PERANAN LONDON BULLION MARKET ASSOCIATION (LBMA

advertisement
PERANAN LONDON BULLION MARKET ASSOCIATION (LBMA) MELALUI
GOOD DELIVERY DALAM PERDAGANGAN GOLD BAR PT ANTAM DI
PASAR LOGAM MULIA INTERNASIONAL
Martin Purnama Chandra
Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jalan Dipatiukur No. 112-116, Coblong, Bandung,
40132
Abstract
This research is conducted because Indonesia’s handicap to increase PT ANTAM’s gold bar trading by only
focusing on national market. Recognizing several opportunities with market expansion, Indonesia then willingly to join
LBMA through PT ANTAM. In this research, I use qualitative method as a tool in explaining and understanding the
relevant matters with research question: How are the role of LBMA through Good Delivery toward PT ANTAM‘s gold
bar trading in international bullion market? As result of its membership, PT ANTAM has adopted Good Delivery as
standard on its gold bar production which was determined by LBMA. The role of London Bullion Market Association
(LBMA) through Good Delivery toward PT ANTAM‘s gold bar trading in international bullion market is instrument,
arena, and independent actor. As an international organization’s instrument, LBMA has to preserved the order and
sustainability in Loco London. LBMA is also arena for its member to discuss, to argue, and to cooperate even to raise
the members voice on gold bar trading. Being role as independent actor, LBMA is a policy maker by deciding and
imposing several laws and codes to its member. There isn’t significant challenges in the adoption of LBMA’s
standardization on the refining process of PT ANTAM’s gold bar. By taking one giant leap, PT ANTAM‘s gold bar
trading has raised its profit significantly since it has taken a part in LBMA.
Keyword: LBMA, antam, gold
Abstrak
Penelitian ini dilakukan karena adanya ketidakmampuan Indonesia dalam memaksimalkan perdagangan gold
bar hasil produksinya melalui PT ANTAM. Pada awalnya gold bar hasil produksi PT ANTAM hanya diperdagangkan
dalam skala nasional, namun dengan melihat peluang perluasan pasar untuk perdagangan logam mulia internasional,
Indonesia pun melalui PT ANTAM ikut serta dalam LBMA. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang berusaha
untuk menjabarkan dan memperoleh pemahaman dari hal-hal yang berkaitan dengan pertanyaan penelitian yaitu:
Bagaimana peranan London Bullion Market Association (LBMA) melalui Good Delivery dalam perdagangan gold bar
PT ANTAM di pasar internasional? Keikutsertaan lebih lanjut PT ANTAM dalam LBMA diwujudkan melalui Good
Delivery berupa standarisasi produksi gold bar PT ANTAM. Peranan LBMA melalui Good Delivery dalam perdagangan
gold bar PT ANTAM di pasar internasional diwujudkan sebagai instrumen, arena, dan aktor independen. Sebagai
organisasi internasional, instrumen ini berfungsi sebagai image yang melekat pada LBMA, yaitu penjaga keteraturan
perdagangan gold bar internasional pada Loco London. LBMA merupakan arena bagi anggotanya untuk berdiskusi,
berargumentasi, bekerja sama ataupun menyatakan ketidaksetujuannya yang berkaitan dengan perdagangan gold bar.
LBMA adalah aktor independen yang membuat aturan-aturan untuk anggota yang tergabung di dalamnya. Tidak
terdapat tantangan yang berarti dalam pengadopsian standarisasi LBMA terhadap pengolahan gold bar dari PT
ANTAM. Sehingga setelah keikutsertaannya dalam LBMA, perdagangan gold bar PT ANTAM pun meningkat.
Kata Kunci: LBMA, antam, emas
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Membahas mengenai perdagangan logam
mulia oleh pedagang-pedagang logam mulia
internasional, terlebih dalam Ilmu Hubungan
Internasional, pastinya tidak akan lepas dari
peranan organisasi internasional yang
berkaitan dengan hal tersebut, yaitu London
Bullion Market Association (LBMA). LBMA
adalah suatu organisasi internasional dalam
bentuk asosiasi yang merepresentasikan
gabungan pedagang besar logam mulia yaitu
gold bar dan silver bar, berlokasi di kota
London, United Kingdom (Inggris). LBMA
menjadi
satu-satunya
acuan
standar
internasional untuk penaksiran kualitas logam
mulia khususnya gold bar dan silver bar
(Melaluihttp://www.lbma.org.uk/index.html,[
2/4/14]).
Dalam
sejarahnya,
tidak
adanya
pengontrol kualitas emas, memunculkan
kekhawatiran akan ketidakmurniaan logam
mulia yang diperdagangkan seperti tindakan
penipuan untuk memperoleh keuntungan
sebesar-besarnya dari kenaikan harga logam
mulia. Hingga akhirnya dimunculkanlah
kesepakatan dengan memproklamirkan negara
Inggris sebagai pusat perdagangan logam
mulia internasional dan membentuk sebuah
asosiasi pedagang gold bar dunia yang
dikenal hingga sekarang ini dengan nama
London Bullion Market Association (LBMA).
Seiring dengan berjalannya waktu, negara
Indonesia kemudian masuk menjadi anggota
dari LBMA ini, yang diwakilkan kepada Unit
Bisnis Pengolahan dan Pemurnian (UBPP)
Logam Mulia pada tanggal 1 Januari 1999
tepat setelah terjadinya krisis moneter yang
melanda masyarakat negeri ini. Unit Bisnis
Pengolahan dan Pemurnian (UBPP) Logam
Mulia merupakan salah satu unit bisnis dari
PT ANTAM, dimana menjadi satu-satunya
pengolahan dan pemurnian gold bar dan silver
bar yang resmi di Indonesia. UBPP Logam
Mulia PT ANTAM menjadi salah satu dari
sekian banyak klien resmi dari LBMA di
dunia dan hanya ada dua di kawasan Asia
Tenggara, lainnya yaitu di Quezon City,
negara Philipina melalui Bangko Sentral ng
Pilipinas (Central Bank of the Philippines)
sejak tanggal 6 September 1979.
