pemanfaatan media dalam pembelajaran tari di taman kanak

advertisement
PEMANFAATAN MEDIA DALAM PEMBELAJARAN TARI
DI TAMAN KANAK-KANAK
Oleh: Hartono
Email:[email protected]
Abstrak
Learning the art, especially the art of dancing in the kindergarten (TK), until recently, is generally
done conventionally. Teachers give examples of motions then were followed by the students, and
later accompanied with music. Such activity is repeated. Learning to dance, as a matter of fact,
when packaged with media, besides has optimum result; fun learning can also be obtained. Less
attractive of media packaging is indicated by the various educational background of the teachers.
There are only a few who really possess kindergarten educational fields. Consequently, those who
have just started teaching own very little special provision relating to learning in kindergarten. It is
not surprising that there are deficiencies and limitations of knowledge, skills, and creativity of
teachers in utilizing the media as a means of learning in kindergarten, more specifically learning
dance.
Kata kunci : pemanfaatan, media, pembelajaran , taman kanak- kanak.
PENDAHULUAN
Pendidikan pra sekolah yaitu Taman Kanak-Kanak (TK) pada dasarnya
turut berperan dalam pencapaian tujuan Pendidikan Nasional. Penyelenggaraan
pendidikan di TK bertujuan untuk memberikan berbagai kemampuan dasar
pada anak. Kemampuan dasar sangat penting bagi anak diantaranya untuk
mengembangkan sikap, pengetahuan, ketrampilan, dan daya cipta. Hal tersebut
bagi anak kelak akan sangat diperlukan dalam upaya menyesuaikan diri dengan
lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya.
Berkaitan dengan pencapaian kemampuan dasar, bidang seni tari menjadi salah
satu program yang harus dikembangkan dalam proses pembelajarannya. Karena
proses pembelajaran di Taman Kanak-kanak pada kenyataannya tidak pernah
terlepas dari aktivitas berseni tari, walaupun pada umumnya para guru kurang
menyadarinya (lihat Syahrul 1997; Moeslichatoen 1999: 12-13).
Agar aktivitas berkesenitarian seperti mendengarkan iringan tari,
bernyanyi mengikuti syair dalam iringan tari, menyaksikan pertunjukan tari
secara langsung, menyaksikan pertunjukan tari lewat DVD, dan menirukan
melakukan gerak tari, serta lain-lain menjadi sebuah proses yang berarti bagi
anak, maka diperlukan kemampuan dan kreativitas guru dalam
mengembangkan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembelajarannya.
Namun demikian beberapa hasil penelitian seperti yang dilakukan oleh Udi
Utomo (2003) yang meneliti tentang Pemanfaatan Media Musik di taman kanakkanak, dan Hartono (2004) yang meneliti tentang Pembelajaran Seni Berbasis
Kompetensi di TK R.A. Al Islam Gunungpati Kota Semarang Syahrul Syah
Sinaga (1999) yang meneliti tentang Pembelajaran di taman kanak-kanak melalui
Lagu Anak-anak, diperoleh informasi bahwa masih perlu adanya berbagai upaya
peningkatan sumber daya manusia di kalangan guru TK, khususnya kegiatan
yang meningkatan kemampuan dan kreativitas guru dalam pelaksanaan
pembelajaran.
Berdasarkan fenomena tersebut di atas, maka perlu adanya penelitian
lebih lanjut bagaimana guru dapat memanfaatkan dan memiliki keterampilan
penggunaan media dalam pembelajaran tari. Tujuan penelitian ini adalah untuk
memahami guru taman kanak-kanak dalam memanfaatkan dan ketrampilan
penggunaan media dalam pembelajaran tari. Sedangkan manfaat penelitian ini
bagi para guru taman kanak-kanak adalah untuk: meningkatkan pengetahuan
dan ketrampilan dalam memanfaatkan media sebagai media pembelajaran tari
di taman kanak-kanak; dan meningkatkan kreativitas dalam mengembangkan
dan mengaplikasikan pemanfaatan media sebagai media pembelajaran tari di
taman kanak-kanak.
