Makna Pemanasan Global di Pembaca Majalah National Geographic Indonesia (NGI) Duty Andhika Nurkalam, Shanty Novriati Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia E-mail : [email protected] Abstrak Skripsi ini membahas makna pemanasan global di pembaca majalah National Geographic (NGI). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara serta angket sebagai tambahan untuk melihat pola umum yang ada di pembaca majalah NGI. Hasil penelitian ini adalah bahwa realitas klaim pemanasan global yang dibentuk oleh majalah NGI dapat mempengaruhi makna pembaca majalah NGI. Meskipun ada pengaruhnya, majalah NGI lebih sebagai media penguat karena dengan banyaknya media massa saat ini dan mudahnya media massa diakses membuat tidak ada media yang benar-benar menjadi media massa utama yang dapat mempengaruhi makna pembaca. The Meaning of Global Warming on Audiences of National Geographic Indonesia Magazine (NGI) Abstract These thesis studying about the meaning of global warming at audiences of National Geographic Indonesia magazine (NGI). These reaserch use a qualitative methode and using an interview and also questionnaire as an addition to see a common model on audiences of NGI. The result is that the reality of global warming who is produced by NGI can affect the meaning on audiences of NGI. Although it could do affected, NGI is just an amplifier because there is a lots of mass media today and audiences can access mass media easily so there is no mass media prominently to affect the meaning of audiences. Keyword : audiences; claim; global warming reality at national geographic magazine; mass media; meaning; social construction Pendahuluan Global warming atau pemanasan global adalah salah satu klaim yang menjadi pembahasan saat ini, baik penyebab, dampak, hingga cara penanganan dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Makna pemanasan..., Duty Andhika Nurkalam, FISIP UI, 2014 pemerintah maupun masyarakat, hingga kontroversi-kontroversi yang terjadi mengenai pemanasan global. Awalnya bermula dari beberapa ilmuwan negara-negara maju seperti di Amerika dan Eropa (Bolin, 2007), seperti Baptiste Joseph Fourier. Teori yang diutarakan berasumsi bahwa CO2 yang ada di atmosfer dapat membuat panas matahari dipantulkan untuk kembali ke bumi, sehingga bumi tetap menjadi hangat dan dapat ditinggali oleh makhluk hidup, yang akhirnya menjadi dasar dari para ilmuwan dalam menentukan isu pemanasan global yang akhirnya mengakibatkan perubahan iklim (Giddens, 2009). Teori ini terus berkembang tiap tahunnya (Bolin, 2007) hingga akhirnya muncul lembaga yang berkonsentrasi untuk mengamati perubahan iklim ini, salah satunya adalah Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) yang muncul pada tahun 1988, dengan beranggotakan negara-negara di Amerika Serikat, yang bertujuan mencari data-data mengenai perubahan iklim (Silver, 2008). Menurut IPCC perubahan iklim saat ini terjadi akibat adanya pemanasan global yang terjadi akibat berbagai aktivitas yang dilakukan manusia dan pengaruh bumi. Namun, ada sebagian ilmuwan yang mengatakan bahwa pemanasan global terjadi secara alami, atau akibat ulah bumi itu sendiri, bukan karena ulah manusia (anthropogenic). Hal lain yang diperdebatkan adalah mengenai waktu terjadinya pemanasan global. Sebagian menyatakan saat ini bumi sudah mengalami pemanasan global, namun sebagian lagi menyatakan pemanasan global masih lama terjadi. Selain itu, terjadi perdebatan pula mengenai proses terjadinya pemanasan global. Banyak yang berpendapat pemanasan global terjadi karena peningkatan CO2 di atmosfer. Namun sebagian lain meyakini bahwa CO2 bukanlah penyebab utama pemanasan global, masih ada penyebab lainnya. Pro-kontra tersebut memperlihatkan bahwa isu pemanasan global masih terdapat banyak perdebatan. Perdebatan tersebut tak terlepas dari pemberitaan dalam media massa. Hal ini karena media massa merupakan salah satu agen sosialisasi sehingga berita dari media massa merupakan informasi bagi pembacanya. Informasi dari media massa tersebut tentunya akan mempengaruhi pembaca, termasuk makna pembaca terhadap isu pemanasan global. Salah satu media massa yang menyebarkan informasi mengenai pemanasan global adalah majalah National Geographic Indonesia (NGI). NGI merupakan salah satu media massa internasional karena dicetak di berbagai negara dan berbagai bahasa. Kondisi tersebut membuat media massa ini bisa memiliki pengaruh yang besar terhadap penyebaran informasi pemanasan global karena info yang dipublikasikan tersebut dapat menyebar ke berbagai negara. Selain itu, NGI juga memiliki Forum Makna pemanasan..., Duty Andhika Nurkalam, FISIP UI, 2014 NGI dan Fotokita, yaitu forum yang terdapat di internet yang dibuat untuk mengumpulkan para pembaca NGI. Dengan adanya forum-forum tentunya NGI akan bisa lebih mudah untuk menyebarkan informasi mengenai isu pemanasan global karena informasi mengenai pemanasan global juga dapat diinformasikan melalui forum-forum tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan makna pemanasan global pada pembaca. Penulis ingin melihat pengaruh majalah NGI terhadap pembacanya. Penelitian ini juga bertujuan untuk dapat mendeskripsikan pembaca berdasarkan keikutsertaan mereka terhadap forum NGI dan fotokita terhadap pemahaman yang didapatkan dan tindakan yang dilakukan oleh mereka berkaitan dengan pemanasan global. Kategori ini digunakan untuk melihat bagaimana pengaruh keikutsertaan pembaca dalam forum NGI dan fotokita terhadap makna pemanasan global di mata pembacanya dengan berbagai kontroversinya yang ada. Tinjauan Teoritis Social Construction Konsep social construction atau konstruksi sosial pertama kali dipopulerkan oleh Berger dan Luckmann dalam buku mereka yang berjudul Social Construction of Reality pada tahun 1966. Dalam konsep konstruksi sosial makna merupakan pengetahuan (knowledge) yang dikonstruksi oleh pemegang pengatahuan atau yang mengetahui (knower) dan apa yang diketahui tidak bisa dipisahkan dari pengalaman subjektif, lingkungan historis, asumsi budaya dan praktik bahasa yang dibawa oleh yang mengetahui dalam pengamatannya (Ibrahim, 2011). Pernyataan tersebut serupa dengan pernyataan Spector dan Kitsuse, “That social problems are not static conditions but rather than ‘sequences of events’ which develop on the basis of collective definitiions. Accordingly, they defined social problems as ‘the activities of groups making assertions about some putative conditions’.”