11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TELAAH PUSTAKA 1. Lanjut

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TELAAH PUSTAKA
1. Lanjut Usia
a. Pengertian Lanjut Usia
Lanjut usia adalah orang yang telah berusia 60 tahun ke atas.
Usia lanjut adalah masa yang dimulai sekitar usia 60 hingga 65 tahun
dan berlanjut hingga akhir kehidupan (Stolte, 2003).
Menurut Undang-Undang No.13 tahun
1998 tentang
kesejahteraan lansia Bab I pasal 1 ayat 2 yang berbunyi “lansia
adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas.
b. Pengelompokan Lanjut Usia
Menurut WHO (2006), lanjut usia dikelompokkan menjadi :
1) Usia pertengahan (Middle Age) : kelompok usia 45 – 59 tahun.
2) Lanjut usia (Ederly)
: antara 60 – 74 tahun.
3) Lanjut usia tua (Old)
: antara 75 – 90 tahun.
4) Usia sangat tua (Very Old)
: diatas 90 tahun.
Menurut Departemen Kesehatan RI (2007) dijelaskan bahwa
kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa virilitas
meliputi :
1) Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai presenium.
2) Kelompok usia lanjut (>65 tahun) sebagai masa senium.
11
Pengaruh Belimbing Wuluh..., Yogi Ardiansyah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
12
Menurut Setyonegoro (2009), pengelompokan lanjut usia
dibagi menjadi :
1) Usia dewasa muda (Elderly Adulthood) 18 atau 20-25 tahun.
2) Usia dewasa penuh (Elderly) atau maturitas, 25-60 tahun atau 65
tahun.
3) Lanjut usia (Geriatric Age) lebih dari 65 tahun atau 70 tahun
a) 70-75 tahun (Young Old)
b) 75-80 tahun (Old)
c) Lebih dari 80 (Very Old)
c. Proses Penuaan
Proses penuaan merupakan suatu proses biologis yang tidak
dapat dihindari dan akan dialami oleh setiap orang. Menua adalah
suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan (graduil)
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti serta
mempertahankan struktur dan fungsi secara normal, ketahanan
terhadap cedera, termasuk adanya infeksi. Proses penuaan sudah
mulai berlangsung sejak seseorang mencapai dewasa, misalnya
dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf dan
jaringan lain sehingga tubuh ”mati” sedikit demi sedikit (Iqbal,
2009).
Meskipun secara teknik proses penuaan (aging process)
berlangsung setelah konsepsi, istilah penuaan (aging) tidak sinonim
dengan tua (aged, misalnya aged adult). Aged adult atau lanjut usia
Pengaruh Belimbing Wuluh..., Yogi Ardiansyah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
13
orang dewasa yang sistem-sistem biologisnya telah dewasa (matur),
dan karena usianya yang sudah lanjut terjadi perubahan-perubahan
struktur dan fungsi. Perubahan itu sangat berjalan mulus sehingga
tidak menimbulkan ketidakmampuan atau dapat terjadi sangat nyata
dan berakibat ketidakmampuan total (Maurus, 2007).
Proses penuaan, seseorang akan menjadi tua dengan berbagai
masalah pada orang tua. Masalah-masalah umum yang sering
dialami oleh lansia, antara lain (Setiawati, 2008) :
1) Keadaan fisik lemah dan tak berdaya, sehingga harus
bergantung pada orang lain.
2) Status ekonominya sangat terancam, sehingga cukup beralasan
untuk melakukan berbagai perubahan besar dalam pola
hidupnya.
3) Menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan perubahan status
ekonomi dan kondisi fisik.
4) Mencari teman baru untuk menggantikan suami atau istri yang
telah meninggal atau pergi jauh dan / cacat.
5) Mengembangkan kegiatan baru untuk mengisi waktu luang yang
semakin bertambah.
6) Belajar untuk memperlakukan anak yang sudah besar sebagai
orang dewasa.
7) Mulai terlibat dalam kegiatan masyarakat yang secara khusus
direncanakan untuk orang dewasa.
Pengaruh Belimbing Wuluh..., Yogi Ardiansyah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
14
8) Mulai merasakan kebahagiaan dari kegiatan yang sesuai untuk
lansia dan memiliki kemauan untuk mengganti kegiatan lama
yang berat dengan yang lebih cocok.
d. Masalah Kesehatan Pada Lansia
1) Diabetes mellitus
Diabetes melitus (DM) /kencing manis adalah keadaan
hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat
gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi
kronik pada mata, ginjal, dan pembuluh darah, disertai lesi pada
membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop electron
(Damayanti, 2006).
2) Osteoporosis
Osteoporosis adalah penyakit tulang yang mempunyai
sifat-sifat
khas
berupa
massa
tulang
rendah,
disertai
mikroarsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang
yang
akhirnya
dapat
menimbulkan
kerapuhan
tulang
(Damayanti, 2006).
3) Osteoartritis
Osteoartritis (OA, dikenal sebagai artritis degeneratif,
penyakit degeneratif sendi), adalah kondisi dimana sendi terasa
nyeri akibat inflamasi ringan yang timbul karena gesekan ujungujung tulang penyusun sendi (Damayanti, 2006).
4) Hipertensi
Pengaruh Belimbing Wuluh..., Yogi Ardiansyah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
15
Teknan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis
dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam
jangka waktu lama). Hipertensi adalah salah satu faktor risiko
untuk stroke, serangan jantung, gagal jantung dan aneurisma
arterial, dan merupakan penyabab utama gagal jantung kronis
(Damayanti, 2006).
5) Gagal jantung
Gagal jantung adalah sindrom klinis (sekumpulan tanda
dan gejala) saat istirahat dan aktifitas yang disebabkan oleh
kelainan struktur atau fungsi jantung. Pada gagal jantung terjadi
keadaan dimana jantung tidak dapat menghantarkan curah
jantung yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik
tubuh (Marulam, 2006).
6) Alzheimer
Alzheimer atau kepikunan merupakan sejenis penyakit
penurunan fungsi saraf otak yang komplek dan progresif yang
disebabkan karena gizi diotak (Damayanti, 2006).
7) Penyakit paru obstruktif kronik
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit
paru kronik yang ditandai dengan keterbatasan aliran udara
didalam saluran napas yang tidak sepenuhnya reversibel,
bersifat progresif, biasanya disebabkan oleh proses inflamasi
Pengaruh Belimbing Wuluh..., Yogi Ardiansyah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
16
paru yang disebabkan oleh pajanan gas berbahaya yang dapat
memberikan gambaran gangguan sistemik (Damayanti, 2006).
