ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN IKAN AIR TAWAR DI DESA SENDANGTIRTO, KECAMATAN BERBAH, KABUPATEN SLEMAN Citra Tesani Rega Puteri / 20130220016 Ir. Diah Rina Kamardiani, MP / Dr. Ir. Widodo, MP Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ABSTRACT The research was purposed to assess how much is the cost, the revenue, the profit, the income and the business feasibility of a freshwater fish enlargement such as Nila, Bawal, and Udang Galah. The basic method used in this research was descriptive analysis. Sample was taken by a cencus, with numbers of respondents consist of 32 Nila farmers, 22 of Bawal farmers, and 6 of Udang Galah farmers. Based on the research, it is found that the total cost of Nila enlargement farm was Rp 3.039.700, while Bawal farm records Rp 2.809.696, and Udang Galah farm records Rp 3.067.021. The revenue of Nila farm recorded at Rp 7.961.719, Bawal farm at Rp 5.550.000, and Udang Galah farm at Rp 8.933.333. The profit and income at Nila farm recorded at Rp 4.922.019 and Rp 5.381.115, Bawal farm at Rp 2.740.304 and Rp 3.107.665, and Udang Galah farm at Rp 5.866.313 and Rp 6.295.449. Business feasibility can be seen by some indicators, which is work force productivity, capital productivity, land productivity, and R/C. Work force productivity on Nila farm recorded at Rp 614.049, Bawal farm at Rp 412.715, and Udang Galah at Rp 710.436. Capital productivity on Nila farm recorded at 195% , Bawal farm at 127%, and Udang Galah at 239%. Land productivity on Nila farm recorded at Rp 18.795, Bawal farm at Rp 11.505, and Udang Galah at Rp 15.303. R/C value on Nila farm recorded at 2,6 , Bawal farm at 2,0 , and Udang Galah at 2,9. Based on the research, then found that those enlargement farms business are feasible. Keywords : total cost, revenue, income, business feasibility, fish cultivation PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini perikanan tangkap di Indonesia telah mengalami gejala padat tangkap atau overfishing, hal tersebut mengakibatkan timbulnya degradasi pada sistem laut, punahnya sumber daya ikan, dan memiskinkan nelayan karena sulit untuk mendapatkan ikan hasil tangkapan. Oleh karena itu, pemerintah dituntut untuk 1 beralih mengembangkan perikanan budidaya air tawar (Bappenas, 2014). Salah satu daerah yang mengembangkan perikanan budidaya air tawar adalah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Sleman merupakan salah satu kabupaten di DIY yang memiliki perkembangan budidaya air tawar yang cukup signifikan, bahkan mampu memasok ± 70% dari total produksi ikan di DIY (www.antaranews.com). Perikanan budidaya air tawar Kabupaten Sleman mulai berkembang selama kurang lebih 10 tahun terakhir dikarenakan permintaan yang terus meningkat, terlihat dari dari tingkat konsumsi ikan yang meningkat dari 14,57 pada tahun 2012 dan pada tahun 2016 mencapai 21,71 kg/kapita/tahun. Pengembangan budidaya ikan air tawar juga didukung oleh ketersediaan lahan yang belum dimanfaatkan secara optimal yaitu 62,34 ha dari 807 ha luas lahan di Kabupaten Sleman. Ditambah lagi dengan maraknya pertumbuhan industri hilir seperti pemancingan, UMKM, dan rumah makan khas ikan menjadi peluang untuk mengembangkan usaha budidaya ikan air tawar (Yuwani, dkk. 2014). Tabel 1. Produksi (kg) Ikan Air Tawar di DIY Jenis Ikan Sleman Bantul Bawal Udang galah Gurami Nila Tawes Lele Mas Patin Udang vename Lainnya 40.341.900 26.080.000 4.216.100 6.783.500 61.700 6.735.700 91.100 0 0 17.910 337.798 0 1.594.178 1.710.900 18.163 6.554.066 61.024 172.641 504.598 27.003 Gunung Kidul 105.238 0 85.128 539.572 95.964 3.837.353 124.500 0 6.066 66.485 Kulon Progo 0 33.256 2.522.711 604.164 91.915 9.107.674 