Depresiasi yang sangat buruk pernah
terjadi di Indonesia. Dapat kita tengok
kembali kondisi perekonomian pada tahun
1997 hingga tahun 1998 di mana masyarakat
Indonesia menjadi korban Krisis Moneter.
Mata uang Rupiah terpuruk hingga lima kali
ke bawah. Segala macam instrumen keuangan
dan aset yang diukur menggunakan
perbandingan mata uang US Dollar seperti
utang, barang modal (dengan sistem impor),
termasuk gold bar menjadi 5 kali lebih mahal.
Bukan hanya itu saja, pasar saham pun
mengalami
kerontokan
(Melalui
http://www.seasite.niu.edu/indonesian/Refor
masi/Krisis_ekonomi.htm,[2/4/14]).
Keadaan depresiasi ini, mata uang
Rupiah terhadap mata uang US Dollar telah
memicu hyper-inflation dan khususnya
barang-barang lokal menjadi delapan kali
lipat lebih mahal. Inflasi normal yang hanya
sebesar maksimal 10% menjadi hampir 80%.
gold bar ketika itu tidak mengalami kenaikan
harga di pasar internasional yang digawangi
oleh London Bullion Market Association
(LBMA), tetapi karena harganya di Indonesia
diukur dengan perbandingan mata uang US
Dollar (US Dollar per Troy Ounce), maka
nilainya naik 2,5 kali lipat dari Rp 27.000 per
gram menjadi Rp 87.000 per gram (Melalui
http://www.seasite.niu.edu/indonesian/
Reformasi/Krisis_ekonomi.htm,[2/4/14]).
Sebagai salah satu negara penambang
emas terbesar di dunia, Indonesia melalui PT
ANTAM memiliki cadangan dan sumber daya
emas per 31 Desember 2012 berjumlah 9 juta
dmt dengan kandungan logam mineral emas
1,6
juta
ounces
emas
(Melalui
http://www.antam.com/index.php?option=co
m_content&task=
view&id=19&
Itemid=148&lang=id,[9/4/14]).
Dengan
jumlah hasil tambang emas yang banyak,
pemerintah Indonesia harusnya mampu
memanfaatkan ini demi kesejahteraan
masyarakatnya.
Dari latar belakang masalah tersebut,
dengan melihat kondisi masyarakat Indonesia
yang dinilai banyak pakar ekonomi dan bisnis
belum secara optimal dan merata memahami
serta memanfaatkan potensi moneter dan
finansial pada logam mulia, padahal
potensinya tidak hanya untuk dalam negeri
namun
bisa
dimanfaatkan
secara
internasional, ditambah lagi di Indonesia
sudah memiliki UBPP Logam Mulia PT
ANTAM sebagai klien resmi dari London
Bullion Market Association (LBMA), maka
dengan ini peneliti mengambil judul:
PERANAN LONDON BULLION
MARKET
ASSOCIATION
(LBMA)
MELALUI GOOD DELIVERY DALAM
PERDAGANGAN GOLD BAR PT
ANTAM DI PASAR LOGAM MULIA
INTERNASIONAL
Keterkaitan judul penelitian ini dengan
core subject Ilmu Hubungan Internasional
adalah sebagai berikut:
1. Organisasi Internasional.
2. Ekonomi Politik Internasional.
3. Bisnis Internasional.
1.2. Rumusan Masalah
Pada penelitian ini, muncul rumusan
pertanyaan mayor sebagai berikut: Bagaimana
peranan London Bullion Market Association
(LBMA) melalui Good Delivery dalam
perdagangan gold bar PT ANTAM di pasar
logam mulia internasional?
Pada penelitian ini, muncul rumusan
pertanyaan minor sebagai berikut:
1. Apa saja peranan yang dilakukan
London Bullion Market Association (LBMA)
melalui Good Delivery?
2. Apakah Good Delivery dari London
Bullion Market Association (LBMA) sebagai
solusi permasalahan perdagangan gold bar PT
ANTAM?
3. Bagaimana perdagangan gold bar PT
ANTAM di pasar logam mulia internasional?
4. Bagaimana tantangan PT ANTAM
dalam perdagangan gold bar di pasar logam
mulia internasional?
1.3. Maksud dan Tujuan
Maksud dari penelitian ini adalah
Untuk mengetahui sejauh mana peranan
London Bullion Market Association (LBMA)
melalui Good Delivery dalam perdagangan
gold bar PT ANTAM di pasar logam mulia
internasional.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Ingin
mengetahui
peranan
yang
dilakukan London Bullion Market
Association (LBMA) melalui Good
Delivery.
2. Ingin mengetahui Good Delivery dari
London Bullion Market Association
(LBMA) sebagai solusi permasalahan
perdagangan gold bar PT ANTAM.
3. Ingin mengetahui perdagangan gold bar
PT ANTAM di pasar logam mulia
internasional.
4. Untuk menemukan tantangan PT
ANTAM dalam perdagangan gold bar di
pasar logam mulia internasional.
1.4.Kegunaan Penelitian
Diharapkan hasil penelitian ini nantinya
akan memberikan penambahan wawasan,
pengembangan
teori-teori
pada
Ilmu
Hubungan Internasional khususnya kajian
Organisasi Internasional, Ekonomi Politik
Internasional, serta Bisnis Internasional bagi
para akademisi dan peneliti Ilmu Hubungan
Internasional.
Hasil dari penelitian ini juga diharapkan
dapat berguna sebagai bahan tambahan
pengetahuan dan studi empiris khususnya
bagi para penstudi Ilmu Hubungan
Internasional dan umumnya para akademisi
diluar jurusan tersebut, guna menaruh minat
untuk memperdalam wawasan terhadap
logam mulia khususnya gold bar di negara
Indonesia. Terutama terkait dengan hal
tersebut, yaitu kondisi perekonomian maupun
keuangan yang saat ini tengah dalam
ketidakstabilan.
