BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Kepatuhan a

advertisement
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TEORI
1. Kepatuhan
a. Pengertian
Kepatuhan (adherence) adalah suatu bentuk perilaku yang timbul
akibat adanya interaksi antara petugas kesehatan dan pasien
sehingga pasien mengerti rencana dan segala konsekwensinya dan
menyetujui rencana tersebut serta melaksanakannya (Kemenkes RI.,
2011).
Menurut
Hasibuan
(2003),
menjelaskan
bahwa
kepatuhan
merukan kesadaran atau kesedian seseorang menaati suatu
peraturan dan norma-norma sosial yang berlaku. Kepatuhan yang
baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang
terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini cenderung
gairah kerja, semangat kerja, dan terwujudnya tujuan masyarakat,
maka setiap orang harus berusaha agar mempunyai kepatuhan yang
baik.
Kepatuhan seseorang dipengaruhi oleh perilaku kesehatan, yang
pada dasarnya perilaku kesehatan merupakan suatu respon
seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan
sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan serta lingkungan.
Perilaku terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai
dengan tingkat-tingkat pencegahan penyakit, yakni:
8
Gambaran Tingkat Kepatuhan..., Desi Sofiana, Kebidanan DIII UMP, 2015
9
1) Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan
kesehatan (health promotion behaviour). Misalnya : menjaga
kebersihan agar tidak terkena diare.
2) Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behaviour).
3) Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan (health
seeking behaviour). Misalnya : usaha mencari pengobatan untuk
balita yang diare ke Puskesmas.
4) Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (health
rehabiitation behaviour) yaitu perilaku yang berhubungan dengan
usaha-usaha pemulihan kesehatan setelah sembuh dari suatu
penyakit. Misalnya : melakukan anjuran pemberian obat oleh
tenaga kesehatan pada balita diare.
b. Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan
Kepatuhan memberikan tablet Zinc merupakan salah contoh
perilaku kesehatan yang dilakukan sang ibu balita. Lawrence Green
dalam Notoatmodjo (2005), mengemukakan teori perilaku kesehatan
yang ditentukan oleh tiga faktor. Selanjutnya faktor perilaku
dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu faktor-faktor predisposisi
(predisposing factors),faktor-faktor pemungkin (enabling factors) dan
faktor-faktor penguat (reinforcing factors).
1) Faktor
predisposisi
(predisposing
factors),
terwujud
dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan dan nilai-nilai.
Faktor-faktor predisposisi mencakup pengetahuan dan sikap
masyarakat
terhadap
kesehatan,
tradisi
dan
kepercayaan
masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan,
Gambaran Tingkat Kepatuhan..., Desi Sofiana, Kebidanan DIII UMP, 2015
10
sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat
sosial ekonomi dan sebagainya. Hal di atas dapat berkaitan
dengan kepatuhan ibu balita dalam pemberian terapi pada anak
dan kesadaran ibu tersebut tentang perilaku kesehatan, kadangkadang kepercayaan, tradisi dan sistem nilai masyarakat juga
dapat mendorong atau menghambat ibu untuk melakukan
kepatuhan dalam pemberian obat pada balita. Kepercayaan,
tradisi
sistem,
nilai
dimasyarakat
setempat
juga
dapat
mempermudah (positif) atau mempersulit (negatif) terjadinya
perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2005).
Faktor yang berhubungan dengan penentuan keputusan
bekerja atau tidaknya ibu balita, kemudian pekerjaan ibu balita
berhubungan dengan kepatuhan sang ibu memberikan obatobatan.
Sikap
merupakan
organisasi
pendapat,
keyakinan
seseorang mengenai obyek datau situasi yang relatif tetap yang
disertai adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar kepada
orang tersebut untuk membuat respon atau perilaku dalam cara
tertentu yang dipilihnya. Dalam hal ini, kepercayaan dan dan
keyakinan termasuk salah satu dari tiga komponen pokok sikap
yaitu ide terhadap suatu obyek yang artinya bagaimana keyakinan
dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap obyek (Allport
dalam Notoatmodjo, 2005).
Faktor-faktor predisposisi yang telah diuraikan di atas akan
menghasilkan atau mempengaruhi keputusan bekerja pada ibu
Gambaran Tingkat Kepatuhan..., Desi Sofiana, Kebidanan DIII UMP, 2015
11
balita. Pekerjaan itu sendiri merupakan kegiatan atau aktivitas
utama yang dilakukan secara rutin sebagai upaya membiayai
keluarga dan menunjang kebutuhan rumah tangga. Salah satu
alasan yang paling sering dikemukakan bila ibu tidak memberikan
tablet Zinc secara teratur karena mereka harus bekerja, sehingga
pekerjaan ibu balita berhubungan dengan kepatuhan sang ibu
balita pemberian tablet Zinc.
2) Faktor pendukung (enabling factor), terwujud dalam lingkungan
fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas atau sarana
kesehatan.
(Notoatmodjo,
2003).
