P U T U S A N Nomor 136 / Pdt / 2017 / PT.BDG. DEMI KEADILAN

advertisement
PUTUSAN
Nomor 136 / Pdt / 2017 / PT.BDG.
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
Pengadilan Tinggi Jawa Barat di Bandung, yang memeriksa dan mengadili
perkara-perkara perdata dalam tingkat banding telah menjatuhkan putusan sebagai
berikut dalam perkara, antara :
PT. IEV GAS, berkedudukan di Graha IEV, Jalan SD III Nomor 2 Pondok Pinang,
Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 12310 - Indonesia,
yang diwakili oleh Achwan Widiyanto, Direktur, dalam
hal ini memberikan kuasa kepada M. Iqbal Hadromi,
SH., Alexander Nainggolan, SH., Gita Petrimalia, SH.,
Rengganis, SH., MH., Deshaputra Intanperdana, SH.
dan Kornelis Dehotman, SH., MH., Para Advokat dan
Penasehat Hukum pada Hadromi & Partners Law Firm,
beralamat di Setiabudi Atrium 4th Floor, Suite 404-405,
Jalan HR Rasuna Said Kav.62 Jakarta Selatan 12920 Indonesia, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal
9 Juni 2015. Selanjutnya disebut sebagai Pembanding,
semula Penggugat ;
MELAWAN :
PT.
INDONESIA
PELITA
PRATAMA,
berkedudukan
di
Kp.
Tegal
Gede
RT.011/RW.004, Desa Pasir Sari, Kecamatan Cikarang
Selatan, Kabupaten Bekasi, yang diwakili oleh Oei,
Edward
Wijaya,
Direktur
Utama,
dalam
hal
ini
memberikan kuasa kepada Sahari Banong, S.H.,
Sandra Nangoy, S.H., M.H., Djong Melisa Juan, S.H.,
M.Kn, Andar Ignatius P. Sihombing, S.H., Aga Kristiana
Silaen, S.H. dan Bonifasius Falakhi, S.H.. Para Advokat
berkantor di Banong – Nangoy – Juan Law Office
beralamat di Gajah Mada Tower Lt. 22#003, Jalan
Gajah Mada No. 19-26 Jakarta 10130, berdasarkan
Surat Kuasa Khusus tertanggal 17 Oktober 2016.
Selanjutnya disebut sebagai Terbanding, semula
Tergugat ;
PENGADILAN TINGGI TERSEBUT ;
1. Telah membaca Surat Penetapan Ketua Pengadilan Tinggi Jawa Barat tertanggal
14 Maret 2017, Nomor 136/PEN/PDT/2017/PT.BDG. ;
2. Telah membaca berkas perkara dan surat-surat yang berhubungan dengan
perkara ini ;
TENTANG DUDUK PERKARANYA :
Menimbang,
bahwa
Penggugat
telah
mengajukan
surat
gugatannya
tertanggal 03 Agustus 2015 yang telah diterima dan didaftarkan di Kepaniteraan
Pengadilan Negeri Bekasi di bawah register Nomor 354/Pdt.G/2015/PN.Bks. tanggal
04 Agustus 2015, telah mengemukakan hal-hal sebagai berikut :
1. Bahwa perkara dalam Gugatan aquo adalah mengenai penggunaan jalan
bersama yang terletak dalam suatu kawasan industri di Desa Pasirsari,
Kecamatan Cikarang Selatan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
2. Bahwa pada awalnya, lahan di kawasan industri tersebut dahulu dimiliki oleh PT.
Terracota Nusantara Perkasa. namun kemudian telah dijual dan dipecah menjadi
beberapa kavling yang saat ini dimiliki oleh beberapa pihak, diantaranya adalah
PT. Prisma Agung Realty dan Tergugat.
3. Bahwa selanjutnya PT. Prisma Agung Realty yang merupakan pemilik tanah
seluas 31.090 M2 (tiga puluh satu ribu sembilan puluh meter persegi) di kawasan
industri tersebut sebagaimana sertifikat Hak Guna Banigunan (HGB) No. 55
Tahun 2004, sejak tahun 2007 menyewakan sebagian tanahnya kepada
Penggugat berdasarkan :
a. Akta Perjanjian Sewa No. 94 tertanggal 22 Maret 2007, dibuat di hadapan
Sugito Tedjamulja, SH., Notaris di Jakarta, dengan jangka waktu sewa 5
(lima) tahun sejak 21 Maret 2007 sampai dengan 20 Maret 2012 (Bukti P-I);
b. Akta Perjanjian Sewa (Lease Agreement) No. 60 tertanggal 20 Maret 2012,
dibuat di hadapan Sugito Tedjamulja, SH., Notaris di Jakarta, dengan jangka
waktu sewa 5 (lima) tahun sejak 21 Maret 2012 sampai dengan 20 Maret
2017 (Bukti P-2).
4. Bahwa Penggugat adalah perusahaan yang didirikan berdasarkan hukum Negara
Republik Indonesia yang melakukan kegiatan usaha dalam bidang gas bumi.
Untuk itu, tanah di Desa Pasirsari, Kecamatan Cikarang Selatan, Kabupaten
Bekasi, Jawa Barat yang disewa Penggugat dari PT. Prisma Agung Realty
Halaman 2 dari 42 hal. Putusan No. 136/Pdt/2017/PT.BDG.
tersebut dipergunakan Penggugat untuk membuat stasiun induk (mother station)
untuk pengisian gas Compressed Natural Gas (CNG) (selanjutnya disebut
sebagai 'Stasiun Pengisian Gas"). Pengisian gas tersebut dilakukan melalui truktruk pengangkut gas milik Penggugat dan selarijutnya dikirimkan ke tempat
konsumen.
5. Bahwa lokasi Stasiun Pengisian Gas milik Penggugat dan kantor perusahaan
milik Tergugat saling berdekatan dan berada dalam satu kawasan industri,
dimana Stasiun Pengisian Gas milik Penggugat berada tepat di belakang lahan
kantor Tergugat. Adapun selain perusahaan Penggugat dan Tergugat, terdapat
beberapa kantor perusahaan lain yang juga menempati kawasan industri
tersebut, diantaranya PT. Asia Putra Perkasa (KTM) dan PT. Berkah Gas Insani.
6. Bahwa di dalam kawasan industri tersebut terdapat satu jalan bersama yang
sudah
ada
sejak
menghubungkan
tahun
antara
1993,
yang
merupakan
perusahaan-perusahaan
akses
dalam
jalan
kawasan
untuk
industri
tersebut menuju ke jalan utama.
7. Bahwa selanjutnya pada tahun 1997, pemilik terdahulu atas tanah di kawasan
industri tersebut yaitu PT. Terracota Nusantara Perkasa pernah mengeluarkan
Surat Pernyataan tertanggal 11 Juli 1997 yang di tandatangani oleh Anton
Sunanto sebagai Direktur Utama, yang pada intinya memberikan hak melintas
dengan kendaraan dan non-kendaraan kepada PT. Fulso Keramik, dikarenakan
PT. Fulso Keramik terletak bersebelahan dengannya (Bukti P-3).
8. Bahwa berdasarkan Surat No. 94-1/200-32.16/11/2014 tertanggal 06 Februari
2014 yang dikeluarkan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Bekasi ditujukan
kepada Tergugat, disebutkan bahwa pada bidang tanah Hak Guna Bangunan
(HGB) No. 54/1996 seluas 10.000 m2 milik Tergugat, terdapat fasilitas jalan yang
dipergunakan untuk kepentingan umum (Bukti P4).
9. Bahwa selain itu, berdasarkan Peta Bidang Tanah Hak Guna Bangunan (HGB)
No. 54/Pasirsari tertanggal 20 Agustus 2013 yang dikeluarkan oleh Kantor
Pertanahan Kabupaten Bekasi, menunjukkan bahwa dari luas total tanah yaitu
10.000 m2, terdapat tanah yang digunakan sebagai Jalan Desa dengan luas
tanah 635 m2, sehingga sisa luas tanah Hak Guna Bangunan (HGB) No.
54/Pasirsari adalah seluas 9.365 m2 (Bukti P-5).
10. Bahwa sesuai kegunaan Jalan Bersama tersebut yang untuk kepentingan umum,
maka sejak tahun 1997 beberapa perusahaan dalam kawasan tersebut telah
mempergunakan jalan tersebut untuk lalu lintas, baik dengan kendaraan kecil
Halaman 3 dari 42 hal. Putusan No. 136/Pdt/2017/PT.BDG.
maupun kendaraan besar, yang menuju ke jalan utama dengan melalui jembatan
milik PT. Pertamina Gas ("Pertagas"). Begitu juga dengan Penggugat sebagai
salah satu perusahaan yang beroperasi di kawasan industri tersebut, maka Jalan
Bersama itu adalah satu-satunya akses jalan yang dapat dilintasi truk-truk
pengangkut gas milik Penggugat dari atau menuju ke Stasiun Pengisian Gas.
Penggugat juga telah mempergunakan Jalan Bersama tersebut untuk lalu lintas
truk-truk pengangkut gas sejak awal Penggugat beroperasi di kawasan industri
itu, yaitu sejak tahun 2007.
11. Bahwa ternyata pada tanggal 29 Mel 2015, Tergugat secara sepihak telah
menutup Jalan Bersama tersebut dengan membuat dan memasang portal
penutup jalan, sehingga truk-truk pengangkut gas milik Penggugat tidak dapat
melewati Jalan Bersama untuk menuju Stasiun Pengisian Gas dan selanjutnya
tidak dapat melakukan pengisian gas di Stasiun Pengisian Gas milik Penggugat
untuk didistribusikan kepada konsumen Penggugat (Bukti P-6).
12. Bahwa sebelum Tergugat menutup Jalan Bersama dengan portal tersebut,
Penggugat telah memperingatkan Tergugat untuk tidak melakukan penutupan
jalan dikarenakan hal tersebut melanggar peraturan hukum yang berlaku,
sebagaimana Surat Somasi Penggugat Ref. No. IEVI/2205/2015/MIH tertanggal
22 Mel 2015 (Bukti P-7). Namun ternyata Tergugat tetap melakukan penutupan
jalan dengan portal.
13. Bahwa selanjutnya Tergugat menanggapi Surat Somasi Penggugat tersebut di
atas melalui Surat Tanggapan Ref. No. 132/BNJN/2015 tertanggal 29 Mel 2015,
yang pada intinya menyatakan bahwa Jalan Bersama tersebut berada di atas
tanah milik Tergugat dan karenanya Tergugat merasa berhak untuk secara
sepihak melakukan penutupan lalan dengan portal dan melarang kendaraan yang
memiliki berat 25 Ton atau lebih urituk melintasi jalan (Bukti P-8).
14. Bahwa Tergugat sama sekali tidak memiliki dasar dan alasan yang jelas dalam
menetapkan batas berat kendaraan di bawah 25 Ton sebagaimana Bukti P-8,
serta patut diduga tindakan tersebut hanya sebagal upaya Tergugat untuk
menghambat kegiatan bisnis Penggugat dengan cara menghalangi truk-truk
pengangkut gas milik Penggugat untuk keluar masuk Stasiun Pengisian Gas.
Padahal secara hukum, Tergugat sama sekali tidak memiliki hak dan wewenang
untuk membuat portal penutup Jalan Bersama.
15. Bahwa tindakan Tergugat yang secara sepihak memasang portal penutup Jalan
Bersama yang dipergunakan untuk kepentingan umum dan membatasi
Halaman 4 dari 42 hal. Putusan No. 136/Pdt/2017/PT.BDG.
kendaraan yang dapat melewati jalan tersebut adalah pelanggaran terhadap
ketentuan hukum yang berlaku, diantaranya sebagai berikut:
a) Undang-Undang Nomor 5 Tahun. 1960 Tentang Peraturan Dasar PokokPokok Agraria ("UU Pokok Agraria")
Pasal 6:
"Semua hak alas tanah mempunyai funqsi sosial"
Penjelasan Pasal 6 UU Pokok Agraria:
"Tidak hanya hak milk tetapi semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial.
Hal ini telah diuraikan dalam Penjelasan Umum (II angka 4)".
Penjelasan Umum butir II angka 4 UU Pokok Agraria:
"ini berarti, bahwa hak atas tanah apapun yang ada pada seseorang tidaklah
dapat dibenarkan, bahwa tanahnya itu akan dipergunakan (atau tidak
dipergunakan) semata-mata untuk kepentingan pribadinya, apalagi kalau hal
itu menimbulkan kerugian bagi masyarakat. Penggunaan tanah harus
disesuaikan dengan keadaan dan sifat daripada haknya, hingga bermanfaat
balk bagi kesejahteraan dan kebahagiaan yang mempunyainya maupun
bermanfaat pula bagi masyarakat dan Negara"
b) Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 Tentang Hak Guna Usaha, Hak
Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah ("PP No. 40 Tahun 1996")
Pasal 31:
"Jika tanah Hak Guna Bangunan karena keadaan geografis atau/lingkungan
atau sebab-sebab lain letaknya sedemikian rupa sehingga mengurung atau
menutup pekarangan atau bidang tanah lain dari lalu lintas umum atau jalan
air, pemegang Hak Guna Bangunan wajib memberikan jalan keluar atau jalan
air atau kemudahan lain bagi pekarangan atau bidang tanah yang terkurung
itu."
c) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ("KUH Perdata")
Pasal 671:
"Jalan setapak, lorong atau jalan besar milik bersama dan beberapa
tetangga, yang digunakan untuk jalan keluar bersama, tidak boleh
dipindahkan, dirusak atau dipakai untuk keperluan lain dari tujuan yang telah
ditetapkan, kecuall dengan izin semua yang berkepentingan."
