pedoman kepatuhan laporan harta kekayaan

advertisement
Lampiran 6
SK No. 00228/HK.01.01/02/ReINDO/12/2012
Tanggal 26 Desember 2012
PEDOMAN KEPATUHAN
LAPORAN HARTA KEKAYAAN
PENYELENGGARA NEGARA (LHKPN)
DAFTAR ISI
Daftar Isi ..........................................................................................................
1
Pernyataan Komitmen ......................................................................................
2
I.
TUJUAN DAN MANFAAT...................................................................
3
II.
PENGERTIAN UMUM.........................................................................
3
III. PELAPORAN LHKPN..........................................................................
4
IV. PEMANTAUAN PELAPORAN LHKPN .............................................
5
V.
HUBUNGAN ANTARA KPK DENGAN PERSEROAN .....................
5
VI. SANKSI..................................................................................................
6
1
PERNYATAAN KOMITMEN
DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI
PT REASURANSI INTERNASIONAL INDONESIA
Dewan Komisaris dan Direksi PT Reasuransi Internasional Indonesia, dengan ini menyatakan bahwa
dalam menjalankan tugas, fungsi dan wewenang masing-masing senantiasa menerapkan Pedoman Good
Corporate Governance (GCG Code), Pola Hubungan Kerja Dewan Komisaris dan Direksi (Board
Manual), Pedoman Perilaku (Code of Conduct), Pedoman Pengendalian Gratifikasi, Pedoman
Kepatuhan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) dan Pedoman Sistem Pelaporan
Pelanggaran (whistleblowing system) serta pedoman lainnya yang terkait dengan penerapan Good
Corporate Governance.
Jakarta, 26 Desember 2012
Dewan Komisaris
Direksi
Drs. Frans Wiyono
Komisaris Utama
Drs. Setiawan, Dipl., Ins., MBA
Direktur Utama
Drs. Herdaru Poernomo Poerwokoesoemo
Komisaris
Widyawati, Ak, MBA, QIA, AAAIJ
Direktur
Wahyu Wibowo, ST, MM
Komisaris
M. Rusli, SIP, MBA, CFP®, QWP
Direktur
2
I. TUJUAN DAN MANFAAT
1. Tujuan
Pedoman Kepatuhan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) di PT
Reasuransi Internasional Indonesia (ReIndo) berisi panduan dan aturan yang harus dipatuhi
oleh Pejabat Wajib Lapor yang dibuat untuk menjaga reputasi Perseroan sebagai sebuah
perusahaan di industri asuransi di Indonesia, yang bertindak dengan integritas dan
mendasarkan setiap keputusannya kepada pertimbangan bisnis yang taat hukum.
2. Manfaat
a. Membantu meningkatkan pemahaman tentang tata cara pelaporan LHKPN di
lingkungan ReIndo.
b. Meningkatkan kesadaran kepatuhan terhadap pelaporan LHKPN di lingkungan ReIndo.
c. Menciptakan lingkungan pengendalian yang bersih dan mencegah terjadinya praktek
korupsi, kolusi, dan nepotisme sesuai dengan tujuan adanya kepatuhan LHKPN yang
memungkinkan untuk mengidentifikasi harta kekayaan yang dimiliki diperoleh dari
pemberian, utang, atau bersumber dari pendapatan yang kemudian dapat pula
diklarifikasi dari pendapatan yang resmi atau pendapatan ilegal. Dengan adanya
mekanisme kepatuhan LHKPN, diharapkan kesempatan melakukan korupsi dapat
dikurangi.
II. PENGERTIAN UMUM
1. Penyelenggara Negara (PN) berdasarkan UU No. 28 Tahun 1999 wajib melaporkan
Gratifikasi. Penyelenggara Negara yang selanjutnya disebut PN adalah Penyelenggara
Negara sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999
tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, dan Nepotisme adalah
Pejabat Negara yang menjalankan fungsi eksekutif, legislatif, atau yudikatif, dan pejabat
lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang meliputi Pejabat Negara pada
Lembaga Tertinggi Negara, Pejabat Negara pada Lembaga Tinggi Negara, Menteri,
Gubernur, Hakim, Pejabat negara yang lain, pejabat lain yang memiliki fungsi strategis
dalam kaitannya dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2. Pejabat Wajib Lapor adalah Penyelenggara Negara atau pejabat perusahaan ReINDO
menduduki jabatan Dewan Komisaris, Direksi dan pejabat satu tingkat di bawah Direksi.
