bukan berarti asal menekan biaya saja,
tetapi pengeluaran yang tepat guna. “Bukan
asal murah saja,” ungkapnya. Dalam
perspektif perusahaan, mereka kini harus
melihat betul, mana yang yang tergolong
fixed cost atau mana yang bisa variable cost.
Dengan melakukan outsourcing, perusahaan menggeser pengeluarannya ke unsur
Joko PN Utomo. Optimistis
variable cost. Praktik outsourcing ini sudah
dibuktikan di luar negeri dan sudah berjalan
lama. “Kalau tidak begitu, kita akan kalah
bersaing,” tuturnya. HITTS didukung oleh
18 karyawan.
Bagi pencari kerja, berkembangnya jasa
outsourcing jelas peluang untuk masuk
dunia kerja. Hanya saja, berdasarkan
pengalaman, seringkali kualitas tenaga
kerja yang melamar tidak klop dengan
kebutuhan klien. Itu sebabnya, HITSS
segera meresmikan sekolah yang khusus
mengembangkan kemampuan para lulusan
baru dari perguruan tinggi untuk siap betul
bekerja, misalnya menangani customer service, teller, marketing, dan sebagainya.
Penonjolannya lebih pada pembentukan
karakter, kepribadian, attitude, dan keahlian
berkomunikasi. “Pokoknya sekolah di bidang
human capital,” kata Ismaila lagi. Lama
studinya sekitar 5 bulan saja.
PT Bravo Satria
Perkasa
memikirkan produk mereka saja, tidak
memikirkan hal yang lain. Padahal mereka
membutuhkan rasa aman. Makanya diserahkan ke perusahaan yang lebih fokus dalam
hal ini.
Jenis pelayanan yang ditawarkan BSP
adalah security guard services, meliputi
analisis lingkungan terhadap potensi
ancaman keamanan, pembangunan sistem
keamanan, pembuatan standard operating
procedure, penyediaan personel pengamanan, penerapan manajemen SDM dan administrasi personalia, serta jaringan alat
komunikasi antar personel sekuriti.
Sedangkan pelayanan cash in transit,
mencakup penyediaan personel pengawal
bersenjata, penyediaan fasilitas kendaraan
angkut, koordinasi lintas wilayah rute
pengawalan serta pengadaan PAM VI orang
dalam waktu tak tertentu.
Sejauh ini, BSP menerapkan sistem
yang baik, yaitu dengan mengikuti aturanaturan ketenagakerjaan. Komponen biaya
direct income (take home pay) seperti gaji
pokok mengacu kepada upah minimum regional, uang makan, uang transport dan
lembur. Disamping itu, diberikan pula
tunjangan kesehatan, Jamsostek, tunjangan hari raya, tunjangan hari tua, bonus
tahunan, tunjangan latihan dan seragam.
Berdasarkan data Badan Usaha Jasa
Pengamanan dan Penyelamatan (BUJPP),
dari 200 perusahaan yang ada, sebanyak
150 perusahaan sejenis dengan BSP. Untuk
KEAMANAN, merupakan hal yang tidak
boleh terabaikan. Meningkatnya kerawanan
keamanan saat ini menyebabkan timbulnya
kriminalitas yang sangat merugikan individu
atau perusahaan. Ini jelas berdampak pada
kondisi bisnis di Indonesia.
Kondisi ini pula yang mengilhami Joko
PN Utomo, Kombes Pol. Purn
Soeparno, Hendri Dwiwantara, Agatha V. Savefina. Peluang besar
Deden TY. Wibawa dan Wahyu
Sudarmojo, untuk membentuk
PT Bravo Satria Perkasa (BSP)
tahun 2000 lalu, sebuah badan
usaha yang bergerak dibidang
jasa penyedia dan pengelolaan
tenaga pengamanan serta jasa
kawal angkut uang dan barang
berharga.
Menurut Joko PN Utomo, Operation Director PT BSP, pihaknya
optimis karena masih banyak
perusahaan, khususnya perusahaan besar, yang menyadari
bahwa core business-nya hanya
mengatasi persaingan yang kurang sehat,
vendor outsourcing keamanan menyerahkan semuanya kepada Asosiasi Manajer
Sekuriti Indonesia (AMSI) mengatur tata
tertib dan peraturan dalam pelayanan
keamanan, termasuk juga pembagian levelitas dalam market. Jika ada persaingan yang
tidak sehat, pasti pihak Mabes Polri segera
mengetahui dan melakukan peneguran.
BSP sendiri diakui Joko bermain di level
menengah dengan nilai kontrak gaji per
anggota berkisar antara Rp1,8 – Rp2,5 juta.
Dibawah nilai tersebut, kontrak akan diserahkan kepada vendor outsourcing keamanan lain.
Dengan demikian, setiap vendor outsourcing keamanan berlomba-lomba meningkatkan servis kepada klien. Salah satu
strategi BSP dalam meningkatkan pelayanan adalah dengan membangun suatu
sistem secara gratis kepada perusahaan.
Kemudian, memberikan kesejahteraan yang
memadai terhadap anggota sehingga dampaknya anggota akan bekerja lebih baik. Tak
heran jika setiap anggota pendapatannya
berkisar Rp1 juta-Rp1,2 juta per bulan
sehingga banyak anggota keamanan dari
kompetitor yang tergiur untuk bekerja di
BSP. Itu belum termasuk benefit yang
diberikan BSP sehingga setiap anggota bisa
mengantongi gaji sekitar Rp2 juta-Rp3 juta
setiap bulannya.
BSP sendiri bukan semata profit oriented, tapi lebih kepada kemitraan terhadap
user, sehingga kompensasi kepada anggota
BSP bisa lebih ‘layak’ dibanding kompetitor.
BSP hanya mengambil profit 5% dari
kontrak kerja, 15%-20% untuk operation
cost dan biaya tak terduga. Sisanya sebesar
75%-80% adalah hak anggota.
Hingga kini, sudah 30-an perusahaan
yang menjadi mitra perusahaan yang telah
memiliki anggota 1500 ini. Diantaranya
adalah Bank Permata, RS Harapan Bunda,
PT Jastrindo Dinamika, Sekolah Tinggi
Trisakti, PT Episenta Utama, PT Astra CMG,
PT Kao Indonesia, PT Argo Pantes, PT
Arthaguna Sarana Pratama, Bank umum
Tugu, PT Asian Agro Agung Jaya dan Total
Fina Elf & P Indonesie.
PT Media Prima
HR Solution
DI TENGAH maraknya bisnis outsourcing di Indonesia, PT Media Prima HR Solution (MP) hadir untuk memenuhi kebutuhan
sumber daya manusia
(SDM) bagi setiap perusahaan. Pada awalnya, MP hadir
untuk memenuhi kebutuhan Info Media Nusantara
(IMN), sebuah perusahaan
yang salah satunya menangani call center. Kala itu,
Koperasi Info Media Nusantara (Kopin) dan Dana Pensiun Info Media Nusantara
(Dapin) masih menangani
kebutuhan call center sendiri. Kemudian Dapin dan
Kopin mendirikan MP untuk memenuhi kebutuhan
tersebut, sehingga Kopin
18
| HumanCapital | Nomor 02 | April 2004 |
F O K U S
dan Dapin bisa tetap fokus kepada core
businessnya.
Selain mensuplai agent call center, MP
juga mensuplai agent distribusi buku
telepon di sejumlah perusahaan perbankan
rekanan PT Info Media Nusantara yang
sifatnya temporer, di antaranya adalah Bank
Niaga, Bukopin dan ABN Amro.
Jasa yang disediakan MP ada 4 klasifikasi, yaitu evaluasi psikologi SDM atau
jasa penyedia SDM, jasa pengelolaan SDM,
jasa pelatihan dan pengembangan SDM,
jasa konsultasi SDM dan jasa penelitian.
“Latar belakang personel MP adalah psikolog. Makanya kita fokus ke SDM,” kata
Agatha V Savefina, Manager SDM MP kepada
Human Capital. Saat ini, MP memiliki 7
psikolog tetap yang harus siap memberikan
jasa konsultasi kepada pelanggan.
Kendala yang sering dihadapi MP lebih
kepada tuntutan user yang menginginkan
agent yang sesuai dengan keinginan
mereka dan tepat waktu, serta cost yang
minim tapi mendapatkan orang sebaik
mungkin. “Ini tantangan, hal ini jelas tidak
mudah. Makanya untuk kualifikasi yang
bagus, kita perlu bargaining dengan
perusahaan,” jawabnya. MP perlu memberi
pandangan kepada klien bahwa untuk
kualifikasi seperti itu, jika hanya dibayar
sekian rupiah, bisa saja agent tersebut baru
kerja kerja satu dua bulan, berikutnya akan
berhenti. Makanya, MP menekankan unsur
lain seperti benefit, yaitu Jamsostek atau
uang lembur, selain gaji pokok yang
kisarannya antara Rp800 ribu-Rp1 juta
untuk D3 dan Rp1 juta-Rp1,2 juta untuk
lulusan S1.
Meski tergolong muda, berdiri Agustus
2002 lalu, jaringan MP merupakan perusahaan besar. Ini disebabkan personel dan
pelatih merupakan orang-orang yang sudah
berpengalaman jauh sebelum MP berdiri dan
bekerja di tempat lain. Apalagi sebelumnya
sudah ada klien lewat Kopin dan Dapin.
Beberapa klien MP diantaranya yaitu
Bogasari, Sony Ericsson, Bank Niaga,
Bukopin, ABN Amro, Alcatel, dan PT Pelni.
Untuk memenuhi kebutuhan klien, MP
selalu mensurvei terhadap kebutuhan user.
Kalau klien dari perbankan, biasanya butuh
kualifikasi yang tinggi, contohnya harus bisa
berbahasa Inggris, mengerti perbankan dan
sebagainya. Berbeda kalau klien manufacture, biasanya tidak terlalu menuntut.
“Semua kita sesuaikan dengan keinginan
user,” katanya.
Bahkan untuk mencapai kepuasan user,
MP sering melakukan training baik indoor
maupun outdoor kepada seluruh agentnya.
Sifatnya sesuai kebutuhan. “Kalau pelanggan kita protes agentnya kurang baik,
biasanya kita tanyakan ke agent. Jawabannya jenuh dan sebagainya. Setelah di training, mereka punya semangat baru. Ini kan
bagian dari pelayanan kita,” ia menjelaskan
hal ini.
Untuk rencana ke depan, sudah beberapa kali MP diajak untuk mengorganisir acara
yang berkaitan dengan pengembangan
SDM. “Mereka minta kita untuk menjadi
event organizernya. Setelah dicoba, ternyata
berjalan sukses,” papar Agatha. Jadi, MP kini
sudah merencanakan untuk memberikan
jasa EO yang berkaitan dengan SDM.
Dalam menjalankan tugasnya sebagai
EO, MP bekerjasama dengan
pihak lain seperti Institut
Kesenian Jakarta dan beberapa LSM. “Kita tidak bisa
kerjakan sendiri. Kalau acaranya berkaitan dengan LSM,
kita kerjasama dengan LSM.
Semuanya tergantung kebutuhan,” Agatha mengakhiri
perbincangan.
Solusi Mitra
Kinerja
SESUATU yang baru seringkali membuat seseorang gamang. Demikian juga halnya
bagi Finny Widiyanti, Senior
Manager Solusi Mitra Kinerja
(SMK), ketika memutuskan Basanto Purno dan Eko Sumarno. Tidak ada lagi masalah setelah dikelola PPU
keluar dari tempatnya bekerja
Karena tidak semua perusahaan menghenuntuk membangun bisnis baru yang bergestudi Booz Allen Hamilton yang menyebutdaki karyawan yang sudah memiliki pengarak di bidang outsourcing. Namun, kepukan bahwa jumlah pegawai BNI terlalu
laman. “Banyak yang meminta freshtusan yang sulit tersebut sepertinya langkah
gemuk, sehingga bank berlogo kapal layar
graduate.”
yang tepat. Bermodalkan pengalaman dan
itu tidak boleh lagi merekrut pegawai.
Untuk memberikan bekal keterampilan
keyakinan, Finny bersama Eny Harjanto
“Padahal setiap unit BNI terus berkembagi calon karyawan, kata Finny, pihaknya
bertekad mendirikan SMK. Belum seumur
bang menjadi sub-unit yang tentu saja
akan mendirikan semacam sekolah yang
jagung, perusahaan sudah mengalami
membutuhkan pegawai baru. Akhirnya
merupakan company sister dari SMK dan
pertumbuhan yang cukup pesat. “Dalam
masing-masing unit mengajukan kebutuhakan dikelola oleh Eny Harjanto yang juga
dua bulan ini pertumbuhan mencapai 50an tenaga kerja serta spesifikasinya ke
Komisaris SMK. Sekolah ini akan berlokasi
60 persen,” ujar Finny ketika ditemui HuSDM, yang kemudian ditawarkan ke kopedi Kebun Jeruk.
man Capital di kantornya, pekan ini.
rasi,” ujar Basanto Purno, Direktur Utama
Mengenai adanya pandangan sebagian
Finny, yang mantan bankir, ini memanPersona Prima Utama (PPU). Hal ini terjadi
pihak bahwa sistem kerja outsourcing
faatkan kemampuan dan relasinya sewaktu
pada kurun waktu 1999-2000.
merupakan bentuk perbudakan modern,
kerja di perbankan untuk membangun
Koperasi memasok tenaga kerja sesuai
Finny dengan keras menampik. Karyawan
fondasi perusahaannya. Dalam dua bulan
kebutuhan BNI, mulai dari cabang hingga
outsourcing diperlakukan sama seperti
pertama saja, perusahaannya sudah mendaunit bisnis. “Selain tenaga terdidik banyak
karyawan tetap. Artinya, mereka juga
pat order untuk menangani pekerjaan di
juga permintaan terhadap tenaga kerja dasar
mempunyai hak-hak yang sama dengan
Bank Danamon dan PermataBank.
seperti sopir, pelayan dan satpam,” ujar
karyawan tetap di perusahaan user. “Sebe“Ke depan kami juga akan merambah
Basanto yang mengaku mempunyai 2080
lum membuat deal dengan pihak user, kami
ke bidang usaha lain. Tetapi untuk semendaftar nama calon karyawan lulusan D3 dan
selalu menanyakan hak-hak karyawan tetap
tara kami masih berfokus untuk menyuplai
S1.
di perusahaan tersebut, dan kami meminta
karyawan ke perbankan.”