Pasal 674:
"Pengabdian pekarangan adalah suatu beban yang diletakan atas sebidang
pekarangan seseorang untuk digunakan dan demi manfaat pekarangan milik
Halaman 5 dari 42 hal. Putusan No. 136/Pdt/2017/PT.BDG.
orang lain. Baik mengenai bebannya maupun manfaatnya, pengabdian itu
boleh dihubungkan dengan pribadi seseorang"
Pasal 686:
"Hak pengabdian pekarangan mengenai jalan kaki adalah hak untuk melintasi
pekarangan orang lain dengan jalan kaki. Hak mengenai jalan kuda atau
jalan ternak adalah hak untuk naik kuda atau menggiring ternak melalui jalan
itu. Hak mengenai jalan kendaraan adalah hak untuk melintas dengan
kendaraan. bila lebar jalan untuk jalan kaki, jalan ternak atau jalan kendaraan
tidak ditentukan berdasarkan hak pengabdian, maka lebarnya ditentukan
sesuai dengan peraturan khusus atau kebiasaan setempat. Hak Pengabdian
pekarangan mengenai jalan kuda atau jalan ternak mencakup juga hak
pengabdian atas jalan untuk
jalan kaki, hak pengabdian untuk jalan
kendaraan, mencakup juga hak pengabdian mengenai Ialan kuda atau jalan
ternak dan jalan untuk jalan kaki;
d) Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan ("UU Jalan")
Pasal 11 ayat (2):
"Ruang manfaat jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi badan
jalan, saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya."
Pasal 12 ayat (1):
"Setiap
orang
dilarang
melakukan
perbuatan
yang
mengakibatkan
terganggunya fungsi jalan di dalam ruang manfaat jalan."
e) Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 8 Tahun 2005 tentang
Penyelenggaraan Lalu Lintas Jalan dan Perbengkelan Kendaraan Bermotor
di Wilayah Kabupaten Bekasi ("Perda Bekasi No. 8 Tahun 2005")
Pasal 26:
"Kecuali dengan izin Dinas setiap orang atau badan hukum dilarang:
a. Membuat dan memasang portal;"
16. Bahwa perlu dipahami oleh Majelis Hakim bahwa wilayah kantor / Stasiun
Pengisian Gas milik Penggugat tidak memungkinkan untuk mendapatkan akses
melalui jalan lain khususnya untuk lalu lintas kendaraan besar atau truk-truk
pengangkut gas, selain melalui Jalan Bersama yang telah ditutup oleh Tergugat.
Dengan demikian, kalaupun benar (quad non) bahwa Tergugat adalah pemilik
tanah dimana terdapat Jalan Bersama, maka sesuai dengan ketentuan hukum
tersebut di atas khususnya Pasal 6 UU Pokok Agraria, Pasal 31 PP No. 40 Tahun
1996, Pasal 671, Pasal 674, dan Pasal 686 KUH Perdata, secara hukum
Halaman 6 dari 42 hal. Putusan No. 136/Pdt/2017/PT.BDG.
Tergugat memiliki kewajiban dalam pengabdian pekarangan (servituut), yaitu
Tergugat dilarang menghalangi / menutup jalan bersama dengan portal ataupun
membatasi kendaraan yang melewati jalan bersama dimaksud dan wajib
menyediakan akses jalan yang Iayak bagi Penggugat, baik untuk dilewati orang
maupun segala jenis kendaraan, khususnya truk pengangkut gas milik
Penggugat.
17. Bahwa dalam hal ini Penggugat memiliki hak atas pengabdian pekarangan
(servituut) untuk mendapatkan akses jalan yang layak, khususnya untuk lalu
lintas truk-truk pengangkut gas milik Penggugat dari lokasi kantor/Stasiun
Pengiisian Gas Penggugat menuju ke jalan utama;
18. Bahwa sebagaimana telah diuraikan bahwa pemilik sebelumnya atas tanah di
kawasan industri yaitu PT. Terracota Nusantara Perkasa telah memberikan akses
Jalan Bersama yang ditutup portal oleh Tergugat dalam perkara ini yaitu dengan
memberikan hak melintas bagi perusahaan lain di kawasan tersebut dengan
kendaraan dan non-kendaraan sebagaimana Surat Pernyataan tertanggal 11 Juli
1997 (Bukti P-3).
Dengan demikian, hak pengabdian pekarangan (servituut) atas tanah yang
sekarang dimiliki Tergugat tetap ada dan tidak hilang, dikarenakan karakteristik
hak kebendaan yaitu hak kebendaan melekat pada bendanya (dalam hal ini
tanah), meskipun pemiliknya telah berubah. Hal ini tercermin dalam Putusan
Mahkamah Agung No. 38 K/PDT/2008 tanggal 17 Februani 2009 yang mana
Majelis Hakim Agung dalam amar putusannya menyatakan:
"perbuatan Tergugat / membangun tembok permanen dan bangunan lain yang
tidak permanen yang menutup gang / jalan masuk ke pekarangan milik
Penggugat sebagai Perbuatan Melawan Hukum".
19. Bahwa selain itu, Jalan Bersama yang disengketakan ini telah ditetapkan sebagai
fasilitas jalan yang dipergunakan untuk kepentingan umum sebagaimana Surat
No. 94-1/20032.16/11/2014 tertanggal 06 Februari 2014 yang dikeluarkan oleh
Kantor Pertanahan Kabupaten Bekasi (Bukti P4) dan Peta Bidang Tanah
tertanggal 20 Agustus 2013 (Bukti P-5). Dengan demikian, Tergugat dilarang
melakukan
tindakan
yang
mengakibatkan
terganggunya
fungsi
jalan
sebagaimana diatur Pasal 11 dan Pasal 12 UU Jalan. Selanjutnya, Tergugat juga
dilarang membuat dan memasang portal penutup jalan tanpa izin dari Dinas
Perhubungan Kabupaten Bekasi, sebagaimana diatur Pasal 26 Perda Bekasi No.
8 Tahun 2005.
Halaman 7 dari 42 hal. Putusan No. 136/Pdt/2017/PT.BDG.
20. Bahwa tindakan Tergugat dengan sengaja membangun dan memasang portal
penutup jalan, serta membatasi kendaraan yang melintasi jalan tersebut
mengakibatkan Penggugat tidak dapat melakukan aktivitas bisnis seperti
biasanya karena truk-truk pengangkut gas milik Penggugat tidak dapat memasuki
wilayah Stasiun Pengisian Gas. Hal ini jelas mengakibatkan kerugian yang
signifikan bagi Penggugat, kerugian mana akan terus bertambah jika Tergugat
terus melakukan penutupan portal jalan bersama tersebut.
Bahwa oleh karena itu, tindakan Tergugat sebagaimana diuraikan di atas
merupakan suatu Perbuatan Melawan Hukum sesuai dengan Pasal 1365 KUH
Perdata yang menyatakan:
"Setiap perbuatan yang melawan hukum yang membawa kerugian kepada orang
lain menyebabkan orang karena salahnya menerbitkan kerugian mengganti
kerugian tersebut"
21. Bahwa kerugian yang diderita oleh Penggugat sebagal akibat dari Perbuatan
Melawan Hukum yang dilakukan Tergugat adalah sebagai berikut:
a) Kerugian Materiil
1) Kewajiban Pokok
Yaitu pembayaran ganti kerugian akibat tindakan Tergugat yang menutup
portal jalan sejak tanggal 29 Mel 2015 dengan total sebesar Rp.
13393.218.591.52 (tiga belas milyar tiga ratus sembilan puluh tiga juta dua
ratus delapan belas ribu lima ratus sembilan puluh satu Rupiah dan lima
puluh dua sen) dan USD 131 .631 .80 (seratus tiga puluh satu ribu enam
ratus tiga puluh satu Dollar Amerika Serikat dan delapan puluh sen).
Jumlah kerugian tersebut adalah terhitung sampai dengan per-bulan Juni
2015
dan
akan
terus
pembayaran/pemenuhan
bertambah
setiap
kewajiban
kepada
bulannya
hingga
Penggugat.
saat
Adapun
peninciannya sebagai berikut:
No
Deskripsi
USD
1.
2.
Biaya sewa lahan Stasiun Pengisian
Gas yang saat ini tidak dapat
digunakan selama sisa masa sewa
hingga 20 Maret 2017, karena
akses jalan ditutup.
Harga / Nilai bangunan Stasiun
Pengisian Gas yang saat ini tidak
dapat digunakan karena akses jalan
ditutup.
Jumlah
Rupiah
543.287.798,00
5.185.797.591,95
Halaman 8 dari 42 hal. Putusan No. 136/Pdt/2017/PT.BDG.
3.
4.
5.
6.
7.
Harga
/Nilai konstruksi
saluran pipa dari pemasok (Gas
Source
Feeder)
ke
Stasiun
Pengisian Gas yang saat ini tidak
dapat digunakan karena akses jalan
ditutup
Biaya sertifikasi ulang SKPP dan
SKPI
Migas
untuk
Stasiun
Pengisian Gas yang saat ini tidak
dapat digunakan karena akses jalan
ditutup.
Biaya sewa lahan parkir baru untuk
relokasi Seluruh kendaraan industri
Penggugat dan Stasiuh Pengisian
Gas karena akses jalan ditutup.
Biaya ini dihitung secara bulanan
dan jumlah yang tercantum adalah
per-bulan Juni 2015.
Biaya akibat penggantian produsen
gas. Karena akses jalan menuju
Stasiun Pengisian Gas ditutup,
maka untuk memenuhi kebutuhan
Distribusi gas
Penggugat harus
mengganti
produsen
gas
sebelumnya
dengan
beberapa
produsen baru Namun produsen
gas yang baru tersebut memberikan
harga yang jauh Iebih mahal dari
sebelumnya, sehingga selisih harga
dari produsen gas tersebut harus
dibebankan kepada Tergugat. Biaya
ini dihitung secara bulanan dan
jumlah yang tercantum adalah perbulan Juni 2015.
Biaya sewa kendaraan tambahan
(Prime Mover dan Tube Skid) untuk
memenuhi kebutuhan distribusi gas.
Akibat akses jatan ditutup, maka
jarak tempuh kendaraan untuk
distribusi gas menjadi berlipat (dari
lahan parkir baru menuju ke
produsen gas baru dan menuju ke
konsumen), sehingga Penggugat
harus
menambah
armada
kendaraan
agar
tidak
ada
keterlambatan distribusi. Biaya ini
dihitung secara bulanan dan jumlah
yang tercantum adalah per-bulan
Juni 2015.
671.839.851,57
989.683.750,00
6.956.000,00
131,631.80
569.200.000,00
Halaman 9 dari 42 hal. Putusan No. 136/Pdt/2017/PT.BDG.
8.
9.
10.
Biaya-biaya
tambahan
Iainnya
akibat jarak tempuh distribusi gas
yang bertambah, yaitu untuk
tambahan bahan bakar, karcis jalan
tol, konsumsi supir, dan perawatan
kendaraan.
Biaya ini dihitung secara bulanan
dan jumlah yang tercantum adalah
per-bulan Juni 2015.
Biaya sewa lahan untuk Stasiun
Pengisian Gas baru. Akibat akses
jalan ditutup, Penggugat harus
merelokasi Stasiun Pengisian Gas
ke tempat baru.
Biaya
pembangunan/konstruksi
Stasiun Pengisian Gas yang baru.
Akibat
akses
jalan
ditutup,
Penggugat
harus
membangun
Stasiun Pengisian Gas baru di
lokasi lain
TOTAL
126.453.600,00
1.300.000.000,00
4.000.000.000,00
$ 131,631 80
Rp.1 3.393.218.591,52
2) Kewajiban Bunga
Yaitu pembayaran atas keterlambatan diterimanya ganti rugi terhadap
Penggugat secara tepat waktu dari Tergugat, maka tentu saja Penggugat
mempunyai kesempatan untuk mendapatkan keuntungan dari penerimaan
nilai ganti rugi dimaksud, setidaknya kesempatan untuk mendapatkan
keuntungan bunga bank dari hasil deposito atas nilai ganti rugi dimaksud.
kewajiban pembayaran bunga ini terhitung sejak Tergugat menutup jalan
bersama dengan portal pada tanggal 29 Mei 2015 yang mengakibatkan
kerugian bagi Penggugat, dan akan berlanjut sampai dengan Tergugat
memberikan penuh ganti kerugian Penggugat.
Oleh karena itu, demi keadilan, sudah sepantasnya Majelis Hakim
pemeriksa perkara aquo ménetapkan BUNGA atas keterlambatan
diterimanya ganti rugi oleh Penggugat dan Tergugat, yang mana besarnya
bunga berdasarkan undang-undang (Staatsblad 1848, No.22) adalah
sebesar 6% (enam persen) per tahun.
Bahwa besarnya bunga atas kerugian berdasarkan undang-undang
(Staatsblad 1848, No.22) sebesar 6% (enam persen) adalah sejalan
dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI No. 1643 K/Pdt/2008
tertanggal 31 Desember 2008.
Halaman 10 dari 42 hal. Putusan No. 136/Pdt/2017/PT.BDG.
b) Kerugian Immateriil
Kerugian lmmateriil yang timbul oleh karena telah tersitanya tenaga, waktu,
dan pikiran Penggugat dalam mengusahakan penyelesaian atas masalah
penutupan jalan oleh Tergugat, tekanan psikologis yang dialami para
karyawan Penggugat (terutama karyawan di Stasiun Pengisian Gas),
hilangnya kesempatan Penggugat untuk mendapatkan konsumen baru, yang
jumlahnya tidak ternilai atau tidak dapat diganti dengan apapun juga, akan
tetapi adalah mendekati kewajaran apabila kerugian lmmateriil tersebut
ditaksir sebesar Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milliar Rupiah).
