Buku - STIE Kesatuan

advertisement
Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah
Teori, Praktik, dan Permasalahan
Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah
Teori, Praktik, dan Permasalahan
Dr. H. Moermahadi S. Djanegara, SE, Ak, MM, ,CA, CPA
KESATUAN
PRESS
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Teori, Praktik, dan Permasalahan
Penulis : Dr. H. Moermahadi S. Djanegara, SE, Ak, MM, CPA, CA
Editor : Sutarti
Diterbitkan pertama kali oleh Kesatuan Press, 2017
Penerbit Kesatuan Press
Jln. Ranggagading No. 1, Bogor 16123
Tel. (0251) 8337733, Faks. (0251) 8319925
www.stiekesatuan.ac.id/press
Hak cipta dilindungi undang-undang.
Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.
ISBN 978-602-76423-4-8
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat kepada
kita semua yang terlahir di Indonesia, negeri yang gemah ripah loh
jinawi.
Buku ini disusun berdasarkan temuan pemeriksaan yang sering
diungkap dalam Laporan Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan
dan permasalahan lain yang berpotensi terjadi serta diklasifikasikan
berdasarkan akun-akun dalam laporan keuangan pemerintah daerah.
Buku ini diharapkan dapat sebagai preliminary warning bagi para
pemangku kepentingan, terutama pemerintah daerah sebagai bagian
dalam membuat sistem pengendalian intern yang memadai dan dapat
meminimalkan penyimpangan yang mungkin dapat terjadi, sehingga
akan tercipta tata kelola keuangan negara yang baik dan dapat
mendukung tujuan bernegara.
Kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
berkontribusi. Buku ini bukan sebagai pedoman, melainkan untuk
menambah wawasan dan akan terus di-update sesuai kondisi terkini.
Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita meraih kesuksesan
dan kehidupan yang lebih bermanfaat. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Penulis
v
Daftar Isi
Kata Pengantar
v
1 Mengenal LKPD
2 Kas dan Setara Kas
3 Piutang
4 Persediaan 5 Investasi
6 Aset Tetap 7 Dana Cadangan
8 Aset Lainnya
9 Kewajiban 10 Ekuitas dan LPE
11 Pendapatan
12 Belanja Pegawai 13 Belanja Barang dan Belanja Modal
14 Belanja Hibah
15 Belanja Bantuan Sosial 16 Bantuan Keuangan (Desa)
17 Belanja Tidak Terduga 18 Implementasi Standar Akuntansi Berbasis Akrual
1
33
45
51
55
63
133
135
141
153
155
167
173
193
201
209
221
225
Daftar Singkatan
Daftar Pustaka
Biodata Penulis
229
231
235
vii
Bab 1
MENGENAL LKPD
S
etiap entitas, termasuk pemerintah daerah, wajib menyusun laporan
keuangan. Laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD) memberikan
gambaran mengenai kondisi dan kinerja keuangan entitas tersebut. Pada
dasarnya LKPD merupakan bentuk pertanggungjawaban atas penggunaan
dana publik (APBD).
Terlebih Pasal 32 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara mengamanatkan bahwa bentuk dan isi laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai
dengan standar akuntansi pemerintahan (SAP). Laporan keuangan yang
dihasilkan dari penerapan SAP berbasis akrual dimaksudkan untuk memberi
manfaat lebih baik bagi para pemangku kepentingan, baik para pengguna
maupun pemeriksa laporan keuangan pemerintah, dibandingkan dengan biaya
yang dikeluarkan. Hal ini sejalan dengan salah satu prinsip akuntansi, yaitu
bahwa biaya yang dikeluarkan sebanding dengan manfaat yang diperoleh.
Menurut Wakil Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Sapto Amal
Damandari, ada sejumlah hal yang membuat LKPD unik dibandingkan
laporan keuangan entitas lainnya. Pertama, hanya BPK yang berhak
memeriksa LKPD. Di samping itu, jumlah LKPD terus bertambah sejalan
dengan pemekaran daerah di Indonesia. Terakhir, pemerintah daerah (pemda)
relatif baru mengenal dan membuat laporan keuangan setelah pelaksanaan
otonomi daerah.
Dalam konteks di atas, buku ini diharapkan dapat berperan sebagai
preliminary warning bagi para pemangku kepentingan, terutama pemerintah
daerah, sebagai bagian dalam membuat sistem pengendalian intern yang
memadai dan dapat meminimalkan penyimpangan yang mungkin terjadi,
Mengenal LKPD 1
Bab pertama ini akan memberi gambaran secara umum mengenai
LKPD. Oleh sebab itu, bab ini akan membahas tujuan, komponen, dan sistem
akuntansi pelaporan keuangan pemda. Setelah itu, bab-bab berikutnya akan
membahas berdasarkan akun-akun dalam LKPD.
