BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan kebutuhan hidup manusia yang dipicu oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terus mengalami perkembangan dari zaman ke zaman. Semakin banyaknya kebutuhan hidup manusia, semakin menuntut pula terjadinya peningkatan gaya hidup (lifestyle). Sebagai dampaknya, hal ini menuntut setiap orang untuk selalu up to date. Dalam masyarakat modern, semua manusia adalah perfomer. Setiap orang bisa memainkan peran mereka sendiri. Gaya pakaian, pilihan bahasa, musik hingga segala macam aksesoris yang menempel. Pilihan-pilihan kegiatan yang dilakukan adalah bagian dari pertunjukkan identitas dan kepribadian diri. Salah satu gaya tampilan tubuh adalah tato.1Dalam bahasa Indonesia, kata tattoo merupakan pengindonesiaan dari kata “tattoo” yang berarti goresan, gambar, atau lambang yang membentuk sebuah desain pada kulit tubuh. Konon kata “ tato ” berasal dari bahasa Tahiti, yakni “tattau” yang berarti menandai, dalam arti bahwa tubuh ditandai dengan menggunakan alat berburu yang runcing untuk memasukkan zat pewarna dibawah permukaan kulit2. Pada kajian ilmu komunikasi, tato merupakan bagian dari dandanan seseorang atau bisa juga sebagai aksesoris menetap pada tubuh penggunanya. Tato merupakan bagian dari komunikasi nonverbal karena pada tato terdapat 1 2 Hatib Abdul Kadir Olong. TATO. Yogyakarta: LkiS. 2006 hal 2 Ibid. 83-84 1 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2 simbol-simbol atau gambar-gambar yang mengkomunikasikan suatu pesan pada siapapun yang melihatnya. Tato dalam konteks komunikasi nonverbal merupakan bagian dari pesan artifaktual. Pentingnya peran busana, pakaian, dandanan,dan perhiasan dalam proses komunikasi insani telah mendapatkan sorotan dari beberapa penelit. Busana, pakaian, kostum, dan dandanan adalah bentuk komunikasi artifaktual (artifactual communication). Dalam buku-buku pengantar komunikasi, komunikasi artifaktual biasanya didefinisikan sebagai komunikasi yang berlangsung melalui pakaian dan penataan pelbagai artefak, misalnya pakaian, dandanan, barang perhiasan, kancing baju, atau furnitur dirumah anda dan penataannya, ataupun dekorasi ruang anda. Karena fashion, pakaian atau busanamenyampaikan pesan-pesan nonverbal, ia termasuk komunikasi mengomunikasikan nonverbal3. pesan tentang Demikian anda, seperti pula pada perhiasan anda seseorang yang menggunakan tato pada tubuhnya. Di Indonesia sendiri Orang Mentawai sudah mentato badan sejak kedatangan mereka ke pantai barat Sumatera. Bangsa Proto Melayu ini datang dari daratan Asia, pada Zaman Logam, 1500 SM – 500 SM. Itu artinya, tato mentawailah yang tertua di dunia. Bukan tato Mesir, sebagaimana disebut-sebut berbagai buku.4 Fenomena tato bukan dilahirkan dari sebuah tabung dunia yang bernama modern dan perkotaan.Secara historis, tatto lahir dan berasal dari budaya 3 Malcolm Barnard. Fashion sebagai Komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra . 2011 hal vi-vii Nalendra Ayu Pratista H.R. Makna Komunikasi Simbolik pada Tattoo bagi Wanita Pengguna Tattoo di Surabaya. Skripsi. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 2013 hal 2 4 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 3 pedalaman, tradisional, bahkan dapat dikatakan kuno5. Keberadaan Tatto pada masyarakat modern perkotaan mengalami perubahan makna, Tatto berkembang menjadi budaya popular oleh kaum muda dianggap symbol kebebasan dan keragaman. Akan tetapi ada beberapa orang yang memandang tato sebagai hal yang negatif.6 Tato telah menjadi fenomena kebudayaan massif yang menimbulkan kesan interpretatif. Kegiatan interpretatif inilah yang disinggung oleh Geertz (1973): kebudayaan adalah jalinan makna di mana manusia menginterpretasikan pengalamannya dan selanjutnya hal tersebut menuntun tingkah lakunya. Ketika manusia menambahi, mengurangi, dan mengubah bagian tubuhnya maka akan memunculkan simbol ataupun makna semiotik yang dapat dibaca dengan bergam makna7. Saat ini tato banyak digunakan dikalangan masyarakat, tidak hanya kaum laki-laki tetapi juga menarik perhatian kaum perempuan. Walaupun banyak persepsi buruk seputar tato, terutama perempuan dengan tato, namun tak bisa disangkal bahwa tato bisa jadi sangat indah dan menarik. Meskipun medianya berbeda dengan seni yang lain, tato tetaplah seni yang digunakan oleh para pemiliknya untuk menyampaikan pesan, isi hati, dan menunjukkan jati diri mereka8.Tato kecenderungan memberikan wacana baru sebagai bentuk gaya hidup. Pemilihan kata gaya hidup pun akan semakin menjelaskan tato sebagai 5 Olong, op.cit., 7 Ibid. 15 7 Ibid. 3-4 8 Nilam Suri (2015, 15 Desember). Kenapa Wanita Bertato Lebih Percaya Diri?. Liputan 6 [online]. Diakses pada tanggal 16 Februari 2017. http://m.liputan6.com/health/read/2396001/kenapa-wanita-bertato-lebih-percaya-diri. 6 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 4 salah satu cara lain dalam mengungkapkan kebutuhan seseorang. Kebutuhan – kebutuhan yang dituju oleh para pengguna tato ini juga menarik perhatian peneliti untuk dapat meneliti maksud dari adanya penggunaan tato di era ini. Tidak heran jika tato kemudian melebarkan