22. Permohonan Sita Jaminan
Bahwa guna melindungi hak dan kepentingan Penggugat serta untuk mencegah
Tergugat melakukan tindakan-tindakan yang dapat merugikan hak dan
kepentingan Penggugat dan agar putusan ini tidak sia-sia (illusoir), maka layak
kiranya agar Majelis Hakim pemeriksa perkara aquo untuk menetapkan dan
menyatakan sah dan berharga serta mengikat secara hukum sita jaminan
(consetvatoir beslag) atas beberapa harta (aset) milik Tergugat, baik yang
bergerak maupun yang tidak bergerak, antara lain:
a) Sebidang tanah dan bangunan yang terletak diatasnya, terletak di JI.
Jembatan Tegal Gede, Pasir Sari, Cikarang Selatan, Bekasi, Jawa Barat Indonesia, berdasarkan HGB No. 54 Tahun 1996 atas nama PT. Indonesia
Pelita Pratama;
b) Kendaraan bermotor, baik motor, mobil dan atau truk termasuk namun tidak
terbatas kepada milik Tergugat dan Direksi serta Komisaris Tergugat;
c) Mesin-mesin dan peralatan kantor milik Tergugat;
d) Harta kekayaan lain yang daftarnya akan diajukan secara terpisah.
23. Bahwa oleh karena gugatan ini didasarkan pada bukti-bukti yang otentik yang
tidak dapat disangkal kebenarannya, sehingga sesuai dengan Pasal 180 (1) HIR,
mohon agar putusan dalam perkara mi, dapat dilaksanakan terlebih dahulu
(uitveoerbaar bij voorraad) meskipun ada bantahan, perlawanan (verzet),
banding, kasasi atau upaya hukum lainnya;
24. Berdasarkan hal-hal di atas, maka Penggugat mohon kepada Majelis Hakim yang
memeriksa perkara aquo pada Pengadilan Negeri Bekasi berkenan untuk
memeriksa, mengadili dan memutuskan perkara ini, sebagai berikut:
Halaman 11 dari 42 hal. Putusan No. 136/Pdt/2017/PT.BDG.
PETITUM
SITA JAMINAN
Menetapkan sita jaminan (conservatoir beslag.) diletakan atas asset-aset milik
Tergugat diantaranya sebagai berikut:
a) Sebidang tanah dan bangunan yang terletak diatasnya, terletak di JI. Jembatan
legal Gede, Pasir Sari, Cikarang Selatan, Bekasi, Jawa Barat - Indonesia,
berdasarkan HGB No. 54 Tahun 1996 atas nama pemilik P1. Indonesia Pelita
Pratama;
b) Kendaraan bermotor, baik motor, mobil dan atau truk termasuk namun tidak
terbatas kepada milik Tergugat dan Direksi serta Komisaris Tergugat;
c) Mesin-mesin dan peralatan kantor milik Tergugat;
d) Harta kekayaan lain yang daftarnya akan diajukan secara terpisah.
DALAM POKOK PERKARA
1.
Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
2. Menyatakan bahwa Tergugat telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum;
3. Menyatakan bahwa jalan yang terletak dalam kawasan industri di Desa Pasirsari,
Kecamatan Cikarang Selatan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat yang ditutup
secara sepihak oleh Tergugat adalah jalan bersama yang digunakan untuk
kepentingan umum;
4. Menghukum Tergugat untuk membongkar dan/atau membuka portal yang
menutup jalan menuju Stasiun Pengisian Gas milik Penggugat;
5. Menghukum Tergugat untuk membayar ganti rugi bailk secara Materiil maupun
Immateriil kepada Penggugat, dengan perincian sebagai berikut:
a) Kerugian Materiil
1) KewajibanPokok
Yaitu pembayaran ganti kerugian akibat tindakan Tergugat yang menutup
portal jalan sejak tanggal 29 Mel 2015 dengan total sebesar Rp.
13.393.218.591.52 (tiga belas milyar tiga ratus sembilan puluh tiga juta dua
ratus delapan belas ribu lima ratus sembilan puluh satu Rupiah dan lima
puluh dua sen) dan USD 131,631.80 (seratus tiga puluh satu ribu enam
ratus tiga puluh satu Dollar Amerika Serikat dan delapan puluh sen). Jumlah
kerugian tersebut adalah terhitung sarnpai dengan per-bulan Juni 2015 dan
Halaman 12 dari 42 hal. Putusan No. 136/Pdt/2017/PT.BDG.
akan terus bertambah setiap bulannya hingga saat pembayaran/pemenuhan
kewajiban kepada Penggugat;
2) Kewajiban Bunga
berdasarkan undang-undang (Staatsblad 1848, No.22) sebesar 6% (enam
persen) per tahun terhitung sejak tanggal 29 Mei 2015 sampai dengan
Tergugat pada akhirnya benar-benar telah membayar lunas seluruh
kewajibannya yang belum dibayar tersebut kepada Penggugat.
b) Kerugian Imaterril
Kerugian Immaterril yang timbul oleh karena telah tersitanya tenaga, waktu,
dan pikiran Penggugat dalam mengusahakan penyelesaian atas masalah
penutupan jalan oleh Tergugat, tekanan psikologis yang dialami para
karyawan Penggugat (terutama karyawan di Stasiun Pengisian Gas),
hilangnya kesempatan Penggugat untuk mendapatkan konsumen baru, yang
jumlahnya tidak ternilal atau tidak dapat diganti dengan apapun juga, akan
tetapi adalah mendekati kewajaran apabila kerugian Immaterril tersebut
ditaksir sebesar Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar Rupiah).
6. Menetapkan dan menyatakan sah dan berharga sita jaminan (conversatoir
beslag) atas sejumlah harta (aset-aset) Tergugat;
7. Menyatakan putusan dalam perkara ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu
(uitveoerbar bij voorraad) meskipun ada bantahan, perlawanan (verzet), banding,
kasasi atau upaya hukum lainnya;
8. Menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara yang timbul.
Atau apabila Majelis Hakim pemeriksa perkara berpendapat lain, mohon putusan
yang seadil-adilnya (ex aequo et bono).
Menimbang, bahwa atas gugatan tersebut, Tergugat telah mengajukan
jawaban sebagai berikut :
A. DALAM KONPENSI
Sebelum mengajukan jawaban dalam pokok perkara, dengan ini Tergugat terlebih
dahulu mengajukan eksepsi, sbb :
I. DALAM EKSEPSI
1. GUGATAN KURANG PIHAK ( EXEPTIO PLURIUM LITIS CONSORTIUM)
Halaman 13 dari 42 hal. Putusan No. 136/Pdt/2017/PT.BDG.
Bahwa gugatan Penggugat, pada intinya mengenai anggapan Penggugat
tentang adanya penggunaan jalan bersama di kawasan industri di Desa
Pasirsari, Kecamatan Cikarang Selatan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat yang
ditutup oleh Tergugat (selanjutnya disebut objek sengketa)
Bahwa dalam gugatannya, Penggugat mendalilkan ada beberapa pihak lain
yang mempunyai peranan berkaitan dengan penggunaan jalan yang menjadi
objek sengketa yakni PT Prisma Agung Realty, PT Asia Putra Perkasa, PT
Berkas Gas Insani, PT Terracota Nusantara Perkasa, PT Fulso Keramik
dan Kantor Pertanahan Kabupaten Bekasi, namun pihak lain tersebut tidak
ditarik sebagai pihak dalam perkara aquo padahal memiliki peranan penting
dalam perkara aquo, sehingga terbukti bahwa gugatan Penggugat kurang
pihak, sehingga gugatan Penggugat harus dinyatakan tidak dapat diterima.
Adapun alasan pihak lain yang disebutkan dalam gugatan tersebut, harus
dijadikan sebagai pihak dalam perkara aquo yakni, sbb :
1) PT Prisma Agung Realty, yang didalilkan Penggugat sebagai pemilik
tanah seluas 31.090 m2 di kawasan industri tersebut dan yang
menyewakan tanahnya kepada Penggugat (butir 3 dan 4 posita gugatan).
PT Prisma Agung Reality sebagai pemilik tanah yang menyewakan
tanahnya kepada Penggugat harus diikutsertakan sebagai pihak dalam
perkara aquo, karena PT Prisma Agung Realty lah yang memiliki hubungan
hukum dengan Penggugat (selaku Penyewa). Dimana seharusnya pada
saat menyewa tanah dikawasan industry tersebut, Penggugat seharusnya
sudah mengetahui mengenai kondisi akses jalan ke lokasi yang disewanya
dari PT Prisma Agung Realty.
Apabila kondisi akses jalan yang dijanjikan pada saat menandatangani
kontrak dengan PT Prisma Agung Realty tidak sesuai dengan kenyataan
yang dijanjikan oleh pemilik, maka seharusnya yang digugat adalah PT
Prisma Agung Realty, sebagai pemilik/pemberi sewa, bukan Tergugat.
2) PT Asia Putra Perkasa dan PT Berkah Gas Insani, yang menurut
Penggugat
adalah sebagai perusahaan lain yang menempati kawasan
industry tersebut (butir 5 posita gugatan). Oleh karenanya kedua
perusahaan tersebut seharusnya diikutsertakan sebagai pihak dalam
perkara aquo, karena sesuai dengan dalil Penggugat, kedua perusahaan
tersebut adalah pihak yang menempati kawasan industri, sehingga
Halaman 14 dari 42 hal. Putusan No. 136/Pdt/2017/PT.BDG.
keduanya harus dijadikan pihak dalam perkara aquo agar duduk
perkaranya menjadi jelas.
3) PT Terracota Nusantara Perkasa dan PT Fulso Keramik, yang menurut
Penggugat, PT Terracota Nusantara Perkasa sebagai pihak yang pernah
mengeluarkan surat pernyataan kepada PT
Fulso Keramik, yaitu
memberikan hak melintas kepada PT Fulso Keramik, dikarenakan PT Fulso
Keramik
bersebelahan
dengannya.
Seharusnya
juga
diikutsertakan
sebagai pihak dalam perkara aquo, agar duduk permasalahannya menjadi
jelas, yaitu tanah mana yang diberikan hak melintas oleh PT Terracota
Nusantara Perkasa, apakah PT Terracota Nusantara Perkasa masih
pemilik tanah, dimana posisi tanahnya dan dimana batas-batasnya, serta
siapa saja yang diberi hak melintas.
4) Kantor Pertanahan Kabupaten Bekasi, sebagai pihak yang pernah
mengeluarkan surat kepada Tergugat bahwa dari total luas tanah Tergugat
10.000 m2, terdapat tanah yang digunakan sebagai Jalan Desa dengan
luas tanah 635 m2, sehingga sisa luas tanah Hak Guna Bangunan No.
54/Pasirsari adalah seluas 9.365 m2. (butir 9 posita gugatan)
Kantor Pertanahan Kabupaten Bekasi seharusnya menjadi institusi yang
harus diikutsertakan sebagai pihak dalam perkara aquo karena sampai
dengan saat ini total luas tanah Penggugat berdasarkan SHGB No.
54/Pasirsari yakni 10.000 m2, sehingga apabila terbukti seharusnya luas
tanah Penggugat dikurangi (quad non), maka tentunya eksekusi atas hal
tersebut tentunya melibatkan Kantor Pertanahan Kabupaten Bekasi.
Bahwa selain kurang pihak karena tidak ditariknya pihak lain yang disebutkan
dalam gugatan tersebut, gugatan Penggugat juga kurang pihak karena dalam
petitum poin 3, meminta agar jalan yang menjadi objek sengketa adalah jalan
bersama, namun dalam gugatannya Penggugat tidak melibatkan Pemerintah
Kabupaten Bekasi sebagai pihak dalam perkara aquo.
Terkait dengan petitum gugatan Penggugat, Pemerintah Kabupaten Bekasi
harus ditarik sebagai pihak dalam perkara aquo, karena berdasarkan
ketentuan Pasal 16 ayat (1) jo Pasal 17 jo Pasal 20, Undang-Undang No. 38
Tahun 2004 tentang Jalan, maka kewenangan penetapan status jalan yang
berada di kabupaten yakni ada pada pemerintah kabupaten, dalam hal ini
Kabupaten Bekasi. Adapun ketentuan tersebut antara lain dikutip, sbb :
Halaman 15 dari 42 hal. Putusan No. 136/Pdt/2017/PT.BDG.
Pasal 16
(1) Wewenang pemerintah kabupaten dalam penyelenggaraan jalan
meliputi penyelenggaraan jalan kabupaten dan jalan desa”
“Pasal 17
Pengaturan jalan umum meliputi pengaturan jalan secara umum,
pengaturan jalan nasional, pengaturan jalan provinsi, pengaturan jalan
kabupaten dan jalan desa, serta pengaturan jalan kota”
“Pasal 20
Pengaturan jalan kabupaten dan jalan desa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17 meliputi:
a. perumusan kebijakan penyelenggaraan jalan kabupaten dan jalan desa
berdasarkan kebijakan nasional di bidang jalan dengan memperhatikan
keserasian antar daerah dan antar kawasan;
b. penyusunan pedoman operasional penyelenggaraan jalan kabupaten
dan jalan desa;
c. penetapan status jalan kabupaten dan jalan desa; dan
d. penyusunan perencanaan jaringan jalan kabupaten dan jalan desa”
Bahwa oleh karena pihak lain sebagaimana diuraikan diatas, tidak ditarik
sebagai pihak dalam perkara aquo, maka terbukti bahwa gugatan Penggugat
kurang pihak sehingga harus dinyatakan tidak dapat diterima. Hal ini
sesuai dengan Yurisprudensi MA No.621K/Sip/1975 yang menyatakan bahwa
apabila ada pihak ketiga yang terlibat tetapi tidak ikut ditarik sebagai pihak,
maka gugatan dinyatakan mengandung cacat plurium litis consortium.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka gugatan Penggugat harus dinyatakan
tidak dapat diterima karena kurang pihak.
