Halaman 1 Newsletter IKATAN SOSIOLOGI INDONESIA (ISI) INDONESIA SOCIOLOGICAL ASSOCIATION (INASA) Edisi No 1 Tahun 2011 DARI REDAKSI TOKOH SOSIOLOGI INDONESIA Pertama kali, news letter Ikatan Sosiologi Indonesia Terbit dengan wajah baru. Newsletter ini diterbitkan sebagai media informasi dan silahturahmi antar sosiolog Indonesia, pada edisi perdana kali ini ISI sengaja menampilkan profil professor Nasikun yang dengan kegigihannya membawa enligtment kepada mahasiswanya dan pengembangan keilmuan sosiologi Indonesia secara umum. Ada pula kisah dari Rahma aprizety seorang pegawai BKKBN yang dengan kegigihannya berjuang meluaskan sosiologi di manokwari. Itu semua terangkung komplit dalam newsletter ISI edisi perdana ini. Newsletter Ikatan Sosiologi Indonesia juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh sosiolog yang telah berpartisipasi mengirimkan karyanya kepada kami, sebagai informasi dan wadah yang tentu sangat tepat dan dibutuhkan oleh seluruh civitas akademika sosiologi tentunya, akademisi yang selalu haus akan informasi yang berguna bagi pengembangan keilmuan diri, lingkungannya dan bangsa tentunya. Akhir kata, saya dan seluruh pengurus Ikatan Sosiologi Indonesia mengucapkan terima kasih kepada sosiolog sekalian, atas peran serta dan partisipasinya dalam membangun Indonesia yang lebih baik. Membangun Fondasi Etis Profesor Nasikun, dosen Sosiologi di di Fakultas Sosial Politik Universitas Gadjah Mada (sekarang FISIP-UGM) adalah dosen yang sangat memiliki integritas keilmuan dan pembangunan manusia. Professor Nasikun merupakan lulusan UGM tahun 1971 dari Jurusan Sosiologi. Selalu mendapat tempat istimewa dari sesame dosen, kolega dan mahasiswanya karenakepribadiannya yang rendah hati dan santun kepada setiap orang. Professor Nasikul dipandang sebagai seorang bapak, guru yang memiliki kedalam pengetahuan mengenai permasalahan social yang terjadi di masyarakat. Salah satu tulisannya yang paling fenomenal adalah tulisannya dalam pidato pengukuhan Guru Besar Sosiologi FISIP UGM patut mendapat perhatian mendalam segenap civitas akademika sosiologi, karena tulisan tersebut memberikan gambaran bagaimana ilmu pengetahuan yang semakin besar tidak serta merta menjadi sebuah komodifikasi ekonomi melainkan juga bersinergi dengan norma dan nilai yang telah mengakar, terutama nilai pencasila. Happy Reading ! Salam Sosiologi Dr. Drajat Tri Kartono Ketua Ikatan Sosiologi Indonesia Redaksi. Rifqi Khairul Anam DAFTAR ISI: Dari Redaksi 1 Tokoh Sosiologi Indonesia 1 Profesor Nasikun Gagasan 2 Temuan 3 Praktis Sosiologi Profesor Nasikun Kebudayaan 3 Rahma Apprizeti Kolom Mahasiswa 4 Kegiatan ISI 4 Publikasi 4 Kepustakaan 4 Profesor Nasikun dalam pidato pengukuhannya Mengingatkan kita bahwa komodifikasi yang terjadi disegala bidang tidak lepas dari ekspansi neoliberalisme yang merentangkan syapnya melalui sejumlah regulasi yang dilakukan oleh sejumlah institusi multilateral (missal : IMF, World Bank dan WTO) telah mengekspansi sampai ketingkat mendasar sebuah golongan masyarakat. Permasalahan kunci yang terjadi menurut beliau adalah “desublimasi represif” yang terjadi kelas atas dan kelas bawah, penundukan yang seolah-olah sesuatu yang diinginkan misalkan dimana Negara barat melakukan regulasi perdagangan internasional yang bebas dan demokratis akan tetapi sebenarnya terjadi eksploitasi yang lebih besar terhadap Negara-negara timur. Misalnya Swalayan yang semakin menjamur di perkotaan terlihat menambah makmurnya suatu kota dan masyarakat lebih senang berbelanja disana, tetapi permasalahan terbesarnya kehancuran ekonomi karena matinya usaha lokal menjadi kenyataan. Sebagai penutup, Profesor Nasikun melihat pendidikan yang berkarakter kuat berlandaskan falsafah bangsa merupakan salah satu jalan menghindari desublimasi