A. Tujuan Pelaporan Keuangan
Pelaporan keuangan pemerintah seharusnya menyajikan informasi yang
bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat
keputusan, baik keputusan ekonomi, sosial, maupun politik. Pelaporan
keuangan pemerintah bertujuan menyediakan informasi mengenai:
1. sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya keuangan;
2.
kecukupan penerimaan periode berjalan untuk membiayai seluruh
pengeluaran;
3.
jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan entitas
pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai;
4.
bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh kegiatannya dan
mencukupi kebutuhan kasnya;
5.
posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan berkaitan dengan sumbersumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang,
termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman; dan
6.
perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah mengalami kenaikan
atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode
pelaporan.
B. Komponen Laporan Keuangan
Laporan keuangan pokok terdiri dari laporan realisasi anggaran, laporan
perubahan saldo anggaran lebih, neraca, laporan operasional, laporan arus
kas, laporan perubahan ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan.
1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
LRA menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, pusat/daerah, yang menggambarkan
perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode
pelaporan.
Unsur yang dicakup secara langsung oleh LRA terdiri dari pendapatanLRA, belanja, transfer, dan pembiayaan. Masing-masing unsur dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Pendapatan-LRA adalah penerimaan oleh bendahara umum negara/
bendahara umum daerah atau oleh entitas pemerintah lainnya yang
menambah saldo anggaran lebih dalam periode tahun anggaran yang
2 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)
bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar
kembali oleh pemerintah.
b.
Belanja adalah semua pengeluaran oleh bendahara umum negara/
bendahara umum daerah yang mengurangi saldo anggaran lebih dalam
periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh pemerintah.
c.
Transfer adalah penerimaan atau pengeluaran uang oleh suatu entitas
pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan
dan dana bagi hasil.
d.
Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan atau pengeluaran yang
tidak berpengaruh pada kekayaan bersih entitas yang perlu dibayar
kembali dan/atau akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran
bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya. Pada
penganggaran pemerintah, pembiayaan terutama dimaksudkan untuk
menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan
pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman dan hasil divestasi.
Pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran
kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan
penyertaan modal oleh pemerintah.
2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan Perubahan SAL)
Mengenal LKPD 3
Gambar 1.1 Ilustrasi Laporan Realisasi Anggaran
4 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)
Laporan perubahan saldo anggaran lebih menyajikan informasi kenaikan atau
penurunan saldo anggaran lebih tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.
Gambar 1.2 Ilustrasi Laporan Perubahan SAL
3. Neraca
Mengenal LKPD 5
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai
aset, kewajiban dan ekuitas pada tanggal tertentu. Unsur yang dicakup oleh
neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas.
a. Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat
ekonomi dan/atau sosial dimasa depan diharapkan dapat diperoleh, baik
oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan
uang termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk
penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang
dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
b.
c.
a.
Aset diklasifikasikan ke dalam aset lancar dan nonlancar. Suatu aset
diklasifikasikan sebagai aset lancar jika diharapkan segera untuk dapat
direalisasikan atau dimiliki untuk dipakai atau dijual dalam waktu
12 bulan sejak tanggal pelaporan. Aset lancar meliputi kas dan setara
kas, investasi jangka pendek, piutang dan persediaan. Aset yang tidak
dapat dimasukkan dalam kriteria tersebut diklasifikasikan sebagai aset
nonlancar. Aset jenis ini mencakup aset yang bersifat jangka panjang,
dan aset tak berwujud yang digunakan baik langsung maupun tidak
langsung untuk kegiatan pemerintah atau yang digunakan masyarakat
umum. Aset nonlancar meliputi investasi jangka panjang, aset tetap,
dana cadangan, dan aset lainnya.
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
pemerintah.
Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih
antara aset dan kewajiban pemerintah.
Ilustrasi neraca dapat dilihat pada gambar di samping.
Pendapatan-LO adalah hak pemerintah yang diakui sebagai penambah
nilai kekayaan bersih.
6 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)
{Gambar 1.3 Ilustrasi Neraca
Mengenal LKPD 7
4. Laporan Operasional
Laporan operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang
menambah ekuitas dan penggunaannya dikelola oleh pemerintah pusat atau
pemerintah daerah untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dalam
satu periode pelaporan. Unsur yang dicakup secara langsung dalam laporan
operasional terdiri dari pendapatan-LO, beban, transfer, dan pos-pos luar
biasa. Masing-masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut:
8 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)
b.
