PELECEHAN SEKSUAL PADA WANITA YANG BEKERJA SEBAGAI SEKRETARIS Vitana Adheswary Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma [email protected] ABSTRAK Dalam penulisan jurnal ini penulis membahas tentang kasus pelecehan seksual yang dialami wanita bekerja khususnya yang berprofesi sebagai sekretaris. Diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai bentuk-bentuk pelecehan seksual yang terjadi pada subjek di tempat kerjanya, apa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pelecehan seksual pada subjek, serta proses reaksi yang ditimbulkan akibat pelecehan seksual tersebut. Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif yang berbentuk studi kasus. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara dan catatan lapangan dengan subjek dan significant others. Untuk membantu proses pengumpulan data maka peneliti dilengkapi dengan pedoman wawancara dan alat perekam. Setelah dilakukannya penelitian kepada subjek, didapatkan hasil berupa bentuk pelecehan seksual seperti memandang dan menyentuh fisik, menanyakan masalah pribadi yang bersifat seksual dan melakukan suatu ajakan kepada subjek dengan pemberian imbalan. Faktor penyebab terjadinya pelecehan seksual karena adanya daya tarik seksual yang alamiah antara dua jenis kelamin yang berbeda. Sedangkan proses reaksi subjek pada pelecehan seksual yang ditimbulkan antara lain, stress, mengalami ketakutan, kehilangan rasa percaya diri, mengalami gangguan tidur dan mudah marah. Kata kunci : Pelecehan Seksual, Sekretaris. PENDAHULUAN serius untuk ditanggapi Dalam banyak kasus, banyak para korban yang memilih diam dan menganggap biasa perlakuan yang diterima dari atasan ataupun rekan kerja. Persoalan ini merupakan salah satu momok bagi kaum perempuan di tempat kerjanya yang skala eskalasinya sangat luas dan menyebabkan berbagai kerugian moril maupun materiil bagi kaum perempuan. Pelecehan seksual termasuk salah satu contoh atau tindakan yang tidak adil pada sekelompok orang atau individu terhadap kelompok atau individu yang lemah. Maka dari itu, korban dari kasus pelecehan seksual ini tidak hanya di lingkungan kerja tetapi Latar Belakang Masalah Perempuan sangat rentan terhadap tindak kriminal pelecehan seksual, tak terkecuali di tempat kerja. Karena apapun bentuknya, pelecehan seksual merupakan salah satu bentuk kekerasan dan diskriminasi. Meski kasus pelecehan seksual sudah seringkali diekpose oleh media massa, namun dalam masyarakat Indonesia masih banyak yang belum sepenuhnya menyadari bahwa mereka sebenarnya telah menjadi korban pelecehan seksual atau menganggap masalah ini sebagai sesuatu yang tidak 1 juga pada para wanita yang belum menikah, wanita-wanita tua, bahkan pada anak-anak perempuan yang masih duduk di bangku sekolah. Tindakan pelecehan yang dilakukan tidak hanya dalam bentuk pemerkosaan, tetapi disini lebih menonjol pada unsur kekuasaan, yaitu kekuasaan pria terhadap wanita, dengan tujuan untuk mempermalukan atau menyakiti perasaan wanita. Menurut Poerwandari (2000), bahwa kekerasan terhadap perempuan merupakan produk struktur sosial dan sosialisasi dalam masyarakat yang mengutamakan dan menomorsatukan kepentingan dan perspektif laki-laki, sekaligus menganggap perempuan sebagai jenis kelamin yang lebih rendah dan kurang bernilai dibandingkan dengan laki-laki. Pelecehan seksual dapat terjadi dimana saja, pelecehan seksual di tempat umum dapat menimbulkan suatu masalah bagi perempuan, apalagi di tempat kerja. Pelecehan seksual di kalangan perempuan bekerja dapat menimbulkan masalah yang lebih kompleks lagi. Hal ini biasanya terjadi pada kasus pelecehan seksual di tempat umum itu berbeda dengan pelecehan seksual di tempat kerja. Pelecehan seksual di tempat umum dapat dihindari, akan tetapi pelecehan seksual di tempat kerja akan sangat sulit untuk menghindarinya, karena biasanya pelakunya adalah atasan atau orang yang mempunyai kedudukan yang lebih tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai bentuk-bentuk pelecehan seksual yang terjadi pada subjek di tempat kerjanya, apa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pelecehan seksual pada subjek, serta proses dan reaksi yang ditimbulkan pelecehan seksual tersebut. akibat TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pelecehan