7 biaya penanganan dan pendistribusian hasil

advertisement
147
7 BIAYA PENANGANAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL
TANGKAPAN DI PPN PALABUHANRATU
7.1 Biaya Penanganan
Biaya penanganan merupakan keseluruhan pengeluaran yang dikeluarkan
oleh pelaku penanganan untuk melakukan kegiatan penanganan hasil tangkapan.
Biaya penanganan dapat berupa biaya investasi dan dapat berupa biaya produksi
yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Berikut ini (Tabel 56) adalah
besaran biaya penangana yang dikeluarkan oleh nelayan di tempat pendaratan,
oleh pedagang/perusahaan pengumpul dan pedagang pengecer di PPN
Palabuhanratu tahun 2010.
Tabel 56 Besaran biaya penanganan hasil tangkapan berdasarkan jenisnya di
tempat pedaratan, di tempat pedagang/perusahaan pengumpul dan di
tempat pedagang pengecer di PPN Palabuhanratu tahun 2010
Jenis ikan
Biaya
Investasi
Besaran (Rp)
Biaya produksi
TFC
TVC
TC
A. di tempat pendaratan
1. Tuna hasil tangkapan
a. Tuna longline
(oleh
90.000
28.000 357.000.000 357.028.000
perusahaan
pengumpul)
b. Pancing
rumpon
2. Tuna-tuna kecil
3. Cakalang
4. Tongkol
5. Layur
6. Ikan kecil
lainnya
B. di tempat pedagang/perusahaan pengumpul
1. Tuna hasil tangkapan
a. Tuna longline Dilakukan perusahaan pengumpul di tempat pendaratan
b. Pancing
85.425.000
18.835.000 309.370.000 328.205.000
rumpon
2. Tuna-tuna kecil
90.000.000
19.000.000 189.000.000 208.000.000
3. Cakalang
5.257.500
5.327.500
34.300.000
39.627.500
4. Tongkol
9.007.500
5.702.500
39.100.000
40.002.500
P
-
-
-
148
Lanjutan Tabel 56
Jenis ikan
Biaya
investasi
Besaran (Rp)
Biaya produksi
TFC
TVC
TC
P
5. Layur
a. oleh pedagang
90.000
18.000
5.950.000
5.968.000 pengumpul
b. oleh PT AGB
216.250.000
36.000.000 122.050.000 158.050.000 6. Ikan kecil
51.315.000
11.665.000
37.440.000
49.105.000 lainnya
C. di tempat pedagang pengecer
1. Tuna
Tidak dijual di tempat pedagang pengecer PPN Palabuhanratu
2. Tuna-tuna kecil
1.372.500
855.500
5.950.000
6.805.500 3. Cakalang
1.417.500
864.500
2.975.000
3.839.500 4. Tongkol
1.417.500
864.500
2.975.000
3.839.500 5. Layur
1.387.500
858.500
1.750.000
2.608.500 6. Ikan kecil
277.500
756.500 11.900.000
12.656.500 lainnya
Keterangan : TFC = total fixed cost/jumlah keseluruhan biaya tetap; TVC = total variable
cost/jumlah keseluruhan biaya varibel; TC = total cost/jumlah keseluruhan biaya
produksi; P = pinjaman
Biaya investasi dan biaya produksi penanganan hasil tangkapan di tempat
pendaratan di PPN Palabuhanratu hanya dikeluarkan untuk penanganan tuna hasil
tangkapan tuna longline. Biaya penanganan tuna hasil tangkapan longline di
tempat pendaratan dikeluarkan oleh perusahaan pengumpul tuna, karena kegiatan
tersebut dilakukan oleh perusahaan pengumpul tuna bukan oleh nelayan (sub bab
5.1 butir 1). Tidak terdapat biaya penanganan untuk jenis hasil tangkapan lainnya
di tempat pendaratan.