(Hanigan, 1995, 1999) Selain itu Berger dan Luckmann juga berpendapat bahwa manusia mempunyai dua dimensi dialektika dalam sebuah realitas yang dialaminya. Realitas sosial bagi seseorang mempunyai dua dimensi objektif dan subjektif. Dimensi objektif merupakan kenyataan yang memang berada di luar kita, sedangkan dimensi subjektif merupakan pandangan individu dalam diri kita dalam menafsirkan sebuah peristiwa (Eriyanto, 2002). Dari peryataan-pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa yang menjadi fokus dalam konstruksi sosial adalah: the claims themselves Makna pemanasan..., Duty Andhika Nurkalam, FISIP UI, 2014 (masalah apa yang di klaim); the claims-makers (siapa yang membuat klaim); dan the claimsmaking process (proses masalah tersebut diklaim, termasuk kontroversi di dalamnya) (Hanigan, 1995). The Claims Spector dan Kitsuse menyatakan bahwa “Claims were complaints about social conditions which members of a group perceived to be offensive and undesirable” (Hanigan 1995). Dari pernyataan tersebut terlihat jelas bahwa klaim itu adalah bentuk dari sebuah komplain tetang kondisi sosial yang diutarakan oleh perseorangan atau grup yang merasa diserang dan merasa tidak senang. Pernyataan Spector dan Kitsuse ini dilengkapi oleh Sosiolog Amerika James Coleman dan Donald Cressey (1980), yang memberikan ilustrasi bahwa definisi konstruksi terhadap masalah sosial dengan melihat dari kasus polusi. Menurut mereka, “If thousands of people did not know they were being poisoned by radiation leaking from nuclear power plant, wouldn’t radiation pollution still be a social problem?” Dari pernyataan tersebut jelas bahwa harus ada orang yang sadar, membuat klaim, hingga akhirnya mendapatkan legitimasi dari orang lain dan msalah tersebut dianggap masalah lingkungan. The Claims-makers “Sangat jarang memang untuk menemukan masalah lingkungan yang tidak memiliki asal-usulnya dalam tubuh penelitian ilmiah. Hujan asam, hilangnya keanekaragaman hayati, pemanasan global, penipisan ozon, penggurunan dan keracunan dioksida merupakan contoh masalah yang pertama kali dimulai dengan serangkaian pengamatan ilmiah. Pada akhirnya, itu adalah dasardasar ilmiah masalah lingkungan yang mengangkat mereka di atas sebagian masalah sosial lain yang lebih bergantung pada klaim berdasarkan moral.” (Yearley 1992). Penyataan Yearley tersebut menggambarkan bahwa kebanyakan masalah lingkungan bermula dari penelitian ilmiah yang berdasarkan pada ilmu pengetahuan namun pada akhirnya masalah lingkungan tersebut lebih diperhatikan karena mempengaruhi moral masyarakat yang akhirnya menjadi masalah sosial. Namun meskipun pada akhirnya masalah lingkungan lebih dilihat secara moral, klaim pengetahuan menurut Aronson (1984) melihat ada dua tipe klaim yang dibuat oleh ilmuwan, yaitu cognitive claims dan interpretive claims. Cognitive claims mengacu pada observasi, hipotesis dan teori sehingga mendapatkan pengetahuan yang diakui pengetahuan faktual. Interpretive claims digunakan oleh pembuat klaim untuk menjelaskan kepada pendengar yang bukan spesialis (Aronson, 1984). Dalam interpretive Makna pemanasan..., Duty Andhika Nurkalam, FISIP UI, 2014 claims Aronson memberikan tiga tipe: technical, culture dan social problem. Technical interpretive adalah interpretif yang digunakan pembuat klaim dengan menggambarkan peneliti sebagai penasihat bagi industri dan pemerintah. Cultural interpretive adalah klaim yang digunakan untuk membentuk idiologi sebagai penelitian ilmiah dan otonomi ilmu. Social problem interpretive adalah menegaskan tentang keberadaan masalah sosial sebagai hal yang harus dicari pemecahan masalahnya. The Claims-making Process John Hanigan membuat tiga hal utama untuk melihat proses konstruksi pada masalah lingkungan: assembling, presenting dan contesting claims. Assembling environmental claims melihat pada awal dan perluasan dari masalah yang baru muncul. Pada tahap ini melihat dari variasi pada aktivitas spesifik: pemberian nama masalah, melihat perbedaan dengan masalah lain atau melihat cangkupan dari masalah, menetapkan pendekatan secara ilmiah, teknisnya, moral atau dasar hukum pembuatan klaim, menilai siapa yang akan bertanggung jawab untuk menangani masalah tersebut (Hanigan, 1995). In presenting an environment claim, issue entrepreneurs have dual mandate: they need both to command attention and to legitimise their claim (Solesbury 1976). Pernyataan Solesbury dilengkapi oleh Hilgartner dan Bosk (1998) dalam modelnya yang menyatakan bahwa dalam arena masalah sosial penegasan dan penyampaian kepada publik penuh dengan persaingan. Arena menurut Renn (1992) adalah legislatif, administratif, yudisial, ilmiah, dan media massa. Lebih jelasnya Hanigan menggambarkan arena sebagai kiasan untuk menggambarkan keadaan politik dengan aktornya mengatur klaim mereka untuk pembuat-kebijakan dengan harapan mempengaruhi proses kebijakan (Hanigan 1999). Contesting environmental