604 ANALISIS STRUKTUR POPULASI IKAN CAKALANG (KATSUWONUS PELAMIS) PADA DAERAH RUMPON TERHADAP TEKANAN EKSPLOITASI DI PERAIRAN TELUK BONE Oleh Harfika Sari Baso Email: [email protected] Ps. Aquakultur Universitas Andi Djemma Palopo ABSTRAK Ikan cakalang memiliki Nilai ekonomis yang tinggi disertai permintaan yang makin meningkat membuat populasi ikan cakalang di perairan Teluk Bone menurun. Peneltian ini bertujuan: (1) menganalisis struktur ukuran ikan cakalang yang tertangkap di daerah rumpon pada perairan Teluk Bone (2) menganalisis kondisi biologi populasi ikan cakalang yang tertangkap dengan menggunakan alat bantu rumpon di perairanTeluk Bone. Metode pengumpulan data, yaitu menganalisis struktur ukuran ikan cakalang yang tertangkap di daerah rumpon dengan menggunakan uji-t student, kelompok umur di analisis dengan menggunakan metode selisih frekuensi panjang, Pertumbuhan ikan cakalang di analisis dengan menggunakan persamaan pertumbuhan eksponential Von Bertalanfi, kebiasaan makanan ikan cakalang akan digunakan metoda “ Indeks Relatif Penting” , hubungan panjang berat menggunakan persamaan Effendi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) ukuran ikan cakalang yang tertangkap di daerah rumpon memiliki ukuran yang tidak jauh berbeda, 2) jumlah kelompok umur yang tertangkap pada daerah rumpon yaitu 3 kelompok umur, tetapi panjang rata-rata menurut kelompok umur berbeda. (3) pertumbuhan ikan cakalang di Teluk Bone daerah rumpon mencapai ukuran Lο₯ = 83.9152 dengan koefisien laju pertumbuhan 0,31589 pertahun. (4) kebiasaan makanan pada daerah rumpon terdiri dari ikan teri, ikan lain, cumi-cumi, dan krustacea. (5) hubungan panjang dan berat di daerah rumpon adalah alometrik negatif, yaitu pertambahan panjang lebih cepat daripada pertambahan berat. Kata kunci : Teluk Bone, Ikan Cakalang, Rumpon I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) adalah salah satu jenis ikan pelagis besar perairan Teluk Bone yang bernilai ekonomis tinggi sehingga banyak dimanfaatkan oleh nelayan Pantai Timur Sulawesi Selatan. Populasi ikan cakalang di perairan Teluk Bone dieksploitasi oleh nelayan yang berbasis di sepanjang perairan Teluk Bone mulai dari ujung Selatan Perairan Teluk Bone (Kabupaten Bulukumba, Sinjai dan Bone), perairan bagian Tengah Teluk Bone (Kabupaten Luwu dan Kota Palopo) sampai ke ujung Utara Perairan Teluk Bone (Kabupaten Luwu Timur, Luwu Utara dan Kolaka) bahkan sampai pada perairan Selat Makassar dan perairan Pantai Selatan (LautFlores) (Mallawadkk, 2010). Cakalang ditangkap dengan menggunakan berbagai macam alat tangkap dan tingkat teknologi yang bervariasi seperti huhate (pole and line), pancing tangan (hand line), pancing tonda (trolling line), pukat cincin (purse seine) dan kadang jaring insang permukaan (surface gill net), yang menggunakan alat bantu rumpon atau memburu gerombolan ikan (Yahya dkk, 2001). Saat ini kegiatan penangkapan ikan cakalang di Teluk Bone berlangsung secara bebas (open access) sehingga semua nelayan dan berbagai alat tangkap yang ada di daerah pesisir kabupaten/kota bebas mengakses untuk