 Tuna
Berdasarkan Tabel 56 diketahui bahwa biaya investasi yang dikeluarkan
oleh perusahaan pengumpul tuna dalam penanganan hasil tangkapan tuna longline
di tempat pendaratan berjumlah Rp 90.000,00. Besaran biaya investasi tersebut
terdiri dari pembelian terpal dan pembelian sekop (Lampiran 27). Biaya produksi
penanganan tuna hasil tangkapan tuna longline oleh perusahaan pengumpul tuna
di PPN Palabuhanratu tahun 2010 berjumlah Rp 375.028.000,00 yang terdiri dari
biaya tetap Rp 28.000,00 dan biaya variabel Rp 357.000.000,00. Biaya tetap yang
dikeluarkan terdiri dari biaya penyusutan terpal dan penyusutan sekop, sedangkan
biaya variabelnya merupakan biaya pembelian es.
149
Perusahaan pengumpul tuna mengeluarkan biaya investasi Rp 85.425.000,00
untuk melakukan penanganan tuna hasil tangkapan pancing rumpon. Berdasarkan
Lampiran 27 diketahui biaya investasi tersebut terdiri dari pembelian terpal,
sekop, alat checker dan pengadaan coldstorage. Perusahaan pengumpul tuna di
PPN Palabuhanratu pada tahun 2010 mengeluarkan biaya produksi penanganan
tuna hasil tangkapan pancing rumpon sebesar Rp 328.205.000,00 (Tabel 57).
Biaya tersebut terdiri dari biaya tetap (penyusutan terpal, penyusutan sekop,
penyusutan checker, penyusutan coldstorage, perawatan coldstorage dan sewa
bangunan) dengan jumlah Rp 18.835.000,00 dan biaya variabel (upah karyawan,
listrik, pembelian es dan air) dengan jumlah Rp 309.370.000,00 (Lampiran 27).
 Tuna-tuna kecil
Besaran biaya investasi yang dikeluarkan oleh perusahaan pengumpul untuk
penanganan tuna-tuna kecil di tempat pedagang pengumpul berdasarkan Tabel 59
berjumlah Rp 90.000.000,00 yang digunakan untuk pengadaan coldstorage,
sedangkan besaran biaya investasi yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer
berjumlah Rp 1.372.500,00 yang digunakan untuk pembelian terpal, kotak plastik,
styrofoam dan ember (Lampiran 28).
Komposisi
biaya
produksi
penanganan
tuna-tuna
kecil
di
PPN
Palabuhanratu yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul terdiri biaya tetap
(sewa bangunan dan penyusutan kotak plastik) dan biaya variabel (upah karyawan
dan pembelian es). Biaya tetap dan variabel tersebut masing-masing berjumlah
Rp 19.000.000,00 dan Rp 189.000.000,00, sehingga biaya produksi penanganan
tuna-tuna kecil di PPN Palabuhanratu tahun 2010 berjumlah Rp 208.000.000,00.
Biaya produksi penanganan tuna-tuna kecil yang dikeluarkan oleh pedagang
pengecer di PPN Palabuhanratu tahun 2010 berjumlah Rp 6.805.500,00. Biaya
tersebut merupakan penjumlahan dari biaya tetap (Rp 855.500,00) dan biaya
variabel (Rp 5.950.000,00). Biaya tetapnya terdiri dari penyusutan terpal,
penyusutan styrofoam, penyusutan kotak plastik, penyusutan ember dan sewa
bangunan, sedangkan biaya variabelnya dikeluarkan untuk pengadaan es
(Lampiran 28).
150
 Cakalang
Penanganan cakalang memerlukan biaya investasi dengan jumlah Rp
5.357.500,00 bagi pedagang pengumpul dan Rp 1.417.500,00 bagi pedagang
pengecer. Besaran biaya investasi oleh pedagang pengumpul berdasarkan
Lampiran 29 merupakan pengeluaran untuk pembelian ember, blong dan kotak
plastik. Biaya investasi yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer untuk
penanganan cakalang merupakan pengeluaran untuk pembelian terpal, kotak
plastik, styrofoam dan pembelian ember (Lampiran 29).
