BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pertanian Organik Pengertian istilah pertanian organik menurut IFOAM (International Federation of Organik Agriculture Movement, 2008) adalah suatu sistem produksi yang berkelanjutan terhadap kesehatan tanah, ekosistem dan manusia. Hal itu tergantung kepada proses ekologi, keragaman hayati dan siklus yang beradaptasi dengan kondisi lokal daripada penggunaan komponen-komponen yang menimbulkan dampak kerugian. Pertanian organik menggabungkan tradisi, inovasi dan pengetahuan yang memberi keuntungan terhadap lingkungan yang digunakan bersama-sama dan memberikan hubungan yang adil dan kualitas hidup yang baik bagi seluruh komunitas yang terlibat. Menurut Peraturan Menteri Pertanian No 64 Tahun 2013 mengenai sistem pertanian organik adalah sistem manajemen produksi yang holistik untuk meningkatkan dan mengembangkan kesehatan agroekosistem, termasuk keragaman hayati, siklus biologi, dan aktivitas biologi tanah. Pertanian organik menekankan penerapan praktek-praktek manajemen yang lebih mengutamakan penggunaan input dari limbah kegiatan budidaya di lahan, dengan mempertimbangkan daya adaptasi terhadap keadaan/kondisi setempat. Jika memungkinkan hal tersebut dapat dicapai dengan penggunaan budaya, metoda 7 8 biologi dan mekanik, yang tidak menggunakan bahan sintesis untuk memenuhi kebutuhan khusus dalam sistem. IFOAM (2015) yang merupakan organisasi internasional untuk kegiatan pertanian organik telah memberikan sejumlah prinsip-prinsip pertanian organik yang dapat dipakai di seluruh dunia. Prinsip-prinsip tersebut meliputi: 1. Prinsip kesehatan Pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah, tanaman, hewan, manusia dan bumi sebagai satu kesatuan dan tak terpisahkan. 2. Prinsip ekologi Pertanian organik harus didasarkan pada sistem dan siklus ekologi kehidupan. Bekerja, meniru dan berusaha memelihara sistem dan siklus ekologi kehidupan. 3. Prinsip keadilan Pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu menjamin keadilan terkait dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama. 4. Prinsip perlindungan Pertanian organik harus dikelola secara hati-hati dan bertanggung jawab untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan generasi sekarang dan mendatang serta lingkungan hidup. Penerapan pertanian organik dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: 9 - Menghindari penggunaan benih/bibit hasil rekayasa genetika (GMO – Genetically modified organisms) - Menghindari penggunaan pestisida kimia sintetis. Pengendalian gulma, hama dan penyakit dilakukan dengan cara mekanis, biologis dan rotasi tanaman. - Menghindari penggunaan zat pengatur tumbuh (growth regulator) dan pupuk kimia sintetis. Kesuburan dan produktivitas tanah ditingkatkan dan dipelihara dengan menambahkan residu tanaman, pupuk kandang dan batuan mineral alami, serta penanaman legum dan rotasi tanaman Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan pertanian organik yang meliputi: 1. Di Bidang Kesehatan Menghasilkan makanan yang cukup, aman dan bergizi sehingga meningkatkan kesehatan masyarakat. Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi petani, karena petani akan terhindar dari paparan polusi yang diakibatkan oleh digunakannya bahan kimia sintetik dalam produksi pertanian. 