BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Metode Kata metode berasal dari bahasa yunani “Methodos” yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan proses pembelajaran maka metode menyangkut masalah cara penyampaian pembelajaran untuk dapat dipahami oleh peserta didik. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan. Menurut Prof. Dr. Winarno Surakhmad dalam Suryobroto (1985:3) metode pembelajaran adalah cara-cara pelaksanaan daripada proses pengajaran, atau soal bagaimana teknisnya sesuatu bahan pelajaran diberikan kepada muridmurid disekolah. Nana Sudjana dan M.Sobri Sutikno dalam, http : //hipni.blogspot. com/2011/ 09/pengertian-definisi-metodepembelajaran.html pada tanggal 8 desember 2011, Menurut Nana Sudjana (2005: 76) metode pembelajaran adalah, “Metode pembelajaran ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran”. Sedangkan M. Sobri Sutikno (2009: 88) menyatakan, “Metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan”. Dari beberapa pengertian yang telah dijelaskan diatas penulis menyimpulkan metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. 2.1.2 Manfaat Metode Pembelajaran Proses pembelajaran adalah hal penting yang harus diperhatikan dalam dunia pendidikan. Dalam proses pembelajaran ada beberapa faktor-faktor yang mendukung keberhasilan pembelajaran itu sendiri,diantaranya adalah Metode pembelajaran. 6 7 Dalam dunia pendidikan di sekolah harus disadari akan pentingnya metode dan model pembelajaran. Keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran sangat bergantung pada metode-metode yang digunakan guru dalam penyampaian materi. Dalam hal ini seorang guru diharapkan mampu memilih suatu metode yang tepat untuk menyampaikan materi agar materi tersebut mudah dipahami oleh peserta didik. Peran seorang guru adalah untuk menciptakan suatu proses pembelajaran yang mampu membuat peserta didik aktif,kreatif ,dan paham dengan materi yang disampaikan oleh guru. oleh karena itu seorang guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup mengenai metode pembelajaran. Menurut Soekidjo (2003 : 59) dalam, http : //www. Google.co.id/#sclient = 1 &oq=%22manfaat+metode+pembelajaran+%22+pdf pada tanggal 8 desember 2011, dalam proses penyampaian materi pendidikan kepada sasaran pendidikan, disamping kurikulum maka metode dan alat pendidikan turut memegang peranan penting. Sebab bagaimanapun pandainya seorang pendidik dalam usahanya mengubah tingkah laku, tidak terlepas dari metode dan alat bantu pendidikan yang digunakan. Metode dan alat bantu pendidikan yang baik akan mempermudah proses belajar dan mengajar. 2.1.3 Pendekatan Inquiri Pendekatan inquiri adalah dimana siswa melakukan penemuan sendiri terhadap suatu masalah dengan bimbingan dari guru. Nana Sudjana (1989:154), pendekatan “inquiri” merupakan pendekatan mengajar yang berusaha meletakkan dasar dan pengembangan cara berfikir ilmiah. Pendekatan ini menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kekreatifan dalam pemecahan masalah. Siswa betul-betul ditempatkan pada subyek yang belajar. Peranan guru dalam pendekatan “inquiri”adalah pembimbing belajar dan fasilitator belajar. Tugas utama guru adalah memilih masalah yang perlu dilontarkan kepada kelas untuk dipecahkan oleh siswa sendiri. tugas berikutnya dari guru adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah. Pendekatan inquiri dalam 8 mengajar termasuk pendekatan modern, yang sangat didambakan untuk dilaksanakan disetiap sekolah. Amien (1987) dalam http : //www. Google.co.id /#scient=psy-ab&hl=id&source=hp&q=”manfaat+metode+pembelajaran+”+pdf pada tanggal 8 desember 2011, mengatakan bahwa inquiri adalah suatu perluasan dari discovery yang digunakan dalam cara yang lebih dewasa. tambahan dari prosese discovery, inquiri mengandung proses mental yang lebih tinngi tingkatanya, misalnya merumuskan masalah, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, menumbuhkan sikap objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka dan sebagainya. Piaget (Sund dan Trowbridge,1973) inquiri adalah pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri;dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi,ingin melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbul-simbul dan mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain membandingkan apa yang ditemukan dan apa yang ditemukan orang lain. Menurut Moedjiono dan Moh. Dimyati (1991:118-119), Ahli yang menyusun model