PERANAN LONDON BULLION MARKET ASSOCIATION (LBMA) MELALUI GOOD DELIVERY DALAM PERDAGANGAN GOLD BAR PT ANTAM DI PASAR LOGAM MULIA INTERNASIONAL Martin Purnama Chandra Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jalan Dipatiukur No. 112-116, Coblong, Bandung, 40132 Abstract This research is conducted because Indonesia’s handicap to increase PT ANTAM’s gold bar trading by only focusing on national market. Recognizing several opportunities with market expansion, Indonesia then willingly to join LBMA through PT ANTAM. In this research, I use qualitative method as a tool in explaining and understanding the relevant matters with research question: How are the role of LBMA through Good Delivery toward PT ANTAM‘s gold bar trading in international bullion market? As result of its membership, PT ANTAM has adopted Good Delivery as standard on its gold bar production which was determined by LBMA. The role of London Bullion Market Association (LBMA) through Good Delivery toward PT ANTAM‘s gold bar trading in international bullion market is instrument, arena, and independent actor. As an international organization’s instrument, LBMA has to preserved the order and sustainability in Loco London. LBMA is also arena for its member to discuss, to argue, and to cooperate even to raise the members voice on gold bar trading. Being role as independent actor, LBMA is a policy maker by deciding and imposing several laws and codes to its member. There isn’t significant challenges in the adoption of LBMA’s standardization on the refining process of PT ANTAM’s gold bar. By taking one giant leap, PT ANTAM‘s gold bar trading has raised its profit significantly since it has taken a part in LBMA. Keyword: LBMA, antam, gold Abstrak Penelitian ini dilakukan karena adanya ketidakmampuan Indonesia dalam memaksimalkan perdagangan gold bar hasil produksinya melalui PT ANTAM. Pada awalnya gold bar hasil produksi PT ANTAM hanya diperdagangkan dalam skala nasional, namun dengan melihat peluang perluasan pasar untuk perdagangan logam mulia internasional, Indonesia pun melalui PT ANTAM ikut serta dalam LBMA. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang berusaha untuk menjabarkan dan memperoleh pemahaman dari hal-hal yang berkaitan dengan pertanyaan penelitian yaitu: Bagaimana peranan London Bullion Market Association (LBMA) melalui Good Delivery dalam perdagangan gold bar PT ANTAM di pasar internasional? Keikutsertaan lebih lanjut PT ANTAM dalam LBMA diwujudkan melalui Good Delivery berupa standarisasi produksi gold bar PT ANTAM. Peranan LBMA melalui Good Delivery dalam perdagangan gold bar PT ANTAM di pasar internasional diwujudkan sebagai instrumen, arena, dan aktor independen. Sebagai organisasi internasional, instrumen ini berfungsi sebagai image yang melekat pada LBMA, yaitu penjaga keteraturan perdagangan gold bar internasional pada Loco London. LBMA merupakan arena bagi anggotanya untuk berdiskusi, berargumentasi, bekerja sama ataupun menyatakan ketidaksetujuannya yang berkaitan dengan perdagangan gold bar. LBMA adalah aktor independen yang membuat aturan-aturan untuk anggota yang tergabung di dalamnya. Tidak terdapat tantangan yang berarti dalam pengadopsian standarisasi LBMA terhadap pengolahan gold bar dari PT ANTAM. Sehingga setelah keikutsertaannya dalam LBMA, perdagangan gold bar PT ANTAM pun meningkat. Kata Kunci: LBMA, antam, emas 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Membahas mengenai perdagangan logam mulia oleh pedagang-pedagang logam mulia internasional, terlebih dalam Ilmu Hubungan Internasional, pastinya tidak akan lepas dari peranan organisasi internasional yang berkaitan dengan hal tersebut, yaitu London Bullion Market Association (LBMA). LBMA adalah suatu organisasi internasional dalam bentuk asosiasi yang merepresentasikan gabungan pedagang besar logam mulia yaitu gold bar dan silver bar, berlokasi di kota London, United Kingdom (Inggris). LBMA menjadi satu-satunya acuan standar internasional untuk penaksiran kualitas logam mulia khususnya gold bar dan silver bar (Melaluihttp://www.lbma.org.uk/index.html,[ 2/4/14]). Dalam sejarahnya, tidak adanya pengontrol kualitas emas, memunculkan kekhawatiran akan ketidakmurniaan logam mulia yang diperdagangkan seperti tindakan penipuan untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya dari kenaikan harga logam mulia. Hingga akhirnya dimunculkanlah kesepakatan dengan memproklamirkan negara Inggris sebagai pusat perdagangan logam mulia internasional dan membentuk sebuah asosiasi pedagang gold bar dunia yang dikenal hingga sekarang ini dengan nama London Bullion Market Association (LBMA). Seiring dengan berjalannya waktu, negara Indonesia kemudian masuk menjadi anggota dari LBMA ini, yang diwakilkan kepada Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian (UBPP) Logam Mulia pada tanggal 1 Januari 1999 tepat setelah terjadinya krisis moneter yang melanda masyarakat negeri ini. Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian (UBPP) Logam Mulia merupakan salah satu unit bisnis dari PT ANTAM, dimana menjadi satu-satunya pengolahan dan pemurnian gold bar dan silver bar yang resmi di Indonesia. UBPP Logam Mulia PT ANTAM menjadi salah satu dari sekian banyak klien resmi dari LBMA di dunia dan hanya ada dua di kawasan Asia Tenggara, lainnya yaitu di Quezon City, negara Philipina melalui Bangko Sentral ng Pilipinas (Central Bank of the Philippines) sejak tanggal 6 September 1979. Depresiasi yang sangat buruk pernah terjadi di Indonesia. Dapat kita tengok kembali kondisi perekonomian pada tahun 1997 hingga tahun 1998 di mana masyarakat Indonesia menjadi korban Krisis Moneter. Mata uang Rupiah terpuruk hingga lima kali ke bawah. Segala macam instrumen keuangan dan aset yang diukur menggunakan perbandingan mata uang US Dollar seperti utang, barang modal (dengan sistem impor), termasuk gold bar menjadi 5 kali lebih mahal. Bukan hanya itu saja, pasar saham pun mengalami kerontokan (Melalui http://www.seasite.niu.edu/indonesian/Refor masi/Krisis_ekonomi.htm,[2/4/14]). Keadaan depresiasi ini, mata uang Rupiah terhadap mata uang US Dollar telah memicu hyper-inflation dan khususnya barang-barang lokal menjadi delapan kali lipat lebih mahal. Inflasi normal yang hanya sebesar maksimal 10% menjadi hampir 80%. gold bar ketika itu tidak mengalami kenaikan harga di pasar internasional yang digawangi oleh London Bullion Market Association (LBMA), tetapi karena harganya di Indonesia diukur dengan perbandingan mata uang US Dollar (US Dollar per Troy Ounce), maka nilainya naik 2,5 kali lipat dari Rp 27.000 per gram menjadi Rp 87.000 per gram (Melalui http://www.seasite.niu.edu/indonesian/ Reformasi/Krisis_ekonomi.htm,[2/4/14]). Sebagai salah satu negara penambang emas terbesar di dunia, Indonesia melalui PT ANTAM memiliki cadangan dan sumber daya emas per 31 Desember 2012 berjumlah 9 juta dmt dengan kandungan logam mineral emas 1,6 juta ounces emas (Melalui http://www.antam.com/index.php?option=co m_content&task= view&id=19& Itemid=148&lang=id,[9/4/14]). Dengan jumlah hasil tambang emas yang banyak, pemerintah Indonesia harusnya mampu memanfaatkan ini demi kesejahteraan masyarakatnya. Dari latar belakang masalah tersebut, dengan melihat kondisi masyarakat Indonesia yang dinilai banyak pakar ekonomi dan bisnis belum secara optimal dan merata memahami serta memanfaatkan potensi moneter dan finansial pada logam mulia, padahal potensinya tidak hanya untuk dalam negeri namun bisa dimanfaatkan secara internasional, ditambah lagi di Indonesia sudah memiliki UBPP Logam Mulia PT ANTAM sebagai klien resmi dari London Bullion Market Association (LBMA), maka dengan ini peneliti mengambil judul: PERANAN LONDON BULLION MARKET ASSOCIATION (LBMA) MELALUI GOOD DELIVERY DALAM PERDAGANGAN GOLD BAR PT ANTAM DI PASAR LOGAM MULIA INTERNASIONAL Keterkaitan judul penelitian ini dengan core subject Ilmu Hubungan Internasional adalah sebagai berikut: 1. Organisasi Internasional. 2. Ekonomi Politik Internasional. 3. Bisnis Internasional. 1.2. Rumusan Masalah Pada penelitian ini, muncul rumusan pertanyaan mayor sebagai berikut: Bagaimana peranan London Bullion Market Association (LBMA) melalui Good Delivery dalam perdagangan gold bar PT ANTAM di pasar logam mulia internasional? Pada penelitian ini, muncul rumusan pertanyaan minor sebagai berikut: 1. Apa saja peranan yang dilakukan London Bullion Market Association (LBMA) melalui Good Delivery? 2. Apakah Good Delivery dari London Bullion Market Association (LBMA) sebagai solusi permasalahan perdagangan gold bar PT ANTAM? 3. Bagaimana perdagangan gold bar PT ANTAM di pasar logam mulia internasional? 4. Bagaimana tantangan PT ANTAM dalam perdagangan gold bar di pasar logam mulia internasional? 1.3. Maksud dan Tujuan Maksud dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui sejauh mana peranan London Bullion Market Association (LBMA) melalui Good Delivery dalam perdagangan gold bar PT ANTAM di pasar logam mulia internasional. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Ingin mengetahui peranan yang dilakukan London Bullion Market Association (LBMA) melalui Good Delivery. 2. Ingin mengetahui Good Delivery dari London Bullion Market Association (LBMA) sebagai solusi permasalahan perdagangan gold bar PT ANTAM. 3. Ingin mengetahui perdagangan gold bar PT ANTAM di pasar logam mulia internasional. 4. Untuk menemukan tantangan PT ANTAM dalam perdagangan gold bar di pasar logam mulia internasional. 1.4.Kegunaan Penelitian Diharapkan hasil penelitian ini nantinya akan memberikan penambahan wawasan, pengembangan teori-teori pada Ilmu Hubungan Internasional khususnya kajian Organisasi Internasional, Ekonomi Politik Internasional, serta Bisnis Internasional bagi para akademisi dan peneliti Ilmu Hubungan Internasional. Hasil dari penelitian ini juga diharapkan dapat berguna sebagai bahan tambahan pengetahuan dan studi empiris khususnya bagi para penstudi Ilmu Hubungan Internasional dan umumnya para akademisi diluar jurusan tersebut, guna menaruh minat untuk memperdalam wawasan terhadap logam mulia khususnya gold bar di negara Indonesia. Terutama terkait dengan hal tersebut, yaitu kondisi perekonomian maupun keuangan yang saat ini tengah dalam ketidakstabilan. 