TINJAUAN PUSTAKA

advertisement
4
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi dan Syarat Tumbuh Sukun (Artocarpus communis)
Sukun merupakan jenis tanaman yang mudah ditemukan di Indonesia dan
mudah dibudidayakan masyarakat. Tanaman sukun memiliki bunga yang relatif
besar dan memiliki tandan bunga. Adapun klasifikasi Sukun A. communis
menurut Triwiyatno (2003) adalah :
Kingdom
: Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi
: Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Subdivisi
: Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas
: Dicotyledonae (biji berkeping dua)
Ordo
: Urticales
Famili
: Moraceae
Genus
: Artocarpus
Spesies
: Artocarpus communis
Sukun dapat tumbuh baik pada daerah tropis basah, cocok pada iklim yang
panas (suhu 20o-40o) dan lembab (curah hujan 2000-3000mm). Batas letak
lintangnya kira-kira antara 170o LU dan LS. Pohon sukun lebih cocok di dataran
rendah sekitar ekuator (dibawah mdpl). Iklim makro yang sangat ideal untuk
pertumbuhan sukun adalah tempat terbuka dan banyak menerima sinar matahari.
Didaerah yang ternaung atau daerah yang sering berkabut kurang cocok untuk
pertumbuhan sukun. Sebagai indikator kesesuaian iklim adalah apabila tanaman
kluwih dapat tumbuh makan sukun juga dapat tumbuh (Dephut, 2003).
Tanaman sukun dapat tumbuh hampir disegala jenis tanah, Latosol,
Podsolik merah kuning, tanah berkapur, tanah berpasir, pohon sukun mampu
5
hidup baik namun untuk menghasilkan pertumbuhan terbaik menghendaki kondisi
tanah subur, gembur, bersolum dalam dan banyak mengandung humus, serta air
tanahnya dangkal, pohon sukun tidak cocok dikembangkan pada tanah berkadar
garam (NaCl) tinggi (Dephut, 1995).
Deskripsi Sukun (Artocarpus communis)
Pohon sukun bertajuk rimbun dengan percabangan melebar kesamping dan
tingginya dapat mencapai 10-20 m, kulit batangnya hijau kecoklatan, daun
berbentuk oval memanjang, dan tulang daun menyirip simetris, ujung daun
meruncing dan tepi daun bercangap simetris dan kadang-kadang siripnya
bercabang (Dephut, 1995).
Tanaman sukun mempunyai bentuk daun oval dengan belahan simetris
karena didukung oleh tulang daun yang menyirip simetris. Panjang daun 60 cm
dan lebar daun 45 cm dengan tangkai daun 7 cm. Ujung daun meruncing dan
bagian tepi daun bercangap menyirip, kadang-kadang siripnya bercabang. Muka
daun bagian atas halus dan bagian bawah kasar berbulu. Warna bagian atas daun
hijau mengkilap dan bagian bawah kusam. Posisi daun mendatar dan melebar, dan
menghadap keatas dengan jarak antardaun bervariasi 2-10 cm. Buah sukun
berbentuk bulat atau agak lonjong. Warna kulit buah hijau muda sampai
kekuning-kuningan. Ketebalan kulit berkisar antara 1-2 mm. Buah muda berkulit
kasar dan buah tua berkulit halus. Daging buah berwarna putih agak krem dengan
ketebalan sekitar 7 cm. Teksturnya kompak dan berserat halus. Rasanya agak
manis, dan memiliki aroma yang spesifik (Pitojo, 1992).
6
Akar tanaman sukun tergolong akar adventif karena sebagian besar
menyebar di dekat permukaan tanah. Pada tanaman yang sudah tua, sebagian akar
tersebut menyembul ke permukaan tanah (Triwiyatno, 2003).
Kompos
Tanah yang subur yaitu tanah yang mempunyai profil yang dalam
(kedalaman yang sangat dalam) melebihi 150 cm, strukturnya gembur remah, pH
sekitar 6-6,5, mempunyai aktivitas jasad renik yang tinggi (maksimum).
Kandungan unsur haranya yang tersedia bagi tanaman adalah cukup dan tidak
terdapat pembatasan-pembatasan tanah untuk pertumbuhan tanaman. Kesuburan
tanah ialah kemampuan tanah untuk dapat menyediakan unsur hara dalam jumlah
yang berimbang untuk pertumbuhan dan produksi tanaman. Konsep kesuburan
tanah menekankan telaah pada faktor tanah, khususnya pada segi-segi yang terkait
dengan penyediaan anasir hara bagi tanaman. Kemampuan menyediakan anasir
hara ini melibatkan berbagai proses yang dikendalikan oleh faktor tanah dan
lingkungannya (Damanik et al, 2010).