Pendidikan seni untuk anak TK merupakan upaya yang dilakukan
manusia dalam rangka mencapai kedewasaan subjek didik. Pendidikan
mencakup seluruh perkembangan pribadi anak, baik segi intelektual, jasmani
dan rokhani, sosial maupun emosional. Pendidikan mempunyai peranan yang
penting atau strategis untuk mengembangkan rasa percaya diri, sikap dan
perilaku yang inovatif, serta kreatif (Rohidi dkk 1994). Pemahaman yang jelas
terhadap peran dan hakikat pendidikan seni di sekolah, merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dengan pelaksanaan pendidikan dalam mencapai tujuannya.
Dalam kaitan ini, pendidikan seni dapat difungsikan sebagai sarana pendidikan.
Bentuk pendidikan seni yang dikenal sebagai education through art, merupakan
bentuk pendidikan yang berupaya untuk memberikan keseimbangan antara
intelektualitas dengan sensibilitas, rasionalitas, dan akal pikiran dengan
kepekaan emosi, agar manusia “memanusia”. Bahkan dalam batas-batas tertentu,
pendidikan seni menjadi sarana untuk mempertajam moral dan watak (Rohidi
1999: 3).
Pendidikan seni di TK meliputi semua bentuk kegiatan tentang aktivitas
fisik dan cita rasa keindahan, yang tertuang dalam kegiatan berekspresi,
bereksplorasi, berkreasi dan berapresiasi (Depdiknas 2001: 7). Melalui
pendidikan seni anak dilatih untuk memperoleh keterampilan dan pengalaman
mencipta yang disesuaikan dengan lingkungan alam dan budaya setempat. serta
untuk memahami, menganalisis dan menghargai karya seni. Tegasnya
pendidikan seni sebagai mata pelajaran di TK dapat menjadi media yang efektif
dalam mengembangkan pengetahuan, keterampilan, kreativitas dan sensitivitas
anak.
Pendidikan seni di TK memiliki fungsi dan tujuan untuk mengembangkan
sikap dan kemampuan agar siswa mampu berkreasi dan peka dalam
berkesenian, atau memberikan kemampuan dalam berkarya dan berapresiasi
seni. Kedua jenis kemampuan ini menjadi penting artinya karena dinamika
kehidupan sosial manusia dan nilai-nilai estetis mempunyai sumbangan
terhadap kebahagiaan manusia di samping mencerdaskannya. Pendidikan
kesenian, sebagaimana yang dinyatakan Ki Hajar Dewantara (dalam Bastomi
1993: 20), merupakan salah satu faktor penentu dalam membentuk kepribadian
anak. Secara kodrati, manusia (termasuk anak TK) telah diberikan kemampuan
atau potensi untuk membangun atau membentuk sesuatu melalui kemampuan
potensinya. Dengan demikian pendidikan tari dapat dijadikan sebagai dasar
pendidikan dalam membentuk jiwa dan kepribadian (berakhlak karimah).
Sebagaimana yang dinyatakan oleh Plato (dalam Rohidi 2000:5), bahwa
pendidikan seni dapat dijadikan dasar pendidikan, karena untuk membentuk
suatu kepribadian yang baik dilakukan melalui pendidikan seni.
Masa kanak-kanak biasanya dibagi atas dua tahapan yakni masa kanakkanak awal dan masa kanak-kanak akhir. Masa kanak-kanak awal berlangsung
dari usia dua tahun sampai dengan enam tahun. Pada masa ini ketergantungan
anak semakin berkurang, sedangkan secara perlahan-lahan kemandiriannya
semakin bertambah. Beberapa hal penting yang terkait dengan perkembangan
anak pada usia ini adalah menyangkut perkembangan motorik, perkembangan
bahasa, perkembangan emosi, perkembangan sosial, dan perkembangan
intelegensi.
Berkaitan dengan perkembangan anak, aktivitas berkesenitarian
merupakan bagian penting dalam program pendidikan taman kanak-kanak.