claims/ Kontestasi masalah lingkungan ini terlihat dari klaim global warming. seperti pernyataan Cline berikut ini, “The theory of that greenhouse warming is caused by human generated emissions of carbon dioxide has been known for more than a century but the greenhouse effect was not considered a priority problem until the 1980s.” (Teori mengenai panas rumah kaca diakibatkan oleh manusia sehingga meningkatkan karbon dioksida sudah diketahui sejak beberapa abad lalu namun efek dari rumah kaca tidak di dianggap sebagai masalah prioritas hingga tahun 1980an.) (Cline 1992). Makna pemanasan..., Duty Andhika Nurkalam, FISIP UI, 2014 Yang dikatakan Cline menjelaskan bahwa tidak semua masalah lingkungan akan langsung diakui keberadaanya oleh orang lain. Butuh waktu yang tepat untuk bisa masalah lingkungan tersebut benar-benar dianggap masalah lingkungan. Pembaca (Audiences) Pembaca pada dasarnya memiliki arti sebagai sekelompok orang yang terekspos oleh media (Anderson, 2006). Namun sebenarnya pembaca memiliki arti yang kompleks dengan banyak pengertian tergantung dengan situasi yang ada (Ross, 2003). Berdasarkan hal tersebut, penulis melihat bahwa pembaca dalam penelitian ini adalah seseorang atau sekelompok orang yang pernah membaca majalah NGI. Hanigan (Hanigan, 1999) menjelaskan bahwa persepsi seseorang sebagai audien media massa akan dipengaruhi banyak hal, teman, keluarga, publik figur, dan media massa lainnya. Hal ini berarti lingkungan sekitarnya adalah hal yang akan mempengaruhi dia dalam mengambil persepsi dan makna terhadap suatu masalah. Berdasarkan seluruh penjelasan di atas penulis mendapatkan alur berpikir seperti pada bagan 1. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian dengan pendekatan kualitatif menggunakan logika induktif abstraktif yang bertitik tolak dari khusus ke umum. Konseptualisasi, kategorisasi dan deskripsi karenanya dilakukan atas dasar kejadian (incidence) yang diperoleh ketika kegiatan lapangan berlangsung (Bungin, 2003: 70). Jenis penelitian ini dibagi berdasarkan empat dimensi, merujuk pada Neuman (2007), yaitu penelitian berdasarkan tujuan, penelitian berdasarkan manfaat, penelitian berdasarkan waktu dan penelitian berdasarkan teknik pengumpulan data. Penelitian ini melihat area NGI dan pembaca untuk mendapatkan gambaran bagaimana makna terbentuk di area pembaca.Teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam, angket, dan mencari literatur yang berhubungan dengan penelitian seperti buku, internet, dan sumber berhubungan lainnya. Fitur NGI yang dilihat berjudul “Di Bawah Naungan Gletser” (April, 2010), “Iklim Viking” (Juni, 2010), dan “Badai Pasti Menjelang” (Mei, 2011). Pengambilan responden pengisian angket menggunakan metode random sampling, yang berjumlah 50 orang pembaca majalah NGI. Setelah itu, dipilihlah informan untuk diwawancara, yaitu pembaca yang ikut forum NGI dan fotokita, pembaca yang tidak ikut forum sama sekali, pembaca lama majalah NGI, dan karyawan majalah NGI. Makna pemanasan..., Duty Andhika Nurkalam, FISIP UI, 2014 Hasil Penelitian 1. Berita Pemanasan Global di NGI Untuk melihat proses pembentukan fitur, penulis melihat dengan mewawancarai salah satu karyawan majalah NGI dan dari melihat literatur di internet serta sumber lainnya yang dapat mendukung. Karyawan dengan inisial BP ini menjabat sebagai editor fotografi pada majalah NGI. BP sebelum bekerja di majalah NGI ini menjabat sebagai redaktur majalah Soccer yang juga tergabung dalam Kompas Gramedia majalah. Pada proses pembentukan fitur ini,diketahui bahwa sumber fitur pada majalah NGI ada tiga: Dibuat di majalah National Gegraphic pusat di yang ada di Washington, Amerika Serikat; dibuat di Indonesia dengan syarat sudah disetujui oleh NG pusat (fitur lokal); Beli fitur konten lokal dari negara lain. untuk fitur lokal, pihak NGI mengajukan proposal ke NG Internasional berkaitan dengan tema fitur dan fotografi. Fokus utama dalam penyajian lebih mengutamakan fotografi sehingga dalam mencari tema diutamakan yang memiliki fotografi bagus. Jumlah fitur per edisi adalah umumnya fitur internasional berjumlah 5 dari 5-20 fitur yng disediakan oleh NG pusat dengan perbandingan fitur lokal 20% dengan fitur internasional. Tujuan setiap fitur umumnya adalah untuk menginspirasi kepedulian terhadap planet, walaupun bidang atau subyek ceritanya bermacam-macam, mulai dari cerita satwa, manusia, teknologi, dsb. Tujuan dari fitur berjudul: “Di Bawah Naungan Gletser”, bulan April 2010; “Badai Pasti Menjelang, bulan Mei 2011; “Iklim Viking”, bulan Juni 2010 adalah untuk awareness tentang pemanasan global, sekaligus mengisyaratkan perlunya studi lanjutan serta mitigasi dan rencana tata kota, tata ruang, di manapun di dunia. pemanasan global kan banyak kaitannya. Setiap sisi kehidupan manusia terkena dampaknya, secara langsung maupun tidak. Majalah dan situs National Geographic Indonesia memiliki redaksi masing-masing. Tanggapan isu pemanasan global oleh BP, karyawan majalah NGI adalah bahwa pemanasan global saat ini memang terjadi dan dampaknya sudah terlihat di bumi, sehingga menurut dia manusia harus melakukan adaptasi dan menyesuaikan diri. Sementara untuk taggapan pembaca terhadap fitur di majalah NGI dapat dilihat dari tabel berikut ini: Tabel 1. Tanggapan Pembaca terhadap Fitur Majalah NGI JUDUL FITUR “Di Bawah Naungan Gletser”, bulan April 2010 • • TANGGAPAN Kondisi air di bumi kritis Mencairnya es di Himalaya menyeramkan Makna pemanasan..., Duty Andhika Nurkalam, FISIP UI, 2014 • • • • • “Badai Pasti Menjelang, bulan Mei 2011 • • • • • “Iklim Viking”, bulan Juni 2010 • • • • • • • Fiturnya menggugah karena sulit membayangkan bila kondisi di Himalaya terjadi di Indonesia