analisis efisiensi pola distribusi hasil penangkapan ikan nelayan

advertisement
JSM (Jurnal Sains Manajemen)
Program Magister Sains Manajemen UNPAR
ISSN : 2302-1411
Volume I, Nomor 1, April 2013
Analisis Efisiensi Pola Distribusi Hasil Penangkapan Ikan
Nelayan Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau
Denny Johanson,
MSM UNPAR
Penelitian ini adalah upaya mengungkapkan efisiensi pola distribusi hasil penangkapak
ikan nelayan Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode survei lapangan untuk menemukan populasi nelayan, dan pengumpul
diberbagai tingkat pasar, serta perubahan atau peningkatan pada setiap tingkatan pasar
(pengumpul) dan besarnya tingkat keuntungan (mark-up) yang diterima pengumpul.
Hasil investigasi dilapangan menemukan data jumlah nelayan laut di Kecamatan
Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau sebanyak 674 nelayan, ada 3 (tiga) tingkatan jalur
distribusi pemasaran perikanan hasil tangkapan nelayan Kecamatan Kahayan Kuala yang disebut
pengumpul I sebanyak 44 unit, pengumpul II sebanyak 31 unit dan PPI/TPI 2 perusahaan pembeli
atau penampung besar untuk kepentingan ekspor. Hasil analisis menyimpulkan sebagai berikut
:
1. Nelayan sesungguhnya mempunyai berbagai alternatif untuk memilih jalur distribusi
pemasaran yang menguntungkan atas dasar tingkatan harga yang ditawarkan pengumpul.
Kenyataannya dari jumlah 674 nelayan, 100,00 % menjual hasil tangkapannya dilaut kepada
pengumpul I.
2. Nelayan mempunyai tambahan keuntungan sebesar jika menjual kepada pengumpul II atau
ke PPI/TPI di Banjarmasin.
3. Ketidakmampuan nelayan untuk mengakses (mencapai) jalur distribusi yang menguntungkan
karena secara teknis tidak efisien dengan kapasitas muatan kapal motor dibawah 0,50 ton.
Akibatnya secara ekonomis lebih menguntungkan menjual kepada pengumpul I.
4. Dengan semakin panjangnya jalur distribusi pemasaran maka harga semakin tinggi mencapai
76,06 %.
5. Besarnya marjin nelayan 58,33 %, besarnya mark-up pengumpul I 47,37 % lebih besar dari
pengumpul II yang hanya 11,94 % dengan total 59,31 %.
6. Hasil uji statistik menyimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan besarnya mark-up
yang diterima pedagang perantara atas dasar tingkat pasar.
Kata Kunci : Nelayan, Pengumpul, Harga, dan Mark-up.
PENDAHULUAN
Fenomena yang dihadapi oleh masyarakat nelayan dan petani sekarang ini bukan saja
masalah produksi melainkan sampai pada masalah pemasaran dan distribusi. Masalah pemasaran
dan distribusi tidak saja berhubungan dengan sarana fisik (jalan dan angkutan) untuk mencapai
pasar yang lebih luas, melainkan juga keterlibatan pihak ke tiga (pedagang perantara) yang turut
memperumit pola distribusi yang efisien. Seharusnya pihak ketiga (pedagang perantara) adalah
mitra bisnis yang dapat diandalkan untuk dapat mensejahterakan masyarakat nelayan dan
petani. Oleh karena itu, masalah efisiensi merupakan masalah yang terpenting tidak saja dalam
kegiatan produksi melainkan juga dalam kegiatan pemasaran dan distribusi. Sesuai dengan
pernyataan Rentra Bappeda Kabupaten Pulang Pisau (2007), bahwa salah satu fenomena
ketidakefisienan yang dihadapi nelayan/petani dalam masalah pemasaran dan distribusi adalah
pola-pola distribusi yang rumit dan panjang yang menyebabkan beberapa konsekuensi yang
Analisis Efisiensi Pola Distribusi Hasil Penangkapan Ikan Nelayan Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau
96
JSM (Jurnal Sains Manajemen)
Program Magister Sains Manajemen UNPAR
ISSN : 2302-1411
Volume I, Nomor 1, April 2013
dihadapi nelayan dan petani, diantaranya ; 1) Tekanan harga dari para pedagang perantara
(pengumpul, makelar atau tengkolak), 2). Waktu penyampaian produk kekonsumen menjadi
lambat dengan risiko kebusukan dan kerusakan, 3) Turunnya permintaan konsumen akibat
perubahan kondisi produk, dan 4) Turunnya permintaan akibat harga yang semakin tinggi dimana
konsumen cenderung akan mengganti produk lain sebagai produk pengganti (substitusi) misalnya
dari ikan ke ayam atau daging sapi dan sebagainya. Banyak dan panjangnya saluran distribusi
(keterlibatan pedagang perantara), tentunya mendorong harga semakin tinggi ditingkat pasar
akibat dari banyak pedagang perantara yang mengambil keuntungan (mark-up) atas kegiatannya
ditambah biaya oprasional yang dikeluarkan oleh pedagang perantara yang dibebankan pada
harga konsumen, sementara penghasilan dari para nelayan tidak meningkat.
Dalam hukum permintaan, semakin tinggi harga maka semakin kecil jumlah yang
diminta. Keadaan demikian maka pada akhirnya nelayan lah yang dirugikan, apa yang diharap
nelayan jika permintaan kecil ? Memperbesar produksi agar harga turun ? Tentunya sangat tidak
memungkinkan, ini karena kegiatan ekonomi para nelayan hanya dalam batas substansi yaitu
sebatas membiaya kehidupan keluarga sehari-hari, dan produksi sangat tergantung pada alam.