Bayless (1986: 34), menyarankan bahwa anak-anak harus diberikan sebanyakbanyaknya pengalaman menyanyi dan permainan dalam bernyanyi. Pendapat
tersebut juga dipertegas oleh Mc Donald (1979: 1-2) yang mengemukakan bahwa
anak-anak usia taman kanak-kanak merupakan pencipta musik yang paling
orisinal. Ketika anak mencipta musik secara otomatis berlatih irama, irima bagian
unsur dalam tari dan adanya spontanitas dalam bergerak. Tari sebagai salah satu
aktivitas yang penting dalam pelaksanaan pembelajaran di taman kanak-kanak
dianggap mampu mempengaruhi perkembangan pribadi anak, baik menyangkut
aspek perkembangan motorik, perkembangan bahasa, perkembangan emosi,
perkembangan sosial, dan perkembangan intelegensi.
Pembelajaran adalah suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen
yang saling berkaitan seperti komponen guru, siswa, tujuan, bahan/materi,
metode, media dan sumber bahan, serta evaluasi. Dalam konsep pembelajaran,
siswa dan guru secara bersama dipandang sebagai subyek. Siswa dalam hal ini
sebagai subyek yang belajar, sedangkan guru adalah subyek yang mengajar.
Proses pembelajaran bisa dicapai secara secara optimal antara lain bila guru
mampu mengelola siswa, media dan sumber bahan, serta mampu menciptakan
suasana yang menyenangkan bagi berlangsungnya kegiatan pembelajaran
(Achsin 1990: 1).
Taman kanak-kanak sebagai salah satu bentuk pendidikan prasekolah,
dalam melaksanakan kegiatan pembelajarannya berbeda dengan pelaksanaan
pembelajaran di sekolah dasar maupun di sekolah-sekolah tingkat berikutnya.
Hal tersebut disebabkan karena tujuan institusional taman kanak-kanak adalah
hanya membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, perilaku,
pengetahuan, ketrampilan dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik
dalam menyesuaikan diri dengan ilngkungannya dan untuk pertumbuhan serta
perkembangan selanjutnya (Depdikbud 1994: 2; Moeslichstoen 1999: 3). Ruang
lingkup program kegiatan belajar di taman kanak-kanak mencakup
pembentukan perilaku melalui pengembangan pembiasaan yang meliputi moral,
nilai-nilai agama, sosial, emosional, dan kemandirian, serta pengembangan
kemampuan dasar melalui kegiatan yang dipersiapkan oleh guru meliputi
pengembangan kemampuan berbahasa, kognitif, fisik/motorik, seni (Depdikbud
2004).
Untuk mencapai tujuan pembelajaran di taman kanak-kanak, dalam
prosesnya telah ditetapkan berbagai tema yang dapat dikembangkan lebih lanjut
oleh guru. Tema-tema tersebut seperti: (1) tema diri sendiri; (2) tema
lingkunganku; (3) tema kebutuhanku; (4) tema binatang; (5) tema tanaman; (6)
tema rekreasi; (7) tema pekerjaan; (8) tema air, udara, api; (9) tema alat
komunikasi; (10) tema tanah airku; dan (11) tema alam semesta. Dalam
pelaksanaannya berbagai tema yang ada tersebut disampaikan kepada siswa
melalui kegiatan yang terpadu dengan memasukkan kegiatan berkesenitarian
sebagai salah satu komponenya. Sebagai sebuah proses, aktivitas tari merupakan
aktivitas
pembelajaran di taman kanak-kanak yang bertujuan untuk
pembentukan perilaku (khususnya melalui pesan-pesan syair lagunya
pengiring), dan pengembangan kemampuan dasar seperti daya cipta, bahasa,
daya pikir, ketrampilan, dan jasmani (melaui unsur gerak tangan, kaki, kepala
yang berirama, harmoni, dan ekspresinya).
Media pembelajaran yang dimaksudkan dalam hal ini menyangkut
segala sesuatu (hardware dan atau software) yang berhubungan dengan tari yang
dapat dijadikan sebagai sumber belajar karena dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian, dan kemauan anak sehingga mendorong terjadinya proses
belajar mengajar yang lebih efektif dan efisien. Dalam konteks pembelajaran di
taman kanak-kanak, tentu saja perhatiannya lebih dititik beratkan kepada
pembelajaran tari sebagai sebuah proses (bukan tujuan).
METODE PENELITIAN
Pendekatan dalam penelitian ini, dengan maksud untuk memudahkan
dalam menjawab permasalahan secara menyeluruh, tuntas, dan mendalam
tentang pemanfaatan media untuk meningkatkan kreatifitas guru dalam
pembelajaran tari di taman kanak-kanak.