menangkap cakalang. Nelayan memiliki kecenderungan kapan dan dimana saja dengan bebas melakukan penangkapan termasuk ikan yang masih berukuran belum layak tangkap. Sehingga hal tersebut menyebabkan produksi cakalang menurun. Jurnal Ecosystem Volume 17 Nomor 1, Januari – April 2017 605 Ikan cakalang dieksploitasi sepanjang tahun, dan sepanjang masa ruaya mencari makannya (feeding migration) di perairan ini. Ukuran yang tertangkap mulai dari ukuran kecil sampai ukuran besar tanpa adanya pengaturan. Jika keadaan ini terus berlangsung tanpa dibatasi maka dikhawatirkan akan mengganggu kelestarian populasinya.Hal ini mulai terlihat dari produksi hasil tangkapan cakalang yang mengalami penurunan selama lima tahun terakhir. Padatahun 2007 hasil tangkapan di wilayahTeluk Bone untuk perairan Kabupaten Bone, Wajo, Luwu, Kota Palopo, Luwu Utara, dan LuwuTimur, totalnya mencapai 12.965,3 ton. Mengalami penurunan sampai pada tahun 2011 yaitu hanya sekitar 3.738 ton (DKP, 2012). Tekanan eksploitasi terhadap ikan cakalang yang terus meningkat dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap populasinya di perairan Teluk Bone. Untuk itu perlu adanya pengkajian Biologi Populasi sebagai data base dalam menentukan pemanfaatan dan pengelolaan Ikan Cakalang di Teluk Bone. B. Bahan Dan Metode 1. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah unit alat tangkap kapal pole and line, gps, coolbox, kamera digital, timbangan elektrik, papan ukur, alat tulis menulis, peta DPPI. Bahan yang digunakan yaitu ikan cakalang (Katsuwonus pelamis). 2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan selama11 (sebelas) bulan dalam 3 (tiga) musim penangkapan ikan cakalang yaitu musim Timur, musim peralihan Timur ke Barat, dan musim Barat. Yaitu dari bulan Agustus 2012 sampai dengan Juni 2013. Lokasi pengambilan sampel dilakukan di perairan Teluk Bone. Fishing base dipilih berdasarkan basis nelayan untuk penangkapan ikan cakalang di Perairan Teluk Bone yaitu Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan (gambar.1) Gbr 1. Peta lokasi penelitian di Perairan Teluk Bone Yaitu Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan II. METODE PENELITIAN A. Metode Pengumpulan Data 1. Pengambilan Dan Pengukuran Sampel Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer yang dikumpulkan melalui pengamatan langsung di lapangan (insitu) dan data sekunder yang dikumpulkan melalui desk study. Sebelumnya dilakukan penentuan daerah penangkapan yang sebelunya sudah diletakkan alat bantu berupa rumpon informasi daerah dan musim penangkapan dari nelayan setempat. Lokasi tersebut akan ditentukan melalui bantuan GPS. Sampel ikan cakalang (katsuwonus pelamis) didapatkan oleh nelayan setempat yang melakukan kegiatan penangkapan pada alat tangkap pole and line selanjutnya dilakukan pengukuran sebagai dasar untuk menentukan ukuran ikan cakalang. 