Faktor-faktor
pemungkin
mencakup ketersedian sarana dan prasarana atau fasilitas
kesehatan
bagi
masyarakat,
misalnya
air
bersih,
tempat
pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan
makanan yang bergizi dan sebagainya, termasuk juga fasilitas
pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, Rumah Sakit, Poliklinik,
Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa, dokter atau bidan praktek
swasta dan sebagainya. Untuk perilaku sehat, masyarakat
memerlukan sarana dan prasarana pendukung, pada pemberian
tablet Zinc juga dipengaruhi oleh faktor pemungkin dimana ibu
mungkin enggan memberikan tablet Zinc karena kurangnya
informasi mengenai tablet Zinc dari manfaat pemberian tablet
Zinc.
Konseling
ini
pada
hakekatnya
mendukung
atau
memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktorfaktor ini disebut faktor pendukung atau faktor pemungkin.
Gambaran Tingkat Kepatuhan..., Desi Sofiana, Kebidanan DIII UMP, 2015
12
3)
Faktor pendorong (re-enforcing factor),
Terwujud dalam dukungan dan motivasi keluarga/suami, kader
atau petugas kesehatan dan tokoh masyarakat. Faktor-faktor
penguat meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat,
tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas
kesehatan dan undang-undang, peraturan-peraturan baik dari
pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan.
Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya
perlu pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja,
melainkan diperlukan perilaku contoh dari para tokoh masyarakat,
tokoh
agama,
para petugas terutama petugas kesehatan
(Notoatmodjo, 2003).
Demikian juga halnya dengan pemberian tablet Zinc selain
dukungan dari keluarga, petugas, tokoh masyarakat keaktifan dan
dukungan kader, juga diperlukan peraturan atau perundangundangan yang mengharuskan ibu balita membawa anaknya ke
posyandu. Menurut Green dan Marshall (2005), yang di kutip
Notoatmodjo (2003), mengatakan Faktor penguat dapat bersifat
positif atau negatif, tergantung dari sikap dan perilaku orang
didalam lingkungannya. Sebagai contoh, dalam pemberian tablet
Zinc
dimana
yang
menjadi
penguat
adalah
petugas
kesehatan/puskesmas, dan keluarga.
Faktor pendorong berupa dukungan keluarga ini merupakan
peran orang terdekat yang secara personal akan memotivasi sang
ibu untuk memaksimalkan perannya demi keberhasilan tumbuh
Gambaran Tingkat Kepatuhan..., Desi Sofiana, Kebidanan DIII UMP, 2015
13
kembang balitanya. Menurut Taylor dalam Harahap (2011),
dukungan kepada ibu balita dapat diberikan oleh keluarga/suami,
kader dan petugas kesehatan dalam bentuk dukungan emosional,
dukungan
penghargaan,
dukungan
instrumental,
dukungan
informasi dan dukungan penilaian agar ibu balita memberikan
tablet Zinc secara rutin.
Dukungan berbagai pihak terkait khususnya dukungan orang
terdekat yaitu keluarga (suami dan keluarga ibu balita) menjadi
poin penting yang dibutuhkan sebagai faktor pendorong perilaku
kesehatan yaitu perilaku kepatuhan sang ibu memberikan tablet
Zinc demi kesehatan balita setelah diare.
Faktor lain yang berpengaruh terhadap kepatuhan adalah
1) Pengetahuan
Menurut
Notoatmodjo
(2003),
pengetahuan
adalah
merupakan hasil dari “tahu”, dan ini terjadi setelah orang
melakukan
penginderaan
terhadap
suatu
objek
tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Wawan
dan Dewi, 2010).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Bart (1994) dapat
dikatakan
bahwa
perilaku
yang
dilakukan
atas
dasar
pengetahuan akan lebih bertahan dari pada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Jadi pengetahuan sangat dibutuhkan
agar masyarakat dapat mengetahui mengapa mereka harus
melakukan suatu tindakan sehingga perilaku masyarakat dapat
Gambaran Tingkat Kepatuhan..., Desi Sofiana, Kebidanan DIII UMP, 2015
14
lebih mudah untuk diubah kearah yang lebih baik. Menurut
WHO salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh
pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri.
2) Sikap
Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih
tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2003).
Dengan perkataan lain dapat dikatakan bahwa sikap adalah
tanggapan
atau
persepsi
seseorang
terhadap
apa
yang
diketahuinya. Jadi sikap tidak dapat langsung dilihat secara
nyata, tetapi hanya dapat ditafsirkan sebagai perilaku yang
tertutup. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas,
tetapi merupakan predisposisi tindakan (Notoatmodjo, 2003).
3) Umur
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat
dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
berfikir
dan
bekerja.
Dari
segi
kepercayaan
masyarakat
seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum
tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai dari pengalaman dan
kematangan jiwa (Notoatmodjo, 2010).
Bertambahnya
usia seseorang, maka akan terjadi
perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan
fisik secara garis besar dapat dikategorikan menjadi empat, yaitu:
perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama,
dan timbulnya ciri-ciri baru. Hal ini terjadi akibat pematangan
Gambaran Tingkat Kepatuhan..., Desi Sofiana, Kebidanan DIII UMP, 2015
15
fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental tarap berpikir
seseorang semakin matang dan dewasa (Notoatmodjo, 2010).