2. Kajian Pustaka dan Kerangka
Pemikiran
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Organization for Economic Cooperation
and Development (OECD) dan Pajak
Internasional
Akibat meningkatnya interdepedensi
ekonomi setelah revolusi industri, aturan-
aturan perpajakan menjadi simpang siur
karena sering berbenturan dengan kedaulatan
negara. Sehingga perusahaan-perusahaan
transnasional
mengeluhkan
adanya
pemungutan pajak berkali-kali karena
keberadaan perusahaannya yang menyebar di
berbagai negara. Upaya untuk mengatasi
permasalahan itu menciptakan kesepakatan
antar negara untuk menetapkan aturan
mengenai perpajakan internasional. Dengan
tujuan untuk menghapus batasan-batasan
yang
memberikan
kerugian
dalam
perdagangan lintas batas dan memastikan
pemungutan yang adil dalam hukum
perpajakan pada kondisi perekonomian dunia
yang semakin terglobalisasi.
Kecurangan pajak ini kemudian
menjadi
masalah
global
karena
memungkinkan individu melakukan kejahatan
lintas batas dengan menghindari pembayaran
pajak dengan mengakali perjanjian pajak
berganda (double taxation). Bentuk kejahatan
ini berupaya untuk menghindari terjadinya
dua kali pemungutan pajak terhadap individu
atau
perusahaan
internasional
akibat
perbedaan wilayah tempat tinggal dan
wilayah tempat bekerja. Aturannya, individu
atau perusahaan internasional tidak perlu
membayar pajak kepada host country tempat
individu atau perusahaan internasional
memperoleh pendapatan ataupun membayar
kepada home country yang menjadi tempat
asal
dari individu atau perusahaan
internasional
tersebut. Mereka
cukup
membayar pajak sesuai dengan ketentuan
antar negara yang membuat perjanjian pajak
berganda tersebut.
Melalui tindakan merahasiakan atau
memalsukan jumlah pendapatan yang
diterima atau kekayaan yang dimiliki di bankbank negara tax haven. Negara-negara tax
haven adalah negara-negara yang menjadi
tujuan untuk penyimpanan harta kekayaan
milyuner dunia karena sistem perbankannya
yang menjaga kerahasiaan nasabahnya
dengan sekuat tenaga. OECD memberikan
empat kriteria negara sebagai tax haven,
yaitu:
1.
Negara yang mengenakan ketentuan
nol pajak atau nominal pajak rendah.
2.
Kurangnya transparansi.
3.
Kurang
efektifnya
pertukaran
informasi pajak dengan otoritas pajak luar
negeri.
4.
Ketiadaan
ketentuan
yang
mengisyaratkan bahwa aktivitas ekonomi
yang dilakukan bermakna substansial.
2.1.2 World Trade Organization dan Rokok
Kretek
Indonesia adalah negara pengekspor
rokok kretek terbesar di dunia yang telah
bertahan sejak tahun 2004. Seperti yang
dilansir oleh Direktorat Bea dan Cukai tahun
2005–2007, Industri rokok terutama kretek
berhasil menyumbangkan pemasukan cukai
terbesar setelah cukai kotor lainya seperti,
cukai etil alkohol, cukai minuman
mengandung etil alkohol. Sejalan dengan
perkembangannya, industri rokok telah
mampu bertahan hingga saat ini sebagai salah
satu pemacu perekonomian yang baik di
Indonesia.
Berdasarkan data yang dikumpulkan,
angka pemasukan cukai bagi industri rokok
mulai mengalami penurunannya pada tahun
2001. Penurunan pada tahun tersebut senilai
US$ 604.420 dan terus turun menjadi US$
38.000 pada tahun 2009. Dan volume ekspor
rokok juga mengalami penurunnannya mulai
dari US$ 30.196 pada tahun 2007 menjadi
US$ 9.984 pada tahun 2009. Bahkan pada
tahun 2010 sama sekali tidak ada ekspor
rokok jenis tersebut sejak AS memberlakukan
regulasinya yang memuat mengenai aturan
larangan rokok kretek tersebut. Melalui Food
and Drug Administration (FDA), Amerika
Serikat memberlakukan larangan terhadap
“rokok kretek” sejak September tahun 2009.
Menanggapi
hal
ini,
Indonesia
melayangkan keberatannya kepada WTO
pada bulan Juni tahun 2010. Ini adalah protes
terhadap kebijakan Amerika Serikat atas
larangan terhadap produk-produk tembakau
yang mengandung zat aditif tambahan, seperti
cengkeh yang dinilai Indonesia cukup
diskriminatif.
Lewat tuntutan dan
banding yang
ditanggapi Amerika Serikat pada tanggal 5
Januari 2012, dikeluarkannya putusan panel
pada tanggal 2 September 2012 oleh WTO.
Dalam perkara ini WTO memenangkan
Indonesia secara penuh di Appellate Body
(AB). Indonesia mengajukan pembentukan
panel ke Badan Penyelesaian WTO, atas dasar
Amerika Serikat melanggar perjanjian
“Technical Barriers to Trade”.
2.2 Kerangka Pemikiran
2.2.1 Hubungan Internasional
Studi tentang hubungan internasional
banyak diartikan sebagai suatu studi tentang
interaksi antar aktor yang melewati batasbatas
negara.
Terjadinya
hubungan
internasional merupakan suatu keharusan
sebagai akibat adanya saling ketergantungan
dan bertambah kompleksnya kehidupan
manusia dalam masyarakat internasional
sehingga
interdependensi
tidak
memungkinkan adanya suatu negara yang
menutup diri terhadap dunia luar (Perwita &
Yani, 2005 : 3-4).
Berkaitan dengan penelitian yang akan
dilakukan, dimana hubungan internasional
disini
terjadi
karena
ada
interaksi
internasional yang dilakukan oleh dua aktor
yang melintasi batas kedaulatan suatu negara,
yaitu antara London Bullion Market
Association (LBMA) yang berlokasi di kota
London, Inggris dengan Unit Bisnis
Pengolahan dan Pemurnian (UBPP) Logam
Mulia PT ANTAM yang berlokasi di Jakarta
sebagai pusatnya, dan memiliki kantor atau
unit cabang yang tersebar dibeberapa kota
besar lainnya di Indonesia.