Oleh karena itu, jika keadaan demikian maka diperlukan T3 (Tindakan Turun Tangan) dari pihak
pemerintah melalui instansi terkait, terutama Dinas Kelautan dan Perikanan Pulang Pisau dalam
fungsinya sebagai fasilisator agar dapat tercapai visi dan misi yang telah dicanangkan yaitu
“Terwujudnya masyarakat tani/nelayan sejahtera melalui pemanfaatan sumberdaya kelautan dan
perikanan dengan menjaga kelestarian lingkungan pada periode 2003-2008”.
Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa indikasi pola
saluran distribusi yang efisien, diantaranya; 1) Relatif sedikitnya keterlibatan pedagang
perantara, 2) Jalur distribusi relatif pendek, 3) Secara spesifik pedagang perantara besar lebih
berperan aktif, karena pedagang perantara besar dalam skala besar lebih efisien baik dalam hal
pengangkutan maupun biaya lainnya, 4) Harga konsumen tidak begitu tinggi (dibawah 100 %)
dari harga pasar tingkat desa (harga nelayan), dan 5) Kumulatif mark-up relatif kecil tidak lebih
dari 50 %.
KAJIAN TEORITIS
Pengertian Pemasaran
Berbagai macam definisi pemasaran yang diungkapkan oleh para ahlinya, ada yang
menekankan pada penyampaiannya (distribusi), ada yang menekankan pada informasi, dan ada
pula yang menekankan pada kepuasan konsumen. Untuk lebih jelasnya menurut Kotler (2000),
pemasaran adalah kegiatan yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia
melalui proses pertukaran. Sedangkan menurut Swatha, dan Irawan (1995), pemasaran adalah
sistem keseluruhan dari kegiatan manusia yang diarahkan untuk memperlancar arus barang dan
jasa dari produsen ke konsumen secara efisiensi dengan maksud menciptakan permintaan yang
efektif. Menurut Asseal (1997); Pemasaran adalah menceritakan daya tarik melalui suatu proses
informasi. Menurut Stanton (dalam Swastha, 1998), bahwa pemasaran adalah merupakan suatu
sistem keseluruhan dari pada merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan
mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada
maupun pembeli potensial.
Dari beberapa pendapat diatas maka dapat diambil kesimpulan secara umum, bahwa
pemasaran adalah kegiatan yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan
konsumen dengan memuaskan dengan cara menginformasikannya terlebih dahulu kemudian
menyampaikannya (mendistribusikannya).
Pengertian manajemen pemasaran lebih menekankan pada aspek manajemen kegiatannya,
karena itu menurut Kotler (1997), Manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan
Analisis Efisiensi Pola Distribusi Hasil Penangkapan Ikan Nelayan Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau
97
JSM (Jurnal Sains Manajemen)
Program Magister Sains Manajemen UNPAR
ISSN : 2302-1411
Volume I, Nomor 1, April 2013
pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi, serta penyaluran gagasan, barang dan jasa
untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan-tujuan individu dan organisasi. Menurut
Assauri (1997), Manajemen pemasaran merupakan kegiatan penganalisaan, perencanaan,
pelaksanaan, dan pengendalian program-program yang dibuat untuk membentuk, membangun,
dan memelihara, keuntungan dari pertukaran melalui sasaran pasar yang dicapai tujuan
organisasi (perusahaan) dalam jangka panjang.
Dari unsur-unsur yang terkandung dari apa yang diungkapkan diatas, nampaknya masalah
keuntungan harus diperhitungkan dalam kegiatan pemasaran termasuk kegiatan pola
pendistribusiannya, serta keterlibatan lembaga perantara.
Saluran Distribusi
Saluran distribusi adalah lembaga ekonomi yang berperan sebagai perantara antara
produsen dan konsumen. Untuk produk ikan hasil penangkapan, saluran distribusi merupakan hal
yang penting karena mereka berfungsi mendekatkan produk (ikan) kepada konsumen, tanpa
mereka (saluran distribusi = perantara) maka ikan akan tidak ada nilainya. Saluran distribusi suatu
barang adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan barang tersebut dari
produsen sampai ke konsumen atau pemakai industri (Swastha, 1998). Para perantara
pemasaran adalah perusahaan-perusahaan yang membantu perusahaan itu dalam promosi,
penjualan dan distribusi barang-barangnya kepada pembeli terakhir. Mereka meliputi para
perantara, perusahaan distribusi fisik, lembaga-lembaga jasa pemasaran, dan perantara bidang
keuangan (Kotler, 1995).
Pola Saluran Distribusi
Bagi produsen dan konsumen, keberadaan saluran distribusi ini penting, sebab tanpa
perantara maka produsen sangat sulit untuk mencapai konsumen dan sebaliknya konsumen
sangat sulit mencapai produsen.
Jenis saluran distribusi yang dapat digunakan sangat tergantung : 1) Jenis barang, 2) Beratringan barang, 3) Mudah pecah atau keras, 4) Besar atau kecil, 5) Sasaran konsumen yang
dituju, 6) Pasar yang dituju secara geografis, dan 7) Perantara
Alasan-alasan yang dapat dipahami terhadap penggunaan saluran distribusi bagi produsen dalam
menyalurkan produk ke konsumen, antara lain : 1) Pasar atau konsumen tersebar luas, 2)
Produsen tidak mampu melayani semua konsumen dengan tepat dan cepat, 3) Produsen tidak
mampu melaksanakan kegiatan kontak langsung kepada konsumen akhir.
1.
2.