Seksual Pelecehan seksual (sexual harassment) adalah suatu perbuatan yang melanggar daerah seksual pribadi seseorang, untuk tujuan mencari kepuasan seksual secara paksa dan tidak mendapat persetujuan dari orang tersebut. Bentuk-bentuk Pelecehan Seksual Fitzgerald dan Schullman (dalam Betz & Fitzgerald, 1987), mengelompokkan bentuk-bentuk pelecehan seksual ke dalam lima tingkatan, antara lain: a. Gender Harassment Adalah pernyataan dan tingkah laku yang bersifat merendahkan seseorang berdasarkan jenis kelaminnya. Bentuk-bentuknya antara lain: cerita porno atau gurauan yang mengganggu, kata-kata seksual yang kasar dan ditunjukkan kepada seseorang, tubuh, maupun kehidupan seseorang dan lain sebagainya. b. Seduction Behavior Adalah rayuan atau permintaan yang tidak senonoh dan bersifat seksual, atau bersifat merendahkan tanpa adanya suatu ancaman. Bentukbentuknya antara lain: pembicaraan mengenai hal-hal yang bersifat pribadi atau seksual, tindakan untuk merayu seseorang, perhatian seksual seseorang, ajakan untuk berbuat tidak senonoh atau asusila, secara sengaja menjadikan seseorang sebagai sasaran atau sindiran dari suatu pembicaraan seksual, dan lain sebagainya. 2 c. Sexual Bribery Yaitu ajakan untuk melakukan halhal yang berkenaan dengan perhatian seksual yang disertai dengan janjijanji untuk mendapatkan imbalan tertentu (imbalan kenaikan gaji atau jabatan). Bentuk-bentuknya antara lain seperti secara halus menyuap seseorang untuk melakukan tindakan-tindakan seksual, atau secara langsung atau secara terangterangan menjanjikan hadiah untuk melayani keinginan seksualnya. d. Sexual Coercion atau Threat Yaitu adanya tekanan untuk melakukan hal-hal yang bersifat eksternal dengan disertai ancaman baik secara halus ataupun langsung. Bentuk-bentuknya antara lain: ancaman secara halus dengan pemberian hukuman karena menolak keinginan seseorang, ancaman secara langsung atau terang-terangan dengan harapan seseorang mau melakukan tindakan seksual meskipun tindakan tersebut belum terjadi. e. Sexual Imposistion Adalah serangan atau paksaan yang bersifat seksual dan dilakukannya secara kasar atau terang-terangan. Bentuk-bentuknya antara lain: dengan sengaja memaksa menyentuh, berusaha mendorong atau memegang tubuh seseorang, atau dengan sengaja memaksa seseorang untuk melakukan hubungan seksual. Penyebab Seksual Terjadinya a. Lingkungan sosialnya Kondisi di mana seorang laki-laki dan perempuan dibesarkan akan mempengaruhi bagaimana perilakunya nanti. Berbagai sudut pandang bisa menciptakan suasana yang memungkinkan seseorang untuk melakukan pelecehan seksual. b. Suasana sekitar yang mendukung Biasanya pelecehan seksual lebih banyak terjadi di fasilitas umum terutama pada angkutan umum yang penuh, sehingga seseorang suka mencari-cari kesempatan. c. Memiliki kekuasaan yang lebih tinggi Beberapa orang terkadang menyalahgunakan kekuasaannya untuk melakukan pelecehan, umumnya pelaku berpikir korban adalah orang yang lemah atau takut kehilangan pekerjaannya. d. Stres terhadap perkawinannya Mengalami stres terhadap kehidupan pernikahannya akan membuat seseorang berada dalam tekanan emosional sehingga rentan melakukan pelecehan seksual. e. Mengalami penurunan moral Saat kondisi seseorang mengalami kelemahan moral, seringkali menganggap seks pranikah atau ‘one night stand’ adalah sesuatu yang wajar sehingga menganggap hal tersebut bukanlah pelecehan seksual. f. Memiliki perilaku seks yang menyimpang Biasanya orang ini memiliki kelainan seperti suka memperlihatkan alat vitalnya, suka membahas masalahmasalah pornoaksi atau memiliki perilaku suka mengintip. g. Kurangnya peraturan hukum yang ada Beberapa orang melakukan pelecehan seksual karena memang Pelecehan Seperti dikutip dari Docstoc (2010), ada 7 alasan kenapa orang melakukan pelecehan seksual: 3 Pengertian Sekretaris belum ada peraturan hukum yang bisa membuat seseorang merasa jera. Sekretaris adalah seorang karyawan atau pegawai yang diangkat oleh pimpinannya sebagai pembantu pribadinya untuk mengerjakan tugastugas kantor atau perusahaan, karena dianggap dapat dipercaya dalam mengerjakan tugas-tugas pimpinan dan dapat memegang rahasia perusahaan. Dampak Pelecehan Seksual Dampak pelecehan seksual pada korban dari faktor psikologis antara lain