Beban adalah kewajiban pemerintah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih.
c.
Transfer adalah hak penerimaan atau kewajiban pengeluaran uang dari
atau oleh suatu entitas pelaporan dari atau kepada entitas pelaporan lain,
termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil.
d.
Pos luar biasa adalah pendapatan luar biasa atau beban luar biasa yang
terjadi karena kejadian atau transaksi yang bukan merupakan operasi
biasa, tidak diharapkan sering atau rutin terjadi, dan berada di luar
kendali atau pengaruh entitas bersangkutan.
Gambar 1.4 Ilustrasi Laporan Operasional
5. Laporan Arus Kas
Mengenal LKPD 9
Laporan arus kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas
operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris yang menggambarkan saldo
awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas pemerintah pusat atau
daerah selama periode tertentu. Unsur yang dicakup dalam laporan arus kas
terdiri dari penerimaan dan pengeluaran kas. Masing-masing dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Penerimaan kas adalah semua aliran kas yang masuk ke bendahara umum
negara/daerah.
b.
Pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari bendahara
umum negara/daerah.
Gambar 1.5 Ilustrasi Laporan Arus Kas
6. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
10 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)
LPE menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas tahun pelaporan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Gambar 1.6 Ilustrasi Laporan Perubahan Ekuitas
7. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
Mengenal LKPD 11
CaLK meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam
LRA, laporan perubahan SAL, laporan operasional, LPE, neraca, dan laporan
arus kas. CaLK juga mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang
dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan
dianjurkan untuk diungkapkan di dalam SAP serta ungkapan-ungkapan yang
diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.
CaLK berisikan hal-hal berikut:
a. Mengungkapkan informasi umum tentang entitas pelaporan dan entitas
akuntansi
b.
Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi
makro
c.
Menyajikan ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pelaporan
berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target
d.
Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan
dan kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas
transaksi transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya
e.
Menyajikan rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan
pada lembar muka laporan keuangan
f.
Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan
StandarAkuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar
muka laporan keuangan
g.
Menyediakan informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang
wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan
Selain laporan keuangan pokok seperti di atas entitas pelaporan wajib
menyajikan laporan lain dan/atau elemen informasi akuntansi yang diwajibkan
oleh ketentuan peraturan perundang-undangan (statutory reports) antara lain
iktisar laporan keuangan badan usaha milik daerah (BUMD) dan ikhtisar
laporan keuangan desa.
C. Sistem Akuntansi
Perbedaan antara basis akrual dengan basis cash toward accrual adalah saat
timbulnya pengakuan (recognition). Pada basis akrual, pendapatan dan beban
sudah diakui pada saat timbulnya hak atau timbulnya kewajiban bagi suatu
entitas, tanpa menunggu adanya kas masuk atau kas keluar dari entitas yang
bersangkutan. Dengan demikian, suatu transaksi mungkin sudah diakui
sebagai pendapatan akrual dan dilaporkan dalam laporan operasional, tetapi
pada saat yang bersamaan belum dapat dilaporkan sebagai pendapatan kas
dan dilaporkan dalam LRA.
12 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)
Berdasarkan Pasal 6 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun
2013, sistem akuntansi pemerintah daerah dibedakan menjadi dua, yaitu sistem
akuntansi PPKD (pejabat pengelola keuangan daerah) dan sistem akuntansi
SKPD (satuan kerja perangkat daerah). Berikut uraiannya.
1. Sistem Akuntansi SKPD
SKPD unit pemerintahan di lingkungan pemda selaku pengguna anggaran,
yang dapat berbentuk dinas, badan, dan kantor ataupun satuan. Sebagai
pengguna anggaran, SKPD harus menyelenggarakan sistem akuntansi
guna menghasilkan laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban
penggunaan anggaran yang dikelolanya.
Sistem pengelolaan APBD mengharuskan seluruh penerimaan uang oleh
SKPD disetorkan ke rekening Kas Umum Daerah dan pengeluaran dilakukan
dari rekening Kas Umum Daerah (Kasda). Pengelola Kasda adalah PPKD
yang secara otomatis adalah BUD.
Dengan demikian, walaupun SKPD telah memiliki Dokumen Pelaksanaan
Anggaran (DPA), aliran kas masuk ke pengguna anggaran yang berasal dari
pendapatan daerah harus disetorkan ke kas daerah. Demikian juga untuk
setiap pembayaran belanja SKPD, uang yang digunakan adalah uang yang
berasal dari kas daerah yang dibayarkan baik dengan cara pembayaran
langsung (LS) oleh BUD ke pihak penerima pembayaran ataupun melalui
bendahara pengeluaran SKPD dengan mekanisme uang persediaan/tambah
uang persediaan (UP/GU/TU).