64.354 0 86.406 77.150 Yogya karta 1.344 0 1.623 9.258 0 72.288 0 0 0 102 Total 40.786.280 26.113.256 8.420.040 9.647.394 267.742 25.307.081 340.978 172.641 597.070 188.650 Sumber : Badan Pusat Statistik DIY, 2012 Berdasarkan tabel 1 di atas, jumlah produksi ikan lele tidak jauh berbeda dengan produksi ikan nila, namun peluang pasar ikan lele hanya sebatas pasar domestik saja. Berbeda dengan ikan nila, bawal, dan udang galah yang memiliki serapan pasar hingga dunia internasional. Serapan pasar hasil budidaya ikan nila, bawal, dan udang galah sangatlah prospektif. Pertama, ikan nila telah mampu menembus pasar internasional. Amerika Serikat merupakan importir ikan nila terbesar di dunia dengan tingkat konsumsi mencapai 1,2 kg/kapita/tahun. Indonesia menempati urutan kedua setelah Cina sebagai pemasok utama ikan nila 2 segar maupun beku di Amerika Serikat (Ghufran, 2010). Kedua, Singapura merupakan pasar yang potensial untuk komoditas ikan bawal. Diperkirakan negara tersebut membutuhkan 3 – 5 ton pasokan ikan bawal setiap harinya (Afriyadi, 2014). Ketiga, udang galah memiliki peluang ekspor sangat besar karena adanya permintaan dari beberapa negara yang masih belum dapat terpenuhi oleh produksi dalam negeri. Terdapat beberapa negara yang menguasai lebih dari 60% pangsa pasar ekspor udang Indonesia yaitu Jepang, Amerika Serikat, dan Uni Eropa (Sarifin, dkk. 2014). Melihat peluang pasar ikan-ikan air tawar tersebut dan adanya permintaan yang tinggi harus segera disikapi secara positif terhadap usaha peningkatan hasil budidaya agar dapat terpenuhinya permintaan konsumen. Pemerintah Kabupaten Sleman telah menetapkan dua wilayah kecamatan sebagai kawasan minapolitan, salah satunya adalah Kecamatan Berbah (www.radarjogja.co.id). Jenis ikan air tawar yang dibudidayakan di Kecamatan Berbah adalah ikan nila, bawal, udang galah, mas, gurami, lele, tawes, patin, dan lobster (Yulisti dan Triyanti, 2012). Berdasarkan pra survey, diketahui bahwa Desa Sendangtirto merupakan wilayah yang hampir seluruh dusunnya membudidayakan ikan nila, bawal, dan udang galah. Berdasarkan pra survey di Desa Sendangtirto, diketahui bahwa ada beberapa permasalahan yang sering dihadapi oleh para petani yaitu harga pelet semakin meningkat. Harga pelet pada tahun 2010 hanya Rp 200.000, kemudian pada tahun 2017 mencapai harga Rp 300.000. Hal tersebut sangat berdampak pada usaha yang dilakukan para petani, karena 70% - 80% biaya produksi digunakan hanya untuk pengadaan pakan saja (Untung, 2016). Selain itu, kendala yang sering dialami adalah tingginya tingkat kematian benih yaitu 30% dari jumlah benih ikan yang ditebar. Permasalahan lainnya adalah permodalan, kebanyakan petani hanya menggunakan modal sendiri sehingga modal yang tersedia relatif kecil dan menyulitkan usaha untuk berkembang. Petani kurang berani mengambil pinjaman di bank. 3 B. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui besarnya biaya, penerimaan, pendapatan, dan keuntungan dari usaha pembesaran ikan nila, bawal, dan udang galah di Desa Sendangtirto, Berbah, Sleman. 2. Mengetahui kelayakan usaha pembesaran ikan nila, bawal, dan udang galah di Desa Sendangtirto, Berbah, Sleman. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis. Mula-mula mendeskripsikan identitas petani, teknik budidaya ikan nila, bawal, dan udang galah kemudian menganalisis besarnya total biaya, penerimaan, pendapatan, keuntungan dan kelayakan usaha dari pembesaran ikan nila, bawal, dan udang galah. Penelitian ini dilakukan di Desa Sendangtirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Desa Sendangtirto merupakan wilayah yang hampir seluruh dusunnya membudidayakan ikan nila, bawal, dan udang galah. Pengambilan responden dilakukan dengan cara sensus yaitu seluruh petani ikan nila, bawal, dan udang galah yang ada di Desa Sendangtirto dijadikan sebagai responden. Adapun jumlah keseluruhannya adalah 60 petani, yang terdiri dari 32 petani ikan nila, 22 petani ikan bawal, dan 6 orang petani udang galah. TEKNIK ANALISIS DATA 1. Konsep Biaya, Penerimaan, Pendapatan, dan Keuntungan a. Biaya TC = TEC + TIC Keterangan : TC : Biaya Total TEC : Biaya Eksplisit Total TIC : Biaya Implisit Total b. Penerimaan TR = P x Q Keterangan : TR : Penerimaan P : Harga Q : Jumlah produksi c. Pendapatan NR = TR – TEC Keterangan : NR : Pendapatan 4 TR TEC : Penerimaan : Biaya Eksplisit Total d. Keuntungan П = TR – TC Keterangan : П : Keuntungan TR : Penerimaan TC : Biaya Total 2. Kelayakan Usahatani Analisis kelayakan usahatani adalah upaya untuk mengetahui tingkat kelayakan atau kepantasan dari suatu jenis usaha, hal tersebut dapat diukur dengan menggunakan beberapa indikator, yaitu : a. Produktivitas tenaga kerja P.Tenaga Kerja= 𝐏𝐞𝐧𝐝𝐚𝐩𝐚𝐭𝐚𝐧 – 𝐍𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐒𝐞𝐰𝐚 𝐋𝐚𝐡𝐚𝐧 𝐒𝐞𝐧𝐝𝐢𝐫𝐢 – 𝐁𝐮𝐧𝐠𝐚 𝐌𝐨𝐝𝐚𝐥 𝐒𝐞𝐧𝐝𝐢𝐫𝐢 𝐓𝐞𝐧𝐚𝐠𝐚 𝐊𝐞𝐫𝐣𝐚 𝐃𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐊𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚 (𝐇𝐊𝐎) Kriteria : - Jika produktivitas tenaga kerja lebih besar dari upah buruh setempat, maka usahatani tersebut layak untuk diusahakan. - Jika produktivitas tenaga kerja lebih kecil dari upah buruh setempat, maka usahatani tersebut tidak layak untuk diusahakan. b. Produktivitas modal P.Modal = 𝐏𝐞𝐧𝐝𝐚𝐩𝐚𝐭𝐚𝐧 – 𝐍𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐒𝐞𝐰𝐚 𝐋𝐚𝐡𝐚𝐧 𝐒𝐞𝐧𝐝𝐢𝐫𝐢 – 𝐍𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐓𝐊𝐃𝐊 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐁𝐢𝐚𝐲𝐚 𝐄𝐤𝐬𝐩𝐥𝐢𝐬𝐢𝐭 𝐱 𝟏𝟎𝟎% Kriteria : - Jika produktivitas modal lebih besar dari tingkat bunga tabungan, maka usahatani tersebut layak untuk diusahakan. - Jika produktivitas modal lebih kecil dari tingkat bunga tabungan, maka usahatani tersebut tidak layak untuk diusahakan. c. Produktivitas lahan P.Lahan = 𝐏𝐞𝐧𝐝𝐚𝐩𝐚𝐭𝐚𝐧 – 𝐍𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐓𝐊𝐃𝐊 – 𝐁𝐮𝐧𝐠𝐚 𝐌𝐨𝐝𝐚𝐥 𝐒𝐞𝐧𝐝𝐢𝐫𝐢 𝐋𝐮𝐚𝐬 𝐥𝐚𝐡𝐚𝐧 Kriteria : - Jika produktivitas lahan lebih besar dari sewa lahan, maka usahatani tersebut layak untuk diusahakan. - Jika produktivitas lahan lebih kecil dari sewa lahan, maka usahatani tersebut tidak layak untuk diusahakan. d. R/C 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐏𝐞𝐧𝐞𝐫𝐢𝐦𝐚𝐚𝐧 R/C = 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐁𝐢𝐚𝐲𝐚 𝐄𝐤𝐬𝐩𝐥𝐢𝐬𝐢𝐭 Kriteria : - Jika R/C lebih dari 1, maka usahatani tersebut layak untuk diusahakan. 5 - Jika R/C kurang dari 1, maka usahatani tersebut tidak layak untuk diusahakan. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah Dalam menjalankan usaha pembesaran ikan nila, bawal, dan udang galah dipengaruhi oleh ideentitas petani ikan itu sendiri yaitu usia, tingkat pendidikan pekerjaan, pengalaman berusahatani, dan luas kolam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini. 1. Usia Petani Tabel 2. Distribusi Petani Ikan Berdasarkan Usia Petani Nila Petani Bawal Usia Jumlah Persentase Jumlah Persentase (Tahun) (orang) (%) (orang) (%) 25 - 36 4 12 3 14 37- 48 15 47 10 45 49 - 60 13 41 9 41 Jumlah 32 100 22 100 Sumber : Data Primer Petani Udang Galah Jumlah Persentase (orang) (%) 3 50 3 50 6 100 Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa mayoritas petani ikan nila dan bawal berada pada rentang usia 37- 48 tahun sedangkan setengah dari petani udang galah berada pada rentang usia 37 – 48 dan sisanya berada pada rentang usia 49 dan 60. Seluruh petani ikan di Desa Sendangtirto berada pada rentang usia produkti dan matang sehingga diharapkan usaha pembesaran ikan nila, bawal, dan udang dapat dilakukan secara optimal. 