2.2.2 Organisasi Internasional
Organisasi Internasional, akan lebih
lengkap dan menyeluruh jika didefinisikan
sebagai berikut:
“Pola kerjasama yang melintasi
batas-batas negara dengan didasari
struktur organisasi yang jelas dan
lengkap serta diharapkan atau
diproyeksikan untuk berlangsung
serta melaksanakan fungsinya
secara berkesinambungan dan
melembaga guna mengusahakan
tercapainya tujuan-tujuan yang
diperlukan
serta
disepakati
bersama, baik antara pemerintah
dengan pemerintah maupun antara
sesama kelompok non pemerintah
pada negara yang berbeda” (Rudy,
2005 : 3).
2.2.2.1 INGO
Istilah
INGO pertama kali
diperkenalkan pada tahun 1945 karena PBB
(United Nations) ingin membedakan antara
hak partisipasi untuk badan-badan organisasi
internasional antar pemerintah dengan sektorsektor privat internasional yang sedang
berkembang pada saat itu. Pada konferensi
PBB di San Fransisco tahun 1945, terdapat
1.200 perwakilan dari organisasi-organisasi
sektor privat internasional. Hingga sejak saat
itu INGO dinyatakan sebagai organisasi
internasional yang independen, terdiri dari
kelompok-kelompok
profesional
yang
tujuannya untuk mendukung kepentingan
bersama pada level nasional dan internasional
(Melalui
http://www.un.org/en/ga/68/
meetings/nucleardisarmament/
civilsociety
.shtml,[12/8/14]).
Berkaitan dengan penelitian yang akan
dilakukan, dimana Organisasi Internasional
yang akan menjadi objek kajian dalam
penelitian ini adalah London Bullion Market
Association (LBMA) yang termasuk bentuk
aktor internasional bukan negara (non state
actors). Secara klasifikasi lebih jauh, LBMA
termasuk organisasi internasional yang bukan
dimiliki oleh pemerintah negara. Jadi LBMA
merupakan organisasi internasional yang
terdiri dari para praktisi ekonomi, konsultan,
pedagang, bank, pengusaha, pemurni dan
perusahaan
multinasional
(Melalui
http://www.lbma.org.uk/membership,[15/6/14
]).
Meskipun demikian, pencapaian tujuan
dari LBMA yaitu standarisasi harga
perdagangan logam mulia berdampak
terhadap perekonomian suatu negara. Selain
itu, LBMA juga bertujuan untuk memastikan
bahwa tidak terdapat kecurangan yang
dilakukan oleh negara-negara tertentu melalui
kelompok-kelompok profesionalnya dalam
mencapai keuntungan dari logam mulia.
2.2.2 Peranan Organisasi Internasional
Organisasi Internasional mempunyai
peranan. Dalam buku Pengantar Hubungan
Internasional, menurut Perwita dan Yani
dikatakan
bahwa
peranan
Organisasi
Internasional dalam hubungan internasional
saat ini telah diakui karena keberhasilannya
dalam memecahkan berbagai permasalahan
yang dihadapi oleh suatu negara, kehadiran
organisasi
internasional
mencerminkan
kebutuhan manusia untuk bekerjasama,
sekaligus sebagai sarana untuk menangani
masalah-masalah yang timbul melalui
kerjasama (Perwita & Yani, 2005 : 31).
Menurut Clive Archer, ada 3 peranan
utama yang dapat diidentifikasi dari
organisasi internasional, yaitu:
1.
Instrumen.
Secara umum, peran instrumen merupakan
image yang melekat pada organisasi
internasional yang dapat digunakan oleh
anggotanya demi kepentingan khususnya.
2.
Arena.
Image kedua dari organisasi internasional
adalah arena. Organisasi internasional dapat
menjadi sebuah arena atau forum dimana ada
aksi yang dibuat. Dalam hal ini, organisasi
internasional menyediakan tempat bagi
anggotanya untuk berdiskusi, berargumentasi,
bekerja
sama
ataupun
menyatakan
ketidaksetujuannya. Arena ini netral sehingga
bisa dianalogikan sebagai sebuah pertunjukan
sirkus ataupun perkelahian antara anggotanya.
3.
Aktor.
Peran ketiga adalah sebagai aktor independen.
Independen
disini
berarti
organisasi
internasional dapat mengambil keputusan
terhadap isu yang terjadi tanpa dipengaruhi
secara signifikan oleh kekuatan-kekuatan luar
(Archer, 2005 : 135-151).
2.2.3 Perdagangan Internasional
Perdagangan
merupakan
mesin
pertumbuhan ekonomi di suatu bangsa,
banyak dibahas dalam literatur-literatur
ekonomi pembangunan. Surplus yang
diperoleh oleh negara yang melakukan
perdagangan internasional berpeluang untuk
meningkatkan aktivitas perekonomiannya.
Manfaat
lain
yang
diperoleh
dari
perdagangan, khususnya bagi negara-negara
berkembang mencakup 3 (tiga) hal, yaitu:
1.
Perdagangan
internasional
memperluas pasar, merangsang inovasi dan
meningkatkan produktivitas.
2.
Perdagangan
internasional
meningkatkan tabungan dan akumulasi
kapital.
3.
Perdagangan internasional memiliki
efek mendidik dalam hal dorongan atau
keinginan terhadap hal-hal yang baru maupun
selera baru dan transfer teknologi, skill dan
entrepreneurship.
2.2.4 Rezim Internasional
Rezim dalam hubungan internasional
berarti satu aturan dan mekanisme
pengambilan keputusan yang melingkupi isu
tertentu dalam hubungan internasional.
Stephen
Krasner
mengartikan
rezim
internasional sebagai perangkat-perangkat
implisit maupun eksplisit tentang prinsipprinsip, norma-norma, aturan-aturan, serta
prosedur pembuatan keputusan, yang mana
juga meliputi ekspektasi-ekspektasi aktoraktor yang bertemu dalam suatu area
hubungan internasional (Krasner, 1983 : 2).