3. Harta Kekayaan PN atau Pejabat Wajib Lapor adalah harta benda yang dimiliki oleh PN
beserta istri dan anak yang masih menjadi tanggungan, baik berupa harta bergerak, harta
tidak bergerak, maupun hak-hak lainnya yang dapat dinilai dengan uang yang diperoleh PN
atau Pejabat Wajib Lapor sebelum, selama dan setelah memangku jabatannya;
4. Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara untuk selanjutnya disebut LHKPN,
adalah daftar seluruh Harta Kekayaan PN atau Pejabat Wajib Lapor, yang dituangkan dalam
formulir LHKPN yang ditetapkan oleh KPK.
5. Kewajiban Penyelenggara Negara terkait LHKPN adalah Penyelenggara Negara atau
Pejabat Wajib Lapor berkewajiban untuk:
a. Bersedia diperiksa kekayaannya sebelum, selama dan sesudah menjabat.
3
b. Melaporkan harta kekayaannya pada saat pertama kali menjabat, mutasi, promosi dan
pensiun.
c. Mengumumkan harta kekayaannya.
6. Formulir LHKPN terdiri dari:
a. Formulir LHKPN Model KPK-A, diisi oleh PN atau Pejabat Wajib Lapor yang untuk
pertama kali melaporkan kekayaannya
b. Formulir LHKPN Model KPK-B, diisi oleh PN atau Pejabat Wajib Lapor yang telah
menduduki jabatannya selama 2 (dua) tahun; PN atau Pejabat Wajib Lapor yang
mengalami mutasi dan atau promosi jabatan; PN atau Pejabat Wajib Lapor yang
mengakhiri jabatan dan atau pensiun; PN atau Pejabat Wajib Lapor tertentu atas
permintaan KPK dalam rangka pemeriksaan LHKPN
7. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) adalah adalah Lembaga Negara yang dibentuk
pada tahun 2003 berdasarkan kepada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun
2002 untuk melakukan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi di Indonesia.
8. Pedoman Kepatuhan LHKPN di lingkungan ReIndo adalah pedoman yang harus
dipatuhi oleh seluruh pejabat wajib lapor harta kekayaan sebagai salah satu upaya
perusahaan untuk memberikan keyakinan atas pengelolaan perusahaan yang bebas dari
korupsi, kolusi dan nepotisme;
9. Divisi SDM dan Pelayanan Korporasi adalah unit kerja PT Reasuransi Internasional
Indonesia yang bertanggung jawab dalam pengelolaan Laporan Harta Kekayaan Pejabat
Wajib Lapor.
III. PELAPORAN LHKPN
1. Setiap Pejabat Wajib Lapor, melaporkan seluruh harta kekayaan yang dimilikinya sebelum,
selama dan setelah memangku jabatannya kepada KPK dengan mengisi LHKPN.