Oleh karena itu pembahasan permasalahan akan dilakukan dengan
meletakkan permasalahan dalam kontek kebudayaan. Kebudayaan disisni
dipandang sebagai keseluruhan pengetahuan, kepercayaan, dan nilai-nilai yang
dimiliki oleh manusia sebagai makhluk sosial. Proses pengalihan kebudayaan
senantiasa terjadi melalui proses pendidikan. Pendidikan dipandang sebagai
upaya pengalihan, pengembangan, penciptaan nilai-nilai, pengetahuan, dan
keyakinan, yang dilakukan bersama-sama atau antar perorangan, dengan tujuan
agar peserta didik dapat memainkan peran sebagai individu di dalam kerangka
sistem sosial budaya.
Pengumpulan data diambil berdasar situasi yang wajar, sebagaimana adanya
tanpa dipengaruhi oleh siapapun dengan sengaja. Data yang terkumpul berupa
tulisan, hasil rekaman wawancara dan foto. Sumber data dalam penelitian ini
terdiri dari: (1) Nara sumber, yakni orang-orang yang berkompeten atau terlibat
secara langsung maupun tidak langsung dalam proses pembelajaran tari, yaitu:
guru dan kepala TK, pakar seni anak dan nara sumber lainnya yang terkait; (2)
Persiapan yaitu tujuan, materi, dan setrategi; (3) proses pembelajaran seni yang
mencakupi: materi pembelajaran, kemampuan guru, perilaku anak, dan sarana
dan sumber daya lingkungan yang tersedia; (4) pengetahuan, ketrampilan, dan
kreativitas guru dalam memanfaatkan media sebagai sarana pembelajaran tari di
TK (5) dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini.
Pengumpulan data dengan pengamatan, dan wawancara yang ditujukan
kepada guru dan kepala TK, serta anak-anak TK. Wawancara akan mengungkap
bagaimana pengetahuan, ketrampilan, dan kreativitas guru dalam
memanfaatkan media sebagai sarana pembelajaran tari di TK. Selaian hal
tersebut untuk mengetahui kebutuhan, kelebihan, kekurangan, kendala, dan
pelaksanaan pembelajaran seni. Metode wawancara (cakap ) merupakan metode
penyediaan data yang dilakukan dengan cara mengadakan percakapan.
Percakapan yang dimaksud dilakukan peneliti dengan penutur yang menjadi
narasumbernya. Teknik yang digunakan, teknik rekam, dan teknik catatguna.
Adapun panduan pengamatan akan mengupas realitas pelaksanaan
pembelajaran seni.
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode
analisis deskriptif-kualitatif, yaitu data yang terkumpul dideskripsikan. Secara
rinci langkah-langkah analisis data penelitian ini sebagai berikut. Persiapan
penelitian, meliputi: a) mengumpulkan data, b) mengorganisasi dan
mengelompokkan data yang terkumpul sesuai dengan sifat dan kategori data
yang ada. Langkah ini juga merupakan langkah reduksi data dan sekaligus
penyajian data. Analisis data dilakukan melalui empat tahap, yaitu reduksi data,
sajian data, penarikan simpulan, dan verifikasi penelitian yang dilakukan saling
menjalin dengan proses pengumpulan data. Model analisis yang dilakukan
adalah analisis interaktif. Artinya, empat komponen analisis, yaitu reduksi data,
sajian data, penarikan kesimpulan, dan verifikasi penelitian yaitu dilakukan
secara simultan sejak proses pengumpulan data Milles & Huberman.
Pemeriksaan dan pengecekan keabsahan data dengan pengujian validitas
menggunakan cross-recheck dan melaluii pertimbangan ahli. Validitas pada
penelitian kualitatif dinyatakan dalam kredebilitas. Kredebilitas dalam penelitian
dilakukan dengan teknik (1) perpanjangan keikutsertaan, (2) ketekunan
pengamatan, dan (3) trianggulasi.