Ruang lingkup rezim internasional dapat
berskala global, regional, atau bahkan
bilateral. Sebuah isu mungkin menjadi sangat
penting bagi hubungan dua negara atau
kawasan tertentu namun belum tentu menjadi
hirauan global. Sebuah isu juga kadang
membutuhkan penyesuaian dan aturan yang
lebih spesifik lagi untuk dapat diaplikasikan
dalam hubungan bilateral dua negara atau
dalam kawasan tertentu. Begitu pentingnya
rezim dalam hubungan internasional membuat
banyak pihak tertarik untuk mengkaji lebih
jauh mengenai rezim internasional.
2.2.5 Neoliberalisme Institusionalisme
Teori
Neoliberal
Institusionalisme
muncul untuk memperbaiki teori Liberal yang
tidak mampu menjadi solusi untuk Perang
Dunia II. Teori ini merupakan salah satu jenis
pendekatan Neoliberalisme yang berakar dari
pengetahuan tentang integrasi fungsional pada
era tahun 1940-an dan kajian tentang integrasi
regional pada era tahun 1960-an. Dasar
pemikiran
Neoliberal
Institusionalisme
berasal dari kaum Liberal yang meyakini
bahwa perang ataupun tingkah laku agresif
lainnya tidak dapat dihindari tetapi dapat
dilunakkan melalui perbaikan institusional.
Terlebih kondisi interdependensi menciptakan
munculnya institusi-institusi internasional
yang membantu kemajuan kerjasama dengan
menjadi mediator dan alat untuk mencapai
kerjasama antar negara di dalam sistem
internasional (Lamy, 2005 : 131-132).
Sebagian besar dari argumen Neoliberal
Institusionalisme berasal dari pemikiran
Robert Keohane dalam bukunya yang
berjudul After Hegemony, dimana dalam
pemikirannya tersebut, ketika tidak terdapat
kekuatan
hegemoni
serta
lingkungan
internasional terdiri dari berbagai rezim dan
organisasi internasional, maka yang tercipta
adalah dunia kerjasama setelah masa
hegemoni. Robert Keohane beranggapan
bahwa walaupun kerjasama sulit untuk
diwujudkan dan mudah untuk mengarah pada
kekacauan, tetapi rezim dan institusi
internasional dapat membantu mereka dengan
menyediakan strategi-strategi kerjasama.
Dengan kerjasama, mereka akan mengarah
kepada proses dimana negara menyesuaikan
perilaku dan pilihan mereka melalui proses
koordinasi
kebijakan
(Melalui
http://polisciprof.blogspot.com/2006/03/shortreview-of-neo liberal.html,[15/6/14]).
3. Objek dan Metode Penelitian (jika
artikel merupakan hasil riset).
3.1 Objek Penelitian
3.1.1 LBMA
3.1.1.1 Sejarah Berdirinya LBMA
London Bullion Market Association
(LBMA) didirikan pada tanggal 14 Desember
1987 dan menjadi partner tertutup bagi Bank
of England dan dijadikan acuan internasional
untuk standar penaksiran kualitas gold bar
dan silver bar. Ada lebih dari 70 perusahaan
pemurnian emas dan perbankan yang tersebar
di beberapa negara di dunia dan terdaftar di
LBMA, yang dievaluasi secara periodik
dibawah LBMA’s Proactive Monitoring
Program (LBMA, 2010 : 3-5).
3.1.1.2 Keanggotaan LBMA
Negara-negara dengan perwakilannya
yang telah berhasil memenuhi kualifikasi dan
masuk ke dalam program Good Delivery dari
London
Bullion
Market
Assocoation
(LBMA), sehingga dapat dipastikan gold bar
yang diperdagangkan di pasar logam mulia
internasional sudah memenuhi standar dan
dapat diterima di seluruh dunia.
Keanggotaan LBMA diatas sebagai
produsen dan penyedia dari gold bar, aktivitas
kerjanya dari hulu hingga hilir baik untuk
perdagangan domestik mereka masingmasing, maupun untuk pasar logam mulia
internasional. Selain keanggotaan tersebut,
LBMA dipimpin oleh perwakilan dari
beberapa negara yang menjadi market maker
dalam
perdagangan
logam
mulia
internasional.
3.1.1.3 Program LBMA
London Bullion Market Association
(LBMA) mempunyai 2 program yang
berskala internasional, yaitu Good Delivery
dan International Events. Good Delivery
adalah aturan-aturan yang ditetapkan oleh
LBMA kepada perusahaan pemurnian logam
mulia, yang mana mereka memperoleh
akreditasi dari LBMA dengan memenuhi
standar
minimum
untuk
melakukan
perdagangan
di
pasar
internasional.
Perusahaan yang memperoleh akreditasi ini
akan dimunculkan datanya dalam Good
Delivery List. Sehingga logam mulia tersebut
dapat dipastikan memiliki “worldwide
standard” dan dapat diperjualbelikan atau
digadaikan di negara manapun dengan
screening yang tidak memerlukan waktu yang
lama (LBMA & LPPM, 2008 : 6).
3.1.2 P.T ANTAM
3.1.2.1 UBPP Logam Mulia
Unit
Bisnis
Pengolahan
dan
Pemurnian (UBPP) Logam Mulia adalah
salah satu dari tujuh unit bisnis PT ANTAM.
UBPP Logam Mulia satu-satunya pabrik
pemurnian logam mulia di Indonesia yang
memurnikan seluruh jenis bullion emas, perak
dan platina, baik dari tambang maupun
rongsokan (scrap) yang berasal dari tambang
Kontrak Karya maupun hasil Tambang
Rakyat. UBPP Logam Mulia memiliki
pengalaman yang sangat handal dengan
tenaga ahli pemurnian dan pembuatan bahan
industri sejak zaman Braakensiek (masa
kolonial Belanda) pada tahun 1930 hingga
saat ini.
UBPP Logam Mulia PT ANTAM
menghasilkan gold bar dan silver bar dengan
kemurnian tinggi yang diberi merk dagang
yaitu Logam Mulia (LM). Dipatenkan oleh
Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten, Merek
di
Departemen
Kehakiman
Republik
Indonesia yang terdaftar dengan nomor
3299290. Merk dagang ini juga dibubuhkan
dan diukir pada kemasan gold bar dan silver
bar baik untuk pasar domestik maupun
internasional.