Dipaparkan Basanto, para karyawan
hak-hak yang sama diberikan kepada
Bidang usaha lain, yang menurut Finny,
kontrak Koperasi Swadharma ini harus
karyawan kami.”
tengah dijajaki karena prospeknya cerah
menjalani proses seleksi lagi untuk bisa
Selain itu, lanjut Finny, karyawannya
adalah bidang bakery dan Teknologi Informenjadi karyawan BNI sesuai dalam ketenjuga melakukan negosiasi sendiri dengan
masi (TI). Namun perusahaan mana saja
tuan yang berlaku. Dalam perjanjian awal.,
pihak user. “Kami tidak ikut menegosiasikan
yang telah memborongkan pekerjaan ke
tertulis bagi yang tidak lulus tetap menjadi
gaji mereka. Kami juga tidak memungut
SMK, Finny belum mau menyebutkan
karyawan kontrak koperasi.
sepeser pun dari gaji mereka,” ungkap Finny.
karena untuk ke dua bidang ini masih dalam
Setelah berjalan 1,5 tahun, muncul
Menurut Finny, income perusahaan
taraf negosiasi. “Kita masih mencari harga
berbagai persoalan dan sempat diblow up
berasal dari fee management yang ditentuyang cocok.”
media massa, maka didirikan unit tersendiri
kan pada saat melakukan deal dengan
Menurut Finny, belakangan ini juga
yang menangani masalah outsourcing, PPU.
perusahaan user. Selain itu, pihaknya juga
banyak order untuk memasok karyawan
Basanto menyebutkan komposisi saham
berusaha untuk mencarikan pekerjaan baru
perusahaan kurir. Tetapi Finny mengaku
perusahaan 76 persen dimiliki koperasi,
bagi karyawan menjelang masa kontraknya
belum fokus ke bisnis tersebut sehingga
sisanya milik perorangan BNI. Setelah 6
habis. Sehingga begitu masa kontraknya
belum bisa memenuhi order itu.
bulan PPU berdiri semua persoalan yang
habis, mereka sudah bisa kembali bekerja.
Dikatakan Finny, apa pun jenis usaha
menyangkut masalah karyawan kontrak
Dikatakan Finny, perusahaannya siap
yang dilayani oleh perusahaan outsourcing,
koperasi diurus oleh perusahaan tersebut,
memasok karyawan dari level waitress
satu hal yang menjadi kunci utama adalah
termasuk urusan pesangon.
sampai manager. Tetapi tidak menutup
soal kualitas layanan atau servis. Ia
Dengan menganut sistem outsourcing,
kemungkinan ke depan pihaknya bisa
mengaku, sejauh ini perusahaan pengguna
menurut Basanto, BNI mendapat beberapa
menyediakan karyawan yang levelnya lebih
jasa karyawan (user) mengaku sangat puas
keuntungan. Misalnya, BNI tidak menangtinggi lagi. “Tapi untuk sekarang kami masih
dengan sistem outsourcing. Keluhan yang
gung uang pensiun. BNI juga tidak harus
kecil,” katanya merendah.
masuk hanya mengenai hal-hal yang sepele.
repot mengurusi berbagai perubahan
Itu pun, kata Finny, bukan mengenai soal
personalia, keluarga, dan sebagainya. Selain
kemampuan karyawan tetapi lebih ke attiitu, BNI tidak harus memikirkan jenjang karir.
tude. Seperti datang terlambat dan persoalBasanto menambahkan, PPU menawaran-persoalan attitude lainnya.
kan kepada karyawan kontrak koperasi yang
Karena sebelum karyawan ditempatkan
hampir jatuh tempo untuk bergabung ke PPU
ke perusahaan user pihaknya sudah membeatau keluar dan mendapat pesangon.
rikan keterampilan dan pengetahuan yang
MUNCULNYA praktik outsourcing yang Sementara untuk masalah THR, cuti, dan
sesuai dengan karakteristik pekerjaan.
sebagainya, menurut Basanto, masih
dikelola oleh Koperasi Swadharma Bank BNI
Namun, semua itu tergantung dari order.
dinegosiasikan dengan pihak BNI, termasuk
1946 bermula dari hasil kajian IMF melalui
PT Persona
Prima Utama
19
| HumanCapital | Nomor 02 | April 2004 |
F O K U S
pengaturan teknisnya.
Pihak PPU membuat perjanjian dengan
pihak karyawan dengan pola 111 (setiap
tahun diperpanjang selama 3 tahun).
Sebelum kontrak habis, unit tempat karyawan bekerja memberitahu kepada PPU.
Jika diperpanjang, PPU akan menggunakan
surat Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
(PKWT).
Masalah dana, lanjut Basanto, BNI
membayar sedikit lebih besar karena harus
memberikan fee ke PPU. Namun dari sisi
karyawan, penghasilan mereka tidak persis
sama dengan karyawan tetap. “Mereka juga
dapat bonus kinerja tapi tidak sebesar
karyawan tetap,” katanya. Mereka mendapat
THR dalam jumlah yang sama dengan
karyawan tetap.
Hingga kini, karyawan kontrak yang
dikelola PPU mencapai 1500-an, sedangkan
karyawan PPU sendiri berjumlah 18. Tetapi
jumlahnya terus berfluktuasi karena ada
pegawai yang mendapatkan kenaikan status menjadi karyawan tetap Bank BNI. Dari
jumlah karyawan kontrak yang ada, kebanyakan menangani bidang pelayanan bisnis
kartu. Mereka bertugas melayani nasabah,
teknisi, penyiapan tagihan, dan menangani
mesin-mesin milik BNI.
Terhadap pendapat sejumlah kalangan
yang menyatakan bisnis outsourcing
sebagai bentuk perbudakan baru, Eko
mentah-mentah menampik. “Saya tidak
setuju istilah perbudakan baru. Paham kami
adalah win-win solution. Dia senang kami
senang, jalan. Tidak ada paksaan,” ujarnya
seraya mengatakan semua termaktub
dalam Surat Perjanjian Kerja. Bahkan,
sistem outsourcing ini sangat berguna bagi
para lulusan baru.
Yang menjadi tantangan utama dalam
mengelola karyawan kontrak ini, lanjut
Direktur PPU IK Eko Purnomo, adalah
adanya sifat dan karakter karyawan yang
berbeda-beda. Ada yang bisa diajak bicara
lembut, ada yang harus lebih ditekan. “Kami
tidak mau keras karena kami bermitra
dengan mereka.” Untuk masalah itu, sejauh
ini Eko mengaku pihaknya bisa mengatasinya.
PPU sendiri mulai menawarkan jasanya
kepada perusahaan di luar Bank BNI, meski
prosesnya tidak semudah di BNI. “Kami
sedang negosiasi dengan sebuah bank
besar untuk pengamanan,” ujar Basanto
lagi.
IBS
BAGI perusahaan outsourcing yang
menangani masalah asuransi kesehatan
perusahaan lain, ketepatan merancang program merupakan faktor terpenting. Menurut
Presdir Healthcare Management Insurance
Broking Service Nani Nusalim, sebelum
merancang program asuransi kesehatan
karyawan dari suatu perusahaan pihaknya
melakukan analisa terlebih dahulu.
Analisa yang dilakukan menyangkut
masalah kebutuhan perusahaan yang
menjadi kliennya. Dalam analisa itu juga
melihat bagaimana Kesepakatan Kerja
Besama (KKB) antara pegawai dan perusahaan. “Antara kedua belah pihak harus balance,” ujar Nani Nursalim.
Dari hasil analisa itu, kata Nani, akan
bisa dilihat program mana yang paling sesuai
untuk merancang program asuransi kesehatan perusahaan yang bersangkutan. Tiga
aspek yang menjadi perhatian adalah
masalah manajemen risikonya sendiri,
mengenai bagaimana admisnistrasinya dan
biaya jangan sampai berfluktuasi.
Dijelaskan Nani, dalam mengelola
asuransi kesehatan memang ada perbedaan
yang mendasar antara klien perusahaan dan
tertanggung indvidu. Untuk asuransi kese-
hatan individu, sebut Nani, orang biasanya
mencari proteksi semaksimal mungkin. Tetapi dalam program asuransi kesehatan perusahaan harus ada balance antara kemampuan perusahaan dengan proteksi paling
minimum untuk seorang karyawan seperti
yang digariskan oleh Undang-Undang.
Untuk program asuransi kesehatan bagi
karyawan, saran Nani, sebaiknya suatu
perusahaan menyerahkan hal ini pada
perusahaan lain yang memiliki spesialisasi
menangani masalah tersebut.
“Banyak yang beranggapan mengoutsource-kan program asuransi kesehatan
ini ke pihak lain biaya akan menjadi lebih
mahal. Padahal justru malah sebaliknya,”
kata Nani. Hal ini dikarenakan perusahaan
Nani Nusalim, Presdir Healthcare
Management Insurance Broking
Service
outsourcing memiliki klien yang jumlahnya
cukup banyak sehingga mempunyai bargaining power yang lebih besar. Selain itu, meski
kelihatan sederhana, dalam asuransi
kesehatan banyak detil-detil yang tidak
selalu tertuang jelas dalam polis atau mudah
dipahami oleh orang awam. Seringkali hal
itu diketahui ketika terjadi klaim sehingga
mengakibatkan perselisihan yang merugikan karyawan maupun perusahaan. “Jika
dikelola oleh spesialis, detil-detil tersebut
akan diperhatikan dan diperjelas dalam
negosiasi awal,” ujarnya.
Mengenai bisnis outsourcing asuransi
kesehatan ini sendiri, Nani mengatakan
saat ini bagus. Namun ke depan masih harus
menunggu rampungnya UU Kesehatan yang
saat ini masih berupa draft. Jika
dengan UU ini premi yang dibebankan
cukup besar, maka perusahaan tidak
lagi punya budget untuk memberikan
jaminan di luar UU. Dengan sendirinya
perusahaan tidak memerlukan bantuan spesialis untuk tambahan asuransi
kesehatan di luar UU. “Jika ini terjadi,
maka kemungkinan justru kebutuhan
asuransi individu yang akan meningkat sebagai tambahan dari program yang diharuskan oleh UU,”
katanya.
Untuk saat ini, Insurance Broking
Service menangani program asuransi
kesehatan sejumlah perusahaan
besar. Beberapa di antaranya HSBC,
Dexa Medica dan Susu Bendera. Nani
menyebutkan yang menjadi kliennya
meliputi perusahaan joint venture,
perusahaan internasional yang mempunyai perwakilan di Indonesia dan
perusahaan lokal, dengan peserta
tertanggung mencapai ratusan ribu
jiwa. Turn over brokerage dari perusahaan yang sudah berusia 28 tahun
ini mencapai Rp48 miliar per tahun.„
Formulir Berlangganan
Pembaca yang terhormat,
z Tabloid Human Capital ( HC ) merupakan media
pertama di Indonesia yang berfokus pada berita
dan informasi seputar Sumber Daya Manusia dan
penyajian informasi sangat informatif serta disain
tabloidnya sangat menarik.
z HC ditujukan bagi berbagai kalangan dan terbuka
bagi siapa saja yang tertarik pada sumber daya
manusia.
z Dengan ragam rubrikasi yang sangat menarik
untuk pengembangan karir, kiat sukses, isu
permasalahan dan alternatif solusi di bidang
sumber daya serta rubrik lainnya.
z HC merupakan media komunikasi potensial bagi
para pengguna iklan untuk memasarkan produk
maupun corporate image mengingat pembaca tabloid HC adalah kalangan menengah, menengah
atas
z Untuk itu, kami memberikan penawaran yang
menarik & mudah kepada Anda guna mendapatkan
Tabloid Human Capital (HC) setiap terbit / edisi
dengan cara berlanggan.
z Cukup dengan menghubungi nomor telepon
telepon (62-21) 5220575 - 52901022 atau
mengirimkan form langganan ke faksimili (62-21)
52901024.
Kami pastikan Tabloid Human Capital (HC) akan
hadir tepat waktu di alamat yang Anda kehendaki.
Terima kasih.
Mohon dikirim tabloid HC
Nama
Perusahaan / instansi
Alamat
Telp
Alamat Rumah
Telp
Pesanan tiap edisi
HumanCapital, untuk dan atas nama kami :
: ……………………………………..
: ……………………………………..
Jabatan
: ……………………………….…….
Kota
: ……………………………….…….
Kode pos
: ……………………………………..
Faks
: ……………………………….…….
: ……………………………….…….
Kota
Kode pos
: ……………………………….……..
Faks
: …………………… Eksemplar
Mulai edisi
: ……………….… s/d ………
: ………………………………
: ………………………………
: ………………………………
: ………………………………
: ………………………………
: ………………………………
: ………………………………
Daftar Harga Langganan (per-eksemplar)
Harga : Rp. 6.750,- / Eksemplar
Periode
† 2 tahun (24 edisi)
† 1 tahun (12 edisi)
Harga Normal
Rp. 162.000,Rp. 81.000,-
Diskont
20% (Rp.32.400,-)
10% (Rp.8.100,-)
Harga Pelanggan
Rp. 129.600,Rp. 72.900,-
* Untuk Pelanggan di luar Jakarta tambah ongkos kirim
Pembayaran :
………, ………………………………. 2004
Hormat kami,
† Transfer a/n PT. Bina Semesta Giartha Lestari,
Citibank No. Rek. 8000494690
(bukti transfer dikirim melalui faksimili)
( ………………………………)
20
| HumanCapital | Nomor 02 | April 2004 |
K o l o m
MENGENAL LEBIH DEKAT
PRODUK-PRODUK ASURANSI JIWA
OLEH : RINALDI, S.SI, MM(ACT), FSAI, AAIJ
M
araknya bisnis asuransi unit link
saat ini menandai pergeseran
penetrasi pasar asuransi jiwa dari
produk–produk asuransi jiwa tradisional ke
produk–produk asuransi jiwa modern yang
menjanjikan tingkat pengembalian investasi lebih baik serta mampu menyumbangkan
pertumbuhan premi yang signifikan. Hal ini
juga tidak terlepas dari pengaruh bahwa
konsumen sudah mulai rasional dalam
menentukan dan memutuskan jenis produk
asuransi yang akan mereka beli. Pernyataan
di atas memang tidak berlebihan ditujukan
untuk sebuah mekanisme dalam memutuskan produk apa yang akan dibeli dan kenapa
harus produk tersebut yang harus dibeli.