adalah marah, stress, mengalami ketakutan, frustasi, rasa tidak berdaya dan menarik diri, serta kehilangan rasa percaya diri, merasa berdosa atau merasa dirinya sebagai penyebab terjadinya kasus pelecehan seksual. Sedangkan dampak ditinjau dari faktor kesehatan yaitu dapat mengalami akibat fisik seperti gangguan perut, nyeri tulang belakang, gangguan makan, gangguan tidur rasa cemas dan mudah marah. Berdasarkan ruang lingkup dan tanggung jawab (Thomas W. Bratawidjaja, 1996), sekretaris dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam yaitu: Pengertian Wanita Bekerja a. Sekretaris eksekutif Jenis dan Jabatan Sekretaris Berdasarkan Ruang Lingkup Sekretaris eksekutif adalah sekretaris yang juga berfungsi sebagai manajer karena secara langsung atau nyata menjalankan fungsi manajer eksekutif yang memiliki bawahan. Sekretaris eksekutif ini pada umumnya merupakan sekretaris untuk satu unit organisasi, contohnya: sekretaris dewan, sekretaris jenderal, sekretaris wilayah, sekretaris inspektorat jenderal, sekretaris yayasan, dan lain-lain. Wanita bekerja adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang dilakukan secara profesional oleh wanita untuk dapat menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Jenis dan Penyebab Wanita Ingin Bekerja Dapat disimpulkan bahwa jenis wanita bekerja terdiri dari tiga jenis yaitu pekerja wanita secara penuh, pekerja wanita part time dan freelance. Sedangkan penyebab wanita ingin bekerja adalah keinginan mencari tantangan baru, aktivitas baru, suasana baru, serta adanya faktor kondisi situasi dan keuangan keluarga yang kurang baik. b. Sekretaris pribadi Sekretaris pribadi adalah seorang yang mengerjakan kegiatan perkantoran untuk membantu seseorang tertentu dan bersifat pribadi. Sekretaris dalam pengertian ini bukan pegawai atau staf dari suatu organisasi atau perusahaan tetapi diangkat dan digaji oleh perorangan. 4 Penyebab Sekretaris Mengalami Walaupun bukan merupakan pelecehan seksual subjek penelitian mengatakan bahwa perlakuan itu tidak disukainya, menggangu konsentrasi kerja dan khawatir hubungan kerja akan terganggu jika menolak atau berlaku kasar pada pelaku. Pelecehan Seksual di Tempat Kerja Dari bentuk-bentuk pelecehan seksual yang dialami oleh subjek penelitian di atas (seorang sekretaris) Fitzgerald dan Schullman (dalam Betz & Fitzgerald, 1987), setiap tingkat akan diuraikan secara lebih terperinci mengenai pandangan subjek penelitian terhadap pelecehan seksual yang dialaminya di tempat kerja. c. Pelecehan Seksual pada Tingkat Tiga (Sexual Bribery) Sebagian besar subjek penelitian memandang bahwa perlakuan pada tingkat tiga (sexual bribery) sebagai bentuk pelecehan seksual. Subjek penelitian beralasan bahwa pelaku menganggapnya rendah, dan perlakuan itu sudah melampaui batas kesopanan. a. Pelecehan Seksual pada Tingkat Satu (Gender Harassment) Sebagian besar subjek penelitian memandang bahwa perlakuan pada tingkat satu (gender harassment) sebagai bentuk pelecehan seksual. Subjek penelitian tidak menyukai perbuatan itu karena bersifat porno, memperlihatkan perempuan sebagai objek seks, disampaikan pada saat yang tidak tepat, dan tidak sopan. Walaupun merupakan pelecehan seksual, beberapa subjek penelitian berpendapat bahwa perlakuan itu adalah wajar karena hal itu dipandang sebagai gurauan dan bentuk perhatian. d. Pelecehan Seksual pada Tingkat Empat (Sexual Coercion) Sebagian besar subjek penelitian memandang bahwa perlakuan pada tingkat empat (sexual coercion) sebagai bentuk pelecehan seksual. Subjek penelitian tidak menyukai perlakuan itu. e. Pelecehan Seksual pada Tingkat Lima (Gender Imposition) Semua subjek penelitian memandang bahwa perlakuan pada tingkat 5 (sexual imposition) sebagai bentuk pelecehan seksual. Subjek penelitian tidak menyukai perlakuan ini karena tidak sopan, tanpa ijin, dan pelaku mempunyai kelainan seksual. b. Pelecehan Seksual pada Tingkat Dua (Seduction Behaviour) Sebagaian besar subjek penelitian memandang bahwa perlakuan pada tingkat dua (seduction behaviour) tidak sebagai bentuk pelecehan seksual. Subjek penelitian beralasan bahwa perlakuan itu sebagai bentuk perhatian, gurauan, wajar jika orang dewasa membicarakan seksual, perlakuan laki-laki yang menyukai perempuan, tidak kurang