3.1.2.2 Gold Bar
Gold bar umumnya sebagai aksi
penyelamatan
kesejahteraan
dan aset
masyarakat, dimana simpanan terbesar gold
bar dunia saat ini berada di Amerika Serikat
dan diikuti sekitar tujuh negara Eropa yang
selalu identik sebagai lambang liberalisasi
ekonomi yang anti logam mulia. Ketika
negara-negara tersebut menjadikan emas
sebagai cadangan devisa hakiki, diluar mata
uang populer dunia (reserve currency) yang
jadi patokan internasional seperti mata uang
Amerika Serikat yaitu US Dollar (US$), mata
uang Uni Eropa yaitu Euro (€), dan mata uang
Jepang
yaitu
Yen
(¥)
(Melalui
www.billconerly/2013/10/25/future-of-thedollar-as-world-reserve-currency/,[15/6/14]).
3.1.2.3 Keikutsertaan PT Antam
Berbagai keuntungan yang akan
didapatkan oleh Indonesia dari keikutsertaan
PT ANTAM di LBMA terutama yang paling
dapat dirasakan yaitu perluasan pasar. Dalam
perjalanannya mencapai tujuan itu, PT
ANTAM pun meminta bantuan teknis dari
Western Australian Mint Company asal
Australia untuk instalasi pemurnian di
penambangan logam mulia di Indonesia yang
mulai dioperasikan pada bulan Agustus tahun
1998. Secara teknis dengan selesainya
instalasi permurnian ini, PT ANTAM mampu
akselerasi pengolahan gold bar hingga
mencapai 60 ton sampai dengan 75 ton per
tahunnya (Laporan Tahunan PT ANTAM,
1997 : 13).
3.1.3 Pasar Logam Mulia Internasional
Sebagai bentuk tindak lanjut untuk
mempermudah transaksi perdagangan di pasar
logam mulia internasional, maka tiap-tiap
pedagang gold bar dunia yang tergabung
didalam LBMA membuat akun transaksi di
Loco London. Sehingga menjadi jelas bahwa
akun transaksi di Loco London ini yang
digunakan untuk melunasi transaksi antara
penyedia gold bar dengan para klien mereka,
juga dapat digunakan untuk menyelesaikan
transaksi dengan pihak lain yang akan transfer
gold bar di London. Hingga saat ini, semua
transfer yang dilakukan pihak ketiga, atas
nama Loco London, dilakukan melalui sistem
kliring
logam
mulia
(Melalui
http://www.lbma.org.uk/marketoverview,[16/7/14]).
Dengan berdasar pada aktivitas bisnis
ini dan seiring dengan meningkatnya para
pedagang gold bar dunia yang lulus
kualifikasi Good Delivery, maka pasar logam
mulia internasional yaitu Loco London
semakin ramai dan mengalami kemajuan
pesat, disamping itu menjadi sangat kompleks
dalam segala hal.
3.2 Metode Penelitian
Desain
penelitian
menggunakan
metode kualitatif. Teknik pengumpulan data
ialah menggunakan studi kepustakaan.
Penentuan informan menggunakan teknik
Purposive.
Informan yang ditunjuk yaitu
a.
Official Committee dari LBMA
International Event: Bullion Market Forum.
b.
Pimpinan atau staf terkait di UBPP
Logam Mulia PT ANTAM.
c.
Pimpinan atau staf terkait di Bank
Indonesia.
d.
Pimpinan atau staf terkait di Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
e.
Investor gold bar.
f.
Konsultan Financial Planning.
Teknik analisa data menggunakan
triangulasi data. Lokasi penelitian dilakukan
di LBMA, LIPI, Bank Indonesia dan LBPP
Logam Mulia. Penelitian ini diprogramkan
pada semester genap tahun akademik
2013/2014, yaitu selama enam bulan, dimulai
pada bulan Maret hingga bulan Agustus 2014.
4. Hasil dan Pembahasan
4.1 Peranan LBMA melalui Good Delivery
LBMA dibangun untuk menyelesaikan
permasalahan internasional, yaitu kecurangan
dalam perdagangan logam mulia.
Dalam
menjalankan
peranannya
sebagai instrumen pengatur, Good Delivery
dari LBMA adalah rezim internasional yang
dibuat sebagai aturan main. Rezim dalam
hubungan internasional berarti satu set
prinsip, prosedur, norma, aturan dan
mekanisme pengambilan keputusan yang
melingkupi isu tertentu dalam hubungan
internasional. Good Delivery mengatur
persyaratan dan tolak ukur untuk gold bar
yang dapat diterima penggunaannya dalam
perdagangan. Seperti pemaparan sebelumnya,
Good Delivery bahkan mengatur hingga
kepada bentuk hasil cetakan dari pengolahan
gold bar.
Peranan kedua dari organisasi
internasional menurut Clive Archer adalah
sebagai arena. LBMA melalui Good Delivery
merupakan arena bagi anggotanya untuk
menjalankan perdagangan yang sehat untuk
gold bar. Keberadaan Good Delivery ini juga
mendukung LBMA sebagai arena yang
kondusif bagi anggota untuk mencapai
kepentingannya dengan menyediakan aturan
yang jelas. Aturan ini juga mendukung
LBMA sebagai aktor independen karena
LBMA memiliki otoritas untuk mengatur
standarisasi gold bar yang diperjualbelikan.
Peranan yang terakhir dari organisasi
internasional adalah aktor independen. Seperti
yang dijelaskan pada objek kajian, LBMA
adalah aktor independen yang membuat
aturan-aturan. Dengan adanya otoritas untuk
mengeluarkan daftar tersebut, LBMA
memiliki otoritas penuh untuk mengatur
standarisasi gold bar yang diperjualbelikan.
LBMA sendiri memiliki donor dana dari
beberapa anggota seperti perusahaan tetapi
tidak menjadikan kinerja LBMA bisa distir
oleh pihak-pihak tertentu. Independensi
LBMA juga dipertegas dengan struktur dan
fungsi LBMA sendiri.