2. Kajian Pustaka dan Kerangka Pemikiran 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) dan Pajak Internasional Akibat meningkatnya interdepedensi ekonomi setelah revolusi industri, aturan- aturan perpajakan menjadi simpang siur karena sering berbenturan dengan kedaulatan negara. Sehingga perusahaan-perusahaan transnasional mengeluhkan adanya pemungutan pajak berkali-kali karena keberadaan perusahaannya yang menyebar di berbagai negara. Upaya untuk mengatasi permasalahan itu menciptakan kesepakatan antar negara untuk menetapkan aturan mengenai perpajakan internasional. Dengan tujuan untuk menghapus batasan-batasan yang memberikan kerugian dalam perdagangan lintas batas dan memastikan pemungutan yang adil dalam hukum perpajakan pada kondisi perekonomian dunia yang semakin terglobalisasi. Kecurangan pajak ini kemudian menjadi masalah global karena memungkinkan individu melakukan kejahatan lintas batas dengan menghindari pembayaran pajak dengan mengakali perjanjian pajak berganda (double taxation). Bentuk kejahatan ini berupaya untuk menghindari terjadinya dua kali pemungutan pajak terhadap individu atau perusahaan internasional akibat perbedaan wilayah tempat tinggal dan wilayah tempat bekerja. Aturannya, individu atau perusahaan internasional tidak perlu membayar pajak kepada host country tempat individu atau perusahaan internasional memperoleh pendapatan ataupun membayar kepada home country yang menjadi tempat asal dari individu atau perusahaan internasional tersebut. Mereka cukup membayar pajak sesuai dengan ketentuan antar negara yang membuat perjanjian pajak berganda tersebut. Melalui tindakan merahasiakan atau memalsukan jumlah pendapatan yang diterima atau kekayaan yang dimiliki di bankbank negara tax haven. Negara-negara tax haven adalah negara-negara yang menjadi tujuan untuk penyimpanan harta kekayaan milyuner dunia karena sistem perbankannya yang menjaga kerahasiaan nasabahnya dengan sekuat tenaga. OECD memberikan empat kriteria negara sebagai tax haven, yaitu: 1. Negara yang mengenakan ketentuan nol pajak atau nominal pajak rendah. 2. Kurangnya transparansi. 3. Kurang efektifnya pertukaran informasi pajak dengan otoritas pajak luar negeri. 4. Ketiadaan ketentuan yang mengisyaratkan bahwa aktivitas ekonomi yang dilakukan bermakna substansial. 2.1.2 World Trade Organization dan Rokok Kretek Indonesia adalah negara pengekspor rokok kretek terbesar di dunia yang telah bertahan sejak tahun 2004. Seperti yang dilansir oleh Direktorat Bea dan Cukai tahun 2005–2007, Industri rokok terutama kretek berhasil menyumbangkan pemasukan cukai terbesar setelah cukai kotor lainya seperti, cukai etil alkohol, cukai minuman mengandung etil alkohol. Sejalan dengan perkembangannya, industri rokok telah mampu bertahan hingga saat ini sebagai salah satu pemacu perekonomian yang baik di Indonesia. Berdasarkan data yang dikumpulkan, angka pemasukan cukai bagi industri rokok mulai mengalami penurunannya pada tahun 2001. Penurunan pada tahun tersebut senilai US$ 604.420 dan terus turun menjadi US$ 38.000 pada tahun 2009. Dan volume ekspor rokok juga mengalami penurunnannya mulai dari US$ 30.196 pada tahun 2007 menjadi US$ 9.984 pada tahun 2009. Bahkan pada tahun 2010 sama sekali tidak ada ekspor rokok jenis tersebut sejak AS memberlakukan regulasinya yang memuat mengenai aturan larangan rokok kretek tersebut. Melalui Food and Drug Administration (FDA), Amerika Serikat memberlakukan larangan terhadap “rokok kretek” sejak September tahun 2009. Menanggapi hal ini, Indonesia melayangkan keberatannya kepada WTO pada bulan Juni tahun 2010. Ini adalah protes terhadap kebijakan Amerika Serikat atas larangan terhadap produk-produk tembakau yang mengandung zat aditif tambahan, seperti cengkeh yang dinilai Indonesia cukup diskriminatif. Lewat tuntutan dan banding yang ditanggapi Amerika Serikat pada tanggal 5 Januari 2012, dikeluarkannya putusan panel pada tanggal 2 September 2012 oleh WTO. Dalam perkara ini WTO memenangkan Indonesia secara penuh di Appellate Body (AB). Indonesia mengajukan pembentukan panel ke Badan Penyelesaian WTO, atas dasar Amerika Serikat melanggar perjanjian “Technical Barriers to Trade”. 2.2 Kerangka Pemikiran 2.2.1 Hubungan Internasional Studi tentang hubungan internasional banyak diartikan sebagai suatu studi tentang interaksi antar aktor yang melewati batasbatas negara. Terjadinya hubungan internasional merupakan suatu keharusan sebagai akibat adanya saling ketergantungan dan bertambah kompleksnya kehidupan manusia dalam masyarakat internasional sehingga interdependensi tidak memungkinkan adanya suatu negara yang menutup diri terhadap dunia luar (Perwita & Yani, 2005 : 3-4). Berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan, dimana hubungan internasional disini terjadi karena ada interaksi internasional yang dilakukan oleh dua aktor yang melintasi batas kedaulatan suatu negara, yaitu antara London Bullion Market Association (LBMA) yang berlokasi di kota London, Inggris dengan Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian (UBPP) Logam Mulia PT ANTAM yang berlokasi di Jakarta sebagai pusatnya, dan memiliki kantor atau unit cabang yang tersebar dibeberapa kota besar lainnya di Indonesia. 