2. Analisis Data Struktur ukuran. Struktur ukuran ikan yang tertangkap disajikan dalam bentuk histogram. Perbedaan struktur ukuran antara ikan cakalang hasil tangkapan pole and line rumpon dan non rumpon dianalisis dengan menggunakan uji t student. Kelompok umur. Kelompok umur di analisis dengan menggunakan metode selisih frekuensi panjang (Bhattacharya, 1967), yaitu dengan memetakan antara logaritma selisih frekuensi (β log F) sebagai sumbu Y dan Jurnal Ecosystem Volume 17 Nomor 1, Januari – April 2017 606 tengah kelas sebagai sumbu X. Sebelum dilakukan perhitungan β log F, terlebih dahulu dilakukan normalisasi frekuensi panjang menurut kelas panjang melalui persamaan distribusi normal. Hasil perpotongan garis regresi yang terbentuk dengan sumbu y memberikan hasil nilai rata-rata panjang setiap wilayah kelompok umur. Jumlah garis regresi yang terbentuk menunjukkan jumlah kelompok umur. Kemudian dilakukan perbandingan secara deskriptif jumlah kelompok umur dan panjang rata-rata individu dalam kelompok umur menurut daerah penangkapan di wilayah rumpon. Pertumbuhan. Pertumbuhan ikan cakalang dianalisis dengan menggunakan persamaan pertumbuhan eksponential Von Bertalanffy (Sparre et al, 1989) yaitu : L(t) = L~ [ 1 – e –K(t – to)] Dimana L(t) : panjang ikan pada umur t L ~ : panjang asimptot : umur ikan to : umur teoritis pada saat panjang ikan 0 K : koefisien laju pertumbuhan Pendugaan parameter laju pertumbuhan (K) dan panjang asimptot akan menggunakan metoda Ford – Walford (Sparre et al, 1989). Kemudian dilakukan analisis perbandingan model pertumbuhan menurut daerah penangkapan ikan pada wilayah rumpon. Kebiasaan makanan. Untuk mengetahui jenis makanan ikan cakalang akan digunakan metoda “ Indeks Relatif Penting (Yesaki, 1981) dengan persamaan : IRP = (% W ) x (% F) Dimana % W adalah persentase berat suatu jenis makanan dan, % F adalah persentase kejadian suatu jenis makanan. Hubungan Panjang Berat, Perhitungan hubungan panjang berat menggunakan persamaan Effendi (1997) yaitu : π = ππΏπ Dimana W adalah berat ika L adalah panjang ikan a dan b adalah konstanta, di mana nilai “b” menggambarkan bentuk tubuh ikan cakalang (montok atau ramping). III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Struktur Ukuran Ikan Cakalang Untuk menentukan struktur ukuran ikan dilakukan pengukuran panjang cagak pada ikan cakalang yang tertangkap saat operasi. Pengukuran sampel ikan yang diambil selama penelitian di perairan teluk bone pada daerah penangkapan selama penelitian sebanyak 1126 ekor ikan cakalang dengan berbagai ukuran. Struktur ukuran ikan cakalang yang tertangkap di daerah rumpon dapat dilihat pada Gambar 2 Frekuensi (ekor) 140 120 100 80 60 40 20 0 31 33 35 37 39 41 43 45 47 49 51 53 55 57 59 61 63 65 67 69 Tengah Kelas (cm) Gambar 2. Struktur Ukuran Ikan Cakalang Di Daerah Rumpon Berdasarkan data grafik di atas dijelaskan bahwa ikan cakalang yang tertangkap pada daerah rumpon didominasi pada kisaran 50.2 cm – 52.2 cm FL,sebanyak 121 ekor. Hasil tangkapan yang paling sedikit didapatkan pada ukuran 42.2 cm – 44.2 cm (FL) yaitu sebanyak 9 ekor. Kisaran panjang yang diperoleh adalah 30.2 cm – 69.2 cm FL (50.00±2.65). Histogram memperlihatkan tiga puncak dengan ukuran dominan pada kisaran Jurnal Ecosystem Volume 17 Nomor 1, Januari – April 2017 607 panjang masing-masing 