represif yang semakin gencar di dengung-dengungkan oleh Negara barat dan para kompradornya. Halaman 2 Newsletter IKATAN SOSIOLOGI INDONESIA (ISI) INDONESIA SOCIOLOGICAL ASSOCIATION (INASA) Edisi No 1 Tahun 2011 GAGASAN Menggagas “Sosiologi Profetik”:Sebuah Tinjauan Awal Sunaryo Tianotak Sosiologi FISIP Unpatti Angkatan 2007 “Kenekadan”, adalah sebuah ungkapan yang akan terlontar dari beberapa orang ketika mendengar istilah “Sosiologi” disandingkan dengan kata “Profetik”. Adalah sebuah “omong kosong” manakala sosiologi sebagai sebuah disiplin ilmu sosial yang ilmiah, obyektif, dan rasional diletakkan “bermesraan” dengan sebuah term yang memang masih bersifat teologis-keagamaan –begitulah tanggapan dari beberapa orang bila mendengar istilah “baru” ini. Sebenarnya, tulisan ini merupakan sambungan dari wacana yang sedang berkembang dalam sebuah milis (www.groups.yahoo.com/group/sosiologi_profetik), yang telah beberapa bulan ini penulis gagas. Tapi, pencetus awal ide seperti ini adalah Pak Kuntowijoyo, sejarawah dan budayawan dari Yogya, lewat gagasan “Ilmu Sosial Profetik” (ISP) yang pernah mencuat dan dilontarkannya pada tahun 1997-an. Berangkat dari gagasan awal Pak Kunto itulah penulis mencoba menariknya secara lebih spesifik pada bidang sosiologi. Pak Kunto sendiri baru melontarkan gagasan ISP-nya melalui sebuah artikel beruntun dalam Harian Republika pada tanggal 7-9 Agustus 1997, dengan judul “Menuju Ilmu Sosial Profetik”. Tapi, embrio dari wacana ISP yang digagas Pak Kunto ini sebenarnya pernah mencuat lama sekali dalam buku magnum opus-nya, Paradigma Islam, Interpretasi untuk Aksi (1991). Yang menarik dalam gagasan Pak Kunto adalah beliau memandang bahwa sesungguhnya substansi ajaran universal agama (profetika –sebagai adjective dari agama) bisa menjadi ilmiah dan dipakai sebagai pisau analisa dan paradigma keilmuan apabila memulainya melalui proses “obyektivikasi” berserta ilmu-ilmu modern lainnya. Dalam profetika terjadi –katakalah– “melampaui teologi” (beyond theological) dan bernuansa transformatif dalam ranah keilmuan yang obyektif, tidak lagi bernuansa normatif, melulu persoalan teologis. Penamaan dengan “ilmu sosial” akan lebih efektif dibandingkan dengan “teologi sosial”. Makanya, Pak Kunto tidak sepakat dengan penamaan “Teologi Islam Transformatif”. Ia berbeda pendapat dengan Dawam Rahardjo dan Moeslim Abdurrahman. Apa sih yang digagas Pak Kunto melalui ISP-nya? Beliau memandang bahwa paradigma yang dipakai dalam ilmu-ilmu sosial selama ini tidak efektif karena tidak ada muatan transformatif keilmuannya. Sebuah ilmu (sosial) hanya bersikap diam dan observatif ketika diperhadapkan dengan realitas obyek penelitiannya. Prinsipprinsip yang dibangun dalam paradigma Ilmu Sosial Profetik berangkat dari penterjemahan secara ilmiah terhadap bunyi sebuah teks ayat Al-Qur’an, yang berbunyi: “Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari tujuan ISP adalah ingin membangun sebuah komunitas atau masyarakat yang ideal atau utama (khairu ummah) –mirip dengan “Negara Utama”-nya Al-Farabi (alMadinah al-Fadhilah). Untuk mencapai tujuan itu diperlukan kerja aktif tangan-tangan manusia, atau istilahnya perlu “kesadaran aktif sejarah” umat manusia. Manusia telah diberikan kekuatan dan kemauan untuk melangkah ke arah yang lebih baik dengan kesadaran individual dan kolektifnya dalam membentuk sebuah komunitas ideal. Manusia diturunkan ke muka bumi (ukhrijat linnas) adalah demi keterlibatan aktif mereka untuk melakukan perubahan sosial dan membentuk peradaban yang menjadi miliknya. Berangkat dari pemikiran siapakah pemikiran Pak Kunto dalam ISP ini? Beliau mengklaim bahwa asal-usul pikiran tentang Ilmu Sosial Profetik dapat ditemukan dalam tulisan-tulisan Muhammad Iqbal dan Roger Geraudy. Yang ingin diambil