Usaha asuransi jiwa merupakan usaha
di bidang jasa, dimana wujud produk yang
dihasilkan bukanlah suatu barang tetapi jasa
yang berbentuk aktivitas dan bersifat abstrak
atau “intangible”. Jasa yang dijual itu berupa
jaminan perlindungan bagi konsumen
(nasabah), yang berkaitan dengan hidup dan
kehidupannya dalam suatu jangka waktu
tertentu atau seumur hidup. Itulah yang
dimaksud dengan istilah “life assurance”,
yang hendaknya tidak diartikan secara
harfiah yaitu “jaminan hidup”, melainkan
“jaminan yang berkaitan dengan kehidupan”, di mana di dalamnya terkait sejumlah
uang dan waktu.
Jaminan di dalam asuransi jiwa berkisar
antara kurang dari satu tahun sampai
dengan seumur hidup, dan jaminan tersebut
berangsur–angsur akan habis terkonsumsi
sejalan dengan berlalunya waktu. Dalam
jaminan itu terkandung suatu janji dari
perusahaan asuransi jiwa untuk memberikan santunan dalam bentuk sejumlah uang
jika tertanggung mengalami peristiwa
seperti: meninggal dunia, cacat, sakit dan
mencapai hari tua. Jaminan tersebut secara
implisit memberikan suatu kepastian kepada nasabah atas permasalahaan ketidakpastian mengenai kehilangan pendapatan
sebagai akibat terjadinya peristiwa–peristiwa tersebut.
Pada tulisan pertama ini, akan dibicarakan beberapa jenis produk–produk asuransi jiwa yang dipasarkan oleh perusahaan
asuransi jiwa di Indonesia serta mengenali
manfaat–manfaat apa saja yang ditawarkan
dari produk – produk asuransi jiwa tersebut.
Produk asuransi jiwa yang ditawarkan di
pasar pada dasarnya terdiri atas tiga bentuk,
yaitu Term Insurance, Whole Life Insurance
dan Endowment Insurance, dimana produk–produk inilah yang dikategorikan
sebagai produk–produk tradisional. Sementara produk–produk asuransi jiwa tradisional
yang dikembangkan dengan melekatkan
instrument–instrument investasi di dalam-
nya serta transparansi laporan baik laporan
biaya–biaya dan keuntungan yang akan
diperoleh tertanggung nantinya, dikategorikan sebagai produk–produk asuransi modern, seperti produk asuransi unit link.
APA SAJA PRODUK ASURANSI JIWA
YANG DIPASARKAN DEWASA INI.
Banyak jenis produk asuransi jiwa yang
ditawarkan oleh perusahaan asuransi jiwa,
dimana pada dasarnya merupakan Endowment Insurance yang dikombinasikan
dengan Term Life Insurance dan Whole Life
Insurance. Misalnya, Endowment Insurance dengan manfaat meninggal dunia 2
kali atau lebih besar dari manfaat jatuh
tempo. Ada juga produk asuransi jiwa yang
memberikan santunan meninggal berupa
uang pertanggungan ditambah semua premi
yang telah dibayar. Pengembalian premi
diberikan apabila tertanggung meninggal
dunia kapan saja, ini merupakan produk
Whole Life Insurance. Produk Endowment
Insurance dimana pembayaran manfaat
asuransi diberikan secara berkala baik
tahunan maupun bulanan disebut Anticipated Endowment. Besar manfaat yang
diberikan secara berkala dibuat bervariasi
misalnya dengan kenaikkan setiap tahun
sebesar 2%, 5%, 10% atau lebih. Jenis lain
produk Endowment Insurance yang sering
dijumpai di pasar, diantaranya adalah :
z Dana Beasiswa. Produk ini merupakan
produk Endowment Insurance yang dikaitkan dengan biaya sekolah, biasanya dikenal
dengan nama Asuransi Bea Siswa, School
Fee dan lain-lain.
z Dana Bertahap. Produk ini juga berbentuk
Endowment Insurance tepatnya Pure Endowment Insurance, dimana jika tertanggung hidup pada akhir tahun tertentu selama
masa asuransi, manfaat asuransi akan
dibayarkan sebesar persentase tertentu dari
uang pertanggungan.
PRODUK ASURANSI JIWA MODERN.
Tersedianya berbagai bentuk instrumen
surat berharga pasar uang, obligasi dan
berbagai macam program tabungan, bagaimanapun juga memiliki dampak langsung
terhadap produk asuransi jiwa, yaitu mengurangi daya tarik polis asuransi jiwa nilai tunai tradisional. Konsumen semakin banyak
tertarik untuk ikut melakukan perdagangan
dengan menggunakan instrumen yang lebih
cepat mendatangkan keuntungan. Keadaan
dan kecenderungan tersebut memaksa
perusahaan–perusahaan asuransi jiwa
menciptakan atau merancang produk–
produk asuransi jiwa dengan mengkombinasikan keunggulan–keunggulan asuransi
jiwa nilai tunai (yaitu sifat terpaksa mena-
Usaha asuransi
jiwa merupakan
usaha di bidang jasa,
dimana wujud produk
yang dihasilkan
bukanlah suatu barang
tetapi jasa yang
berbentuk aktivitas
dan bersifat
abstrak atau
“intangible”
„
bung dan sebagainya), dan berbagai pilihan
produk yang memberikan keuntungan yang
lebih tinggi. Produk ini pada saat diciptakannya dinamakan universal life insurance.
Dalam perkembangannya, banyak perusahaan asuransi asuransi jiwa mengeluarkan jenis asuransi jiwa dengan produk atau
jenis polis yang sama disertai dengan
keunggulan masing–masing polis. Nama–
nama produk tersebut juga mengalami
perubahan, misalnya challenger, complete
life, solution dan sebagainya untuk menarik
calon–calon konsumen untuk membeli
produk–produknya. Nama–nama produk
asuransi jiwa tersebut pada prinsipnya didasarkan pada produk universal life. Di Indonesia saat ini telah beredar beberapa nama
produk asuransi jiwa universal life, yaitu
PruLink (PT Prudential Life Assurance),
Zlink (PT Zurich Life), AJBN Link (PT Asuransi Jiwa Binadaya Nusaindah) serta masih ada
produk–produk asuransi dengan nama
“Link“ di belakang nama produknya. Sampai
saat ini masih dibuat produk serupa oleh
beberapa perusahaan asuransi jiwa di Indonesia, yang tentunya akan menambah perbendaharaan nama produk universal life di
Indonesia.
MENGENALI CIRI–CIRI PRODUK
ASURANSI JIWA TRADISIONAL DAN
PRODUK ASURANSI JIWA MODERN.
Seperti yang dijelaskan pada bagian terdahulu, perkembangan produk asuransi jiwa
dapat dikelompokkan menurut periodenya,
yaitu produk asuransi jiwa tradisional dan
produk asuransi jiwa modern. Ciri – ciri dari
produk asuransi jiwa tradisional diantaranya
adalah:
z Besar premi dan uang pertanggungannya
tetap (konstan) sejak dimulainya asuransi
sampai dengan habisnya masa asuransi.
z Jadual pembayaran premi ditetapkan
sebelumnya, misalnya setiap tahun, enam
bulan, tiga bulan atau bulanan.
z Sejak kontrak dimulai nilai tunai polis
sudah dapat diketahui.
z Komposisi biaya, tabel mortalita dan
tingkat bunga tidak dirinci dan tidak
diketahui oleh calon pemegang polis.
z Besar tingkat bunga yang dinikmati oleh
pemegang polis konstan sepanjang kontrak
asuransi.
Sedangkan untuk produk asuransi jiwa
modern mempunyai ciri–ciri sebagai berikut:
z Komposisi premi dirinci secara terpisah
antara premi asuransi murni, biaya dan
tingkat bunga.
z Semua rincian tersebut diketahui oleh
calon pemegang polis.
z Masa pembayaran premi dan besarnya
uang pertanggungan dapat berubah-ubah,
dan tidak mempunyai jadual yang tetap,
karena produk asuransi jiwa modern ini
memungkinkan adanya penambahan premi
kapan saja.
z Produk ini memerlukan administrasi yang
jauh lebih rumit daripada produk asuransi
jiwa tradisional, oleh karena produk ini
memiliki bagian premi untuk investasi yang
cukup besar dan harus dikelola secara
profesional.
z Calon pemegang polis boleh menentukan
dimana dana (premi) diinvestasikan, seperti
saham, obligasi, pasar uang, deposito dan
sebagainya.
z Nilai tunai dari polis ini ditentukan oleh
kinerja komite investasi dari perusahaan
asuransi jiwa yang mengelola, sehingga
pemegang polis tidak tahu persis berapa nilai
tunai yang akan ia terima apabila lapse.
z Bentuk asuransi jiwa biasanya Whole Life
Insurance dengan ditambahkan beberapa
rider seperti personal accident dan total
pemanent and disability.
Ciri–ciri yang diuraikan di atas, memberikan gambaran yang lebih baik dalam mengenali produk–produk asuransi yang dikategorikan tradisional dan modern tersebut. Tentunya setiap produk memiliki nilai plus minus jika dilihat dari setiap ciri–ciri tersebut
di atas. Keputusan untuk menentukan produk asuransi mana yang paling tepat untuk
dibeli, menjadi suatu pertimbangan yang
komprehensif bagi calon tertanggung selain
sebagai tujuan proteksi calon tertanggung
itu sendiri. Bisa saja pertimbangan akan
tingkat pengembalian hasil akan menjadi
preferensi utama dalam memutuskan membeli produk asuransi tersebut. Pada tulisan
selanjutnya akan dibahas mengenai manfaat–manfaat besar dalam membeli suatu
produk asuransi jiwa.„
| HumanCapital | Nomor 02 | April 2004 |
21
22
| HumanCapital | Nomor 02 | April 2004 |
H C
T r
e n d
TREN PROFESI HR
KE DEPAN
Fungsi sumberdaya manusia (Human Resources/HR) dalam perusahaan
ikut mengalami metamorfosis sejalan dengan meningkatnya persaingan. Pakar manajemen terkemuka Prof. Dave Ulrich dari Harvard
University menegaskan, the old HR is dead. Outsourcing fungsi HR berdampak pada jabatan HR. Bagaimana menyikapinya?
P
erubahan yang konstan telah
menjadi ciri kehidupan manusia.
Pace perubahan bahkan lebih kencang lagi terjadi dalam dunia bisnis. Satu
hal yang sedang ramai diperbincangkan oleh
para profesional HR adalah praktik outsourcing, yang kali ini justru menyentuh
bidang mereka langsung, yaitu bidang HR.
Berkembangnya bisnis outsourcing, di
mana selama ini para pejabat HR perusahaan
menjadi fasilitator utama, kini “mengancam” jabatan mereka.
Istilah “mengancam” di sini tentu bukan
dalam artian negatif, misalnya membuat
mereka tidak diperlukan lagi. Namun, harus
diakui, orang-orang HR harus melakukan
reposisi bila tidak ingin kehilangan kereta.
Prof. Dave Ulrich, tokoh manajemen yang
paling berpengaruh dekade terakhir mengatakan, praktik HR tradisional (disebutnya
“the Old HR”) segera berakhir. Yang dimaksud
praktik HR tradisional lebih menekankan
kepada keahlian dalam aspek transaksi dan
pekerjaan administrasi di bidang HR. “Some
of HR will go away. Some of HR should go
away,” ujarnya. Ulrich menilai, kebanyakan
fungsi HR kini sudah dioutsourcing, dan
akan terus meluas dalam beberapa waktu
mendatang. Kondisi ini, lanjutnya, akan
menyebabkan departemen atau divisi HR
semakin mengecil dan ramping.
Berkembangnya praktik bisnis outsourcing telah merubah konstelasi bidang HR
secara dramatis. Steve Bates, seorang
penulis senior pada HR Magazine, mengatakan bahwa nilai bisnis outsourcing HR
akan terus meningkat di Amerika. Bila total
bisnis outsourcing HR tahun 2001 diperkirakan sekitar US$60 miliar, maka nilai itu
diramalkan bakal mencapai US$100 miliar
per tahun dalam beberapa tahun ke depan.
Ruang lingkup fungsi HR yang dioutsourcing pun terus meluas dari waktu ke waktu.
Sebuah survei terhadap 360 profesional
HR pada perusahaan terkemuka Amerika
tahun 2003 mengungkapkan betapa luasnya fungsi-fungsi HR yang telah dioutsourcing. Sebanyak 84% perusahaan Amerika,
misalnya, telah mengoutsourcingkan
pengadministrasian program 401 (k) – salah
satu program dari pemberian opsi saham
bagi karyawan menurut aturan Amerika.
Fungsi lain adalah konsultasi/bantuan
pekerja (84%), bantuan perencanaan
pensiun (74%), pengadministrasian pensiun (73%), karyawan temporer (72%),
pemeriksaan background (68%), program
training dan pengembangan manajemen
(57%), pengembangan dan pembinaan
eksekutif (54%), pengadministrasian benefit kesehatan (53%), pengadministrasian
benefit karyawan (49%), penggajian (49%),
manajemen risiko (46%), staf eksekutif
(44%), relokasi karyawan (41%), seleksi
sistem informasi HR dan implementasi
training (40%), rekrutmen (32%), rencana
kompensasi dan insentif eksekutif (17%),
penulisan kebijakan perusahaan (15%),
pengadministrasian rencana kompensasi/
insentif (14%), dan pengadministrasian
upah dan gaji (11%).
Di luar kegiatan outsourcing fungsifungsi terbatas HR di atas, kecenderungan
untuk mengoutsourcingkan seluruh fungsi
HR atau Business Process Outsourcing
(BPO) juga semakin meningkat di Amerika.
Omset bisnis BPO HR diramalkan bertumbuh dari US$2,5 miliar tahun 2003 menjadi
sekitar US$15 miliar tahun 2004. Kalau ini
terwujud, itu berarti nilai BPO HR dari total
bisnis outsourcing HR meningkat dari
sekitar 3,5% menjadi 15,5% - sebuah
peningkatan yang cukup besar.