Kondisi di Himalaya juga dialami oleh pegunungan lain Penulisannya detail dan penelitiannya dilakukan dengan serius Fitur NGI bagus karena mengangkat isu air yang menjadi kebutuhan utama manusia Kekurangannya adalah adanya gambaran masih ada harapan manusia bisa memperbaiki masalah air karena menurut dia air saat ini sudah sulit untuk didapatkan dan membutuhkan biaya besar untuk bisa medapatkan air bersih Kondisi di Bangladesh merupakan model dari bumi ini bila pemanasan global terus meningkat Dibutuhkan pemimpin yang kuat untuk bisa menyelesaikan masalah di Bangladesh Adanya hiperbola terhadap masalah di Bangadesh namun itu hal yang wajar. Indonesia bisa mengalami hal yang sama dengan Bangladesh terutama seperti jakarta yang sekarang sudah sering banjir Pemerintah Bangladesh pasti pusing untuk menangani masalah lingkungan di negara tersebut Fiturnya bagus karena sangat informatif. Fiturnya seperti pedang bermata dua menunjukkan kebaikan dan keburukan pemanasan global Pemanasan global mempunyai sisi buruk karena iklim di Greenland jadi tidak menentu dan terbukanya lahan bahan bakar fosil yang dapat meningkatkan suhu namun dapat meningkatkan perekonomian Kondisi di Greenland berubah setelah adanya pemanasan global Naiknya suhu dan kebutuhan ekonomi membuat Greenland mulai mengeksploitasi bahan bakar fosil Detail dan informatif menggambarkan tentang Greenland Pemanasan global mempunyai sisi positif bagi warga Greenland sehingga lebih mudah bercocok tanam 2. Pemanasan Global di Forum NGI dan Fotokita Terkait dengan pemanasan global, forum NGI dan forum Fotokita juga melakukan penyebaran informasi isu pemanasan global. Salah satu penyebarannya terlihat dari “obrolan” yang ada di situs forum NGI. Salah satunya obrolan dengan judul “Situs Tantangan Karbon” dan “Earth Hour Activity – 26th March 2011”. Dalam forum NGI berjudul “Situs Tantangan Karbon” dibahas mengenai situs untuk melihat simulasi interaktif tentang perubahan iklim dan hidup ramah lingkungan. Dalam “obrolan” tersebut ada yang mengomentari terkait dengan pemanasan global yang dianggap masih banyak pro-kontra. Sementara untuk forum yang berjudul “Earth Hour Activity – 26th March 2011” membahas bahwa dengan mematikan lampu selama satu jam ketika earth hour bisa memperlambat pemanasan global karena dengan mematikan lampu, listrik yang Makna pemanasan..., Duty Andhika Nurkalam, FISIP UI, 2014 digunakan bisa lebih hemat dan tentunya penggunaan bahan bakar berkurang karena pembangkit energi manusia masih banyak yang menggunakan minyak bumi dan batu bara, serta dapat menghasilkan polusi. 3. Pengetahuan Umum Pembaca terhadap Isu Pemanasan Global 70% responden percaya bahwa pemanasan global itu terjadi akibat ulah manusia dan alam, 24% responden percaya bahwa hanya manusia saja sebagai penyebab terjadinya pemanasan global, dan sisanya percaya bahwa pemanasan global terjadi secara alami tanpa pengaruh manusia. Untuk penyebab pemanasan global, 92% responden menyatakan CO2 menjadi penyebab pemanasan global, dan sebanyak 88% reponden menyatakan CFC sebagai penyebab. Hal ini berarti CO2 dan gas CFC sama-sama diyakini menjadi sumber penyebab pemanasan global. Untuk dampak pemanasan global, 96% responden berpendapat akan mengakibatkan meningkatnya permukaan laut, 76% responden melihat bahwa nantinya seluruh es mencair. Namun meskipun sebagian besar percaya bahwa seluruh es akan mencair, namun hanya 38% responden saja yang percaya bahwa seluruh es akan mencair, seperti model yang dibuat oleh para ilmuwan dari IPCC. Seluruh pembaca majalah NGI menyatakan bahwa pemanasan global merupakan masalah lingkungan dan harus segera ditanggulangi. Namun tidak semuanya meyakini bahwa pemanasan global dapat ditanggulangi, hanya 90% responden yang menyatakan pemanasan global dapat ditanggulangi, sementara 10% lainnya merasa menanggulangi pemanasan global mustahil dilakukan Untuk pemahaman pembaca terhadap isu pemanasan global didapatkan bahwa hampir seluruhnya percaya terhadap isu pemanasan global. Alasan percaya adalah karena merasakan langsung keadaan bumi yang berubah dan melihat penjelasan dari media massa yang ilmiah dan ada buktinya. Dampak pemanasan global yang diyakini adalah siklus hujan berubah, penyakit baru banyak bermunculan, misalnya virus-virus tertentu di pohon kamboja, es mencair, permukaan laut meningkat, dan bumi semakin panas. Pembacanya meyakini Pemanasan global dapat ditanggulangi dalam jangka waktu yang panjang,10-30 tahun. Cara mengatasi pemanasan global adalah menanam pohon di setiap tempat hingga diatap gedung (green building); meningkatkan pendidikan masyarakat; peraturan atau kebijakan diperbaiki, reboisasi, dan mengubah perilaku masyarakat. untuk pajak karbon pembacanya melihat itu hanya teori saja dan sulit untuk dijalankan di Indonesia. Jual beli karbon Makna pemanasan..., Duty Andhika Nurkalam, FISIP UI, 2014 adanya maksud lain dari usaha ini, sulit dilakukan di Indonesia, apalagi Indonesia korupsinya banyak meskipun menganggap bila bisa berjalan sebenarnya bagus. Teknologi dapat menurunkan CO2 di bumi. Tabel 1 Tingkat Keseringan dan Kepercayaan Responden Terhadap Media Massa 56% 40% 26% 16% 10% 8% 0% 16% 22% Paling Sering Digunakan Paling Dipercayai 2% Televisi Cetak (koran/ majalah) Radio Media sosial Online Perbandingan Alasan Membaca NGI pada Responden 60% 40% 20% 0% 42% Alasan Membaca NGI 46% 10% 4% 0% Penambah Menyukai Menyukai Mengisi Menambah informasi foto-­‐foto tema waktu koleksi dan gambar artikel luang bacaan Untuk alasan membaca majalah NGI yang paling utama adalah karena menyukai foto-foto dan gambar-gambar yang ditampilkan di dalam majalah. Sebanyak 46% responden memilih alasan tersebut. Sedangkan 