latihan inquiri adalah Ricard Suchman. Ia berpendapat bahwa tiap individu memiliki keinginan meneliti secara alamiah. Keingintahuan yang ada pada individu tidak terarah, oleh karena itu diperlukan latihan meneliti. Model latihan inquiri dirancang untuk memperbesar keberanian meneliti secara terarah. Latihan bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan disiplin berfikir dalam meneliti secara bebas. Model ini mengutamakan penguasaan proses meneliti dan kesadaran tentang pentingnya penelitian. Model latihan inquiri adalah pola belajar-mengajar yang dirancang untuk melatih siswa melakukan proses penelitian. Penelitian itu dapat terjadi bila siswa dihadapkan pada masalah yang mengandung tantangan intelektual secara bebas, terarah ke dalam kegiatan meneliti untuk memperoleh pengetahuan. Makmun (2005:233) dalam http : //skripsi-tesis-karyailmiah.blogspot.com /2012/04/implementasi-pendekatan-inquiry-sebagai.html pada 7 januari 2012, mengatakan pendekatan inquiri merupakan salah satu bentuk pendekatan yang bertumpu pada aktivitas siswa, yang pada mulanya dikembangkan oleh bruner. 9 Pengertian pendekatan inquiri adalah pendekatan yang ditetapkan oleh penemuan dan pencarian jawaban sendiri terhadap permasalahan yang dihadapi secara aktif, sehingga dapat mengembangkan potensi intelektual siswa dan menggunakan pola pikir kritis dan sistematis yang pada akhirnya akan mendapatkan suatu penemuan yang bener-benar bernakna dan memberikan suatu hasil yang baik untuk siswa (suryobroto,2007:89). Dari beberapa pendapat tentang pengertian pendekatan inquiri peneliti menyimpulkan pendekatan inquiri adalah kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada pesera didik, sehingga peserta didik dapat berfikir aktif dan kreatif untuk mencari jawaban sendiri terhadap masalah yang sedang dihadapi melalui percobaan-percobaan di dalam penelitian. 2.1.4 Metode Discovery Dalam proses pembelajaran seorang guru harus mampu memilih metode pembelajaran yang tepat, karena keaktifan anak dalam proses pembelajaran sanggat bergantung dengan metode yang digunakan guru dalam pembelajaran tersebut. Pembelajaran IPA misalnya,pada pelajaran ini peserta didik melakukan percobaan-percobaan. Percobaan-percobaan tersebut dapat dilakukan dengan metode discovery dan metode eksperimen dimana peserta didik bisa menemukan sendiri hasil dari percobaan-percobaan tersebut. Roestiyah (2001:20) menjelaskan tentang pengertian metode discovery bahwa metode discovery adalah metode pembelajaran menggunakan teknik penemuan. Rohani (2004:39) menjelaskan bahwa,metode discovery adalah metode yang berangkat dari suatu pandangan bahwa peserta didik sebagai subyek disamping sebagai obyek pembelajaran. Kemudian Mulyasa (2005:110) menjelaskan bahwa metode penemuan merupakan metode yang lebih menekankan pada pengalaman langsung. Menurut SUND dalam suryobroto (1985:42) discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasikan sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya : mengamati, menggolong-golongkan,membuat dugaan,menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya. 10 Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa metode discovery adalah metode pembelajaran yang menggunakan teknik penemuan sendiri,selain siswa sebagai subyek tetapi juga sebagai obyek pembelajaran. Menurut suryobroto (2002:200) dalam Nilaika langkah-langkah metode discovery adalah : a. Mengidentifikasi kebutuhan siswa b. Memilih pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian, konsep yang akan dipelajari c. Memilih bahan, dan masalah d. Membantu memperjelas masalah yang akan dipelajari siswa e. Mempersiapkan alat-alat yang akan dipergunakan dalam proses penemuan f. Memeriksa pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan dan tugas-tugas siswa g. Siswa diberikan kesempatan untuk melakukan penemuan h. Membantu siswa dengan informasi, data, jika diperlukan oleh siswa i. Memimpin analisis sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses j. Merangsang terjadinya interaksi antar siswa dengan siswa k. Memuji dan membesarkan siswa yang aktif dalam proses penemuan l. Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil penemuannya. Metode discovery memiliki kebaikan-kebaikan seperti diungkapkan oleh Suryosubroto (2002:200) yaitu: a. Dapat membantu siswa mengembangkan ketrampilan dan proses kognitif siswa. Kekuatan dari proses penemuan datang dari usaha untuk menemukan, jadi seseorang belajar bagaimana belajar itu b. Pengetahuan diperoleh dari strategi ini dan sifatnya sangat pribadi, merupakan suatu pengetahuan yang sangat kukuh. 