Selama ini kekurangan unsur hara lebih banyak diiimbangi dengan
menambahkan pupuk kimia. Hal ini dapat mengakibatkan kesuburan tanah
menurun drastis. Kekurangan bahan organik dapat menimbulkan banyak masalah,
antara lain, kemampuan menahan air rendah dan struktur tanah yang kurang baik,
akibatnya produktivitas tanah cenderung turun, sementara kebutuhan pupuk terus
meningkat. Salah satu solusi penting untuk mengatasi permasalahan ini adalah
dengan menambahkan bahan organik yang cukup ke dalam tanah hingga lebih
dari 2 % (Sinartani, 2009).
7
Kemampuan tanah menyediakan unsur hara, ditentukan oleh kandungan
bahan organik tanah (BOT) dan kelengasan tanah. Tanah-tanah entisol biasanya
bertekstur pasir atau pasir berlempung dan kandungan BOT-nya rendah, sehingga
kemampuannya menyimpan air tersedia juga rendah. Struktur, tekstur, dan ruang
pori tanah juga mempengaruhi daya simpan air-tersedia (Zurkanain et al, 2013).
Pupuk ialah bahan yang diberikan ke dalam tanah baik yang organik
maupun yang anorganik dengan maksud untuk mengganti kehilangan unsur hara
dari dalam tanah dan bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman dalam
keadaan faktor keliling atau lingkungan yang baik. Sedangkan pemupukan
merupakan pemberian/penambahan bahan-bahan/zat-zat kepada kompleks tanahtanaman untuk memperlengkapi keadaan makanan/unsur hara dalam tanah yang
tidak cukup terkandung didalamnya (Mulyani, 2002).
Pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah karena berisi satu atau lebih
unsur untuk menggantikan unsur yang habis terhisap tanaman. Jadi, memupuk
berarti menambah unsur hara ke dalam tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk
daun). Salah satu jenis pupuk organik yaitu kompos. Kandungan utama dengan
kadar tertinggi dari kompos adalah bahan organik yang mujarab dan terkenal
manjur untuk memperbaiki kondisi tanah. Unsur lain dalam kompos yang
variasinya cukup banyak walaupun kadarnya rendah adalah nitrogen, fosfor,
kalium, kalsium, dan magnesium (Lingga dan Marsono, 2005).
Pupuk merupakan segala bahan yang diberikan kepada tanah dengan
maksud untuk memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Bahan
yang diberikan ini dapat bermacam-macam baik itu berupa pupuk kandang, pupuk
hijau, kompos, dan pupuk buatan. Penggunaan kompos dapat meningkatkan
8
porositas, aerasi, komposisi mikro-organisme tanah, meningkatkan daya ikat tanah
terhadap air, mencegah lapisan kering pada tanah, menghemat pemakaian pupuk
kimia menjadi salah satu alternatif pengganti pupuk kimia bersifat multiguna dan
multilahan (Murbandono, 2000).
Kompos merupakan sisa bahan organik yang berasal dari tanaman, hewan,
dan limbah organik yang telah mengalami proses dekomposisi atau fermentasi.
Jenis tanaman yang sering digunakan untuk kompos di antaranya jerami, sekam
padi, tanaman pisang, gulma, sayuran yang busuk, sisa tanaman jagung dan sabut
kelapa. Beberapa kegunaan kompos adalah:
•
Memperbaiki struktur tanah.
•
Memperkuat daya ikat agregat (zat hara) tanah berpasir.
•
Meningkatkan daya tahan dan daya serap air.
•
Memperbaiki drainase dan pori-pori tanah dalam tanah.
•
Menambah dan mengaktifkan unsur hara
(Susetya, 2010).
Pembuatan kompos pada hakikatnya ialah menumpukkan bahan-bahan
organik dan membiarkannya terurai menjadi bahan-bahan yang mempunyai
perbandingan C/N yang rendah digunakan sebagai pupuk. Tumpukan bahanbahan mentah (serasah, sisa-sisa tanaman, sampah dapur, dll.) menjadi kompos
dikarenakan telah terjadi pelapukan, penguraian atau dengan lain perkataan telah
terjadi perubahan-perubahan dari sifat fisik semula menjadi sifat fisik baru
(kompos) (Mulyani, 2002).