34.2 cm – 40,2 cm FL, 48.2 cm – 54,2 cm FL, dan 58.2 cm – 64,2 cm FL. Hasil yang berbeda didapatkan beberapa tahun yang lalu oleh Baso (2011) menjelaskan bahwa Ikan cakalang yang tertangkap dengan pole and line di perairan Teluk Bone memiliki ukuran panjang total 14,0 – 86,0 cm, dengan frekuensi panjang terbesar pada kelas panjang 26,0 – 29,0 cm sebanyak 132 ekor dan frekuensi panjang terkecil pada ukuran 83,0 – 86,0 cm sebanyak 7 ekor. Ikan cakalang di perairan Teluk Bone dapat mencapai ukuran yang lebih panjang (86,0 cm) dibanding dengan perairan lainnya. Syamsuddin dkk (2003) menjelaskan bahwa komposisi ukuran ikan yang tertangkap di perairan Kupang berkisar 29,0 cm – 58,9 cm. Jumlah tangkapan terbanyak adalah ukuran 47,0 cm – 49,9 cm (17,90 %), dan disusul oleh ukuran 44,0 – 46,9 cm (16,64 %) dan ukuran 38,0 – 40,9 cm (16,36 %). Jumlah sampel ikan cakalang yang diperoleh selama penelitian di perairan teluk bone pada daerah penangkapan rumpon dengan menggunakan alat tangkap pole and line adalah 711 ekor. Berdasarkan hasil analisa metode battacharya yaitu hasil yang diperoleh memperlihatkan tiga kelompok umur untuk daerah rumpon memiliki ukuran masing-masing L1 = 37 cm, L2 = 51 cm dan L3 = 61 cm. Adanya perbedaan ukuran pada kelompok umur ini disebabkan terjadinya migrasi atau perpindahan dari berbagai wilayah peraiaran, ini sehubungan dengan ketersedian makanan.Klorofil-a merupakan faktor yangdapat memberikan indikasi langsung keberadaan makanan ikan maupun jalur wilayah migrasi ikan tuna (Polovina et al. 2001). Kandungan klorofil-a dapat juga digunakan sebagai ukuran banyaknya fitoplaknton pada suatu perairan tertentu dan dapat digunakan sebagai petunjuk produktivitas perairan. Daerah-daerah dengan nilai klorofil-a tinggi mempunyai hubungan erat dengan adanya proses penaikan massa air/upwelling (Nontji 1993). B. Kelompok umur 2.50 L2 = 51 2.00 L1 = 37 L3 = 61 1.00 0.50 69.2 65.2 67.2 63.2 59.2 61.2 57.2 55.2 55.2 53.2 49.2 51.2 47.2 43.2 45.2 43.2 39.2 41.2 37.2 -0.50 33.2 35.2 0.00 31.2 Δ Ln Fc 1.50 -1.00 -1.50 Tengah Kelas (cm) Gambar 3. Kohor Hasil Tangkapan Yang Tertangkap Di Daerah Rumpon Pada Perairan Teluk Bone Hasil analisis frekuensi panjang ikan cakalang dengan metoda Tanaka (1960 diacu dalam Sparred & Venema 1999), pada kawasan teluk Bone terdiri dari 4 (empat) kelompok umur dengan modus ukuran atau panjang rata-rata untuk ikan cakalang adalah 384 mm, 455 mm, 493 mm dan 549 mm. Penelitian lain yang dilakukan oleh Suhendrata et al. (1986), memperoleh 3 kelompok umur ikan cakalang yang tertangkap dengan alat pole andline di perairan sorong dengan menggunakan analisis modus yaitu 370 mm, 540 mm dan 640 mm, selanjutnya diperoleh 4 kelompok umur ikan cakalang yang tertangkap di laut Banda yaitu 410 mm, 580 mm, 670 mm dan 720 mm, sedangkan kelompok umur ikan cakalang yang tertangkap di Pelabuhan Ratu dengan metode analisis modus diperoleh 4 kelompok Jurnal Ecosystem Volume 17 Nomor 1, Januari – April 2017 608 umur yaitu 330 mm, 500 mm, 570 mm dan 660 mm. Selanjutnya Sumadhiharga dan Hukom (1987), menyatakan bahwa sebaran