Kota Bandung memiliki potensi menjadi kota lestari, kota yang

advertisement
Kota Bandung memiliki potensi menjadi
kota lestari, kota yang dibangun oleh manusia
kota yang berinisiatif dan bekerja sama dalam
melakukan perubahan dan gerakan bersama.
Kota lestari dibangun dengan menjaga dan
memupuk aset-aset kota/ wilayah, dan
memperhatikan unsur-unsur sebagai berikut:
aset manusia; lingkungan terbangun; keunikan
dan kehidupan budaya, kreatifitas dan
http://www.duniaindonesia.com/
intelektual; karunia sumber daya alam; lingkungan dan kualitas sarana perkotaan; mampu melakukan
adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim.
Sejalan dengan pandangan tersebut, pada bulan Februari 2009 lalu sejumlah stakeholders
lingkungan hidup Bandung membentuk Forum Hijau Bandung (FHB). Menaruh perhatian pada isu
lingkungan, forum tersebut menjadi wadah bertemunya seluruh organisasi lingkungan di Kota
Kembang.
FHB berperan sebagai sebuah forum komunikasi untuk saling mengetahui „siapa sedang
berbuat apa‟ diantara para pejuang lingkungan kota Bandung. FHB berharap dapat mensinergikan
setiap gerakan lingkungan sehingga menjadi lebih fokus dan berdampak besar untuk kota Bandung.
Saat ini telah terdapat 194 orang yang tercatat sebagai partisipan FHB, mewakili 57 lembaga yang
berkedudukan atau mempunyai sekretariat/ kantor di kota Bandung. Lembaga-lembaga tersebut
berasal dari Organisasi Akademisi, Organisasi Swadaya Masyarakat, Pemerintah, dan Swasta.
Silaturahmi antar partisipam Forum Hijau Bandung secara rutin dilaksanakan 2 minggu sekali
setiap hari Senin, sebagai tempat bertemunya stakeholders lingkungan kota Bandung. Tujuan FHB
adalah menyebarkan informasi, ide maupun program terkait usaha pelestarian lingkungan dari
masing-masing partisipan FHB (individu/ komunitas/ lembaga) dan memperluas jaringan dengan
harapan terjadi kerjasama lebih lanjut dalam usaha pelestarian lingkungan di kota Bandung pada
khususnya.
Gambar Logo Forum Hijau Bandung
Sesuai kesepakatan dalam forum rembug (musyawarah kerja tahunan) pada awal tahun 2010
lalu, disepakati bahwa FHB memiliki manajemen pusat yang terdiri dari Koordinator Umum,
Sekretaris Jenderal, dan Unit Serba Bisa. Manajemen tersebut dipilih dan diamanahkan sesuai
musyawarah forum rembug awal (per tahun), dan bertugas memastikan FHB bergerak sesuai tujuan
dan visi misinya, serta mengoordinir setiap pertemuan rutin dan program-program bersama.
Semenjak dibentuk pada 11 Februari 2009 lalu, FHB telah mengadakan serangkaian aktifitas,
baik aktifitas rutin maupun aktifitas khusus. Forum Hijau Bandung selalu mengadakan pertemuan
rutin 2 minggu sekali di hari Senin; FHB menjadi wadah komunikasi dan informasi kegiatan
lingkungan yang diadakan di kota Bandung, serta menjadi tempat publikasi serta dukungan yang
efektif; FHB membantu mensinergikan serta mengolaborasikan puluhan program dan acara
lingkungan masing-masing partisipannya yang hampir mencapai 60-an lembaga; FHB mengoordinir
program lingkungan provinsi Jabar „Balad Kuring‟ tahun 2009 di kota Bandung, dalam bentuk
kegiatan car free day di Jalan Diponegoro, areal Gedung Sate. Balad Kuring adalah suatu gerakan
masyarakat Jawa Barat yang bertujuan untuk mewujudkan kesadaran dalam menciptakan lingkungan
yang bersih dan sehat dan secara filosofis menginternalisasikan kembali sifat peduli lingkungan (ecofriendly) ke dalam nilai-nilai budaya & kearifan lokal masyarakat Jawa Barat. FHB juga turut menjadi
jembatan komunikasi dan informasi serta tempat „kopi darat‟ para stakeholders lingkungan di
Kota Bandung.