2. Di Bidang Lingkungan a. Menjaga Kualitas Tanah Pertanian organik tidak merusak tanah karena tidak menggunakan bahanbahan kimia. Menjaga sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang baik merupakan hal yang penting dalam pertanian organik. Untuk itu dalam pertanian organik diutamakan cara pengelolaan tanah yang meminimalkan 10 erosi, meningkatkan kandungan bahan organik tanah serta mendorong kuantitas dan diversitas biologi tanah. b. Menjaga Kualitas Air Penjagaan kualitas air merupakan upaya yang sangat penting dalam sistem pertanian lestari. Pada areal pertanian organik, sumber air dijaga dengan menghindari praktek-praktek pertanian yang menyebabkan erosi tanah dan pencucian nutrisi, pencemaran air akibat penggunaan bahan kimia. c. Menjaga Kualitas Udara Pertanian organik terbukti mampu meminimalkan perubahan iklim global karena emisi gas rumah kaca (greenhouse gas emission) lebih baik dibandingkan pertanian konvensional. Dalam pertanian organik tidak menggunakan pupuk nitrogen sintetis sehingga tidak ada emisi nitrogen oksida dari pupuk buatan tersebut. d. Pengelolaan Limbah Praktek pertanian organik mengurangi jumlah limbah melalui daur ulang limbah menjadi pupuk organik. Kotoran ternak, jerami dan limbah pertanian lainnya yang selama ini dianggap limbah, justru menjadi bahan yang mempunyai nilai sebagai sumber nutrisi dan bahan organik bagi pertanian organik. 11 3. Keanekaragaman Hayati Pertanian organik tidak hanya menghindari penggunaan pestisida sintetis, namun juga mampu menciptakan keanekaragaman hayati. Praktek seperti rotasi pertanaman, tumpang sari serta pengolahan tanah konservasi merupakan hal-hal yang mampu meningkatkan keanekaragaman hayati dengan menyediakan habitat yang sehat bagi banyak spesies mulai dari jamur mikroskopis hingga binatang besar. 4. Peningkatan kesejahteraan Penggunaan pupuk organik dan pestisida organik dapat menghemat biaya operasional karena petani mampu mengolahnya sendiri. Selain itu, pengolahan tanah secara organik melalui pengolahan tanah secara minimum (minimum tillage) juga dapat mengurangi biaya operasional. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan jaminan kesehatan produk pertanian akan menaikkan jumlah yang ingin dibayar terhadap komoditi tersebut. Hal ini dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. 2.2 Perencanaan Bisnis Pengertian perencanaan bisnis menurut Bygrave (2015) adalah suatu dokumen yang menyatakan keyakinan akan kemampuan sebuah bisnis untuk menjual barang atau jasa dengan menghasilkan keuntungan yang memuaskan dan menarik bagi penyandang dana. Definisi yang lebih baik menyatakan bahwa 12 perencanaan bisnis adalah sebuah dokumen menjual yang mengungkapkan daya tarik dan harapan sebuah bisnis kepada penyandang dana potensial. Dengan perencanaan bisnis yang baik dapat diperoleh manfaat-manfaat sebagai berikut: 1. Menjaga perusahaan tetap berada pada strategi perusahaan Adalah sulit untuk tetap bertahan pada strategi perusahaan dengan melihat rutinitas dan gangguan sehari-hari. Tetapi perusahaan bisa melihat kembali strategi perusahaan dari perencanaan bisnis yang telah dibuat. 2. Tujuan bisnis menjadi lebih jelas. Penggunaan perencanaan bisnis untuk mendefinisikan dan mengelola tujuan bisnis yang dapat diukur, seperti jumlah pengunjung website perusahaan, jumlah penjualan, margin atau peluncuran produk baru 3. Perkiraan perusahaan akan menjadi lebih baik. Penggunaan perencanaan bisnis untuk memperbaiki perkiraan tentang masalah seperti potensi pasar, penjualan, biaya penjualan dan sebagainya. 4. Prioritas perusahaan akan lebih masuk akal. Disamping dari strategi, perusahaan harus membuat prioritas terhadap bisnis seperti pertumbuhan perusahaan, kesehatan keuangan dan manajemen. Perencanaan bisnis berguna untuk menentukan masalah ini. 13 5. Perusahaan akan memahami interdependensi. Penggunaan perencanaan bisnis untuk melacak apa yang perlu dilakukan dan dengan urutan yang bagaimana. 