Berdasarkan Tabel 57 didapatkan bahwa pada tahun 2010 pedagang
pengumpul di PPN Palabuhanratu mengeluarkan biaya produksi penanganan
cakalang sebesar Rp 39.627.500,00. Biaya tersebut terdiri dari biaya tetap sebesar
Rp 5.327.500,00 (penyusutan ember, penyusutan blong, penyusutan kotak plastik
dan sewa bangunan) dan biaya variabel sebesar Rp 34.300.000 (upah karyawan
dan pembelian es). Tabel 57 juga memberikan informasi jumlah biaya produksi
yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer untuk melakukan penanganan cakalang
yaitu sebesar Rp 3.839.000,00 yang terdiri dari biaya tetap Rp 864.000,00 dan
biaya variabel Rp 2.975.000,00. Komponen biaya tetapnya adalah penyusutan
terpal, penyusutan kotak plastik, penyusutan, penyusutan styrofoam, penyusutan
ember dan sewa bangunan, sedangkan biaya variabelnya merupakan biaya
pembelian es.
 Tongkol
Biaya investasi yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul untuk
melakukan penanganan terhadap tongkol berjumlah Rp 9.007.500,00 yang terdiri
dari pembelian ember, blong dan kotak plastik. Biaya investasi yang dikeluarkan
oleh pedagang pengecer untuk penanganan tongkol sama dengan penanganan
cakalang yaitu sebesar Rp 1.417.500,00 yang terdiri dari pembelian terpal, kotak
plastik, styrofoam dan pembelian ember.
Penanganan hasil tangkapan tongkol di PPN Palabuhanratu tahun 2010
membutuhkan biaya produksi sebesar Rp 40.002.500. Biaya tersebut merupakan
penjumlahan dari biaya tetap Rp 5.702.500,00 dan biaya variabel Rp 39.100.000.
Berdasarkan Lampiran 30 diketahui bahwa biaya tetap dikeluarkan dalam bentuk
151
penyusutan ember, penyusutan blong, penyusutan kotak plastik dan sewa
bangunan. Lampiran 30 juga memberikan informasi bahwa biaya variabel
dikeluarkan dalam bentuk upah karyawan dan pembelian es. Biaya produksi
penanganan tongkol oleh pedagang pengecer di PPN Palabuhanratu tahun 2010
berjumlah Rp 3.839.000,00 yang terdiri dari biaya tetap Rp 864.000,00
(penyusutan terpal, penyusutan kotak plastik, penyusutan, penyusutan styrofoam,
penyusutan ember dan sewa bangunan) dan biaya variabel Rp 2.975.000,00 (biaya
pembelian es).
 Layur
Penanganan layur di PPN Palabuhanratu dilakukan oleh pedagang
pengumpul, perusahaan pengumpul layur (PT AGB) dan pedagang pengecer.
Besaran biaya investasi yang dikeluarkan oleh masing-masing pelaku penanganan
tersebut yaitu Rp 90.000,00 oleh pedagang pengumpul, Rp 215.250.000,00 oleh
PT AGB dan Rp 1.387.000,00 oleh pedagang pengecer. Investasi yang
dikeluarkan oleh pedagang pengumpul merupakan pembelian styrofoam, yang
dikeluarkan oleh PT AGB terdiri dari pembelian trais, kotak baja ringan,
pengadaan coldstorage dan pengadaan freezer, sedangkan oleh pedagang
pengumpul terdiri dari pembelian kotak palstik, styrofoam dan ember.
Biaya produksi penanganan layur di PPN Palabuhanratu tahun 2010 (Tabel
57) yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul berjumlah Rp 5.968.000,00, yang
terdiri dari biaya tetap (Rp 18.000,00) dan biaya variabel (Rp 5.950.000,00).