2. Hipertensi
a. Definisi
1)
Tekanan darah adalah kekuatan yang digunakan oleh darah yang
bersirkulasi pada dinding-dinding dari pembuluh darah, dan
merupakan satu dari tanda-tanda vital yang utama dari
kehidupan, yang juga termasuk detak jantung, kecepatan
pernafasan, dan temperatur (Muhammadun, 2010).
2)
Tekanan darah adalah kekuatan darah mengalir di dinding
pembuluh darah yang keluar dari jantung (pembuluh arteri) dan
yang kembali ke jantung (pembuluh balik) (Alam, 2005).
Secara umum ada dua komponen tekanan darah, yaitu tekanan
sistolik (angka atas) yaitu tekanan yang timbul akibat
pengerutan bilik jantung sehingga ia akan memompa darah
dengan tekanan terbesar, dan tekanan diastolik (angka bawah)
yang merupakan kekuatan penahan pada dinding pembuluh
darah saat jantung mengembang antar denyut, terjadi pada saat
jantung dalam keadaan mengembang (saat beristirahat),
sehingga tekanan darah akan berkurang (Martuti, 2009).
3)
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan keadaan
perubahan dimana tekanan darah meningkat secara kronik
(Kholish, 2011).
Pengaruh Belimbing Wuluh..., Yogi Ardiansyah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
17
4)
Hipertensi sebenarnya adalah suatu gangguan pada pembuluh
darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi, yang
dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkannya (Alam, 2005).
5)
Hipertensi yaitu tekanan tinggi di dalam arteri, arteri adalah
pembuluh yang mengakut darah dari jantung yang memompa ke
seluruh jaringan dan organ-organ tubuh (Muhammadun, 2010).
6)
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan sistole dan
diastole mengalami kenaikan yang melebihi batas normal
dimana tekanan sistole diatas 140 mmHg dan diastol diatas 90
mmHg (Muwarni, 2009).
Hipertensi sering kali disebut dengan silent killer, karena
penyakit ini termasuk penyakit mematikan, yang tanpa disertai gejala
peringatan. Bahkan sakit kepala yang sering menjadi indikator
hipertensi tidak terjadi pada sebagian orang atau dianggap keluhan
ringan yang akan sembuh dengan sendirinya. Namun yang berbahaya
adalah hipertensi yang tidak disadari dan tidak mendapatkan
penanganan medis hingga menyebabkan komplikasi. Komplikasi
tersebut seperti stroke dan serangan jantung hingga menyebabkan
kematian.
b. Epidemiologi
Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang
memerlukan penanggulangan yang baik. Terdapat beberapa faktor
Pengaruh Belimbing Wuluh..., Yogi Ardiansyah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
18
yang mempengaruhi prevalensi hipertensi seperti ras, umur,
obesitas, asupan garam yang tinggi, dan adanya riwayat hipertensi
dalam keluarga. Di Indonesia, sampai saat ini belum terdapat
penyelidikan
yang
bersifat
nasional,
multisenter,
yang
menggambarkan prevalensi hipertensi secara tepat.
Boedhi Darmojo dalam tulisannya yang dikumpulkan dari
berbagai penelitian melaporkan bahwa 1,8-28,6% penduduk yang
berusia diatas 20 tahun adalah pasien hipertensi. Pada umumnya
prevalensi berkisar antara 8,6-10%. Prevalensi terendah yang
dikemukakan dari data tersebut adalah berasal dari desa Kalirejo,
Jawa Tengah, yaitu 1,8%, sedangkan di daerah Arun, Aceh,
Sumatra Utara, sebesar 5,3%. Data lain yang dikemukakan
Gunawan S, yang menyelidiki masyarakat terisolasi di Lembah
Baliem, Irian Jaya mendapatkan prevalensi hipertensi 0,65%
(Suyono, 2001).
Kalau ditinjau perbandingan antara pria dan wanita, ternyata
wanita lebih banyak menderita hipertensi. Dari laporan Sugiri di
Jawa Tengah didapatkan angka prevalensi 6,0% pada pria dan
11,6% pada wanita. Laporan dari Sumatra Barat, menunjukkan
18,6% pada pria dan 17,4 pada wanita. Di daerah perkotaan Jakarta
(petukangan) didapatkan 14,6% pada pria dan 13,7% pada wanita
(Suyono, 2001).
Data tersebut diatas memberikan gambaran bahwa masalah
Pengaruh Belimbing Wuluh..., Yogi Ardiansyah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
19
hipertensi perlu mendapatkan perhatian dan penanganan yang baik,
mengingat prevalensi yang tinggi dan komplikasi yang ditimbulkan
hipertensi cukup berat (Suyono, 2001).
c. Penyebab Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua
golongan yaitu hipertensi esensial atau primer dan hipertensi
sekunder atau disebut juga hipertensi renal.
1) Hipertensi primer
Hipertensi primer adalah suatu kondisi dimana terjadinya
kenaikan tekanan darah sebagai dampak dari gaya hidup
seseorang dan faktor lingkungan (Diana, 2009). Hipertensi
primer diduga mempunyai etiologi multifaktor dan belum
ditemukan adanya satu mekanisme sentral sebagai penyebabnya.
Namun ada banyak faktor resiko yang mempengaruhinya, yaitu
genetik, usia, stress, obesitas, diabetes mellitus, alkoholisme,
konsumsi tinggi garam dan kebiasaan merokok (Suyono, 2001).
a) Genetik
Peran faktor genetik terhadap hipertensi esensial
dibuktikan berbagai kenyataan yang dijumpai. Adanya bukti
bahwa keajdian hipertensi lebih banyak dijumpai pada
penderita kembar monozigot daripada heterozigot, apabila
salah satu diantaranya menderita hipertensi, menyokong
bahwa faktor genetik mempunyai peran terhadap terjadinya
Pengaruh Belimbing Wuluh..., Yogi Ardiansyah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
20
hipertensi (Soeparman dan Waspadji, 2000).