Menurut Aristoteles dalam Hurlock (2002) pembagian umur
berdasarkan psikologis terbagi menjadi usia remaja (16-20 tahun),
usia dewasa awal (21-35 tahun), dewasa madya (35-60 tahun)
dan usia lanjut (>60 tahun).
Menurut Hurlock (2002) semakin cukup umur, tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
berfikir
dan
bekerja.
Dari
segi
kepercayaan
masyarakat,
seseorang yang lebih dewasa lebih dipercaya dari orang yang
belum tinggi kedewasaannya. Hal ini dilihat dari pengalaman dan
kematangan jiwanya.
Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
perilaku kesehatan seseorang. Menurut Suryabudhi (2003)
seseorang
yang
menjalani
hidup
secara
normal
dapat
diasumsikan bahwa semakin lama hidup maka pengalaman
semakin banyak,
pengetahuan semakin luas, keahliannya
semakin mendalam dan kearifannya semakin baik dalam
pengambilan keputusan tindakannya.
Umur adalah lamanya hidup, dihitung sejak dilahirkan
hingga saat ini. Umur merupakan periode penyesuaian terhadap
pola-pola kehidupan baru dan harapan baru. Bertambahnya umur
seseorang dapat berpengaruh pada bertambahnya pengetahuan
yang diperoleh, akan tetapi pada umur-umur tertentu menjelang
usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu
Gambaran Tingkat Kepatuhan..., Desi Sofiana, Kebidanan DIII UMP, 2015
16
pengetahuan akan berkurang. Usia dewasa (18-40 tahun)
merupakan masa dimana seseorang secara maksimal dapat
mencapai prestasi yang memuaskan dalam karirnya. Pada usia
tengah (41-60 tahun)
seseorang
tinggal mempertahankan
prestasi yang telah dicapai pada usia dewasa. Sedangkan pada
usia tua (>60 tahun) adalah usia tidak produktif lagi dan hanya
menikmati hasil dari prestasinya.
Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi
yang dijumpai sehingga menambah pengetahuan (Notoatmodjo,
2010). Semakin matang dan dewasa usia ibu diharapkan lebih
dapat memutuskan sikap yang baik pada kesehatan anak.
4) Pendidikan
Tingkat pendidikan menentukan mudah tidaknya sesorang
menyerap dan memahami pengetahuan tentang penanganan
diare yang mereka peroleh. Tingkat rendahnya pendidikan erat
kaitannya dengan tingkat pengertian tentang tablet Zinc, manfaat
dan kesadarannya terhadap memberikan tablet Zinc ke balita.
Tingkat
pengetahuan
ibu
yang
rendah
mempengaruhi
penerimaan informasi sehingga pengetahuan tentang tablet Zinc
menjadi terbatas dan berdampak pada tidak dikonsumsinya tablet
Zinc secara maksimal (Wawan dan Dewi, 2010).
Tingkat rendahnya pendidikan erat kaitannya dengan
tingkat pengertian tentang tablet Zinc serta kesadarannya
terhadap konsumsi tablet Zinc untuk balita diare.
Gambaran Tingkat Kepatuhan..., Desi Sofiana, Kebidanan DIII UMP, 2015
17
5) Pekerjaan
Faktor bekerja berpengaruh terhadap intensitas waktu ibu
untuk mengurus balita sehingga jika waktu ibu tersita di pekerjaan
biasanya ibu kurang memperhatikan pemberian tablet Zinc pada
balita.
Menurunnya frekuensi waktu kebersamaan ibu dan anak
juga disebabkan oleh tipe kerja ibu. Ibu yang memiliki pekerjaan
yang dikategorikan berat dapat mengalami kelelahan fisik.
Akibatnya sesampainya ibu di rumah terdapat kecenderungan
mereka lebih memilih untuk berisitirahat daripada mengurus
anaknya terlebih dahulu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Fertig et al. (2009), ibu yang bekerja tidak dapat mengatur
pola makan anak, tidak mengatur pola pemberian obat jika anak
sakit, membiarkan anak-anak mereka makan makanan yang tidak
sehat, membiarkan anak-anak mereka untuk tidak teratur
meminum obat jika sakit, selalu menghabiskan waktu di depan
televisi, dan kurang beraktivitas di luar rumah (Fertig et al., 2009).
2. Balita
a. Pengertian
Balita adalah anak usia 12-59 bulan. Menurut UU No.20 Tahun
2003 anak balita yaitu anak balita sebagai masa emas atau “golden
age” yaitu insan manusia yang berumur 0-6 tahun, meskipun
sebagian pakar menyebutkan anak balita rentang usia 0-8 tahun
(Depkes RI, 2011).
Gambaran Tingkat Kepatuhan..., Desi Sofiana, Kebidanan DIII UMP, 2015
18
b. Masalah-masalah pada balita
SDKI mengumpulkan data beberapa penyakit infeksi utama pada
anak umur dibawah lima tahun (balita), seperti infeksi saluran
pernafasan atas (ISPA), pneumonia, diare, gejala demam.