Trianggulasi sebagai cara pemeriksaan data dengan pemanfaatan sesuatu
yang lain di luar data guna pengecekan atau sebagai pembanding data. Untuk
mengecek sumber informasi secara rinci, cara yang ditempuh peneliti, yaitu: a)
membandingkan data hasil pengamatan dari berbagai pihak yang terlibat dalam
pelaksanaan pembelajaran seni dengan data hasil wawancara, b)
membandingkan apa yang dikatakan dari subjek peneliti dengan informasi
pendukung, c) membandingkan keadaan dengan perspektif guru, dan anak, d)
membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen pelaksanaan
pengajaran seni.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Beberapa hasil temuan dalam penelitian ini yang berkaitan dengan
kemampuan guru taman kanak-kanak Pembina Kabupaten Kendal dalam
memanfaatkan dan keterampilan penggunaan media pembelajaran tari, yaitu
berkaitan dengan pengetahuan dasar tari dan aktivitas berkesenitarian.
Pengetahuan dasar tari mencakup gerak tari, fungsi tari, ruang, dan waktu, serta
pengertian tari untuk anak TK. Aktivitas berkesenitarian maliputi dalam hal
menirukan dengan melakukan gerak tari, mendengarkan iringan tari, bernyanyi
mengikuti sair dalam iringan tari, menyaksikan pertunjukan tari secara
langsung, menyaksikan tari dalam dvd, dan, serta mengoperasikan peralatan
yang digunakan untuk pembelajaran tari.
Pengetahuan dasar tari ditunjukkan dengan menggubah beberapa gerak tari
yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan anak dalam melakukan gerak tari.
Kegiatan penggubahan gerak dilakukan dengan eksplorasi bersama-sama
dengan anak. Tari hasil gubahan terutama tari jaranan dan tari angin rebut.
Gerak tari jaranan hasil gubahan berupa gerak awal sebagai bagian intruduksi
dari sebuah tari jaranan. Hasil gerak gubahan laian berupa gerak strans, gerak
trans ini sebagai klimak atau gerak akhir sebuah tari jaranan.
Sedang untuk tari angin rebut, lebih ditekankan pada permainan tempo, yaitu
gerak untuk mengungkapkan angin sedang kemudian dilanjutkan angin cepat
dan sangat cepat. Pada akhir gerak diakhiri dengan menjatuhkan diri kelantai
sebagai gambaran dari akibat angin yang sangat cepat.
Beberapa
keterampilan
pembelajaran tari berkaitan
dengan proses pemberian materi berupa gerak
terjadi pada saat anak-anak menirukan dan melakukan gerak tari yang
dicontohkan oleh gurunya. Misal pada Tarian Jaranan yang mempunyai ciri
enerjik dan menggunakan property kuda kepang dan pecut. Oleh karena itu dalam
membawakan tarian ini diperlukan enerji berlebih serta keterampilan dalam
memainkan propertynya. Anak-anak dalam melakukanya nampak berekspresi
sebagamana layaknya orang dewasa yang menarikan kuda kepang. Tarian ini
menuntut gerakan yang berat, otot-otot kaki, tangan, leher, dan seluruh anggota
badan anak akan terlatih.