42% responden membaca majalah national geographic karena ingin menambah informasi. Sisanya 10% responden karena menyukai tema-tema yang disajikan oleh majalah national geographic, dan 4% responden karena mengisi waktu luang. Media massa yang dipercayai/ sering dibaca oleh pembaca umumnya adalah Harian Kompas, Harian Tempo dan Online. Untuk media massa pertama yang memberi informasi pemanasan global pertama kali rata-rata pembaca tidak mendapatkan dari majalah NGI. Meskipun bukan pembei informasi pertama Majalah NGI dianggap sebagai media sumber info pemanasan global meskipun majalah NGI bukan satu-satunya, seperti Harian Kompas, Harian Tempo, dan situd online. Makna pemanasan..., Duty Andhika Nurkalam, FISIP UI, 2014 Untuk forum NGI dan Fotokita, aktivitas yang seringkali diadakan jarang membahas mengenai isu pemanasan global. aktivitas biasanya adalah event seperti talkshow dan workshop fotografi, hunting foto, sharing foto, jarang mengenai pemanasan global, dan belajar teknik foto. Pembahasan Realitas Pemanasan Global di NGI Pada awalnya Majalah NGI merupakan majalah lisensi yang terbit dan berdiri pertama kali di negara Amerika. Edisi pertama majalah national geographic ini membahas mengenai kondisi geografi dan iklim di Amerika. Namun akhirnya berkembang hingga membahas banyak hal, salah satunya saat ini adalah membahas pemanasan global. Kondisi majalah NGI yang menjadi majalah lisensi ini membuat isi konten dari fitur yang dipublikasikan pada majalah NGI diatur oleh majalah NGI pusat yang beralamat di Washington, Amerika. Hal ini terlihat dari adanya perbandingan antara konten internasional dengan konten lokal, yaitu sebesar 80 persen konten internasional berbanding dengan 20 persen konten lokal. Selain itu dalam proses pembuatan konten lokal pun dibutuhkan pengajuan proposal oleh pihak majalah NGI kepada pihak majalah NG pusat terkait teks dan fotografinya yang membutuhkan proses yang panjang hingga akhirnya disetujui oleh National Geographic internasional pusat yang ada di Washington DC, Amerika. Umumnya proposal tersebut diperhatikan mengenai fotografi, apakah sesuai standar NG pusat atau tidak. Ini karena fokus majalah NG adalah fotografinya. Untuk translate pun pihak majalah NG pusat juga melakukan pengawasan dengan membaca ulang kembali fitur yang sudah ditranslate oleh pihak majalah NGI. Selain itu untuk bisa konten lokal menjadi konten internasional sangat sulit karena harus melalui persetujuan oleh majalah National Geographic Internasional. Ketika tidak mendapakan persetujuan maka konten lokal tersebut hanya menjadi konten lokal saja, hanya dicetak di Indonesia atau bisa juga tidak dipublikasi di majalah NGI sekalipun. Namun konten lokal memiliki kemungkinan untuk bisa dicetak di negara lain, yaitu ketika ada lisensi majalah National Geographic dari negara lain yang tertarik untuk membeli fitur tersebut. Dan ini dilakukan tanpa campur tangan pihak majalah NG pusat. Dari hal-hal tersebut sangat terlihat bahwa majalah NGI sangat diatur oleh majalah national geographic pusat yang ada di Amerika sebagai negara asal majalah ini muncul. Pengaturan Makna pemanasan..., Duty Andhika Nurkalam, FISIP UI, 2014 tersebut juga terjadi pada semua lisensi majalah National Geographic yang berada di berbagai negara. Pengaturan ini membuat fitur yang tersaji dalam majalah NGI sedikit banyaknya akan dipengaruhi oleh tema-tema yang juga diperhatikan oleh negara Amerika tersebut. Hal ini karena ketika kantor pusat ada di Amerika, secara tidak langsung pola pikir para pekerjanya akan mengikuti pola pikir yang ada di Amerika.Namun meskipun memiliki pengaruh dari majalah NG Internasional, majalah NGI tetap memiliki pengaruhnya. Misalkan ketika pemilihan fitur internasional, majalah NGI melakukan pengaruhnya dengan melakukan pemilihan fitur internasional yang akan dipublikasikan pada majalah NGI. Hal ini karena umumnya fitur internasional yang disediakan oleh majalah NG pusat sekitar 5-20 fitur tetapi yang dipublikasikan oleh majalah NGI berjumlah ada 5. Ini berarti pihak majalah NGI memiliki pengaruh untuk memilih 5 fitur dari fitur internasional yang disediakan. Klaim Pemanasan Global di Majalah NGI Dari semua tanggapan pembaca terhadap fitur yang tersaji pada majalah NGI memperlihatkan bahwa isi dari fitur tersebut menyinggung tentang pemanasan global. Pemanasan global yang diceritakan dalam fitur-fitur tersebut serupa dengan konsep pemanasan global saat ini yang diutarakan oleh banyak ilmuwan. Salah satunya adalah bahwa pemanasan global berakibat terhadap mencairnya es dipegunungan dan di kutub, yang kondisi ini serupa dengan berkurangnya es di pegunungan Himalaya. Hal lainnya lagi adalah pemanasan global mengakibatkan peningkatan permukaan laut yang terlihat dalam dampaknya pada negara Bangladesh yang mengalami banjir akibat peningkatan air laut dan semakin banyaknya air yang dikirim dari pegunungan Himalaya karena es di sana mencair lebih cepat yang juga diakibatkan oleh pemanasan globa. Hal lainnya lagi yaitu memperlihatkan bahwa bahan bakar dapat mengakibatkan peningkatan pemanasan global. Dari semua hal tersebut, yang paling serupa adalah banyak ilmuwan yang melihat bahwa pemanasan global sudah terjadi saat ini, dan ini terlihat dari fitur tersebut yang menceritakan bahwa pemanasan global saat ini sudah terjadi. Ini karena es di pegunungan Himalaya diceritakan sudah mengalami penurunan massa es-nya, air laut sudah mengalami peningkatan, dan juga suhu di Greenland sudah semakin menghangat sehingga beberapa tanaman bisa ditanam di sana. Semua hal tersebut menjelaskan bahwa pemanasan global sudah terjadi saat ini. Bahkan Makna pemanasan..., Duty Andhika Nurkalam, FISIP UI, 2014 model dari