2.2.2 Organisasi Internasional Organisasi Internasional, akan lebih lengkap dan menyeluruh jika didefinisikan sebagai berikut: “Pola kerjasama yang melintasi batas-batas negara dengan didasari struktur organisasi yang jelas dan lengkap serta diharapkan atau diproyeksikan untuk berlangsung serta melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan dan melembaga guna mengusahakan tercapainya tujuan-tujuan yang diperlukan serta disepakati bersama, baik antara pemerintah dengan pemerintah maupun antara sesama kelompok non pemerintah pada negara yang berbeda” (Rudy, 2005 : 3). 2.2.2.1 INGO Istilah INGO pertama kali diperkenalkan pada tahun 1945 karena PBB (United Nations) ingin membedakan antara hak partisipasi untuk badan-badan organisasi internasional antar pemerintah dengan sektorsektor privat internasional yang sedang berkembang pada saat itu. Pada konferensi PBB di San Fransisco tahun 1945, terdapat 1.200 perwakilan dari organisasi-organisasi sektor privat internasional. Hingga sejak saat itu INGO dinyatakan sebagai organisasi internasional yang independen, terdiri dari kelompok-kelompok profesional yang tujuannya untuk mendukung kepentingan bersama pada level nasional dan internasional (Melalui http://www.un.org/en/ga/68/ meetings/nucleardisarmament/ civilsociety .shtml,[12/8/14]). Berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan, dimana Organisasi Internasional yang akan menjadi objek kajian dalam penelitian ini adalah London Bullion Market Association (LBMA) yang termasuk bentuk aktor internasional bukan negara (non state actors). Secara klasifikasi lebih jauh, LBMA termasuk organisasi internasional yang bukan dimiliki oleh pemerintah negara. Jadi LBMA merupakan organisasi internasional yang terdiri dari para praktisi ekonomi, konsultan, pedagang, bank, pengusaha, pemurni dan perusahaan multinasional (Melalui http://www.lbma.org.uk/membership,[15/6/14 ]). Meskipun demikian, pencapaian tujuan dari LBMA yaitu standarisasi harga perdagangan logam mulia berdampak terhadap perekonomian suatu negara. Selain itu, LBMA juga bertujuan untuk memastikan bahwa tidak terdapat kecurangan yang dilakukan oleh negara-negara tertentu melalui kelompok-kelompok profesionalnya dalam mencapai keuntungan dari logam mulia. 2.2.2 Peranan Organisasi Internasional Organisasi Internasional mempunyai peranan. Dalam buku Pengantar Hubungan Internasional, menurut Perwita dan Yani dikatakan bahwa peranan Organisasi Internasional dalam hubungan internasional saat ini telah diakui karena keberhasilannya dalam memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi oleh suatu negara, kehadiran organisasi internasional mencerminkan kebutuhan manusia untuk bekerjasama, sekaligus sebagai sarana untuk menangani masalah-masalah yang timbul melalui kerjasama (Perwita & Yani, 2005 : 31). Menurut Clive Archer, ada 3 peranan utama yang dapat diidentifikasi dari organisasi internasional, yaitu: 1. Instrumen. Secara umum, peran instrumen merupakan image yang melekat pada organisasi internasional yang dapat digunakan oleh anggotanya demi kepentingan khususnya. 2. Arena. Image kedua dari organisasi internasional adalah arena. Organisasi internasional dapat menjadi sebuah arena atau forum dimana ada aksi yang dibuat. Dalam hal ini, organisasi internasional menyediakan tempat bagi anggotanya untuk berdiskusi, berargumentasi, bekerja sama ataupun menyatakan ketidaksetujuannya. Arena ini netral sehingga bisa dianalogikan sebagai sebuah pertunjukan sirkus ataupun perkelahian antara anggotanya. 3. Aktor. Peran ketiga adalah sebagai aktor independen. Independen disini berarti organisasi internasional dapat mengambil keputusan terhadap isu yang terjadi tanpa dipengaruhi secara signifikan oleh kekuatan-kekuatan luar (Archer, 2005 : 135-151). 2.2.3 Perdagangan Internasional Perdagangan merupakan mesin pertumbuhan ekonomi di suatu bangsa, banyak dibahas dalam literatur-literatur ekonomi pembangunan. Surplus yang diperoleh oleh negara yang melakukan perdagangan internasional berpeluang untuk meningkatkan aktivitas perekonomiannya. Manfaat lain yang diperoleh dari perdagangan, khususnya bagi negara-negara berkembang mencakup 3 (tiga) hal, yaitu: 1. Perdagangan internasional memperluas pasar, merangsang inovasi dan meningkatkan produktivitas. 2. Perdagangan internasional meningkatkan tabungan dan akumulasi kapital. 3. Perdagangan internasional memiliki efek mendidik dalam hal dorongan atau keinginan terhadap hal-hal yang baru maupun selera baru dan transfer teknologi, skill dan entrepreneurship. 