6. Milestone akan membuat perusahaan tetap pada jalur. Penggunaan perencanaan bisnis untuk melacak tanggal dan tenggat waktu pada suatu tempat. 7. Pendelegasian perusahaan akan lebih baik. Perencanaan bisnis merupakan tempat yang ideal untuk mengklarifikasi siapa yang bertanggung jawab dan untuk apa. 8. Mengelola anggota tim dan melacak hasilnya akan menjadi lebih mudah. Perencanaan bisnis merupakan format yang bagus untuk mendapatkan hal-hal dalam menulis dan menindaklanjuti perbedaan antara ekspektasi dan hasil yang didapatkan dengan koreksi tertentu. 9. Perusahaan dapat lebih baik merencanakan dan mengelola arus kas. Perencanaan arus kas merupakan cara yang bagus untuk menyatukan perkiraan penjualan, biaya, pengeluaran, aset yang ingin dibeli dan utang yang harus dibayar. 10. Koreksi tertentu akan menjaga bisnis perusahaan dari kegagalan. Memiliki perencanaan bisnis memberi perusahaan cara untuk bertindak proaktif dan bukan reaktif tentang bisnis 14 11. Menjadi sumber pendanaan bisnis Sumber pendanaan dari pihak ketiga misal perbankan, investor atau modal ventura memerlukan dokumen tertulis untuk mengetahui bisnis yang akan dibuat. Dokumen perencanaan bisnis yang menjual dapat mempermudah perusahaan memperoleh dana pembiayaan usahanya. Perencanaan bisnis dibuat dalam bentuk jangka pendek ataupun jangka panjang yang pertama kali diikuti untuk tiga tahun berjalan. Perencanaan bisnis merupakan perjalanan atau road map yang akan diikuti oleh perusahaan. Perencanaan bisnis dapat menjawab dimana saya sekarang berada, kemana saya akan menuju dan bagaimana caranya untuk menuju tujuan tersebut. Berikut ini merupakan tahapan-tahapan yang ada di dalam pembuatan perencanaan bisnis menurut Bygrave (2015): • Deskripsi perusahaan dan product (company & product description) • Analisa industri dan competitor (industry & competitor analysis) • Perencanaan marketing (marketing plan) • Operasional (operations) • Perencanaan pengembangan (development plan) • Tim (team) • Risiko kritikal (critical risks) • Perencanaan Keuangan (financial plan) • Ringkasan eksekutif (executive summary) • Lampiran (appendix) 15 Gambar 2.1. Tahapan Pembuatan Perencanaan Bisnis 2.3 Model Bisnis Osterwalder Konsep model bisnis kanvas yang dikembangkan oleh Alexander Osterwalder dan Yves Pigneur (2010) berhasil mengubah konsep model bisnis yang rumit menjadi sederhana. Dengan pendekatan kanvas, model bisnis ditampilkan dalam satu lembar kanvas, berisi peta 9 elemen. Karena kesederhanaannya, metode kanvas dapat mendorong sebanyak mungkin pengembangan model bisnis perusahaannya. karyawan terlibat dalam 16 Gambar 2.2. Model Bisnis Canvas Osterwalder Berikut ini merupakan 9 komponen yang terdapat dalam model bisnis kanvas menurut Osterwalder dan Pigneur (2010) : 1. Customer segments Dalam menjalankan roda bisnisnya, perusahaan harus menetapkan siapa yang harus dilayani. Organisasi dapat menetapkan untuk melayani satu atau lebih segmen. Penetapan segmen ini akan menentukan komponen-komponen lain dalam model bisnis. 17 2. Value proposition Value proposition adalah manfaat yang ditawarkan perusahaan kepada segmen pasar yang dilayani. 