2. Tingkat Pendidikan Tabel 3. Distribusi Petani Ikan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Petani Nila Petani Bawal Petani Udang Galah Uraian Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase (orang) (%) (orang) (%) (orang) (%) SD 4 13 1 5 SMP 9 28 3 14 SMA 11 34 16 73 3 50 PT 8 15 2 8 3 50 Jumlah 32 100 22 100 6 100 Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 3 di atas, diketahui bahwa tingkat pendidikan yang ditempuh para petani sangat bervariasi, mulai dari SD, SMP, SMA, bahkan perguruan tinggi. Mayoritas petani ikan nila dan bawal merupakan lulusan SMA, 6 sedangkan 50% petani udang galah merupakan lulusan SMA dan 50% lainnya lulusan perguruan tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa seluruh petani ikan di Desa Sendangtirto sudah memahami pentingnya pendidikan mengingat hal tersebut memegang peran penting dalam kemajuan usaha pembesaran ikan yang mereka jalankan. 3. Pekerjaan Tabel 4. Distribusi Petani Ikan Berdasarkan Pekerjaan Pokok Petani Nila Petani Bawal Petani Udang Galah Jenis Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase Pekerjaan (orang) (%) (orang) (%) (orang) (%) PNS 4 12 4 18 3 50 Karyawan 5 16 7 32 1 17 Wiraswasta 9 28 7 32 1 17 Buruh 14 44 4 18 1 17 Jumlah 32 100 22 100 6 100 Sumber : Data Primer Tabel 4 menunjukkan bahwa pekerjaan pokok seluruh petani ikan di Desa Sendangtirto bermacam-macam. Pekerjaan pokok para petani ikan yaitu, PNS, karyawan swasta, buruh, dan wiraswasta. Seluruh responden menjadikan usaha pembesaran ikan nila, bawal, maupun udang galah hanya sebagai pekerjaan sampingan saja. Alasan yang mendasari para petani untuk melakukan usaha pembesaran ikan ini juga bermacam-macam, seperti untuk menambah pendapatan keluarga, hobi, mengisi waktu luang, dan memanfaatkan lahan. 4. Pengalaman Berusahatani Ikan Tabel 5. Distribusi Petani Ikan Berdasarkan Pengalaman Usahatani Petani Ikan Nila Petani Bawal Petani Udang Galah Lama Usahatani Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase (Tahun) (orang) (%) (orang) (%) (orang) (%) 1-7 13 41 9 41 3 50 8 - 14 13 41 8 36 3 50 15 - 21 6 18 5 23 Jumlah 32 100 22 100 6 100 Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 5, diketahui bahwa mayoritas petani ikan nila, bawal, maupun udang galah memiliki pengalaman berusahatani ikan dengan rentang waktu 1 – 7 dan 8 – 14 tahun. Pada usaha pembesaran ikan nila dan bawal terdapat petani yang memiliki pengalaman berusahatani 15 – 21 tahun yaitu sebanyak 6 dan 5 orang. Waktu tersebut tergolong cukup lama, dengan begitu 7 diharapkan para petani dapat memiliki perencanaan yang baik dalam mengelola usaha pembesaran ikan-ikan tersebut agar semakin berkembang untuk kedepannya. 5. Luas Kolam Tabel 6. Distribusi Petani Ikan Berdasarkan Luas Kolam Luas Kolam (m2) Jumlah (Orang) Persentase (%) A. Nila 100 - 299 16 50 300 - 500 16 50 B. Bawal 80 - 289 14 64 290 - 500 8 36 C. Udang Galah 200 - 349 3 50 350 - 500 3 50 Sumber : Data Primer Luas Kolam (m2) 261,9 238,2 383,3 Berdasarkan tabel 6, diketahui bahwa 50% petani ikan nila mempunyai luasan kolam pada rentang 100-299 m2 sedangkan 50% lainnya pada rentang 300-500 m2. Luasan kolam rata-rata pada pembesaran ikan nila sebesar 261,9 m2. Pada pembesaran ikan bawal mayoritas petani memiliki luasan 80-289 m2 dengan luasan kolam rata-rata 238,2 m2. Sedangkan pada pembesaran udang galah, 50% petani memiliki luasan kolam pada rentang 200 - 349 m2 dan 50% lainnya pada rentang luasan 350 – 500 m2. Luasan kolam pada pembesaran udang galah sebesar 383,3 m2. B. Rata-rata Penggunaan dan Biaya Usahatani 1. Biaya dan Penggunaan Sarana