Mekanisme tersebut akan menimbulkan hubungan antara SKPD dengan
PPKD (selaku BUD). Dalam konteks akuntansi, hubungan antara SKPD dan
PPKD selaku BUD meliputi dua aspek berikut:
a. Hubungan keuangan, yakni hubungan antara SKPD dan PPKD
dipandang sebagai hubungan antara kantor pusat dan kantor cabang.
PPKD diperlakukan sebagai kantor pusat, sementara itu SKPD-SKPD
diperlakukan sebagai kantor cabang.
b.
Pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran, yakni hubungan antara
SKPD dan PPKD sebagai entitas yang mandiri, sehingga baik SKPD
maupun PPKD mempunyai tanggung jawab untuk menyusun laporan
keuangannya masing-masing.
Hubungan kantor pusat dan cabang pada akuntansi di SKPD dan PPKD
dapat dilihat dengan digunakannya akun Rekening Koran PPKD (RK-PPKD)
pada setiap SKPD. Sementara itu, PPKD menggunakan akun Rekening
Koran SKPD (RK-SKPD). Dengan demikian, akun RK-SKPD dan akun RKPPKD merupakan akun resiprokal yang mencerminkan hubungan timbalMengenal LKPD 13
balik keuangan antara PPKD (selaku BUD) dan SKPD (selaku pengguna
anggaran).
2. Sistem Akuntansi PPKD
Sistem akuntansi yang harus diselenggarakan di PPKD/SKPKD terdiri dari:
a. Sistem akuntansi SKPD (SKPKD dalam kapasitas selaku SKPD), yang
menghasilkan laporan keuangan SKPD berupa LRA, LO, LPE, neraca,
dan CaLK.
b. Sistem akuntansi PPKD terdiri dari:
1) Sistem akuntansi PPKD sebagai BUD, yang menghasilkan laporan
keuangan PPKD berupa LRA, LO, LPE, dan neraca, serta CaLK
selaku PPKD.
2) Sistem akuntansi konsolidasian pemda, yang menghasilkan laporan
keuangan pemda (laporan keuangan gabungan) secara lengkap
berupa laporan tersebut pada nomor 1) ditambah dengan laporan
perubahan SAL dan laporan arus kas (LAK).
Untuk tujuan pelaporan keuangan, baik SKPD maupun PPKD mengikuti
siklus akuntansi yang mencakup tahapan atau langkah-langkah umum
berikut.
a. Pencatatan Jurnal Anggaran di Buku Jurnal
Tahap pertama dalam siklus akuntansi adalah melakukan pencatatan
jurnal anggaran pada buku jurnal berdasarkan dokumen DPA SKPD/PPKD.
b. Analisis Transaksi dan Pencatatan Transaksi di Buku Jurnal
Analisis transaksi mencakup penelitian terhadap dokumen sumber
sebagai dasar pencatatan dalam buku jurnal, serta memperhatikan kriteria
pengakuan (recognition) suatu akun sesuai dengan kebijakan akuntansi yang
telah ditetapkan. Pencatatan dalam buku jurnal yang selanjutnya akan diposting ke dalam buku besar mengacu pada daftar akun sesuai bagan akun
standar yang ditetapkan pihak entitas, dengan berpedoman pada Peraturan
Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 64 Tahun 2014.
c.
Pencatatan Jurnal Penyesuaian di Buku Jurnal
Pencatatan jurnal penyesuaian dalam buku jurnal pada umumnya
dilakukan pada akhir periode laporan (akhir tahun), yakni apabila diketahui
adanya informasi atau transaksi yang sudah memenuhi kriteria pengakuan.
Jurnal penyesuaian perlu dibuat untuk meng-update saldo akun agar
memenuhi konsep matching cost againts revenue (penandingan yang sesuai antara
pendapatan dan beban dalam satu periode akuntansi) dan karena menganut
14 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)
basis akrual. Hal ini untuk memastikan bahwa pendapatan diakui pada periode
diperolehnya pendapatan itu dan beban diakui pada periode terjadinya.
Penyesuaian memungkinkan untuk melaporkan posisi aset, kewajiban, dan
ekuitas di neraca pada tanggal neraca dan untuk melaporkan jumlah surplus
atau defisit yang wajar di LO. Neraca saldo mungkin belum memuat data
laporan keuangan yang up-to-date, antara lain karena pemakaian bahan pakai
habis yang belum dijurnal, pengakuan beban yang terjadi karena berlalunya
waktu, seperti berkurangnya manfaat gedung, persekot sewa dan asuransi,
atau pengakuan beban lain seperti beban listrik yang mungkin belum dicatat.