Langkah-langkah nyata yang dilakukan Forum Hijau Bandung membuahkan prestasi. Pada
Desember 2009 lalu FHB memenangkan Sayembara Prakarsa Kota Lestari Departemen Pekerjaan
Umum Direktorat Jenderal Penataan Ruang. Proposal berjudul “Kolaborasi Antar Partisipan Forum
Hijau Bandung menuju Kota Lestari (Penerapan 3 Program Kolaborasi: Peta Hijau Persampahan,
Eco-Hotel Rating, dan Masuk RT)” yang mereka ajukan cukup mengagumkan Dewan Juri hingga
membuat panitia lomba berkomitmen untuk mendanai program-program dalam proposal tersebut.
Program yang diusung dalam proposal tersebut fokus pada pergerakan para stakeholders di kota
Bandung untuk bersama-sama peduli akan lingkungan dan melakukan gerakan-gerakan besar untuk
lingkungan.
Berikut adalah program-program yang dibawa FHB dalam proposal tersebut.
PETA HIJAU TEMATIK PERSAMPAHAN KOTA BANDUNG
Program Peta Hijau Persampahan Kota Bandung (PHPKB)
sesuai dan sangat mendukung implementasi RTRWN Kota Bandung dan
Undang-Undang tentang Pengelolaan Sampah yang menegaskan bahwa
definisi pengelolaan sampah merupakan “kegiatan yang sistematis,
menyeluruh dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan
penanganan sampah”. Pengertian pengelolaan tersebut bukan hanya menyangkut aspek teknis, tetapi
mencakup juga aspek non teknis, seperti bagaimana mengorganisir, bagaimana membiayai dan
bagaimana melibatkan masyarakat penghasil limbah agar ikut berpartisipasi dalam aktivitas
penanganan tersebut.
Peta Hijau (PH) telah diinisiasikan oleh FHB sejak 2009, terinsipirasi oleh penggiat PH di
kota Bandung di tahun 2008 lalu, Ari Nugraha. Tujuan dari pemetaan ini adalah untuk mengurangi
timbunan sampah di Kota Bandung dengan memberikan alternatif pengelolaan sampah dengan cara
reduksi, pemakaian kembali, dan daur ulang atau reduction, reuse and recycle (3R). Program 3R ini
telah diterapkan oleh beberapa kelompok masyarakat dalam kehidupan sehari-hari dan telah dipetakan
dalam sebuah Peta Hijau.
Pemetaan pengelolaan sampah dalam program Peta Hijau ini diharapkan dapat menyelesaikan
permasalahan sampah dengan partisipasi aktif masyarakat yang secara khusus dibantu oleh sistem
serta teknologi persampahan dari Pemerintah.
ECO HOTEL RATING
Kota Bandung menjadi salah satu tujuan utama sebagai tempat
wisata, terutama wisata belanja (FO, distro, dll) dan wisata kuliner. Salah
satu dampak langsung dari hal tersebut adalah menjamurnya fasilitas
penginapan atau perhotelan. Industri perhotelan juga memiliki dampak
yang cukup signifikan terhadap isu lingkungan dari sudut pandang konsumsi energi serta pengelolaan
limbah. Melihat hal tersebut, FHB mendesain program Eco Hotel Rating (EHR) sebagai sebuah
pendekatan agar sektor perhotelan ikut berperan serta dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Penerapan program EHR di Bandung diharapkan dapat mendorong usaha perhotelan
Bandung untuk terus memperbaiki sistem operasinya agar lebih ramah lingkungan. Harapannya, citra
sebagai hotel yang berwawasan lingkungan dapat membantu promosi hotel di
Bandung dalam
menangkap konsumen yang kian peduli terhadap isu lingkungan.