Kompos yang baik adalah kompos yang sudah mengalami pelapukan yang
cukup dengan dicirikan warna sudah berbeda dengan warna bahan pembentuknya,
9
tidak berbau, kadar air rendah, dan mempunyai suhu ruang. Cara membuat
kompos bervariasi. Namun, pada dasarnya cara pembuatannya sama, yaitu
mengubah bahan-bahan organik menjadi bahan anorganik atau siap diserap
tanaman. Terjadinya perubahan pada bahan kompos tersebut disebabkan oleh
aktivitas mikroorganisme atau bakteri pembusuk. Oleh karena itu, salah satu kunci
agar didapat kompos yang berkualitas baik adalah cara merangsang dan
mengembangkan bakteri-bakteri pembusuk (Marsono dan Sigit, 2005).
Rasio C/N
Kompos yang baik adalah kompos yang sudah mengalami pelapukan yang
cukup dengan dicirikan warna sudah berbeda dengan warna bahan pembentuknya,
tidak berbau atau berbau seperti tanah, kadar air rendah, dan mempunyai suhu
ruang. Rasio C/N menentukan keberhasilan proses pengomposan karena prinsip
pengomposan adalah menurunkan rasio C/N bahan organik menjadi sama dengan
rasio C/N tanah. Agar dapat diaplikasikan ke tanah, rasio C/N kompos harus
sesuai dengan rasio C/N tanah yakni antara 8-15 atau rata-rata 10-12 (Indriani,
2011).
Proses pembuatan kompos akan menurunkan C/N rasio hingga menjadi 12
– 15 dan dianggap kompos yang berkualitas baik karena unsur hara yang terikat
pada humus telah dilepaskan melalui proses mineralisasi sehingga dapat
digunakan oleh tanaman. Kandungan unsur hara di dalam kompos sangat
bervariasi. Tergantung dari jenis bahan asal yang digunakan dan cara pembuatan
kompos. Kandungan unsur hara kompos sebagai berikut:
 Nitrogen 0,1-0,6%
 Fosfor 0,1-0,4%
10
 Kalium 0,8-1,5%
 Kalsium 0,8-1,5%
Penggunaan dosis tertentu pada pupuk kompos lebih berorientasi untuk
memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah daripada untuk menyediakan unsur hara.
Dosis pemakaian pupuk organik tidak seketat pada pupuk buatan karena kelebihan
dosis pupuk organik tidak akan merusak tanaman (Novizan, 2005).
Ketersediaan hara dalam tanah yangcukup dapat mendukung pertumbuhan
danproduksi tanaman yang tinggi. Serapan haraoleh tanaman tergantung pada
konsentrasi haradalam tanah. Ketersediaan hara N dalam tanahdipengaruhi oleh
laju mineralisasi bahanorganik, sehingga perlu dipelajari hubunganantara
parameter kinetika mineralisasi Ndengan ketersediaan hara N dan serapan N oleh
tanaman (Wijanarko, et al. 2012).
Peran Air Bagi Suatu Tanaman
Tanaman untuk pertumbuhannya memerlukan unsur hara, air, udara, dan
cahaya. Unsur hara dan air diperlukan untuk bahan pembentuk tubuh tanaman,
udara, dalam hal ini CO2, dan air dengan bantuan cahaya menghasilkan
karbohidrat yang merupakan sumber energi untuk pertumbuhan tanaman. Agar
proses fisiologi tanaman dapat berlangsung dengan baik diperlukan keadaan fisik,
dalam hal ini suhu dan udara, dan kimia yang cocok (Islami dan Utomo, 1995).
Air merupakan faktor penting untuk pertumbuhan tanaman. Air berfungsi
sebagai penyusun tubuh tanaman (70-90%), pelarut dan medium reaksi biokimia,
medium transport senyawa, memberikan turgor bagi sel (penting untuk
pembelahan sel dan pembesaran sel), bahan baku fotosintesis, dan menjaga suhu
11
tanaman supaya konstan, evaporasi air (transpirasi) untuk mendinginkan
permukaan (Gardner, et al., 1991).
Kekurangan air akan mengganggu aktifitas fisiologis maupun morfologis,
sehingga
mengakibatkan
terhentinya
pertumbuhan.
Defisiensi
air
yang
terusmenerusakan menyebabkan perubahan irreversibel (tidak dapat balik) dan
pada gilirannya tanaman akan mati. Kebutuhan air bagi tanaman dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain jenis tanaman dalam hubungannya dengan tipe dan
perkembangannya, kadar air tanah dan kondisi cuaca (Fitter dan Hay, 1991).