oleh beliau dari kedua pemikir itu adalah sisi “realitas kenabian” (prophetic reality) yang telah menjadi bagian penting dalam proses kesejarahan umat manusia. Muhammad Iqbal, dengan mengutip ucapan Abdul Quddus, seorang sufi besar Islam dari Ganggoh, mengatakan bahwa Nabi Muhammad telah memberikan “kesadaran kreatif” (creative consciousness) dalam menciptakan suatu dunia ide baru (Islam) dalam menghadapi kekuatan-kekuatan sejarah. Berbeda dengan kalangan sufi umumnya yang lebih mengandung dimensi mistis, sedang kemunculan Nabi di muka bumi telah memasukkan unsur-unsur kenabian yang menancap dalam akar kehidupan duniawi. Artinya, realitas “perjuangan” Nabi lebih membumi dan masuk pada kancah zaman dan pergolakan sejarah manusia. Gagasan ISP Kuntowijoyo tersebut terlihat berangkat dari “ide”, yaitu bagaimana ada sisi memungkinkan bagi pemikiran tentang kenabian itu bisa digunakan dalam melihat realitas. Tentu saja, hal ini meniadakan prinsip ilmu sosial yang bebas nilai. Ilmu sosial, dengan paradigma profetis, harus melakukan pembebasan seperti apa yang pernah dilakukan oleh para Nabi. Jika kita perhatikan, sejarah Nabi-nabi itu memiliki kadar kedalamaan ilmiah yang tinggi, yaitu bagaimana cara kerja pikir dan sikap mereka dalam memahami realitas. Para Nabi melakukan “pembebasan sosial” (liberating) di mana ketidakadilan dan penindasan begitu menghantui kehidupan masyarakat. Halaman 3 Newsletter IKATAN SOSIOLOGI INDONESIA (ISI) INDONESIA SOCIOLOGICAL ASSOCIATION (INASA) TEMUAN MENUJU DEPOK KOTA LAYAK ANAK Edisi No 1 Tahun 2011 PRAKTISI SOSIOLOGI Oleh Bambang Rustanto Kota Layak Anak merupakan strategi pembangunan tingkat kota yang mengintegrasikan komitmet dan sumber daya para pihak baik pemerintah, masyarakat, dunia usaha, dan NGO/LSM serta perguruan tinggi, dengan menggunakan perencaaan secara komprehensip dan menyeluruh berkelanjutan dalam bentuk program atau kegiatan yang digunakan untuk memenuhi pemenuhan hak-hak anak. Inisiatif KLA ini telah diadaptasi oleh Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia. Tahun 2006 konsep KLA diujicobakan di 5 kabupaten/kota, yaitu Kota Jambi di Provinsi Jambi, Kota Surakarta (Solo) di Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Sidoarjo di Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Kutai Kartanegara di Provinsi Kalimantan Timur, dan terakhir Kabupaten Gorontalo di Provinsi Gorontalo. Sedangkan pada tahun 2007 ditunjuk 10 kabupaten/kota, yaitu Aceh Besar (Nanggroe Aceh Darussalam), Kabupaten OKI (Sumatera Selatan), Kota Padang (Sumatera Barat), Lampung Selatan (Lampung), Kabupaten Karawang (Jawa Barat), Kabupaten Sragen (Jawa Tengah), Kota Malang (Jawa Timur), Kota Pontianak (Kalimantan Barat), Kota Manado (Sulawesi Utara), dan Kota Kupang (Nusa Tenggara Timur). Selain itu atas inisiatif Pemda sendiri KLA telah diperkenalkan di Kota Bandung, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Bogor, Kota Yogyakarta dan Kota Banjar. KLA juga diinisiasi di Kota Semarang dan Kabupaten Boyolali di Provinsi Jawa Tengah atas dukungan NGO . Pelaksanaan Program Kota Layak Anak (KLA) Di Kota Depok sangat diperlukan dan mendesak untuk segera dilaksanakan karena dengan luas wilayah 1.271.210 KM2 terdapat penduduk berjumlah 1.378.152 jiwa dan 46,29% diantaranya terdapat penduduk dalam usia anak sebanyak 526.791 jiwa yang tediri dari usia dibawah 1 tahun sebanyak 89.901 jiwa, usia 1-4 tahun sebanyak 132.556 jiwa, usia 5-6 tahun sebanyak 175.500 jiwa, usia 7-12 sebanyak 138.711 jiwa, usia 13-15 tahun sebanyak 122.337 jiwa dan usia 16- 18 tahun sebanyak 67.786 jiwa. Disamping itu permasalah anak yang ada di Kota Depok perlu mendapatkan perhatian yaitu jumlah angka putus sekolah mencapai 766 orang, anak jalanan 4.212 orang , anak terlantar 4.336 orang , anak