Saluran langsung,
Produsen – Konsumen
Saluran tidak langsung,
Produsen - perantara – konsumen
Secara spesifik, macam-macam pola saluran distribusi yang dapat digunakan oleh produsen untuk
menyalurkan produknya ke konsumen, antara lain :
a. Produsen - Konsumen
b. Produsen - Pengecer - Konsumen
c. Produsen - Pedagang besar - Pengecer - Konsumen
d. Produsen - Agen - Pedagang besar - Pengecer – Konsumen
Peran Saluran Distribusi
Peran saluran distribusi bagi produsen bermacam-macam tergantung jenis produk yang
disalurkan dan jenis saluran yang digunakan.
a. Peran Agen (Middleman)
Analisis Efisiensi Pola Distribusi Hasil Penangkapan Ikan Nelayan Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau
98
JSM (Jurnal Sains Manajemen)
Program Magister Sains Manajemen UNPAR
b.
ISSN : 2302-1411
Volume I, Nomor 1, April 2013
Perantara agen (agent middleman) ini tidak mempunyai hak milik atas semua barang yang
mereka tangani. Mereka dapat digolongkan kedalam dua golongan, yaitu : 1) Agen
penunjang dan 2) Agen pelengkap
Agen penunjang, secara aktif ikut dalam pemindahan barang-barang dari produsen ke
konsumen, seperti : agen pengangkutan, makelar, dan sebagainya.
Sedangkan agen pelengkap tidak secara aktif ikut dalam pemindahan barang-barang tetapi
mereka ikut memberikan bantuan serta memperlancar pemindahan tersebut, misalnya :
perusahaan asuransi, bank, dan sebagainya.
Peran Pedagang
Perantara pedagang (merchant middleman) ini bertanggung jawab terhadap pemilikan
semua barang yang dipasarkannya. Ikut membantu proses pemasaran tetapi tidak secara
aktif terlibat dalam perjanjian pembelian dan penjualan. Ada dua kelompok yang termasuk
dalam perantara pedagang, yaitu : 1) Pedagang besar (wholesaler), dan 2) Pengecer
(retailer)
Tidak menutup kemungkinan bahwa produsen juga dapat bertindak sekaligus sebagai
pedagang karena selain membuat barang juga memperdagangkannya.
1) Pedagang Besar;
a) Berkaitan dengan pembelian dalam jumlah besar untuk dijual lagi, b) Tidak semua
perusahaan dalam perdagangan besar selalu digolongkan sebagai pedagang besar.
Kadang-kadang satu pengecer menjual kepada pengecer lain, produsen juga sering
melayani secara langsung kepada para pengecer, c) Bagi perusahaan yang memiliki
kantor cabang penjualan (yang mempunyai fungsi pokok menjual, bukannya
memproduksi), perusahaan tersebut juga harus menentukan penyalur atau pedagang
besar (Swatha, 1998).
Pedagang besar adalah sebuah unit usaha yang membeli dan menjual kembali barangbarang kepada pengecer dan pedagang lain dan/atau kepada pemakai industri, pemakai
lembaga, dan pemakai komersial yang tidak menjual dalam volume yang sama kepada
konsumen akhir.
2) Pedagang Eceran
Penjualan eceran meliputi semua kegiatan yang melibatkan penjualan barang atau jasa
secara langsung pada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan bisnis.
Pengecer atau Toko Pengecer adalah sebuah lembaga yang melakukan kegiatan usaha
menjual barang kepada konsumen akhir untuk keperluan pribadi (Swastha, dan Irawan,
1995). Pengecer atau toko pengecer merupakan perusahaan apapun yang volume
penjualannya terutama berasal dari penjualan eceran (Kotler, 1995). Swastha, (1998),
Pendeknya, pengecer menunjukkan faedah waktu, tempat dan pemilikan kepada
konsumen.
KERANGKA KONSEPTUAL
Nelayan Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau sebagai produsen komoditi
ikan dengan adanya berbagai faktor kendala maka sangat tidak memungkinkan mendistribusikan
sendiri kepada konsumen, untuk itu mau tidak mau harus menggunakan jasa pedagang perantara
(PP). Masalahnya, semakin jauh daerah pendistribusian hasil penangkapan ikan nelayan di
Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau maka semakin besar peluang dan potensi
pemasaran yang menguntungkan, tetapi semakin banyak dan panjang lembaga saluran distribusi
yang terlibat, maka semakin tidak efisien dan akhirnya berpengaruh terhadap harga yang
diterima konsumen, sebab masing-masing lembaga perantara tersebut tentunya berupaya untuk
mengambil keuntungan dari hasil kegiatan usahanya. Dalam keadaan demikian yang dirugikan
adalah nelayan dan konsumen. Ada beberapa hal kerugian nelayan/petani sebagai produsen,
yaitu; 1) Tekanan harga dari para pedagang perantara (pengumpul), 2). Waktu penyampaian
Analisis Efisiensi Pola Distribusi Hasil Penangkapan Ikan Nelayan Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau
99
JSM (Jurnal Sains Manajemen)
Program Magister Sains Manajemen UNPAR
ISSN : 2302-1411
Volume I, Nomor 1, April 2013
produk kekonsumen dengan risiko busuk dan rusak, 3) Turunnya permintaan konsumen akibat
perubahan kondisi produk, dan turunnya permintaan akibat harga yang semakin tinggi dimana
konsumen cenderung akan mengganti produk lain sebagai produk pengganti (substitusi),
misalnya dari ikan ke ayam atau daging, sesuai dengan hukum permintaan bahwa semakin tinggi
harga maka semakin kecil jumlah yang diminta.
Pola saluran distribusi yang efisien dapat dilihat dari beberapa indikasi, antara lain ; 1)
Relatif sedikitnya keterlibatan pedagang perantara, 2) Jalur distribusi relatif pendek, 3) Secara
spesifik pedagang perantara besar lebih berperan aktif, karena pedagang perantara besar dalam
skala besar lebih efisien baik dalam hal pengangkutan maupun biaya lainnya, 4) Harga tidak
begitu tinggi ditingkat pasar yang lebih tinggi dari harga ditingkat desa, 5) Total mark-up relatif
kecil, dimana selisih harga dari produsen ke konsumen relatif kecil.