frekuensi panjang cagak dari 5040 ekor ikan cakalang yang diukur menunjukkan panjang minimum 300 mm dan panjang maksimum 699 mm, dengan kelompok ikan yang dominan terletak pada selang kelas 450-559 mm. C. Pertumbuhan Dari persamaan pertumbuhan ikan cakalang pada daerah penangkapan rumpon tersebut dapat diketahui panjang ikan cakalang dari berbagai umur relatif, sehingga di peroleh pertambahan panjang ikan cakalang setiap tahunnya hingga mencapai panjang asimptotnya pada panjang 83,9 cm pada umur 48 bulan (Gambar 4). Panjang total (cm) 100 80 60 40 20 0 -2 8 Umur18(waktu relatif) 28 38 48 Gambar 4. Kurva Pertumbuhan Ikan Cakalang Di Perairan Teluk Bone Pada Wilayah Rumpon Bentuk kurva pertumbuhan pada gambar 4 disebut kurva spesifik dimana ikan cakalang pada fase awal dari hidupnya mengalami pertumbuhan cepat dan akan diikuti pertumbuhan yang lambat pada umur tua.hal ini disebabkan karena energi yang didapatkan dari makanan tidak lagi dipergunakan utuk pertumbuhan melainkan dipergunakan untuk mengganti sel-sel tubuh yang rusak. Data analisis mengenai pertumbuhan ikan cakalang di perairan teluk bone menggunakan analisis Ford Walford (Sparre et al. 1989), didapatkan nilai parameter pertumbuhan masing-masing dilihat tabel dibawah ini Tabel 1. Nilai Parameter Pertumbuhan di Daerah Penangkapan Rumpon Daerah penangkapan Parameter pertumbuhan rumpon 83.91527 Panjangasimptot (cm) (Lο₯) Koefisienlajupertumbuhan (K) (tahun) 0.31589 Umurteoritis (t0) -0.3474 Tabel diatas menunjukkan bahwa panjang asimptot (Lο₯) untuk daerah rumpon yaitu 83.91527cm. Koefisien laju pertumbuhan (K) di daerah rumpon nilai rendah karena dibawah 0.15 per tahun sehingga memerlukan waktu yang lama untuk mencapai panjang asimptotnya Maka di dapatkan umur teoritis (t0) untuk ikan cakalang yang tertangkap di daerah rumpon adalah -0.3474 (waktu relative). Berdasarkan nilai parameter pertumbuhan yang di peroleh (Lο₯, K, t0) maka persamaan pertumbuhan ikan cakalang yang tertangkap di perairan teluk bone pada daerah rumpon berdasarkan von berthalanfy adalah : L (t) = Lο₯[ 1 – e –K (t - t0)] L (t) = 83.91527 [ 1 – e –0.31589 (t + 0.3474)] Jurnal Ecosystem Volume 17 Nomor 1, Januari – April 2017 609 D. Kebiasaan Makanan Isi lambung ikan cakalang yang diperoleh dari daerah penangkapan rumpon meliputi ikan teri, cumi-cumi, crustacea dan ikan lain . Berdasarkan Gambar 5 dapat terlihat bahwa ikan teri IP tertinggi dari semua jenis makanan yang terdapat pada lambung ikan cakalang, dimana nilai persentase kehadiran (FK) mencapai 46 % , kemudian diikuti oleh crustacea, cumi-cumi, dan ikan lain dengan presentase masingmasing FK yaitu 11%, 15%, dan 29% Dari nilai FK maka dapat diketahui apa saja makanan ikan cakalang yang utama, pelengkap dan makanan tambahannya. Gbr 6. Komposisi Makanan Ikan Cakalang Tertangkap Di Rumpon E. Hubungan Panjang Berat Cakalang di Daerah Rumpon Ikan Hubungan panjang berat ikan cakalang yang tertangkap oleh nelayan di perairan Teluk Bone Kabupaten Luwu pada rumpon disajikan pada Gambar 34 di bawah ini: 6 y = 0.086x - 1.814 4 R² = 0.7396 2 bobot (kg) Hasil Penelitian