2.2.4 Rezim Internasional Rezim dalam hubungan internasional berarti satu aturan dan mekanisme pengambilan keputusan yang melingkupi isu tertentu dalam hubungan internasional. Stephen Krasner mengartikan rezim internasional sebagai perangkat-perangkat implisit maupun eksplisit tentang prinsipprinsip, norma-norma, aturan-aturan, serta prosedur pembuatan keputusan, yang mana juga meliputi ekspektasi-ekspektasi aktoraktor yang bertemu dalam suatu area hubungan internasional (Krasner, 1983 : 2). Ruang lingkup rezim internasional dapat berskala global, regional, atau bahkan bilateral. Sebuah isu mungkin menjadi sangat penting bagi hubungan dua negara atau kawasan tertentu namun belum tentu menjadi hirauan global. Sebuah isu juga kadang membutuhkan penyesuaian dan aturan yang lebih spesifik lagi untuk dapat diaplikasikan dalam hubungan bilateral dua negara atau dalam kawasan tertentu. Begitu pentingnya rezim dalam hubungan internasional membuat banyak pihak tertarik untuk mengkaji lebih jauh mengenai rezim internasional. 2.2.5 Neoliberalisme Institusionalisme Teori Neoliberal Institusionalisme muncul untuk memperbaiki teori Liberal yang tidak mampu menjadi solusi untuk Perang Dunia II. Teori ini merupakan salah satu jenis pendekatan Neoliberalisme yang berakar dari pengetahuan tentang integrasi fungsional pada era tahun 1940-an dan kajian tentang integrasi regional pada era tahun 1960-an. Dasar pemikiran Neoliberal Institusionalisme berasal dari kaum Liberal yang meyakini bahwa perang ataupun tingkah laku agresif lainnya tidak dapat dihindari tetapi dapat dilunakkan melalui perbaikan institusional. Terlebih kondisi interdependensi menciptakan munculnya institusi-institusi internasional yang membantu kemajuan kerjasama dengan menjadi mediator dan alat untuk mencapai kerjasama antar negara di dalam sistem internasional (Lamy, 2005 : 131-132). Sebagian besar dari argumen Neoliberal Institusionalisme berasal dari pemikiran Robert Keohane dalam bukunya yang berjudul After Hegemony, dimana dalam pemikirannya tersebut, ketika tidak terdapat kekuatan hegemoni serta lingkungan internasional terdiri dari berbagai rezim dan organisasi internasional, maka yang tercipta adalah dunia kerjasama setelah masa hegemoni. Robert Keohane beranggapan bahwa walaupun kerjasama sulit untuk diwujudkan dan mudah untuk mengarah pada kekacauan, tetapi rezim dan institusi internasional dapat membantu mereka dengan menyediakan strategi-strategi kerjasama. Dengan kerjasama, mereka akan mengarah kepada proses dimana negara menyesuaikan perilaku dan pilihan mereka melalui proses koordinasi kebijakan (Melalui http://polisciprof.blogspot.com/2006/03/shortreview-of-neo liberal.html,[15/6/14]). 3. Objek dan Metode Penelitian (jika artikel merupakan hasil riset). 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 LBMA 3.1.1.1 Sejarah Berdirinya LBMA London Bullion Market Association (LBMA) didirikan pada tanggal 14 Desember 1987 dan menjadi partner tertutup bagi Bank of England dan dijadikan acuan internasional untuk standar penaksiran kualitas gold bar dan silver bar. Ada lebih dari 70 perusahaan pemurnian emas dan perbankan yang tersebar di beberapa negara di dunia dan terdaftar di LBMA, yang dievaluasi secara periodik dibawah LBMA’s Proactive Monitoring Program (LBMA, 2010 : 3-5). 3.1.1.2 Keanggotaan LBMA Negara-negara dengan perwakilannya yang telah berhasil memenuhi kualifikasi dan masuk ke dalam program Good Delivery dari London Bullion Market Assocoation (LBMA), sehingga dapat dipastikan gold bar yang diperdagangkan di pasar logam mulia internasional sudah memenuhi standar dan dapat diterima di seluruh dunia. Keanggotaan LBMA diatas sebagai produsen dan penyedia dari gold bar, aktivitas kerjanya dari hulu hingga hilir baik untuk perdagangan domestik mereka masingmasing, maupun untuk pasar logam mulia internasional. Selain keanggotaan tersebut, LBMA dipimpin oleh perwakilan dari beberapa negara yang menjadi market maker dalam perdagangan logam mulia internasional. 3.1.1.3 Program LBMA London Bullion Market Association (LBMA) mempunyai 2 program yang berskala internasional, yaitu Good Delivery dan International Events. Good Delivery adalah aturan-aturan yang ditetapkan oleh LBMA kepada perusahaan pemurnian logam mulia, yang mana mereka memperoleh akreditasi dari LBMA dengan memenuhi standar minimum untuk melakukan perdagangan di pasar internasional. Perusahaan yang memperoleh akreditasi ini akan dimunculkan datanya dalam Good Delivery List. Sehingga logam mulia tersebut dapat dipastikan memiliki “worldwide standard” dan dapat diperjualbelikan atau digadaikan di negara manapun dengan screening yang tidak memerlukan waktu yang lama (LBMA & LPPM, 2008 : 6). 3.1.2 P.T ANTAM 3.1.2.1 UBPP Logam Mulia Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian (UBPP) Logam Mulia adalah salah satu dari tujuh unit bisnis PT ANTAM. UBPP Logam Mulia satu-satunya pabrik pemurnian logam mulia di Indonesia yang memurnikan seluruh jenis bullion emas, perak dan platina, baik dari tambang maupun rongsokan (scrap) yang berasal dari tambang Kontrak Karya maupun hasil Tambang Rakyat. UBPP Logam Mulia memiliki pengalaman yang sangat handal dengan tenaga ahli pemurnian dan pembuatan bahan industri sejak zaman Braakensiek (masa kolonial Belanda) pada tahun 1930 hingga saat ini. UBPP Logam Mulia PT ANTAM menghasilkan gold bar dan silver bar dengan kemurnian tinggi yang diberi merk dagang yaitu Logam Mulia (LM). Dipatenkan oleh Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten, Merek di Departemen Kehakiman Republik Indonesia yang terdaftar dengan nomor 3299290. Merk dagang ini juga dibubuhkan dan diukir pada kemasan gold bar dan silver bar baik untuk pasar domestik maupun internasional. 