Meskipun hipertensi dianggap sebagai penyakit
keturunan, namun hubungannya tidak sederhana. Hipertensi
merupakan hasil dari interaksi gen yang beragam, sehingga
tidak ada tes genetik yang dapat mengidentifikasi orang
yang beresiko untuk terjadi hipertensi secara konsisten
(Muhammadun, 2010).
b) Usia
Semakin tua seseorang pengaturan metabolisme
kalsium terganggu, sehingga terjadi Hypercalcidemia yang
menyebabkan darah menjadi lebih padat. Aterosklerosis
akibat
endapan
kalsium
menyebabkan
penyempitan
pembuluh darah, sehingga aliran darah yang menuju
jaringan terhambat. Hal ini dapat memacu peningkatan
tekanan darah. Bertambahnya usia juga menyebabkan
elastisitas arteri berkurang dan cenderung kaku, sehingga
volume darah masuk kedalam jaringan berkurang. Agar
kebutuhan darah di jaringan terpenuhi, maka jantung harus
memompa darah lebih kuat lagi (Muhammadun, 2010).
c) Obesitas
Makan
yang
berlebihan
dapat
menyebabkan
kegemukan atau obesitas. Kegemukan lebih cepat terjadi
dengan pola hidup pasif (kurang gerak dan olahraga). Jika
Pengaruh Belimbing Wuluh..., Yogi Ardiansyah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
21
makanan yang dimakan banyak mengandung lemak jahat
seperti kolesterol, dapat menyebabkan penimbunan lemak di
sepanjang pembuluh darah. Penyempitan pembuluh darah
ini menyebabkan aliran darah kurang lancar. Pada orang
yang memiliki kelebihan lemak (hyperlipidemia), dapat
menyebabkan penyumbatan darah sehingga mengganggu
suplai oksigen dan zat makanan ke organ tubuh. Selain itu
kelebihan berat badan meningkatkan risiko terjadinya
penyakit
kardiovaskuler
karena
beberapa
penyebab.
Semakin besar massa tubuh, makin banyak darah yang
dibutuhkan untuk memasok oksigen dan nutrisi kejaringan
tubuh. Hal ini membuat volume darah yang beredar melalui
pembuluh darah menjadsi meningkat sehingga memberi
tekanan lebih besar pada dinding arteri dan menyebabkan
tekanan darah naik (Muhammadun, 2010).
d) Stress
Hipertensi diduga akan mudah muncul pada orang
yang sering stress dan mengalami ketegangan pikiran yang
berlarut-larut. Hubungan antara sress dengan hipertensi
terjadi melalui
aktivasi
saraf
simpatik,
yang dapat
meningkatkan tekanan darah secara intermitten. Salah satu
tugas saraf simpatis adalah merangsang pengeluaran hormon
adrenalin. Hormon ini dapat menyebabkan terjadinya
Pengaruh Belimbing Wuluh..., Yogi Ardiansyah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
22
peningkatan tekanan darah dan jantung berdebar-debar
(Muhammadun, 2010).
e) Diabetes Mellitus
Hipertensi juga bisa muncul sebagai komplikasi dari
penyakit diabetes mellitus khususnya penderita diabetik
nefropati, yaitu diabetes yang menyebabkan kerusakan pada
sistem saraf. Nefropati diabetik merupakan penyebab utama
terjadinya hipertensi pada penderita DM tergantung insulin
(IDDM atau DM tipe II). Penderita diabetes tipe II pada
umumnya memiliki kondisi yang disebut degan resistensi
insulin. Resistensi insulin adalah suatu kondisi dimana
seseorang yang mempunyai jumlah insulin yang cukup
untuk merombak glukosa, namun tidak bekerja sebagaimana
mestinya. Insulin yang tidak berkerja ini tidak akan diubah
dalam bentuk apapun, dan akan tetap dalam bentuk insulin.
Insulin inilah yang menyebabkan hipertensi pada penderita
DM. Hal tersebut terjadi karena selain insulin bekerja untuk
mengubah
glukosa
menjadi
glikogen
juga
dapat
mengakibatkan peningkatan resistensi natrium di ginjal dan
meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatik. Retensi
natrium dan meningkatnya sistem saraf simpatik merupakan
dua hal yang berpengaruh terhadap peningkatan tekanan
darah. Lebih lanjut, insulin juga dapat meningkatkan
Pengaruh Belimbing Wuluh..., Yogi Ardiansyah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
23
konsentrasi kalium di dalam sel, yang mengakibatkan
naiknya resitensi pembuluh, yang merupakan salah satu
faktor meningkatnya tekanan darah (Suyono, 2001).
f) Alkoholisme
Alkohol dapat merusak fungsi sistem saraf pusat
maupun sistem saraf tepi. Apabila saraf simpatis terganggu,
maka pengaturan tekanan darah akan mengalami gangguan.
Pada seorang yang sering minum-minuman dengan kadar
alkohol tinggi, tekanan darah mudah berubah dan cenderung
tinggi. Alkohol juga bisa meningkatkan keasaman darah,
darah menjadi lebih kental. Keadaan darah yang kental
membuat jantung memompa darah lebih kuat lagi, agar
darah dapat sampai ke jaringan yang membutuhkan. Hal ini
menyebabkan hipertensi (Muhammadun, 2010).
g) Asupan Tinggi Garam
Natrium
timbulnya
memegang
hipertensi.
peranan
Mengkonsumsi
penting
terhadap
natrium
yang
berlebihan menyebabkan konsentrasi natrium di dalam
cairan ekstravaskuler meningkat. Untuk menormalkannya,
cairan intraseluler ditarik keluar, sehingga volume cairan
ekstrasesuler meningkat. Meningkatnya volume cairan
ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume
darah, sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi.
Pengaruh Belimbing Wuluh..., Yogi Ardiansyah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
24
Pada umumnya konsumsi garam dapur yang dianjurkan
tidak lebih dari 6 gram per hari, setara dengan satu sendok
teh (Muhammadun, 2010).
h) Rokok
Rokok, selain mengandung zat racun (toksin) yang
berjumlah jutaan, juga menjadi oksidan (radikal bebas) yang
merusak dinding pembuluh darah dan menyebabkan
keelastisitasan pembuluh darah berkurang. Akibatnya
tekanan darah meningkat (Muhammadun, 2010).
2) Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan
yang disebabkan oleh penyakit lain. Penyebab hipertensi
sekunder diantaranya, penyakit ginjal intrinsik, stenosis arteri
renalis, hiperaldosteronisme primer, dan penyebab lainnya
(O‟Callaghan, 2010).
a) Penyakit ginjal intrinsik
Setiap penyakit ginjal dapat menyebabkan hipertensi.