METODE PENELITIAN
Objek dan Lokasi Penelitian
Objek penelitian ini adalah lembaga-lembaga pemasaran (pedagang perantara) yang
terlibat dalam kegiatan pemasaran hasil perikanan laut di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten
Pulang Pisau.
Unit Analisis
Karena penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu menggambarkan fenomena
dilapangan tentang pola distribusi pemasaran hasil perikanan laut, maka yang menjadi unit
analisis adalah lembaga pemasaran (pedagang perantara) yang berperan dan membentuk pola
jalur distribusi pemasaran hasil perikanan nelayan di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten
Pulang Pisau.
Jenis Data
1. Data Primer, yaitu data yang dikumpulkan dan diolah sendiri dilapangan oleh peneliti. Untuk
tujuan pemecahan masalah, maka data ini meliputi jumlah atau populasi produsen (nelayan),
populasi pedagang perantara disetiap tingkatan pasar, panjang jalur distribusi, harga pada
disetiap tingkat pasar, biaya angkutan dan lainnya yang dikeluarkan para pedagang
perantara, desa, kecamatan, kabupaten atau kota provinsi yang dituju, serta besarnya markup (tingkat keuntungan) yang ditetapkan para pedagang perantara.
2. Data sekunder, yaitu data yang sudah diolah oleh pihak lain dalam bentuk publikasi. Data ini
sebagai pendukung dan pelengkap dalam laporan penelitian nantinya, misalnya gambaran
desa-desa di Kecamatan Kahayan Kuala di Kabupaten Pulang Pisau.
Teknik Pengumpulan data
1. Wawancara (Interview), yaitu pengumpulan data dengan cara bertatap muka melalui tanya
jawab secara langsung kepada responden terutama para pengumpul yang berperan sebagai
pedagang perantara (saluran distribusi).
2. Observasi, yaitu pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung dilapangan
terutama teknis transaksi, sarana dan fasilitas yang digunakan dalam kegiatan pemasaran
terutama pada fungsi distribusi.
3. Studi Dokumentasi, yaitu meneliti data-data dalam dokumen lembaga terkait, misalnya
kelurahan dan kecamatan serta Dinas Kelautan dan Perikanan di Kabupaten Pulang Pisau.
Populasi dan Teknik Sampling
Populasi dalam penelitian ini adalah lembaga-lembaga perantara yang disebut pedagang
perantara atau pengumpul (makelar) baik pedagang besar, pedagang kecil dan pengecer. Karena
Analisis Efisiensi Pola Distribusi Hasil Penangkapan Ikan Nelayan Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau
100
JSM (Jurnal Sains Manajemen)
Program Magister Sains Manajemen UNPAR
ISSN : 2302-1411
Volume I, Nomor 1, April 2013
jumlah tidak diketahui untuk setiap tingkatan pasar maka teknik sampling yang digunakan adalah
porpusive sampling (Amirin, 2003), yaitu penentuan jumlah sampel atas dasar kondisi dilapangan
dengan menggunakan sistem bola salju (snowball). Dimana setiap pedagang perantara akan
dijadikan sumber informasi tentang jumlah dan keberadaan pedagang perantara lainnya.
Teknik Analisis
1. Teknik analisis dalam penelitian ini adalah teknik tabulasi, yaitu memasukan data-data dalam
sebuah tabel atau format tertentu baik berbentuk angka-angka maupun keteranganketerangan, kemudian memprosesnya dalam bentuk yang lebih sederhana agar dapat lebih
dipahami termasuk perhitungan-perhitungan tertentu misalnya persentase bahkan
digambarkan dalam bentuk visual (desain gambar).
Rumus perhitungan mark-up :
Mark-up adalah persentase keuntungan yang diterima pedagang perantara dari selisih harga
beli dan harga jual atau selisih antara dua pasar, mark-up bersih adalah persentase
keuntungan setelah dikurangi biaya operasional (biaya pengangkutan untuk menuju pasar
yang dituju).
Mark  up 
X i  X i-1
x100%
X i-1
Dimana :
Xi = Harga ditingkat pasar tertentu yang lebih tinggi
Xi-1 = Harga ditingkat pasar sebelumnya yang lebih rendah 1 tingkat.
2.
Model analisis statistik One Way Anova
Ho
:
Tidak ada perbedaan besarnya marjin/mark-up yang diterima nelayan dan
pedagang perantara atas dasar tingkatan pasar.
Ha
:
Ada perbedaan besarnya marjin/ mark-up yang diterima nelayan dan pedagang
perantara atas dasar tingkatan pasar.
Sumber Variasi
Antar sampel
Jumlah
Kuadrat
SSA
Dalam sampel
Total
Tabel. 1.
Analysis Of Variance
Derajat Bebas
k–1
Rata-rata
Kuadrat
MSA
SSE
(n-1) k
MSE
SST
k (n)-1
F rasio
MSA/MSE
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Keadaan Penduduk Kecamatan Kahayan Kuala
Kecamatan Kahayan Kuala merupakan wilayah pesisir dari Kabupaten Pulang Pisau
dengan luas wilayah Kecamatan mencapai 1.155 Km2 atau 12,84 % dari luas Kabupaten pulang
pisau, dan luas laut mencapai 120,422,4 Ha. Adapun batas administrasi sebagai berikut :
Sebelah Utara Berbatasan dengan Kecamatan Pandih Batu
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kapuas
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Sebangau Kuala
Sebelah selatan berbatasan dengan Laut Jawa.