ajar, pergaulan, hanya sebatas pembicaraan saja, dan sebagai salah satu resiko tugas wanita bekerja. Pelecehan Seksual Pada Wanita yang Bekerja Sebagai Sekretaris Pelecehan seksual pada wanita yang bekerja sebagai sekretaris adalah perhatian yang tidak diinginkan yang datang dari seseorang di tempat kerja 5 Subjek Penelitian dan menciptakan ketidaknyamanan atau mengganggu orang lain, yang berkaitan dengan isu seksual. Pelaku pelecehan seksual di tempat kerja adalah orang yang berada di sekitarnya, misalnya atasan yang berkedudukan lebih tinggi. Selain itu pelaku bisa datang dari rekan laki-laki, atau tamu laki-laki. Pelecehan seksual dapat terlihat jelas apabila dalam pekerjaan tersebut laki-laki jauh lebih tinggi jabatannya daripada perempuan. Karena tekanan-tekanan seks juga bisa datang dari pihak pekerja laki-laki yang setingkat dengan pekerja perempuan. Pelecehan seksual di tempat kerja bagi sekretaris dapat menghasilkan problema tersendiri bagi perempuan pekerja. Banyak perempuan yang terpaksa diam dan menerima tindakan pelecehan seksual karena takut kehilangan perkerjaan tersebut. Para korban tidak melaporkan dirinya karena takut apabila dia melaporkan akan terkena resiko seperti diberhentikan, diancam dengan cara-cara lain, akibatnya masalah ini ditutupi secara sosial. Subjek dalam penelitian ini berjumlah satu orang yaitu seorang wanita dewasa awal yang sudah bekerja sebagai sekretaris dan pernah mengalami pelecehan seksual di tempat kerjanya. Teknik Pengumpulan data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik wawancara dan catatan lapangan dengan subjek dan significant others. Untuk membantu proses pengumpulan data maka peneliti dilengkapi dengan pedoman wawancara dan alat perekam. Alat Bantu Penelitian a. Pedoman Wawancara Pedoman wawancara dikembangkan oleh peneliti untuk kepentingan penelitian yang bersangkutan, pedoman wawancara yang sudah disusun terdiri dari identitas subjek dan pertanyaan wawancara. b. Pedoman Observasi Pedoman observasi digunakan untuk panduan dalam melakukan observasi, pedoman ini digunakan untuk melihat perilaku apa saja yang muncul pada subjek penelitian yang akan dimasukkan dalam catatan lapangan. c. Tape Recorder Alat bantu elektronik berupa alat perekam menggunakan media perekam Handphone, yang digunakan untuk merekam hasil wawancara yang dilakukan, baik untuk subjek penelitian. d. Alat Bantu Tulis Alat bantu tulis berupa pulpen, pensil dan kertas untuk mencatat hasil wawancara dan observasi. METODOLOGI PENELITIAN Pendekatan Penelitian Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif yang sifatnya studi kasus karena penelitian kualitatif studi kasus sesuai digunakan pada masalahmasalah yang bertujuan untuk mengeksplorasi kehidupan seseorang atau tingkah laku seseorang dalam kehidupannya sehari-hari, dengan menggunakan penelitian kualitatif studi kasus juga diperoleh pemahaman yang mendalam tentang berbagai gejala-gejala sosial yang terjadi di dalam masyarakat. 6 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dari hasil penelitian diatas dijelaskan beberapa hal yaitu: atau handphone, dan subjek akan di berikan uang. dapat a. Sexual Coercion atau Threat Subjek mendapatkan pelecehan seksual pada tingkat empat atau Sexual Coercion/ Threat yang berupa suatu sanksi dan ancaman akan dipecat dari tempat subjek bekerja serta subjek mendapatkan kata-kata kasar oleh lawan jenisnya dikarenakan subjek menolak untuk melakukan hubungan seksual dengan lawan jenisnya tersebut. 1. Bagaimana Bentuk-bentuk Pelecehan Seksual Yang Dialami Subjek Di Tempat Kerja Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti menyimpulkan adanya beberapa bentuk-bentuk pelecehan seksual yang terjadi pada subjek di tempat kerjanya yaitu diantaranya b. Sexual Imposition Subjek mendapatkan pelecehan seksual pada tingkat lima atau Sexual Imposition yang berupa serangan atau paksaan yang bersifat seksual dan dilakukan secara kasar dan terang-terangan oleh lawan jenisnya. a. Gender Harassment Subjek mendapatkan perlakuan pelecehan seksual dari lawan jenis yang mana lawan jenisnya seperti penyalahgunaan kekuasaan, perbuatan yang merendahkan, melanggar hak-hak pribadi dan tingkah laku subjek. 