Produksi Tabel 7. Rata-rata Penggunaan dan Biaya Sarana Produksi Usaha Pembesaran Ikan Air Tawar di Desa Sendangtirto Sarana Produksi Benih Pakan : - Pelet - Limbah Kapur Pupuk Obat Jumlah Ikan Nila Jumlah Biaya (Rp) 1.691 ekor 338.188 229,7 kg 0,9 kg 0,4 kg - 1.801.875 6.188 8.594 2.154.844 Ikan Bawal Jumlah Biaya (Rp) 2.995 ekor 599.091 200,5 kg 45,5 kg 0,3 kg 0,1 liter 1.460.455 122.500 2.045 682 2.184.773 Udang Galah Jumlah Biaya (Rp) 3.583 ekor 716.667 170 kg 3 kg - 1.360.000 19.333 2.096.000 Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 7, diketahui bahwa rata-rata penggunaan benih ikan nila sebanyak 1.691 ekor dengan total biaya Rp 338.188 untuk luasan kolam 261,9 m2, 8 sedangkan penggunaan benih ikan bawal sebanyak 2.995 ekor dengan biaya Rp 599.091 untuk luasan kolam 238,2 m2, dan benih udang galah sebanyak 3.583 ekor dengan biaya Rp 716.667 untuk luasan kolam 383,3 m2. Petani nila dan udang galah membeli benih ikan di Dusun Kadipolo, sedangkan petani bawal membeli benih ikan di Desa Kalitirto. Harga benih nila, bawal, dan udang galah sama yaitu Rp 200 per ekor. Biaya pengadaan pakan merupakan biaya terbesar dibandingkan dengan biaya sarana produksi lainnya, hal tersebut dikarenakan pemberian pakan dilakukan setiap hari dan berulang-ulang. Jumlah penggunaan dan biaya pakan tertinggi yaitu pada pembesaran ikan nila sebesar 229,7 kg dengan total biaya Rp 1.801.875, karena pembesaran ikan nila membutuhkan waktu yang lebih lama dibanding pembesaran bawal dan udang galah. Pada pembesaran ikan nila petani menambahkan pakan limbah yaitu 45,5 kg dengan total biaya Rp 122.500. Kapur dan pupuk kandang digunakan pada saat proses persiapan kolam. Tidak semua petani menggunakan kapur dan pupuk kandang dalam tahapan tersebut, hanya sebagian kecil saja. Bahkan hanya petani ikan nila saja yang menggunakan pupuk kandang pada saat proses persiapan kolam yaitu 0,4 kg dengan biaya Rp 8.594. Untuk penggumaan obat, hanya petani ikan bawal saja yang menggunakan yaitu 0,1 liter dengan biaya Rp 682. 2. Biaya dan Penggunaan Tenaga Kerja Tabel 8. Rata-rata Penggunaan dan Biaya Tenaga Kerja Usaha Pembesaran Ikan Air Tawar di Desa Sendangtirto Ikan Nila Ikan Bawal Udang Galah Uraian Jumlah Biaya Jumlah Biaya Jumlah Biaya (HKO) (Rp) (HKO) (Rp) (HKO) (Rp) TKDK 8,6 342.969 7,4 294.091 8,7 350.000 TKLK 4,3 171.094 2,5 97.727 5,2 205.833 Sumber : Data Primer Dalam pembesaran ikan nila, bawal, dan udang terdapat beberapa beberapa proses atau tahapan yang harus dilakukan yaitu persiapan kolam, perawatan, dan panen. Pada proses persiapan kolam biasanya melibatkan 2 orang saja, sedangkan perawatan biasanya dilakukan sendiri oleh para petani, dan pada proses pemanenan juga melibatkan 2 orang. Berdasarkan tabel 8 diketahui bahwa para petani ikan nila, bawal, dan udang galah lebih banyak menggunakan tenaga kerja 9 dalam keluarga dibandingkan tenaga kerja luar keluarga. Upah tenaga kerja luar keluarga di Desa Sendangtirto adalah Rp 40.000 per hari. 3. Biaya Penyusutan Alat Tabel 9. Rata-rata Biaya Penyusutan Alat Usaha Pembesaran Ikan Air Tawar di Desa Sendangtirto Jenis Alat Ikan Nila Ikan Bawal Udang Galah Ember 4.680 3.769 4.069 Jaring / Hapa 17.227 17.159 20.556 Tong 4.622 3.270 9.444 Timbangan 2.669 6.481 Jumlah 29.198 24.198 40.551 Sumber : Data Primer Penyusutan alat merupakan hilangnya nilai alat yang disebabkan karena adanya pemakaian yang berulang-ulang. Berdasarkan tabel 9, diketahui bahwa biaya penyusutan tertinggi pada ketiga usaha pembesaran ikan tersebut adalah jaring / hapa. Hal tersebut dikarenakan harga jaring mencapai ratusan dan hanya mempunyai umur ekonomis selama 2 tahun. 