Berikut beberapa gerakan yang melibatkan koordinasi beberapa anggota
tubuh, yaitu: Ragam gerak pertama, pada gerakan intro yang berupa gerak dua
tangan memegang kuda kepang posisi di depan muka diayunkan ke samping
kanan dan kiri kaki berjalan membuat lingkaran. Gerakan ini melatih otot-otot
tangan karena membawa kuda kepang posisi sejajar dengan badan. Otot-otot kaki
juga terlatih pada berjalan membuat sebuah lingkaran. Ragam gerak yang kedua
adalah posisi naik kuda dua tangan memegang kepala kuda kepang kaki berjalan
membuat putaran. Otot-otot utama yang terlatih adalah otot-otot kaki, yaitu
berjalan membuat lingkaran. Otot lainnya yaitu otot leher karena pada saat
berjalan juga menggerakkan kepala yaitu toleh kanan-kiri. Ragam gerak yang
ketiga, tangan kiri tetap memegang kepala kuda kepang tangan kanan memutarmutar pecut. Otot tangan kanan lebih dominan karena memutar pecut pada
posisi diatas kepala, karena setiap gerakan yang dilakukan pada level atas lebih
berat jika dibandingkan dengan gerakan pada level datar atau bawah, hal ini
karena tidak berlawanan dengan gravitasi bumi. Demikian pula otot kaki juga
tetap terlatih. Ragam gerak yang keempat dua tangan memegang kepala kuda
kepang kaki kanan jangkah samping kiri dan samping kanan. Pada gerakan ini
seluruh otot-otot anggota tubuh terlatih akan tetapi yang lebih dominan adalah
otot-otot kaki, karena kaki kiri sebagai tumpuan kaki kanan yang bergerak
melangkah ke kiri dan ke kanan. Ragam gerak yang kelima melompat ke depan
melompat ke belakang jangkah samping kiri jangkah samping kanan kemudian
melompat di tempat tangan kanan mecut. Regam gerak ini sangat diperlukan
enerji berlebih. Gerak yang dinamis berupa gerak melompat yang berulangkali
kemudian diselingi jangkahan kaki kembali melompat, hal ini nampak sekali
bahwa otot-otot seluruh anggota tubuh terlatih. Berikut ini bentuk ragam gerak
pada saat menaiki kuda dan pada saat memainkan property erupa pecut sebagai
berikut di bawah ini:
Gambar 44. Ragam Tari Jaranan
Ragam gerak yang keenam adalah pengulangan ragam gerak sebelumnya
yaitu posisi naik kuda dua tangan memegang kepala kuda kepang kaki berjalan
berputar. Ragam gerak ini lebih melatih pada otot-otot kaki. Ragam gerak yang
ketujuh ini juga mengulangi ragam gerak sebelumnya berupa posisi naik kuda
dua tangan memegang kepala kuda kepang kaki berjalan berputar. Ragam gerak
yang kedelapan mengulangi ragam gerak yang memerlukan enerji berlebih yaitu
berupa ragam melompat ke depan melompat ke belakang jangkah samping kiri
jangkah samping kanan kemudian melompat di tempat tangan kanan mecut,
sudah barang tentu seluruh otot-otot anggota tubuh terlatih dan terkoordinasi
sebagai satu kesatuan yang utuh.
Pemanfaatan dan pengembangan musik dalam pembelajaran tari jaranan
ini bahwa penggunaan musik sebagai iringan tari. Berlatih menguasai iringan
tari berarti berlatih memahami pola irama. Pada syair-syair tertentu sesuai
dengan keperluan sebagai pengganti hitungan menjadi hal yang dituntut untuk
dapat dikuasai anak. Misal pada syair gedebug krincing: gerak kaki pada saat
mengawali dan berhenti harus pas dengan syair tersebut. Demikian pula pada
syair gedebug jeder pada saat mecut sesui dengan syairnya. Proses pengembangan
musik dalam bentuk birama dapat dilihat pada cuplikan birama lagu Jaranan di
bawah ini:
Kreativitas dalam pemanfaatan bahasa terletak pada syair lagu yang
terdapat pada musik iringan. Penggunaan kata-kata biasanya didasari pada
sesuatu yang dapat diterima akal dan ada pada lingkungan terdekat dengan
kehidupan anak. Syair lagu yang terdapat di dalam musik pengiring dalam tari
jaranan, sebagai berikut:
Jaranan jaranan jarane jaran teji: nama kuda adalah kuda teji
Sing nunggang dara bei: yang menaiki namanya pangeran Bei
Sing ngiring para mantri: pengiringnya semua menteri
Jek-jek nong jek-jek nong jek-jek nurut lurung: bunyi iringan pada saat
melintas di jalan.
Gedebug krincing gedebug krincing Jek-jek gedebug jeder: suara iringan saat
kuda berjalan
Jaranan jaranan jarane jaran teji: namanya kuda Teji
Sing nunggang dara bei: yang naik kuda pangeran Bai
Sing ngiring para mantra: pengiringnya semua menteri
Jek-jek nong jek-jekno Jek-jek nurut lurung: bunyi iringan pada saat melintas
di jalan.
Gedebug krincing gedebug krincingJek-jek gedebug jeder: suara iringan saat
kuda berjalan.
Syair lagu tersebut selalu terdengar oleh anak pada saat iringan musik disetel
baik untuk mengiringi tari maupun hanya untuk dinikmati didengarkan.