Biaya tetap tersebut dikeluarkan dalam bentuk penyusutan styrofoam, sedangan
biaya variabel dikeluarkan dalam bentuk pembelian es. Biaya operasional
penanganan layur oleh PT AGB berjumlah Rp 158.050.000,00. Jumlah tersebut
terdiri dari biaya tetap sebesar Rp 18.000.000,00 dan biaya variabel Rp
122.050.000,00. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh PT AGB adalah penyusutan
trais, penyusutan kotak baja ringan, penyusutan coldstorage, penyusutan freezer,
perawatan coldstorage, perawatan freezer, sewa tanah dan pas kebersihan. Biaya
variabelnya adalah penggunaan air, penggunaan listrik, upah karyawan dan
pembelian kotak kardus (Lampiran 31). Biaya penanganan layur yang dikeluarkan
oleh pedagang pengecer berjumlah Rp 2.608.500,00. Biaya ini merupakan
152
penjumlahan dari biaya tetap (penyusutan kotak plastik, penyusutan styrofoam,
penyusutan ember dan sewa kios) sebesar Rp 858.500,00 dan biaya variabel
(pembelian daun pisang dan es) sebesar Rp 1.750.000.
 Ikan kecil lainnya
Biaya investasi yang dikeluarkan untuk melakukan penanganan ikan kecil
lainnya hanya dikeluarkan oleh pedagang pengumpul dan pedagang pengecer,
karena hanya di tempat kedua pelaku tersebut hasil tangkapan ikan kecil lainnya
mendapatkan penanganan (sub bab 5.1 butir 6). Besaran biaya investasi yang
dikeluarkan pedagang pengumpul sebesar Rp 51.315.000 menurut Lampiran 32
merupakan biaya pengadaan coldstorage, pembelian ember, trais dan styrofoam.
Besaran biaya investasi oleh pedagang pengecer yang berjumlah Rp 277.500,00
dan berdasarkan lampiran 31 diketahui terdiri dari pembelian styrofoam dan
ember.
Biaya produksi penanganan ikan kecil lainnya berjumlah Rp 49.105.000.00.
Biaya tersebut menurut Lampiran 32 terdiri dari biaya tetap (sewa bangunan, upah
karyawan, listrik dan penyusutan investasi) sebesar Rp 11.665.000,00 dan biaya
variabel (penggunaan air dan es) sebesar Rp 37.440.000,00. Pedagang pengecer
ikan kecil lainnya mengeluarkan biaya produksi penanganan ikan kecil lainnya
dengan jumlah Rp 12.656.500,00. Biaya produksi tersebut merupakan
penjumlahan dari biaya tetap (sewa bangunan, penyusutan styrofoam dan
penyusutan ember) Rp 756.500,00 dengan biaya variabel (pembelian es)
Rp 11.900.000,00.
Secara umum biaya investasi penanganan per jenis hasil tangkapan dari
yang terbesar yaitu layur, tuna-tuna kecil, tuna, ikan kecil lainnya, tongkol dan
cakalang. Biaya produksi penanganan per jenis hasil tangkapan dari yang terbesar
yaitu tuna, tuna-tuna kecil, layur, ikan kecil lainnya, tongkol dan cakalang.
Investasi pendistribusian hanya dikeluarkan oleh perusahaan pengumpul tuna,
layur dan tuna-tuna kecil. Biaya produksi pendistribusian per jenis hasil tangkapan
dari yang terbesar yaitu tongkol, tuna, layur, cakalang, ikan kecil lainnya dan
tuna-tuna kecil. Secara umum tidak terdapat pinjaman yang dilakukan untuk
153
melakukan kegiatan penanganan dan pendistribusian hasil tangkapan di PPN
Palabuhanratu.
Berdasarkan penjelasan di atas diketahui bahwa secara keseluruhan biaya
investasi dan biaya produksi untuk hasil tangkapan tujuan ekspor (tuna dan layur)
lebih besar dibandingkan dengan hasil tangkapan lainnya. Biaya investasi dan
biaya produksi tersebut dikeluarkan oleh perusahaan pengumpul yang melakukan
penanganan terhadap hasil tangkapan tersebut sebelum didistribusikan.
Kekurangan dari penanganan hasil tangkapan tuna dan layur adalah
penanganan hasil tangkapan tersebut lebih terfokus pada hasil tangkapan yang
layak di ekspor saja. Hasil tangkapan tuna dan layur yang tidak layak ekspor dan
hanya didistribusikan lokal dan nasional tidak terlalu diperhatikan oleh nelayan
dan pedagang pengecer. Hal tersebut terlihat dari biaya produksi penanganan hasil
tangkapan tersebut di tempat pedagang pengecer yang lebih kecil dibandingkan
ikan kecil lainnya.