2. PIHAK YANG DIGUGAT KELIRU
Dalam gugatannya poin 3 halaman 2, Penggugat pada pokoknya mendalilkan
bahwa Penggugat menyewa tanah seluas 31.090 m2, sejak tahun 2007
berdasarkan SHGB NO. 55/2004, dari PT Prisma Agung Realty dengan masa
sewa s/d 20 Maret 2017 untuk membuat stasiun induk untuk pengisian gas
Compressed Natural Gas (CNG), pengisian gas dilakukan melalui truk-truk
pengangkut gas milik Penggugat dan selanjutnya dikirimkan ke tempat
Halaman 16 dari 42 hal. Putusan No. 136/Pdt/2017/PT.BDG.
konsumen. Namun ternyata tanggal 29 Mei 2015, Tergugat telah secara
sepihak menutup jalan bersama tersebut dengan membuat dan memasang
portal penutup jalan, sehingga truk-truk pengangkut gas milik Penggugat tidak
dapat melewati jalan bersama untuk menuju stasiun pengisian gas dan
mendistribusikannya kepada konsumen.
Dengan demikian, terbukti bahwa Penggugat seharusnya mengajukan gugatan
kepada PT Prisma Agung Realty sebagai pemilik daripada tanah seluas
31.090 m2 yang disewa oleh Penggugat dan bukan kepada Tergugat.
Bahwa tidak dapat dilewatinya truk – truk pengangkut gas milik Penggugat
tidak dapat dimintakan pertanggung jawabannya kepada Tergugat, karena
Tergugat tidak ada hubungan hukum dengan Penggugat.
Apabila Penggugat merasa dirugikan berkaitan dengan tidak dapat dilewatinya
truk – truk pengangkut gas miliknya, Penggugat dapat melakukan upaya
hukum pada pemilik tanah yang disewanya, yaitu PT Prisma Agung Realty,
karena ketika menyewakan tempat kepada Pengugat, pemberi sewa tidak
menjelaskan keadaan sebenarnya mengenai akses jalan ke obyek yang
disewa Penggugat, yaitu akses jalan yang selama ini diklaim oleh Penggugat
sebagai jalan bersama, berada di dalam SHGB No. 54/Pasirsari milik
Tergugat.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka gugatan Penggugat terbukti pihak
yang digugat keliru dan harus dinyatakan tidak dapat diterima.
3. PENGGUGAT TIDAK BERKUALITAS (EKSEPSI DISQUALIFICATOIR)
Bahwa dalam gugatannya, Penggugat menyatakan kedudukan Penggugat
adalah sebagai penyewa tanah di Kawasan Industri di Desa Pasirsari,
Kecamatan Cikarang Selatan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, berdasarkan
Akta Perjanjian Sewa (Lease Agreement) No. 60 tertanggal 20 Maret 2012,
dibuat dihadapan Sugito Tedjamulia, S.H., Notaris di Jakarta, dengan jangka
waktu sewa 5 (lima) tahun sejak 21 Maret 2012 sampai dengan 20 Maret 2017
dari PT. Prisma Agung Realty, yang merupakan pemilik tanah tersebut.
Berdasarkan hal tersebut, terbukti bahwa memang benar, tidak ada hubungan
hukum langsung antara Penggugat dan Tergugat. Selanjutnya, untuk akses
jalan yang menurut dalil Penggugat “ditutup dan dipasang portal oleh
Tergugat” adalah di atas tanah milik Tergugat yang tidak ada kaitannya
sama sekali dengan Penggugat.
Halaman 17 dari 42 hal. Putusan No. 136/Pdt/2017/PT.BDG.
Selain itu, PT Prisma Agung Realty selaku pemilik tanah yang berbatasan
dengan tanah milik Tergugat dan pihak – pihak lain, juga tidak pernah
mengajukan pertanyaan atau keberatan apapun kepada Tergugat
mengenai jalan yang dipermasalahkan oleh Penggugat tersebut.
Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa Penggugat tidak
mempunyai
kapasitas
untuk
mengajukan
gugatan,
sehingga
gugatan
Penggugat harus dinyatakan tidak dapat diterima.
4. GUGATAN KABUR, KELIRU DAN TIDAK JELAS
Bahwa gugatan yang diajukan oleh Penggugat kabur, keliru dan tidak jelas,
karena alasan-alasan sbb:
a. Bahwa dalam petitum gugatannya poin 3, Penggugat meminta agar jalan
yang terletak dalam kawasan industri di Desa Pasirsari, Kecamatan
Cikarang Selatan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat yang ditutup secara
sepihak oleh Tergugat adalah jalan bersama yang digunakan untuk
kepentingan
umum,
namun
dalam
gugatannya
Penggugat
tidak
menyebutkan batas-batas, luas dan lebar jalan tersebut.
Bahwa berdasarkan Yurisprudensi Mahkamah Agung No. 1149K/Sip/1975
tanggal 17 April 1979, yaitu Gugatan tidak dapat diterima, bila tidak jelas
letak/batas-batas tanah sengketa.
Oleh karenanya terbukti bahwa gugatan Penggugat kabur dan tidak jelas.
b. Bahwa dalam posita Penggugat menyebutkan, Jalan bersama yang
disengketakan
ini
telah
ditetapkan
sebagai
fasilitas
jalan
yang
dipergunakan untuk kepentingan umum sebagaimana Surat No. 94-1/20032.16/II/2014 tertanggal 06 Februari 2014 yang dikeluarkan oleh Kantor
Pertanahan Kabupaten Bekasi dan Peta Bidang Tanah tertanggal 20
Agustus 2013. Namun pada petitum pengugat meminta agar dinyatakan
bahwa jalan yang terletak dalam kawasan industri di Desa Pasirsari,
Kecamatan Cikarang Selatan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat yang ditutup
secara sepihak oleh Tergugat adalah jalan bersama yang digunakan untuk
kepentingan
umum.
Dengan
bertentangannya
petitum
dan
posita
Penggugat, maka terbukti bahwa gugatan Penggugat kabur.
Berdasarkan hal tersebut, terbukti bahwa gugatan Penggugat kabur dan tidak
jelas, sehingga harus ditolak atau setidak-tidaknya tidak dapat diterima.
Halaman 18 dari 42 hal. Putusan No. 136/Pdt/2017/PT.BDG.
II. DALAM POKOK PERKARA
1. Tergugat
menolak dengan tegas seluruh dalil-dalil Penggugat dalam
gugatannya, kecuali yang diakui secara tegas-tegas.
2. Segala sesuatu yang diungkapkan dalam bagian eksepsi diatas,
merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan pokok
perkara.
3. Tergugat tidak pernah memperoleh tanah SHGB No. 54/Pasarisari dari PT
Terracota Nusantara Perkasa maupun PT Fulso Keramik
Dalam gugatannya poin 2, poin 7 dan poin 18, Penggugat pada pokoknya
menyatakan bahwa lahan di kawasan industri tersebut dahulu dimiliki oleh PT
Terracota Nusantara Perkasa
(selanjutnya disebut “ PT Terracota” ),
dimana pada tahun 1997 PT Terracota telah memberikan hak melintas untuk
kendaraan dan non kendaraan kepada PT Fulso Keramik yang bersebelahan
dengannya. Saat ini jalan bersama tersebut telah ditutup oleh Tergugat,
padahal hak pengabdian pekarangan (servitut) atas tanah tetap ada dan tidak
hilang dikarenakan karakteristik hak kebendaan yang melekat pada bendanya.
Hal tersebut sebagaimana dimaksud dalam Putusan Mahkamah Agung No. 38
K/PDT/2008.
Tanggapan :
Tergugat membantah dengan tegas dalil-dalil Penggugat tersebut
dengan
alasan-alasan, sbb :
a. Bahwa tanah SHGB No. 54/Pasirsari atas nama Tergugat telah terbit sejak
tanggal 21 Juni 1996, dengan luas 10.000 M2. Dalam riwayat kepemilikan
tanah sebagaimana tercantum dalam sertipikat tersebut, tidak pernah
tercatat bahwa tanah SHGB tersebut pernah dimiliki oleh PT Terracota
maupun PT Fulso Keramik.
Dengan demikian, maka adalah suatu kebohongan apabila Penggugat
menyatakan bahwa sebagian tanah yang saat ini menjadi jalan objek
sengketa aquo telah diserahkan oleh PT Terracota pada tahun 1997 untuk
dijadikan jalan bersama. Dikatakan suatu kebohongan karena PT
Terracota Nusantara Perkasa maupun PT Fulso Keramik, tidak pernah
menjadi pemilik atas tanah SHGB No. 54/Pasirsari tersebut.
b. Bahwa oleh karena terbukti bahwa PT Terracota maupun PT Fulso
Keramik tidak pernah menjadi pemilik atas SHGB No. 54/Pasirsari milik
Halaman 19 dari 42 hal. Putusan No. 136/Pdt/2017/PT.BDG.
Tergugat tersebut, sehingga dalil Penggugat yang menghubungkan proses
penyerahan tanah oleh PT Terracota dengan hak pengabdian pekarangan
dan karakteristik hak atas tanah sebagai hak kebendaan serta Putusan
Mahkamah Agung No. 38 K/PDT/2008, harus ditolak karena tidak ada
relevansinya dengan tanah SHGB No. 54/Pasirsari maupun jalan yang
berada diatas tanah tersebut.
c. Andaikanpun pernah ada pemberian hak melintas untuk kendaraan dan
non kendaraan dari PT Terracota kepada PT Fulso Keramik, quad non hal
itu tidak ada kaitannya dengan Tergugat maupun Penggugat, karena
hubungan hukumnya lain, Tergugat tidak terikat dengan PT Terracota
Nusantara Perkasa.
d. Bahwa hubungan hukum berkaitan dengan surat pernyataan tanggal 11
Juli 1997 yang ditandatangani oleh Anton Sunarto sebagai direktur utama
PT Terracota ialah antara PT Terracota Nusantara Perkasa dengan PT
Fulso Keramik hubungan antara 2 badan hukum perdata, tidak ada pihak
lain dan tidak ada pernyataan untuk jalan umum. Dalam surat
pernyataan yang menjadi dasar Penggugat mengajukan gugatan ini, justru
secara eksplisit dijelaskan yang boleh melintas di atas jalan milik PT
Terracota hanya PT Fulso Keramik, tidak ada badan hukum lain
(termasuk Penggugat) yang disebutkan dalam surat pernyataan PT
Terracota Nusantara Perkasa yang dapat melintas, untuk lebih jelasnya
surat pernyataan tersebut dikutip, sbb:
“Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa kami atas mana
PT Terracota Nusantara Perkasa tidak keberatan atas pemakaian jalan
milik kami oleh PT Fulso Keramik yang berlokasi bersebelahan dengan
lokasi pabrik PT Terracota Nusantara Perkasa…”
Berdasarkan alasan-alasan tersebut, maka mohon kepada Majelis Hakim agar
menolak seluruh dalil-dalil gugatan Penggugat, karena sangat tidak berdasar
hukum.
4. Luas tanah SHGB No. 54/Pasirsari milik Tergugat sah tercatat seluas
10.000 M2.
Bahwa dalam gugatannya poin 6, poin 8 dan poin 9, Penggugat pada
pokoknya menyatakan bahwa jalan bersama telah ada sejak tahun 1993 dan
berdasarkan Surat Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Bekasi No. 941/200-32.16/II/2014 tertanggal 06 Februari 2014, maupun Peta Bidang Tanah
Halaman 20 dari 42 hal. Putusan No. 136/Pdt/2017/PT.BDG.
tgl. 20 Agustus 2013, maka terdapat bidang tanah dalam SHGB No.
54/Pasirsari seluas 635 M2 digunakan untuk jalan.
Tanggapan :
Tergugat membantah dalil-dalil tersebut dengan alasan-alasan, sbb :
a. Bahwa sebagaimana ditentukan dalam Pasal 32 ayat (1) Peraturan
Pemerintah No. 24 Tahun 1997, bahwa sertipikat merupakan surat tanda
bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data
fisik dan data yuridis yang ada di dalamnya.
Bahwa luas tanah Tergugat sebagaimana tercantum dalam SHGB No.
54/Pasirsari yakni 10.000 M2 dan SHBG tersebut, adalah sah, dan berlaku
serta tidak pernah direvisi sampai dengan saat ini.
Dengan demikian, maka dalil Penggugat yang pada pokoknya menyatakan
bahwa sebagian tanah Tergugat seluas 635 M2, telah terpakai untuk jalan
berdasarkan Surat Kepala Kantor Pertanahan No. 94-1/200-32.16/II/2014
tertanggal 06 Februari 2014 dan Peta Bidang Tanah tgl. 20 Agustus 2013,
adalah dalil yang tidak berdasarkan hukum karena baik surat maupun peta
bidang tanah tersebut tidak dapat mengurangi keabsahan dari SHGB
No. 54/Pasirsari yakni 10.000 M2.