11 c. Strategi penemuan membuat siswa semakin bersemangat dalam melakukan percobaan, misalnya siswa merasakan jerih payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan d. Metode ini memberi kesempatan kepada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuannya sendiri e. Metode ini membuat siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya sehingga ia lebih merasa terlibat dan bermotivasi sendiri untuk belajar, paling sedikit pada suatu proyek penemuan khusus f. Metode discovery dapat membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan. g. Metode ini berpusat pada siswa, misalnya memberi kesempatan pada siswa dan guru hanya sebagai pembimbing dalam proses penemuan yang jawaban nya belum diketahui oleh siswa sebelumnya Kelemahan metode discovery Suryosubroto (2002:200) adalah: a. Diharuskan adanya persiapan mental dalam metode ini atau untuk cara belajar ini. Misalnya siswa yang lamban mungkin bingung dalam usanya mengembangkan pikirannya jika berhadapan dengan hal-hal yang abstrak, atau menemukan saling ketergantungan antara pengertian dalam suatu subyek, atau dalam usahanya menyusun suatu hasil penemuan dalam bentuk tertulis. Siswa yang lebih pandai mungkin akan memonopoli penemuan dan akan menimbulkan frustasi pada siswa yang lain b. Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar. Misalnya sebagian besar waktu dapat hilang karena membantu seorang siswa menemukan teori-teori, atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu. 12 c. Harapan yang diinginkan pada strategi ini mungkin mengecewakan guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional d. Terlalu mementingkan memperoleh pengertian dan kurang memperhatikandiprrolehnya sikap dan ketrampilan. dan kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan ketrampilan. e. Fasilitas yang digunakan untuk mencoba ide-ide mungkin tidak ada f. Strategi ini mungkin tidak akan member kesempatan siswa untuk berfikir aktif, kalau pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah disampaikan terlebih dahulu oleh guru, demikian pula proses-proses di bawah pembinaannya. Tidak semua pemecahan masalah menjamin penemuan yang penuh arti. 2.1.5 Metode Eksperimen Moedjiono dan Moh. Dimyati (1991:77) ilmu-ilmu pengetahuan alam telah lama mengembangkan metode eksperimen dengan hasil yang memuaskan (husen,1998:128). Sebagai suatu metode pengembangan ilmu, metode eksperimen patut diterapkan di sekolah-sekolah dasar. Hal ini dimaksudkan agar para siswa sekolah dasar sejak dini mengenal dan mampu melaksanakan ekspeimen sederhana. Mengingat betapa pentingnya metode eksperimen untuk mengembangkan ilmu, sudah sepantasnya guru menggunakanya dalam proses belajar-mengajar. Pemakaian metode eksperimen dalam kegiatan belajarmengajar, akan memberikan pengalaman kepada guru tentang adanya potensi yang dapat dikembangkan pada diri siswa. Untuk dapat menggunakan metode eksperimen dengan efektif, maka seorang guru harus dapat menjawab apa dan bagaimana metode eksperimen dalam kegiatan belajar-mengajar. Moedjiono dan Moh. Dimyati (1991:77) mengemukakan bahwa metode eksperimen merupakan format interaksi belajar-mengajar yang melibatkan logika induksi untuk menyimpulkan pengamatan terhapat proses dan hasil percobaan yang dilakukan. Eksperimen yang dilakukan dalam metode eksperimen dapat dilakukan secara perorangan maupun kelompok. 13 Dalam http://udhiexz.wordpress.com/2008/08/08/metode-demonstrasi- dan-eksperimen/ pada tanggal 7 januari 2012, eksperimen adalah suatu metode mengajar yang dilakukan murid untuk melakukan percobaan-percobaan pada mata pelajaran tertentu. Menurut Richard Scuhman dalam Suryobroto (1985:48) langkah-langkah metode penemuan adalah sebagai berikut : 1. Identifikasi kebutuhan siswa. 2. Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian, konsep dan generalisasi yang akan dipelajari. 3. Seleksi bahan, dan problem/tugas-tugas. 4. Membantu memperjelas tugas/ problem yang akan dipelajari dan peranan masing-masing siswa. 5. Mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang diperlukan. 6. Mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan dan tugas-tugas siswa. 7. Member kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan. 8. Membantu siswa dengan informasi /data, jika diperklukan oleh siswa. 