Penyakit parenkim ginjal adalah penyebab tersering
hipertensi sekunder yaitu sebanyak 2,5-5%. Hipertensi
esensial dapat menyebabkan penyakit ginjal menahun,
sedangkan penyakit ginjal merupakan penyebab paling
sering hipertensi sekunder (Suyono, 2001). Gangguan ginjal
berat mengurangi eksresi natrium serta menyebabkan
Pengaruh Belimbing Wuluh..., Yogi Ardiansyah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
25
hipervolemia dan hipertensi, yang bersifat „sensitif terhadap
garam‟ karena hipertensi meningkat seiring dengan asupan
garam. Pada gangguan ginjal ringan, hipoperfusi ginjal yang
dipersepsi memacu sekresi renin dan vasokontriksi yang
dimediasi oleh angiotensin II. Hipertensi ini tidak sensitif
terhadap garam dan disebut resisten garam (O‟Callaghan,
2010).
b) Stenosis arteri renalis
Stenosis
arteri
renalis
adalah
penyebab
dari
hipertensi renovaskuler. Stenosis arteri renalis menyebabkan
berkurangnya aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus
(LFG), menstimulasi pelepasan renin dan angiotensin II.
Angiotensin
II
menyebabkan
hipertensi
melalui
vasokontriksi dan stimulasi pelepasan aldosteron dan retensi
natrium. Jika kedua ginjal terkena, hipervolemia dan
hipertensi akhirnya mengembalikan perfusi ginjal dan kadar
renin sedikit turun. Jika salah satu ginjal normal, hipertensi
akan meningkatkan LFG. Hal ini memacu eksresi natrium
oleh ginjal sehat, namun perfusi pada ginjal yang mengalami
stenosis tetap kurang dan terus menghasilkan kadar renin
yang sangat tinggi (O‟Callaghan, 2010).
c) Hiperaldosteronisme primer
Hiperaldosteronisme primer mencakup 1-2% dari
Pengaruh Belimbing Wuluh..., Yogi Ardiansyah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
26
semua kasus hipertensi. Kelebihan aldosteron meningkatkan
retensi natrium dan sekresi kalium oleh ginjal. Hipervolemia
yang terjadi menyebabkan hipertensi. Produksi renin
disupresi karena tekanan perfusi ginjal dan penyampaian
natrium klorida ke makula densa meningkat (O‟Callaghan,
2010).
d) Penyebab lain hipertensi
Koarktasio aorta mengurangi perfusi ginjal dan
memicu sekresi renin. yang khas, pulsasi di tungkai lebih
lemah daripada lengan. Steroid menyebabkan retensi
natrium dan hipertensi ini merupakan efek mineralkortikoid
dari glukokortikoid baik dari luar maupun endogen.
Pelepasan katekolamin oleh feokromositoma menyebabkan
hipertensi
vasokonstriktif.
Obat
dapat
menyebabkan
hipertensi, terutama steroid, siklosporin, dan estrogen pada
kontrasepsi oral (O‟Callaghan, 2010).
d. Proses Terjadinya Hipertensi
Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tekanan
perifer. Berbagai faktor yang mempengaruhi curah jantung dan
tahanan perifer akan mempengaruhi tekanan darah, seperti asupan
garam yang tinggi, faktor genetik, stress dan obesitas (Suyono,
2001).
Didalam tubuh terdapat sistem yang berfungsi mencegah
Pengaruh Belimbing Wuluh..., Yogi Ardiansyah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
27
perubahan tekanan darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan
sirkulasi, yang berusaha mempertahankan kestabilan tekanan darah
dalam jangka panjang. Berdasarkan kecepatan reaksinya, sistem
kontrol tersebut dibedakan dalam sistem yang beraksi segera,
bereaksi kurang cepat, dan yang bereaksi dalam jangka panjang
(Suyono,2001).
Refleks kardiovaskuler melalui sistem saraf termasuk sistem
kontrol yang bereaksi segera. Sebagai contoh adalah baroreseptor
yang terletak pada sinus karotis dan arkus aorta yang berfungsi
mendeteksi perubahan tekanan darah. Perpindahan cairan antara
sirkulasi kapiler dalam rongga interstitial yang dikontrol oleh
hormoneangiotensin dan vasopressin termasuk sistem kontrol yang
bereaksi kurang cepat. Kestabilan tekanan darah dalam jangka
panjang dipertahankan oleh sistem yang mengatur jumlah cairan
tubuh yang melibatkan berbagai organ terutama ginjal (Suyono,
2001).
Salah satu sistem yang berperan dalam pengaturan tekanan
darah adalah sistem renin-angiotensin-aldosterone. Renin dihasilkan
di ginjal yang berguna mengubah angiotensin hati menjadi
angiotensin I. Zat ini dengan bantuan angiotensin converting enzyme
(ACE) akan diubah menjadi angiotensin II (Ramadhan, 2010).
Angiotensin II meningkatkan sekresi antidiuretic hormone
(ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi oleh hipotalamus (kelenjar
Pengaruh Belimbing Wuluh..., Yogi Ardiansyah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
28
pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolaritas dan
volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang
disekresikan keluar tubuh, sehingga menjadi pekat dan tinggi
osmolalitasnya.
Untuk
mengencerkannya,
volume
cairan
ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik dari bagian
intraseluler. Akibatnya volume darah menigkat yang pada akhirnya
akan meningkatkan tekanan darah (Anonim, 2008).
e. Klasifikasi Tekanan Darah
Tabel 2.1 klasifikasi tekanan darah
Klasifikasi Tekanan
Tekanan Sistolik dan
Darah
Diastolik (mmHg)
Normal
< 120 dan < 80
Pre hipertensi
120 – 139 atau 80 – 89
Hipertensi ringan
140 – 159 atau 90 – 99
Hipertensi sedang
≥ 160 atau ≥ 100
Hipertensi berat
≥ 180 atau ≥ 110
Sumber: The Sixth Report Of The Joint National Commite (JNC-6)
On Prevention Detection, Evaluation, And Treatment Of
High Blood Pressure.
f. Tanda dan Gejala Penyakit Hipertensi
Tanda dan gejala penyakit hipertensi yaitu sakit kepala,
epistaksis, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan yang biasa
terjadi pada penderita hipertensi. Jika hipertensinya berat atau
menahun dan tidak diobati bisa timbul gejala, yaitu sakit kepala,
mual dan muntah, kelelahan, sesak nafas, gelisah, pandangan
menjadi kabur, yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,
mata, jantung, dan ginjal (Smeltzer, 2001).