pemanasan global yang akan dialami oleh semua negara diperlihatkan oleh negara Bangladesh yang mengalami berkurangnya luas daratan mereka akibat banjir di mana-mana. Pemahaman mengenai klaim pemanasan global yang didapat dari fitur dan wawancara pembaca tersebut serupa dengan maksud dan tujuan pihak majalah NGI dalam menyajikan fitur tersebut. Hal ini karena pihak majalah NGI mempunyai tujuan dari ketiga fitur yang penulis pilih untuk awareness tentang pemanasan global, sekaligus mengisyaratkan perlunya studi lanjutan serta mitigasi dan rencana tata kota, tata ruang, di manapun di dunia. pemanasan global kan banyak kaitannya. Selain itu juga untuk memberitahu bahwa setiap sisi kehidupan manusia akan terkena dampak dari pemanasan global, baik secara langsung maupun tidak. Ini sesuai dengan tujuan utama majalah NGI dalam menyajikan berita yaitu untuk menginspirasi kepedulian terhadap planet, walaupun bidang atau subyek ceritanya bermacam-macam, mulai dari cerita satwa, manusia, teknologi, dan sebagainya. Makna Pemanasan Global pada Pembaca Majalah NGI Dari semua pembaca majalah NGI didapat bahwa seluruh pembacanya mengetahui mengenai isu pemanasan global, meskipun hanya 86% saja yang memperhatikan berita mengenai isu pemanasan global dengan tingkat memperhatikan tidak terlalu rutin. Untuk media yang paling sering digunakan oleh pembaca dalam mencari tahu tentang isu pemanasan global, umumnya melihat pada media massa online, namun lagi-lagi untuk media yang dipercayai tetap media massa cetak. Semua pembaca majalah NGI meyakini pemanasan global sebagai masalah lingkungan. Namun meskipun semuanya meyakini pemanasan global sebagai masalah lingkungan tidak semuanya percaya bahwa pemanasan global saat ini terjadi. Ada pembaca yang awalnya tidak percaya terhadap isu pemanasan global, namun ketika melihat kondisi alam yang semakin rusak membuat pembaca tersebut percaya. Namun ada lagi pembaca yang merasa masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk melihat pemanasan global sehingga dapat diketahui penyebab dan akhirnya dapat dirumuskan penyelesaian masalah pemanasan global dengan tepat. Namun ada juga sebagian kecil pembaca yang merasa pemanasan global merupakan isu saja dan perkara yang dibesar-besarkan. Perbedaan yang terdapat pada pembaca ini terjadi karena adanya pembaca yang aktif dan pasif dalam membaca majalah NGI. Pembaca yang aktif adalah pembaca yang ikut serta dalam kegiatan yang dibuat oleh majalah NGI seperti dalam forum Fotokita dan forum NGI dan Makna pemanasan..., Duty Andhika Nurkalam, FISIP UI, 2014 berlangganan majalah NGI atau selalu membaca majalah NGI setiap edisinya. Sementara pembaca yang pasif adalah pembaca yang jarang membaca majalah NGI atau kurang dari 5 edisi per tahun dalam membacanya. Untuk penyebab pemanasan global, pembacanya menilai bahwa bumi dan manusia bersama-sama membuat bumi ini mengalami pemanasan global. Hal itu terlihat dari 70% pembacanya meyakini bumi dan manusia sebagai penyebab pemanasan global. Tetapi meskipun demikian ada sekitar 24% pembaca yang menyatakan manusia sebagai penyebab pemanasan global, dan hanya 6% yang menyatakan bahwa hanya alam yang menyebabkannya. Hal ini berarti sebagian besar menganggap bahwa manusia merupakan sumber dari penyebab terjadinya pemanasan global. Manusia dianggap sebagai penyebab pemanasan global pun terlihat dari keyakinan para pembacanya yang menganggap bahwa bahwa CO2 dan CFC merupakan penyebab dari pemanasan global. Hal ini terlihat dari 92% pembacanya yang menganggap CO2 menjadi penyebab pemanasan global sementara CFC sebanyak 88% pembaca. Ini dikarenakan CO2 dan CFC meningkat karena aktivitas yang dilakukan oleh manusia. Seperti penebangan pohon secara sembarang, penggunaan energi fosil, meningkatnya kendaraan bermotor, penggunaan refrigator, dan pembabatan hutan. Untuk dampaknya yang akan ditimbulkan oleh pemanasan global menurut 96% pembaca akan mengakibatkan permukaan laut meningkat, dan 76% pembaca melihat bahwa nantinya seluruh es mencair, meskipun sebagian besar menyatakan tidak percaya bahwa seluruh es akan mencair dalam seratus tahun kedepan, seperti model yang dibuat oleh para ilmuwan, yaitu hanya 38% pembaca yang meyakini model tersebut akan terjadi pada seratus tahun kedepan. Selain itu dampak pemanasan global adalah semakin panas, siklus hujan berubah, dan penyakit baru banyak bermunculan. Pemanasan global yang dianggap sebagai masalah lingkungan dianggap akan bisa ditanggulangi oleh 90% pembacanya. Namun pemanasan global dianggap bisa ditanggulangi dalam waktu yang panjang dan sulit. Dalam mengatasi pemanasan global pembacanya memilki pendapat yang berbeda-beda seperti menanam pohon di setiap tempat bahkan hingga atap gedung (green building), meningkatkan pendidikan, mengubah perilaku dan mental masyarakat. peraturan atau kebijakan diperbaiki, reboisasi. Namun dari semuanya cara yang paling diyakini untuk mengurangi pemanasan global, menjaga hutan merupakan cara yang paling diyakini karena 50% pembaca meyakini hal tersebut. Sementara untuk cara lainnya, 24% pembaca majalah NGI melihat dengan cara mengurangi gas karbon di udara maka pemanasan global dapat berkurang. Makna pemanasan..., Duty Andhika Nurkalam, FISIP UI, 2014 Hal ini menunjukkan bahwa gas karbon memang diyakini sebagai penyebab pemanasan global, karena ketika menjaga hutan, secara tidak lansung juga untuk mengurangi gas karbon di udara, karena pepohonan dapat menyerap gas karbon, terutama gas CO2, sehingga jumah gas tersebut akan berkurang diudara. Selain itu, ada hal lain yang dianggap memungkinkan bisa mengurangi pemanasan global yaitu teknologi, kebijakan pajak karbon dan kebijakan jual-beli karbon. Sebanyak 