Pengembangan gerak tari dengan memanfaatkan musik pengiring (musik
gamelan Jawa) dan dengan memanfaatkan dvd sebagai sarana dan sumber
belajar dalam pembelajaran tari, lebih mengarah pada tari-tarian tradisi, lebih
khusus tari tradisi Jawa.
Pengembangan dan pemanfaatan media dalam
pembelajaran tari di taman kanak-kanak merupakan sebuah kompetensi terpadu
yang mencakup pengetahuan dasar tari, ketrampilan berseni tari, dan kreativitas
dalam mengembangkan gerak untuk menyesuaikan dengan iringan serta irama
musik.
Ada beberapa kompetensi mendasar yang sangat penting dalam
mengembangan dan memanfaatkan media dalam pembelajaran tari di taman
kanak-kanak sesuai dengan kurikulum, yakni: (1) pengetahuan dan ketrampilan
baik gerak tangan, kaki, kepala, serta perpaduannya yang berirama dan harmoni;
(2) penguasaan ruang dalam penyusunan kommposisi tari.
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berkaitan dengan hasil yang telah dipaparkan tersebut maka dapat
disimpulkan bahawa pengembangan dan pemanfaatan media dalam
pembelajaran tari di taman kanak-kanak sangat beragam. Keberagaman tersebut
sebagai acuan dalam pengembangan kompetensi dasar tari lainnya yang
bermanfaat dalam mengembangkan pemanfaatan media pembelajaran tari di
taman kanak-kanak. Keberagaman lain juga tampak dalam teknik penyampaian
materi dan penguasaan pengoperasian media.
B. Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka disarankan sebagai berikut : (1) bagi
para guru taman kanak-kanak diharapkan berlatih dan meningkatkan
pengetahuan serta ketrampilan dalam pengembangan dan pemanfaatan
pembelajaran tari di taman kanak-kanak; (2) bagi lembaga-lembaga yang terkait
dengan pembinaan penyelenggaraan pendidikan di taman kanak-kanak
diharapkan memiliki program-program pengembangan baik peningkatan sarana
dan media pembelajaran tari maupun peningkatan SDM, sehingga mampu
menjadi motivator terciptanya kreativitas guru dalam pembelajaran di taman
kanak-kanak.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, R.H. 1994. Pemilihan dan Pengembangan Media untuk Belajar. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Banoe, P, 1984. “Pengantar Pengetahuan Alat Musik”. Diktat Bahan Penataran Guru
Edisi II.
Depdikbud, 1996. Musik dan Anak. Jakarta: Proyek Pendidikan Tenaga Akademik
Depdikbud.
Hartono, 2004. “Pembelajaran Seni Berbasis Kompetensi di TK RA. Al Islam
Gunungpati Kodia Semarang”. Laporan Penelitian pada Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Semarang
Jatmiko, T, dan Utomo, U. 1996. Musik sebagai Sarana Mengembangkan Kemampuan
Mendengar. Media FPBS IKIP Semarang, No. 3 Th. XIX Des. 1996, hal 69 s.d
82.
Miller, H.M. ………. Pengantar Apresiasi Musik (terjahan Triyono Bramanto, P.S).
Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
Moeslichatoen, R. 1999. Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Rineka
Cipta.
Rinanto, A, 1985. Peranan Media Audi Visual dalam Pendidikan. Yogyakarta: Yayasan
Kanisius.
Rifai, A, dan Sudhana, N. 1991. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru.
Rumampuk, D,B. 1988. Media Instruksional IPS. Jakarta: Proyek Pengembangan
Lembaga Kependidikan Depdikbud.
Safrina, R. 1999. Pendidikan Seni Musik. Jakarta : Depdikbud.
Sudjarwo, 1988. Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar. Jakarta: Mediatama
Sarana Perkasa.
Syahsinaga, S. 1997. “ Pembelajaran di Taman Kanak-kanak malalui Lagu Anak-anak:
Kajian di TK Kotamadia Semarang”. Laporan Penelitian pada Fakultas
Pendidikan Bahasa dan Seni IKIP Semarang.
Lagu Anak-anak: Kajian di TK Kotamadia Semarang”. Laporan Penelitian pada
Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni IKIP Semarang.
Download