4. Biaya Iuran Kelompok Tabel 10, Rata-rata Biaya Iuran Kelompok di Desa Sendangtirto Nila Bawal Udang Galah Dusun Petani Iuran Petani Iuran Petani Iuran (orang) (Rp) (orang) (Rp) (orang) (Rp) Gandu 7 30.000 5 20.000 Karangasem 11 60.000 6 40.000 Noyokerten 9 8 Kadipolo 5 12.000 3 8.000 6 8.000 Jumlah (rata-rata) 32 29.063 22 16.545 6 8.000 Sumber : Data Primer Besaran biaya iuran kelompok pada setiap dusun berbeda-beda, bahkan ada pula kelompok atau dusun yang meniadakan iuran kelompok rutin. Besaran biaya iuran dihitung berdasarkan lama periode panen. Berdasarkan tabel 10 diketahui bahwa besarnya biaya iuran pada pembesaran nila sebesar Rp 29.063, sedangkan pada pembesaran ikan bawal sebesar Rp 16.545, dan pembesaran udang galah Rp 8.000. 5. Biaya Sewa Lahan Seluruh petani di Desa Sendangtirto menggunakan kolam dengan sistem sewa. Besaran biaya sewa adalah Rp 1.500/m2/tahun atau Rp 750/m2 per musim panen ikan nila, Rp 500/m2 per musim panen ikan bawal dan udang galah. Besaran biaya 10 sewa pada pembesaran ikan nila sebesar Rp 196.406, sedangkan pada pembesaran ikan bawal Rp 119.091, dan pada pembesaran udang galah sebesar Rp 287.500. 6. Biaya Bunga Modal Sendiri Bunga modal sendiri diperoleh dari hasil perkalian antara total biaya eksplisit dengan suku bunga pinjaman. Suku bunga pinjaman yang berlaku di daerah penelitian adalah BRI sebesar 9% per tahun atau 4,5% per musim panen ikan nila, dan 3% per panen ikan bawal dan udang galah. Dengan begitu besar bunga modal pada pembesaran ikan nila sebear Rp 116.127, sedangkan pada pembesaran ikan bawal sebesar Rp 73.270, dan udang galah sebesar Rp 79.137. 7. Total Biaya Tabel 11. Rata-rata Total Biaya Pembesaran Ikan Air Tawar di Desa Sendangtirto Ikan Nila Ikan Bawal Udang Galah Uraian Jumlah (Rp) Jumlah (Rp) Jumlah (Rp) A. Biaya Eksplisit Biaya Sarana Produksi 2.154.844 2.184.773 2.096.000 Biaya TKLK 171.094 97.727 205.833 Biaya Penyusutan Alat 29.198 24.198 40.551 Biaya Iuran Kelompok 29.063 16.545 8.000 Biaya Sewa Lahan 196.406 119.091 287.500 Total 2.580.604 2.442.335 2.637.884 B. Biaya Implisit Bunga Modal Sendiri 116.127 73.270 79.137 Biaya TKDK 342.969 294.091 350.000 Total 459.096 367.361 429.137 Total A + B 3.039.700 2.809.696 3.067.021 2 Rata-rata Luasan Kolam (m ) 261,9 238,2 383, 3 Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 11 di atas, diketahui bahwa biaya eksplisit terbesar pada ketiga usaha pembesaran ikan tersebut yaitu untuk pengadaan sarana produksi. Hal tersebut disebabkan dalam proses pembesaran dibutuhkan sarana penunjang produksi seperti benih, pakan, kapur, pupuk, dan obat. Namun, biaya pakan merupakan biaya terbesar dibandingkan dengan sarana produksi lainnya mengingat pakan harus diberikan setiap hari dan berulang-ulang yang tentunya akan berdampak pada besarnya biaya. Sementara itu biaya implisit pada ketiga usaha pembesaran yang mendominasi yaitu biaya tenaga kerja dalam keluarga. Para petani lebih banyak menggunakan tenaga kerja dalam keluarga karena dengan anggapan mampu menekan biaya tenaga kerja luar keluarga. Total biaya 11 yang dikeluarkan petani nila dalam sekali musim panen yaitu Rp 3.039.700, sedangkan pada ikan bawal sebesar Rp 2.809.696, dan udang galah sebear Rp 3.067.021. C. Penerimaan Tabel 12. Rata-rata Penerimaan Usaha Pembesaran Ikan Air Tawar di Desa Sendangtirto Uraian Ikan Nila Ikan Bawal Udang Galah Jumlah Produksi (kg) 359 375 112 Harga Jual (Rp/kg) 22.125 14.750 80.000 Penerimaan (Rp) 7.961.719 5.550.000 8.933.333 Rata-rata Luasan Kolam (m2) 261,9 238,2 383,3 Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 12, dapat diketahui bahwa masing-masing komoditi ikan memiliki harga jual dan jumlah produksi yang berbeda, dan tentunya berpengaruh terhadap besaran