3. Diare
a. Pengertian diare
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar
dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja
dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih dalam
satu hari (Depkes RI, 2011).
Organisasi kesehatan dunia (WHO) mendefinisikan diare sebagai
buang air besar dengan konsistensi lebih cair dari biasanya, dengan
frekuensi kali atau lebih selama 1 hari atau lebih. Definisi ini lebih
menekankan pada konsistesi tinja dari pada frekuensinya (Kemenkes
RI, 2011).
b. Penyebab diare
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokan 6 besar yaitu
infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus atau infestasi parasit),
malabsorpsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab
lainnya. Penyebab yang sering ditemukan dilapangan ataupun
secara klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan
(Depkes RI, 2011).
Diare atau gastroenteritis merupakan penyakit urutan pertama
yang menyebabkan pasien rawat inap dirumah sakit. Diare
Gambaran Tingkat Kepatuhan..., Desi Sofiana, Kebidanan DIII UMP, 2015
19
merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme
meliputi bakteri (Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigela, Capylobacter,
Yersini,
Areomonas),
virus
(ECHO,
Cocsackie,
Poliomyelitis,
Adenovirus, Rotavirus), parasit (cacing, protozoa, serta jamur) dan
penularannya secara fekal-oral. Diare dapat mengenai semua
kelompok umur dan berbagai golongan sosial baik dinegara maju
maupun dinegara berkembang, dan erat hubungannya dengan
kemiskinan serta lingkungan yang tidak higienis. Beberapa jenis diare
sering disebabkan oleh organisasi renik seperti bakteri dan virus.
Contoh bakteri patogen yang menyebabkan diare pada anak yaitu
bakteri patogen seperti E.coli, Shigella, Campylobacter, Salmonella
dan Vibrio cholera. Diare cair pada anak sebagian besar disebabkan
oleh infeksi rotavirus, V.cholera dan E.coli. Diare berdarah paling
sering disebabkan oleh Shigela (UNICEF dan WHO, 2009).
Sedangkan diare cair akut pada anak dibawah lima tahun paling
banyak disebabkan oleh infeksi rotavirus (Kemenkes RI, 2011).
Penyebab diare berdasarkan Riskesdas (2013) yaitu :
1) Status ekonomi (dari status ekonomi disini banyak penderita
diare pada kondisi ekonomi yang rendah)
2) Usia (diare banyak ditemukan pada balita diusia 29 hari-11 bulan
(31,4%))
3) Pekerjaan
Prevelensi diare lebih banyak dipedesaan dari pada
perkotaan, dipedesaan lebih banyak
yang bekerja sebagai
petani/nelayan dan buruh.
Gambaran Tingkat Kepatuhan..., Desi Sofiana, Kebidanan DIII UMP, 2015
20
4) Pendidikan (dari tingkat pendidikan disebabkan karena tingkat
pendidikan yang rendah sehingga perilaku hidup sehat juga
masih rendah)
c. Tanda dan gejala diare
Cara menilai anak diare menurut Depkes RI (2011), yaitu :
1) Frekuensi anak sudah mengalami diare
2) Frekuensi anak buang air besar dalam satu hari
3) Adanya darah dalam tinja atau tidak
4) Adanya muntah apa tidak
5) Penyakit apa yang dimiliki anak selain diare
6) Keadaan umum anak
7) Sadar atau tidak
8) Lemas atau terlihat sangat mengantuk
9) Gelisah
10) Rasa haus saat diberikan minum
11) Keadan mata ( cekung, tidak cekung)
12) Turgor ( saat dicubit kulit bayi akan sangat lambat berarti kurang
dari 2 detik).
Tabel 3.1 Derajat dehidrasi :
Gejala/derajat
dehidrasi
Diare tanpa
dehidrasi
Bila terdapat dua
tanda atau lebih
Diare dehidrasi
Ringan/Sedang
Bila terdapat dua
tanda atau lebh
Keadaan umum
Baik, sadar
Gelisah , rewel
Mata
Keinginan untuk
minum
Tidak cekung
Normal, tidak ada
rasa haus
Cekung
Ingin minum terus,
ada rasa haus
Turgor
Kembali segera
Kembali lambat
Diare dehidrasi
Berat
Bila terdapat dua
tanda atau lebih
Lesu, lunglai/
tidak sadar
Cekung
Malas minum
Kembali sangat
lambat
Sumber : Departemen Kesehatan RI, 2011
Gambaran Tingkat Kepatuhan..., Desi Sofiana, Kebidanan DIII UMP, 2015
21
d. Pencegahan diare
Cara melakukan pencegahan diare yang benar dan efektif
menurut Depkes RI (2011) yiatu :
1) Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai
2 tahun
2) Memberikan pendamping ASI sesuai umur
3) Memberikan minum air yang sudah direbus dan menggunakan air
bersih yang cukup
4) Mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum makan dan
sesudah buang air besar
5) Buang air besar dijamban
6) Membuang tinja bayi dengan benar
7) Memberikan imunisasi campak
e. Perawatan dan pengobatan diare di rumah menurut Depkes RI
(2011) yaitu:
Memberikan oralit, bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga
misalnya air tajin, kuar sayur, sari buah, air teh, air matang, dll.