Program training bisa menjadi salah
satu fungsi BPO HR yang diperkirakan bakal
berkembang dengan cepat karena dianggap
bukan penghasil pendapatan dan sebagian
bersifat administratif. Di sisi lain, bujet training internal cenderung mengecil, sehingga
staf HR bisa lebih fokus pada pengembangan
materi training dan mencari metode training yang efisien.
“Outsourcing seluruh aspek training
berarti sebuah program outsourcing yang
komprehensif, end-to-end,” jelas Doug
Harward, CEO The Excelaration Group,
sebuah perusahaan konsultan outsourcing
training di Amerika, kepada HR Magazine.
Layanan komprehensif itu mencakup
pendesainan, pelaksanaan, dan pelaporan
program training.
Sebuah laporan dari The Conference
Board tahun 2002 menyebutkan bahwa
hanya 2% perusahaan besar Amerika yang
mengoutsourcingkan keseluruhan fungsi
training ke pihak lain. Jumlah tersebut cukup
rendah dibandingkan dengan angka 55%
perusahaan yang mengoutsourcingkan
fungsi tertentu dari HR, biasanya tugastugas terkait dengan administrasi. Akan
tetapi, karena keharusan untuk bertindak
efisien dan fokus, permintaan terhadap BPO
23
| HumanCapital | Nomor 02 | April 2004 |
H C
T r
e n
training itu meningkat tajam akhir-akhir ini.
Manfaat dari BPO training, menurut
para pakar, setidaknya ada 4 hal. Pertama,
lebih hemat biaya. Perusahaan jasa outsourcing training bisa memberikan penawaran kompetitif karena adanya konsolidasi
layanan, rekayasa proses, otomasi administrasi dan eksekusi, lebih memiliki skala
ekonomi, dan adanya kebijakan diskon.
Dengan mengoutsourcingkan training,
perusahaan bahkan bisa terhindar dari
pengeluaran modal yang besar. Kedua,
perusahaan bisa lebih fokus untuk menghasilkan produk dan jasa yang efisien dan
berkualitas tinggi. Ini terjadi karena bagi
kebanyakan perusahaan, training bukanlah
kompetensi inti mereka.
Ketiga, terus mendapatkan teknologi
terbaru. Karena fokus di bidangnya, perusahaan BPO training senantiasa mendapatkan
teknologi terbaru di bidang training. Keempat, memperluas kemampuan training
global. Globalisasi mengharuskan perusahaan besar untuk masuk ke banyak negara
dengan karakteristik yang berbeda-beda.
Perusahaan BPO training bisa melakukan
training untuk menghadapi tantangan
tersebut.
Lalu, perusahaan macam apakah yang
harus melakukan outsourcing training?
Derajat keperluan perusahaan untuk
mengoutsourcingkan bidang training
berbeda antar industri. Industri-industri
yang selalu berpacu dengan teknologi dan
perubahan, macam farmasi dan teknologi,
paling membutuhkan jasa ini. Juga perusahaan pengolahan pangan, perusahaan
kimia, plastik, perusahaan yang membutuhkan training generik (seperti training
keselamatan kerja) maupun perusahaanperusahaan yang beroperasi secara global.
Sedangkan perusahaan perbankan, asuransi, dan ritel cenderung mengadakan training secara internal.
BESAR VS MENENGAH
Perusahaan besar Amerika merupakan
pasar outsourcing HR terbesar yang dilirik
oleh perusahaan jasa outsourcing. Perusahaan digolongkan besar bila memiliki
karyawan lebih dari 1.000 orang. Menurut
statistik Dun dan Bradstreet, di Amerika saat
ini terdapat lebih dari 10.000 perusahaan
yang memiliki karyawan lebih dari 1.000
orang. Bagi perusahaan jasa outsourcing,
menggarap pasar perusahaan berskala
besar itu jauh lebih menarik dibandingkan
perusahaan dengan karyawan 1.000 orang
ke bawah. Masalahnya, memberikan solusi
atau menangani karyawan 1.000 orang
lebih dibandingkan dengan menangani
1000 karyawan ke bawah membutuhkan
energi yang hampir sama. Kecuali itu, banyak
solusi HR yang baru mencapai skala
ekonomi bila dipergunakan menangani lebih
dari 1.000 karyawan.
Sebagai akibatnya, pasar outsourcing
untuk perusahaan dengan karyawan 1.000
orang ke bawah belum banyak yang menggarapnya secara optimal. Padahal, jumlah
perusahaan berskala menengah di Amerika
- karyawan 50-1000 orang – jauh lebih besar.
Jumlah perusahaan dengan karyawan 5001000 orang tercatat 15.452 buah, sedangkan jumlah perusahaan dengan karyawan
50-500 orang jauh lebih besar: 445.184
perusahaan. Kebutuhan HR untuk perusahaan dengan 1000 karyawan hampir sama
saja dengan perusahaan yang tergabung
dalam Fortune 500. Baik perusahaan kecil
maupun besar harus merekrut dan mempertahankan karyawan terbaik. Kedua jenis
perusahaan juga butuh biaya 30-40% untuk
menggantikan seorang karyawan. Keduanya
menghadapi masalah regulasi dan isu
kompensasi, benefit, training, dan lainnya
yang juga hampir sama.
Mungkin karena masih besarnya peluang pasar, maka dalam beberapa bulan
terakhir terjadi perkembangan yang amat
dinamis dalam bisnis outsourcing di
Amerika. Beberapa perusahaan yang bergerak dalam bidang non-outsourcing melakukan kemitraan, merger, dan akuisisi
dengan perusahaan jasa outsourcing.
Mellon Financial, perusahaan berbasis di
Pittsburg, mengumumkan pembelian Unifi
Network, unit usaha outsourcing dan
konsultansi dari PricewaterhouseCoopers
(PwC) New York.
Unifi bermula dari perusahaan konsultansi Kwasha Lipton yang dibeli oleh Coopers & Lybrand tahun 1997. Pada saat Coopers & Lybrand merger dengan Price
Waterhouse membentuk PwC setahun
Ada banyak alasan yang mendorong
maraknya kemitraan, merger, dan akuisisi
perusahaan jasa outsourcing akhir-akhir ini.
Faktor utama jelas masalah uang atau
peluang bisnis. Menurut Direktur Outsourcing Institute di Washington Jose Cunningham, pasar outsourcing HR tahun 2004 bisa
mencapai US$80 miliar. Krisis ekonomi di
Amerika makin mendorong perusahaan
melakukan outsourcing HR sehingga
mempercepat pertumbuhan pasar jasa
outsourcing HR.
REPOSISI PROFESIONAL HR
Derasnya proses outsourcing fungsi HR,
seperti telah disinggung sebelumnya, tak
ayal menyentuh pula kenyamanan bekerja
para professional HR. Upaya perusahaan
untuk mengoutsourcing berbagai fungsi
bisnis mulai mengenai bagian atau departemen HR. Berkembang persepsi di kalangan professional HR perusahaan, jika mereka
melakukan outsourcing, jabatan mereka
akan ikut terpangkas. Saat ini sekitar 80%
dari professional HR masih bisa mempertahankan jabatan mereka. Namun, situasinya
bisa saja berubah dalam beberapa waktu
mendatang.
Dalam situasi yang agak “mengancam
(SHRM). Kelemahan orang HR adalah dalam
memahami bisnis dan “bahasa”nya.
Para professional HR diharapkan memahami betul upaya menyelaraskan human
capital dengan kebutuhan bisnis, baik
dengan mengembangkan talenta yang
dibutuhkan perusahaan maupun pergi ke
luar organisasi untuk mendapatkannya. HR
harus lebih proaktif, terus mencari pemecahan masalah, membantu menyusun agenda
perusahaan, dan tidak hanya duduk di
belakang meja.
Bagaimana caranya? Para pakar mengusulkan agar professional HR belajar lagi di
sekolah bisnis. Misalnya mengambil studi
keuangan. Dengan penguasaan di bidang
keuangan atau fungsi strategik lainnya,
seorang professional HR bisa berkontribusi
pada hal-hal yang lebih strategis bagi
perusahaan. Perubahan peran ini tentu tidak
berlangsung dengan mudah. Pimpinan
puncak pun masih perlu menimbangnimbang sebelum Anda diberi peran baru.
Anda perlu sedikit bersabar sebelum
mendapatkan kepercayaan melakukan halhal di luar fungsi HR biasa.
Berikut adalah bentuk pekerjaan HR di
masa depan, seperti ditulis Steve Bates
berdasarkan masukan para pakar:
berikutnya, operasi bisnis di bawah Kwasha
Lipton berubah nama menjadi Unifi, yang
mengelola program outsourcing untuk
banyak perusahaan top Amerika.
PwC sendiri tidak mengambil Unifi
karena tidak sejalan dengan rencana bisnis
mereka, selain karena adanya aturan federal yang membatasi langkah mereka
menyediakan jasa audit dan nasehat bisnis
sekaligus. Mellon membeli Unifi seharga
US$275 juta. Rencananya, Mellon memindahkan 2.100 profesional outsourcing HR
ke dalam unit manajemen HR mereka dan
menggabungkan 400 karyawan konsultansi
HR Unifi ke operasi konsultansi Mellon.
Towers Perrin yang juga berbasis di New
York telah mengumumkan kerjasama
dengan Working Concepts, sebuah konsultan teknologi dan outsourcing di Columbia.
PwC juga mengumumkan manajemen unit
PwC Consulting akan membentuk aliansi
global dengan perusahaan jasa teknologi
informasi EDS untuk menyediakan jasa
konsultansi e-commerce dan outsourcing.
itu”, para professional HR perusahaan harus
menemukan kiat untuk bisa survive.
Transformasi massif di bidang HR akan
mendorong professional HR untuk mendemonstrasikan keahlian baru dan berkompetisi untuk peran baru – sebagian mungkin
belum dikenal sebelumnya. Orang-orang HR
generalis maupun spesialis benefit tertentu
mungkin tidak menjadi penting lagi bagi
perusahaan. Posisi seperti itu mungkin lebih
baik diisi oleh seorang analis keuangan HR.
Menurut guru besar manajemen HR di
Rutgers University dan University of Michigan Richard Beatty, professional HR yang
bakal sukses (menghadapi perubahan ini,
red) adalah mereka yang berpikir dalam cara
pandang yang lebih luas. Mereka harus
melihat kebutuhan konsumen dan menempatkannya ke dalam perspektif perusahaan.
“Orang-orang akhirnya menyadari, untuk
sukses di bidang HR, Anda butuh lebih dari
sekedar pengetahuan di bidang HR,” ujar
Susan Meisinger, President dan CEO the
Society for Human Resources Management
z Chief Financial Officer (CFO) bagi HR.
Jabatan ini memungkinkan penerapan
matriks yang menggambarkan nilai ekonomi
sebenarnya dari HR dan menganalisis
efektifitas biaya dari berbagai praktik HR
yang diusulkan atau diimplementasikan.
Berapa banyak karyawan tertentu yang
menyumbang terhadap pendapatan? Seberapa besar program training membantu
bisnis? Apa saja fungsi atau program yang
tidak memberi nilai tambah dan seyogyanya
dihapuskan?
z Konsultan Internal. Orang ini membantu
memperluas kompetensi HR di seluruh
bagian organisasi, memberdayakan manajer
lini untuk merekrut, mewawancarai, mendapatkan dan mempertahankan talenta yang
dibutuhkan sembari memberi bantuan
kepada para manajer itu terhadap aspek
hukum yang penting dan masalah etika,
seperti hukum diskriminasi terhadap orang
cacat dan usia.
z Manajer Talenta. Orang ini bertanggung
jawab terhadap pencarian, pengembangan,
24
| HumanCapital | Nomor 02 | April 2004 |
K o l e
g a
Baradita Katoppo
Take it as Comes ...
D
unia sekuritas dan analis saham
rasanya takkan asing dengan
Baradita Katoppo. Pria kelahiran
Jakarta, 23 Desember 1966 ini sudah 17
tahun berkiprah di industri saham dan investasi. Pembawaannya yang tenang dan bersahabat menjadikan ayah dua putri dan satu
putra ini teman berbicara yang menyenangkan. Bara, demikian ia dipanggil, kini bukan
hanya seorang analis senior. Sejak 1999 ia
mendirikan PT. Inti Binar Andalan Sejahtera
atau IBAS yang menyediakan jasa riset &
konsultasi investasi.
Di tengah jadwalnya yang padat, HC sangat berbesarhati Bara bersedia meluangkan
waktu setelah jadwal fitnessnya untuk
diwawancara meski melalui perjanjian yang
sangat singkat. Mungkin karena Bara sejak
kecil telah mengenal dunia jurnalistik
sehingga ia memiliki empati yang besar.
Baradita adalah putra dari Aristide Katoppo,
wartawan senior yang juga pendiri harian
Sinar Harapan yang sempat dibredel 3 kali
oleh pemerintah orde baru. “Waktu saya
kelas 2 SD, saya dengan kakak saya yang
juga masih SD dan adik saya yang baru TK
harus berangkat ke Amerika Serikat bertiga
saja menyusul Ayah dan Ibu di sana. Kami
hanya diberi name tag kemudian dititipkan
ke flight attendants” Bara tersenyum. Yang
ia ceritakan adalah suatu masa ketika
Ayahnya ‘diminta’ meninggalkan Indonesia
karena reportase medianya.
Dua tahun di Boston, Bara kembali ke
Indonesia dan menghabiskan masa sekolah
serta kuliahnya di Jakarta. “Saya lulus dari
SMA 3 tahun 1986 dan sempat kuliah di
MIPA UI 2 tahun. Tapi di sela-sela itu, sekitar
tahun 1987 saya masuk jurusan Bahasa
Inggris Diploma UI dan lulus dari situ tahun
1990,” ujarnya. Bara yang telah piawai berbahasa Inggris sejak kecil tak mengalami
kesulitan menyelesaikan kuliahnya meski
pada saat itu ia juga bekerja. “Terus terang
saya memilih bidang ilmu yang saya suka
dan kuasai sehingga memungkinkan saya
mencari pengalaman kerja,” kata Bara
sambil tertawa.
Ketika mahasiswa Bara memang sudah
bekerja sebagai penerjemah English News
Service di TVRI. Ia menterjemahkan berita
berbahasa Inggris ke Indonesia dan sebaliknya. Pada saat yang sama, sekitar 1987
H C
T r
hingga 1989, Bara juga bekerja paruh waktu
di perusahaan finance Royards Limited
sebagai Junior Representative. “Pekerjaan
saya mengurus line kredit dari luar negeri
untuk perusahaan-perusahaan Indonesia.