Lagipula dalam Peta Bidang Tanah tgl. 20 Agustus 2013, telah tertulis
secara tegas dan jelas bahwa “PETA BIDANG TANAH INI BUKAN TANDA
BUKTI HAK” sehingga tidak dapat digunakan sebagai alat bukti yang
dapat mengesampingkan keabsahan dari SHGB No. 54/Pasirsari.
b. Bahwa meskipun demikian, apabila Surat Kepala Kantor Pertanahan No.
94-1/200-32.16/II/2014 tertanggal 06 Februari 2014 maupun Peta Bidang
Tanah tgl. 20 Agustus 2013, dihubungkan dengan fakta di lokasi tanah
SHGB No. 54/Pasirsari,
maka terbukti bahwa telah
terdapat bidang
tanah Tergugat seluas ± 635 M2 yang oleh itikad baik Tergugat telah
disediakan untuk jalan yang dapat dilalui bersama oleh masyarakat sekitar
dengan lebar ± 3 meter, walaupun di atas tanah tersebut belum dibayar
ganti ruginya oleh Pemerintah setempat dan belum dikeluarkan dari SHGB
No. 54/Pasirsari milik Tergugat.
Bahkan pembangunan jalan tersebut dilakukan oleh Tergugat dengan
biaya sendiri dan saat ini sudah siap untuk digunakan oleh masyarakat
sekitar.
Halaman 21 dari 42 hal. Putusan No. 136/Pdt/2017/PT.BDG.
Berdasarkan alasan-alasan tersebut, maka mohon kepada Majelis Hakim agar
menolak dalil-dalil yang disampaikan Penggugat tersebut karena terbukti
bahwa kepemilikan tanah Tergugat berdasarkan SHGB No. 54/Pasirsari
adalah
sah
seluas 10.000
M2,
dan tidak
pernah
berkurang untuk
pembangunan jalan bersama sebagaimana yang diklaim oleh Penggugat dan
bahkan apabila nantinya harus dikurangkan seluas ± 635 M2 untuk jalan,
maka fakta di lapangan telah menunjukan adanya itikad baik Tergugat
yang telah menyediakan jalan yang luas dan lebarnya apabila ditotal
telah mengurangi tanah Tergugat seluas ± 635 M2, sehingga terbukti tidak
ada perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Tergugat dalam perkara
aquo.
5. Jalan yang menjadi objek sengketa aquo tidak pernah ditetapkan sebagai
jalan umum.
Dalam gugatannya poin 19, Penggugat pada pokoknya menyatakan bahwa
Surat Kepala Kantor Pertanahan No. 94-1/200-32.16/II/2014 tertanggal 06
Februari 2014 dan Peta Bidang Tanah tgl. 20 Agustus 2013, merupakan dasar
penetapan jalan yang menjadi objek sengketa aquo sebagai fasilitas jalan
yang dipergunakan untuk kepentingan umum, sehingga Tergugat dilarang
untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan terganggunya fungsi jalan
sebagaimana diatur dalam Pasal 11 dan Pasal 12 Undang-Undang tentang
Jalan. selain itu Tergugat dilarang membuat portal penutup jalan tanpa izin
Dinas Perhubungan Kabupaten Bekasi sebagaimana diatur dalam Pasal 26
Perda Bekasi No. 8 Tahun 2005.
Tanggapan :
Tergugat membantah dengan tegas dalil-dalil yang disampaikan oleh
Penggugat tersebut dan menyatakan bahwa jalan yang menjadi objek
sengketa aquo tidak pernah ditetapkan sebagai jalan umum karena alasanalasan, sbb :
a. Bahwa sebagaimana ditentukan dalam Pasal 16 ayat (1) jo Pasal 17 jo
Pasal 20, Undang-Undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, maka
kewenangan penetapan status jalan yang terletak di kabupaten yakni ada
pada pemerintah kabupaten, dalam hal ini Kabupaten Bekasi. Adapun
ketentuan tersebut antara lain dikutip, sbb :
“Pasal 16
Halaman 22 dari 42 hal. Putusan No. 136/Pdt/2017/PT.BDG.
(2) Wewenang pemerintah kabupaten dalam penyelenggaraan jalan
meliputi penyelenggaraan jalan kabupaten dan jalan desa”
“Pasal 17
Pengaturan jalan umum meliputi pengaturan jalan secara umum,
pengaturan jalan nasional, pengaturan jalan provinsi, pengaturan jalan
kabupaten dan jalan desa, serta pengaturan jalan kota”
“Pasal 20
Pengaturan jalan kabupaten dan jalan desa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17 meliputi:
a. perumusan kebijakan penyelenggaraan jalan kabupaten dan jalan desa
berdasarkan kebijakan nasional di bidang jalan dengan memperhatikan
keserasian antar daerah dan antar kawasan;
b. penyusunan pedoman operasional penyelenggaraan jalan kabupaten
dan jalan desa;
c. penetapan status jalan kabupaten dan jalan desa; dan
d. penyusunan perencanaan jaringan jalan kabupaten dan jalan desa”
Hal tersebut sebagaimana juga ditegaskan dalam Pasal 57 ayat (1) dan
ayat (3), serta Pasal 62 ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun
2006, yang dikutip sbb :
“Pasal 57
1. Wewenang penyelenggaran jalan ada pada pemerintah dan pemerintah
daerah
2. ……….
3. Wewenang
penyelenggaraan
jalan
oleh
pemerintah
daerah
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi penyelenggaraan jalan
propinsi, jalan kabupaten/kota dan jalan desa”
“Pasal 62
5. Penetapan suatu ruas jalan sebagai jalan desa dilakukan dengan
keputusan bupati yang bersangkutan
Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut, maka terbukti bahwa Surat
Kepala Kantor Pertanahan No. 94-1/200-32.16/II/2014 tertanggal 06
Halaman 23 dari 42 hal. Putusan No. 136/Pdt/2017/PT.BDG.
Februari 2014 dan Peta Bidang Tanah tgl. 20 Agustus 2013, bukan
merupakan penetapan atas kedudukan jalan objek sengketa aquo sebagai
jalan umum. Hal ini karena penetapan status jalan dan kewenangan
penyelenggaran jalan berdasarkan ketentuan tersebut yakni berada pada
Pemerintah Kabupaten dalam hal ini Bupati Bekasi, sedangkan jalan yang
menjadi objek sengketa aquo, tidak pernah ditetapkan oleh Bupati Bekasi
sebagai jalan umum baik berupa jalan desa maupun jalan kabupaten.
Oleh karena tidak ada keputusan Bupati Bekasi yang menetapkan status
jalan yang menjadi objek sengketa aquo sebagai jalan umum sebagaimana
ditentukan dalam ketentuan Undang-Undang No. 38 Tahun 2004 dan
Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006, maka Tergugat tidak dapat
dipersalahkan berdasarkan ketentuan Pasal 11 dan Pasal 12 UndangUndang No. 38 Tahun 2004, sebagaimana didalilkan Penggugat.
b. Bahwa adapun sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang No. 2
Tahun 2012 bahwa pengadaan tanah untuk kepentingan umum termasuk
jalan, dilakukan melalui pengadaan tanah dengan lokasi yang ditetapkan
berdasarkan keputusan Gubernur dan selanjutnya
disertai ganti rugi
kepada pihak yang berhak.
Dalam perkara aquo, tidak pernah ada keputusan Gubernur yang berisi
tentang penetapan sebagian tanah SHGB No. 54/Pasirsari untuk
digunakan sebagai jalan dan Tergugat sebagai pihak yang berhak tidak
pernah menerima ganti kerugian sebagaimana ditentukan, bahkan SHGB
No. 54/Pasirsari masih tetap sah tercatat luas tanahnya adalah 10.000 M2.
Dengan demikian, maka sangat tidak berdasar dalil Penggugat bahwa jalan
objek sengketa adalah jalan yang digunakan untuk kepentingan umum
berdasarkan Surat Kepala Kantor Pertanahan No. 94-1/200-32.16/II/2014
tertanggal 06 Februari 2014 dan Peta Bidang Tanah tgl. 20 Agustus 2013.
c. Bahwa terkait dengan ketentuan Pasal 26 huruf a Perda Bekasi No. 8
Tahun
2005
sebagaimana
didalilkan
Penggugat,
maka
Tergugat
membantah adanya pemasanagan portal melanggar ketentuan tersebut,
karena sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1 huruf i ketentuan tersebut
bahwa Jalan adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum yang
berada di bawah pengelolaan Pemerintah Daerah.
Bahwa oleh karena sebagaimana dijelaskan diatas, bahwa jalan yang
menjadi objek sengketa dalam perkara aquo bukanlah jalan umum,
Halaman 24 dari 42 hal. Putusan No. 136/Pdt/2017/PT.BDG.
sehingga
jalan
tersebut
tidak
berada
di
bawah
pengelolaan
pemerintah Kabupaten Bekasi dan bahkan jalan tersebut dibangun
oleh dan atas biaya Tergugat sendiri, sehingga pemasangan portal atau
hal lain diatas jalan tersebut, bukanlah bentuk pelanggaran atas ketentuan
Pasal 26 huruf a Perda Bekasi No. 8 Tahun 2005.
Berdasarkan hal-hal tersebut, maka mohon kepada Majelis Hakim agar
menolak dalil-dalil Penggugat tersebut karena sangat tidak berdasar hukum.
6. Tergugat tidak menutup jalan yang menjadi objek sengketa aquo dan
jalan yang menjadi objek sengketa aquo bukan merupakan satu-satunya
akses jalan menuju kawasan industri
Dalam gugatannya poin 10 s/d poin 14 dan poin 16, Penggugat pada
pokoknya mendalilkan hal-hal, sbb :
a. Bahwa jalan yang menjadi objek sengketa aquo merupakan satu-satunya
akses jalan yang dapat dilintasi truk-truk pengangkut gas milik Penggugat
dari atau menuju stasiun pengisian gas. Penggugat tidak memungkinkan
untuk mendapatkan akses melalui jalan lain khususnya untuk lalu lintas
kendaraan besar atau truk – truk pengangkut gas, selain melalui Jalan
Bersama yang telah ditutup oleh Tergugat.
b. Bahwa pada tgl. 29 Mei 2015, Tergugat secara sepihak telah menutup
jalan yang menjadi objek sengketa aquo dengan membuat atau
memasang portal jalan sehingga truk-truk pengangkut gas milik Penggugat
tidak dapat melintas.
c. Bahwa Penggugat telah mensomasi Tergugat atas penutupan jalan
bersama namun Tergugat tetap menutup jalan tersebut dengan portal.
d. Bahwa
Tergugat
telah
menanggapi
somasi
Penggugat
dengan
menyatakan bahwa jalan tersebut berada di tanah milik Tergugat sehingga
Tergugat berhak untuk menutup jalan dengan portal dan melarang
kendaraan dengan berat 25 ton atau lebih untuk melintas. Tergugat tidak
memiliki alasan yang jelas untuk membatasi berat kendaraan 25 ton untuk
melintas sehingga patut diduga tindakan Tergugat tersebut merupakan
upaya untuk menghambat bisnis Penggugat dengan menghalang-halangi
masuk keluarnya truk Penggugat.
Halaman 25 dari 42 hal. Putusan No. 136/Pdt/2017/PT.BDG.
Tanggapan :
Tergugat membantah dengan tegas dalil Penggugat tersebut, dengan alasanalasan, sbb :
a. Bahwa jalan di atas tanah Tergugat, bukanlah jalan satu – satunya menuju
tempat Penggugat karena terdapat jalan lain, yaitu Jalan Bangkong Reang
yang menuju jalan Raya Tegal Gede, dan Jalan Bangkong Reang yang
menuju Sungai Kalimalang atau Sungai Tarum Barat. Kedua jalan itu
adalah jalan umum yang dapat dilintasi oleh masyarakat umum termasuk
Penggugat. Hal ini sebagaimana juga telah disampaikan Tergugat melalui
surat balasan No. 132/BNJ/V/2015 tertanggal 29 Mei 2015 dan dipertegas
dengan
Surat
Keterangan
Nomor
140/326/IX/15/Pemb.
tanggal
8
September 2015 yang dikeluarkan oleh Kepala Desa Pasirsari, Pemerintah
Kabupaten Bekasi.
b. Bahwa Tergugat tidak pernah menutup jalan manapun. Apabila yang
dimaksud dengan “menutup” oleh Penggugat adalah terkait pemasangan
portal di atas jalan milik Tergugat, maka hal ini jelas keliru karena Tergugat
hanya memasang portal atas sebagian tanah milik Tergugat dan
memberikan akses jalan seluas kurang lebih 3 (tiga) meter untuk
penduduk sekitar atau siapapun tanpa terkecuali, termasuk juga
Penggugat untuk melintas selama tidak menggunakan kendaraan
bermuatan 25 ton atau lebih.
