Analisis Keruntuhan Jacket PlatformAkibat Beban

advertisement
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5
1
Analisis Keruntuhan Jacket Platform Akibat
Beban Gempa Dengan Variasi Elevasi Deck
A. Y. Maharlika, Handayanu, Murdjito
Jurusan Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: [email protected]
Abstrak— Penilaian kembali atau assessment pada jacket
platform dilakukan apabila terdapat perubahan ketinggian deck.
Dalam hal ini ketinggian deck dapat berubah karena adanya
penurunan tanah. Tugas akhir ini bertujuan untuk melakukan
analisis keruntuhan pada jacket platform dengan memvariasikan
ketinggian deck. Metode pushover dilakukan untuk mendapatkan
Reserve Strength Ratio (RSR) dengan incremental lateral load
berupa beban gempa hingga struktur runtuh. Dari hasil analisis
diperoleh RSR terkecil 1.39 yaitu pada model dengan
penambahan elevasi deck 4 m, dan 1.99 pada model dengan
penambahan elevasi deck 3.5 m, serta 2.01 pada model dengan
penambahan elevasi deck 3 m. Dari analisis yang telah dilakukan
juga terdapat perbandingan plastisitas yang terjadi pada tiap
model. Plastisitas mulai terjadi pada load step 148 pada model
dengan tinggi deck ditambah 3 m, sehingga menyebabkan
keruntuhan pada load factor 2.26. Pada model dengan
penambahan deck 3.5 m, plastisitas mulai terjadi pada load step
146 dan akhirnya runtuh pada load factor 2.21. Dan pada model
dengan penambahan deck 4 m, plastisitas mulai terjadi pada load
step 135 dan runtuh pada load factor 1.53.
Kata Kunci: pushover, gempa, RSR, plastisitas.
I. PENDAHULUAN
J
enis anjungan terpancang (Fixed Jacket Platform) saat ini
paling banyak digunakan di dunia, walaupun jenis ini hanya
ekonomis beroperasi di perairan terbatas, yakni dengan
kedalaman sekitar 400-500 meter saja. Dengan kondisi
perairan Indonesia yang rata-rata kedalamannya kurang dari
100 meter, maka jenis anjungan yang paling cocok digunakan
adalah bangunan lepas pantai terpancang, atau Fixed Jacket
Platform.
Seiring waktu pengoperasian platform tersebut, maka akan
muncul masalah berupa berubahnya ketinggian SWL terhadap
deck. Dampak dari perubahan ini adalah naiknya batas splash
zone sehingga air dapat melimpas mengenai deck dan
mengganggu kegiatan diatasnya. Dampak lainnya yaitu
apabila platform dikenai beban mengakibatkan penurunan
kekuatan struktur secara keseluruhan bahkan keruntuhan
karena platform sudah berbeda dengan rancangan awalnya.
Observasi altimetri menggunakan satelit, yang ada sejak
tahun 90-an, menyediakan data kenaikan ketinggian air yang
lebih akurat dan menunjukkan bahwa sejak tahun 1993
ketinggian air laut meningkat dengan laju 3 mm/thn [5].
Para peneliti Geologi, oceanografi dan pengamat lingkungan
memprediksi bahwa penurunan tanah akan banyak terjadi pada
abad ke-21 dengan pemanasan global dan naiknya permukaan
laut seluruh dunia [7].
Contoh Bukti-bukti penurunan tanah di daerah eksploitasi
minyak dan gas bumi terlihat di beberapa anjungan minyak
yang ada di Amerika, bahkan di wilayah Indonesia, seperti di
anjungan minyak di Laut Utara Jawa. Fakta penurunan tanah
di platform minyak memberikan warning bagi risk assesment
karena dampak penurunan tanah dapat memberikan kerusakan
pada struktur platform [6].
Apabila platform dengan kondisi sedemikian sehingga sudah
berubah dari rancangan awal tetapi masih dapat dioperasikan
dengan pertimbangan finansial dan kinerja, maka akan
dilakukan langkah-langkah untuk mempertahankan platform.