54% menganggap meningkatnya teknologi akan mempengaruhi juga dalam meningkatnya tingkat pemanasan global. Ini berarti teknologi tidak dianggap sebagai salah satu cara untuk menangani pemanasan global. Sedangkan untuk pajak karbon justru sebagian besar pembaca meyakini hal tersebut bisa mengurangi pemanasan global. Namun pembacanya meyakini untuk dilakukan di Indonesia sangat sulit bahkan ada yang menganggap itu jadi seperti teori saja yang hanya bagus dilihat namun ketika dilakukan akan sangat sulit bahkan gagal. Sementara untuk jual-beli karbon pembaca justru menganggap hal tersebut tidak akan mempengaruhi apa pun, yaitu mengurangi atau menambah tingkat pemanasan global. Bahkan ada yang menganggap ada maksud lain dari kebijakan tersebut. Hal ini karena adanya anggapan bahwa kebijakan ini dapat membuat negara berkembang menjadi tidak bisa maju karena hanya akan bergantung pada sumbangan biaya dari negara maju. Pembaca Majalah NGI dan Forum NGI serta Forum Fotokita Pembaca NGI rata-rata tahu tentang forum NGI dan forum fotokita. Pembacanya lebih tertarik pada forum fotokita bila dibandingan dengan forum NGI. Ingin berinteraksi dengan sesama pecinta fotografer merupakan hal yang melatarbelakanginya. Kegiatan pada forum fotokita adalah talkshow dan workshop fotografi, hunting foto, sharing foto dalam forum, dan saling belajar teknik fotografi. Untuk isu pemanasan global tidak ada sharing foto mengenai pemanasan global. Berdasarkan hal itu maka pembaca yang tergabung dalam forum, baik forum NGI ataupun forum Fotokita tidak memiliki makna yang berbeda jauh dengan pembaca lainnya yang tidak tergabung. Hal ini karena kegiatan dalam forum yang tidak menyinggung penyebaran informasi isu pemanasan global. Selain itu, sebagian besar pembaca percaya bahwa saat ini pemanasan global terjadi sesuai dengan klaim yang dibuat oleh majalah NGI. Untuk pembaca yang tidak percaya bahwa pemanasan global terjadi saat ini hanya sekitar 2 persen pembaca saja, yang berarti hampir semua pembacanya memang meyakini pemanasan global saat ini sudah terjadi meskipun pemahaman dan cara mereka meyakini pemanasan global terjadi saat ini dapat berbeda-beda. Makna pemanasan..., Duty Andhika Nurkalam, FISIP UI, 2014 Konstruksi Isu Pemanasan Global Berdasarkan seluruh tulisan di atas terlihat bahwa majalah National Geographic Indonesia dalam membahas isu pemanasan global mengikuti klaim pemanasan global yang menyatakan bahwa pemanasan global terjadi saat ini, gas karbon merupakan penyebab tejadinya pemanasan global dan manusia merupakan penyebab utama dalam yang mengakbatkan pemanasan global meskipun menganggap ada pengaruh alami dari bumi itu sendiri. Berbagai perkembangan pengetahuan tersebut berawal dari pembuat klaim, seperti lembaga dan ilmuwan yang fokus terhadap pemanasan global, seperti NOAA, NASA, dan CRU sebagai pengumpul data, IPCC sebagai pengolah data, dan para ilmuwan lainnya yang umumnya berasal dari negara maju. Pembuat klaim pemanasan global tersebut akhirnya menyatakan bahwa pemanasan global terjadi saat ini yang meningkatkan suhu rata-rata bumi dan bumi sudah mendekati batas suhu bumi maksimal sehingga dapat mengakibatkan mencairnya es di pegunungan dan kutub, meningkatnya permukaan air laut, munculnya penyakit baru, dan dampak turunan lainnya. Selain itu, pembuat klaim juga menyatakan bahwa untuk seluruh es di bumi mencair hanya tinggal 100 tahun lagi. Pernyataan dari pembuat klaim berkaitan dengan klaim pemanasan global tersebut yang akhirnya mempengaruhi majalah NGI dalam membuat fitur terkait dengan isu pemanasan global. Hasilnya dapat dilihat dari fitur yang berjudul “Di Bawah Naungan Gletser” (April 2010), “Badai Pasti Menjelang” (Mei 2011), dan “Iklim Viking” (Juni 2010). Fitu-fitur tersebut berusaha memperlihatkan bahwa pemanasan global sudah terjadi bahkan model dari kondisi bumi 100 tahun kedepan dianggap sudah ada. Fitur majalah NGI yang membahas pemanasan global tersebut akhirnya mempengaruhi pembacanya dengan hampir seluruhnya mempercayai dengan klaim pemanasan global yang dimuat di majalah NGI. Kepercayaan pembacanya tersebut membuat pembacanya memiliki makna bahwa pemanasan global terjadi saat ini dan itu sama dengan pernyataan pembuat klaim mengenai pemanasan global. Dari seluruh penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa majalah NGI memiliki pengaruh terhadap pembacanya karena majalah NGI dapat menyajikan klaim dengan jelas. Jadi realitas yang ditampilkan oleh majalah NGI akhirnya diterima oleh pembacanya dengan hampir tidak ada penolakan terhadap klaim tersebut. Ini berarti majalah NGI berhasil untuk mengkonstruksi pembacanya untuk percaya pemanasan global itu terjadi dan klaim lainnya. Meskipun majalah NGI berhasil mengkonstruksi pembacanya, dalam prosesnya, pembaca menerima informasi tidak Makna pemanasan..., Duty Andhika Nurkalam, FISIP UI, 2014 hanya dari majalah NGI saja. Hal ini terlihat dari jumlah pembaca majalah NGI yang tidak semuanya mendapatkan informasi pertama mengenai pemanasan global dari majalah NGI tetapi dari sumber lain. Majalah NGI bukan sebagai pengkonstruksi utama tetapi lebih kepada penguat informasi dan pemahaman pembacanya terhadap klaim pemanasan global. Ini juga berarti bahwa makna pemanasan global pembaca berasal dari berbagai sumber dan ketika ada hal-hal yang berbeda dengan makna orang lain meskipun sedikit merupakan hal yang pasti terjadi karena tergantung dari info apa saja yang didapat dan diyakini oleh pembaca majalah NGI, karena setiap pembaca memiliki harapan dan antisipasi tertentu yang dimodifikasi dalam bacaan yang digantikan oleh ‘proyeksi’ baru. Kesimpulan Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah bahwa majalah