Pengaruh Belimbing Wuluh..., Yogi Ardiansyah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
29
g. Komplikasi Hipertensi
1) Komplikasi Ginjal
Kelompok yang paling rentan terkena kerusakan ginjal
akibat hipertensi adalah orang berusia lanjut, penyandang
obesitas, orang berkulit hitam, dan penyandang diabetes.
Dampak primernya adalah kerusakan pada pembuluh darah ginjal
akibat
tekanan
yang
meningkat.
Pada
dinding
arteri
interlobularis, otot digantikan oleh jaring sklerotik. Dinding
anterior
aferen
mengalami
hialinisasi-deposit
lipid
dari
glikoprotein subtintima yang keluar dari plasma. Kerusakan pada
pembuluh resiten ini membuat`endotel kapiler glomerulus yang
terkena hipertensi rusak. Hal ini menurunkan aliran darah dan
filtrasi glomerulus, dan memacu proteinuria. Protein inflamasi
tereksudasi dari plasma dan akhirnya terjadi sklerosis glomerular
atau atrofi iskemik (O‟Callaghan, 2010).
2) Komplikasi Kardiovaskuler
Resistensi vaskuler yang tinggi membuat jantung
teregang dan menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri. Hipertensi
juga meningkatkan aterosklerosis arteri (O‟Callaghan, 2010).
3) Retinopati
Retinopati sering terjadi dan dibagi dalam stadium
menurut keparahannya. Stadium 3 atau 4 menandakan hipertensi
Pengaruh Belimbing Wuluh..., Yogi Ardiansyah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
30
terakselerasi atau „maligna‟. Stadium 1 terjadi spasme arteri,
arteri berbelit, gambaran silver-wire. Stadium 2 terjadi nipping
arteriovena, vena terlihat lebih sempit ketika arteri melintas
diatasnya. Stadium 3 terjadi perdarahan, termasuk perdarahan
api. Ekstravasasi lipid menyebabkan eksudat (eksudat keras
merupakan eksudat lama, sedangkan eksudat lunak atau bercak
cotton-wool menunjukkan hipertensi berat yang akut). Stadium 4
terjadi
edema
pupil
dan
pembengkakan
diskus
optikus
(O‟Callaghan, 2010).
h. Penatalaksanaan Hipertensi
1) Penatalaksanaan Farmakologi
Menrut Stein (2005), golongan obat antihipertensi yang
banyak
digunakan
adalah
diuretik
tiazid
(misalnya
bendroflumetiazid), beta‐bloker, (misalnya propanolol, atenolol,)
penghambat angiotensin converting enzymes (misalnya captopril,
enalapril), antagonis angiotensin II (misalnya candesartan,
losartan), calcium channel
blocker
(misalnya
amlodipin,
nifedipin) dan alphablocker (misalnya doksasozin).
a) Diuretik tiazid
Diuretik tiazid adalah diuretik yang menurunkan
tekanan darah dengan cara menghambat reabsorpsi sodium
pada daerah awal tubulus distal ginjal, meningkatkan ekskresi
sodium dan volume urin. Tiazid juga mempunyai efek
Pengaruh Belimbing Wuluh..., Yogi Ardiansyah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
31
vasodilatasi
langsung
pada
arteriol,
sehingga
dapat
mempertahankan efek antihipertensi lebih lama. Tiazid
diabsorpsi baik pada pemberian oral, terdistribusi luas dan
dimetabolisme di hati. Efek diuretik tiazid terjadi dalam
waktu 1‐2 jam setelah pemberian dan bertahan sampai 12‐24
jam, sehingga obat ini cukup diberikan sekali sehari.
Efek samping: Peningkatan eksresi urin oleh diuretik
tiazid dapat mengakibatkan hipokalemia, hiponatremi, dan
hipomagnesiemi.
Hiperkalsemia
dapat
terjadi
karena
penuruna ekskresi kalsium. Interferensi dengan ekskresi asam
urat
dapat
mengakibatkan
hiperurisemia,
sehingga
penggunaan tiazid pada pasien gout harus hati‐hati. Diuretik
tiazid juga dapat mengganggu toleransi glukosa (resisten
terhadap insulin) yang mengakibatkan peningkatan resiko
diabetes mellitus tipe 2. Efek samping yang umum lainnya
adalah hiperlipidemia, menyebabkan peningkatan LDL dan
trigliserida dan penurunan HDL.
b) Beta-blocker
Beta blocker memblok beta‐adrenoseptor. Reseptor
ini diklasifikasikan menjadi reseptor beta‐1 dan beta‐2.
Reseptor beta‐1 terutama terdapat pada jantung sedangkan
reseptor beta‐2 banyak ditemukan di paru‐paru, pembuluh
darah perifer, dan otot lurik. Reseptor beta‐2 juga dapat
Pengaruh Belimbing Wuluh..., Yogi Ardiansyah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
32
ditemukan di jantung, sedangkan reseptor beta‐1 juga dapat
dijumpai pada ginjal. Reseptor beta juga dapat ditemukan di
otak. Stimulasi reseptor beta pada otak dan perifer akan
memacu pelepasan neurotransmitter yang meningkatkan
aktivitas system saraf simpatis. Stimulasi reseptor beta‐1 pada
nodus sino‐atrial dan miokardiak meningkatkan heart rate
dan kekuatan kontraksi. Stimulasi reseptor beta pada ginjal
akan menyebabkan penglepasan rennin, meningkatkan
aktivitas system renninangiotensin‐aldosteron. Efek akhirnya
adalah peningkatan cardiac output, peningkatan tahanan
perifer dan peningkatan sodium yang diperantarai aldosteron
dan retensi air. Terapi menggunakan beta‐blocker akan
mengantagonis
penurunan
semua
tekanan
efek
darah.
tersebut
sehingga
Beta‐blocker
tidak
terjadi
boleh
dihentikan mendadak melainkan harus secara bertahap,
terutama pada pasien dengan angina, karena dapat terjadi
fenomena rebound.
Efek samping: Blokade reseptor beta‐2 pada bronkhi
dapat mengakibatkan bronkhospasme, bahkan jika digunakan
beta‐bloker
kardioselektif.