Analisis Efisiensi Pola Distribusi Hasil Penangkapan Ikan Nelayan Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau
101
JSM (Jurnal Sains Manajemen)
Program Magister Sains Manajemen UNPAR
ISSN : 2302-1411
Volume I, Nomor 1, April 2013
Kecamatan Kahayan Kuala adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Pulang Pisau,
dengan jumlah 10 desa/kelurahan, dan jumlah penduduk mencapai 20311 jiwa dengan rata-rata
per desa/kelurahan 3021 jiwa dan menduduki urutan ke 4 dari 8 desa/kelurahan. Adapun jumlah
penduduk menurut kecamatan pada tahun 2008 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel. 2.
Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga Menurut Desa/Kelurahan
di Kecamatan Kahayan Kuala, 2008.
Jumlah
Jumlah
Jumlah
No
Nama Desa
RT
KK
Penduduk
1
Bahaur Hulu
308
1.067
4.042
2
Bahaur Tengah
502
684
2.886
3
Bahaur Hilir
206
797
2.805
4
Tanjung Perawan
230
366
1.461
5
Sei Rungun
399
320
1.330
6
Sei Pasanan
279
578
2.115
7
Sei Barunai
684
252
979
8
Sei Pudak
552
602
2.496
9
Kiapak
992
247
889
10
Cemantan
216
360
1.268
Jumlah
4.368
5.273
20.311
Sumber : Kantor Kecamatan Kahayan Kuala..
Luas Desa
(Ha)
11.800
17.800
10.000
200
12.700
3.400
3.600
12.400
8.400
35.200
115.500
Mata Pencaharian
Kecamatan Kahayan Kuala dengan luas perairan umum mencapai 78.222 Ha dan luas
laut 120.422,4 Ha. Dari 10 desa yang ada di Kecamatan Kahayan Kuala, Desa Sei Pasanan, Sei
Barunai, Sei Pudak, Kipak dan Cematan adalah desa yang ± 70 % - 90 % Kepala keluarganya
bermata pencaharian atau berpenghasilan dari hasil perikanan, baik sebagai nelayan maupun
pengumpul, dan pengolahan ikan olahan (ikan kering) yang mayoritas berpenghasilan dari hasil
perikanan laut, mencapai ± 2.717 RT atau 2.012 KK. Adapun jumlah Pelabuhan Pendaratan Ikan
(PPI), Tempat Pelelangan Ikan (TPI), nelayan, pengumpul dan sarana fasilitas lainnya dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.
Adapun hasil produksi perikanan di Kecamatan Kahayan Kuala pada tahun 2008 dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel. 3.
Produksi Perikanan
Di Kecamatan Kahayan Kuala, 2008
No Jenis Perairan
Produksi
Ton
%
1
Sungai
713,56
9,13
2
Rawa
2.121,78
27,16
3
Danau
0
0
4
Laut
4.976,89
63,71
7.812,23
100,00
Sumber : Kantor Kecamatan Kahayan Kuala.
Dari jumlah produksi hasil perikanan dalam ton tersebut ternyata Kecamatan Kahayan
Kuala adalah daerah penghasil perikanan laut mencapai 4.976,89 ton (63,71 %) ditahun 2008,
Analisis Efisiensi Pola Distribusi Hasil Penangkapan Ikan Nelayan Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau
102
JSM (Jurnal Sains Manajemen)
Program Magister Sains Manajemen UNPAR
ISSN : 2302-1411
Volume I, Nomor 1, April 2013
jauh lebih besar dari hasil perikanan darat. Adapun jenis ikan laut yang sering tertangkap dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Pola Distribusi Perdagangan Perikanan Laut Kecamatan Kahayan Kuala
Jenis ikan perikanan laut yang ditangkap nelayan Kecamatan Kahayan Kuala dapat
digolongkan menjadi 4 jenis, yaitu :
a. Kakap
b. Peda/Kembung
c. Udang Brown
d. Lain-lain, terdiri dari berbagai jenis ikan yang tertangkap bersamaan dengan kuantitas yang
relatif kecil.
Penggolongan ke 4 jenis tersebut karena hasil tangkapan yang dominan terdiri dari ikan
kakap, peda/kembung, dan udang brown, sedangkan lain-lain adalah jenis ikan lainnya yang ikut
tertangkap dengan jumlah yang kecil.
Pola distribusi perdagangan perikanan hasil tangkapan laut nelayan di Kecamatan Kahayan Kuala
dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Nelayan laut Kecamatan Kahayan Kuala, sesungguhnya mempunyai berbagai alternatif untuk
memilih jalur distribusi pemasaran untuk mencapai pasar dengan tingkatan harga yang
berbeda-beda yang ditawarkan pengumpul.
2. Pengumpul I, adalah pembeli pertama disini pengumpul yang mendatangi para nelayan dan
transaksi dilakukan di laut.
3. Pengumpul II, adalah pembeli ke dua disini nelayan atau pengumpul I yang mendatangi
pengumpul II dan transaksi dilakukan di pinggiran sungai Barito dekat dengan Pelabuhan
Pendaratan Ikan (PPI) dan Tempat Pelangan Ikan (TPI) di Banjar Raya Banjarmasin, yang
kemudian menjualnya di PPI/TPI.
4. Pembeli industri, adalah pembeli besar untuk kepentingan ekspor dan pengolahan ikan
kalengan (seperti PT. Calfish dan PT. Samudra Biru) di Banjarmasin, dan transaksi dilakukan
di PPI/TPI.
Gambar. 1.
Pola Distribusi Perikanan Laut Hasil Tangkapan Nelayan
Kecamatan Kahayan Kuala
Pengump
ul Darat
Nelayan
Pengumpul I
Pengumpul II
PPI/TPI
Sumber : Hasil survei.