Sebaiknya penanganan hasil tangkapan yang bukan tujuan ekspor lebih
diperhatikan untuk menjaga kualitasnya walaupun biaya investasi dan biaya
produksi yang dikeluarkan lebih besar. Hal ini sangat berat bagi nelayan dan
pedagang karena walaupun investasi dan biaya produksi penanganan meningkat,
namun permintaan dan harga tidak meningkat. Hal ini disebabkan karena
konsumen Indonesia lebih mementingkan kuantitas dibandingkan kualitas.
7.2 Biaya Pendistribusian
Pendistribusian hasil tangkapan di PPN Palabuhanratu dapat berupa
pendistribusian di dalam PPN Palabuhanratu (pengangkutan hasil tangkapan dari
satu tempat pelaku pemasaran hasil tangkapan ke tempat pelaku pemasaran
lainnya tetapi masih di dalam PPN Palabuhanratu) maupun pengangkutan hasil
tangkapan dari dalam PPN Palabuhanratu ke luar PPN Palabuhanratu. Contoh dari
pendistribusian di dalam PPN Palabuhanratu adalah pengangkutan hasil
tangkapan tuna dari tempat pendaratan ke tempat perusahaan pengumpul tuna,
sedangkan contoh dari pendistribusian ke luar PPN Palabuhanratu adalah
pendistribusian layur dari PT AGB PPN Palabuhanratu ke PT AGB Muara Angke
Jakarta.
154
Pendistribusian tersebut memerlukan biaya yang terdiri dari biaya investasi
dan biaya produksi pendistribusian. Berikut ini merupakan hasil perhitungan
investasi dan biaya produksidalam pendistribusian hasil tangkapan di PPN
Palabuhanratu tahun 2010 berdasarkan jenis hasil tangkapannya :
Tabel 57 Besaran biaya pendistribusian hasil tangkapan berdasarkan jenisnya di
tempat pedaratan, di tempat pedagang/perusahaan pengumpul dan di
tempat pedagang pengecer di PPN Palabuhanratu tahun 2010
Jenis ikan
Biaya
investasi
Besaran (Rp)
Biaya produksi
TFC
TVC
A. di tempat pendaratan
1. Tuna
2. Tuna-tuna kecil
3. Cakalang
4. Tongkol
5. Layur
6. Ikan kecil
lainnya
B. di tempat pedagang/perusahaan pengumpul
1. Tuna
375.000.000
21.400.000
2. Tuna-tuna kecil
150.000.000
8.600.000
3. Cakalang
60.000
4. Tongkol
50.000
5. Layur
a. oleh pedagang
75.000
pengumpul
b. oleh PT AGB
225.000.000
13.500.000
6. Ikan kecil
35.000
lainnya
P
TC
1.600.000
800.000
3.500.000
3.500.000
-
1.600.000
800.000
3.000.000
3.000.000
-
-
-
-
-
21.400.000
140.700.000
192.850.000
385.700.000
373.150.000
149.300.000
192.910.000
385.750.000
-
6.000.000
7.075.000
-
216.300.000
229.800.000
-
192.850.000
192.885.000
-
Keterangan : TFC = total fixed cost/jumlah keseluruhan biaya tetap; TVC = total variable
cost/jumlah keseluruhan biaya varibel; TC = total cost/jumlah keseluruhan biaya
produksi; P = pinjaman
Berdasarkan Tabel 58 di atas diketahui bahwa secara umum yang
mengeluarkan biaya investasi dalam pendistribusian hasil tangkapan dikeluarkan
oleh perusahaan pengumpul tuna, tuna-tuna kecil dan layur. Hal ini bukan berarti
pendistribusian hanya dilakukan oleh ketiga pelaku tersebut, terdapat pelaku
pendistribusian lainnya yang tidak mengeluarkan biaya investasi untuk melakukan
pendistribusian hasil tangkapannya. Bentuk investasi yang dikeluarkan oleh
perusahaan pengumpul tuna, tuna-tuna kecil dan perusahan pengumpul layur (PT
155
AGB) sama yaitu pembelian mobil bak tertutup. Besaran biaya invetasi
perusahaan pengumpul di PPN Palabuhanratu tahun 2010 untuk tuna berjumlah
Rp 375.000.000,00 (5 unit mobil bak tertutup), untuk tuna-tuna kecil berjumlah
Rp 150.000.000,00 (2 unit mobil bak tertutup) dan untuk layur berjumlah Rp
225.000.000,00 (3 unit mobil bak tertutup).