Berdasarkan hasil penelitian tentang “ Perilaku ibu terhadap
pencegahan dan pengobatan anak balita penderit diare di wilayah
kerja Puskesmas Belawa Kecamatan Belawa Kabupaten Wajo” yang
dilakukan oleh Haryati Ningsih, bahwa pencegahan yang dilakukan
terhadap pencegahan diare adalah memberikan makanan yang
bergizi, memberikan multivitamin bagi balita, menjaga sanitas
lingkungan rumah, dan memberikan ASI kepada balita. Yang
dilakukan terhadap pengobatan diare anak balta adalah memberikan
Gambaran Tingkat Kepatuhan..., Desi Sofiana, Kebidanan DIII UMP, 2015
22
pertolongan pertama dengan pemberian oralit pembuatan sendiri
dengan campuran gula dan garam, adapula yang memberikan daun
jambu kepada balitanya pemberian daun jambu ini juga bermacammacam yaitu dengan cara dikunyah-kunyak oleh balita yang
terserang diare, dan ada pula yang memasak daun jambu dengan air
kemudian airnya diminum. Namun jika diare yang diderita balita
masih berlajut maka balita akan dibawa kebidan atau puskesmas
untuk diberikan pengobatan dan perawatan.
f.
Penanganan diare
Penanganan diare menurut Depkes RI (2011) yaitu :
1) Berikan Oralit
Oralit mencegah terjadinya Oralit merupakan cairan yang
yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang
hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus dibawa kesarana
kesehatan untuk mendapatkan pertolongan cairan melalui infus.
Cara membuat dan memberikan Oralit, yaitu :
a) Cuci tangan pakai sabun lalu bilas
b) Sediakan satu gelas air minum ( 200 cc)
c) Masukan satu bungkus oralit kedalam air yang sudah
dimasak ( matang).
d) Aduk cairan oralit sampai larut.
Dosis oralit untuk setiap derajat dehidrasi berbeda-beda, yaitu:
a) Dosis oralit bagi penderita diare tanpa dehidrasi yaitu :
Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret
Umur 1 - 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret
Gambaran Tingkat Kepatuhan..., Desi Sofiana, Kebidanan DIII UMP, 2015
23
Umur >5 tahun
: 1 - ½ gelas setiap kali anak mencret
b) Dosis oralit bai penderita diare sedang, yaitu :
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/kg
berat badan dan selanjutnya diteruskan dengan pemberian
oralit seperti diare tanpa dehidrasi.
c) Dosis oralit bagi penderita dehidrasi berat
Pada dehidrasi berat biasanya anak sudah tidak dapat minum
dan harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk diinfus.
2) Berikan Zinc
Zinc selama diare mampu menguragi lama dan tingkat
keparahan diare, mengurangi frekuensi buang
air
besar,
mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuahan
kejadian diare pada 3 bulan berikutnya (Kemenkes RI, 2011).
Dosis pemberian Zinc :
Umur < 6 bulan
: ½ tablet ( 10 Mg ) perhari selama 10 hari
Umur > 6 bulan
: 1 tablet ( 20 Mg ) perhari selama 10 hari
Zinc tetap diberikan selma 10 hari walaupun diare sudah
berhenti.
Cara pemberian tablet Zinc :
Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI,
sesudah larut berikan pada anak diare.
3) Pemberian ASI/makanan
Pemberian
makanan
selama
diare
bertujuan
untuk
memberikan gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap
kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan.
Gambaran Tingkat Kepatuhan..., Desi Sofiana, Kebidanan DIII UMP, 2015
24
Anak yang masih ASI harus lebih sering diberi ASI. Anak yang
minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya.
Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah
mendapatkan makanana padat harus diberikan makanan yang
mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering.
Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan
selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan.
4) Pemberian antibiotika hanya atas indikasi
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena
kecilnya kejadian diare pada balita disebabkan oleh bakteri.
Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah
(sebagian besar karena Shigellosis), suspek kolera.
5) Pemberian nasehat :
Pemberian nasehat disampaikan oleh petugas kesehatan
antara lain : cara pemberian cairan dan obat dirumah serta
kembali segera jika diare lebih sering, muntah berulang, sangat
haus, makan/minum sedikit, demam, tinja berdarah, diare tidak
membaik setalah dilakukan pengobatan dalam tiga hari.
4. Tablet Zinc
a. Pengertian Zinc
Zinc merupakan micronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc
dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase),
dimana
ekskresi
enzim
ini
meningkat
selama
diare
dan
mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam
epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan
Gambaran Tingkat Kepatuhan..., Desi Sofiana, Kebidanan DIII UMP, 2015
25
fungsi selama kejadian diare. Penelitian di Indonesia menunjukan
bahwa Zinc mempunyai efek protektif terhadap diare sebanyak 11%
dan menurut hasil pilot studi menunjukan bahwa Zinc mempunyai
tingkat hasil guna sebesar 67% (Hidayat 1998 dan soenarto 2007).
Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera saat
anak mengalami diare (Kementrian Kesehatan RI, 2011).
Zinc merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk
kesehatan dan pertumbuhan anak. Zinc yang ada didalam tubuh
akan menurun dalam jumlah besar ketika anak mengalami diare.
Untuk mengganti Zinc yang hilang selama diare, anak dapat
diberikan Zinc yang akan membantu penyembuhan diare serta
menjaga agar anak tetap sehat. Sejak tahun 2004, WHO dan
UNICEF menandatangani kebijakan bersama dalam hal pengobatan
diare yaitu pemberian oralit dan Zinc selama 10 – 14. Hal ini
berdasarkan pada penelitian selama 20 tahun (1980 – 2003) yang
menunjukan bahwa pengobatan diare dengan pemberian oralit
disertai Zinc lebih efektif dan terbukti menurunkan angka kematian
akibat diare pada anak-anak sampai 40% (Depkes RI, 2011).
Menurut Fontaine (2008), Zinc adalah sebuah micronutrien yang
bisa ditemukan di semua jaringan tubuh dan penting bagi
pertumbuhan sel, deferensiasi sel dan sintesa DNA. Juga penting
untuk menjaga sistem daya tubuh yang sehat (Chandrawati, 2010).
b. Manfaat Zinc
Menurut Depkes RI (2011). Pada saat diare, anak akan
kehilangan
Zinc
dalam
tubuhnya.
Pemberian
Zinc
mampu
Gambaran Tingkat Kepatuhan..., Desi Sofiana, Kebidanan DIII UMP, 2015
26
menggantikan kandungan Zinc alami tubuh yang hilang tersebut dan
memercepat penyembuhan diare. Zinc juga meningkatkan sistem
kekebalan tubuh sehingga dapat mencegah risiko terulangnya diare
selama 2-3 bulan setelah anak sembuh dari diare. Berdasarkan studi
WHO selama lebih dari 18 tahun, manfaat Zinc sebagai pengobatan
diare adalah mengurangi :
1) Prevelensi diare sebesar 34%
2) Insiden pneumonia sebesar 26%
3) Durasi diare akut sebesar 20%
4) Durasi diare persisten sebesar 24%
5) Kegagalan terapi atau kematian akibat diare persisten sebesar
42%.
Berdasarkan hasil penelitian tentang “Zinc Efektif Mengatasi Diare
Akut pada Balita”, bahwa penggunaan Zinc selama diare akut
diperkirakan akan mempengaruhi fungsi imun atau fungsi dan
struktur infestinal serta proses pemilihan epitel selama diare,
sehingga akan mencegah diare lebih lanjut atau mempercepat
proses penyembuhan (Ulfa M., 2010).
Berdasarkan penelitian tentang “Kesesuaian Penatalaksanaan
Penyakit Diare pada Balita dengan Pedoman Penatalaksanaan Diare
pada Balita Menurut Kemenkes RI di Puskesmas Kota Karang Kota
Bandar Lampung tahun 2013”, bahwa presentase dari peresapan
lama
pemberian
penatalaksanaan
Zinc
yang
sesuai
dengan
diare
pada
balita
adalah
buku
sebesar
pedoman
93,5%.
Pemberian Zinc selama 10 hari terbukti membantu memperbaiki
Gambaran Tingkat Kepatuhan..., Desi Sofiana, Kebidanan DIII UMP, 2015
27
mukosa usus yang rusak dan meningkatkan fungsi kekebalan tubuh
secara menyeluruh (Tarigan, 2013).
c. Mekanisme kerja Zinc
Zinc mampu mencegah diare terkait dengan kemampuannya
meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Zinc merupakan mineral
penting bagi tubuh. Lebih dari 300 enzim dalam tubuh yang
bergantung pada Zinc. Zinc ini juga dibutuhkan oleh berbagai organ
tubuh,seperti kulit dan mukosa saluran cerna. Semua yang berperan
dalam fungsi imun, membutuhkan Zinc. Jika Zinc diberikan pada
anak yang sistim kekebalannya belum berkembang baik, dapat
meningkatkan sistem kekebalan dan melindungi anak dari penyakit
infeksi. Itulah sebabnya mengapa anak yang diberi Zinc (diberi
sesuai dosis) selama 10 hari berturut-turut berisiko lebih kecil untuk
terkena diare (Depkes RI, 2011).
Zinc berperan dalam menjaga keutuhan epitel usus, berperan
sebagai kofaktor berbagai faktor transkripsi dalam sel usus dapat
terjaga. Zinc merupakan komponen yang memiliki banyak enzim
yang memainkan peranan dalam metabolisme asam nukleat dan
sintesis protein, serta untuk perbaikan struktur dan fungsi membran
(Irwanto, Rohim, Sudarmo, 2012).