Salah satu metode untuk menyelamatkan platform adalah
dengan memanjangkan kaki pada deck leg dengan mengangkat
deck menggunakan tenaga hidrolis sampai elevasi tertentu.
Maka dari itu sebelumnya diperlukan adanya analisis
mengenai dampaknya apabila struktur platform dikenai beban
gempa, apakah platform tersebut dapat bertahan atau runtuh.
Dalam Penelitian ini akan dibahas mengenai analisa
keruntuhan jacket platform akibat beban gempa dengan
memvariasikan elevasi deck.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan berhubungan
dengan pushover diantaranya adalah Alam [1] yang
menganalisis mengenai keruntuhan jacket platform akibat
beban gempa berbasis keandalan dan Hardiansah [4] yang
menganalisis kekuatan ultimate pada jacket platform akibat
beban slamming.
II. URAIAN PENELITIAN
A. Dasar Teori
1) Umum
Beban dinamis merupakan beban yang berlaku pada
platform dalam kaitan dengan respon terhadap eksitasi siklis
natural atau reaksi terhadap tumbukan. Eksitasi dari platform
dapat berasal dari gelombang, angin, dan gempa bumi atau
permesinan. Sedangkan reaksi tumbukan berasal dari barge
atau kapal yang merapat ke platform maupun proses
pengeboran [10].
Salah satu beban dinamis yang bekerja pada suatu struktur
anjungan lepas pantai adalah beban gempa. Hasil Eksperimen
menunjukkan bahwa penting kiranya untuk melakukan
investigasi karakteristik getaran struktur lepas pantai untuk
menjamin keberhasilan dalam desain.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5
2
Untuk memenuhi persyaratan kekuatan, struktur jacket harus
didesain atas gempa periodik dengan interval kejadian 200
tahun (SLE/strength level earthquake) dan gempa jarang
dengan interval 800 s/d 1000 tahun (DLE/ductility level
earthquake)
Persyaratan Kekuatan:
• Platform harus mampu menerima gempa SLE
menggunakan analisa dinamis
• CQC (complete quadratic combination) bisa digunakan
untuk menggabungkan modal response, dan SRSS
(square root of the sum of the squares) bisa digunakan
untuk menggabungkan directional response
• Tegangan ijin dasar AISC (bagian 3.2 API RP2A) bisa
ditingkatkan 70% (menjadi 1.7 kalinya)
Walaupun beban dinamis yang bekerja pada sistem struktur
bisa diabaikan oleh salah satu dari mekanisme sumber yang
berbeda, termasuk angin ataupun gelombang, tipe masukan
dinamis yang paling penting bagi ahli struktur yang tidak
dapat diragukan lagi adalah yang ditimbulkan oleh gempa
bumi. Ahli struktur terutama memperhatikan efek lokal gempa
yang besar di mana gerak tanah cukup kuat untuk
menyebabkan kerusakan struktur [8].