Dengan demikian, jurnal penyesuaian disusun untuk tujuan-tujuan
berikut:
1) Melaporkan semua pendapatan (revenues) yang diperoleh (earned)
selama periode akuntansi
2) Melaporkan semua belanja atau beban yang terjadi selama periode
akuntansi
3) Melaporkan dengan akurat nilai aset pada tanggal neraca
4) Melaporkan secara akurat kewajiban pada tanggal neraca
d. Posting ke Buku Besar
Buku besar (ledger) atau yang merupakan kumpulan akun-akun digunakan
untuk mencatat secara terpisah aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan-LO, beban,
pendapatan-LRA, belanja, dan pembiayaan. Proses memindahkan akun-akun
dari jurnal ke buku besar disebut dengan posting.
Posting ke buku besar sekaligus merupakan penggolongan dan peringkasan
transaksi sebab tiap-tiap data transaksi dibawa ke masing-masing akun
yang sesuai. Posting dapat dilakukan secara kronologis sebagaimana halnya
penjurnalan, tetapi dapat juga secara periodik (mingguan atau bulanan).
Posting merupakan proses pemindahan informasi, minimal berupa tanggal
transaksi dan jumlah rupiah dalam buku jurnal ke buku besar yang berkaitan
untuk masing-masing ayat jurnal. Jumlah rupiah dalam akun yang dijurnal
atau dicatat di buku jurnal di posisi debit, maka ketika dipindahkan ke buku
besar jumlah rupiah tersebut diletakkan di kolom debit juga sebesar angka
yang sama.
Adakalanya satu nama akun di jurnal berkali-kali, baik di posisi debit
ataupun kredit. Meskipun dijurnal lebih dari satu kali, buku besar yang akan
menampung akun tersebut tetap hanya satu buku besar.
e.
Penyusunan Neraca Saldo Setelah Penyesuaian
Neraca saldo adalah daftar atau kumpulan akun beserta saldonya.
Penyusunan neraca saldo ini dilakukan dengan menuliskan kode dan nama
Mengenal LKPD 15
akun beserta saldonya dalam neraca saldo dengan saldo debit atau kredit yang
sesuai dengan saldo buku besar. Selanjutnya, total kolom debit dan kolom
kredit dihitung dan dituliskan di baris paling bawah untuk menunjukkan
kesamaan saldo kolom debit atau kredit.
f.
Penyusunan Laporan Keuangan
Setelah neraca saldo setelah penyesuaian selesai dibuat, selanjutnya
disusun laporan keuangan sebagaimana diatur dalam PP Nomor 71 Tahun
2010. Seperti disinggung di muka, laporan keuangan pokok terdiri dari (a)
laporan realisasi anggaran (LRA), (b) laporan perubahan saldo anggaran
lebih (Laporan Perubahan SAL), (c) laporan operasional (LO), (d) laporan
perubahan ekuitas (LPE), (e) neraca, (f) laporan arus kas (LAK), dan (g)
catatan atas laporan keuangan (CaLK).
g. Pencatatan Jurnal Penutup di Buku Jurnal
Jurnal penutup dilakukan setelah laporan keuangan disusun. Jurnal
penutup dibuat untuk menihilkan semua akun nominal atau akun sementara
yang dilaporkan dalam LRA dan LO. Pada dasarnya jurnal ini dibuat agar
akun-akun sementara tersebut tidak muncul sebagai saldo awal pada tahun
berikutnya di buku besar. Hal ini karena akun-akun tersebut memang
dimaksudkan hanya untuk mengakumulasi transaksi selama satu periode
saja.
Jurnal penutup meliputi dua jurnal berikut:
1) Jurnal penutup LRA, yaitu untuk menutup saldo akun-akun laporan
realisasi anggaran
2) Jurnal penutup LO, yaitu untuk menutup saldo akun-akun laporan
operasional
h. Penyusunan Neraca Saldo Setelah Penutupan
Jurnal penutup kemudian di-posting ke buku besar. Setelah di-posting,
saldo di buku besar tersebut akan bernilai nol atau nihil. Dengan demikian,
pada awal tahun berikutnya tidak akan muncul saldo buku besar bersangkutan.
Saldo yang ada hanya saldo akun-akun riil, yaitu akun-akun neraca atau persis
seperti yang ditunjukkan di laporan keuangan berupa neraca.