2. Faktor – faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Pelecehan Seksual Pada Subjek b. Seduction Behavior Subjek mendapatkan pelecehan seksual pada tingkat dua atau Seduction Behavior seperti tangan subjek digelitik, kerdipan mata yang agak nakal, tepukan pundak dan pantat subjek, dan berbagai macam rayuan yang berupa ajakan makan malam atau nonton bioskop pada saat di luar jam kantor, serta suatu bentuk perhatian yang khusus dari lawan jenisnya yang berupa pijatanpijatan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti menyimpulkan adanya beberapa faktor pelecehan seksual yang terjadi pada subjek di tempat kerjanya yaitu diantaranya: Pada level satu atau Gender Harassment faktor penyebab subjek mendapatkan pelecehan seksual dari lawan jenisnya adalah situasi aman dan keadaan lingkungan kantor yang mendukung sehingga pelaku dengan leluasa melancarkan aksinya, subjek sebagai kaum wanita sebagai kaum yang lemah baik fisik maupun mental sehingga dapat dieksploitasi oleh pelaku sisi seksualitasnya. Kemudian perilaku, penampilan dan perkataan subjek yang menurut pelaku bersifat mengundang. c. Sexual Bribery Subjek mendapatkan pelecehan seksual pada tingkat tiga atau Sexual Bribery seperti menaikkan gaji, subjek akan dibelikan mobil, rumah 7 Pada level dua atau Seduction Behavior faktor penyebab subjek pernah mendapatkan suatu permintaan yang tidak senonoh dari lawan jenis adalah karena adanya niat dari atasannya yang mengajak subjek untuk melakukan hal-hal yang negatif, adanya obrolan yang menjurus kearah seksualitas, adanya sinyal dari subjek yang terlalu pasif, maka dari itu si pelaku bisa lebih dengan leluasa memberikan ajakan yang tidak senonoh tersebut serta di beberapa kasus lingkungan dan situasi sekitarnya yang cukup buat pelaku melancarkan untuk berbuat mesum. Pada level tiga atau Sexual Bribery faktor penyebab subjek pernah mendapatkan suatu ajakan untuk melakukan hal-hal yang bersifat seksual dengan disertai imbalan seperti uang, materi dan kenaikan jabatan yang dapat mengambil hati subjek, dan memberikan semua kebutuhan yang subjek perlukan berserta hadiah. Pada level empat atau Sexual Coercion atau Threat faktor penyebab ketika subjek menolak ajakan atau tawaran dari lawan jenis, subjek mendapatkan sanksi yaitu karena subjek menolak keinginan si pelaku, maka pelaku akan marah, mengancam lalu memberikan sanksi, tidak mendapat kenaikan gaji, promosi, tidak adanya lembur, dan faktor yang menyebabkan subjek pernah mendapatkan suatu siksaan dan kata-kata kasar dari lawan jenis anda ketika subjek menolak di ajak untuk berhubungan seksual. Pada level lima atau Sexual Imposition faktor yang menyebabkan subjek pernah mendapatkan suatu serangan secara kasar atau terang- terangan dari lawan jenis yaitu karena subjek secara kasar menolak permintaan si pelaku maka dari itu si pelaku menjadi lebih kasar dan agresif secara terang-terangan, faktor yang menyebabkan subjek langsung menceritakan hal tersebut pada orang-orang terdekatnya yaitu karena supaya subjek mendapatkan berbagai macam solusi mengenai permasalahan yang sedang subjek hadapi itu, faktor penyebab subjek pernah di ajak oleh lawan jenis yang dengan sengaja untuk memaksa menyentuh pada bagian-bagian seksualitas lawan jenis karena si pelaku merasa mempunyai kuasa makanya si pelaku bisa seenaknya bersikap seperti itu, dan faktor yang menyebabkan lawan jenis subjek suka medorong atau memegang tubuh secara langsung atau terangterangan yaitu karena subjek yang mana sebelumnya sudah berusaha menolaknya secara halus akan tetapi si pelaku tidak memperdulikannya begitu saja sehingga subjek akhirnya menolaknya dengan tegas dan kasar supaya si pelaku tidak melakukan hal yang sama dengan subjek. 