2) Tegangan Ijin
Tegangan ijin tekan aksial, Fa harus ditentukan dari formula
AISC untuk member dengan perbandingan D/t kurang atau
sama dengan 60 :
(𝐾𝐾𝐾𝐾⁄π‘Ÿπ‘Ÿ )2
� 𝐹𝐹𝐹𝐹
2𝐢𝐢𝑐𝑐2
𝐹𝐹𝐹𝐹 =
𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒 𝐾𝐾𝐾𝐾/π‘Ÿπ‘Ÿ < 𝐢𝐢𝐢𝐢
3(𝐾𝐾𝐾𝐾⁄π‘Ÿπ‘Ÿ ) (𝐾𝐾𝐾𝐾⁄π‘Ÿπ‘Ÿ )
5⁄3 +
−
2𝐢𝐢𝑐𝑐
8𝐢𝐢𝑐𝑐3
οΏ½1 −
𝐹𝐹𝐹𝐹 =
12πœ‹πœ‹ 2 𝐸𝐸
𝐾𝐾𝐾𝐾
𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒
≥ 𝐢𝐢𝐢𝐢
23(𝐾𝐾𝐾𝐾⁄π‘Ÿπ‘Ÿ )2
π‘Ÿπ‘Ÿ
𝐢𝐢𝐢𝐢 = �
12πœ‹πœ‹ 2 𝐸𝐸
οΏ½
𝐹𝐹𝐹𝐹
1 ⁄2
𝐹𝐹𝐹𝐹 = οΏ½0.72 − 0.58
(3)
Dengan:
𝑓𝑓𝑓𝑓
+
𝐹𝐹𝐹𝐹
2
2
𝐢𝐢𝐢𝐢�𝑓𝑓𝑏𝑏𝑏𝑏
+ 𝑓𝑓𝑏𝑏𝑏𝑏
𝑓𝑓𝑓𝑓
� 𝐹𝐹𝐹𝐹
𝑓𝑓𝑒𝑒
οΏ½1 −
≤ 1.0
(7)
2
2
+ 𝑓𝑓𝑏𝑏𝑏𝑏
�𝑓𝑓𝑏𝑏𝑏𝑏
𝑓𝑓𝑓𝑓
+
≤ 1.0
0.6𝐹𝐹𝐹𝐹
𝐹𝐹𝐹𝐹
(8)
Dengan,
Fa = Tegangan aksial yang diijinkan, N
fa = Tegangan aksial, N
Fb = Tegangan bending yang diijinkan, N
fb = Tegangan bending, N
Cm = Faktor reduksi
3) Gempa
Sebagian besar penyelesaian persamaan gerak atau
penentuan respon struktur akibat gempa, biasanya hanya
ditentukan dengan besar respon yang maksimum, seperti
fungsi kecepatan. Harga maksimum dari fungsi respon ini
disebut “Spectral Velocity“ atau lebih akurat jika disebut
“Spectral Pseudo-Velocity“, sebab tidak sepenuhnya sama
dengan kecepatan maksimum pada sistem teredam. Spektrum
kecepatan ini dinyatakan dalam persamaan berikut [3]:
𝑑𝑑
𝑆𝑆𝑣𝑣 ≡ π‘‰π‘‰π‘šπ‘šπ‘šπ‘šπ‘šπ‘š ≡ οΏ½οΏ½ 𝑣𝑣𝑔𝑔 (𝜏𝜏)𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒[−πœ‰πœ‰ βˆ™ πœ”πœ”(𝑑𝑑 − 𝜏𝜏)] sin πœ”πœ”(𝑑𝑑 − 𝜏𝜏)𝑑𝑑𝑑𝑑�
0
(9)
π‘šπ‘šπ‘šπ‘šπ‘šπ‘š
Dari persamaan di atas, maka dapat ditentukan pula besarnya
“Spectral Displacement“, yaitu :
𝑆𝑆𝑑𝑑 ≡
𝑆𝑆𝑣𝑣
πœ”πœ”
(10)
sedangkan
untuk
“Spectral
Acceleration
Acceleration)“ dirumuskan sebagai berikut:
Cc =Modulus Elastisitas, Ksi (MPa)
E = Faktor Panjang Efektif
L = Panjang tanpa bracing, in
R = Jari-jari girasi, in
(6)
Merujuk pada [2] dapat dijelaskan bahwa member silinder
ditujukan pada kombinasi antara kompresi dan regangan yang
harus diproporsionalkan pada kedua persyaratan berikut :
(1)
(2)
𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹
3000 𝐷𝐷
οΏ½ 𝐹𝐹𝐹𝐹 𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒
< ≤ 300
𝐸𝐸𝐸𝐸
𝐹𝐹𝐹𝐹
𝑑𝑑
π‘†π‘†π‘Žπ‘Ž ≡ πœ”πœ” βˆ™ 𝑆𝑆𝑣𝑣
(Pseudo(11)
4) CQC
Untuk member dengan perbandingan D/t yang lebih besar
dari pada 60, menggunakan formula Local Buckling.