penerimaan. Udang galah memiliki jumlah penerimaan yang tertinggi jika dibandingkan dengan kedua jenis ikan yang lainnya yaitu Rp 8.933.333. Hal tersebut dikarenakan udang galah memiliki harga jual yang tertinggi dibandingkan dengan harga jual ikan nila dan bawal, walaupun dengan jumlah produksi yang sedikit yaitu 112 kg. D. Pendapatan dan Keuntungan Tabel 13. Rata-rata Pendapatan dan Keuntungan Tawar di Desa Sendangtirto Uraian Ikan Nila Penerimaan (Rp) 7.961.719 Total Biaya Eksplisit (Rp) 2.580.604 Total Biaya Implisit (Rp) 459.096 Pendapatan (Rp) 5.381.115 Keuntungan (Rp) 4.922.019 2 Rata-rata Luasan Kolam (m ) 261,9 Sumber : Data Primer Usaha Pembesaran Ikan Air Ikan Bawal 5.550.000 2.442.335 367.361 3.107.665 2.740.304 238,2 Udang Galah 8.933.333 2.637.884 429.137 6.295.449 5.866.313 383, 3 Tabel 13 menunjukkan bahwa udang galah memiliki jumlah pendapatan dan keuntungan tertinggi dibandingkan dengan ikan nila dan udang galah yaitu sebesar Rp 6.295.449 dan Rp 5.866.313. Hal tersebut dikarenakan udang galah memiliki jumlah penerimaan yang terbesar dibandingkan dengan usaha lainnya dan tentunya mempengaruhi jumlah pendapatan dan keuntungan yang didapatkan pula. 12 E. Kelayakan Usaha Pembesaran Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah 1. Produktivitas Tenaga Kerja Tabel 14. Rata-rata Produktivitas Tenaga Kerja Usaha Pembesaran Ikan Air Tawar di Desa Sendangtirto Uraian Ikan Nila Ikan Bawal Udang Galah Pendapatan (Rp) 5.381.115 3.107.665 6.295.449 Bunga Modal Sendiri (Rp) 116.127 73.270 79.137 TKDK (HKO) 8,6 7,4 8,7 Produktivitas Tenaga Kerja (Rp) 614.049 412.715 710.436 Sumber : Data Primer Tabel 14 di atas menunjukkan bahwa nilai produktivitas tenaga kerja ikan nila sebesar Rp 614.049/HKO, sedangkan ikan bawal sebesar Rp 412.715/HKO, dan udang galah sebesar Rp 710.436/HKO. Jika dibandingkan dengan besaran upah tenaga kerja di tempat penelitian yaitu sebesar Rp 40.000/hari maka ketiga usaha pembesaran ikan tersebut layak untuk diusahakan. 2. Produktivitas Modal Tabel 15. Rata-rata Produktivitas Modal Usaha Pembesaran Ikan Air Tawar di Desa Sendangtirto Uraian Ikan Nila Ikan Bawal Udang Galah Pendapatan (Rp) 5.381.115 3.107.665 6.295.449 Biaya TKDK (Rp) 342.969 294.091 350.000 Total Biaya Eksplisit (Rp) 2.580.604 2.442.335 2.637.884 Produktivitas Modal (%) 195 127 239 Bunga tabungan per musim (%) 1,5 1 1 Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 15 di atas, diketahui bahwa nilai produktivitas modal ikan nila sebesar 195%, sedangkan ikan bawal sebesar 127%, dan udang galah sebesar 239%. Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa ketiga usaha tersebut layak untuk diusahakan karna memiliki nilai produktivitas modal lebih besar dari bunga tabungan per musim panen. 3. Produktivitas Lahan Tabel 16. Rata-rata Produktivitas Lahan Usaha Pembesaran Ikan Air Tawar di Desa Sendangtirto Uraian Ikan Nila Ikan Bawal Udang Galah Pendapatan (Rp) 5.381.115 3.107.665 6.295.449 Biaya TKDK (Rp) 342.969 294.091 350.000 Bunga Modal Sendiri (Rp) 116.127 73.270 79.137 Luas Kolam (m2) 261,9 238,2 383,3 Produktivitas Lahan (Rp) 18.795 11.505 15.303 Sewa lahan per musim (Rp/m2) 750 500 500 13 Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 16, dapat dilihat bahwa nilai produktivitas lahan ikan nila sebesar Rp 18.795, sedangkan ikan bawal sebesar Rp 11.505, dan udang galah sebesar Rp 15.303. Berdasarkan hasil perhitungan, maka ketiga usaha tersebut layak untuk diusahakan karena nilai produktivitas lahan lebih besar dari nilai sewa lahan per musimnya. 