jadi pembantu rumah tangga 61 orang , anak nakal 220 orang, anak cacat 543 orang dan balita terlantar 517 anak. Rahma Apprizeti adalah Staff analisis Institusi dan peran serta di BKKBN , perjalanan karir rahma diwarnai perjuangan dan pengabdian demi kepentingan social. Ia menamatkan kesarjanaannya dari jurusan Sosiologi Universitas Muhammdiyah Malang pada tahun 2009, beliau lulus dengan predikat yang memuaskan dan sangat siap terjun di dunia kerja dan kehidupan bermasyarakat. Dalam masa mencari pekerjaan rahma melihat adanya lowongan di BKKBN hanya saja letaknya di Manokwari, Papua Barat, tetapi hal ini bukanlah halangan bagi putri asal Riau ini. Lowongan BKKBN bidang analisis institusi dan peran serta mengkhususkan pada lulusan sosiologi tapi ternyata yang mendaftar hanyalah rahma seorang, kurangnya informasi mengenai daerah atau rasa takut tidak dapat beradaptasi di lingkungan baru apalagi di luar jawa mungkin membayangi lulusan yang lain sehingga rahma melenggang lolos seleksi dengan tanpa persaingan. "Sekiranya kita dapat berempati dan menyelami hati masyarakat dimana kita tinggal niscaya kita kan diterima dimanapun. Saya melihat lewat sosiologi bahwa segala kompleksitas masyarakat sebenarnya sudah tertuang di teori-teori social yang ada. Jadi saya tidak takut dimapaun berada sosiologi memberikan kunci untuk memahami masyarakat” ungkap rahma dalam melihat peluang pekerjaan di tempat yang jauh sekalipun. Saat pertama kali beliau menginjakkan kaki di Manokwari beliau mulai mengobservasi lingkungan social yang ditemui dan langsung belajar menyesuaikan maka tidak heran hari itu pula beliau langsung mendapatkan tempat tinggal di tempat peristirahatan BKKBN. Manfaat sosiologi sangat besar ketika rahma memulai pekerjaan analisis institusi dimana telah beliau dapatkan gambaran materinya dalam sosiologi organisasi dan analisis perencanaan social sehingga mudah saja untuk menganalis dan melakukan distribusi peran di institusi Manokwari. “Sosiologi membantu kita mendapatkan pengetahuan tentang berbagai bentuk interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat” adalah ungkapan penutup yang disampaikan rahma, beliau berpesan kepada sahabat sosiolog muda untuk selalu semangat dalam menempuh studi sosiologi karna didalamnya terdapat manfaat yang tidak ternilai harganya, masyarakat sangat membutuhkan lulusan-lulusan sosiologi yang nantinya dapat membangun daerah sehingga dapat bersaing di kancah nasional bahkan internasional. Halaman 4 Newsletter IKATAN SOSIOLOGI INDONESIA (ISI) INDONESIA SOCIOLOGICAL ASSOCIATION (INASA) KOLOM MAHASISWA Mereproduksi Habitus Anti-Korupsi Gadi K. Makitan Mahasiswa jurusan Sosiologi angkatan 2007 Univeristas Brawijaya Malang; aktivis Malang Corruption Watch Permasalahan yang terjadi di negeri ini tak kunjung habis. Bahkan, semakin lama semakin dirasa parah. Banyak yang mengatakan bahwa perilaku koruptif dalam berpolitik adalah salah satu akarnya; kebiasaan yang telah mendarah daging dalam perilaku politisi Indonesia dan berkembang seperti kanker dalam semua institusi di negeri ini. Dalam perspektif Pierre Bourdieu, kebiasaan yang telah mendarah daging disebut habitus. Maka, penyakit bangsa ini sesungguhnya adalah habitus koruptif yang merajalela. Kalau demikian keadaannya, langkah yang paling mungkin adalah mereproduksi habitus tandingan. Celakanya, generasi muda sekarang lebih terbiasa dengan pengalaman-pengalaman koruptif daripada pengalaman anti-korupsi. Mereka—secara tidak sadar—telah berlatih politik transaksional dalam kegiatan politik kampus Jika keadaan ini terus dibiarkan tanpa sebuah usaha untuk menghasilkan counter-habitus, bisa dipastikan Indonesia tidak akan berubah sampai kapan pun. Kita semua perlu berpikir, atau meminjam istilah C. Wright Mills, mengimajinasikan