Selain mengeluarkan biaya investasi, pelaku pendistribusian hasil tangkapan
di PPN Palabuhanratu berdasarkan hasil wawancara juga mengeluarkan biaya
produksi pendistribusian. Biaya produksi tersebut terdiri dari biaya tetap (selalu
dikeluarkan dan tidak bergantung pada jumlah hasil tangkapan yang
didistribusikan) dan biaya variabel (tidak selalu dikeluarkan dan bergantung pada
besaran jumlah hasil tangkapan yang didistribusikan). Berikut ini dijelaskan biaya
produksi pendistribusian per jenis hasil tangkapannya :
 Tuna
Biaya produksi pendiribusian tuna di PPN Palabuhanratu dikeluarkan oleh
nelayan dan perusahaan pengumpul tuna. Biaya produksi pendistribusian tuna
yang dikeluarkan oleh nelayan merupakan biaya variabel yaitu upah angkut tuna
dari tempat pendaratan ke tempat perusahan pengumpul tuna. Biaya tersebut tahun
2010 berjumlah Rp 1.600.000,00 (Tabel 59). Biaya produksi pendistribusian tuna
oleh perusahaan pengumpul tuna berjumlah Rp 373.000.000,00 yang terdiri dari
biaya tetap Rp 21.250.000,00 dan biaya variabel Rp 351.750.000,00 (Lampiran
33). Biaya tetap yang dikeluarkan berupa penyusutan, perawatan mobil bak
tertutup dan alat tulis kantor, sedangkan biaya variabel yang dikeluarkan berupa
pas masuk mobil ke pelabuhan, bensin mobil, gaji sopir dan gaji kenek mobil.
 Tuna-tuna kecil
Keseluruhan biaya produksi pendistribusian tuna-tuna kecil oleh nelayan di
PPN Palabuhanratu tahun 2010 berjumlah Rp 800.000,00 (Tabel 59). Biaya
tersebut berupa upah angkut tuna-tuna kecil dari tempat pendaratan ke tempat
pedagang pengumpul. Biaya produksi pendistribusian tuna-tuna kecil yang
dikeluarkan oleh pedagang pengumpul PPN Palabuhanratu berjumlah Rp
149.300.000,00 yang terdiri dari biaya tetap Rp 8.600.000,00 dan biaya variabel
Rp 140.700.000,00. Biaya tetap yaitu hasil penjumlahan penyusutan dan
156
perawatan mobil bak tertutup dan alat tulis kantor, sedangkan biaya variabel yaitu
penjumlahan biaya pas masuk PPN Palabuhanratu, sewa mobil pick up dan bensin
mobil (Lampiran 34).
 Cakalang
Pendistribusian cakalang oleh nelayan di PPN Palabuhanratu tahun 2010
menurut Tabel 59 memerlukan biaya produksi sejumlah Rp 3.000.000,00. Biaya
tersebut dikeluarkan nelayan berupa upah angkut hasil tangkapan cakalang dari
tempat pendaratan ke tempat pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul
mengeluarkan biaya produksi pendistribusian cakalang dengan jumlah Rp
192.910.000,00 (Tabel 59). Biaya tersebut merupakan pernjumlahan biaya tetap
Rp 60.000,00 berupa alat tulis kantor dengan biaya variabel Rp 192.850.000,00
berupa penjumlahan biaya sewa mobil pick up, bensin mobil dan pas masuk PPN
Palabuhanratu (Lampiran 35).