NGI memiliki peran dalam menyebarkan informasi mengenai pemanasan global. Majalah NGI menyatakan bahwa pemanasan global telah terjadi saat ini akibat ulah manusia dan pemanasan global merupakan masalah masyarakat. Cara penyajian NGI termasuk dalam tipe interpretative claims, dengan subtipe social problem. Hal itu membuat pembaca NGI memahami pemanasan global sebagai masalah sosial yang harus segera ditangani. NGI berkantor pusat di Washington, tema yang tersaji di majalah NGI bisa saja merupakan tema yang disukai oleh Amerika sehingga pembaca majalah NGI secara tidak langsung pandangannya akan dipengaruhi oleh pandangan dari Amerika. Hal ini bisa berarti munculnya negara dominan yang menjadi sumber informasi meskipun masih membutuhkan penelitian lebih lanjut. Majalah NGI lebih sebagai penguat klaim pemanasan global karena tidak ada media massa yang benar-benar menjadi media utama bagi pembaca. Makna pembaca terhadap klaim pemanasan global kebanykan sejalan dengan realitas yang disajikan oleh majalah NGI, meskipun ada sebagian kecil yang tidak menyetujui klaim tersebut. Forum NGI dan forum Fotokita tidak berperan sebagai penyebar klaim pemanasan global. Hal ini menunjukkan bahwa baik menjadi anggota ataupun tidak menjadi anggota forum NGI dan forum Fotokita tidak ada perbedaan. Apalagi pembentukan makna sangat dipengaruhi oleh individu sehingga informasi yang sama pun bisa diartikan berbeda oleh individu lainnya. Makna pemanasan..., Duty Andhika Nurkalam, FISIP UI, 2014 Saran 1. Masyarakat tetap harus memperhatikan masalah pemanasan global ini. Meskipun pemanasan global belum benar-benar terjadi, namun masyarakat harus tetap waspada dan melakukan segala sesuatu dengan bijak 2. Bila majalah NGI menyebarkan klaim baru yang belum pernah didengar oleh pembaca, maka majalah NGI harus membuat klaim tersebut menjadi sesuatu yang sangat penting dan disajikan dengan data-data yang dapat dipercaya oleh pembacanya dengan contoh-contoh yang memudahkan pembaca untuk membayangkan klaim tersebut. 3. Pemerintah harus bisa lebih maksimal dalam menyebarkan informasi mengenai pemanasan global yang mungkin bisa dilakukan dengan mengadakan kegiatan dan seminar terutama kepada masyarakat yang akan terkena langsung dampak pemanasan global, seperti petani dan nelayan. Selain itu peraturan mengenai pemanasan global juga harus lebih ditingkatkan dan dijalankan dengan serius. Daftar Referensi Buku Anderson, Sandra, Heather Bateman, Emma Harris, dan Katy McAdam. (2006). Dictionary of Media Studies. Great Britain: A & C Black Publisher. Aronson, N. (1984). ‘Science as a claims-making activity activity: implications for social problems research’, dalam J. Schneider dan J. I. Kitsuse (eds), Studies in the Sociology of Social Problems. Norwood, NJ: Ablex. Bolin, Bert. (2007). A History Of The Science And Politics Of Climate Change: The Role of the Intergovernment Panel on Climate Change. UK: Cambridge University Press. Bugin, Burhan. (2006). Sosiologi Komunikasi: Teori, paradigma, dan diskursus teknologi komunikasi di masyarakat. Kencana. Cline, W. R. (1992) The Economics of Global Warming. Washington, DC: Institute for International Economics. Makna pemanasan..., Duty Andhika Nurkalam, FISIP UI, 2014 Giddens, Anthony. (2009). The Politics of Climate Change. UK dan USA: Polity Press. Hanigan, John. (1999). Environmental Sociology: A Social Constructionist Perspective. Routledge, London dan New York. Hilgartner, S. Dan Bosk, C. L. (1998). The rise and fall of social problems: a public arenas model’, American Journal of Sociology 94(1): 53-78. Ibrahim, Idi Subandy. (2011). Kritik Budaya Komunikasi: Budaya, Media, dan Gaya Hidup dalam Proses Demokratisasi di Indonesia. Jalasutra. IPCC. (2007). Climate Change 2007, the IPCC’s Fourth Assessment Report (AR4). Neuman, William Lawrance. (2007). Basic of Social Research: Quantitative and Qualitative Approaches 2nd edition. Pearson/Allyn and Bacon. Renn, O. (1992). ‘Concepts of risk: a classification’, dalam S. Krimsky dan D. Golding. (eds) Social Theories of Risk. Wesport, CT: Praeger. Ridwan, Zaynur. (2011). Novel indonesia incorporate. Salsabila, Jakarta. Ross, Karen dan Virginia Nightingale. (2003). Media and Audiences. Open University Press. Silver, Jerry. (2008). Global Warming and Climate Change Demystified. McGraw Hill. Solesbury, W. (1976). ‘The environmental agenda: an illustration of how situations may become political issues and issues may demand responses from government: or how they may not’, Public Administration 54: 379-97. Yearley, S. (1992). The Green Case: A Sociology of Environmental Issues, Arguments and Politics. Routledge, London. WEBSITE http://id.wikipedia.org/wiki/National_Geographic http://www.ipcc.ch/ http://www.kompasgramedia.com/business/magazines/nationalgeographic http://www.nationalgeographic.co.id Makna pemanasan..., Duty Andhika Nurkalam, FISIP UI, 2014 http://www.nationalgeographic.com MAJALAH Belt, Don dan Jonas Bendiksen. (2011). ‘Badai Pasti Menjelang, Majalah National Geographic Indonesia (eds) Mei. Fogler, Tim dan Peter Essick. (2010). Iklim Viking’, Majalah National Geographic Indonesia (eds) Juni. Larmer, Brook dan Jonas Bendiksen. (2010) ‘Di Bawah Naungan Gletser’, Majalah National Geographic Indonesia (eds) April. JURNAL Sarwono, Billy K. (2010). Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 2, Mei-Agustus 2010, Hal. 178-190Pemaknaan Isu Pemanasan Global dan Lingkungan di Media oleh Kaum Perempuan Urban. Satito,R. Bayu Pratomo Herjuno. (2009). Konstruksi Jurnalis padaPemberitaan Pemanasan Global di Media Cetak (Sebuah Kajian TEXT PRODUCTION pada Koran Kompas. Makna pemanasan..., Duty Andhika Nurkalam, FISIP UI, 2014