Efek
samping
lain
adalah
bradikardia, gangguan kontraktil miokard, dan tangan‐kaki
terasa dingin karena vasokonstriksi akibat blokade reseptor
beta‐2 pada otot polos pembuluh darah perifer. Kesadaran
Pengaruh Belimbing Wuluh..., Yogi Ardiansyah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
33
terhadap gejala hipoglikemia pada beberapa pasien DM tipe 1
dapat berkurang. Hal ini karena beta‐blocker memblok sistem
saraf simpatis yang bertanggung jawab untuk “memberi
peringatan“ jika terjadi hipoglikemia. Berkurangnya aliran
darah simpatetik juga menyebabkan rasa malas pada pasien.
Mimpi buruk kadang dialami, terutama pada penggunaan
beta‐blocker yang larut lipid seperti propanolol. Impotensi
juga
dapat
Beta‐blockers
terjadi.
non‐selektif
juga
menyebabkan peningkatan kadar trigilserida serum dan
penurunan HDL.
c) ACE inhibitor
Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACEi)
menghambat secara kompetitif pembentukan angiotensin II
dari precursor angiotensin I yang inaktif, yang terdapat pada
darah, pembuluh darah, ginjal, jantung, kelenjar adrenal dan
otak. Angiotensin II merupakan vasokonstriktor kuat yang
memacu pelepasan aldosteron dan aktivitas simpatis sentral
dan perifer. Penghambatan pembentukan angiotensin II ini
akan menurunkan tekanan darah. Jika system angiotensin ‐
rennin ‐ aldosteron teraktivasi (misalnya pada keadaan
penurunan
sodium,
antihipertensi
bertanggungjawab
atau
ACEi
pada
akan
terhadap
terapi
lebih
diuretik)
besar.
degradasi
ACE
kinin,
efek
juga
termasuk
Pengaruh Belimbing Wuluh..., Yogi Ardiansyah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
34
bradikinin,
yang
mempunyai
efek
vasodilatasi.
Penghambatan degradasi ini akan menghasilkan efek
antihipertensi yang lebih kuat. Beberapa perbedaan pada
parameter farmakokinetik obat ACEi. Captopril cepat
diabsorpsi tetapi mempunyai durasi kerja yang pendek,
sehingga bermanfaat untuk menentukan apakah seorang
pasien akan berespon baik pada pemberian ACEi. Dosis
pertama ACEii harus diberikan pada malam hari karena
penurunan tekanan darah mendadak mungkin terjadi, efek ini
akan meningkat jika pasien mempunyai kadar sodium rendah.
d) Antagonis Angiotensin II
Reseptor angiotensin II ditemukan pada pembuluh
darah dan target lainnya. Disubklasifikasikan menjadi
reseptor AT1 dan AT2. Reseptor AT1 memperantarai respon
farmakologis angiotensin II, seperti vasokonstriksi dan
penglepasan aldosteron. Dan oleh karenanya menjadi target
untuk terapi obat. Fungsi reseptor AT2 masih belum begitu
jelas. Banyak jaringan mampu mengkonversi angiotensin I
menjadi angiotensin II tanpa melalui ACE. Oleh karena itu
memblok system renin‐angitensin melalui jalur antagonis
reseptor
AT1
dengan
pemberian
antagonis
reseptor
angiotensin II mungkin bermanfaat. Antagonis reseptor
angiotensin II (AIIRA) mempunyai banyak kemiripan dengan
Pengaruh Belimbing Wuluh..., Yogi Ardiansyah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
35
ACEi, tetapi AIIRA tidak mendegradasi kinin. Karena
efeknya pada ginjal, ACEi dan AIIRA dikontraindikasikan
pada stenosis arteri ginjal bilateral dan pada stenosis arteri
yang berat yang mensuplai ginjal yang hanya berfungsi satu.
Efek samping ACEi dan AIIRA: Sebelum mulai
memberikan terapi dengan ACEi atau AIIRA fungsi ginjal
dan kadar elektrolit pasien harus dicek. Monitoring ini harus
terus dilakukan selama terapi karena kedua golongan obat ini
dapat mengganggu fungsi ginjal. Baik ACEi dan AIIRA
dapat
menyebabkan
hiperkalemia
karena
menurunkan
produksi aldosteron, sehingga suplementasi kalium dan
penggunaan diuretik hemat kalium harus dihindari jika pasien
mendapat terap iACEI atau AIIRA. Perbedaan anatar ACEi
dan AIIRA adalah batuk kering yang merupakan efek
samping yang dijumpai pada 15% pasien yang mendapat
terapi ACEi. AIIRA tidak menyebabkan batuk karena tidak
mendegaradasi bradikinin.
e) Calcium channel blocker
Calcium channel blockers (CCB) menurunkan influks
ion kalsium ke dalam sel miokard, sel‐sel dalam sistem
konduksi jantung, dan sel‐sel otot polos pembuluh darah.
Efek ini akan menurunkan kontraktilitas jantung, menekan
pembentukan dan propagasi impuls elektrik dalam jantung
Pengaruh Belimbing Wuluh..., Yogi Ardiansyah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
36
dan memacu aktivitas vasodilatasi, interferensi dengan
konstriksi otot polos pembuluh darah. Semua hal di atas
adalah proses yang bergantung pada ion kalsium. Terdapat
tiga kelas CCB: dihidropiridin (misalnya nifedipin dan
amlodipin); fenilalkalamin (verapamil) dan benzotiazipin
(diltiazem). Dihidropiridin mempunyai sifat vasodilator
perifer yang merupakan kerja antihipertensinya, sedangkan
verapamil dan diltiazem mempunyai efek kardiak dan
digunakan untuk menurunkan denyut jantung dan mencegah
angina. Semua CCB dimetabolisme di hati.
Efek samping: Pemerahan pada wajah, pusing dan
pembengkakan pergelangan kaki sering dijumpai, karena efek
vasodilatasi CCB dihidropiridin. Nyeri abdomen dan mual
juga sering terjadi. Saluran cerna juga sering terpengaruh
oleh influks ion kalsium, oleh karena itu CCB sering
mengakibatkan
gangguan
gastro‐intestinal,
termasuk
konstipasi.
f) Alpha-blocker
Alpha‐blocker (penghambat adreno‐septor alfa‐1)
memblok adrenoseptor alfa‐1 perifer, mengakibatkan efek
vasodilatasi karena merelaksaasi otot polos pembuluh darah.
Diindikasikan untuk hipertensi yang resisten.