Jamal (2011) yang juga dilakukan di teluk bone mendapatkan hasil dengan persamaan parameter pertumbuhan L(t) = 76 [1– e 0,19 (t + 0,36)]. Persamaan tersebut dapat memberikan indikasi bahwa cakalang mencapai FL maksimum (L∞) sebesar 76 cm pada umur 84 bulan. Panjang maksimum ikan cakalang di kawasan Teluk Bone berbeda dari cakalang yang ditangkap di perairan Sumatera Barat, yaitu L =87,8 cm pada umur 120 bulan (merta, 1989). Perbedaan nilai parameter pertumbuhan tersebut (L dan K) dari spesies ikan yang sama pada lokasi yang berbeda dipengaruhi oleh faktor lingkungan masingmasing perairan seperti ketersediaan makanan, suhu perairan, oksigen terlarut, ukuran ikan dan kematangan gonad (Merta, 1992). 0 0 20 40 60 80 panjang (cm) Gbr 7. Hubungan Panjang Berat Ikan Cakalang Perairan Luwu Teluk Bone di Rumpon Hasil perhitungan hubungan panjang berat ikan cakalang pada daerah rumpon dengan menggunakan persamaan hubungan panjang berat yang dilinierkan didapatkan bahwa untuk hasil tangkapan rumpon hubungan panjang berat ikan adalah : W = 0.0012219 L1.9369,penentuan pola pertumbuhan dapat diketahui melalui hubungan antara panjang dan berat . dari hasil analisa diperoleh nilai b = 1.9369 untuk ikan yang tertangkap di daerah rumpon. Nilai b yang diperoleh lalu di uji apakah b = 3 atau b tidak sama dengan 3 (lampiran 1). Dari hasil uji t untuk ikan yang tertangkap di daerah rumpon nilat t hitung lebih kecil dari t tabel, ini berarti nilai b tidak sama dengan 3. Berdasaarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pola pertumbuhan ikan cakalang yang tertangkap pada perairan teluk bone di daerah rumpon termasuk alometrik negative , ini berarti pertambahan panjang tubuh lebih cepat daripada pertambahan bobot tubuh. Hasil yang berbeda didapatkan oleh (Jamal dkk, 2011) mengatakan bahwa tubuh ikan cakalang di kawasan perairan teluk bone memiliki pola ismotrik atau pertambahan panjang yang sama dengan pertambahan berat. Merta (1992) diacu dalam Manik (2007), menyatakan karena kondisi lingkungan sering berubah dan atau kondisi ikannya berubah, maka hubungan panjang berat akan sedikit menyimpang dari hukum kubik (b≠3). Sedangkan menurut (Ricker 1973 diacu dalam Kalayci et al. 2007), menyatakan bahwa perbedaan tersebut dapat juga diakibatkan oleh faktor ekologi seperti Jurnal Ecosystem Volume 17 Nomor 1, Januari – April 2017 610 temperatur, ketersediaan makanan, kondisi pemijahan atau faktor-faktor lain seperti kelamin, umur, daerah dan waktu penangkapan serta kapal penangkapan yang digunakan. IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kisaran ukuran ikan cakalang yang tertangkap pada daerah rumpon yaitu berkisar antara 50.2 cm – 52.2 cm FL. 2. Jumlah Kelompok umur yang tertangkap pada daerah rumpon yaitu 3 kelompok umur, memilikiukuranmasing-masing L1 = 37 cm, L2 = 51 cm dan L3 = 61 cm.tetapi panjang rata-rata menurut kelompok umur berbeda. 3. Pertumbuhan Ikan cakalang di Teluk Bonedaerah rumpon mencapai ukuran Lο₯ = 83.9152 dengan koefisien laju pertumbuhan 0,31589 pertahun. 