Zinc mempunyai efek terhadap beberapa enterosit dan sel-sel
imun yang berinteraksi dengan agen infeksius pada diare, mampu
menstabilkan struktur membrane dengan cara berinteraksi dengan
oksigen, nitrogen dan ligan sulfur makro molekul hidrofilik, serta
aktifitas antioksidan. Zinc juga mencegah dilepaskannya histamine
Gambaran Tingkat Kepatuhan..., Desi Sofiana, Kebidanan DIII UMP, 2015
28
oleh sel mast dan respon kontraksi serta sekretori terhadap histamine
dan serotonin pada usus sehingga dapat mencegah peningkatan
permeabilitas endotel yang diprakarsai oleh TNF-a yang juga
merangsang kerusakan permeabilitas lapisan endotel usus. Zinc
mampu merangsang pertahanan imun, serta mengurangi efek yang
merugikan akibat aktivasi sel imun pada lapisan endotel usus (Armin,
2005).
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Mardayani (2013),
bahwa pemberian suplemen Zinc dan probiotik dapat menurunkan
frekuansi diare.
d. Waktu pemberian Zinc
Zinc diberikan satu kali sehari selama 10 hari berturut-turut.
Pemberian Zinc harus tetap dilanjutkan meskipun diare sudah
berhenti. Hal ini adalah untuk meningkatkan ketahanan tubuh
terhadap kemungkinan berulangnya diare pada 2-3 bulan kedepan
(Depkes RI, 2011).
WHO
telah
merekomendasikan
penggunaan
zinc
dalam
pengobatan diare dengan dosis 10 mg per hari (bayi 2-5 bulan), dan
dosis 20 mg per hari (anak 6 bulan ke atas) selama 10 hari, untuk
mencegah kemungkinan terjadinya diare selama 3 bulan ke depan.
Pemberian selama 10 hari berturut-turut tersebut harus tetap
dilakukan meskipun diare sudah berhenti sebelum 10 hari.
Pemberian Zinc selama 10 hari terbukti membantu memperbaiki
mukosa usus yang rusak dan meningkatkan fungsi kekebalan tubuh
secara keseluruhan. Lama pemberian yang dianjurkan selama 10-14
Gambaran Tingkat Kepatuhan..., Desi Sofiana, Kebidanan DIII UMP, 2015
29
hari ini sudah diteliti pada pasien diare berusia 3-59 bulan di
Bangladesh dimana pasien diare diberikan suplementasi Zinc 20 mg
selama 2 minggu ternyata secara signifikan dapat menurunkan durasi
dan kejadian diare (Deviana, 2012). Keberhasilan pengobatan
dengan Zinc secara umum berkontribusi terhadap penurunan volume
cairan dalam usus halus dan merangsang penyerapan ion sodium
(Lukacik, Thomas & Aranda, 2008).
Zinc merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk
kesehatan dan pertumbuhan anak, zinc yang ada dalam tubuh akan
menurun dalam jumlah besar ketika anak mengalami diare. Untuk
menggantikan zinc yang hilang selama diare, anak dapat diberikan
zinc yang akan membantu penyembuhan diare serta menjaga agar
anak tetap sehat. Hidayat (1997) menyebutkan bahwa adanya
penurunan risiko berlanjutnya diare pada kelompok anak yang
mendapat suplementasi Zinc (RR 0,89: 95% CI: 0,82-0,97).
Penurunan durasi diare sebesar 11% ini mempunyai arti yang
cukup penting dalam menurunkan risiko terjadinya dehidrasi dan
malnutrisi akibat diare jika penggunaan sesuai aturan yang
ditentukan yaitu selama 10 hari.
e. Aturan penggunaan Zinc
Tablet Zinc merupakan tablet dispersible yang larut dalam waktu
sekitar 30 detik. Sehingga diberikan selama 10 hari berturut-turut
kecuali bayi muda, dengan dosis sebagai berikut (MTBS, 2008) :
1) Balita umur < 6 bulan
: ½ tablet (10 mg)/ hari
2) Balita umur > 6 bulan
: 1 tablet (20 mg)/ hari
Gambaran Tingkat Kepatuhan..., Desi Sofiana, Kebidanan DIII UMP, 2015
30
f.
Cara pemberian
Zinc diberikan dengan cara dilarutkan dalam satu sendok air
matang atau ASI. Untuk anak yang lebih besar, Zinc dapat dikunyah.
Bila anak muntah sekitar setengah jam setelah pemberian obat Zinc,
ulangi pemberian dengan cara memberikan potongan lebih kecil
dilarutkan beberapa kali hingga satu dosis penuh. Bila anak
menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan infus, tetap berikan
Zinc segera setelah anak bisa minum atau makan (Depkes RI, 2011).
Pemberian Zinc bersamaan dengan oralit aman dikonsumsi. Zinc
diberikan satu kali sehari sampai semua tablet habis (selama 10 hari)
sedangkan oralit diberikan setiap anak buang air besar sampai diare
berhenti. Pemberian Zinc juga bisa dilarutkan bersamaan dengan
oralit, namun hal ini tida dianjurkan karena jika dilarutkan dalam oralit
dikhawatirkan ibu akan menghentikan pemberian Zinc jika diarenya
berhenti (Depkes RI, 2011).