Pembeli
Industri
Analisis Efisiensi Pola Distribusi Hasil Penangkapan Ikan Nelayan Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau
103
JSM (Jurnal Sains Manajemen)
Program Magister Sains Manajemen UNPAR
ISSN : 2302-1411
Volume I, Nomor 1, April 2013
Dari hasil investigasi dapat dipaparkan pola distribusi perdagangan perikanan laut hasil
tangkapan nelayan Kecamatan Kahayan Kuala, sebagai berikut :
1. Dari jumlah 674 nelayan, dimana 100,00 % menjual hasil tangkapannya dilaut kepada
pengumpul I sebesar 90 % dari total tangkapan, dan sisanya 10 % merupakan jenis ikan lainlain dijual didarat.
2. Jumlah pengumpul I yang bertransaksi di laut dengan nelayan sebanyak 44 pengumpul, dan
jumlah pengumpul II yang bertransaksi dipinggiran sungai Barito Banjarmasin sebanyak 31
pengumpul, serta pembeli besar 2 buah perusahaan yang bertransaksi di PPI/TPI di
Banjarmasin.
3. Dari 44 pengumpul I menjual kembali pada :
Pengumpul II, sebanyak 21 pengumpul (sebanyak 47,73 %)
Pembeli industri, sebanyak 23 pengumpul (sebanyak 52,27 %)
Sebanyak 31 pengumpul II yang menunggu pengumpul I di penggiran sungai Barito
pinggiran PPI/TPI Banjar Raya Banjarmasin.
Tingkat Harga dan Biaya Berdasarkan Tingkatan Jalur Distribusi
Harga yang ditawarkan oleh pengumpul kepada nelayan berbeda-beda sesuai dengan
tingkatan pengumpul atau daerah pemasaran. Harga yang berlaku adalah hasil kesepakatan
antara nelayan dan pengumpul yang masing-masing pihak telah mempertimbangkan waktu,
tenaga, biaya dan keuntungan.
Tabel. 4.
Rata-rata Perubahan Harga Ikan
Berdasarkan Tingkatan Pengumpul
Tingkat
Perubahan Harga
Distribusi
(Rp/Kg)
1. Pengumpul I
2. Pengumpul II
6.000,3. PPI/TPI
2.000,Total
8.000,Jika nelayan menjual kepada pengumpul II maka akan mendapatkan selisih harga sebesar Rp.
6.000,- (merupakan tambahan keuntungan per kg bagi nelayan). Kemudian jika nelayan menjual
ke PPI/TPI di Banjarmasin maka tambahan keuntungan per kg sebesar Rp. 8.000,-. Namun
keuntungan tersebut belum memperhitungkan pengorbanan seperti biaya bahan bakar, dan
waktu yang hilang karena meninggalkan kegiatan produksi untuk mengejar pasar yang
menawarkan harga lebih tinggi.
Hasil wawancara bahwa ketidakmampuan nelayan Kecamatan Kahayan Kuala dalam
mengakses (mencapai) jalur distribusi yang lebih jauh dengan harga yang lebih tinggi, disebabkan
alasan teknis dan ekonomis yaitu biaya operasional dan keuntungan, sebagai berikut :
1. Alasan teknis, adalah rata-rata kapasitas muatan kapal motor nelayan dibawah 0,50 ton,
sehingga tidak sesuai (tidak efisien) untuk mencapai pengumpul II dan PPI/TPI yang
menunggu di Banjarmasin dengan rata-rata waktu tempuh 12 jam melewati pulang pergi
menyisir pantai.
2. Dengan kapasitas muatan kapal motor dibawah 0,50 ton tersebut maka biaya bahan bakar
jika dibebankan kepada per kg ikan mencapai Rp. 3.500,- Sepintas memang masih
menguntungkan karena keuntungan (selisih harga) antara Rp. 6.000,- sampai Rp. 8.000,-.
3. Namun jika dikonversi dengan waktu yang hilang untuk pulang pergi sebanyak 12 jam, dan
12 jam ini jika digunakan untuk menagkap ikan maka akan menghasilkan ± sebanyak 150 kg.
Analisis Efisiensi Pola Distribusi Hasil Penangkapan Ikan Nelayan Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau
104
JSM (Jurnal Sains Manajemen)
Program Magister Sains Manajemen UNPAR
ISSN : 2302-1411
Volume I, Nomor 1, April 2013
Dari perhitungan hipotetik ternyata jika nelayan menjual hasil tangkapannya pada
pengumpul I maka akan menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 8.000.000,- Jika menjual ke
PPI/TPI maka nelayan hanya mendapatkan penerimaan penjualan hanya sebesar Rp. 7.850.000,-.
Dengan demikian nelayan masih menguntungkan jika menjual pada pengumpul I.
Perhitungan Marjin dan Mark-Up Pola Distribusi
Harga pokok produksi nelayan per kg adalah Rp. 6.000,- tanpa memperhitungkan biaya
kesempatan (opportunity cost) tenaga kerja jika berkerja disektor lain, juga tanpa
memperhitungkan biaya penyusutan aktiva yang digunakan, dijual ke pengumpul I sebesar Rp.
9.500,- berarti kenaikan harga (laba bersih) yang diterima nelayan adalah Rp. 3.500,- (maka
marjin nelayan adalah 58,33 %). Kenaikan harga dari pengumpul I dari Rp. 9.500,- dijual ke
pengumpul II dengan harga Rp. 15.500,- maka selisih harga Rp. 6.000,- (mark-up = 63,16 %).
Kenaikan harga dari pengumpul II dari Rp. 15.500,- dijual ke PPI/TPI dengan harga Rp. 17.500,maka selisih harga Rp. 2.000,- (mark-up 12,90 %).