 Tongkol
Bentuk biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh nelayan untuk
pendistribusian tongkol di PPN Palabuhanratu tahun 2010 adalah upah angkut dari
tempat pendaratan ke tempat pedagang pengumpul. Biaya tersebut berjumlah Rp
3.000.000,00 (Lampiran 36). Biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh
pedagang pengumpul untuk mendistribusikan hasil tangkapan tongkol dari PPN
Palabuhanratu tahun 2010 berjumlah Rp 385.700.000,00. Jumlah tersebut
merupakan penjumlahan biaya tetap berupa alat tulis kantor dengan biaya variabel
yang terdiri dari sewa mobil pick up, pas masuk PPN Palabuhanartu dan bensin
mobil. Besar biaya tetapnya adalah Rp 50.000,00 sedangkan besar biaya
variabelnya adalah Rp 385.700.000,00.
 Layur
Besaran biaya produksi pendistribusian yang dikeluarkan oleh PT AGB
selaku perusahaan penanganan layur adalah Rp 229.300.000,00. Biaya produksi
PT AGB tersebut terdiri dari biaya tetap Rp 13.000.000,00 dan biaya variabel Rp
216.300.000,00 (Lampiran 37). Biaya tetap yang dikeluarkan oleh PT AGB terdiri
157
dari alat tulis kantor, penyusutan dan perawatan mobil bak tertutup.. Biaya
variabel yang dikeluarkan oleh PT AGB terdiri dari pembayaran pas masuk PPN
Palabuhanratu, bensin mobil, gaji sopir dan gaji kenek.
 Ikan kecil lainnya
Biaya produksi pendistribusian ikan kecil lainnya di PPN Palabuhanratu
tahun 2010 hanya dikeluarkan oleh pedagang pengumpul dengan jumlah Rp
192.885.000,00. Biaya tersebut teridiri dari biaya tetap dan biaya variabel.
Berdasarkan Lampiran 38 biaya tetap yang dikeluarkan adalah alat tulis kantor
dengan jumlah Rp 35.000,00. Biaya variabel yang dikeluarkan berupa sewa mobil
pick up, pas masuk PPN Palabuhanartu dan bensin mobil yang kesemuanya
berjumlah Rp 192.850.000,00.
Berdasarkan uraian pada bab 7.2 secara keseluruhan diketahui bahwa
investasi hanya dikeluarkan oleh perusahaan pengumpul tuna, tuna-tuna kecil dan
layur. Hal ini karena perusahaan tuna, tuna-tuna kecil dan layur melakukan
pengadaan
mobil
bak
tertutup
untuk
pendistribusian
ikannya.
Pelaku
pendistribusian lainnya tidak melakukan pengadaan alat yang berupa investasi,
gerobak dan mobil bak terbuka yang digunakan dalam pendistribusian disewa
oleh pelaku sehingga termasuk ke dalam biaya operasional.
Biaya produksi secara keseluruhan dikeluarkan oleh 3 pelaku yaitu nelayan,
pedagang pengumpul dan perusahaan pengumpul. Biaya produksi yang
dikeluarkan oleh nelayan jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan biaya
produksi yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul atau perusahaan
pengumpul. Hal ini karena perbedaan jarak pendistribusian dimana nelayan
melakukan pendistribusian di dalam PPN Palabuhanratu, sedangkan pedagang
pengumpul atau perusahaan pengumpul melakukan pendistribusian ke luar PPN
Palabuhanratu. Selain itu terdapat perbedaan alat yang digunakan dan jumlah hasil
tangkapan yang didistribusikan.
Biaya produksi yang paling besar dikeluarkan oleh pedagang pengumpul
tongkol, walaupun tongkol hanya didistribusikan untuk tujuan lokal dan nasional.
Biaya produksi tongkol tersebut lebih besar dibandingkan biaya produksi tuna,
tuna-tuna kecil dan layur yang merupakan komoditas ekspor. Hal ini karena
158
pedagang pengumpul tongkol masih menyewa mobil bak terbuka kepada orang
lain yang dimasukkan ke dalam biaya produksi, sedangkan perusahaan pengumpul
tuna, tuna-tuna kecil dan layur melakukan investasi berupa mobil bak tertutup
sehingga tidak terdapat penyewaan mobil di dalam biaya produksinya.
Download