Kemudian saya juga memberikan advise
bisnis untuk klien yang mau ekspansi,”
jelasnya. Bara merasa beruntung karena
saat itu ia berkesempatan mengunjungi
negara-negara maju. “Tahun 1987 saya
sudah ke Taiwan dan melihat maju dan
modernnya negara itu.”
Bara memasuki industri saham pada
tahun 1991 sebagai Investment Adviser di
sebuah perusahaan joint venture antara
Astek (Jamsostek sekarang) dengan Regent
Pacific Holding. Ia menjadi asisten Joe Tang
dan belajar banyak mengenai investasi.”Hanya saja waktu itu fund management
belum berkembang di Indonesia sehingga
akhirnya saya terpikir untuk mencari
peluang di tempat lain,” ucap Bara. Tahun
1993 Bara hijrah ke HG Asia, salah satu
institusi yang punya riset saham berperingkat tinggi di Indonesia saat itu tempat ia
kemudian menjadi analis saham andalan.
“Tugas saya adalah menganalisa dan memberikan rekomendasi atau setidaknya menampilkan peluang bagi investor asing untuk berinvestasi di Indonesia. Saat itu saya
menyadari betapa pentingnya riset itu bagi
perkembangan usaha. Bagaimanapun upaya
bisnis dan pengembangannya sepatutnya
didukung oleh riset yang memadai,” sebut
Bara yang mengaku sangat demanding
untuk kerapian dan kelayakan pekerjaan.
HG Asia menghantar Bara ke berbagai
kota besar dunia. “Dalam setahun setidaknya
4 sampai 7 kali saya ke luar negeri. Sekali
pergi bisa 1,5 bulan karena saya berkeliling
dari satu negara ke negara lain. Kalau saya
ingat, luar biasa mereka mengatur jadwal
pertemuan saya dengan calon-calon investor di berbagai kota besar dunia. Saya bisa
pagi ada di Tokyo dan pagi berikutnya sudah
di perjalanan ke Paris,” ungkapnya. Ada
pengalaman lucu yang Bara ingat ketika
hendak bertemu dengan calon investor di
Tokyo.”Saat itu saya bersama klien emiten
Indonesia yang bertemu investor asing.
Kami sudah berkeliling ke beberapa negara
dan biological clock di badan saya sudah
kacau. Semalaman saya gak bisa tidur, padahal pagi jam 7 ada breakfast meeting dengan klien dan calon investor Jepang.” Alhasil Bara baru tertidur jam 5 pagi dan alarm
berbunyi jam 6. “Karena ngantuk, saya stop
alarm dan tidur lagi. Sekali lagi alarm bunyi,
saya stop lagi. Rupanya yang kedua itu membuat alarm saya mati,” Bara tersenyum geli.
Akhirnya Bara terbangun jam 7 oleh telpon
dari kliennya. Panik karena sudah terlambat,
Bara harus memilih mencukur jenggot atau
menyikat gigi karena jika dua-duanya tak
akan sempat. “Akhirnya saya memilih untuk
cukur jenggot saja karena itu lebih menolong penampilan saya dibanding gigi yang
gak disikat,” Bara terbahak.
dan vendor lainnya.
z Pemimpin independen. Ia bekerja dengan
spesialis TI dalam dan luar perusahaan
untuk mendirikan dan menjalankan portal
berbasis Web untuk fungsi-fungsi yang telah
diotomasi, seperti benefit, administrasi
pensiun, yang bisa diakses karyawan
melalui PC mereka.
Ke depan, para pemimpin HR harus
menciptakan produk dengan harga yang pas
dengan karakteristik tertentu sesuai kebutuhan klien. Produk itu sendiri berupa kontri-
busi tenaga kerja terhadap pencapaian tujuan bisnis tertentu. Sementara, bertindak
sebagai pembeli adalah manajemen senior.
Di luar rangkaian profesi masa depan
itu, tentu saja tidak tertutup kemungkinan
bagi profesional HR untuk pindah bekerja
ke perusahaan jasa outsourcing, dalam hal
ini ke perusahaan klien mereka. Sebagian
besar eksekutif atau manajer perusahaan
outsourcing yang sukses memang mantan
profesional HR yang berpindah kapal
memimpin perusahaan jasa outsourcing.
Tahun 1996 Bara melihat partisipasi lokal di pasar saham Indonesia mulai membesar, sehingga ia merasa harus berkontribusi di perusahaan lokal. Hanya sayangnya
krisis moneter menjadikan perusahaan sekuritas tempat Bara bekerja terkena dampaknya. “Karena krisis, banyak perusahaan
sekuritas lokal tak lagi merasa visible untuk
memiliki analis senior yang mahal.” Namun
saat itu Bara justru melihat peluang lain,
hingga pada tahun 1999 ia mulai mendirikan
IBAS yang difokuskan untuk menyediakan
jasa riset dan konsultansi berbasis riset bagi
perusahaan sekuritas di Indonesia.
“Dengan pengalaman luar dan dalam
negeri kami dapat memberikan jasa riset
secara komprehensif. Pada dasarnya riset
saham tak hanya memberikan laporan saja,
tetapi juga memberikan valuation dan
rekomendasi bagi klien. IBAS adalah yang
pertama menyajikan full service research
dengan quality, quantity dan delivery yang
terjaga,” katanya. IBAS selama ini melayani
broker dan investor institusi seperti asuransi dan dana pensiun. “Belakangan karena
investor institusi masih sangat terbatas,
kami mulai merambah pasar individual dengan menyajikan laporan riset investasi bulanan yang kami kami tawarkan seperti halnya majalah,” ujar Bara mengenai Paragraph
One, kumpulan riset investasi yang dikemas
menarik dan diterbitkan IBAS secara bulanan sejak Mei 2003.
Ketika ditanyakan pendapatnya mengenai Indonesia, Bara mengatakan optimis
dengan investasi di Tanah Air. Apa karena
Bara memang orang yang optimistis?”saya
lebih tepat dikatakan positive thinking,”
sahutnya tertawa kecil. Tapi bukan itu, tambahnya, saat krisis mulai 1997 dan Djiwandono membuka kurs, Bara sudah memproyeksikan bahwa krisis akan berlangsung
setidaknya 5 tahun. Dan ternyata memang
akhir tahun 2002 sudah tampak gejala
perbaikan. “2003 is a good year and hopefully 2004 is better.” Hebat sekali ramalan
Bara! “Bukan sekedar ramalan,” Bara tersenyum, “itu berdasarkan data. Bagi saya semua proyeksi atau rekomendasi itu baru
bisa dikatakan sahih jika berdasar data,” imbuhnya.
Apapun situasinya, Bara merasa Indonesia tetap menarik untuk usaha. “Saya masih akan konsisten dengan industri yang
sudah saya geluti lama ini, pokoknya jalan
dan nikmati saja….” Well, take it as it
comes… begitu memang Baradita Katoppo
menyikapi hidupnya.„
e n
dan upaya mempertahankan pekerja terbaik
dan paling cemerlang untuk memenuhi
kebutuhan organisasi. Ia mengelola perencanaan pembelajaran dan suksesi, memindahkan orang berdasarkan talentanya.
z Manajer Vendor. Ia harus menentukan
fungsi-fungsi yang bisa ditangani lebih baik
dan lebih efisien di luar organisasi. Ia
bertugas memonitor kualitas dan biaya,
terus berjaga untuk selalu ada di depan di
bidang ini, dan memelihara hubungan kerja
yang erat dengan perusahaan outsourcing
Atau sekalian mendirikan perusahaan jasa
outsourcing, baik sendiri maupun bersama
rekan-rekan. Menurut Eddy S. Tjahja, Managing Director JobsDB.com, beberapa
perusahaan besar di bidang jasa outsourcing sedang bersiap-siap masuk ke pasar Indonesia dengan menggandeng mitra lokal.
Siapa tertarik?
Sekali lagi, dunia belum kiamat buat
Anda, para professional HR selama Anda
selalu rajin membaca dan menganalisis tren
bisnis.„
25
| HumanCapital | Nomor 02 | April 2004 |
K o l e
g a
Dino Martin
Diferensiasi dari Celah Dua Gunung
S
iapa kira pria supel dan kreatif yang
selalu tampil funky ini sewaktu kecil
adalah anak pendiam? Terlahir pada
27 Desember 1973 di Waena Abepura Papua
dengan nama Diyonisius Rari Purantara
Aldaqah, yang berarti adik di antara dua
gunung, lajang yang lebih biasa dipanggil
Dino Martin ini sedang berhembus bagai
angin segar di kancah dunia kerja pemasaran (marketing). Kariernya melesat pesat
sejak ia berkiprah di Erickson dan Loreal
Indonesia tempat di mana ia belajar pentingnya service yang baik serta mencintai dan
percaya pada produk yang dipasarkannya.
Dino bahkan sempat tercatat sebagai eksekutif muda berpenghasilan tinggi beberapa
tahun silam. Setelah sempat berkarier di
bank, perusahaan rokok, produsen ponsel,
kosmetik, dan media komunikasi luar ruang,
kini ia menjabat General Manager Pemasaran perusahaan otomotif multinasional
terkemuka di Indonesia pada usia relatif sangat muda.
Meski pendiam, Dino kecil tak urung
dulu sering membuat temannya menangis
karena kejahilannya. “Aku dijadikan dokter
kecil oleh sekolah, supaya bisa mengalihkan
kejahilanku barangkali…,” Dino yang
menghabiskan masa kecil di Jakarta dan
melewatkan masa SMA serta kuliahnya di
Yogyakarta itu tertawa. Tapi kejahilan Dino
itu ternyata sinyal kreatifitas tinggi yang
dimiliki pria yang juga gemar menulis,
memotret dan bermotor ini. “Sekolah di De
Britto itu tantangan berat luar biasa;” ujar
Dino. Itu karena kakeknya adalah salah satu
pendiri SMU yang dikenal berstandar
kurikulum tinggi itu sehingga Dino merasa
harus memiliki prestasi yang baik. Di masa
itu pula Dino menemukan jati diri sebagai
seorang yang easy going dan percaya diri.
Khususnya saat ia terpilih menjadi wartawan koresponden majalah Hai untuk liputan
wilayah Jawa Tengah dan Surabaya.
Sarjana ekonomi lulusan Universitas
Gajah Mada tahun 1996 ini ternyata telah
memiliki naluri bisnis, khususnya bidang
pemasaran, yang kuat bahkan sejak ia
kuliah. “Dengan teman kuliah dulu aku
punya outlet LD Rental yang aku pikir-pikir
sangat maju untuk ukuran saat itu,”
ujarnya. Omsetnya mencapai 20 juta per
bulan dan pada liburan besar bahkan bisa
berlipat. “Saat berbisnis LD Rental itu aku
berpikir bagaimana usaha ini beberapa tahun
ke depan, aku juga merasa perlu kenal
marketnya dan memahami kebutuhan mereka. Dan yang penting, aku ingin Rental ini
berbeda dari yang lain,” demikian ungkapnya.
Dengan semangat Dino menceritakan
berbagai programnya untuk menarik pelanggan (acquisition) dan menahan pelang-
gan (retention), termasuk dalam daftar
pelanggannya adalah hotel-hotel bintang 4
dan 5 di Yogya. “Kami waktu itu malah menggaet Coca-cola untuk bersponsor di 10.000
judul film LD kami,” Dino terbahak.Tapi
sedihnya saat Dino diongkosi berlibur ke Bali
oleh LD Rentalnya, justru outletnya dibobol
maling hingga ludes. “Surprisingly, waktu
itu kami bangkit lagi karena pelanggan.
Mereka mengembalikan LD yang dipinjam
dibarengi kiriman kue serta ucapan-ucapan
simpati,” katanya. Usaha penyewaan itu
bahkan bangkit lagi dengan bantuan salah
satu supplier LD langganannya di Jakarta.
Kemampuan memprediksi perkembangan bisnis dan industrinya 5 tahun ke
depan, menciptakan diferensiasi dan
konsisten menjaga dan membangun diferensiasi melalui inovasi serta memberikan
extra miles pada pelanggan adalah prinsip
utama Dino dalam mengelola pemasaran
bagi produknya. “Aku termasuk orang yang
sangat ‘memuja’ pelanggan, dalam arti
selalu menganggap pelanggan tak salah.
Sudah menjadi tugas orang seperti aku
untuk menemukan, memahami dan memenuhi kebutuhan serta memberikan yang
terbaik buat pelanggan,” demikian Dino
mengatakan. Dino juga sangat mengutamakan kerja team. Baginya kesuksesan
yang paling berarti adalah kesuksesan yang
diraih oleh team. Mengenai dunia pemasaran di Indonesia, khususnya komunikasi
pemasaran, Dino menganggap Indonesia
sangat kreatif dan tak kalah dibandingkan
dengan luar negeri. “Kita mungkin hanya
perlu mempertahankan konsistensi brandnya supaya customer dan publik bisa lekat
mengenal corporate maupun brand identity.
Kalau berubah-ubah, mereka akan bingung.
It’s very important not to confuse your customers,” Dino yang berencana membangun
One Stop Communication Solution 10
tahun lagi ini menyudahi pembicaraan
dengan HC. „
Dr. Deby Vinsky
Mengelola Karyawan dengan Pola Reward and Punishment
D
okter umum dan kecantikan ini
memilih dunia pendidikan dan
sekolah modeling sebagai lahan
bisnisnya. Dunia pendidikan, ke PR-an dan
modeling rupanya sangat menarik dr. Deby
untuk menjadi pilihan profesi bisnisnya
ketimbang berpraktek sebagai dokter pada
umumnya. Lulusan Fakultas Kedokteran
Universitas Samratullangi dan UNIKA
Atmajaya ini mengatakan: “Dalam mengembangkan keilmuan tidak serta merta
memaksakan berpraktik.” Dengan usaha
yang digelutinya sekarang ini pun ia mampu
menggunakan ilmunya untuk pengembangan kesehatan dan kepribadian yang mantap.