3. Channels Channels merupakan sarana bagi organisasi untuk menyampaikan value proposition kepada customer segment yang dilayani. Channels berfungsi dalam beberapa tahapan mulai dari kesadaran pelanggan sampai kepada pelayanan purna jual. 4. Revenue streams Revenue stream menjelaskan bagaimana perusahaan akan memperoleh pendapatan dari pelanggan. Meskipun demikian banyak perusahaan bisa membuka aliran masuk pendapatan dari kantong bukan pelanggan langsung. 5. Customer relationships Customer relationship merupakan cara perusahaan mendapatkan, mempertahankan dan menambah basis pelanggannya. 6. Key activities Key activities adalah kegiatan utama organisasi untuk dapat menciptakan proposisi nilai. 18 7. Key resources Key resources adalah sumber daya milik perusahaan yang digunakan untuk mewujudkan proposisi nilai. Sumber daya umumnya berwujud manusia, teknologi, peralatan, channel maupun brand. 8. Key partners Key partners merupakan sumber daya yang diperlukan oleh perusahaan untuk mewujudkan proposisi nilai tetapi tidak dimiliki oleh perusahaan tersebut. Pemanfaatan key partner oleh perusahaan dapat berbentuk outsourcing, joint venture, joint operation atau aliansi strategis. 9. Cost structure Cost structure merupakan komposisi biaya untuk mengoperasikan perusahaan mewujudkan proposisi nilai yang diberikan kepada pelanggan. Struktur biaya yang efisien menjadi kunci besarnya laba yang diperoleh perusahaan. 2.4 E-commerce Pengertian e-commerce menurut Laudon & Traver (2015) adalah suatu proses untuk menjual dan membeli produk-produk secara elektronik oleh konsumen dan dari perusahaan ke perusahaan dengan komputer sebagai perantara transaksi bisnis. Pengertian e-commerce menurut pemerintah Indonesia berdasarkan PP No.82 tahun 2012 menyatakan transaksi elektronik adalah perbuatan hukum yang 19 dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan komputer, dan/atau media elektronik lainnya. E-commerce sebenarnya sudah ada dalam berbagai bentuk selama lebih dari 20 tahun. Teknologi yang disebut dengan Electronic Data Interchange (EDI), Electronic Fund Transfers (EFT) yang diperkenalkan pada akhir tahun 1970, penggunaan kartu kredit, Automated Teller Machine (ATM) dan perbankan via telepon di tahun 1980-an merupakan bentuk-bentuk e-commerce. Komersialisasi dan privatisasi internet yang meningkat beberapa tahun yang lalu telah menjadi dasar pertumbuhan e-commerce. Berdasarkan pemaparan dari Kalakota dan Winston (1997) mengenai framework e-commerce dan dikutip kembali oleh Turban et al (2010) disebutkan bahwa aplikasi e-commerce disusun berdasarkan 4 pilar yaitu orang, kebijakan umum, standar teknis dan organisasi. Aplikasi e-commerce juga membutuhkan landasan infrastruktur yang kuat yang meliputi jasa bisnis umum, distribusi pesan dan informasi, isi multimedia dan publikasi jaringan, infrastruktur jaringan dan infrastruktur interface. Di atas semuanya itu, aplikasi e-commerce yang berhasil tetap memerlukan dukungan manajemen perusahaan yang kuat dari level atas sampai bawah. 20 Gambar 2.3. Framework E-commerce Ada banyak cara untuk mengklasifikasikan transaksi E-commerce. Berdasarkan sifat penggunanya, E-commerce dibagi menjadi 3 jenis (Laudon, 2015): 1. E-commerce bisnis ke konsumen (B2C) melibatkan penjualan produk dan layanan secara eceran kepada pembeli perorangan. Tabel 2.1 Model Bisnis B2C Model Bisnis Variasi Contoh Portal horisontal/general Yahoo.com vertikal/spesialisasi Sailnet.com Virtual merchant Amazon.com Clicks and bricks Walmart.com Catalog merchant LandsEnd.com Manufacturer direct Dell.com E-tailer Content Provider Cnn.com Transaction Broker Market Creator E-trade.com lelang Ebay.com Model Pendapatan iklan, subscription fee, transaction fee iklan, subscription fee, transaction fee