2. Formulir LHKPN Model KPK-A dan KPK-B beserta Petunjuk Pengisiannya dapat
diperoleh di Divisi SDM dan Pelayanan Korporasi atau mengunduh langsung ke situs
resmi KPK www.kpk.go.id
3. Pelaporan dilaksanakan dengan menggunakan formulir LHKPN Model KPK-A diisi oleh
Pejabat Wajib Lapor selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah secara resmi menduduki
jabatannya, atau pada saat yang bersangkutan menjadi calon pejabat;
4. Bagi Pejabat Wajib Lapor dan calon Pejabat Wajib Lapor yang telah pernah mengisi
formulir LHKPN Model KPK-A, maka pelaporannya menggunakan formulir LHKPN
Model KPK-B;
5. Pelaporan kekayaan menggunakan formulir LHKPN Model KPK-B, diisi oleh Pejabat
Wajib Lapor yang mengalami mutasi jabatan, promosi jabatan mengakhiri jabatan dan/atau
pensiun dan diiaksanakan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah serah terima jabatan,
atau selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah pejabat menerima formulir bagi pejabat yang
akan dilakukan pemeriksaan;
6. Pelaporan LHKPN dilaksanakan oleh yang bersangkutan sendiri atau oleh ahli warisnya
apabila Pejabat Wajib Lapor meninggal dunia;
7. LHKPN setelah diisi oleh Pejabat Wajib Lapor sesuai dengan petunjuk pengisian, dilampiri
foto copy akta/bukti/surat kepemilikan harta kekayaan yang dimiliki dalam rangkap 2 (dua),
4
1 (satu) berkas asli disampaikan kepada KPK dan 1 (satu) berkas disimpan oleh PN atau
Pejabat Wajib Lapor yang bersangkutan;
8. Surat Pernyataan dan Surat Kuasa yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari LHKPN
ditandatangani oleh Pejabat Wajib Lapor diatas materai;
9. LHKPN beserta lampiran yang telah diserahkan kepada KPK merupakan dokumen resmi
negara.
IV. PEMANTAUAN PELAPORAN LHKPN
1. Divisi SDM dan Pelayanan Korporasi membuat Daftar Pejabat Wajib Lapor setahun
sekali dan memperbaharuinya apabila ada pejabat baru yang dilantik, promosi, mutasi dan
pensiun.
2. Divisi SDM dan Pelayanan Korporasi menyampaikan Daftar Pejabat Wajib Lapor kepada
Direksi paling lambat minggu pertama bulan Februari setiap tahunnya.
3. Apabila ada pejabat baru yang dilantik, promosi, mutasi dan pensiun, Divisi SDM dan
Pelayanan Korporasi menyampaikan Daftar Pejabat Wajib Lapor yang telah diperbaharui
kepada Direksi paling lambat satu bulan setelah pejabat baru dilantik, promosi, mutasi dan
pensiun
V. HUBUNGAN ANTARA KPK DENGAN PERSEROAN
1. Perseroan menyampaikan Daftar Pejabat Wajib Lapor dan menginstruksikan kepada
Pejabat Wajib Lapor untuk mengumumkan LHKPN;
2. Daftar Pejabat Wajib Lapor berisikan nama dan jabatan Pejabat Wajib Lapor yang
diwajibkan untuk melaporkan harta kekayaannya serta perubahan-perubahan dalam nama
dan jabatan;
3. KPK dapat melakukan kerjasama dengan Perseroan untuk melakukan pendaftaran,
pengumuman dan pemeriksaan LHKPN;
4. Divisi SDM dan Pelayanan Korporasi berkoordinasi dengan KPK dalam pendistribusian,
pengisian, pemantauan dan penyampaian formulir laporan harta kekayaan;
5. Pejabat Wajib Lapor yang tidak menyampaikan laporan harta kekayaan sesuai dengan
tenggat waktu yang ditentukan, dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
6. Divisi SDM dan Pelayanan Korporasi dan/atau bersama KPK melakukan
sosialisasi/bimbingan teknis cara pengisian LHKPN kepada pejabat wajib lapor.
7. Divisi SDM dan Pelayanan Korporasi membuat laporan berkala tentang perkembangan
pemenuhan kewajiban menyampaikan LHKPN kepada KPK.
5
VI. SANKSI
1. Sesuai ketentuan perundang-undangan, bagi Pejabat Wajib Lapor yang tidak memenuhi
kewajiban LHKPN sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999,
maka berdasarkan Pasal 20 undang-undang yang sama akan dikenakan sanksi administratif
sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
2. Pejabat Wajib Lapor yang tidak menyampaikan LHKPN dikenakan sanksi internal sesuai
ketentuan perusahaan.
3. Direksi memberikan teguran/sanksi bagi Pejabat Wajib Lapor yang belum/tidak
menyampaikan LHKPN.
6
Download