Lagipula sebagaimana telah ditegaskan oleh Tergugat dalam dalil
sebelumnya diatas bahwa jalan tersebut terletak diatas tanah milik
Tergugat berdasarkan SHGB No. 54/Pasirsari dan jalan tersebut bukan
merupakan jalan umum karena tidak ada penetapan Bupati Bekasi
atas jalan tersebut dan tidak ada pembebasan tanah diatas lahan
tersebut, sehingga adalah hal yang wajar jika Tergugat melakukan
pemasangan portal di atas jalan tersebut, karena berada di atas tanah
miliknya.
c. Bahwa tindakan Tergugat untuk memasang portal tersebut dengan
membatasi kendaraan yang boleh lewat di atas tanah milik Tergugat yakni
dalam rangka perluasan pabrik Tergugat serta untuk menjaga keamanan
pabrik Tergugat karena posisi jalan yang ada dalam tanah Tergugat
tersebut sangat dekat dengan pompa pengisian gas serta untuk mencegah
kerusakan bangunan jalan akibat beban muatan yang berlebihan oleh truk-
Halaman 26 dari 42 hal. Putusan No. 136/Pdt/2017/PT.BDG.
truk yang lewat. Kerusakan jalan akibat truk-truk yang lewat tersebut
selama ini telah merugikan Tergugat dimana Tergugat sudah melakukan
perbaikan atas jalan tersebut dengan nilai perbaikan yang cukup besar.
d. Bahwa
adapun
bukti
bahwa
pemasangan
portal
tersebut
tidak
mengganggu aktivitas masyarakat sekitar, karena masyarakat umum
masih dapat melintasi tanah Tergugat hanya ada pembatasan jumlah
maksimal kendaraan yang boleh melintas, yaitu sebesar maksimal 25 ton,
buktinya Tergugat tidak pernah mendapat protes dari penduduk / warga
sekitar selain dari pada Penggugat yang merasa keberatan dengan tidak
bisa melintasnya truk Penggugat di atas tanah milik Tergugat.
7. Tergugat tidak melakukan perbuatan melawan hukum
Dalam gugatannya poin 15 dan 16 serta poin 20, Penggugat mendalilkan
bahwa Tergugat telah melanggar ketentuan hukum sbb :
a. Pasal 6 dan Penjelasan Umum butir II angka 4 UU Pokok Agraria
b. Pasal 31 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 Tentang Hak Guna
Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah (“PP No. 40
Tahun 1996”)
c. Pasal 671, Pasal 674, Pasal 686 Kitab Undang – Undang Hukum Perdata
(“KUH Perdata”)
Tergugat melanggar ketentuan tersebut karena akibat penutupan jalan,
Penggugat tidak memungkinkan untuk mendapatkan akses melalui jalan lain
khususnya untuk lalu lintas kendaraan besar atau truk – truk pengangkut gas.
Ketentuan tersebut mewajibkan Tergugat dalam pengabdian pekarangan
sehingga Tergugat dilarang untuk menutup jalan tersebut dan wajib
menyediakan jalan untuk dilewati segala jenis kendaraan.
Selain ketentuan tersebut, Tergugat juga melanggar ketentuan, sbb :
a. Pasal 11 ayat (2) dan Pasal 12 ayat (1) Undang – Undang Nomor 38
Tahun 2004 tentang Jalan
b. Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 8 Tahun 2005 tentang
Penyelenggaraan Lalu Lintas Jalan dan Perbengkelan Kendaraan
Bermotor di Wilayah Kabupaten Bekasi. (“ Perda Bekasi No. 8 Tahun
2005”)
Halaman 27 dari 42 hal. Putusan No. 136/Pdt/2017/PT.BDG.
Dengan demikian, maka tindakan Tergugat yang sengaja membangun dan
memasang
portal
penutup
jalan
adalah
perbuatan
melawan
hukum
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 1365 KUHPerdata.
Tanggapan :
Tergugat membantah dengan tegas dalil-dalil Penggugat tersebut dan
menyatakan bahwa Tergugat tidak melakukan perbuatan melawan hukum
karena alasan-alasan, sbb :
a. Tidak ada pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 6 dan Penjelasan Umum
butir II angka 4 UU Pokok Agraria, karena Tergugat tidak menghilangkan
fungsi sosial atas tanah. Hal ini terbukti dari
tindakan Tergugat telah
beritikad baik dan membangun jalan dengan biaya sendiri dengan ukuran
kurang lebih 3 meter yang dapat digunakan untuk kepentingan pengguna
jalan baik pejalan kaki, roda dua maupun roda empat. Hal ini sebagaimana
dapat dilihat dari kondisi di lapangan saat ini dimana jalan tersebut sedang
dalam proses pembangunan dan perbaikan akibat dilintasi oleh truk-truk
Penggugat yang bermuatan besar.
b. Bahwa adapun Tergugat tidak melanggar ketentuan Pasal 31 Peraturan
Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996, Pasal 671KUHPerdata, Pasal 674
KUHPerdata dan Pasal 686 KUHPerdata karena :
1) Jalan di atas tanah Tergugat, bukanlah jalan satu – satunya menuju
tempat Penggugat karena terdapat jalan lain, yaitu Jalan Bangkong
Reang yang menuju jalan Raya Tegal Gede, dan Jalan Bangkong
Reang yang menuju Sungai Kalimalang atau Sungai Tarum Barat.
Kedua jalan itu adalah jalan umum yang dapat dilintasi oleh
masyarakat umum termasuk Penggugat. Dengan demikian maka
posisi Penggugat tidak terkurung dan bisa melakukan aktivitas melalui
jalan lain tersebut.
2) Bahwa di dalam pasal 677 disebutkan sbb :
“Tiap – tiap pengabdian adalah abadi atau tak abadi. Abadilah ia,
manakala penggunaannya berlangsung atau dapat dilangsungkan
terus – menerus, dengan tak memerlukan sesuatu perbuatan manusia;
abadipun misalnya, hak mengalirkan air, hak mengenai selokan, hak
atas pemandangan keluar dan lain – lainnya. Tak Abadilah ia,
manakala penggunaanya memerlukan sesuatu perbuatan manusia
Halaman 28 dari 42 hal. Putusan No. 136/Pdt/2017/PT.BDG.
seperti misalnya, hak melintas pekarangan, hak mengambil air, hak
menggembala ternak dan sebagainya.
Dengan demikian, kalaupun benar ada beban pengabdian pekarangan
atas tanah milik Tergugat, beban tersebut tidaklah abadi sehingga
Tergugat berhak membatasi dan membuat ketentuan tertentu bagi
pihak yang melintas pada tanah milik Tergugat. Perlu diketahui juga
ketentuan larangan melintas untuk truk bermuatan 25 ton keatas
bukan tanpa alasan. Kendaraan besar tersebut membuat kondisi jalan
di atas tanah milik Tergugat cepat rusak sehingga merugikan Tergugat
yang harus selalu mengeluarkan biaya untuk perbaikan jalan dan
membahayakan usaha Tergugat yang bergerak di bidang gas, karena
tembok Tergugat retak-retak akibat getaran kendaraan berat yang
melintas.
3) Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 695 KUHPerdata dan Pasal 696
KUHPerdata
bahwa
pengabdian
pekarangan
dilahirkan
karena
perbuatan perdata atau karena daluarsa dan perbuatan perdata
tersebut harus diumumkan.
Bahwa oleh karena tidak pernah ada perbuatan perdata apapun yang
dilakukan oleh Tergugat maupun pemilik sebelumnya atas tanah
SHGB No. 54/Pasirsari untuk menjadikan jalan tersebut sebagai
pengabdian pekarangan dan tidak ada pengumuman untuk itu, maka
terbukti
bahwa
Tergugat
tidak
melanggar
ketentuan
Pasal
671KUHPerdata, Pasal 674 KUHPerdata dan Pasal 686 KUHPerdata.
4) Tergugat telah beritikad baik dan
membangun jalan dengan biaya
sendiri dengan ukuran kurang lebih 3 meter yang dapat digunakan
untuk kepentingan pengguna jalan baik pejalan kaki, roda dua maupun
roda empat.
c. Bahwa sebagaimana telah didalilkan sebelumnya bahwa oleh karena tidak
ada keputusan Bupati Bekasi yang menetapkan status jalan yang menjadi
objek sengketa aquo sebagai jalan umum sebagaimana ditentukan dalam
ketentuan Undang-Undang No. 38 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah
Nomor 34 Tahun 2006, maka Tergugat tidak dapat dipersalahkan
berdasarkan ketentuan Pasal 11 dan Pasal 12 Undang-Undang No. 38
Tahun 2004, karena jalan tersebut bukan jalan umum.
Halaman 29 dari 42 hal. Putusan No. 136/Pdt/2017/PT.BDG.
Bahwa adapun oleh karena jalan tersebut bukanlah jalan umum sehingga
jalan tersebut tidak berada di bawah pengelolaan pemerintah Kabupaten
Bekasi dan bahkan jalan tersebut dibangun oleh dan atas biaya Tergugat
sendiri, sehingga pemasangan portal atau hal lain diatas jalan tersebut,
bukanlah bentuk pelanggaran atas ketentuan Pasal 26 huruf a Perda
Bekasi No. 8 Tahun 2005.
Berdasarkan tanggapan Tergugat sebagaimana telah diuraikan di atas, jelas
sekali bahwa Tergugat tidak melakukan pelanggaran terhadap ketentuan
hukum yang ada. Oleh karena itu maka gugatan Penggugat harus ditolak.
8. Kerugian Penggugat tidak berdasar
Bahwa dalam gugatannya poin 21, Penggugat pada pokoknya mendalilkan
bahwa akibat perbuatan melawan hukum Tergugat maka Penggugat
mengalami kerugian materiil sebesar Rp. 13.393.218.529.52 dan USD
131.631.80 dengan bunga 6 % per tahun serta kerugian imateriil sebesar Rp.
10.000.000.000,-.
Tanggapan :
Bahwa sebagaimana telah didalilkan diatas bahwa pemasangan portal
tersebut bukan merupakan perbuatan melawan hukum, karena jalan tersebut
bukan jalan umum dan bukan pengabdian pekarangan sehingga kerugian
yang didalilkan oleh Penggugat tersebut sangat tidak ada relevansinya dan
tidak berdasar hukum dituntutkan kepada Tergugat. Oleh karenanya mohon
kepada Majelis Hakim agar menolak tuntutan ganti rugi tersebut.
Bahwa dalil yang diungkapkan dalam posita gugatan dan petitum gugatan
Penggugat bertentangan dan mengada-ada, karena dalam positanya,
Penggugat sudah mendalilkan telah menemukan tempat stasuin pengisian gas
baru dan telah mengklaim harus membayar sewa dan membangun stasiun
pengisian yang baru, tetapi di petitumnya halaman 10 butir 5 a).1)Penggugat
menyatakan jumlah kerugian akan terus bertambah tiap bulannya s/d
pemenuhan kewajiban oleh Penggugat. Karena posita dan petitum Penggugat
saling bertentangan, maka gugatan Penggugat harus ditolak.
Bahwa apabila Penggugat harus memindahkan tempat usahanya, seharusnya
Penggugat mengajukan gugat ganti rugi kepada Pemilik Tanah yang
disewanya, yaitu PT Prisma Agung Realty, karena tidak memberikan informasi
yang benar mengenai akses jalan ke tempat yang disewakan. Tergugat tidak
Halaman 30 dari 42 hal. Putusan No. 136/Pdt/2017/PT.BDG.
memiliki hubungan hukum dengan Penggugat, pemasangan portal adalah di
atas tanah Tergugat sendiri dan di atas tanah tersebut bukan merupakan jalan
umum. Oleh karenanya gugatan ganti rugi yang diajukan oleh Penggugat,
tidak relevan diajukan kepada Tergugat, sehingga harus ditolak.
Sedangkan mengenai ganti rugi imaterril yang dituntut oleh Penggugat juga
tidak berdasar hukum, dalam gugatan ganti rugi imateriil tersebut, Penggugat
mendalilkan hilangnya kesempatan untuk mendapatkan konsumen baru dalam
ganti rugi imateriil, sehingga harus ditolak.
Pengertian ganti rugi imateriil dalam gugatan perbuatan melawan hukum
adalah ganti rugi pemulihan kepada keadaan semula, berdasarkan kedudukan
sosial ekonomis kedua belah pihak, sesuai Pasal 1372KUHPer, dengan
didalilkannya hilangnya kesempatan untuk mendapatkan konsumen baru sama
artinya dengan keuntungan yang diperoleh sekiranya perjanjian terpenuhi. Hal
mana merupakan dasar tuntutan ganti rugi dalam wanprestasi.Dengan
dicampuradukkannya wanprestasi dengan perbuatan melawan hukum dalam
perkara aquo oleh Penggugat, membuktikan bahwa gugatan penggugat
obscuur libel, sehingga harus ditolak.
9. Petitum tidak didukung oleh posita
Bahwa gugatan yang diajukan oleh Penggugat antara petitum dan posita
saling tidak mendukung. Hal ini terbukti dari petitum nomor 3 yang antara lain
meminta jalan yang menjadi objek sengketa ditetapkan sebagai jalan bersama
untuk
kepentingan
umum,
namun
dalam
positanya Penggugat tidak
menguraikan dasar dan alasan tuntutan tersebut. Demikian halnya dengan
posita nomor 4 yang meminta agar Tergugat dihukum membongkar portal
yang menutup jalan, namun dalam positanya tidak diuraikan alasan-alasan
yang mendukung permohonan tersebut.
Dalam posita ganti kerugian, Penggugat menyatakan sudah menemukan
tempat baru dan telah membangun pengisian bahan bakar baru, namun
Penggugat tetap meminta ganti rugi yang terus bertambah s/d pemenuhan
kewajiban oleh Tergugat. Oleh karena posita dan petitum Penggugat saling
bertentangan, maka gugatan Penggugat harus ditolak.
10. Sita jaminan harus ditolak
Bahwa dalam gugatannya poin 22, Penggugat pada pokoknya meminta agar
diletakan sita jaminan atas kekayaan Tergugat berupa :
Halaman 31 dari 42 hal. Putusan No. 136/Pdt/2017/PT.BDG.
a. Sebidang tanah dan bangunan yang terletak di Jl Jembatan Tegal Gede,
Pasir Sari, Cikarang Sekatan, Bekasi, Jawa Barat berdasarkan SHGB No.