Jumlah oralit tidak dapat dikurangi jika anak sudah minum Zinc.
Zinc memang akan mempercepat penyembuhan, namun oralit harus
tetap diberikan dalam jumlah cukup karena fungsi utamanya
membantu menggantikan cairan yang hilang sewaktu diare. Biasanya
oralit diberikan selama 2-3 hari seperti dosis yang dianjurkan,
sedangkan Zinc harus diberikan sesuai dosis yang dianjurkan selama
10 hari berturut-turut sehingga selain memberikan perlindungan
terhadap kemungkinan berulangnya diare selama 2-3 bulan kedepan
(Depkes RI, 2011).
Gambaran Tingkat Kepatuhan..., Desi Sofiana, Kebidanan DIII UMP, 2015
31
Ketika memberikan konseling pada ibu, petugas kesehatan harus
menekankan pentingnya pemberian dosis penuh selama 10 hari
dengan menyampaikan pada ibu tentang manfaat jangka pendek dan
panjang Zinc, termasuk mengurangi lamanya diare, menurunkan
keparahan diare, membantu anak melawan episode diare dalam 2-3
bulan selanjutnya setelah perawatan. Selama itu juga Zinc dapat
membantu pertumbuhan anak lebih baik dan meningkatkan nafsu
makan (Depkes RI, 2011).
g. Tempat tersedianya Zinc
Produk Zinc tersedia di Apotek, Puskesmas, dan Rumah Sakit.
Menurut buku bagan MTBS pemberian tablet Zinc merupakan suatu
keharusan yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yaitu
pastikan semua anak yang menderita diare mendapatkan tablet Zinc
sesuai dosis dan waktu yang ditentukan kecuali bayi muda. Dalam
hal ini bidan/ perawat di berikan wewenang tertentu untuk
memberikan penanganan penyakit pada balita melalui MTBS
(Permenkes No. 70 Tahun 2013 tentang Penyelenggaran MTBS
Berbasis Masyarakat).
h. Jenis-jenis Zinc
Produk Zinc yang paling banyak tersedia dalam bentuk tablet
dispersible (tablet yang larut dalam air selama ± 30 detik), dengan
komposisi utamanya Zinc sulfat, Acetate, atau gluconate yang setara
dengan Zinc elemental 20 mg. Zinc juga tersedia dalam bentuk sirup
dan sirup kering untuk lebih mempermudah pemberian bagi anak
dibawah 6 bulan. Rasa produk Zinc bermacam-macam dari rasa
Gambaran Tingkat Kepatuhan..., Desi Sofiana, Kebidanan DIII UMP, 2015
32
vanilla, mix fruit, jeruk, tutti frutti, dan lainnya untuk menekan rasa
metal Zinc agar anak lebih mudah meminumnya (Depkes RI, 2011).
i.
Efek samping Zinc
Efek samping Zinc sangat jarang dilaporkan. Kalaupun ada,
biasanya muntah. Namun pemberian Zinc dalam dosis sebanyak 1020 mg sesuai seperti dosis yang dianjurkan seharusnya tidak akan
menyebabkan muntah. Zinc yang dilarutkan dengan baik akan
menyamarkan rasa metalik dari Zinc.
Kelebihan satu atau dua tablet Zinc karena tidak sengaja tidak
akan membahayakan anak. Jika anak mengkonsumsi terlalu banyak/
melebihi dosis, dia mungkin akan memuntahkannya. Dan dengan
memuntahkannya
maka
kelebihan
Zinc
dalam
tubuh
sudah
dinetralisir. Zinc dianjurkan hanya dikonsumsi satu tablet saja dalam
sehari (sesuai dosis yang dianjurkan). Maka para orang tua/ ibu
harus menyimpan Zinc jauh dari jangkauan anak-anak dirumah untuk
mencegah hal ini. Bila dikonsumsi secara berlebihan, Zinc dapat
mengganggu metabolisme tubuh dan bahkan dapat mengurangi
ketahanan tubuh (Depkes RI, 2011).\
Gambaran Tingkat Kepatuhan..., Desi Sofiana, Kebidanan DIII UMP, 2015
33
B. Kerangka teori
Kerangka teori dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan 2.1 sebagai
berikut :
BERIKAN
ORALIT
BERIKAN
OBAT ZINC
BALITA DIARE
BERIKAN
ASI/MAKAN
AN
BERIKAN
ANTIBIOTIKA
BERIKAN
NASEHAT
KEPATUHAN
IBU
FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI
KEPATUHAN:
1. PENGETAHUAN
2. SIKAP
3. UMUR
4. PENDIDIKAN
5. PEKERJAAN
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber : Departemen Kesehatan RI, 2011.
Keterangan :
= variabel yang akan diteliti
= variabel yang tidak diteliti
Gambaran Tingkat Kepatuhan..., Desi Sofiana, Kebidanan DIII UMP, 2015
Download