4. Kebiasaan makanan pada daerah rumpon terdiri dari ikan teri, Ikan lain, cumicumi, dan krustacea, namun pada daerah non rumpon juga dijumpai, ikan peperek. 5. Hubungan panjang berat daerah rumpon adalahb ≠ 3 yaitu pertambahan panjang lebih cepat daripada pertambahan berat.Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan cakalang di perairan teluk bone berpola alometrik negative B. Saran Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan tentang aspek biologi ikan Cakalang (Katsuwonuspelamis) sehingga pupolasi ikan cakalang dapat dimanfaatkan secara lestari serta mengkaji model pengelolaan perikanan yang sesuai dengan kondisi kawasan perairan Teluk Bone. DAFTAR PUSTAKA Baso, H.S., 2011. Efektivitas Jenis Umpan Hidup Terhadap Hasil Tangkapan Pada Alat Tangkap Pole And Line di Sekitar Perairan Teluk Bone Kab. Luwu. Skripsi Fakultas Ilmu Perikanan Universitas Hasanuddin. Makassar DinasKelautandanPerikanan. 2012. Laporan Statistik Perikanan Sulawesi Selatan Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.157 hlm. Jamal M., M.F.A. Sondita, J. Haluan, dan B. Wiryawan. 2011. Pemanfaatan Data Biologi Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) dalam Rangka Pengelolaan PerikananBertanggung Jawab di Perairan Teluk Bone. Jurnal Natur Indonesia 14(1)11: 107-113. Kalayci, F., Samsun, N., Bilgin, S. & Samsun, O. 2007. Lengthweight relationship of 10 caught by bottom trawl and midwater trawl from the middle Black Sea, Turkey. Tourkish Journal of Fisheries and Aquatic Sciences 7: 33-36 Mallawa, A., Syafruddin dan Palo, M., 2010. Aspek Perikanan Dan Pola Distribusi Ikan Cakalang (Katsuwonus Pelamis) Di Perairan Teluk Bone, Sulwesi Selatan. J. Ilmu Kelautan dan Perikanan vol 20 no 1 : 17 – 24. Merta, I.G.S. 1989. Dinamika populasi ikan cakalang, Katsuwonu pelamis Linnaeus 1758 (Pisces : Scombridae) dari perairan Sumatera Barat. Jurnal Penelitian Perikanan Laut 53: 33-48. Merta, I.G.S. 1992. Dinamika Populasi Ikan Lemuru S. Lemuru Bleekeri, 1 8 5 3 (Pisces :Clupeidae) di Perairan Selat Bali dan Alternatif Pengelolaan. Disertasi. Plogram Pascasarjana, InstitutPertanian Bogor. Bogor. Nontji.A. 2007. Laut Nusantara. Djambaran. Jakarta Sparred, P., E, Ursin and S.C. Venema. 1989. Introduction to tropical fish stock assessment. Part I manual. FAO Rome 337p Suhendrata, T. Dan Merta, S.G.I., 1986. Hubungan Panjang Berat, Tingkat Kematangan Gonad dan Fekunditas Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) di Perairan Sorong. Jurusan Perikanan Laut 43 : 11 – 19. Syamsuddin, Mallawa, A., Najamuddin dan Sudirman, 2003. Analisis pengembangan perikanan ikan cakalang (Katsuwonus pelamis Linneaus) berkelanjutan di perairan Kupang Nusa Tenggara Timur. J. Electronik PPs UnHas. http://pasca.unhas.ac.id. Jurnal Ecosystem Volume 17 Nomor 1, Januari – April 2017 611 Yahya, A. M. Diniah. Pujiyati. S, Parwinia,E.Sobri, H, Muh. Sabri,rusyadi, Ahmad farhan. 2001. Pemanfaatan sumberdaya Tuna – Cakalang secara terpadu. Program Pasca Sarjana IPB. Bogor. Yesaki, M. 1981. Demersal Resources of the Gulf and Gulf of Oman: FAO. Publ. Rab[71]278.10 pp 89-115. Jurnal Ecosystem Volume 17 Nomor 1, Januari – April 2017