3.1.2.2 Gold Bar Gold bar umumnya sebagai aksi penyelamatan kesejahteraan dan aset masyarakat, dimana simpanan terbesar gold bar dunia saat ini berada di Amerika Serikat dan diikuti sekitar tujuh negara Eropa yang selalu identik sebagai lambang liberalisasi ekonomi yang anti logam mulia. Ketika negara-negara tersebut menjadikan emas sebagai cadangan devisa hakiki, diluar mata uang populer dunia (reserve currency) yang jadi patokan internasional seperti mata uang Amerika Serikat yaitu US Dollar (US$), mata uang Uni Eropa yaitu Euro (€), dan mata uang Jepang yaitu Yen (¥) (Melalui www.billconerly/2013/10/25/future-of-thedollar-as-world-reserve-currency/,[15/6/14]). 3.1.2.3 Keikutsertaan PT Antam Berbagai keuntungan yang akan didapatkan oleh Indonesia dari keikutsertaan PT ANTAM di LBMA terutama yang paling dapat dirasakan yaitu perluasan pasar. Dalam perjalanannya mencapai tujuan itu, PT ANTAM pun meminta bantuan teknis dari Western Australian Mint Company asal Australia untuk instalasi pemurnian di penambangan logam mulia di Indonesia yang mulai dioperasikan pada bulan Agustus tahun 1998. Secara teknis dengan selesainya instalasi permurnian ini, PT ANTAM mampu akselerasi pengolahan gold bar hingga mencapai 60 ton sampai dengan 75 ton per tahunnya (Laporan Tahunan PT ANTAM, 1997 : 13). 3.1.3 Pasar Logam Mulia Internasional Sebagai bentuk tindak lanjut untuk mempermudah transaksi perdagangan di pasar logam mulia internasional, maka tiap-tiap pedagang gold bar dunia yang tergabung didalam LBMA membuat akun transaksi di Loco London. Sehingga menjadi jelas bahwa akun transaksi di Loco London ini yang digunakan untuk melunasi transaksi antara penyedia gold bar dengan para klien mereka, juga dapat digunakan untuk menyelesaikan transaksi dengan pihak lain yang akan transfer gold bar di London. Hingga saat ini, semua transfer yang dilakukan pihak ketiga, atas nama Loco London, dilakukan melalui sistem kliring logam mulia (Melalui http://www.lbma.org.uk/marketoverview,[16/7/14]). Dengan berdasar pada aktivitas bisnis ini dan seiring dengan meningkatnya para pedagang gold bar dunia yang lulus kualifikasi Good Delivery, maka pasar logam mulia internasional yaitu Loco London semakin ramai dan mengalami kemajuan pesat, disamping itu menjadi sangat kompleks dalam segala hal. 3.2 Metode Penelitian Desain penelitian menggunakan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data ialah menggunakan studi kepustakaan. Penentuan informan menggunakan teknik Purposive. Informan yang ditunjuk yaitu a. Official Committee dari LBMA International Event: Bullion Market Forum. b. Pimpinan atau staf terkait di UBPP Logam Mulia PT ANTAM. c. Pimpinan atau staf terkait di Bank Indonesia. d. Pimpinan atau staf terkait di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). e. Investor gold bar. f. Konsultan Financial Planning. Teknik analisa data menggunakan triangulasi data. Lokasi penelitian dilakukan di LBMA, LIPI, Bank Indonesia dan LBPP Logam Mulia. Penelitian ini diprogramkan pada semester genap tahun akademik 2013/2014, yaitu selama enam bulan, dimulai pada bulan Maret hingga bulan Agustus 2014. 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Peranan LBMA melalui Good Delivery LBMA dibangun untuk menyelesaikan permasalahan internasional, yaitu kecurangan dalam perdagangan logam mulia. Dalam menjalankan peranannya sebagai instrumen pengatur, Good Delivery dari LBMA adalah rezim internasional yang dibuat sebagai aturan main. Rezim dalam hubungan internasional berarti satu set prinsip, prosedur, norma, aturan dan mekanisme pengambilan keputusan yang melingkupi isu tertentu dalam hubungan internasional. Good Delivery mengatur persyaratan dan tolak ukur untuk gold bar yang dapat diterima penggunaannya dalam perdagangan. Seperti pemaparan sebelumnya, Good Delivery bahkan mengatur hingga kepada bentuk hasil cetakan dari pengolahan gold bar. Peranan kedua dari organisasi internasional menurut Clive Archer adalah sebagai arena. LBMA melalui Good Delivery merupakan arena bagi anggotanya untuk menjalankan perdagangan yang sehat untuk gold bar. Keberadaan Good Delivery ini juga mendukung LBMA sebagai arena yang kondusif bagi anggota untuk mencapai kepentingannya dengan menyediakan aturan yang jelas. Aturan ini juga mendukung LBMA sebagai aktor independen karena LBMA memiliki otoritas untuk mengatur standarisasi gold bar yang diperjualbelikan. Peranan yang terakhir dari organisasi internasional adalah aktor independen. Seperti yang dijelaskan pada objek kajian, LBMA adalah aktor independen yang membuat aturan-aturan. Dengan adanya otoritas untuk mengeluarkan daftar tersebut, LBMA memiliki otoritas penuh untuk mengatur standarisasi gold bar yang diperjualbelikan. LBMA sendiri memiliki donor dana dari beberapa anggota seperti perusahaan tetapi tidak menjadikan kinerja LBMA bisa distir oleh pihak-pihak tertentu. Independensi LBMA juga dipertegas dengan struktur dan fungsi LBMA sendiri. 