4. R/C Tabel 17. Rata-rata R/C Usaha Pembesaran Ikan Air Tawar di Desa Sendangtirto Uraian Ikan Nila Ikan Bawal Udang Galah Penerimaan (Rp) 7.961.719 5.550.000 8.933.333 Biaya Total (Rp) 3.039.700 2.809.696 3.067.021 R/C 2,6 2,0 2,9 Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 17, dapat diketahui bahwa nilai R/C dari usaha pembesaran ikan nila sebesar 2,6 , ikan bawal sebesar 2, dan udang galah 2,9. Melihat dari ketiga nilai R/C tersebut maka usaha pembesaran ikan nila, bawal, dan udang galah layak untuk diusahakan karena lebih dari 1. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Total biaya yang dikeluarkan petani ikan nila selama satu kali musim panen sebesar Rp 3.039.700, sedangkan pada usaha pembesaran ikan bawal sebesar Rp 2.809.696, dan pembesaran udang galah sebesar Rp 3.067.021. 2. Penerimaan yang diperoleh oleh petani ikan nila selama satu kali musim panen sebesar Rp 7.961.719, sedangkan pada pembesaran ikan bawal sebesar Rp 5.550.000, dan pada pembesaran udang galah sebesar Rp 8.933.333. 3. Pendapatan yang diperoleh dari usaha pembesaran ikan nila sebesar Rp 5.381.115, sedangkan usaha pembesaran ikan bawal sebesar Rp 3.107.665, dan pada pembesaran udang galah sebesar Rp 6.295.449. 4. Keuntungan yang diperoleh dari usaha pembesaran ikan nila sebesar Rp 4.922.019, sedangkan pada usaha pembesaran ikan bawal sebesar Rp 2.704.304, dan pembesaran udang galah sebesar Rp 5.866.313. 5. Hasil produktivitas tenaga kerja udang galah, nila, dan bawal adalah sebagai berikut Rp 710.436, Rp 614.049, dan Rp 412.715. Produktivitas modal udang 14 galah, nila, dan bawal adalah sebagai berikut 239%, 195%, dan 127%. Produktivitas lahan nila, udang galah dan bawal adalah sebagai berikut Rp 18.795, Rp 15.303, dan Rp 11.505. Usaha pembesaran ikan nila, bawal, dan udang galah di Desa Sendangtirto layak untuk diusahakan dilihat dari segi produktivitas tenaga kerja, produktivitas modal, produktivitas lahan, dan R/C. B. Saran 1. Harga pelet di pasaran cukup mahal dan biaya sarana produksi terbesar untuk pembelian pelet. Oleh karena itu, petani dapat mencari alternatif pakan yang lainnya sebagai variasi atau selingan guna mengurangi pembelian pelet. 2. Petani bisa mempertimbangkan kembali dalam pemilihan komoditi ikan yang akan dijadikan usaha ke depannya. Apakah tetap pada jenis ikan yang lama atau mencoba jenis ikan yang lainnya. Namun dari segi penerimaan, pendapatan, keuntungan, dan kelayakan usaha, pembesaran udang galah lebih unggul dibandingkan ikan nila dan bawal. DAFTAR PUSTAKA Afriyadi, Ahmad Dwi. 2014. Singapura Siap Borong Ikan Bawal Indonesia (Online). www.bisnis.liputan6.com. Diakses 21 Mei 2017. Anonim. Berbah dan Ngemplak Menjadi Pusat Minapolitan (online). www.radarjogja.com. Diakses 13 Januari 2017. Anonim. 2011. Sleman Pemasok Ikan Terbesar di DIY (Online). www.antaranews.com. Diakses 13 Januari 2017. Badan Pusat Statistik DIY. 2012. Produksi Ikan Air Tawar di DIY 2012. https://yogyakarta.bps.go.id/. Diakses 1 Januari 2017. Bappenas. 2014. Kajian Strategi Pengelolaan Perikanan Berkelanjutan. Direktorat Kelautan dan Perikanan, Jakarta Ghufran, M. 2010. Budidaya Ikan Nila di Kolam Terpal. Lily Publisher. Yogyakarta. Sarifin, dkk. 2014. Untung 100% Dari Budidaya Udang Galah. PT AgroMedia Pustaka, Jakarta. Untung, Fario. 2016. Kementrian Kelautan dan Perikanan Fokus Kurangi Biaya Pakan Ikan. www.mediaindonesia.com. Diakses 1 Februari 2017. Yulisti, Maharani & Triyanti, Riesti. 2012. Peran Kelembagaan Dalam Mendukung Program Minapolitan Budidaya di Kabupaten Sleman, DIY. Buletin Riset Sosek Kelautan dan Perikanan Vol. 7 No.1. Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Yuwani, dkk. 2014. Analisis Kelayakn dan Strategi Pengembangan Usaha Budidaya Ikan Air Tawar di Kabupaten Sleman. Agro Ekonomi Vol. 25 No. 2. Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. 15