Tahapan selanjutnya dari siklus akuntansi pemerintah daerah adalah
penyusunan laporan keuangan konsolidasian (Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah, LKPD). Laporan keuangan konsolidasian adalah suatu laporan
keuangan yang merupakan gabungan keseluruhan laporan keuangan entitas
pelaporan atau entitas akuntansi, sehingga tersaji sebagai satu entitas tunggal.
Laporan keuangan pemda disusun dengan melakukan proses konsolidasi
dari seluruh laporan keuangan entitas akuntansi yang terdapat pada pemda.
16 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)
Proses penyusunan laporan keuangan konsolidasian pada dasarnya hanya
menjumlahkan akun-akun yang sifatnya sama di dalam laporan keuangan dari
seluruh SKPD ditambah dengan akun-akun yang ada dalam laporan keuangan
PPKD, termasuk melakukan eliminasi atas akun-akun resiprokal, yaitu akun
RK-PPKD lawan RK-SKPD.
Semua transaksi dan/atau kejadian keuangan yang berkaitan dengan
penyelenggaraan pemerintahan daerah dicatat pada buku jurnal berdasarkan
bukti transaksi yang sah. Pencatatan dilakukan secara kronologis sesuai
dengan terjadinya transaksi dan/atau kejadian keuangan. Dalam akuntansi
akrual pemerintahan dikenal dua jenis jurnal, yaitu jurnal anggaran dan
jurnal financial.
1) Jurnal anggaran adalah jurnal yang dibuat untuk menatausahakan
transaksi yang berkaitan dengan anggaran dan realisasinya. Keluaran
utama dari jurnal ini adalah laporan arus kas.
2) Jurnal finansial adalah jurnal yang dibuat untuk menatausahakan
seluruh transaksi keuangan pemerintah daerah. Keluaran utama dari
jurnal ini adalah laporan operasional dan neraca.
Berikut ini hubungan antar jurnal dan laporan keuangan yang sering
digunakan dalam proses penyusunan laporan keuangan baik manual maupun
aplikasi.
Gambar 1.7 Hubungan antara Jurnal dan Laporan Keuangan
Keterangan : Jurnal Anggaran : Jurnal LRA
Jurnal Finansial : Jurnal LO, Jurnal Saldo Awal, Jurnal Penyesuaian
Mengenal LKPD 17
3. Reviu LKPD
Reviu LKPD adalah penelaahan atas penyelenggaraan akuntansi dan
penyajian LKPD oleh Inspektorat untuk memberikan keyakinan terbatas
bahwa akuntansi telah diselenggarakan berdasarkan Sistem Akuntansi
Pemerintah Daerah dan LKPD telah disajikan sesuai dengan SAP dalam
upaya membantu kepala daerah untuk menghasilkan LKPD yang berkualitas.
Reviu LKPD dilaksanakan dengan berpedoman kepada Peraturan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 8 /PMK.09/2015 tentang Standar
Reviu Atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.
Tujuan reviu LKPD adalah sebagai berikut:
a. Membantu terlaksananya penyelenggaraan akuntansi dan penyajian
LKPD
b. Memberikan keyakinan terbatas bahwa akuntansi telah diselenggarakan
berdasarkan SAPD dan LKPD telah disajikan sesuai dengan SAP
Untuk mencapai tujuan tersebut, apabila pereviu menemukan kelemahan
dalam penyelenggaraan akuntansi dan/atau kesalahan dalam penyajian
laporan keuangan, pereviu memberikan rekomendasi kepada entitas akuntansi
dan/atau entitas pelaporan untuk segera melakukari penyesuaian dan/atau
koreksi atas kelemahan dan/atau kesalahan tersebut secara berjenjang.
Reviu tidak memberikan dasar untuk menyatakan opini sebagaimana
dalam audit karena dalam reviu tidak mencakup pengujian atas pengendalian
intern, penetapan risiko pengendalian, pengujian catatan akuntansi, dan
pengujian atas respons terhadap permintaan keterangan dengan cara
pemerolehan bahan bukti yang menguatkan melalui inspeksi, pengamatan,
atau konfirmasi, dan prosedur tertentu lainnya yang biasa dilaksanakan dalam
suatu audit.