3. Bagaimana Proses Reaksi Subjek Terhadap Pelecehan Seksual Yang Dialaminya Di Tempat Kerja Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti menyimpulkan proses reaksi adanya pelecehan seksual yang terjadi pada subjek di tempat kerjanya yaitu a. Pelecehan Seksual pada Tingkat Satu (Gender Harassment) Reaksi subjek yang memandang perlakuan pada tingkat satu (gender 8 harassment) sebagai pelecehan seksual adalah berawal dengan menanggapi, misalnya dengan ikut melihat gambar porno yang diperlihatkan pada rekannya itu. Selanjutnya, mengambil tindakan langsung dengan cara tersenyum, marah, atau berbicara ramah untuk menjaga nama perusahaan. Subjek menghindari perlakuan itu dengan pergi meninggalkan pelaku atau mengalihkan topik pembicaraan. Langkah untuk mengabaikan perlakuan itu dengan cara seolaholah tidak mengetahui jika perlakuan pelecehan seksual itu sedang berlangsung. Sekarang tindakan menghindari dilakukan dengan cara pergi meninggalkannya. Di abaikannya tindakan tersebut dengan cara seolah-olah subjek penelitian tidak mengetahuinya. Lalu tidak berbuat apa-apa dengan cara diam karena malu, dan merasa bersalah karena telah memakai rok mini. Saran dari significant other adalah karena adanya salah persepsi dari rekan kerja pria atau atasan maka subjek harus mengontrol perilaku, perkataan dan cara berpakaian agar tidak mengundang rekan kerja pria untuk melakukan pelecehan seksual terhadap diri subjek. mengalihkan pokok pembicaraan.Sekarang tindakan mengabaikan dilakukan dengan cara membiarkan, tidak melayani pembicaraan pelaku, atau melupakan peristiwa itu. Serta subjek diam saja karena tidak tahu bagaimana cara menolaknya. Saran dari significant other adalah lebih berhati hati dalam perkataan, berusaha menolak permintaan yang menjurus ke arah seksualitas, di ikuti dengan tindakan profesionalitas di tempat kerja. c. Pelecehan Seksual pada Tingkat Tiga (Sexual Bribery) Reaksi subjek yang awalnya memandang perlakuan pada tingkat tiga (sexual bribery) sebagai bentuk pelecehan seksual adalah menolak secara kasar, memberi saran, tertawa, mengucapkan terima kasih, mengembalikan hadiah pelaku, pulang, dan keluar kerja. Selanjutnya subjek hanya diam saja karena merasa terkejut dan tidak tahu harus berbuat apa dan mengabaikannya. Sekarang tindakan mengabaikannya dilakukan dengan cara tidak mempedulikannya. Saran dari significant other adalah tidak mudah menerima hadiah-hadiah atau imbalan dalam bentuk apapun, sebaiknya subjek bertindak secara profesional dalam bekerja maupun kehidupan pribadi. b. Pelecehan Seksual pada Tingkat Dua (Seduction Behavior) Reaksi subjek yang awalnya memandang bahwa perlakuan pada tingkat dua (seduction behavior) sebagai pelecehan seksual adalah terkejut, marah, menolak, memberi saran, atau tertawa. Selanjutnya subjek menghindari dengan cara pergi meninggalkan pelaku, atau d. Pelecehan Seksual pada Tingkat Empat (Sexual Coercion / Threat) Reaksi subjek yang awalnya memandang bahwa perlakuan pada tingkat empat (sexual coercion / threat) sebagai bentuk pelecehan 9 seksual adalah secara langsung dengan cara menolak, memberi saran kasar, marah, melaporkannya dengan melalui mengirim surat ke atasan yang lebih tinggi jabatannya, dan keluar dari pekerjaan. Selanjutnya mengabaikannya dengan cara membiarkan karena merupakan kebiasaan atasan berbuat seperti itu, lalu melupakannya begitu saja. Sedangkan sekarang subjek tidak dapat melakukan apa-apa walaupun sebenarnya di dalam hati subjek sangat tidak menyukai perlakuan itu. Saran dari significant other adalah supaya subjek lebih berhati hati terhadap rekan atau atasan yang mempunyai dan maksud tertentu, serta berusaha untuk menjauhi dan menghindari orang-orang tersebut. berusaha menyakiti subjek secara seksual. Kemudian untuk memberikan dampak jera, laporkan kejadian tersebut kepada pihak yang berwenang. Dan beri tuntutan agar pelaku tidak mengulangi pelecehan seksual terhadap karyawan perempuan yang lain. PENUTUP Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya, dapat diperoleh kesimpulan sbagai berikut : Kesimpulan 1. Bagaimana bentuk-bentuk pelecehan seksual yang dialami subjek di tempat kerja e. Pelecehan Seksual pada Tingkat Lima (Sexual Imposition) Pelecehan seksual pada tingkat satu atau Gender Harassment seperti penyalahgunaan kekuasaan, perbuatan yang merendahkan, melanggar hak-hak pribadi dan tingkah laku subjek, yaitu berbagai macam gurauan-gurauan yang menjurus kearah seksualitas karena lawan jenisnya melihat serta menganggap bahwa perempuan bisa dipakai sebagai objek seks, meskipun cara penyampaian lawan jenisnya tersebut bukan pada saat yang tepat untuk dibicarakan. Subjek mendapatkan pelecehan seksual pada tingkat dua atau Seduction Behavior seperti ketika bersalaman dengan lawan jenisnya tangan subjek digelitik, subjek juga mendapatkan kerdipan mata yang agak nakal dari si pelaku, tepukan