4.2 Good Delivery dari LBMA Sebagai Solusi Permasalahan Perdagangan Gold Bar PT ANTAM Good Delivery adalah rezim internasional yang membantu negara melalui serangkaian aturan main dalam masalah perdagangan gold bar internasional dengan mengedepankan komitmen negara untuk patuh pada nilai-nilai institusi karena ketiadaan otoritas tinggi yang memiliki kekuatan untuk memaksa. Selain itu, Good Delivery mendorong terciptanya pencapaian pasar baru bagi konsumen gold bar. PT ANTAM menyadari potensi dan peluang baik dengan melakukan perdagangan gold bar tidak hanya di wilayah negara Indonesia saja, tetapi juga dengan melakukan perdagangan gold bar hingga ke luar negeri. Prospek cerah ini akan semakin dapat diwujudkan dengan baik apabila PT ANTAM dapat masuk kedalam Good Delivery dari LBMA (Laporan Tahunan PT ANTAM, 1998 : 13-14). Data penjualan PT ANTAM sebelum masuk kedalam Good Delivery List dari LBMA yang diperoleh peneliti dari Laporan Tahunan PT ANTAM sebelum tahun 1999, hasil penjualan gold bar PT ANTAM tidak pernah lebih dari 3 ton tiap tahunnya. Sebagai contoh data penjualan gold bar PT ANTAM pada tahun 1997 adalah 2,078 ton dan pada tahun 1998 adalah 2,987 ton, dengan prosentase kenaikan sekitar 43% saja (Laporan Tahunan PT ANTAM, 1998 : 1314). 4.3 Perdagangan Gold Bar PT ANTAM di Pasar Logam Mulia Internasional Pencapaian produksi PT ANTAM pada tahun 2009 adalah 93% dari target tahun 2009 sebesar 2.821 kg. Volume penjualan gold bar naik 31% dibandingkan tahun 2008 menjadi 12.893 kg seiring dengan peningkatan penjualan dari kegiatan trading. Harga jual gold bar yang naik 11% pada tahun 2009 dibandingkan tahun 2008 menjadi US$ 970,97 per troy ounce. Menjadikan pendapatan dari gold bar pada tahun 2009 tercatat Rp 4,3 triliun atau naik 58% dibandingkan tahun 2008. Pada tahun 2009 volume penjualan gold bar yang berjumlah 12.893 kg merupakan 138% dari target tahun 2009 sebesar 9.321 kg. Meski volume penjualan gold bar meningkat tajam, namun karena 80% dari penjualan gold bar berasal dari kegiatan trading yang memiliki marjin lebih rendah, dampak dari peningkatan tajam tersebut tidak terlihat didalam profitabilitas perusahaan (Laporan Tahunan PT ANTAM, 2009 : 39). PT ANTAM menjual gold bar sebesar 9.391 kg pada 2013, atau naik 34% dari tahun sebelumnya 7.024 kg seiring tingginya permintaan. Kenaikan penjualan gold bar juga menjadi pendorong pendapatan PT ANTAM naik tipis dari tahun 2012 sebesar Rp 10,45 triliun. Seperti yang disampaikan Direktur Utama PT ANTAM, Tato Miraza, "Sekitar 97% dari komoditas gold bar PT ANTAM dijual di pasar domestik". Data yang dikutip dari laporan PT ANTAM yang dirilis pada hari Jumat, 31 Januari 2014. 4.4 Tantangan PT ANTAM dalam Perdagangan Gold Bar di Pasar Logam Mulia Internasional Tantangan yang ditemui oleh PT ANTAM dalam perdagangan gold bar di pasar logam mulia internasional justru berasal dari luar LBMA. Tantangan-tantangan yang dihadapi oleh PT ANTAM antara lain: ketiadaan dukungan langsung dari pemerintah melalui kementerian terkait untuk menunjang aktivitas perdagangan PT ANTAM. Pemerintah Indonesia ditambah juga dengan keberadaan Bank Indonesia sebagai bank sentral masih fokus terhadap aktivitas masyarakat pada emas perhiasaan dibandingkan dengan emas batangan (gold bar). Level pemahaman tentang gold bar oleh masyarakat Indonesia secara umum yang masih rendah, serta keberadaan negara Singapura yang ingin menjadi pusat perdagangan gold bar di kawasan Asia Tenggara, yang mana diprediksi akan diwujudkan pada saat ASEAN Community 2015. Menurut peneliti, salah satu alasan Indonesia tidak memprioritaskan PT ANTAM dalam perdagangan gold bar adalah PT ANTAM bukanlah target utama yang menjadi acuan untuk kebijakakan-kebijakan perdagangan Indonesia, khususnya perdagangan gold bar. 5. Kesimpulan dan Rekomendasi 5.1 Kesimpulan Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik oleh peneliti pada penelitian ini adalah: 1. LBMA telah memerankan tiga peranan dari organisasi internasional, yaitu instrumen, arena, dan aktor independen. Instrumen merupakan poin pertama dari peran utama sebuah organisasi internasional. Instrumen ini berfungsi sebagai image yang melekat pada LBMA yaitu penjaga keteraturan perdagangan gold bar internasional pada Loco London. Peran kedua dari organisasi internasional adalah sebagai arena. LBMA melalui Good Delivery Rules merupakan arena bagi anggotanya untuk melakukan aktivitas yang berkaitan dengan gold bar. Peran yang terakhir dari organisasi internasional adalah aktor independen. Seperti yang dijelaskan pada objek kajian, LBMA adalah aktor independen yang membuat aturan-aturan. 