pemahamannya dengan menyangkut pada adanya kelas gender penggunanya. Kecenderungan tato sampai saat ini sepertinya masih di pegang pada laki-laki sebagai gender yang dirasa “cocok” untuk memiliki tato. Kenyataannya sekarang ini tato bukan hanya di miliki oleh laki-laki. Perempuan pun berhak menentukan pilihannya dalam menghias tubuhnya dengan beragam gambar tato.9 Terlebih tato sering dan bahkan sangat sering dianggap sesuatu yang negatif sehingga terkadang menjadi asumsi tersendiri bagi masyarakat dengan mengaitkan, dan menghubungkan tato dengan bentuk-bentuk kriminilitas. Tidak salah memang, karena peneliti sendiri melihat banyak sekali preman menggunakan tato, pencuri bertato, berandalan bertato, bahkan hal ini kadang stereotype dibenarkan pada saat melihat tayangan program kriminalitas di televisi yang sering memperlihatkan polisi menunjukan tato pelaku. Tidak salah, tetapi tidak sepenuhnya benar.10 Terlalu sempit jika melihat tato dari satu sisi kriminalitas dengan menganggap tato sangat dekat dengan kejahatan, padahal tidak sedikit orang jahat yang tidak bertato. Itu keadaan masyarakat kita yang sering memandang tato sebagai sesuatu yang negatif. Lain halnya dengan melihat suku-suku yang 9 Olong, op.cit., 8 Nalendra Ayu Pratista H.R. Makna Komunikasi Simbolik pada Tattoo bagi Wanita Pengguna Tattoo di Surabaya. Skripsi. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 2013 hal 6 10 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 5 menggunakan tato sebagai suatu keharusan dan penghormatan. Tato sekarang ini juga banyak di alihkan pada perannya sebagai karya. Karya yang memiliki nilai seni sehingga alasan mencintai seni memang sering terdengar sebagai alasan kuat untuk menghalalkan tato sebagai perilaku yang dianggap umum dan biasa. Keberagaman pada gambar tato setiap pengguna tato, diyakini peneliti memiliki pesan tersendiri. Pesan yang dibuat untuk dapat menjadi bahan pengingat dirinya atau pun orang lain. Pesan yang dengan sengaja di buat melalui ukiran gambar tato pada tubuh penggunanya, sangat memiliki esensi dalam menyampaikan sesuatu.Sesuatu yang secara penuh seharusnya di mengerti oleh si pemilik tato sebelum mentato pada bagian tubuh. Terkadang orang lain juga dapat mengerti pesan yang dimaksud dengan sekilas melihat gambar tato seseorang. Kini tato tidak lagi milik preman, tapi menjadi milik khalayak ramai. Realitas menunjukkan bahwa konsumsi tato di dominasi oleh kaum muda, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Fenomena ini menunjukkan kaum muda mulai berani secara terang-terangan menunjukkan identitas diri mereka. Kaum muda akan sangat bangga dengan sesuatu yang melekat ditubuh mereka, karena dengan itu mereka secara mampu menyuarakan ekspresi mereka melalui simbol pada tubuh secara minimalis sekalipun11. Sehingga mereka menunjukkan identitas dirinya melalui tato yang dikenakan di tubuhnya. Hal ini menarik untuk dikaji, karena akan terlihat bagaimana motif dan makna dari penggunaan tato pada perempuan. Dan dari situlah peneliti akan 11 Olong, op.cit., 4. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 6 mengetahui pesan apa yang akan disampaikan pengguna tato pada saat mereka mengekspresikan dirinya melalui gambar yang mereka buat pada tubuhnya. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti fenomena ini di salah satu perkumpulan orang yang menggenakan tato yaitu di tongkronganPortal di Kota Tangerang. Dinamakan tongkrongan Portal karena mereka berkumpul di warung dekat sebuah portal jalan, pada perkumpulan tersebut banyak yang mengenakan tato di tubuhnya tidak hanya lelaki tetapi ada beberapa kaum perempuan juga yang memiliki tato pada tubuhnya, dan mereka sering berkumpul pada sesama pengguna tato, walaupun beberapa diantara mereka juga ada yang tidak memiliki tato pada tubuhnya. Dan tak sedikit dari mereka yang malu ataupun merasa takut dipandang negatif oleh seseorang yang melihat tato pada tubuhnya, bahkan mereka terang-terangan memperlihatkan tatonya. Karena pada tongkrongan tersebut terdapat perempuan bertato jadi penelitimemilih tongkrongan portal sebagai objek penelitian. 1.2 Fokus Penelitian Dari konteks penelitian yang telah tertulis, peneliti memfokuskan penelitian pada : 1. Bagaimana motif mentato tubuh bagi pengguna tato perempuan? 2. Bagaimana makna tato bagi pengguna tato perempuan? http://digilib.mercubuana.ac.id/ 7 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan pada fokus penelitian diatas, maka tujuan penelitian ini untuk: 1. Mengetahui motif mentato tubuh bagi pengguna tato perempuan? 2. Mengetahui makna tato bagi pengguna tato perempuan? 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Secara teoritis peneliti berharap agar penelitian ini dapat menjadi bahan pengembangan ilmiah bagi ilmu komunikasi dalam memahami makna pesan tato bagi pengguna tato perempuan. 1.4.2 Manfaat Praktis Secara praktis peneliti berharap agar dapat menambah wawasan penulis mengenai pemaknaan seni mentato tubuh pada perempuan dan akan merubah persepsi seseorang bahwa mentato tubuh tidak selalu dimaknai dengan sesuatu yang negatif. http://digilib.mercubuana.ac.id/