Tegangan ijin bending, Fb menurut [2] dinyatakan:
𝐹𝐹𝐹𝐹 = 0.75 𝐹𝐹𝐹𝐹 𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒
𝐹𝐹𝐹𝐹 = οΏ½0.84 − 1.74
𝐷𝐷 1500
≤
𝑑𝑑
𝐹𝐹𝐹𝐹
𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹
1500 𝐷𝐷 3000
οΏ½ 𝐹𝐹𝐹𝐹 𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒
< ≤
𝐸𝐸𝐸𝐸
𝐹𝐹𝐹𝐹
𝑑𝑑
𝐹𝐹𝐹𝐹
(4)
(5)
Complete Quadratic Combination (CQC) yaitu korelasi
yang bersebrangan antara semua model dalam perhitungan,
digunakan dalam menggabungkan modal respon.
𝑁𝑁
𝑁𝑁
1 ⁄2
𝑅𝑅 = οΏ½οΏ½ οΏ½ 𝑅𝑅𝑖𝑖 πœŒπœŒπ‘–π‘–π‘–π‘– 𝑅𝑅𝑗𝑗 οΏ½
𝑖𝑖=1 𝑗𝑗 =1
Dengan,
(12)
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5
r=
ωj
3
OA : Garis lurus (daerah linier elastic), kemiringan garis =
besarnya modulus elastic (Modulus Young)
ωi
σy : Titik leleh bawah (lower yield point)
σyu : Titik leleh atas (upper yield point)
ω i = Frekuensi natural ke I
n i = Modal damping ratio ke I
πœŒπœŒπ‘–π‘–π‘–π‘– =
8�𝑛𝑛𝑖𝑖 𝑛𝑛𝑗𝑗 �𝑛𝑛𝑖𝑖 +𝑛𝑛𝑗𝑗 οΏ½π‘Ÿπ‘Ÿ 3⁄2
(1 − π‘Ÿπ‘Ÿ 2 ) + 4𝑛𝑛𝑖𝑖 +𝑛𝑛𝑗𝑗 π‘Ÿπ‘Ÿ(1 + π‘Ÿπ‘Ÿ 2 ) + 4�𝑛𝑛𝑖𝑖2 + 𝑛𝑛𝑗𝑗2 οΏ½π‘Ÿπ‘Ÿ 2
(13)
5) Pushover
Analisis pushover dapat di definisikan suatu metode yang
dipakai dalam menganalisa keruntuhan struktur dan
merupakan analisa nonlinear dengan pembebanan incremental
untuk menentukan pembebanan yang menyebabkan struktur
runtuh dan juga merupakan salah satu cara untuk mengetahui
besarnya kapasitas struktur untuk menerima beban maksimal
[9]. Metode yang dilakukan adalah dengan melakukan
simulasi penambahan beban secara bertahap sampai struktur
tersebut runtuh. Dari hasil tersebut akan diketahui Reserve
Strength Ratio (RSR) atau rasio kekuatan cadangan struktur
untuk mengetahui apakah jacket platform memiliki cukup
kekuatan dan stabilitas untuk tetap menahan beban akibat
overstress yang melebihi tegangan ijin, namun tanpa
keruntuhan.
6) RSR
Reserve Strength Ratio (RSR) dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan [2]:
𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅 =
𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅 =
𝐡𝐡𝐡𝐡𝐡𝐡𝐡𝐡𝐡𝐡 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐
𝐡𝐡𝐡𝐡𝐡𝐡𝐡𝐡𝐡𝐡 π‘˜π‘˜π‘˜π‘˜π‘˜π‘˜π‘˜π‘˜π‘˜π‘˜π‘˜π‘˜π‘˜π‘˜ π‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Ž
𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 + 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝑃𝑃 𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖
𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃
Dengan,
P awal
=
P increment =
(14)
(15)
P pada desain level.