Efek samping: Alpha‐blocker dapat menyebabkan hipotensi
Pengaruh Belimbing Wuluh..., Yogi Ardiansyah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
37
postural, yang sering terjadi pada pemberian dosis pertama
kali. Alpha‐blocker bermanfaat untuk pasien laki‐laki lanjut
usia karena memperbaiki gejala pembesaran prostat.
2) Terapi Non Farmakologi
a) Perubahan Gaya Hidup
Menurut Dalimartha, et al dalam Palmer (2007),
upaya pengobatan hipertensi dapat dilakukan dengan
pengobatan non farmakologis, termasuk mengubah gaya
hidup yang tidak sehat. Penderita hipertensi membutuhkan
perubahan gaya hidup yang sulit dilakukan dalam jangka
pendek. Oleh karena itu, faktor yang menentukan dan
membantu kesembuhan pada dasarnya adalah diri sendiri.
Empat langkah dalam perubahan gaya hidup yang
sehat
bagi
para
penderita
hipertensi
yaitu
menurut
Dalimartha, et al (2008):
(1) Mengontrol Pola Makan
Mengkonsumsi garam sebaiknya tidak lebih dari
2000 sampai 2500 miligram. Karena tekanan darah dapat
meningkat bila asupan garam meningkat. Dimana
pembatasan asupan sodium dapat mempertinggi efek
sebagian besar obat yang digunakan untuk mengobati
tekanan darah tinggi kecuali kalsium antagonis.
(2) Tingkatkan Konsumsi Potasium dan Magnesium
Pengaruh Belimbing Wuluh..., Yogi Ardiansyah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
38
Pola
makan
yang
rendah
potasium
dan
magnesium menjadi salah satu faktor pemicu tekanan
darah tinggi. Buah-buahan dan sayuran segar merupakan
sumber terbaik bagi kedua nutrisi tersebut untuk
menurunkan tekanan darah.
(3) Aktivitas (Olah Raga)
Melalui olah raga yang isotonik dan teratur
(aktivitas fisik aerobik selama 30-45 menit per hari) dapat
menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan
tekanan darah.
(4) Berhenti Merokok dan Hindari Konsumsi Alkohol
Nikotin
dalam
tembakau
adalah
penyebab
meningkatnya tekanan darah. Nikotin diserap oleh
pembuluh-pembuluh darah di dalam paru-paru dan
diedarkan ke aliran darah. Dalam beberapa detik nikotin
mencapai ke otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan
memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas
epinefrin (adrenalin), sehingga dengan pelepasan hormon
ini akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa
jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang
lebih tinggi. Demikian juga dengan alkohol, efek semakin
banyak mengkonsumsi alkohol maka semakin tinggi
tekanan darah, sehingga peluang terkena hipertensi
Pengaruh Belimbing Wuluh..., Yogi Ardiansyah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
39
semakin tinggi. Alkohol dalam darah merangsang
pelepasan epinefrin (adrenalin) dan hormon-hormon lain
yang
membuat
pembuluh
darah
menyempit
atau
menyebabkan penumpukan lebih banyak natrium dan air.
Selain itu minum-minuman alkohol yang berlebihan
dapat menyebabkan kekurangan gizi yaitu penurunan
kadar kalsium dan magnesium, rendahnya kadar dari
kalsium dan magnesium berkaitan dengan peningkatan
tekanan darah. Beberapa laporan menyimpulkan bahwa
efek alkohol dimulai dari asupan alkohol yang paling
rendah. Jadi, seseorang yang tidak mengkonsumsi alkohol
maka cenderung memiliki tekanan darah yang normal.
Laporan lain menunjukkan ada batas atau ambang
tertentu dari alkohol yang dapat mempengaruhi tekanan
darah.
b) Terapi Herbal
Di dalam Traditional Chinesse Pharmacology,
ada lima macam cita rasa dari tanaman obat yaitu pedas,
manis, asam, pahit, dan asin. Penyajian jenis obat-obatan
herbal khususnya dalam terapi hipertensi disuguhkan
dengan beberapa cara, misalnya dengan dimakan
langsung, disajikan dengan dibuat jus untuk diambil
sarinya, diolah menjadi obat ramuan ataupun dimasak
Pengaruh Belimbing Wuluh..., Yogi Ardiansyah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
40
sebagai pelengkap menu sehari-hari (Dalimartha, et al,
2008).
Adapun tanaman obat tradisional yang dapat di
gunakan untuk penyakit hipertensi yaitu: bawang putih
(Allimun sativum L), seledri (Apium graveolens L),
belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L), belimbing
(Averrhoa carambola L), teh (Camellia sinensis L),
wortel (Daucus carota L), mengkudu (Morinda citrifolia
L), mentimun (Cucumis sativus L) dan lain-lain.
3. Belimbing Wuluh
a. Nama tumbuhan
Tumbuhan yang digunakan dalam penelitian adalah belimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi L.) (Ulfah, 2012).
b. Sistematika tumbuhan
Sistematika
tumbuhan
(Averrhoa
bilimbi
L.)
menurut
Syamsuhidayat dan Hutapea (2001) adalah :
1) Divisi
: Spermatophyta
2) Sub divisi : Angiospermae
3) Kelas
: Dicotyledonae
4) Bangsa
: Gerantales
5) Suku
: Oxalidaceae
6) Marga
: Averrhoa
7) Spesies
: Averrhoa bilimbi L.
Pengaruh Belimbing Wuluh..., Yogi Ardiansyah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
41
c. Nama daerah
Limeng
(Aceh);
selemeng
(Gayo);
asom
belimbing,
balimbingan (Batak); malimbi (Nias); blimbing wuluh (Jawa);
bhalimbing bulu (Madura); blimbing buloh (Bali); calene (Bugis);
dan malimbi (Halmahera) ( Muhlisah, 2001).
d. Morfologi tanaman
Tanaman belimbing wuluh merupakan pohon dengan tinggi
5-10 meter; batang berbentuk tegak bercabang-cabang, banyak
benjolan dan berwarna hijau kotor; daun majemuk menyirip,
mempunyai anak daun 21-45 helai berbentuk bulat telur dengan
ujung meruncing dan pangkal membulat, mempunyai panjang 7-10
cm dan lebar 1-3 cm, bertangkai pendek, bertulang menyirip,
berwarna hijau muda atau hijau; bunga majemuk berbentuk malai
pada tonjolan batang dan cabang, menggantung, panjang 5-20 cm,
kelopak ± 6 mm, berwarna merah keunguan, daun mahkota
bergandengan dan berbentuk lanset; buah berbentuk bulat dengan
panjang 4-6 cm, berwarna hijau kekuningan; biji berbentuk lanset
atau segitiga, bila masih muda berwarna hijau dan setelah tua
berwarna kuning kehijauan; akar berbentuk tunggang dan berwarna
coklat kehitaman (Syamsuhidayat dan Hutapea, 2001).
b. Efek Herbal
Bagian yang digunakan untuk herbal adalah daun, bunga dan
buahnya.