Kekurangan air pada tanaman terjadi karena ketersediaan air dalam media
tidak cukup dan transpirasi yang berlebihan atau kombinasi kedua faktor tersebut.
Di lapangan walaupun di dalam tanah air cukup tersedia, tanaman dapat
mengalami cekaman (kekurangan air). Hal ini terjadi jika kecepatan absorpsi tidak
dapat mengimbangi kehilangan air melalui proses transpirasi. Pada umumnya
tanaman dengan pengairan yang baik mempunyai sistem perakaran yang lebih
panjang daripada tanaman yang tumbuh pada tempat yang kering. Rendahnya
kadar air tanah akan menurunkan perpanjangan akar, kedalaman penetrasi dan
diameter akar (Islami dan Utomo, 1995).
Air di dalam jaringan tanaman selain berfungsi sebagaipenyusun utama
jaringan yang aktif mengadakan kegiatanfisiologis, juga berperan penting dalam
memelihara turgiditasyang diperlukan untuk pembesaran dan pertumbuhansel
(Kramer, 1963). Peranan yang penting ini menimbulkankonsekuensi bahwa secara
langsung atau tidak langsung defisit air tanaman akan mempengaruhi semua
proses metabolisme dalam tanaman yang mengakibatkanterganggunya proses
pertumbuhan (Pugnaire dan Pardos, 1999).
12
Kondisi Iklim dan Letak Geografis
Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba seluas lebih kurang 369.854
Ha, terdiri dari 190.3124 Ha daratan di Pulau Sumatera (keliling luar danau),
69.280 Ha daratan Pulau Samosir (ditengah danau) dan 110.260 Ha berupa
perairan Danau Toba (luas permukaan) (ITB, 2001).
Sebagian perairan Danau Toba di sebelah utaranya termasuk kedalam
wilayah Kabupaten Simalungun dengan kota di tepi danaunya adalah Haranggaol
dan Parapat. Sebelah barat laut Danau Toba termasuk wilayah Kabupaten Tanah
Karo dengan kota di tepi danau adalah Tongging. Sedangkan di sebelah barat
Danau Toba adalah wilayah Kabupaten Dairi dengan kota di tepi danau adalah
Silalahi (Sagala, 2012).
Wilayah daerah tangkapan air (DTA) Danau Toba merupakan bagian
daribentang alam Rangkaian Pegunungan Bukit Barisan yang memanjang arah
barat laut -tenggara dengan punggung dan lembah-lembah yang tidak teratur, yang
memilikipuncak dengan ketinggian antara 2000-3000 mdpl. Wilayah DTAToba
didominasi olehkelas kemiringan lereng landai (3% – 8%) dengan luas area 30%
dari seluruh luas DTAToba, kelas kemiringan kedua ditempati oleh kelas agak
miring (8 – 15%) yangmencapai 20,5%, dan daerah dengan kemiringan sangat
curam hampir dijumpai disekeliling danau yang mencapai 4,5% dari luas
DTA.Tutupan lahan merupakan salahsatu faktor yang mempengaruhi kualitas dan
kuantitas
perairan
danau.Pola
penggunaanlahan
dapat
menimbulkan
kerusakan/pencemaran lingkungan apabila dipergunakanmelampui batas (Lukman
et al, 2012).
13
Kawasan Danau Toba Desa Haranggaol Kecamatan Haranggaol Horison
Kabupaten Simalungun Sumatera Utara memiliki luas 9,75 km2, secara
administratif terletak pada 2° 69’ LU dan 98° 92’ BT. Secara fisik, kawasan
Danau Toba memiliki tipe iklim A berdasarkan Schmidt Fergusson, yaitu kondisi
bulan basah (curah hujan≥ 200 mm/bulan) terjadi 3 -9 bulan,sedangkan bulan
kering (curah hujan ≤ 100 mm/bulan) terjadi 2-3 bulan per tahun. Suhu udara ratarata selama tahun 1992-1996 (selama 5 tahun) berkisar 20,63-21,46ºC sedangkan
angka kelembaban tahunannya berkisar antara 79-95 %. Desa Haranggaol
Kecamatan Haranggaol Horison berada pada ketinggian ± 1000 mdpl.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, pada umumnya kawasan Danau Toba
memiliki topografi datar, bergelombang dan terjal (Taringan, 2013).
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
Download