4.2 Good Delivery dari LBMA Sebagai
Solusi Permasalahan Perdagangan Gold Bar
PT ANTAM
Good
Delivery
adalah
rezim
internasional yang membantu negara melalui
serangkaian aturan main dalam masalah
perdagangan gold bar internasional dengan
mengedepankan komitmen negara untuk
patuh pada nilai-nilai institusi karena
ketiadaan otoritas tinggi yang memiliki
kekuatan untuk memaksa. Selain itu, Good
Delivery mendorong terciptanya pencapaian
pasar baru bagi konsumen gold bar.
PT ANTAM menyadari potensi dan
peluang baik dengan melakukan perdagangan
gold bar tidak hanya di wilayah negara
Indonesia saja, tetapi juga dengan melakukan
perdagangan gold bar hingga ke luar negeri.
Prospek cerah ini akan semakin dapat
diwujudkan dengan baik apabila PT ANTAM
dapat masuk kedalam Good Delivery dari
LBMA (Laporan Tahunan PT ANTAM, 1998
: 13-14).
Data penjualan PT ANTAM sebelum
masuk kedalam Good Delivery List dari
LBMA yang diperoleh peneliti dari Laporan
Tahunan PT ANTAM sebelum tahun 1999,
hasil penjualan gold bar PT ANTAM tidak
pernah lebih dari 3 ton tiap tahunnya. Sebagai
contoh data penjualan gold bar PT ANTAM
pada tahun 1997 adalah 2,078 ton dan pada
tahun 1998 adalah 2,987 ton, dengan
prosentase kenaikan sekitar 43% saja
(Laporan Tahunan PT ANTAM, 1998 : 1314).
4.3 Perdagangan Gold Bar PT ANTAM di
Pasar Logam Mulia Internasional
Pencapaian produksi PT ANTAM
pada tahun 2009 adalah 93% dari target tahun
2009 sebesar 2.821 kg. Volume penjualan
gold bar naik 31% dibandingkan tahun 2008
menjadi
12.893
kg seiring dengan
peningkatan penjualan dari kegiatan trading.
Harga jual gold bar yang naik 11% pada
tahun 2009 dibandingkan tahun 2008 menjadi
US$ 970,97 per troy ounce. Menjadikan
pendapatan dari gold bar pada tahun 2009
tercatat Rp 4,3 triliun atau naik 58%
dibandingkan tahun 2008. Pada tahun 2009
volume penjualan gold bar yang berjumlah
12.893 kg merupakan 138% dari target tahun
2009 sebesar 9.321 kg. Meski volume
penjualan gold bar meningkat tajam, namun
karena 80% dari penjualan gold bar berasal
dari kegiatan trading yang memiliki marjin
lebih rendah, dampak dari peningkatan tajam
tersebut tidak terlihat didalam profitabilitas
perusahaan (Laporan Tahunan PT ANTAM,
2009 : 39).
PT ANTAM menjual gold bar sebesar
9.391 kg pada 2013, atau naik 34% dari tahun
sebelumnya 7.024 kg seiring tingginya
permintaan. Kenaikan penjualan gold bar juga
menjadi pendorong pendapatan PT ANTAM
naik tipis dari tahun 2012 sebesar Rp 10,45
triliun. Seperti yang disampaikan Direktur
Utama PT ANTAM, Tato Miraza, "Sekitar
97% dari komoditas gold bar PT ANTAM
dijual di pasar domestik". Data yang dikutip
dari laporan PT ANTAM yang dirilis pada
hari Jumat, 31 Januari 2014.
4.4 Tantangan PT ANTAM dalam
Perdagangan Gold Bar di Pasar Logam Mulia
Internasional
Tantangan yang ditemui oleh PT
ANTAM dalam perdagangan gold bar di
pasar logam mulia internasional justru berasal
dari luar LBMA. Tantangan-tantangan yang
dihadapi oleh PT ANTAM antara lain:
ketiadaan dukungan langsung dari pemerintah
melalui kementerian terkait untuk menunjang
aktivitas
perdagangan
PT
ANTAM.
Pemerintah Indonesia ditambah juga dengan
keberadaan Bank Indonesia sebagai bank
sentral masih fokus terhadap aktivitas
masyarakat
pada
emas
perhiasaan
dibandingkan dengan emas batangan (gold
bar). Level pemahaman tentang gold bar oleh
masyarakat Indonesia secara umum yang
masih rendah, serta keberadaan negara
Singapura yang ingin menjadi pusat
perdagangan gold bar di kawasan Asia
Tenggara, yang mana diprediksi akan
diwujudkan pada saat ASEAN Community
2015.
Menurut peneliti, salah satu alasan
Indonesia tidak memprioritaskan PT ANTAM
dalam perdagangan gold bar adalah PT
ANTAM bukanlah target utama yang menjadi
acuan
untuk
kebijakakan-kebijakan
perdagangan
Indonesia,
khususnya
perdagangan gold bar.
5. Kesimpulan dan Rekomendasi
5.1 Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat
ditarik oleh peneliti pada penelitian ini
adalah:
1.
LBMA telah memerankan tiga
peranan dari organisasi internasional, yaitu
instrumen, arena, dan aktor independen.
Instrumen merupakan poin pertama dari peran
utama sebuah organisasi internasional.
Instrumen ini berfungsi sebagai image yang
melekat pada LBMA yaitu penjaga
keteraturan
perdagangan
gold
bar
internasional pada Loco London. Peran kedua
dari organisasi internasional adalah sebagai
arena. LBMA melalui Good Delivery Rules
merupakan arena bagi anggotanya untuk
melakukan aktivitas yang berkaitan dengan
gold bar. Peran yang terakhir dari organisasi
internasional adalah aktor independen. Seperti
yang dijelaskan pada objek kajian, LBMA
adalah aktor independen yang membuat
aturan-aturan.