P pada analisa pushover
7) Hukum Hooke’s
Kekenyalan (ductility) dari struktur baja merupakan sifat
khas yang tidak ada pada bahan lain. Konsep kekenyalan
struktur baja merupakan dasar teori plastis untuk menahan
deformasi yang cukup besar. Bila baja lunak ditarik gaya
aksial tertentu pada suhu ruang, dapat digambarkan hubungan
antara tegangan dan regangannya sebagai berikut,
Gambar. 1. Hubungan antara Tegangan dan Regangan
B : Kurva mulai mendatar, merupakan tegangan leleh.
BC : Disebut daerah plastis (regangan bertambah, tetapi
tegangan tetap)
C : Titik dimana regangan 10 x regangan leleh.
CE : Disebut daerah regangan keras (strain hardening),
dimana pertambahan regangan akan diikuti dengan
sedikit pertambahan tegangan, disini ε tidak linier.
M : Terjadi tegangan tarik ultimate (ultimate tensile
strength)
E
: Titik dimana kondisi material putus
Yield point (titik leleh) adalah batas dimana material akan
terus mengalami deformasi tanpa adanya penambahan beban
(tarik, tekan, bending atau puntiran).
8) Keruntuhan
Klasifikasi member dapat dibedakan menjadi beberapa
kategori berdasarkan konsekuensi kemungkinan kerusakan
akibat pembebanan lateral yang ditingkatkan.
1. Special Category member : kerusakan member yang
tidak
dapat
diperbaiki
dan
menyebabkan
kerusakan/keruntuhan total pada platform (Global
Structure Collapse).Yang termasuk didalamnya
adalah pile, deck leg.
2. First Category member : kerusakan pada member
menyebabkan shut down total atau sebagian pada
platform, tetapi menyebabkan kerusakan sebagian
pada platform (Local Collapse). Yang termasuk
didalamnya adalah jacket leg, bracing, conductor
guide.
3. Second Category member : member selain yang
termasuk dalam Special Category dan First
Category. Yang termasuk didalamnya adalah
boatlanding, bumper, mudmat.
B. Analisa dan Pembahasan
1) Pemodelan
Untuk mempermudah mengingat nama model, maka
penamaan dilakukan seperti Tabel 1. dengan beberapa
konfigurasi sebagai berikut:
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5
4
Tabel 1.
Definisi Model yang digunakan dalam analisis
No.
Nama
Model
Penambahan
Panjang
Deck Leg
(ft)
(m)
Panjang
Deck Leg
(ft)
(m)
1
0
0
0
9.125
2.781
2
1
3.281
1
12.406
3.781
3
2
6.562
2
15.687
4.781
4
3
9.843
3
18.968
5.781
5
3.5
11.484
3.5
20.609
6.282
6
4
13.124
4
22.249
6.781
2) Analisis Gempa
Analisis gempa dilakukan untuk mendapatkan model yang
perlu untuk dianalisis collapse dengan peak ground
acceleration 0.22g.
Gambar. 3. Grafik Model Vs Load Step. Terlihat sekali bahwa terdapat
penurunan RSR maupun Load Step yang signifikan dari Model 4 (model
dengan penambahan deck 4 m)
Kemudian dapat ditampilkan pula perbandingan RSR untuk
tiap model dalam tabel sebagai barikut:
Tabel 3.
Base Shear Collapse untuk semua model yang dianalisis
Tabel 2.
Unity Check untuk semua model
Base Shear
Earthquake
(DLE)
(Kips)
Base
Shear
Collapse
(Kips)
RSR
Load
Factor
Load
Step
Collapse
Model
Code Check
Nama
Model
0
1
UC<1
UC<1
3
455.456
876.57
2.01
2.26
228
2
UC<1
3.5
437.104
852.23
1.99
2.21
223
3
UC>1
3.5
UC>1
4
429.312
582.99
1.39
1.53
155
4
UC>1
4) Plastisitas
*UC=Unity Check, yaitu rasio tegangan yang terjadi dengan tegangan ijin
dasar. Dalam analisis gempa, tegangan ijin dapat ditingkatkan menjadi 70%.