2. Walaupun menjadi satu-satunya BUMN pertambangan logam mulia di Indonesia yang kegiatannya mencakup dari hulu hingga hilir, PT ANTAM tidak terlepas dari masalah keterbatasan ruang lingkup penjualan gold bar olahannya. Keikutsertaan PT ANTAM dalam Good Delivery menyelesaikan permasalahan keterbatasan pasar yang sempit. Masuknya PT ANTAM sebagai perusahaan yang diakui oleh LBMA maka gold bar yang diolah oleh PT ANTAM juga dapat diperdagangkan pada Loco London. Ini memberikan keuntungan kompetitif yang besar bagi penjualan gold bar PT ANTAM di pasar logam mulia internasional 3. Indonesia melalui PT ANTAM mampu meningkatkan perdagangan gold bar di LBMA 4. Tidak terdapat tantangan yang berarti dalam pengadopsian standarisasi LBMA terhadap pengolahan gold bar dari PT ANTAM. Tantangan dalam perdagangan gold bar yang ditemui oleh PT ANTAM justru dari dalam negeri yaitu pemerintah dan dari luar negeri yaitu keberadaan Singapura. Walaupun PT ANTAM melalui UBPP Logam Mulia merupakan satu-satunya BUMN yang merepresentasikan kepentingan Indonesia di pasar logam mulia internasional, namun pemerintah tidak mendukung secara penuh kegiatan PT ANTAM. Hal ini dikarenakan pemerintah lebih fokus dan mengikuti animo serta level pemahaman masyarakat Indonesia atas emas, yaitu pada perdagangan emas perhiasan bukannya pada emas batangan (gold bar). Tantangan yang dihadapi oleh PT ANTAM juga berkaitan dengan keberadaan Singapura yang berusaha untuk menjadi tandingan pasar logam mulia internasional yaitu Loco London di luar LBMA. Ini akan menyulitkan PT ANTAM karena tidak hanya harus menyesuaikan standarisasi dari Over The Counter (OTC) yang diawasi LBMA tetapi juga standarisasi Singapura, jika posisi OTC regional ini berhasil diwujudkannya yang diprediksi pada saat ASEAN Community 2015. 5.2 Rekomendasi 5.2.1 Substansi 1. Penelitian ini juga menunjukkan masih sangat kurangnya peran pemerintah dalam memberikan edukasi dan informasi terkait gold bar. 2. Peneliti berharap dapat segera dibentuk kerjasama yang mempunyai nilai berarti serta konsisten, yang dibangun antara PT ANTAM sebagai satu-satunya representasi perdagangan gold bar di Indonesia dengan pemerintah melalui kementerian-kementerian terkait, misalkan saja kementerian ESDM dalam programprogram khusus. 3. Peneliti sangat setuju dengan program yang dilakukan PT ANTAM dengan membuka Butik Emas Logam Mulia di berbagai kota di Indonesia sebagai strategi ekspansi bisnis gold bar. Diharapkan akan semakin banyak masyarakat yang mengenal tentang gold bar dan paham akan segala macam potensi yang menyertainya. Sehingga masyarakat tidak hanya mengenal dan memiliki emas perhiasan, namun juga gold bar. 4. Keberadaan negara Singapura yang ingin menjadi pusat perdagangan gold bar di kawasan Asia Tenggara, yang mana diprediksi akan diwujudkan pada saat ASEAN Community 2015. Melihat fenomena ini yang mulai muncul ke permukaan dan sudah diliput di beberapa media pemberitaan, Indonesia harus lebih percaya diri dan mulai memfokuskan potensinya dalam perdagangan gold bar melalui PT ANTAM. Daftar Pustaka Archer, Clive. 2005. International Organizations, Third edition. London: Routledge. Baylis, J. Smith, S & Owens. 2001. The Globalization of World Politics: An Introduction to International Relations, 3rd edition. Oxford: Oxford University Press. Burchil, Scott, dkk. 2005. Theories of International Relations. New York: Palgrave Macmillan. Folker, Sterling dan Jennifer Anne. 2003. Theories of International Cooperation and the Primacy of Anarchy: Explaining U.S. International Policy-Making after Bretton Woods. New York: State University of New York Press. Krasner, Stephen, D. 1983. International Regimes. Ithaca: Cornell University Press. Perwita, Anak Agung Banyu dan Yayan Mochamad Yani. 2005. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung: Remaja Rosda Karya. Rudy, T. May. 2005. Administrasi dan Organisasi Internasional. Bandung: Refika Aditama. Todaro, M. P dan Smith, S. C. 2008. Economic Development, 10th edition. London: AddisonWesley. LBMA. 2010. A Guide to the London Precious Metals Markets. PT ANTAM. 1996–2013. Laporan Tahunan PT ANTAM. LBMA and LPPM. 2008. The Good Delivery Rules for Gold and Silver Bars. Coplin, William D. 1992. Introduction to International Politics: A Theoretical Overview, hal 195. Dalam Baylis, John & Steve Smith. 2011. The Globalization of World Politics: An Introduction to International Relations, hal 111-140. Oxford: Oxford University Press. Keohane, R. O. 1984. After Hegemony: Cooperation and Discord in the World Political Economy, hal 49. Dalam Ellis, Joseph M. 2006. Neoliberal Institutionalism: A Summary and Critique. Melalui http://polisciprof. blogspot.com/2006/03/short-review-ofneoliberal.html,[15/6/14]. Keohane, R. O. dan J. S. Nye. 1989. Power and Interdependence, hal 232. Dalam Folker, Sterling dan Jennifer Anne. 2003. Theories of International Cooperation and the Primacy of Anarchy: Explaining U.S. International Policy-Making after Bretton Woods, hal 43. New York: State University of New York Press. Lamy, Steven L. 2005. Contemporary Mainstream Approach: Neo-realism and Neo-liberalism, hal 131-132. Dalam Baylis, J. Smith, S & Owens. The Globalization of World Politics: An Introduction to International Relations, 3rd edition, hal 582. Oxford: Oxford University Press.