Jadi besarnya peningkatan harga dari nelayan ke pengumpul I sebesar 58,33 %. Dengan
keterlibatan pedagang perantara (pengumpul) mencapai 76,06 %. Dari pengumpul I ke
pengumpul II meningkat sebesar 63,16 %, dan dari pengumpul II ke PPI/TPI meningkat sebesar
12,90 %. Dengan memperhitungkan harga rata-rata maka akan dapat dihitung selisih harga,
biaya, laba dan mark-up atas dasar jalur distribusi pemasaran.
1.
2.
3.
4.
Besarnya marjin yang diterima para nelayan laut Kecamatan Kahayan Kuala secara rata-rata
58,33 %.
Besarnya mark-up yang diperoleh pengumpul I dengan menjual kembali kepada pengumpul
II sebesar 47,37 %.
Besarnya mark-up yang diperoleh pengumpul II dengan menjual kembali pada PPI/TPI hanya
sebesar 11,94 %, lebih kecil dari pengumpul I.
Besarnya mark-up (tingkat keuntungan) yang diperoleh pengumpul I dengan menjual
kembali pada PPI/TPI sebesar 66,84 %, menjadi lebih besar.
Analisis Efisiensi Pola Distribusi Hasil Penangkapan Ikan Nelayan Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau
105
JSM (Jurnal Sains Manajemen)
Program Magister Sains Manajemen UNPAR
ISSN : 2302-1411
Volume I, Nomor 1, April 2013
Gambar. 2.
Peningkatan Harga Pola Distribusi Perikanan Laut Hasil Tangkapan Nelayan Kecamatan Kahayan
Kuala
Pengumpul
Darat
Nelayan
(674)
Peningkatan
harga
(58,33 %)
Pengumpul I
(44)
Total
Peningkatan
harga
(76,06 %)
Peningkatan
harga
(63,16 %)
Pengumpul II
(31)
Peningkatan
harga
(12,90 %)
PPI/TPI
Pembeli
Industri
Gambar. 2.
Makr-Up Pola Distribusi Perikanan Laut Hasil Tangkapan Nelayan
Kecamatan Kahayan Kuala
Implementasi Hasil Penelitian
Pengumpul
Darat
Marjin
nelayan
(58,33 %)
Nelayan
(674)
Mark-up
(47,37 %)
21
pengumpul
Pengum
pul I
(44)
Mark-up
(11,94 %)
31 pengumpul
Mark-up
(66,84 %)
23
pengumpul
Pengum
pul II
(31)
PPI/TPI
Pembeli
Industri
Analisis Efisiensi Pola Distribusi Hasil Penangkapan Ikan Nelayan Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau
106
JSM (Jurnal Sains Manajemen)
Program Magister Sains Manajemen UNPAR
ISSN : 2302-1411
Volume I, Nomor 1, April 2013
Agar kesejahteraan nelayan Kecamatan Kahayan Kuala meningkat lebih baik lagi maka
diperlukan campur tangan pemerintan melalui program T3 (Tindakan Turan Tangan) melalui
pembentukan lembaga ekonomis seperti koperasi, guna menghambat akses pengumpul ke
nelayan secara langsung, seperti pada gambar dibawah ini.
Sumber : Hasil perhitungan
Gambar. 4.
Peranan Lembaga Ekonomi Koperasi Dalam Distribusi Pemasaran Perikanan Laut
Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau.
Nelayan
Koperasi
Pengumpul
PPI/TPI
Sumber : Hasil pemikiran peneliti.
Dengan adanya lembaga ekonomis (koperasi) maka kekuatan pengumpul dalam
mempengaruhi harga menjadi berkurang, karena nelayan memprioritaskan penawarannya
kepada koperasi, sedangkan koperasi bisa langsung mengakases pasar yang lebih tinggi terutama
PPI/TPI dengan kapasitas penjualan akumulatif dari seluruh nelayan. Dengan demikian
diharapkan kesejahteraan nelayan dapat diangkat.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang pola distribusi pemasaran perikanan laut hasil
tangkapan nelayan Kecamatan Kahayan Kuala, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Nelayan sesungguhnya mempunyai berbagai alternatif untuk memilih jalur distribusi
pemasaran yang menguntungkan atas dasar tingkatan pasar dan harga yang lebih tinggi yang
ditawarkan pengumpul. Kenyataannya dari jumlah 674 nelayan, 100,00 % menjual hasil
tangkapannya dilaut kepada pengumpul I.
2. Nelayan mempunyai tambahan keuntungan besar jika menjual kepada pengumpul II atau ke
PPI/TPI di Banjarmasin.
3. Ketidakmampuan nelayan Kecamatan Kahayan Kuala dalam mengakses (mencapai) jalur
distribusi dikarenakan secara teknis tidak efisien dengan kapasitas muatan kapal motor
dibawah 5 GT. Akibatnya secara ekonomis lebih menguntungkan menjual kepada pengumpul
I.
4. Dengan semakin panjangnya jalur distribusi pemasaran perikanan laut hasil tangkapan
nelayan Kecamatan Kahayan Kuala maka harga semakin tinggi mencapai 76,06 %.
5. Besarnya marjin (tingkat keuntungan) nelayan 58,33 % masih relatif lebih besar dari mark-up
(tingkat keuntungan) yang diperoleh pengumpul I sebesar 47,37 % dan pengumpul II yang
hanya 11,94 %. Namun mark-up pengumpul I jauh lebih besar dari marjin nelayan jika
menjual kembali ke PPI/TPI, yaitu sebesar 66,04 %.
6. Namun hasil uji statistik menyimpulkan bahwa ada perbedaan besarnya mark-up yang
diterima pedagang perantara atas dasar tingkatan pasar.