2. Walaupun menjadi satu-satunya BUMN
pertambangan logam mulia di Indonesia yang
kegiatannya mencakup dari hulu hingga hilir,
PT ANTAM tidak terlepas dari masalah
keterbatasan ruang lingkup penjualan gold bar
olahannya. Keikutsertaan PT ANTAM dalam
Good Delivery menyelesaikan permasalahan
keterbatasan pasar yang sempit. Masuknya PT
ANTAM sebagai perusahaan yang diakui oleh
LBMA maka gold bar yang diolah oleh PT
ANTAM juga dapat diperdagangkan pada
Loco London. Ini memberikan keuntungan
kompetitif yang besar bagi penjualan gold bar
PT ANTAM di pasar logam mulia
internasional
3.
Indonesia melalui PT ANTAM
mampu meningkatkan perdagangan gold bar
di LBMA
4.
Tidak terdapat tantangan yang berarti
dalam pengadopsian standarisasi LBMA
terhadap pengolahan gold bar dari PT
ANTAM. Tantangan dalam perdagangan gold
bar yang ditemui oleh PT ANTAM justru dari
dalam negeri yaitu pemerintah dan dari luar
negeri yaitu keberadaan Singapura. Walaupun
PT ANTAM melalui UBPP Logam Mulia
merupakan satu-satunya BUMN yang
merepresentasikan kepentingan Indonesia di
pasar logam mulia internasional, namun
pemerintah tidak mendukung secara penuh
kegiatan PT ANTAM. Hal ini dikarenakan
pemerintah lebih fokus dan mengikuti animo
serta level pemahaman masyarakat Indonesia
atas emas, yaitu pada perdagangan emas
perhiasan bukannya pada emas batangan
(gold bar). Tantangan yang dihadapi oleh PT
ANTAM juga berkaitan dengan keberadaan
Singapura yang berusaha untuk menjadi
tandingan pasar logam mulia internasional
yaitu Loco London di luar LBMA. Ini akan
menyulitkan PT ANTAM karena tidak hanya
harus menyesuaikan standarisasi dari Over
The Counter (OTC) yang diawasi LBMA
tetapi juga standarisasi Singapura, jika posisi
OTC regional ini berhasil diwujudkannya
yang diprediksi pada saat ASEAN
Community 2015.
5.2 Rekomendasi
5.2.1 Substansi
1.
Penelitian ini juga menunjukkan
masih sangat kurangnya peran pemerintah
dalam memberikan edukasi dan informasi
terkait gold bar.
2.
Peneliti berharap dapat segera
dibentuk kerjasama yang mempunyai nilai
berarti serta konsisten, yang dibangun antara
PT
ANTAM
sebagai
satu-satunya
representasi perdagangan gold bar di
Indonesia dengan pemerintah melalui
kementerian-kementerian terkait, misalkan
saja kementerian ESDM dalam programprogram khusus.
3.
Peneliti sangat setuju dengan program
yang dilakukan PT ANTAM dengan
membuka Butik Emas Logam Mulia di
berbagai kota di Indonesia sebagai strategi
ekspansi bisnis gold bar. Diharapkan akan
semakin banyak masyarakat yang mengenal
tentang gold bar dan paham akan segala
macam potensi yang menyertainya. Sehingga
masyarakat tidak hanya mengenal dan
memiliki emas perhiasan, namun juga gold
bar.
4.
Keberadaan negara Singapura yang
ingin menjadi pusat perdagangan gold bar di
kawasan Asia Tenggara, yang mana
diprediksi akan diwujudkan pada saat
ASEAN Community 2015. Melihat fenomena
ini yang mulai muncul ke permukaan dan
sudah diliput di beberapa media pemberitaan,
Indonesia harus lebih percaya diri dan mulai
memfokuskan potensinya dalam perdagangan
gold bar melalui PT ANTAM.
Daftar Pustaka
Archer,
Clive.
2005.
International
Organizations, Third edition. London:
Routledge.
Baylis, J. Smith, S & Owens. 2001. The
Globalization of World Politics: An
Introduction to International Relations,
3rd edition. Oxford: Oxford University
Press.
Burchil, Scott, dkk. 2005. Theories of
International Relations. New York:
Palgrave Macmillan.
Folker, Sterling dan Jennifer Anne. 2003.
Theories of International Cooperation
and the Primacy of Anarchy: Explaining
U.S. International Policy-Making after
Bretton Woods. New York: State
University of New York Press.
Krasner, Stephen, D. 1983. International
Regimes. Ithaca: Cornell University
Press.
Perwita, Anak Agung Banyu dan Yayan
Mochamad Yani. 2005. Pengantar Ilmu
Hubungan Internasional. Bandung:
Remaja Rosda Karya.
Rudy, T. May. 2005. Administrasi dan
Organisasi Internasional. Bandung:
Refika Aditama.
Todaro, M. P dan Smith, S. C. 2008.
Economic Development, 10th edition.
London: AddisonWesley.
LBMA. 2010. A Guide to the London Precious
Metals Markets.
PT ANTAM. 1996–2013. Laporan Tahunan
PT ANTAM.
LBMA and LPPM. 2008. The Good Delivery
Rules for Gold and Silver Bars.
Coplin, William D. 1992. Introduction to
International Politics: A Theoretical
Overview, hal 195. Dalam Baylis, John
& Steve Smith. 2011. The Globalization
of World Politics: An Introduction to
International Relations, hal 111-140.
Oxford: Oxford University Press.
Keohane, R. O. 1984. After Hegemony:
Cooperation and Discord in the World
Political Economy, hal 49. Dalam Ellis,
Joseph
M.
2006.
Neoliberal
Institutionalism: A Summary and
Critique. Melalui http://polisciprof.
blogspot.com/2006/03/short-review-ofneoliberal.html,[15/6/14].
Keohane, R. O. dan J. S. Nye. 1989. Power
and Interdependence, hal 232. Dalam
Folker, Sterling dan Jennifer Anne.
2003.
Theories
of
International
Cooperation and the Primacy of
Anarchy: Explaining U.S. International
Policy-Making after Bretton Woods, hal
43. New York: State University of New
York Press.
Lamy, Steven L. 2005. Contemporary
Mainstream Approach: Neo-realism and
Neo-liberalism, hal 131-132. Dalam
Baylis, J. Smith, S & Owens. The
Globalization of World Politics: An
Introduction to International Relations,
3rd edition, hal 582. Oxford: Oxford
University Press.
Download