Sebagai pemilik dan pimpinan pada tiga
divisi usaha yang berbeda, dr. Deby memiliki
beberapa strategi dalam menyeleksi pegawai
maupun pengembangan sumberdaya manusia sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Misalnya memberikan pelatihan, menyatukan visi perusahaan, memilih karyawan
yang memiliki loyalitas dan komitmen
terhadap tugas yang diembannya. Satu
kunci utama yang menyebabkan ia hingga
saat ini belum pernah memecat seorang
karyawan karena ia menerapkan pola “Reward and Punishment “ yang jelas terhadap
karyawannya. Dengan cara itu pula, ia
mendorong para karyawan untuk berpres-
tasi lebih baik.
Dr. Dedy bertutur dalam membina
karyawannya diibaratkan seperti merawat
anak di rumah, diperlukan kesungguhan
dalam pengembangan kemampuan di
segala hal dan tidak memberikan beban
melebihi kemampuan anak tersebut. Oleh
karena itu, pola pengembangan office boy
berbeda dengan level manajer. Dia telah
mendelegasikan pengelolaan 50 karyawannya kepada ke HRD Manager agar mereka
mempunyai visi dan misi yang sama dalam
mencapai sasaran perusahaan.
Seluruh karyawan yang mempunyai
prestasi gemilang, loyal dan memiliki track
record bagus menurut HRD Manager
otomatis mendapatkan reward. “Itu sudah
merupakan komitmen saya terhadap
karyawan yang profesional,” tukasnya.
Bentuk reward bagi karyawan sangat
bervariasi. Karyawan-karyawan yang masa
kerjanya telah mencapai lima tahun ke atas
akan memperoleh fasilitas tertentu, baik
kepemilikan kendaraan ataupun rumah
pribadi.
Dengan penerapan pola reward ini
diharapkan karyawan bekerja bukan hanya
sebagai pekerja akan tetapi juga sebagai
“pemilik” secara tidak langsung. Rasa
memiliki para karyawan memang ditumbuhkan secara terus menerus, sehingga mereka terpacu untuk selalu meningkatkan
kinerja secara profesional. Pada gilirannya,
hal ini akan membuat loyalitas karyawan
menguat.
Sebagai pimpinan, dia pun memahami
adanya praktik bajak membajak karyawan
yang andal antara satu perusahaan dengan
perusahaan yang lain. Praktik demikian
diakuinya sulit dihentikan sepenuhnya.
Andai salah seorang karyawan kepercayaannya dibajak perusahaan lain, dr. Deby tidak
sepenuhnya kecewa. “Bagaimanapun ia
diminati orang lain hasil pemolesan saya
sebagai pimpinannya,” katanya santai.
Lantas, bagaimana gaya kepemimpinan
yang diterapkannya sehari-hari? “Saya
menerapkan gaya kepemimpinan yang
luwes, yang memungkinkan proses demokratisasi berjalan,” jawab wanita yang masih
tampak cantik itu. Sikap berdemokrasi itu
menyebabkan ia tidak terlalu suka hal-hal
yang terlalu birokratis. Karyawan yang ingin
berbicara dan bertemu langsung dengan
dirinya bisa saja langsung menemui dirinya.
Hal itu tidak berarti melangkahi HRD Manager, tetapi semata-mata agar keputusan
yang diambil lebih cepat dan optimal.
Penerapan reward itu juga berbarengan
dengan punishment. Bentuk tindakan yang
diambil terhadap karyawan level bawah
hingga manajer berupa peringatan hingga
pemecatan, tergantung tingkat kesalahan
yang bersangkutan. Semua pencatatan
bentuk kesalahan tersebut dilakukan oleh
HRD Manager. Tapi bersyukur, ucapnya,
hingga kini ia belum pernah berurusan
hingga ke P4 ( Panitia Penyelesaian
Perburuhan ) Depnaker. Kalaupun ada
karyawan yang bermasalah, dr. Deby tetap
memberikan hak-hak karyawannya sesuai
dengan aturan dari Depnaker. “Itu tidak
boleh kita ingkari,” katanya serius.„
26
| HumanCapital | Nomor 02 | April 2004 |
Konsultasi Hukum Ketenagaker jaan
Diasuh oleh: A. Kemalsjah Siregar
HAK-HAK PEKERJA
OUTSOURCING
IJIN PERUSAHAAN
PENYEDIA JASA PEKERJA
Pak Kemal Yth.
Saya bekerja sebagai manajer SDM di satu
perusahaan yang mempunyai hubungan
dengan satu perusahaan yang bergerak di
bidang penyediaan jasa pekerja. Dalam Pasal
66 (3) UU No. 13/2003 dikatakan bahwa
perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh
memiliki ijin dari instansi yang bertanggung
jawab di bidang ketenagakerjaan. Kami
mencoba mencari peraturan tentang pemberian ijin dimaksud tetapi tidak menemukannya. Mohon penjelasan Bapak apakah
peraturan yang mengatur mengenai ijin
dimaksud?
Salam,
HP
PT SS
Jakarta
Jawab
Ini adalah permasalahan hukum yang cukup pelik karena UU No. 13/2003 tidak
mengamanatkan kepada Menakertrans untuk menerbitkan suatu keputusan sebagai
peraturan pelaksana dari Pasal 66 (3)
berkenaan dengan ketentuan tentang pemberian ijin dimaksud. Saat ini yang dijadikan
sebagai acuan dan dasar hukum pemberian
ijin bagi perusahaan pengerah tenaga kerja
adalah Kep-203/Men/1999. Saya berpendapat Kep-203/Men/1999 tidak mengatur jenis pemberian jasa penyediaan jasa pekerja
yang diatur dalam Pasal 66 dan karenanya
tidak tepat dijadikan dasar penerbitan ijin
dimaksud. Kalaupun ini digunakan maka ini
adalah penggunaan ketentuan yang salah
dan tidak berarti apa pun secara hukum.
Selama tidak dikeluarkan keputusan Menakertrans untuk penerbitan ijin sebagaimana
dimaksud dalam pasal 66 (3) UU No. 13/
2003 maka dapat dikatakan perusahaan
yang bergerak di bidang penyediaan jasa pekerja tidak dapat dipersalahkan apabila tidak
memiliki ijin dimaksud. Namun, karena UU
No. 13/2003 tidak mengamanatkan kepada
Menakertrans untuk menerbitkan suatu keputusan sebagai peraturan pelaksana dari
Pasal 66 (3) maka UU No. 13/2003 harus
diperbaiki agar dapat mengakomodir hal ini.
STATUS HUBUNGAN KERJA
Mas Kemal Yth.
Saat ini saya bekerja di satu perusahaan
outsourcing dan di tempatkan di klien perusahaan outsourcing sebagai teller di satu
bank. Hubungan kerja saya dengan perusahaan outsourcing adalah bentuk Perjanjian
Kerja Waktu Tertentu. Setahu saya jabatan
teller adalah jabatan yang bersifat tetap. Jadi
menurut saya hubungan kerjanya tidak boleh dalam bentuk outsourcing. Bagaimana
caranya saya bisa menjadi pekerja tetap dan
tidak selamanya menjadi outsourcing?
Hormat kami,
STA
Jakarta
Jawab
Yang pertama-tama harus diperhatikan
adalah apakah syarat-syarat yang tercantum
dalam UU No. 13/2003 tentang jenis pekerjaan yang boleh dibuat dalam bentuk Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (“PKWT”). Salah satu syaratnya adalah jenis pekerjaan
tersebut tidak boleh bersifat tetap. Jabatan
teller adalah suatu jabatan yang bersifat
tetap. Karenanya, pengadaan hubungan
kerja untuk jabatan tetap berdasarkan PKWT
adalah tidak benar. Namun mengingat saat
ini mencari pekerjaan adalah sangat sulit
maka tentunya akan sulit bagi saudara
untuk memaksakan diri agar harus diangkat
sebagai pekerja tetap. Yang harus saudara
perhatikan adalah apabila jangka waktu
PKWT berakhir dan perusahaan tidak
bermaksud untuk meneruskan hubungan
kerja dengan saudara maka perusahaan
outsourcing tersebut wajib membayarkan
hak-hak saudara atas uang pesangon dan
uang penghargaan, apabila masa kerja
saudara telah memenuhi syarat untuk
mendapatkannya, serta penggantian hak
yang berlaku dalam hal terjadi PHK bagi
pekerja tetap.
HAK-HAK PEKERJA OUTSOURCING
Mas Kemal Yth.
Saya bekerja di perusahaan outsourcing
yang menempatkan saya bekerja di satu
perusahaan klien perusahaan tersebut.
Hubungan kerja saya dengan perusahaan
outsourcing adalah bentuk Perjanjian Kerja
Waktu Tertentu untuk jangka waktu 15 bulan. Ternyata, sebelum berakhirnya jangka
waktu 15 bulan tersebut, perusahaan tem-
SuaraPembaca
PENCERAHAN UNTUK KARYAWAN
Selamat. Itu ungkapan pertama yang saya sampaikan setelah membaca Tabloid
Human Capital. Keputusan untuk menerbitkan tabloid yang membahas masalah sumberdaya manusia dan segala persoalannya
merupakan suatu hal yang bagus. Sepengetahuan saya, belum pernah ada tabloid semacam ini. Ke depan saya berharap, tabloid
ini bisa meliput hal-hal yang bisa memberikan ‘pencerahan’ untuk karyawan. Jujur
saja, telah bertahun-tahun jadi karyawan,
saya dan mungkin ribuan karyawan yang
lain, tidak tahu apa yang menjadi hak dan
kewajiban saya. Sehingga tabloid ini benarbenar bisa menjadi referensi dan orang akan
selalu ‘menolehnya’ tatkala menghadapi
persoalan-persoalan mengenai pekerjaan
dan lingkungan pekerjaannya.
Puji Hartati.
Jl Trisula Semper Timur, Cilincing,
Jakarta Utara
TABLOID YANG SANGAT SERIUS
Saya mendapat tabloid Human Capital
dari seorang teman. Membaca isinya, sangat
terkesan ini merupakan tabloid yang sangat
serius. Mungkin karena tabloid ini memang
menyasar untuk kalangan yang serius
tersebut. Namun, menurut hemat saya,
liputan-liputan tersebut bisa disajikan lebih
enteng dan sedikit populer tanpa harus
kehilangan nilai informasinya. Untuk hal-hal
yang menyangkut peraturan dan persoalan
teknis mungkin menjadi perkecualian. Saya
yakin Human Capital bisa melakukannya.
Winarno
Perum BDB II, Sukahati,
Cibinong
KESALAHAN SPELLING
Saya sangat tertarik begitu melihat Tabloid Human Capital. Namun sebagai tabloid
yang terbit bulanan jumlah halamannya bisa
ditambah dari yang ada sekarang. Selain itu,
meski tidak mengganggu, berbagai kesalahan spelling sebaiknya diperbaiki. Saya
berharap untuk edisi selanjutnya, mutu Ta-
pat saya ditempatkan mengembalikan saya
ke perusahaan outsourcing dengan alasan
saya tidak mampu bekerja dengan baik. Perusahaan outsourcing ini kemudian memutuskan hubungan kerja dengan saya tetapi
tanpa membayarkan apapun. Mohon dijelaskan bagaimana hak-hak saya apakah memang saya berhak atas suatu pembayaran.
Hormat,
Tri A.
Jakarta
Jawab
Pasal 62 UU No. 13/2003 tegas mengatur
kewajiban pihak yang mengakhiri PKWT
sebelum tanggal berakhir yang disepakati
dalam PKWT. Kewajiban tersebut adalah
membayarkan ganti rugi kepada pihak yang
diputuskan hubungan kerjanya sebesar
upah pekerja sampai batas waktu berakhirnya jangka waktu PKWT. Tindakan perusahaan outsourcing yang memutuskan
hubungan kerja dengan saudara tanpa
membayarkan apapun kepada Saudara
adalah melanggar Pasal 62 ini. Untuk itu,
Saudara dapat mengadukan permasalahan
Saudara kepada Disnaker atau Sudinakertrans setempat untuk dibantu mendapatkan
hak-hak Saudara.
Kirimkan pertanyaan Anda ke Redaksi Human Capital
A. Kemalsjah Siregar
Managing Partner Kemalsjah Cembyn &
Affriline Attorneys At Law
Ralat
bloid Human Capital bisa lebih bagus baik
dari sisi tampilan maupun isinya .
Gunawan
Karang Tengah,
Tangerang
TREN DUNIA KERJA
Saya punya usul kepada Tabloid Human
Capital agar taloid ini juga mempunyai nilai
plus bagi para pencari kerja. Saya menyarankan agar halaman lowongan iklan ditambah sehingga taloid ini bisa menjadi referensi bagi para pencari kerja yang di negeri
kita ini jumlahnya jutaan. Selain itu, mungkin tabloid ini akan lebih bagus kalau memberikan peta bagi pembacanya mengenai
tren dunia kerja. Pekerjaan apa yang sekarang tengah boom dan pekerjaan mana yang
sedang nyungsep. Semoga saran saya ini
memberi kebaikan bagi tabloid ini maupun
bagi para pencari kerja.
Mimiarianti
[email protected]
Terima kasih banyak atas segala
masukannya (Redaksi)
Pada edisi pertama (Maret 2004),
terdapat beberapa kekeliruan:
1) Alamat PT. Krama Yudha Tiga
Berlian Motors dalam rubrik Bursa
Kerja seharusnya adalah sebagai
berikut:
Jl. Jend. A. Yani Pulo Mas
Jakarta 13210
Email : [email protected]
2) Nama perusahaan Hey Management
dalam rubrik Fokus seharusnya Hay
Management.
Dengan demikian, kekeliruan itu telah
diralat. Mohon maaf atas kekeliruan
tersebut.
Redaksi
| HumanCapital | Nomor 02 | April 2004 |
H C
T r
e n d
27
28
| HumanCapital | Nomor 02 | April 2004 |
K i a t
Bagaimana persiapan perusahaan
dalam mengimplementasikan “Outsourcing”
Sebelum menjalankan outsourcing, perusahaan perlu melakukan beberapa tahap
persiapan. Berikut ini adalah kiat persiapan outsourcing untuk informasi Anda:
„ PERENCANAAN.. Ini adalah tahap dilakukannya riset atau pendataan mengenai bagaimana
praktek outsourcing dijalankan. Pada tahap
ini penting untuk mempelajari
perusahaan sejenis yang telah
melakukan outsourcing agar
dapat melihat masalah yang
mungkin timbul. Penting juga
untuk mendata perusahaan
mana saja yang bergerak dalam
bisnis outsourcing.