secara sosiologis bagaimana menciptakan ruang-ruang yang menawarkan pengalaman anti-korupsi kepada generasi muda sehingga mereka menjadi generasi yang terlatih dan kemudian memiliki habitus anti-korupsi. Mencerdaskan lewat mahasiswa aktivitas-aktivitas anti-korupsi yang terorganisir bisa menjadi salah satu pilihan. Apa pun caranya, yang penting adalah bagaimana berkreasi melakukan PW (pedagogic work) kepada generasi muda untuk menghasilkan habitus anti-korupsi. PUBLIKASI Publikasi dari Labsosio UI dengan menerbitkan 2 buku pada tahun 2010 yang antara lain berjudul “Genealogi Kekuasaan, Ilmu Sosial Indonesia, dari Kolonialisme belanda hingga modernism Amerika”, dituis oleh Dr. Hanneman Samuel ini memiliki rating pembaca yang sangat baik. Buku ini mengkaji pertalian intim antara ilmu social dengan kekuasaan pada dua periode penting sejarah Indonesia, masa colonialism belanda hingga awal berdirinya Negara IndonesiaBuku ini dijual Seharga Rp 35.000 Buku kedua yang diterbitkan Labsosi UI berjudul “ Erich Fromm, Psikologi Sosial Materialis yang humanis”, ditulis oleh Nur Iman Subono. Buku seharga Rp 35.000 ini bercerita mengenai pemikiran sang psikologi social dengan mendetail. Paya Fromm membedah psikoanalisa Freud dan materialism arx dipaparkan dengan lengkap sekaligus diteropong dalam konteks social, iklim intelektual, dan mata para pengkritiknya. Edisi No 1Tahun 2011 KEGIATAN ISI Pada hari Jum’at 8 april 2011 dengan bertempat di labsosio ikatan sosiologi Indonesia telah diadakan stadium general oleh Profesor Michel Wieviorka, seorang sosiolog perancis yang mengkhususkan pada kekerasan, terrorism, rasisme, gerakan social dan teori perubahan social. Wieviorka menerima beberapa perhatian media internasional sebagai ahli menyusul kerusuhan 2005 di Prancis sipil, dan telah dipilih di Durban sebagai Presiden 2006-2010 dari Asosiasi Sosiologi Internasional. Stadium general yang disampaikan Profesor Wieviorka adalah mengenai adanya mutasi ilmu pengetahuan social. Mutasi ilmu-ilmu social ini ditandai dengan. Pertama, dekomposisi dari ide pada masyarakat terdiri dari negara-negara bangsa tidak hanya dan hubungan internasional, tetapi juga ide dari masyarakat dunia, yang mencakup global, trans-nasional, regional, dimensi lokal dan nasional. Kedua, individu semakin mempengaruhi analisis sosial. Ketiga, tumbuhnya partisipasi peneliti sosial dalam kehidupan sosial mereka dan pentingnya dimensi kritis dari apa yang mereka bawa. Keempat, semakin pentingnya dimensi pemeriksaan yang menurunkan keandalan teori-teori besar. Kelima, sebagai karakteristik utama dari ilmu sosial kontemporer, ilmu-ilmu sosial telah dikembangkan di dunia dibayangi oleh konflik yang telah penataan sejarah dunia. KEPUSTAKAAN Berikut adalah buku-buku baru menambah koleksi perpustakaan ISI: 1. Hardiman, Budi F Memahami Negativitas: Diskursus tentang Massa, Teror, dan Trauma. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. 2010 Buku ini dibuka dengan kalimat"Tak ada yang lebih menakutkan manusia daripada persentuhan dengan yang tidak dikenal" (Elias Canetti) , menunjukkan bahwa sesuatu yang tidak dikenal atau "yang lain" merupakan suatu "ketakutan tersendiri" bagi manusia. 2. Baudillard. Jean. Simulacra and Simulation. England. Michigan Press. 1981. Buku ini membaca masyarakat saat yang telah menggantikan semua realitas dan makna dengan simbol dan tanda-tanda, dan bahwa pengalaman manusia adalah sebuah simulasi realitas. 3. Giddens, Anthony and Turner H Jonathan. Social Theory Today(alih bahasa oleh Pustaka Pelajar). Yogjakarta.2008 Memberikan sistematisasi teori social, pertanyaan yang akan dijawab dalam buku ini status ilmu-ilmu social terhadap ilmu alam sekaligus hakikat dari kaidar yang digunakan selama ini akan dikupas tuntas dalam buku ini.