pundak dan pantat subjek, dan subjek pernah mendapatkan berbagai macam rayuan yang berupa ajakan Reaksi pada subjek yang awalnya memandang perlakuan pada tingkat lima (sexual imposition) sebagai bentuk pelecehan seksual adalah secara langsung dengan melengos, mendorong, berontak, menolak secara tegas, marah, menegur secara baik-baik dulu jika tidak bisa baru secara kasar, melaporkannya ke atasan yang lebih tinggi jabatannya, dan keluar kerja. Reaksi selanjutnya menghindari dengan cara lari, dan pergi meninggalkan pelaku. Sekarang reaksi mengabaikan dengan cara melupakan dan memaafkan peristiwa itu. Kemudian tidak berbuat apa-apa yaitu dengan diam karena terkejut dan salah tingkah. Saran dari significant other adalah berikan perlawanan dan pelajaran terhadap orang yang 10 2. Faktor – faktor yang menyebabkan terjadi pelecehan seksual pada subjek makan malam atau nonton bioskop pada saat di luar jam kantor, serta suatu bentuk perhatian yang khusus dari lawan jenisnya yang berupa pijatan-pijatan. Subjek mendapatkan pelecehan seksual pada tingkat tiga atau Sexual Bribery yang berupa suatu ajakan untuk melakukan hal-hal yang berkenaan dengan perhatian seksual yang mana disertai dengan janji-janji untuk mendapatkan imbalan tertentu jika subjek mau diajak untuk berhubungan seksual dengan lawan jenisnya seperti menaikkan gaji, subjek akan dibelikan mobil, rumah atau handphone, dan subjek akan di berikan uang. Subjek mendapatkan pelecehan seksual pada tingkat empat atau Sexual Coercion/ Threat yang berupa suatu sanksi dan ancaman akan dipecat dari tempat subjek bekerja serta subjek mendapatkan kata-kata kasar oleh lawan jenisnya dikarenakan subjek menolak untuk melakukan hubungan seksual dengan lawan jenisnya tersebut. Subjek mendapatkan pelecehan seksual pada tingkat lima atau Sexual Imposition yang berupa serangan atau paksaan yang bersifat seksual dan dilakukan secara kasar dan terang-terangan oleh lawan jenisnya ketika subjek mendapatkan tugas ke luar kota dengan atasannya. Dimana atasannya meminta subjek untuk menemaninya dikamar yang berujung untuk melakukan hubungan seksual dengan subjek secara terangterangan. Pada pelecehan seksual level satu atau Gender Harassment faktor penyebab subjek mendapatkan pelecehan seksual dari lawan jenisnya adalah situasi aman dan keadaan lingkungan kantor yang mendukung sehingga pelaku dengan leluasa melancarkan aksinya, subjek sebagai kaum wanita sebagai kaum yang lemah baik fisik maupun mental sehingga dapat dieksploitasi oleh pelaku sisi seksualitasnya, dari perilaku, penampilan dan perkataan subjek yang menurut pelaku bersifat mengundang. Pada level dua atau Seduction Behavior faktor penyebab subjek pernah mendapatkan suatu permintaan yang tidak senonoh dari lawan jenis adalah karena adanya niat dari atasannya yang mengajak subjek untuk melakukan hal-hal yang negatif sehingga menurut atasannya itu sebagai seorang sekretaris subjek harus menuruti semua permintaan atasannya, mulai dari masalah dengan pekerjaan sampai pada masalah pribadi, dan pelaku berusaha untuk membuat suatu hubungan dengan subjek yang mana hubungan tersebut yang selanjutnya akan bisa lebih intens atau serius dengannya. Selanjutnya pada level tiga atau Sexual Bribery faktor penyebab subjek pernah mendapatkan suatu ajakan untuk melakukan hal-hal yang bersifat seksual dengan disertai imbalan seperti uang, materi dan kenaikan jabatan yang dapat mengambil hati subjek yaitu dengan memberikan semua kebutuhan yang subjek 11 perlukan berserta hadiah, maka si pelaku beranggapan kalau subjek bisa menuruti semua keinginannya. Lalu pada level empat atau Sexual Coercion/ Threat faktor penyebab ketika subjek menolak ajakan atau tawaran dari lawan jenis, subjek mendapatkan sanksi yaitu karena apabila subjek menolak keinginan si pelaku, maka pelaku akan marah, mengancam lalu memberikan sanksi, tidak mendapat kenaikan gaji, promosi, tidak adanya lembur, dan justru mendapatkan tugas-tugas yang lebih berat pada jam kerjanya daripada rekanrekannya yang lain dan karena subjek telah menolak ajakannya si pelaku untuk melakukan hubungan seksual, maka dari itu si pelaku marah-marah, mencaci maki ke subjek yang kurang jelas sebabnya. Pada level lima atau Sexual Imposition faktor yang menyebabkan subjek