„ PEMBENTUKAN TIM PELAKSANAAN OUTSOURCING.. Pilih satu
orang manager yang ditugaskan
menangani outsourcing. Berdasarkan data-data yang telah
dikumpulkan, sosialisasikan
rencana yang akan dijalankan
kepada tim yang menangani
outsourcing. Jika perlu undang
konsultan untuk memberikan
pengetahuan dan pemahaman
yang lebih jelas kepada tim mengenai
outsourcing.
„ HADIRKAN RASA KEPEMILIKAN DARI BAGIAN ATAU DIVISI YANG AKAN MENGGUNAKAN
JASA OUTSOURCING.. Penting untuk mengundang seluruh bagian yang akan terlibat
menggunakan jasa outsourcing, termasuk bagian Sumber Daya Manusia yang bertugas
memastikan kepatuhan dijalankannya peraturan tenaga kerja. Berikan pengertian dan
pemahaman kepada para pengguna langsung (end user) agar mereka dapat
menjalankan perannya sebagai wakil dari perusahaan pada waktu
berinteraksi dengan karyawan dari perusahaan outsourcing.
„ UNDANG PERUSAHAAN OUTSOURCING.. Sebelum melakukan
pemilihan, sebaiknya undang paling banyak 4 perusahaan jasa
outsourcing. Akan lebih baik jika perusahaan tersebut telah/pernah
mempunyai klien yang sejenis dengan perusahaan Anda. Pengalaman
mengelola perusahaan yang sejenis akan sangat berguna. Dari 4
perusahaan yang telah diundang, pilih paling banyak 2 perusahaan
outsourcing terbaik untuk diperkenalkan kepada manajemen pada
tahap selanjutnya.
„ PILIH PERUSAHAAN OUTSOURCING.. Penting bagi perusahaan untuk
mengetahui apakah perusahaan penyedia jasa outsourcing mempunyai
reputasi yang baik dan kompeten, khususnya dalam menangani
masalah yang berkaitan dengan pekerjaannya. Pilih perusahaan yang
mempunyai kinerja baik dengan melakukan checking ke perusahaan
yang telah menggunakan jasa penyedia outsource tersebut.Cari tahu
siapa pemiliknya dan bagaimana manajemen perusahaan dijalankan.
Sangat penting untuk memastikan apakah mereka memiliki orang yg
mengerti alur bisnis, karena ini akan sangat membantu perusahaan dalam
proses komunikasi dan pemindahan pekerjaan.„
Memilih Perusahaan Outsourcing
Pilih perusahaan outsourcing yang dapat berperan sebagai konsultan.
Perusahaan outsourcing yang profesional akan mampu memberikan
opini dan alternatif solusi bagi masalah yang berkaitan dengan rekrutmen,
seleksi, penentuan profile karyawan, penerapan disiplin sampai dengan
pemutusan hubungan kerja. Selain mematuhi hukum yang berlaku,
perusahaan outsourcing yang baik juga harus bisa berperan sebagai
advisor yang dapat memberikan pandangan bagi langkah dan
kebijakan yang diambil oleh perusahaan pengguna sehingga dapat
terhindar dari potensi kerugian di masa mendatang. Jangan
memilih perusahaan outsourcing yang meluluskan apa saja
keinginan perusahaan pengguna. Sebagai advisor, perusahaan
outsourcing harus mampu memberikan gambaran di muka
mengenai peraturan yang berlaku, keamanan, kemampuan
perusahaan, efektifitas, efesiensi kerja dan mana yang harus
dilakukan oleh perusahaan pengguna dan mana yang harus
dilakukan oleh perusahaan outsourcing.
Pilih perusahaan Perusahaan outsourcing yang dapat berperan sebagai “administrasi expert”
Pilih penyedia jasa outsourcing yang dapat menjaga kualitas
kerjanya dengan selalu memberikan jasa yang tepat waktu dan dapat
diukur, serta mempunyai sistem kerja yang teratur. Proses administrasi meliputi bagian rekrutmen dan seleksi, pendataan
karyawan, penggajian dan kelengkapan adminsitrasi yang tersimpan
baik seperti data karyawan misalnya.. Jangan menjatuhkan pilihan
pada perusahaan yang tidak mampu membantu dalam proses
admisnistrasi, karena buat apa memilih mitra kerja yang tidak mampu meringankan
beban perusahaan.
Adanya pembagian peran yang jelas.
Perusahaan pengguna adalah pihak yang paling mengetahui tentang pekerjaan apa
yang akan dilimpahkan pada penyedia jasa outsourcing dan bagaimana hasil yang
diharapkan dapat dilakukan oleh perusahaanoutsourcing tersebut. Untuk itu sebelum
melimpahkan pekerjaan pada penyedia jasa outsourcing, perusahaan pengguna
diharapkan dapat memberikan penjelasan dengan
lengkap tentang cakupan pekerjaan, karakteristik pekerjaan dan kompetensi teknik
yang diharapkan dari calon karyawan
outsource beserta perencanaan karir dan kompensasi yang diberikan.
Pilih Perusahaan yang dapat
berperan sebagai “Culture Developer”
Perusahaan outsourcing harus
mampu memahami kebutuhan perusahaan pengguna dalam mendapatkan
kandidat pekerja yang memiliki kesamaan cara pandang meskipun masih
bersifat potensial. Profile kandidat
yang tepat dapat diberikan jika
perusahaan outsourcing diberi
gambaran yang jelas profile karyawan seperti apa yang dianggap mampu bekerja sesuai dengan lingkungan
perusahaan pengguna. Perusahaan
outsourcing yang mempunyai pengalaman dapat memadukan keinginan
klien dengan data kandidat yang ada agar
kandidat yang dikirimkan nantinya tidak akan ditolak oleh perusahaan pengguna. Untuk itu
dibutuhkan keterbukaan dan diskusi yang dalam serta keterlibatan perusahaan pengguna
dalam menentukan profile kandidat..
Buat Service Level Agreement yang lengkap
Di dalam service Level Agreement sebaiknya dituangkan bagaimana bentuk tanggung
jawab kedua belah pihak, ekspektasi kedua belah pihak, alur kerja, cara kerja, peninjauan
performa dari perusahaan outsourcing, serta komitmen lainnya yang perlu dicantumkan.„
| HumanCapital | Nomor 02 | April 2004 |
iklan
AVANZA
Film Separasi
potong
bagian atas
29
30
| HumanCapital | Nomor 02 | April 2004 |
B u r s a K e r j a
KESEMPATAN BERKARIR
PT
USI MITRA KINERJ
A
PT.. SOL
SOLUSI
KINERJA
Bekerjasama dengan beberapa bank terkemuka di Indonesia membutuhkan tenaga kerja yang bersedia ditempatkan diarea Jabotabek,sebagai:
1. Costumer service dan Teller
2. Call Center Officer
3. Dunning Collection
4. Field Collection.
5. Tenaga Sales
6. Administration Off.
7. Operator Telepon.
8. Receptionist.
z Dengan persyaratan,sbb:
1. Costumer service dan Teller
2. Call Center Officer
D3,S1;ipk min 2,7
Usia 21 s/d 26 thn
Pengalaman kerja min 6 bln.
Min tinggi badan 160cm
3. Dunning Collection
4. Field Collection.
5. Tenaga Sales
SMA +,D3 dan atau S1
Usia 21 s/d 30 thn
Pengalaman Kerja min 6 bln
6. Administration Off.
7. Operator Telepon.
8. Receptionist.
D2,D3 ipk min 2,6
Usia 21s/d 27 thn
Pengalaman kerja min 6 bln
Lamaran lengkap dikirimkan langsung ke PT. SOLUSI MITRA
KINERJA Perkantoran MITRA SUNTER Blok E1 No. 7 Jln. Yos
Sudarso Sunter Jkt Ut 14350
Selambat-lambatnya 1 minggu
setelah iklan ini ditayangkan.
PT. KRAMA YUDHA BERLIAN MOTOR
Level : Staf
1. Position Name : Recruitment Adminisration Staff
Requirement :
1. Hold Bachelor Degree of Psikology (S1)
2. Fresh Graduate
3. Female Max 25 years old
4. Good command in English (both oral and written)
5. Familiar with PC
6. Accurate
7. Able to handle details
8. Good in Archieving
z Main Duties :
1. Administer test in recruitment
2. Archieving
3. Scheduling for selection process
2. Position name : Business Planning
Requirement :
1. Bachelor Degree in Economy/ Engineering
2. Fresh Graduate
3. Male, max 26 years old
4. Single
5. Good command in English (both oral and written)
6. Familiar with PC (preferably familiar with SAP program)
7. Accurate
8. Able to handle details
9. Good in statiscal program
10. Good analytical skill
11. Good presentation skill
z Main Duties :
Conduct resurch project
3. Position Name : Accounting/ Tresury Staff
Requirement :
1. Bachelor Degree in Economy
(accounting or management)
2. Min 1 year experience in related area
3. Male, max 26 years old
4. Single
5. Good command in English (both oral and written)
6. Familiar with PC (preferably familiar with SAP program)
7. Accurate
8. Able to handle details
9. Good in archieving
10. Good Analtycal skill
z Main Duties :
1. ProcessingJournal Voucher
2. Monitoring and Controling accounts
3. Reporting and analyzing account
4. Position Name : Computer Administrator
Requirement :
1. Bachelor Degree in Computer (D3 – Programer)
2. Fresh Graduate
3. Male, max 24 years old
4. Single
5. Good command in English (both oral and written
6. Familiar with Microsoft office, especially Access Program
7. Accurate
8. Able to handle details
9. Good in Archieving
z Main Duties :
1. Maintaining Database
2. Evaluating and analyzing data
3. Data Input
5. Position Name : Computer Programmer
Requirement :
1. Bachelor Degree in Computer (S1 – Programmer)
2. Fresh Graduate
3.
4.
5.
6.
Male, max 26 years old
Single
Good command in English (both oral and written)
Familiar with Microsoft office, including VB, Access
and Autocad 2000
7. Accurate
8. Able to handle details
9. Good in Archieving
z Main Duties :
1. Maintaining Computer Programs and database
2. Evaluating and Analyzing data
3. Lay out and drawing
4. Equipment ordering/ Sales Processing
6. Position Name : Administration Staff
Requirement :
1. Bachelor Degree in Administation (or related)
2. Fresh Graduate
3. Male or female, max 24 years old
4. Single
5. Good command in English (both oral and written)
6. Familiar with PC
7. Accurate
8. Able to handle details
9. Good in Archieving
z Main Duties :
Doing administrative Job
7. Position Name : Spare Part Staff
Reguirement :
1. Bachelor Degree in Mechanical Engineering (S1 T. mesin)
2. Fresh Graduate
3. Male or female, max 24 years old
4. Single
5. Good command in English (both oral and written)
6. Familiar with PC
7. Accurate
8. Able to handle details
9. Good in archieving & other administrative job
10. Willing and able to work at Warehouse
z Main Duties :
1. Handlingspare part marketing
2. Handling administrative job
8. Position Name : Credit Control Staff
Requirement :
1. Bachelor Degree in Economy (accounting/
Management/Finance
2. Fresh Graduate/ 1 year experience
3. Male, max 26 years old
4. Single
5. Good Command in English (both oral and written)
6. Familiar with PC (prefebly familiar with SAP program)
7. Accurate
8. Able to handle details
9. Good in archieving
10. Good analycal skill
z Main Duties :
1. monitoring dealer’s data
2. maintaining data related to credit control system
9. Position name : Credit Control Staff
Requirement :
1. Bachelor Degree in Economy ( Accounting/
Management/Finance)
2. Fresh graduate/ 1 years experience
3. Male, max 26 years old
4. single
5. Good command in English (both oral and written)
6. Familiar with PC (preferably familiar with SAP program)
7. Accurate
8. Able to handle details
9. Good in archieving
10. Good analytical skill
z Main Duties :
1. inputing sales data
2. filling
3. Archieving
4. Calcuting tax and expense
5. Other administrative job
10. Position Name : Engineering staff (S1)
Requirement :
1. Bachelor degree in mechanical or industrial
engineering
2. Fresh Graduate
3. Male and female, max 26 years old
4. Single
5. Good command in English (both oral and written)
6. Familiar with PC (preferably familiar with SAP program)
7. Accurate
8. Able to handle details
9. Good analtycal skill
Main Duties :
1. Designing/Drawing parts
2. Analyzing part design
3. Supporting in production problem solving
11. Position name : Engineering staff
Requirement :
1. associate degree in mechanical or electronical
engineering
2. Fresh graduate
3. Male and female, max 24 years old
4. single
5. Good command in English (both oral and written)
6. Familiar with PC (preferably familiar with SAP program)
7. Accurate
8. Able to handle details
9. Good analytical skill
z Main Duties :
1.Cheking Vendor Suplly
2. Controlling vendor Quality and Capability
12. Position Name : Export Import staff
Requirement :
1. Associate degree in administration or related
2. Fresh Graduate
3. Male and female, max 24 years old
4. single
5. Good command in English (both oral and written)
6. Familiar with PC (preferably familiar with SAP program)
7. Accurate
8. Able to handle details
9. Good Analytical skill
10. Good in archieving
z Main Duties :
1. Maintaining External administration process
2. Filling
3. Archieving
CALL CENTER (CC)/ VERIFICATION (VER)
You will be responsible to handle incoming call from customer. You should hold min. S1 degree from reputable
university with min. GPA 2.75 (scale 4.0). You should have
min. 2 years experience in the same position in banking.
Having good communication skill with pleasant voice, able
to handle difficult client, and willing to work on shift are
highly considered.
13. Position name : Customer Satisfaction staff
Requirement :
1. Bachelor degree in Economy/ Engineering/ Psikology
2. Fresh Graduate
3. Male max 26 years old
4. single
5. Good command in English (both oral and written)
6. Familiar with PC (preferably familiar with SAP program)
7. Accurate
8. Able to handle details
9. Good in statistical program
10. Good analtycal skill
11. Good Presentation skill
z Main Duties :
1. Develop and maintaining sales force of dealers
2. develop and conduct training program
3. develop and maintaining sales force database
4. develop salesmanship manual/ tools
CUSTOMER SERVICE (CS)
You will responsible to serve and handling complaints from
customer. Ideally, you hold min. D3 degree from reputable
university with min. GPA 2.75. You should have good communication skill, administration, attention to detail and
customer orientation.