sales of goods iklan, subscription fee, transaction fee iklan, subscription fee, transaction fee sales of goods iklan, subscription fee, affiliate referral fee Transaction fee Transaction fee 21 2. Service Provider Mybconsulting.com Community Provider About.com sales of service iklan, subscription fee, affiliate referral fee E-commerce bisnis ke bisnis (B2B) melibatkan penjualan produk dan layanan antar perusahaan. Tabel 2.2 Model Bisnis B2B Model Bisnis (1) Net Marketplaces E-Distributor E-Procurement Contoh Model Pendapatan Grainger.com Penjualan barang Fees of market-making services, supply chain management, pemenuhan service Pendapatan dan komisi dari transaksi Ariba.com Exchanges Exchange.eSteel.com Industry Covisint.com Consortia (2) Private Industrial Networks 3. Single-firm networks Proctor & Gamble Industry-wide networks Nistevo.inc Pendapatan dan komisi dari transaksi Biaya diserap oleh pemilik jaringan dan dipulihkan melalui produksi dan distribusi Kontribusi melalui anggota industri dan dipulihkan melalui efisiensi produksi dan distribusi; pendapatan dari transaksi dan service E-commerce konsumen ke konsumen (C2C) melibatkan konsumen yang menjual secara langsung ke konsumen. Tabel 2.3 Model Bisnis C2C Model Bisnis Konsumen ke konsumen Variasi Contoh Market creator Ebay.com Peer to peer Content provider Kazaa.com M-commerce Variasi Armani Model Pendapatan Transaction fees Subscription fee, iklan, transaction fee Sales of good and services 22 E-commerce memiliki beberapa manfaat, baik itu organisasi, perusahaan dan masyarakat itu sendiri, berikut beberapa manfaat dari e-commerce (Suyanto, 2003:50-51): a. Bagi organisasi pemilik e-commerce • Memperluas marketplace hingga ke pasar nasional dan internasional. • Dengan capital outplay yang minim, sebuah perusahaaan dapat dengan mudah menemukan lebih banyak pelanggan, supplier yang lebih baik dan partner bisnis yang paling cocok dari seluruh dunia. • E-commerce menurunkan biaya pembuatan, pemrosesan, pendistribusian, penyimpanan, dan pencarian informasi yang menggunakan kertas. • E-commerce mengurangi waktu antara outlay modal dan penerimaan produk dan jasa. b. Bagi konsumen • E-commerce memungkinkan pelanggan untuk berbelanja atau melakukan transaksi selama 24 jam sehari sepanjang tahun dari hampir setiap lokasi. • E-commerce memberikan lebih banyak pilihan kepada pelanggan, mereka bisa memilih berbagai produk dari banyak vendor. • E-commerce menyediakan produk dan jasa yang tidak mahal kepada pelanggan dengan cara mengunjungi banyak tempat dan melakukan perbandingan secara cepat. • Pelanggan bisa menerima informasi yang relevan secara detil dalam hitungan detik, bukan lagi hari atau minggu. c. Bagi masyarakat • E-commerce memungkinkan orang untuk bekerja di dalam rumah dan tidak 23 harus keluar rumah untuk berbelanja. Ini berakibat menurunkan arus kepadatan lalu lintas di jalan serta mengurangi polusi udara. • E-commerce memungkinkan orang di negara-negara dunia ketiga dan wilayah pedesaan untuk menikmati aneka produk dan jasa yang akan susah mereka dapatkan tanpa e-commerce. 