Reviu LKPD melalui tahapan-tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan
pelaporan. Berikut penjelasannya.
a. Perencanaan
Tahap perencanaan reviu pada intinya meliputi kegiatan penyeleksian dan
penentuan unit objek reviu, pemilihan objek kegiatan penyelenggaraan
akuntansi, serta penetapan langkah-langkah reviu. Pada tahap perencanaan
diperlukan pembangunan komitmen pada tingkat pimpinan untuk
menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas yang di antaranya
melalui penetapan target opini. Komitmen tersebut dapat dibangun dengan
melakukan koordinasi secara intensif dengan SKPD atau lembaga terkait
untuk mengidentifikasi permasalahan yang ditemukan dalam pemeriksaan
18 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)
LKPD sebelumnya dan tingkat penyelesaian rekomendasi atas permasalahan
tersebut.
b. Pelaksanaan Reviu LKPD
Reviu terutama dilakukan rnelalui serangkaian aktivitas berikut.
1) Penelusuran Angka
Penelusuran angka dilakukan dengan menandingkan angka pada catatan
akuntansi dengan dokumen sumber.
2) Permintaan Keterangan
Permintaan keterangan dilakukan atas proses pengumpulan, pencatatan,
pengklasifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan transaksi, serta proses
kompilasi dan rekonsiliasi laporan SKPD dan laporan konsolidasian secara
berjenjang.
3) Prosedur Analitis
Prosedur analitis dilakukan untuk mengetahui hubungan dari hal-hal
yang kelihatannya tidak biasa.
c.
Pelaporan
Rangkaian aktivitas dalam pelaporan reviu dititikberatkan pada
pertanggungjawaban pelaksanaan reviu yang pada pokoknya mengungkapkan
prosedur reviu yang dilakukan, kesalahan atau kelemahan yang ditemui,
langkah perbaikan yang disepakati, langkah perbaikan yang telah dilakukan,
dan saran perbaikan yang tidak atau belum dilaksanakan. Laporan tersebut
merupakan dasar penyusunan Pernyataan Telah Direviu (PTD).
Pelaksanaan Reviu dengan Prosedur Analitis
Merupakan evaluasi terhadap informasi keuangan yang dibuat dengan
mempelajari hubungan yang masuk akal antara data keuangan yang satu
dengan data keuangan lainnya atau antara data keuangan dengan data
nonkeuangan.
Prosedur analitis meliputi tahapan sebagai berikut:
a. Memahami hubungan keuangan yang dapat diperoleh dengan pemahaman
tentang entitas dan proses bisnis utama dari entitas
b. Mengembangkan ekspektasi atas pola hubungan yang seharusnya terjadi
antardata terkait
c. Membandingkan hasil analisis data sesungguhnya dengan ekspektasi
atas pola hubungan yang seharusnya terjadi, serta menelusuri penyebab
penyimpangan signifikan yang terjadi
Mengenal LKPD 19
Teknik Prosedur Analitis
a. Analisa Rasio & Tren
Analisis rasio adalah analisis yang dilakukan dengan menguji hubungan
antarakun di dalam laporan keuangan, misalnya rasio kemandirian dan rasio
efisiensi.
1) Rasio Kemandirian
RKK = Pendapatan Asli Daerah Bantuan Keuangan dr Pemerintah Pusat/Prov + Pinjaman
x 100%
Menunjukkan kemampuan pemda dalam membiayai sendiri kegiatan
pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat.
2) Rasio Efisiensi
Rasio Efisiensi = Realisasi biaya dikeluarkan untuk memperoleh PAD
Realisasi penerimaan PAD
x 100%
Menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan
untuk memperoleh pendapatan asli daerah (PAD) dengan realisasi PAD
yang diterima.
Dilakukan dengan membandingkan akun yang sama untuk periode lebih
dari dua tahun, sehingga diperoleh gambaran mengenai kecenderungan
dari suatu akun dalam laporan keuangan pemda. Misalnya, prediksi
pencapaia pajak daerah pada tahun yang diperiksa berdasarkan data atau
informasi kecenderungan pencapaian pajak daerah beberapa periode yang
lalu.
b. Teknik Prediktif
Analisis teknik prediktif adalah analisis yang dilakukan dengan
membandingkan realisasi dan anggaran akun-akun pada LRA. Perbedaan
signifikan yang terjadi dapat menjadi indikasi permasalahan yang seharusnya
diungkapkan pada CaLK. Misalnya, memprediksi (memperkirakan) belanja
pemeliharaan kendaraan dinas tahun berjalan, dengan melihat data dan jumlah
kendaraan tahun-tahun sebelumnya. Contoh berikutnya adalah analisis atas
perubahan peraturan, yaitu pelimpahan pengelolaan SMA dan SMK dari
pemerintah kabupaten/kota ke pemerintah provinsi yang diperkirakan akan
berdampak pada:
1) penurunan belanja pegawai pemerintah kabupaten/kota dan kenaikan
belanja pegawai pemerintah provinsi,
20 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)
2) penurunan nilai aset tetap pemerintah kabupaten/kota dan kenaikan
nilai aset tetap pemerintah provinsi,
3) penurunan biaya pemeliharaan aset pemerintah kabupaten/kota dan
kenaikan biaya pemeliharaan aset pada pemerintah provinsi, serta
4) penurunan pendapatan dana alokasi umum (DAU) pemerintah
kabupaten/kota dan kenaikan pendapatan DAU pemerintah
provinsi.
c.