Level : Section Chief
1. Position Name : Credit Control section Chief
Requirement :
1. Bachelor degree majoring Finance
2. Male
3. 30-35 years old
4. minimum 2 years experience in related area
5. Good analytical skill
6. Good interpersonal skill
z Main Duties :
1. Analyzing dealer’s data
2. Analyzing credit risk
3. Maintain credit quality
Application sent to :
PT. Krama Yudha Tiga Berlian Motors
Jl. Jend. A. Yani Pulo Mas
Jakarta 13210
Email : [email protected]
POSITION:
SALES OFFICER (SO)
REQUIREMENTS:
1. Target oriented and having
wide relation
2. Min 1 year sales experience
3. Male or Female with maximum
age of 30 years
4. Minimum S1 degree
5. Exellent verbal and written
communication skill and
computer literate
6. Strong negotiation, presentation,
and selling
7. Based in Jabotabek
Send your application letter, CV and recent photo (4X6)
with code of position at left corner of envelop, not later
than 14 day after this advertisement to:
PERSONNEL DEPARTMENT
Graha Macola, Ground Floor
Jln. K.H. Abdullah Safei No. 5
Jakarta 12840
| S TA R T |
YOUR CAREER WITH US
We are global leader in outsourcing company. Our client
is one of Indonesia’s premier banking industry, the company is seeking ‘Innovative and Driven Individuals’ to fill
this challenging positions:
ACCOUNTING (ACC)
You should hold min. S1 degree from reputable university
preferably accountancy with min. GPA 2.75 (scale 4.0). An
open-minded professional with strong leadership & computer literate are highly considered.
ADMINISTRATION (ADM) / DATA ENTRY (DE)
You will be responsible to creates or set up file management system, input data, and manage all relevant data
and records. Min. D1 degree from reputable university. An
open-minded professional with strong leadership, computer literate and attention to detail are highly considered.
ATM MONITORING (ATM)
As ATM Monitor you should hold min. S1 degree from reputable university with min. GPA 2.75 (scale 4.0) majoring
computer. You should have min. 2 years experience in the
same position and able operate IBM AS/400 program is a
must.
COLLECTION (COLL)
You will be responsible to collect credit card invoice from
customer. Ideally, you hold min. S1 degree from reputable
university with 2 years experience in the same position in
banking preferably in card center. You should have a good
communication & interpersonal skill, knowledge in banking industry, stress tolerance, and handle difficult client.
INFORMATION TECHNOLOGY (IT) / MIS
As an IT you should hold min. S1 degree from reputable
university with min. GPA 2.75 (scale 4.0) majoring computer.
You should be able create new or existing program, maintain data base system, and able to analyze data.
MARKETING / SALES (MKT/SLS)
Offering and selling product are your main duties. Ideally,
you hold min. D3 degree from reputable university with
min. GPA 2.75 and experience in the same position min. 2
years. You should have good communication skill, negotiating, and initiative.
MARKETING / SALES (MKT/SLS)
Your main responsibility will be to offer and sell our client’s
product. You should hold min. D3 degree from reputable
university with min. GPA 2,75. Ideally, you have min. 2 years
experience in the same position, preferably for banking
industry. You should also have excellent communication
and negotiation skill. An open-minded professional with
high initiative and creativity are highly preferred.
PHONE OPERATOR (OPR) / RECEPTIONIST (RCP)
You will be responsible to handle incoming call or guest.
You should have min. 2 years experience in the same position. Ideally, you hold min. D3 degree with min. GPA of 2.75.
You should be a nice person with customer orientation,
having good communication skill and ability to learn.
SECRETARY (SEC)
You will be responsible to handle secretarial duties. Ideally, you hold min. D3 degree with min. GPA of 2.75 majoring
secretary. You should be a nice person with administration
skill, attention to detail and ablo to operate computer
especially Power Point, Word, Excell and Access.
SECRETARY (SEC)
You will be responsible to handle secretarial duties and
day to day administration matters. You should hold min. D3
degree with min. GPA of 2,75 majoring in secretary. Ideally,
you have min. 1 year experience as secretary from well
establish company. You should have excellent communication and interpersonal skill, with pleasant personality.
You must hands on with standard computer packages
(Word, Excell, Power Point, Access, Internet) with high attention to detail and excellent administration skill.
TELLER (TLR) / GREETER (GRT)
You will be responsible to serve cash and non cash transaction. You should have min. 2 years experience in the same
position. Ideally, you hold min. S1 graduate from Economy,
Accountancy or Finance with min. GPA of 2.75. It would be
preferably that you have ability to learn, attention to detail, able to count and sort money, initiatives and having
integrity.
TELLER (TLR) / GREETER (GRT)
As Teller / Greeter, you will be responsible to serve cash
and non cash transaction, including to handle incoming
customer. You should have min. 2 years experience in the
same position, preferably in banking industry. Ideally, you
hold min. D3 degree from Economy, Accountancy or Finance
with min. GPA of 2.75. You must have high attention to
detail and integrity, and able to learn new things.
VERIFICATION (VER)
As Verification Staff, You will be responsible to verify data,
based on incoming application. You should hold min. D3
degree from reputable university with min. GPA 2,75. Ideally, you have min. 2 years experience as verificator,
prefarbly in banking industry. You must have excellent
communication skill and good analytical thinking.
The successful candidate will be offered career development opportunities & competitive remuneration package.
To apply, submit your complete application with brief description about your achievement & job description, within
2 weeks to:
PO BOX 8231 JKS SB
Please indicate the position applied
on upper left of your envelope.
Tarif Iklan BursaKerja Rp10.000 per milikolom
Segera hubungi bagian iklan HumanCapital
Telp. 021-5220575
Fax. 021-52901024
31
| HumanCapital | Nomor 02 | April 2004 |
B u r s a K e r j a
START YOUR CAREER WITH US
We are global leader in outsourcing company. Our client is one of Indonesia’s premier banking industry,
the company is seeking ‘Innovative and Driven Individuals’ to fill this challenging positions:
ADMINISTRATION (ADM) / DATA ENTRY (DE)
You will be responsible to creates or set up file management system, input data, and manage all
relevant data and records. You should hold min. D1 degree from reputable university, with min GPA of
2,75. You should have high attention to detail and hands on with standard computer packages.
CALL CENTER (CC)
You will be responsible to handle incoming call and complain from customer. You should hold min. D3
degree from reputable university with min. GPA 2,75. Ideally, you have min. 2 years experience as call
center, prefarbly in banking industry. You must have excellent communication skill with pleasant
voice, high tolerence for stress, and willing to work on shift schedule.
CUSTOMER SERVICE (CS)
You will responsible to serve and handle complain from customer. You should hold min. D3 degree
from reputable university with min. GPA 2.75. You should have excellent communication and interpersonal skill, good administration skill and high attention to detail. You should also have excellent
customer orientation.
The successful candidate will be offered competitive remuneration package and oppurtunity to work for
well-known company. To apply, please submit your complete application with brief description about your
achievement & job description, within 2 weeks to:
PT. PERDANA PERKASA ELASTINDO
rd
Setiabudi Building 2, 3 floor
Jl. HR. Rasuna Said Kav. 62 Kuningan
Jakarta 12920
Please indicate the position applied on upper left of your envelope
32
| HumanCapital | Nomor 02 | April 2004 |
R e h a l
Rahasia Manajemen Tim Yang sukses
Judul
The Secrets of Successful
Team Management
How to lead a team to
innovation, creativity and
success
Penulis
Prof. Michael West
Penerbit
Duncan Baird Publishers
Halaman
160 halaman, termasuk index
Membangun kerjasama tim merupakan kunci
sukses perusahaan-perusahaan hebat. Masalahnya, membangun kerjasama tim yang solid bukan
persoalan yang gampang. Apa rahasianya?
S
ejarah kerjasama tim dalam kehidupan
manusia hampir setua umur manusia itu
sendiri. Kerjasama tim menjadi vital ketika
dunia kemiliteran dan bisnis berkembang dengan
cepat. Sejalan dengan perkembangan pasar dan
teknologi, industri tidak lagi bisa berjalan secara
mekanistis. Ia harus bisa bertindak secara
fleksibel, dan kebutuhan terhadap kelompok kerja
makin terasa. Para peneliti menemukan bahwa
pengaruh kelompok kerja terhadap produktifitas
sama besarnya dengan pengaruh seorang manajer.
Hanya saja, saat organisasi menjadi semakin
besar, para pekerja kesulitan untuk saling berbagi
pengetahuan tentang material, proses, dan metode
kerja untuk meningkatkan daya saing organisasi.
Ini terjadi karena saluran pertukaran ide dan
keahlian di antara karyawan mampet.
Inovasi model bisnis berkembang selama masa
rekonstruksi pasca Perang Dunia II. Jepang
memimpin dengan menerapkan etika tim sebagai
prinsip-prinsip produksi massal. Karyawan mereka
sangat termotivasi, komit terhadap teknologi, dan
sangat produktif. Kemudian, perusahaan-perusahaan Amerika dan Eropa mengkopi cara Jepang
mengelola pekerjaan itu, sembari menghapus
hambatan birokrasi yang sering menghambat
inovasi dalam kultur orang-orang Jepang. Upaya
mencontoh itu ternyata bukanlah resep yang
mudah. Hingga saat ini pun upaya mengadopsi
pendekatan tim itu masih menjadi tantangan
terbesar pada banyak perusahaan. Direktur HR
dari 100 perusahaan paling top di Amerika (Fortune 100) melaporkan bahwa perhatian utamanya
tertuju pada upaya membangun struktur berbasis
tim agar perusahaan mereka bisa bergerak
fleksibel, produktif, tangguh, dan efektif.
Menurut Profesor Michael West, pengarang
buku The Secrets of Successful Team Management,
upaya membangun tim bukan hanya soal laba dan
inovasi, tetapi ia juga penting bagi kesehatan kita.
Saat bekerja dalam sebuah tim, kita memiliki
hubungan pertemanan yang bagus, dan kita merasa
dimengerti dan dihargai. “Kita mempunyai rasa
memiliki yang kini semakin hilang di perusahaanperusahaan besar,” ujar professor psikologi
organisasi itu. Karyawan melihat adanya gap yang
lebar antara retorika sang CEO (yang selalu
mengatakan, “SDM adalah asset utama terpenting”) dengan kenyataan yang dihadapi sebagai
karyawan. Sebagai akibatnya, karyawan sering
merasa tidak dihargai oleh perusahaan dan
merasakan minimnya kontrol terhadap kerjanya.
Alienasi semacam itu tercampur saat perusahaan harus merampingkan diri untuk merespons
tekanan ekonomi, karena adanya beban pekerjaan berlebihan dan seringnya terjadi pengulangan
pekerjaan yang dirasakan karyawan.
Manfaat dari kerjasama tim, menurut penulis,
sangat banyak. Biasanya organisasi berbasis tim
memiliki struktur yang ramping. Berkerjasama
dalam sebuah tim berarti memberi tanggung jawab
dan otoritas kepada tim untuk membuat keputusan
tentang bagaimana bekerja paling efisien, dan ini
menyebabkan jumlah manajer dan level manajer
lebih sedikit. Oleh sebab itu, organisasi akan bisa
merespons dengan cepat dan efektif lingkungan
yang cepat berubah.
Tim bisa melakukan pengembangan dan peluncuran produk dengan cepat. Tim memungkinkan
organisasi untuk terus belajar (dan mengambil
manfaat dari proses itu) secara lebih efektif. Tim
yang melibatkan banyak fungsi akan membantu
meningkatkan manajemen mutu. Ia juga mendorong berkembangnya kreatifitas dan inovasi.
Kerjasama tim juga menghasilkan manfaat finan-
sial, termasuk karena kenaikan produktifitas. Begitu pula, perubahan dalam sebuah organisasi lebih efektif bila melibatkan kerjasama tim. Masih banyak manfaat lain dari kerjasama tim.
Selain memberikan analisis teoritis dan praktis tentang manajemen
tim, yang menarik dalam buku ini, penulis memberikan kiat atau tips yang
amat berguna untuk menghasilkan
kerjasama tim terbaik. Penulis menyebut kiat atau tips itu dengan istilah Work
Solution, yang berjumlah 23 buah. Penerapan Work Solution ini secara baik diyakini
akan melahirkan kerjasama tim yang kuat
di perusahaan Anda. Work Solution 1 mengulas kenapa Anda harus membentuk kerjasama tim, karena tidak semua hal mengharuskan Anda melakukannya. Work Solution
2 berisi cara untuk menelaah kompetensi dari
tim. Work Solution 3 menyarankan pembuatan
jurnal manajemen waktu. Work Solution 4 mengupas tema “meditasi pikiran” untuk meresapi
tugas tim.
Work Solution 5 berisi cara merespons
umpan balik formal. Work Solution 6 tentang
cara mengatasi anggota tim yang sulit. Work
Solution 7, jurus mempersiapkan presentasi
dari seorang juru bicara bagi tim. Work Solution 8, tentang seni dari persuasi. Work Solution 9 berbicara tentang penyusunan aturan
main. Work Solution 10 berisi klarifikasi peran.
Work Solution 11 tentang bagaimana memproses informasi yang berguna. Work Solution 12
mengupas kiat membangun hubungan dua
arah. Work Solution 13 tentang cara menyusun
objektif.
Work Solution 14 tentang penyusunan
agenda. Work Solution 15, bagaimana melakukan debat yang positif. Work Solution 16, analisis tentang stakeholder. Work Solution 17 mengupas cara bertukar pikiran dua tahap. Work
Solution 18, mengelola risiko. Work Solution
19 tentang memaksimalkan upaya. Work Solution 20 tentang cara menghadapi hal-hal rutin.
Work Solution 21 mengupas tema bagaimana
mengevaluasi kerjasama tim. Work Solution
22 tentang pembentukan sebuah tim perubahan. Terakhir Work Solution 24 mengupas hal
menghilangkan hambatan keterbukaan.
Sebuah buku yang menarik dan bermanfaat bagi siapa saja pelaku organisasi: eksekutif, manajer, karyawan, dan siapa saja yang
mengandalkan kerjasama tim dalam pencapaian hasil.„
(Buku ini bisa diperoleh, antara lain, di jaringan toko buku
QB World Books, red)
Download