54
b. Kendaraan
c. Mesin-mesin dan perlatan kantor
d. Harta kekayaan lain
Tanggapan :
Tergugat membatah dengan tegas dalil Penggugat tersebut, dengan alasan
bahwa menyangkut sita jaminan telah diatur dalam Pasal 227 HIR, yang
antara lain harus memenuhi syarat, sebagai berikut:
a. Adanya persangkaan yang beralasan.
b. Tergugat akan menggelapkan barang-barangnya.
c. Dengan maksud menjauhkan barang-barang tersebut dari kepentingan
Penggugat.
Bahwa dalam perkara aquo, terbukti bahwa gugatan Penggugat kepada
Tergugat salah pihak dan dalam perkara aquo tidak terbukti adanya dugaan
bahwa Tergugat akan menggelapkan atau menjauhkan harta benda milik
Tergugat, karena harta benda tersebut jelas berada dalam kawasan industri
sehigga mohon kepada Majelis Hakim agar menolak permohonan sita jaminan
tersebut.
11. Permohonan putusan serta merta (Uitvoerbaar Bij Voorraad) tidak
berdasar
Bahwa dalam gugatan Penggugat poin 23, menyatakan bahwa gugatan ini
didasarkan bukti-bukti yang tidak dapat disangkal kebenarannya oleh
Tergugat, oleh karena itu putusan dalam perkara ini dapat dijalankan lebih
dahulu, walaupun Tergugat banding, kasasi atau verzet.
Tanggapan :
Bahwa oleh karena dalam gugatan Penggugat, terbukti bahwa hanya
didasarkan pada asumsi dan telah dibantah oleh Tergugat serta disisi lain
gugatan Penggugat tidak didasarkan oleh bukti yang otentik sehingga
permohonan putusan serta merta yang diajukan Penggugat, harus ditolak.
Halaman 32 dari 42 hal. Putusan No. 136/Pdt/2017/PT.BDG.
B. DALAM REKONPENSI
1. Bahwa hal-hal yang termasuk dalam konpensi mohon dianggap termasuk
juga dalam rekonpensi ini.
2. Bahwa sejak Penggugat Rekonpensi membeli tanah SHGB No. 54/Pasirsari
tahun 2013, truk pengisian gas Tergugat Rekonpensi setiap hari melewati dan
melakukan manuver di atas tanah Penggugat Rekonpensi, dimana berat truk
container 40 ft tersebut kurang lebih di atas 30 ton, sehingga mengakibatkan
kerusakan pada tanah Penggugat Rekonpensi dan juga menimbulkan getaran,
sehingga pagar beton Penggugat Rekonpensi retak-retak.
3. Bahwa sekitar Mei 2013, Penggugat Rekonpensi memperbaiki jalan yang
berada di atas tanahnya dengan jalan memasang paving di atas tanahnya
seluas + 2.161 m2 dan jalan beton seluas +720 m2, serta membuat pagar
beton dengan tinggi + 2,4 m pada tahun 2013 dan menghabiskan dana
sebesar Rp. 2.361.029.292.33, dengan perincian, sbb:
-
Pekerjaan jalan paving K-400 seluas 2.161m2
Rp.1.166.398.000,00
-
Pekerjaan jalan beton seluas 720 m2
Rp. 733.466.505,33
-
Pekerjaan pagar beton dengan tinggi 2,4 m
Rp. 461.164.787,00
Bahwa dalam tahap pembangunan jalan paving dan jalan beton di atas
tanahnya, kendaraan Tergugat Rekonpensi, terutama truk containernya, masih
melewati jalan yang sedang dibangun dan hal tersebut berlangsung 24 jam.
4. Bahwa dengan tingginya mobilitas truk container Tergugat Rekonpensi
melewati tanah Penggugat Rekonpensi, mengakibatkan paving yang baru
dibangun tahun 2013 hancur dan jalan beton juga berlubang-lubang, bahkan
yang lebih parah ialah tembok beton yang baru dibangun juga retak-retak.
Selain itu, akibat intensitas keluar masuknya truk container milik Tergugat
Rekonpensi yang cukup tinggi, mengakibatkan jembatan milik Pertamina yang
lokasinya berada di dekat tanah Penggugat Rekonpensi yang dibawahnya
terdapat pipa gas mengalami kerusakan yang mana dapat membahayakan
lingkungan dan penduduk sekitar.
Bahwa atas kerusakan jembatan milik Pertamina tersebut Penggugat
Rekonpensi ditunjuk oleh Pertamina untuk melakukan perbaikan dengan biaya
sebesar Rp. 4.763.616.655,11
Bahwa sehubungan dengan kejadian tersebut Penggugat Rekonpensi
membatasi jumlah kendaraan yang lewat di atas tanahnya agar kerusakan
tidak bertambah parah, karena beban berlebih dari truk-truk yang lewat, maka
Halaman 33 dari 42 hal. Putusan No. 136/Pdt/2017/PT.BDG.
Penggugat Rekonpensi memasang portal untuk membatasi akses masuk truk
dengan muatan lebih dari 25 ton, namun kendaraan lain dan milik siapapun
masih boleh melewati tanah Penggugat Rekonpensi.
5. Bahwa akibat rusaknya paving dan jalan beton sebagaimana dimaksud dalam
butir 3 tersebut di atas, Penggugat Rekonpensi terpaksa harus memperbaiki
ulang jalan paving, jalan beton dan tembok, dengan perincian, sbb:
a. Memperbaiki jalan selebar + 3 m dan melakukan pekerjaan pagar
pembatas jalan tengah, pekerjaan pagar pembatas jalan luar
pekerjaan jalan paving seluas kurang lebih
dan
402,5 m2 dengan biaya
sebesar Rp. 340.000.000,-.
b. Memperbaiki sisa jalan selebar + 7 m (posisi di sebelah Barat jalan baru
selebar + 3m) , seluas + 1700 m2, serta tembok beton dengan biaya
kurang lebih sebesar Rp. 2.000.000.000,6. Bahwa pada bulan Agustus 2015, Tergugat Rekonpensi menginformasikan
berita yang tidak benar pada khalayak ramai khususnya di dunia bisnis Migas,
yaitu dengan memberikan press release yang intinya menyatakan
“Penggugat Rekonpensi secara sepihak mendirikan penghalang jalan/portal
sehingga menutup satu-satunya jalan umum yang mengakses kawasan
industry dimana stasiun IEV Gas berada”.
Bahwa informasi yang diberikan oleh Tergugat Rekonpensi kepada khalayak
ramai, terutama di media gas, mengenai Penggugat Rekonpensi mendirikan
jalan/portal sehingga menutup satu-satunya jalan umum yang mengakses
kawasan industry dimana stasiun IEV Gas berada adalah pernyataan yang
menyesatkan dan merugikan Penggugat Rekonpensi.
Berita tersebut tidak benar, dengan alasan, sbb:
a. Portal berada di atas tanah milik Penggugat Rekonpensi pribadi;
b. Tidak benar portal didirikan di atas jalan umum, itu adalah tanah pribadi
Penggugat Rekonpensi;
c. Tanah yang disebut “jalan umum” oleh Tergugat Rekonpensi, bukan
merupakan
jalan tapi adalah tanah Penggugat Rekonpensi, masih ada
jalan lain, yaitu Jalan Bangkong Reang yang menuju jalan Raya Tegal
Gede, dan Jalan Bangkong Reang yang menuju Sungai Kalimalang atau
Halaman 34 dari 42 hal. Putusan No. 136/Pdt/2017/PT.BDG.
Sungai Tarum Barat. Kedua jalan itu adalah jalan umum yang dapat
dilintasi oleh masyarakat umum termasuk Tergugat Rekonpensi;
7. Bahwa akibat press release yang diungkapkan oleh Tergugat Rekonpensi
pada saat itu, mengakibatkan
Penggugat Rekonpensi kehilangan 2 calon
pelanggannya yang berencana akan mengambil gas dari Penggugat
Rekonpensi sebanyak 300.000 m3/ bulan selama 3 tahun dengan nilai kontrak
Rp. 2.000.000.000,- (dua miliar rupiah)/bulan= Rp. 72 miliar
8. Bahwa akibat berita tidak benar yang disebarkan oleh Tergugat Rekonpensi
tersebut,
berdampak
terhadap
reputasi
dan
nama
baik
Penggugat
Rekonpensi, sehingga mengakibatkan Penggugat Rekonpensi
kehilangan
harkat, martabat dan nama baiknya di dunia bisnis gas yang tidak dapat dinilai
dengan uang, namun jika dinilai dengan uang sebesar Rp. 15.000.000.000
(Lima belas miliar rupiah)
9. Bahwa oleh karena terbukti tindakan Tergugat Rekonpensi tersebut bersifat
menghasut masyarakat yang menimbulkan kerugian kepada Penggugat
Rekonpensi, maka pantas dan layak agar Majelis Hakim memerintahkan
Tergugat
Rekonpensi
untuk
mengembalikan
nama
baik
Penggugat
Rekonpensi, dengan cara mengumumkan permohonan maaf secara terbuka di
surat kabar Harian Kompas kepada Tergugat Rekonpensi dengan
ukuran
minimal setengah halaman paling lambat 2 minggu sejak putusan berkekuatan
hukum tetap.
10. Bahwa perbuatan Tergugat Rekonpensi tersebut di atas telah menimbulkan
kerugian bagi Penggugat Rekonpensi, sehingga Tergugat Rekonpensi harus
dihukum untuk membayar ganti kerugian yang terdiri dari:
a. Kerugian materiil sebesar Rp. 81.464.645.947,4, dengan perincian, sbb:
1) Biaya pemasangan paving di atas tanah SHGB NO. 54/Pasirsari seluas
2.161 m2 dan jalan beton seluas 720 m2, serta membuat pagar beton
dengan tinggi 2,4 m pada tahun 2013, menghabiskan dana sebesar Rp.
2.361.029.292.33, dengan perincian, sbb:
-
Pekerjaan
jalan
paving
K-400
seluas
2.161m2
Rp.1.166.398.000,00
-
Pekerjaan jalan beton seluas 720 m2
Rp. 733.466.505,33
-
Pekerjaan pagar beton
dengan tinggi 2,4 m
Rp. 461.164.787,00
Halaman 35 dari 42 hal. Putusan No. 136/Pdt/2017/PT.BDG.
2) Biaya perbaikan jalan selebar + 3 m dan melakukan pekerjaan pagar
pembatas jalan tengah, pekerjaan pagar pembatas jalan luar
dan
pekerjaan jalan paving seluas kurang lebih 402,5 m2 pada tahun 2015
dengan biaya sebesar Rp. 340.000.000,-.
3). Biaya perbaikan kerusakan jembatan akses SK Gas Pertamina KP
66.100 tersebut sebesar Rp. 4.763.616.655,11.
4). Biaya perbaikan sisa jalan selebar + 7 m (posisi di sebelah Barat jalan
baru selebar + 3m) , seluas 1700 m2
dengan biaya kurang lebih
sebesar Rp. 2.000.000.000,5). Penggugat Rekonpensi kehilangan 2 calon pelanggannya yang
berencana akan mengambil gas dari Penggugat Rekonpensi sebanyak
300.000 m3/ bulan selama 3 tahun dengan nilai kontrak Rp.
2.000.000.000,- (dua miliar rupiah)/bulan= Rp. 72.000.000.000,b. Kerugian imateriil
Bahwa akibat berita tidak benar yang disebarkan oleh Tergugat
Rekonpensi tersebut, berdampak terhadap reputasi dan nama baik
Penggugat Rekonpensi, sehingga mengakibatkan Penggugat Rekonpensi
kehilangan harkat, martabat dan nama baiknya di dunia bisnis gas yang
tidak dapat dinilai dengan uang, namun jika dinilai dengan uang sebesar
Rp. 15.000.000.000 (Lima belas miliar rupiah)
11. SITA JAMINAN
Bahwa untuk menjamin gugatan ini tidak illusoir, karena dikhawatirkan
Tergugat Rekonpensi akan mengalihkan harta kekayaannya, maka mohon
kepada Pengadilan Negeri Bekasi agar meletakkan sita jaminan atas harta
kekayaan Tergugat Rekonpensi baik benda bergerak maupun benda tetap,
daftar mana akan diajukan dalam permohonan tersendiri.
12. UIT VOERBAAR BIJ VOORRAAD
Bahwa mengingat gugatan rekonpensi ini didasarkan pada bukti-bukti otentik,
maka sesuai dengan Pasal 180HIR, patut diputuskan dan dijalankan terlebih
dahulu meskipun ada perlawanan, banding maupun kasasi.
13. DWANGSOM (UANG PAKSA)
Bahwa dikhawatirkan Tergugat Rekonpensi tidak melaksankan kewajibannya
untuk memasang pengumuman permintaan maaf di surat kabar harian
Halaman 36 dari 42 hal. Putusan No. 136/Pdt/2017/PT.BDG.
Kompas secara suka rela meskipun sudah ada putusan, maka adalah pantas
apabila Tergugat rekonpensi membayar uang paksa sebesar Rp. 10.000.000,per
hari
terhitung
sejak
lalainya
Tergugat
Rekonpensi
memasang
pengumuman Koran dimaksud.
C.
PERMOHONAN
Berdasarkan hal-hal tersebut, mohon Majelis Hakim memutuskan sbb :
i. DALAM KONPENSI
Dalam eksepsi
1. Menerima eksepsi Tergugat untuk seluruhnya
2. Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima.
Dalam pokok perkara
Primer :
1. Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya.
2. Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara.
ii. DALAM REKONPENSI
1. Mengabulkan
seluruh
gugatan
Penggugat
Rekonpensi/Tergugat
Konpensi;
2. Menyatakan sita jaminan sah dan berharga;
3.
Menghukum Tergugat Rekonpensi untuk membayar ganti kerugian
pada Penggugat Rekonpensi, yang terdiri dari:
a. Kerugian materiil sebesar Rp. 81.464.645.947,4, dengan perincian,
sbb:
1) Biaya pemasangan paving di atas tanah SHGB NO. 54/Pasirsari
seluas 2.161 m2 dan jalan beton seluas 720 m2, serta membuat
pagar
beton
dengan
tinggi
2,4
m
pada
tahun
menghabiskan dana sebesar Rp. 2.361.029.292.33,
2013,
dengan
perincian, sbb:
-
Pekerjaan
jalan
paving
K-400
seluas
2.161m2
Rp.1.166.398.000,00
-
Pekerjaan jalan beton seluas 720 m2
Rp. 733.466.505,33
-
Pekerjaan pagar beton
dengan tinggi 2,4 m
Rp. 461.164.787,00
Halaman 37 dari 42 hal. Putusan No. 136/Pdt/2017/PT.BDG.
2). Biaya perbaikan jalan selebar + 3 m dan melakukan pekerjaan
pagar pembatas jalan tengah, pekerjaan pagar pembatas jalan
luar dan pekerjaan jalan paving seluas kurang lebih 402,5 m2
pada tahun 2015 dengan biaya sebesar Rp. 340.000.000,-.
3). Biaya perbaikan kerusakan jembatan akses SK Gas Pertamina
KP 66.100 tersebut sebesar Rp. 4.763.616.655,11.
4). Biaya perbaikan sisa jalan selebar + 7 m (posisi di sebelah Barat
jalan baru selebar + 3m) , seluas 1700 m2 dengan biaya kurang
lebih sebesar Rp. 2.000.000.000,5). Penggugat Rekonpensi kehilangan 2 calon pelanggannya yang
berencana akan mengambil gas dari Penggugat Rekonpensi
sebanyak 300.000 m3/ bulan selama 3 tahun dengan nilai
kontrak Rp. 2.000.000.000,- (dua miliar rupiah)/bulan= Rp.
72.000.000.000,b. Kerugian imateriil
Bahwa akibat berita tidak benar yang disebarkan oleh Tergugat
Rekonpensi tersebut, berdampak terhadap reputasi dan nama baik
Penggugat
Rekonpensi,
Rekonpensi
kehilangan
sehingga
mengakibatkan
Penggugat
harkat, martabat dan nama baiknya di
dunia bisnis gas yang tidak dapat dinilai dengan uang, namun jika
dinilai dengan uang sebesar Rp. 15.000.000.000 (Lima belas miliar
rupiah)
4.
Menghukum Tergugat Rekonpensi membayar uang paksa sebesar Rp.
10.000.000,-/ tiap hari pelanggaran.
5. Menghukum Tergugat rekonpensi untuk
memasang pengumuman
permohonan maaf kepada penggugat rekonpensi di surat kabar Harian
Kompas ukuran minimal setengah halaman paling lambat 2 minggu
sejak putusan berkekuatan hukum tetap.
6. Menyatakan putusan ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu walaupun
ada verzet, banding dan kasasi.
7. Menghukum Tergugat Rekonpensi membayar biaya perkara.
Subsider :
Ex aequo et bono
Halaman 38 dari 42 hal. Putusan No. 136/Pdt/2017/PT.BDG.
Menimbang, bahwa atas jawaban Tergugat tersebut Penggugat mengajukan
Replik tanggal 22 Desember 2015 dan atas Replik tersebut, Tergugat mengajukan
Duplik tanggal 18 Januari 2016;
Membaca serta memperhatikan uraian-uraian tentang hal yang tercantum
dalam turunan resmi putusan Pengadilan Negeri Bekasi tanggal 29 Juni 2016, Nomor
354/Pdt.G/2015/PN.Bks., yang amar selengkapnya sebagai berikut :
DALAM KONPENSI :
DALAM EKSEPSI :
-
Menolak eksepsi Tergugat seluruhnya.
DALAM POKOK PERKARA :
-
Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya.
DALAM REKONPENSI :
-
Menolak gugatan rekonpensi untuk seluruhnya.
DALAM KONPENSI DAN DALAM REKONPENSI :
-
Menghukum Penggugat Konpensi/Tergugat Rekonpensi untuk membayar biaya
perkara ini sebesar Rp2.211.000,- (dua juta dua ratus sebelas ribu rupiah).
-
Menghukum Penggugat Rekonpensi/Tergugat Konpensi yang ditentukan nihil.
Mengingat akan Akta/Risalah Pernyataan permohonan Banding Nomor
354/Pdt.G/2015/PN.BKS. Jo. No. 63/Bdg/2016/PN.Bks., yang dibuat oleh Wakil
Panitera Pengadilan Negeri Bekasi yang menerangkan, bahwa pada hari Rabu
tanggal 13 Juli 2016, Pembanding semula Penggugat dengan perantaraan kuasanya
tersebut diatas telah mengajukan permohonan banding terhadap putusan Pengadilan
Negeri tersebut, permohonan banding mana telah diberitahukan dengan seksama
pada tanggal 16 Februari 2017 kepada Terbanding, semula Tergugat ;
Memperhatikan memori banding yang diajukan Kuasa Pembanding semula
Penggugat tertanggal 10 Oktober 2016 yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan
Negeri Bekasi pada tanggal 10 Oktober 2016, memori banding mana pada tanggal 15
Nopember 2016 telah diberitahukan dengan seksama dan diserahkan kepada
Terbanding, semula Tergugat ;
Memperhatikan kontra memori banding yang diajukan Kuasa Terbanding,
semula Tergugat tertanggal 1 Desember 2016 yang diterima di Kepaniteraan
Pengadilan Negeri Bekasi pada tanggal 1 Desember 2016, kontra memori banding
Halaman 39 dari 42 hal. Putusan No. 136/Pdt/2017/PT.BDG.
mana pada tanggal 14 Februari 2017 telah diberitahukan dengan seksama dan
diserahkan kepada Pembanding, semula Penggugat ;
Menimbang, bahwa sebelum berkas perkara dikirim ke Pengadilan Tinggi
Jawa Barat di Bandung guna pemeriksaan dalam tingkat banding, kepada para pihak
berperkara telah diberikan kesempatan untuk mempelajari dan memeriksa berkas
perkaranya di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Bekasi, yaitu masing-masing pada
tanggal 26 September 2016 kepada Pembanding semula Penggugat dan pada
tanggal 28 September 2016 kepada Terbanding semula Tergugat ;
TENTANG PERTIMBANGAN HUKUMNYA :
Menimbang, bahwa putusan Pengadilan Negeri Bekasi tersebut dijatuhkan
pada tanggal 29 Juni 2016 dengan dihadiri oleh
Pembanding
dan
Kuasa
Hukum
Kuasa Hukum Penggugat/
Tergugat/Terbanding.
Dengan
perantaraan
kuasanya, Pembanding/Penggugat tersebut telah mengajukan permohonan banding
pada tanggal 13 Juli 2016, dengan demikian permohonan banding tersebut diajukan
dalam tenggang waktu dan menurut
tata cara yang ditentukan dalam Undang-
undang, oleh karena itu secara formal permohonan banding tersebut dapat diterima ;
Menimbang, bahwa dalam memori bandingnya, kuasa Pembanding, semula
Penggugat telah mengajukan keberatan sebagaimana termuat dalam Memori
Bandingnya yang pada pokoknya sebagai berikut :
Bahwa Pembanding/Penggugat sangat keberatan dengan isi Putusan, baik mengenai
pertimbangan hukum maupun amar putusannya, dengan alasan sebagai berikut :
- Judex factie tingkat pertama salah dalam mempertimbangkan hasil pemeriksaan
setempat karena tidak sesuai dengan fakta mengenai pemeriksaan setempat yang
seharusnya didasarkan pada Bukti dari Pembanding/Penggugat ;
- Pertimbangan hukum judex factie tingkat pertama mengandung inkonsistensi
sehingga putusan tersebut harus dibatalkan ;
- Telah terbukti terdapat jalan bersama pada tanah Sertifikat HGB No. 54/1996
Pasirsari yang diakui oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Bekasi ;
- Judex factie tingkat pertama tidak mempertimbangkan tentang Hak Pengabdian
Pekarangan (Servituut) yang telah dilanggar oleh Terbanding/Tergugat, tidak
menerapkan asas Audi Et Alteram Partem dan tidak mempertimbangkan
permohonan sita jaminan yang diajukan Pembanding/Penggugat ;
Halaman 40 dari 42 hal. Putusan No. 136/Pdt/2017/PT.BDG.
Menimbang, bahwa kuasa Terbanding/Tergugat telah mengajukan Kontra
Memori Bandingnya yang pada pokoknya pertimbangan judex factie tingkat pertama
telah tepat dan benar, oleh karena itu Terbanding/Tergugat mohon agar Pengadilan
Tinggi menguatkan putusan Pengadilan Negeri Bekasi tanggal 29 Juni 2016, Nomor
354/Pdt.G/2015/PN.Bks. ;
Menimbang, bahwa Pengadilan Tinggi setelah memeriksa dan meneliti serta
mencermati dengan seksama berkas perkara beserta turunan resmi
putusan
Pengadilan Negeri Bekasi tanggal 29 Juni 2016, Nomor 354/Pdt.G/2015/PN.Bks.,
memori banding dari Pembanding semula Penggugat dan kontra memori banding
dari Terbanding, semula Tergugat, maka Pengadilan Tinggi dapat menyetujui dan
membenarkan Putusan Hakim tingkat pertama oleh karena dalam pertimbanganpertimbangan hukumnya telah memuat dan menguraikan dengan tepat dan benar
semua keadaan serta alasan-alasan yang menjadi dasar dalam putusan
dan
dianggap telah tercantum pula dalam putusan tingkat banding ;
Menimbang, bahwa setelah membaca serta memperhatikan dan mencermati
dengan seksama surat Memori Banding, yang diajukan oleh Pembanding, semula
Penggugat dan kontra memori banding dari Terbanding, semula Tergugat, ternyata
tidak terdapat hal-hal baru yang perlu dipertimbangkan lagi ;
Menimbang, bahwa dengan hal demikian maka pertimbangan-pertimbangan
hukum Hakim tingkat pertama tersebut diambil alih dan dijadikan dasar didalam
pertimbangan putusan Pengadilan Tinggi sendiri, sehingga putusan Pengadilan
Negeri Bekasi tanggal 29 Juni 2016, Nomor 354/Pdt.G/2015/PN.Bks. dapat
dipertahankan dalam peradilan tingkat banding dan oleh karenanya harus dikuatkan ;
Menimbang, bahwa oleh karena pihak Pembanding, semula Penggugat tetap
dipihak yang kalah, baik dalam peradilan tingkat pertama maupun ditingkat banding,
maka semua biaya perkara dalam kedua tingkat peradilan dibebankan kepadanya ;
Mengingat Undang-undang Nomor 20 Tahun 1947 tentang Pemeriksaan
Ulang di Jawa dan Madura, Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman serta Ketentuan-ketentuan per Undang-undangan yang
terkait ;
MENGADILI:
-
Menerima permohonan banding dari Pembanding, semula Penggugat ;
-
Menguatkan putusan Pengadilan Negeri Bekasi tanggal 29 Juni 2016,
Nomor 354/Pdt.G/2015/PN.Bks., yang dimohonkan banding tersebut ;
Halaman 41 dari 42 hal. Putusan No. 136/Pdt/2017/PT.BDG.
-
Menghukum Pembanding, semula Penggugat untuk membayar ongkos
perkara yang timbul di kedua tingkat peradilan dan ditingkat banding
ditetapkan sebesar Rp. 150.000,00 (seratus lima puluh ribu rupiah) ;
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim Tinggi
Pengadilan Tinggi Jawa Barat pada hari : Selasa tanggal 2 Mei 2017 oleh kami
KAREL TUPPU, S.H., M.H., sebagai Ketua Majelis,
A. FADLOL TAMAM, S.H.
M.Hum., dan AMRIL, S.H. M.Hum., Hakim Tinggi Pengadilan Tinggi Jawa Barat
sebagai Hakim Anggota yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan Tinggi Jawa Barat
untuk memeriksa dan mengadili perkara ini dalam Tingkat Banding. Putusan mana
pada hari Senin tanggal 15 Mei 2017 diucapkan dalam persidangan yang terbuka
untuk umum oleh Hakim Ketua dengan dihadiri oleh Hakim-hakim Anggota tersebut
dengan dibantu oleh MARDONO, S.H., M.H., Panitera Pengganti Pengadilan Tinggi
Jawa Barat, tanpa dihadiri oleh kedua belah pihak yang berperkara.HAKIM ANGGOTA,
HAKIM KETUA MAJELIS,
Ttd
Ttd
A. FADLOL TAMAM, S.H., M.Hum.
KAREL TUPPU, S.H., M.H.
Ttd
A M R I L, S.H., M.Hum.
PANITERA PENGGANTI,
Ttd
MARDONO, S.H., M.H.
Perincian biaya perkara :
Redaksi putusan
Meterai
Pemberkasan
Jumlah
Rp. 5.000,Rp. 6.000,Rp. 139.000,Rp. 150.000.- (seratus lima puluh ribu rupiah)
Halaman 42 dari 42 hal. Putusan No. 136/Pdt/2017/PT.BDG.
Download