Belimbing
wuluh
mempunyai
efek
herbal
yaitu
Pengaruh Belimbing Wuluh..., Yogi Ardiansyah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
42
mengilangkan rasa sakit (sebagai analgesik), memperbanyak
pengeluaran racun empedu, antiinflamasi, peluruh urine, astringent.
Buahnya
bersifat
antiradang,
analgesik,
antipiretik,
dan
hipoglikemik. Daun belimbing wuluh digunakan sebagai antipiretik
(Ulfah, 2012).
c. Khasiat Belimbing Wuluh
Belimbing wuluh digunakan untuk mengobati batuk dan
sariawan. Daunnya sebagai pereda rasa sakit, mengobati gondongan,
dan rematik. Buahnya berguna untuk batuk rejan, gusi berdarah,
sariawan, meredakan sakit gigi, mengempiskan jerawat, mengecilkan
pori-pori, mengilangkan panu, menurunkan tekanan darah pada
penderita hipertensi, menurunkan kolesterol dan memperbaiki fungsi
pencernaan (Ulfah, 2012).
d. Senyawa Aktif
Batang : saponin, tannin, glukosida, kalsium oksalat, sulfur,
asam format, dan perisidase. Daun: tannin, sulfur, asam format,
peroksidase, kalsium oksalat, dan kalsium sitrat. Buah mengandung
ascorbic acid, niacin, ribovlavin, carotene, thiamine, kalsium, besi,
serat, dan protein (Ulfah, 2012).
e. Belimbing wuluh sebagai Antihipertensi
Beberapa studi penelitian menunjukkan pengaruh belimbing
wuluh sebagai obat hipertensi. Tanaman obat yang digunakan
sebagai obat hipertensi paling tidak memiliki beberapa sifat, yaitu
Pengaruh Belimbing Wuluh..., Yogi Ardiansyah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
43
diuretik, antiadrenergik dan vasodilator. Diuretik agar jumlah air
didalam plasma darah berkurang. Antiadrenergik, menurunkan
produksi, sekresi, dan aktivitas hormone adrenalin. Vasodilator agar
peredaran darah lancar, sehingga suplai darah ke organ pun lancar
(Ulfah, 2012).
Hipertensi bisa terjadi salah satunya karena konsumsi garam
berlebih.
Konsumsi
garam
berlebihan
bisa
menyebabkan
penumpukan cairan didalam tubuh, karena garam menarik cairan
didalam sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan meningkatkan
volume dan tekanan darah. Akibatnya tekanan darah naik. Belimbing
wuluh sebagai diuretik, analgetik, memperbanyak pengeluaran
empedu, antiradang, dan astringent. Kandungan kalium sitrat
didalam buahnya merangsang pengeluaran cairan dalam tubuh yang
tadinya diikat oleh garam. Jika proses pengeluran urine lancar, maka
tekanan darah akan turun (Ulfah, 2012).
Pengaruh Belimbing Wuluh..., Yogi Ardiansyah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
44
B. KERANGKA TEORI PENELITIAN
Kerangka teori merupakan model konseptual tentang bagaimana
teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan
sebagai masalah yang penting (Wahyuni, 2009).
Masalah kesehatan pada lansia
Lansia
1. Diabetes melitus
2. Osteoartritis
3. Osteoporosi
4.
Hipertensi
5. Gagal jantung
6. Alzeimer
7. Penyakit paru obstruksi
kronik
Khasiat belimbing wuluh:
1. Batuk
2. Sariawan
3. pereda rasa sakit
4. mengobati gondongan
5. rematik
6. batuk rejan,
7. gusi berdarah,
8. sariawan
9. mengempiskan jerawat,
10. mengecilkan pori-pori
11. mengilangkan panu
12. menurunkan kolesterol
13. memperbaiki fungsi
pencernaan
14. menurunkan tekanan darah
pada penderita hipertensi
Terapi herbal
(belimbing
wuluh)
Bersifat sebagai
diuretic,
antiadrenergik,
dan vasodilator
System
renin
mengubah
angiotensi menjadi angiotensi I
dan dibantu ACE menjadi
angiotensi II, menghasilkan ADH
(antidiuretic hormone). ADH
tinggi, volume darah meningkat
Penatalaksanaan hipertensi :
1.
1.
2.
3.
Terapi farmaklogi
nonfarmakologi
Terapi
Terapi farmakologi
Peranan keluarga
Terapi non farmakologi:
1. Perubahan gaya hidup
2. Terapi alternative
3.
3. Terapi
Terapi herbal
herbal
1.
Tekanan darah
menurun
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber: Modifikasi dari Suyono (2001), Ulfah (2012), Smeltzer (2001)
Pengaruh Belimbing Wuluh..., Yogi Ardiansyah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
45
C. KERANGKA KONSEP
Kerangka konsep penelitian merupakan suatu uraian dan visualisasi
hubungan atau kaian antara konsep satu terhadap konsep lainnya, atau antara
variabel yang satu dengan variabel lainnya dari masalah yang ingin diteliti
(Notoatmodjo, 2010).
System
renin
mengubah
angiotensi menjadi angiotensi I
dan dibantu ACE menjadi
angiotensi II, menghasilkan ADH
(antidiuretic hormone).
Jenis kelamin
Usia
Terapi Belimbing
Wuluh
Tekanan Darah
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Pengaruh Belimbing Wuluh..., Yogi Ardiansyah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
46
D. HIPOTESIS
Hipotesis merupakan pernyataan atau jawaban sementara yang perlu
diuji kebenarannya (Riyanto, 2011).
Hipotesa dalam penelitian ini adalah:
Ho : Tidak ada pengaruh terapi belimbing wuluh terhadap penurunan tekanan
darah pada lansia penderita hipertensi
Ha : Ada pengaruh terapi belimbing wuluh terhadap penurunan tekanan darah
pada lansia penderita hipertensi
Pengaruh Belimbing Wuluh..., Yogi Ardiansyah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
Download