Hotel-hotel yang berpartisipasi sebagai Pilot Project antara lain Aston Bandung Hotel,
Holiday Inn Bandung, Sheraton Hotel, Garden Permata Hotel, Lingga Hotel Bandung, Bumi
Sawunggaling dan Hotel Gandasari. Pemilihan hotel-hotel tersebut berdasarkan kesediaan dan
komitmen setiap hotel. Hasil akhir dari program ini adalah prosedur serta sistem yang dapat
diterapkan dan menjadi standar hotel berwawasan lingkungan.
MASUK RT (MANAJEMEN SAMPAH UNTUK KAWASAN RUMAH TANGGA)
Permasalahan sampah yang tidak terkelola
dengan
baik
terjadinya
sangat
perubahan
mempengaruhi
iklim.
sebab
Permasalahan
sampah bisa diatasi dengan penerapan manajemen sampah yang tepat dan berkelanjutan. Program
Masuk RT merupakan sistem Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat (PSBM) dengan pendekatan
edukatif, partisipatif dan penguatan manajerial. FHB merumuskan lima aspek manajemen
persampahan yang tepat guna dan berkelanjutan dalam ruang lingkup kawasan rumah tangga
skala RT (Rukun Tetangga) atau maksimum RW (Rukun Warga).
Ide program ini dilatarbelakangi oleh keadaan penerapan manajemen persampahan di
Kota Bandung secara khusus dan Indonesia secara umum yang belum optimal. Manajemen
persampahan yang baik menerapkan lima aspek persampahan, yaitu Peraturan, Kelembagaan,
Pembiayaan, Teknologi/ Manajemen dan Peran Serta Masyarakat.
Kebanyakan sistem manajemen persampahan yang ada hanya menerapkan aspek teknologi
dan manajemen
yang
belum
mendorong
penerapan
keempat
aspek
lainnya.
Sistem
manajemen persampahan yang ada belum mendorong masyarakat untuk berperan serta dalam
mengelola sampah dan secara mendasar mengubah perilaku serta sudut pandang masyarakat
akan isu persampahan dan sanitasi.
Dalam pelaksanaannya, FHB menggunakan
strategi
pendekatan pelibatan/ partisipasi masyarakat yang kreatif
dan mengutamakan proses pembelajaran masyarakat
sebagai pencipta sistem pengelolaan persampahan skala
lokal mereka sendiri. Sosialisasi program dilaksanakan
dengan menggunakan media pertemuan,
pembelajaran
dan media visual serta tulis. FHB merancang proses partisipasi yang didasarkan pada metode
partisipatif. Hasil spesifik yang ingin dicapai melalui program ini adalah terbentuknya sistem
pengelolaan sampah skala lokal berdasarkan partisipasi masyarakat yang melibatkan 5 aspek
persampahan yang dapat diaplikasikan secara luas kepada komunitas dan wilayah RT/RW lain.
Keberlanjutan Ketiga Program FHB
Perwujudan kota lestari harus
dipastikan secara holistik dan setiap
komponen masyarakat kota Bandung
harus terlibat di dalamnya. Pepatah
mengatakan
„Lebih
mempertahankan yang
daripada
membuatnya
sulit
sudah
di
ada
awal‟.
Pencapaian awal dari ketiga program
dari Forum Hijau Bandung tersebut
nantinya harus dipertahankan dan ditingkatkan pada pencapaian yang lebih besar.
FHB telah mampu menjaga konsistensi keberlanjutan pertemuan rutin setiap hari senin 2
minggu sekali dari pukul 18:30 hingga 19.00 WIB. FHB yakin akan keberlanjutan setiap programnya
karena program tersebut disupport penuh oleh seluruh organisasi partisipan. Forum Hijau Bandung
telah menjadi salah satu fenomena terjalinnya komunikasi antar stakeholders lingkungan hidup
dalam wadah yang lebih cair dengan memaksimalkan potensi masing-masing partisipannya.
Manajemen Forum Hijau Bandung 2010-2011
Koordinator Umum : Moh. Bijaksana Junerosano
Sekretaris Jenderal : Christian Natalie
Unit Serba Bisa : Muhammad Fariz
Email | [email protected]
Milis | [email protected]
Blog | forumhijaubandung.wordpress.com
Download