Analisis Data
Analisis data adalah analisis yang dilakukan dengan menguji ketepatan
penjumlahan antarakun dan kecukupan pengungkapannya.
1) Jenis Analisis Data
Teknik analisis data terdiri dari analisis vertikal dan analisis horizontal.
Analisis vertikal dilakukan dengan menguji ketepatan penjumlahan dalam satu
laporan keuangan, sedangkan analisis horizontal dilakukan dengan menguji
penjumlahan antarakun antarjenis laporan keuangan yang satu dengan satu
atau lebih jenis laporan keuangan yang lain.
Gambar 1.8 Jenis Analisis Data Vertikal dan Horizontal
Mengenal LKPD 21
Hubungan antarsaldo akun dalam satu jenis laporan keuangan dan
hubungan antarakun antara dua atau lebih jenis laporan keuangan ditunjukkan
dalam Gambar 1.9 hingga Gambar 1.12 di bawah ini.
Gambar 1.9 Analisis Vertikal Laporan Operasional
Gambar 1.10 Analisis Horizontal Laporan Realisasi Anggaran dan
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
22 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)
Gambar 1.11 Analisis Horizontal Laporan Operasional dan Neraca
Gambar 1.12 Analisis Horizontal Laporan Operasional, Laporan Realisasi
Anggaran dan Neraca
Mengenal LKPD 23
2) Contoh Analisis Hubungan Antarakun pada Laporan Keuangan
a) Hubungan Pendapatan pada Laporan Operasional, Pendapatan pada
Laporan Realisasi Anggaran dan Piutang pada Neraca
Pendapatan LO = Pendapatan LRA TA ybs - Penerimaan pelunasan piutang thn lalu
+ Piutang baru TA ybs
-
Penerimaan kas dari pelunasan piutang tahun lalu bukan
merupakan bagian pendapatan tahun berkenaan; oleh karena
itu, tidak diakui sebagai bagian pendapatan-LO.
- Bagian pendapatan pada tahun berkenaan yang belum diterima
kasnya sampai dengan akhir tahun berkenaan merupakan bagian
pendapatan-LO.
- Pendapatan pajak/retribusi daerah yang menjadi hak pemda
dihitung berdasarkan nilai seluruh SKPD/SKRD yang
diterbitkan selama tahun anggaran yang diaudit bukan nilai kas
yang diterima selama tahun anggaran (TA) tersebut.
- Pendapatan-LO menunjukkan kinerja bagian penetapan di dinas
pendapatan, sedangkan piutang menunjukkan kinerja bagian
penagihan di dinas pendapatan.
b) Hubungan Beban pada Laporan Operasional, Belanja pada Laporan
Realisasi Anggaran dan Utang pada Neraca
Beban LO = Realisasi belanja TA ybs - Utang awal + Utang akhir
c) Hubungan Beban Persediaan Laporan Operasional, Belanja Barang
pada Laporan Realisasi Anggaran dan Persediaan pada Neraca
Saldo Persediaan Awal Tahun (Neraca) + Beban
Persediaan (LO) = Belanja Barang terkait Persediaan*) (LRA) –
Saldo Persediaan Akhir Tahun (Neraca)
Saldo persediaan akhir tahun di neraca berdasar stock opname
Penggunaan persediaan tahun berkenaan dicatat pada LO sebagai beban
persediaan.
Pada praktiknya dalam laporan keuangan daerah tertentu, beban persediaan
dalam LO disajikan dalam akun Beban Persediaan atau dalam Beban Barang dan
Jasa. Belanja barang dan jasa yang terkait dengan beban persediaan meliputi:
- belanja barang dan jasa yang menghasilkan persediaan, serta
- belanja barang dan jasa berupa pengadaan barang yang langsung habis
dipakai (misalnya belanja makan-minum, penggandaan, pakaian dinas
dan atributnya).
24 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)
3)
Rumus Prosedur Analitis LKPD
Mengenal LKPD 25
26 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)
Mengenal LKPD 27
28 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)
Mengenal LKPD 29
30 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)
Mengenal LKPD 31
Download