Analisis Efisiensi Pola Distribusi Hasil Penangkapan Ikan Nelayan Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau
107
JSM (Jurnal Sains Manajemen)
Program Magister Sains Manajemen UNPAR
7.
ISSN : 2302-1411
Volume I, Nomor 1, April 2013
Dengan demikian hipotesis yang berbunyi “Diduga Pola Distribusi Hasil Perikanan Laut Di
Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau, Belum Efisien”, bisa diterima. Ini
ditunjukan besarnya mark-up yang diterima pengumpul I dengan mengakses pasar PPI/TPI
sebesar 66,04 % dibanding marjin nelayan hanya 58,33 %.
Saran
Memahami kondisi nelayan laut di Kecamatan Kahayan Kuala diatas berdasarkan hasil
penelitian, maka dapat diberikan kepada pihak terkait terutama kepada nelayan dan instansi
pemerintah yang terkait, antara lain :
1. Bagi nelayan perikanan laut Kecamatan Kahayan Kuala :
a. Sebaiknya membentuk lembaga ekonomi koperasi, sebagai lembaga yang
mengakomodasi seluruh tangkapan nelayan guna mengendalikan dan menyamakan
harga agar jangan sampai ditekan pengumpul.
b. Sebaiknya jangan melakukan transaksi dilaut, tetapi diupayakan penjualan melalui
koperasi yang dimaksud.
2. Bagi pemerintah melalui instansi terkait :
a. Sebaiknya diperlukan T3 (Tindakan Turun Tangan) dalam mengatur dan mengendalikan
harga jika memang koperasi belum terbentuk.
b. Berikan bantuan modal fisik berupa kapal motor dengan kapasitas yang lebih besar agar
dalam operasional lebih efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Ahyari, Agus, 1994. Manajemen Produksi, Perencanaan Sistem Produksi, BPFE-UGM, Yogyakarta.
Amirin, Tatang M.,2003. Menyusun Rencana Penelitian, Edisi Kedua, CV. Rajawali Jakarta.
Assauri, Sofjan; Manajemen Pemasaran Dasar, Konsep dan Strategi, Penerbit Rajawali Pres,
Jakarta, 1997.
Assauri, Sofjan, 1990; Management Produksi, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, Jakarta.
Asseal, Hendri; Komunikasi Dalam Pemasaran, Edisi Pertama-Terjemahan, Erlangga, Jakarta,
(1997).
Effendi, Rustam; Marketing Management, Edisi Ke dua, Penerbit Widya Gama Malang, 1995.
Iqbal, Muttakim, 2007. Analisis Distribusi Pemasaran Hasil Perikanan Desa Tambakboyo Tuban
Jawa Timur. Tesis, STIE Artha Dodhi Iswara, Surabaya.
Kotler, Philip, 2000. Manajemen Pemasaran,
(Marketing Management 9e), Analisa,
Perencanaan, Implementasi dan Kontrol, Prenhallindo, Jakarta.
Kotler, Philip, 1997. Analisa, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian, Adi Zakaria Afiff,
Penerbit FEUI, Jakarta.
Kotler, Philip, 1995. Manajemen Pemasaran, Marketing Management, Analisa Perencanaan dan
Pengawasan, Erlangga, Jakarta.
Nazir, Moh., 1993. Metode Penelitian, Cetakan Kesepuluh, Penerbit Ghalia Indonesia.
Nitisemito, Alex S., 1990. Marketing, Edisi ke lima, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.
Sanusi, Irwandi, 2007. Pola Mata Rantai Perdagangan Komoditi Hasil Pertanian Desa Kecamatan
Batakan Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan, Tesis, Universitas Lambung
Mangkuran, Banjarmasin.
Prasetio, Didik, 2006. Sistem Distribusi Pemasaran Komoditi Pertanian Desa Transmigrasi Upaya
Baru Kecamatan Rantau Pandan Kabupaten Bungo Provinsi Jambi, Tesis, Unbraw, Malang.
Analisis Efisiensi Pola Distribusi Hasil Penangkapan Ikan Nelayan Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau
108
JSM (Jurnal Sains Manajemen)
Program Magister Sains Manajemen UNPAR
ISSN : 2302-1411
Volume I, Nomor 1, April 2013
Purnomosidi Hadjisarosa, 1997. Butir-butir Untuk Memahami Pengertian Fungsi, Analisa Tingkat
Kesiapan Input Manajemen, Program Magester Manajemen STIE Mitra Indonesia,
Yogyakarta.
Sigit, Soehardi, 1998. Azas-azas Accounting, Elementer, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Swastha DH., Basu, 1998. Azsa-azas Marketing, Edisi Revisi, Cetakan ke tujuh, Liberty,
Yogyakarta.
Swastha DH., Basu dan Handoko, T. Hani, 1992. Analisa Perilaku Konsumen, Edisi Pertama,
Liberty, Yogyakarta.
Swastha DH., Basu dan Irawan, 1995. Manajemen Pemasaran Modern, Edisi kedua, Liberty,
Yogyakarta.
Winardi, 1993. Strategi Pemasaran, Edisi Kedua, Cetakan ke lima, Penerbit Mandar Maju,
Bandung.
Winardi, 1996. Pengantar Ilmu Ekonomi, Penerbit Tarsito, Edisi kedua, Cetakan Ke tiga, Bandung.
Yamin, Sofyan dan Kurniawan, Heri. SPSS Complete (Teknik Analisis Statistik Terlengkap dengan
Software SPSS, Salemba Infotek, Jakarta, 2009.
_______
Analisis Efisiensi Pola Distribusi Hasil Penangkapan Ikan Nelayan Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau
109
Download