UC>1 mulai terjadi pada model 3 yaitu pada bagian deck leg
dengan UC=1.024 dan pada bagian jacket leg dengan
UC=1.043
Dapat disajikan pula grafik Plastisitas Vs Load Step pada
beberapa model yang dianalisis collapse dengan satu member
acuan yaitu sebagai berikut:
3) Analisis Collapse
Hasil analisis Collapse menunjukkan bahwa model model 4
mengalami penurunan RSR yang cukup signifikan dari model
3 dan model 3.5, yang kemudian dapat disajikan dalam grafik
berikut ini:
Gambar 4. Plastisitas pada beberapa model
Pada analisis ini, member yang mengalami full plastis
(plastisitas 100%) adalah member pile. Sesuai dengan kategori
keruntuhan, member yang mengalami kerusakan adalah
member dengan “Special Category Member” sehingga
menyebabkan keruntuhan total pada struktur (Global Structure
Collapse).
Gambar. 2. Grafik Model Vs RSR.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5
III. KESIMPULAN/RINGKASAN
A. Kesimpulan
Dari analisis yang telah dilakukan, terdapat beberapa
kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1.
2.
Model yang dianalisis collapse adalah model dengan
UC>1 yaitu model 3, model 3.5, dan model 4. Kemudian
didapatkan hasil bahwa model 4 memiliki RSR terkecil
yaitu 1.39, kemudian model 3.5 dengan RSR 1.99, dan
model 3 dengan RSR 2.01.
Sesuai dengan hasil analisis, plastisitas pada struktur
akan mulai terjadi pada load factor 2.26 pada model 3,
2.21 pada model 3.5, serta 1.53 pada model 4 dan akan
meningkat hingga struktur mengalami full plastis dan
runtuh.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Bapak Ir. Handayanu, M.Sc., Ph.D dan Bapak Ir.
Murdjito, M.Sc.Eng selaku dosen pembimbing I, dan dosen
pembimbing II. Seluruh dosen serta karyawan di Jurusan
Teknik Kelautan ITS. Teman-teman penulis yang sangat
banyak membantu baik moral dan materi.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
Alam, D. S, 2007. Analisa Keruntuhan Jacket Platform Akibat
Beban Seismic Berbasis Keandalan. Tugas Akhir. Jurusan Teknik
Kelautan – FTK, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
[2] American Petroleum Institute. 2002. Recommended Practice For
Planning, Designing and Constructing Fixed Offshore Platform.
Official Publication. Washington D.C.
[3] Craig, M.J.K. 1981. Structural Dynamics, John Wiley & Sons, New
York.
[4] Hardiansah, Ibnu M. 2012. Analisa Kekuatan Ultimat Pada
Konstruksi Deck Jacket Platform Akibat Beban Slamming
Gelombang. Tugas Akhir. Jurusan Teknik Kelautan – FTK, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
[5] IPPC, 2007. Intergovermental Panel on Climate Change: Summary
For Polycimaker. Synthesis Report, Spain.
[6] Kelompok Keilmuan Geodesi, 2007. Dokumentasi Monitoring Oil
Platform Subsidence. Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, ITB,
Bandung.
[7] Lewis, R. Barry, 1999. Sea Level Rise and Subsidence Effect on Gulf
Archaelogical Site Distribution. Department of Anthropology,
University of Illinois, 109 Davenport Hall, 607 S. Mathews St., Mc-148,
Urbana.
[8] McClelland, B., et. All. 1986. Planning and Designing of Fixed
Offshore Platforms, Van Norstand Reinhold, New York.
[9] PMB Engineering. 1988, Final Report Phase III, Assesment
Inspection And Maintenance. San Fransisco, CA.
[10] Soedjono, J. J. (1998). Diktat Mata kuliah Konstruksi Bangunan
Laut II. Jurusan Teknik Kelautan ITS, Surabaya.
5
Download