pernah mendapatkan suatu serangan secara kasar atau terangterangan dari lawan jenis yaitu karena subjek secara kasar menolak permintaan si pelaku maka dari itu si pelaku menjadi lebih kasar dan agresif secara terang-terangan, faktor yang menyebabkan subjek langsung menceritakan hal tersebut pada orang-orang terdekatnya yaitu karena supaya subjek mendapatkan berbagai macam solusi mengenai permasalahan yang sedang subjek hadapi itu. berawal dengan menanggapi. Selanjutnya, mengambil tindakan langsung dengan cara tersenyum, terkejut, marah, menolak secara kasar, memberi saran, tertawa, mengucapkan terima kasih, mengembalikan hadiah pelaku, pulang, dan keluar .Subjek menghindari perlakuan itu dengan pergi meninggalkan pelaku, mengabaikannya, mengalihkan topik pembicaraan, menghindari dengan cara lari, dan pergi meninggalkan pelaku. Sekarang tindakan menghindari dilakukan dengan cara pergi meninggalkannya. Di abaikannya tindakan tersebut dengan cara seolah-olah subjek penelitian tidak mengetahuinya, lalu tidak berbuat apa-apa dengan cara diam, mengabaikan dengan cara melupakan dan memaafkan peristiwa itu. Kemudian tidak berbuat apa-apa yaitu dengan diam karena terkejut dan salah tingkah, Saran – saran a. Sebaliknya subjek memakai pakaian yang lebih tertutup dan sopan. b. Pilihlah tempat yang terbuka saat ingin berkomunikasi dengan rekan kerja yang lawan jenis, karena hal ini untuk menghindari terjadinya pelecehan seksual. c. Melakukan komunikasi dengan rekan kerja yang lawan jenis hanya sebatas untuk kepentingan pekerjaan. d. Bersikap tegas untuk mengatakan tidak mengenai hal-hal yang mengarah pada perilaku pelecehan seksual. e. Sebaiknya anda menghindari berpergian sendirian pada malam 3. Bagaimana proses reaksi subjek terhadap pelecehan seksual yang di alami subjek di tempat kerja Reaksi subjek yang memandang perlakuan perlakuan tersebut sebagai tindakan pelecehan seksual adalah 12 hari dan tidak bekerja lembur sendirian pada malam hari. Juga dianjurkan untuk pergi bersama teman lainnya apabila ada keperluan diluar jam kantor dan memastikan bahwa keberadaan diri diketahui oleh orang lain. f. Kalau memungkinkan kita tegur pelaku pelecehan tersebut. Tindakan menegur ini akan membuat dia sadar bahwa aksinya diperhatikan orang dan tidak pantas dilakukan, syukur-syukur membuat pelaku ini malu untuk melakukannya lagi. g. Segera melapor pelecehan seksual yang terjadi di tempat kerja anda kepada pihak-pihak yang ditunjuk (atasan atau HRD) atau langsung melaporkan kepada kepolisian. Juni Bandung: Rosdakarya. PT. Remaja Betz, L. & Fitzgerald, E. (1987). The career psychology of women. California: Academic Press, Inc. Collier, Rohan. (1992). Pelecehan seksual : Hubungan dominasi mayoritas dan minoritas. Yogyakarta : PT. Tiara Wacana. Guntoro & Paramita Utamadi. (2001). Pelecehan seksual, hii serem. http://groups.yahoo.com/group/w anita-muslimah/message/3536. Diakses tanggal 27 September 2010. Heru Basuki, A. M. (2006). Penelitian kualitatif untuk ilmu-ilmu kemanusiaan dan budaya. Jakarta: Penerbit Gunadarma. Untuk Penelitian Selanjutnya Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian dengan melihat pengaruh budaya patriarki atau anggapan bahwa secara sosial laki-laki diposisikan lebih tinggi dari pada perempuan di lingkungan kerja, pandangan-pandangan perempuan mengenai tindakan pencegahan dan penyebarluasan informasi tentang pelecehan seksual, dan pelecehan seksual dilingkungan lain dengan subjek yang bervariasi. Serta diharapkan dapat untuk menambah jumlah subjek. Serta diharapkan dapat melakukan penelitian dengan lebih mendalam lagi, dengan melakukan observasi langsung di tempat kerja subjek. Moleong, L. J. (2005). Metode pendekatan kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Poerwandari, Kristi. (2000). Pemahaman bentuk-bentuk tindak kekerasan terhadap perempuan dan alternatif pemecahannya. Jakarta: Universitas Indonesia. Sabaroedin, S. (1998). Wanita, pendidikan, pekerjaan dan kodrat. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Thomas W. Bratawidjaja. (1996). Pengertian sekretaris. http://sakilasakina.blog.com. Diakses tanggal 13 Februari 2010. DAFTAR PUSTAKA Abrar, A. N. (1998). Pemberitahuan isu pelecehan dan kekerasan seksual dalam surat kabar Indonesia. 13