2.5 Prototipe Pengertian prototipe menurut O’Brien (2002) adalah pengembangan yang cepat dan pengujian terhadap model kerja (prototipe) dari aplikasi baru melalui proses interaksi dan berulang-ulang yang biasa digunakan ahli sistem informasi dan ahli bisnis. Prototipe disebut juga desain aplikasi cepat (rapid application design/RAD) karena menyederhanakan dan mempercepat desain sistem. Proses pengembangan sistem sering kali mengambil format atau mencakup pendekatan prototipe. Prototipe berada pada tahap design dari langkah langkah dalam siklus pengembangan suatu sistem informasi digunakan untuk membantu pengembang sistem informasi dalam membentuk model dari perangkat lunak yang akan dibuat, dengan membuat model dapat diketahui kebutuhan pengguna yang mungkin saja sulit untuk ditentukan. Sebelum pengguna menentukan bahwa kebutuhannya telah dapat ditangkap secara lengkap oleh pembuat sistem informasi maka biasanya dibuat beberapa kali perubahan model yang disesuaikan dengan kebutuhan pengguna. Model prototipe yang dibuat tersebut dapat berupa : 1. Bentuk prototype di atas kertas dengan skema yang menggambarkan interaksi 24 antara pengguna yang mungkin terjadi. 2. Working prototype, model implementasi dari sebagian fungsi yang nanti akan digunakan dari yang ditawarkan perangkat lunak. 3. Model yang menggunakan program jadi yang melakukan sebagian atau seluruh fungsi yang akan dilakukan, tapi masih ada fitur yang masih dikembangkan. Skema tahapan pengembangan sistem informasi dengan pendekatan prototipe menurut O’Brien (2002) sebagai berikut: Gambar 2.4 Tahapan Prototipe Penjelasan tahapan-tahapan prototipe: 1. Identifikasi kebutuhan end user Pada tahap ini para pemakai akhir mengidentifikasi kebutuhan bisnis mereka dan menilai kelayakan beberapa alternatif solusi sistem informasi. Pengguna 25 sistem informasi dan vendor mengidentifikasikan semua kebutuhan, dan garis besar sistem yang akan dibuat beserta alternatif solusi sistem. 2. Membangun prototipe sistem bisnis Pada tahap ini para pemakai akhir atau pakar sistem informasi menggunakan alat pengembangan aplikasi untuk secara interaktif mendesain dan menguji prototipe berbagai komponen sistem informasi yang memenuhi kebutuhan para pemakai akhir. Membangun prototipe aplikasi pengembangan dengan membuat model sebagai uji coba yang mewakili kebutuhan pengguna secara garis besar. 3. Revisi prototipe ke dalam bentuk yang mendekati kebutuhan end user Model sistem bisnis diuji coba, dievaluasi dan dimodifikasi berulang-ulang hingga dapat diterima oleh pengguna dan dirasakan oleh pengguna telah sesuai dengan kebutuhan. 4. Menggunakan dan memelihara sistem bisnis yang telah diterima Dalam tahap ini sistem bisnis yang telah disepakati antara pengguna dan vendor dapat dimodifikasi dengan mudah karena sebagian besar dokumentasi dari sistem telah tersimpan. Model prototipe dimulai dengan pengumpulan kebutuhan. Pengembang dan user bertemu dan mendefinisikan obyektif keseluruhan dari software, mengidentifikasi segala kebutuhan yang diketahui, dan area garis besar dimana definisi lebih jauh merupakan keharusan kemudian dilakukan perencanaan secara cepat. Sehingga prototipe dikenal dengan Rapid Application Development (RAD). Keunggulan prototipe : • End user dapat berpartisipasi aktif 26 • Penentuan kebutuhan lebih mudah diwujudkan • Mempersingkat waktu pengembangan sistem informasi • Adanya komunikasi yang baik antara pengembang dan pelanggan • Pengembang dapat bekerja lebih baik dalam menentukan kebutuhan pelanggan • Pelanggan berperan aktif dalam pengembangan sistem • Lebih menghemat waktu dalam pengembangan sistem • Penerapan menjadi lebih mudah karena pemakai mengetahui apa yang diharapkannya Kelemahan prototipe : • Proses analisis dan perancangan terlalu singkat • Mengesampingkan alternatif pemecahan masalah • Bisanya kurang fleksibel dalam mengahadapi perubahan • Prototipe yang dihasilkan tidak selamanya mudah dirubah • Prototipe terlalu cepat selesai, hasil kurang maksimal