9. Memimpin analisa sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses. 10. Merangsang terjadinya interaksi antar siswa dengan siswa. 11. Memuji dan membesarkan siswa yang bergiat dalam proses penemuan. 12. Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil penemuan. Menurut suryobroto (1985:48) metode penemuan mempunyai kebaikan dan kelemahan. 1. Kebaikan metode penemuan : a. Dianggap membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan ketrampilan dan proses kogniktif siswa. 14 b. Pengetahuan yang diperoleh dari strategi ini sangat pribadi sifatnya dan mungkin merupakan suatu pengetahuan yang sangat kukuh; dalam arti pendalaman dari pengetahuan,retensi dan transfer. c. Strategi penemuan membangkitkan gairah pada siswa, misalnya siswa merasakan jerih payah penyelidikanya, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan. d. Metode ini member kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuanya sendiri. e. Metode ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya, sehingga ia lebih merasa terlibat dan bermotivasi sendiri untuk belajar, paling sedikit pada suatu proyek penemuan khusus. f. Metode ini dapat membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan. Dapat memungkinkan siswa sanggup mengatasi kondisi yang mengecewakan. g. Strategi ini berpusat pada anak, misalnya member kesempatan pada mereka dan guru berprestasi sebagai sesame dalam mengecek ide. Guru menjadi teman belajar, terutama dalam situasi penemuan yang “jawaban”-nya belum diketahui sebelumnya. h. Membantu perkembangan siswa menuju skeptisisme yang sehat untuk menemukan kebenaran akhir dan mutlak. 2. Kelemahan metode penemuan : a. Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar ini. b. Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar. Misalnya sebagian besar waktu dapat hilang karena membantu seorang siswa menemukan teori-teori, atau menemukan bagaimana ejaan bentuk katakata tertentu. c. Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional. 15 d. Mengajar dengan penemuan mungkin akan dipandang sebagai terlalu mementingkan memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan ketrampilan. Sedangkan sikap dan ketrampilan diperlukan untuk memperoleh pengertian atau sebagai perkembangan emosional sosial secara keseluruhan pada anak. e. Dalam beberapa ilmu (misalnya IPA) fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide mungkin tidak ada. f. Strategi ini mungkin tidak akan member kesempatan untuk berfikir kreatif, kalau pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi terlebih dahulu oleh guru, demikian proses-proses dibawah pembinaanya. 2.2 Hakekat Hasil Belajar 2.2.1 Pengertian Hasil Belajar Prestasi belajar merupakan taraf keberhasilan murid atau santri dalam mempelajari materi pelajaran atau pondok pesantren dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. (Muhibbin Syah 1997:65). Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap dan ketrampilan siswa sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dalam http : //aaddesanjaya.blogspot.com/2011/03/ pengertian-definisi-hasil-belajar.html pada tanggal 8 januari 2012, hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia menerima perlakuan dari pengajar (guru) seperti yang dikemukakan oleh sudjana. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman mengajarnya (sudjana, 2004:22). Menurut, Poerwodarminto, (2001: 895) Hasil belajar adalah hasil yang harus dicapai /dilakukan. Wawan-junaidi-blogspot.com/2011/02/hasil-belajar.html pada tanggal 8 januari 2012, hasil belajar diperoleh pada akhir proses pembelajaran dan berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu bahan yang 16 telah diajarkan. Menurut dimyati dan mudjiono (2006:3), hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar, dari sisi siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi/hasil belajar adalah hasil yang dicapai dari suatu kegiatan atau usaha yang dapat diartikan sebagai hasil dari proses belajar mengajar yang dapat diukur dengan tes tertentu. Yang diungkap dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPA siswa kelas IV di SD N Sambongwangan 01 dan SD N Plosorejo 02 Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora. 2.3 Kajian Penelitian Yang Relevan Widiyastuti (2003:75) dalam penelitian yang berjudul Eksperimentasi Pengajaran Metetatika dengan Metode Penemuan Melalui Tanya Jawab pada pokok bahasan teorema phytagoras Ditinjau dari Aktifitas Belajar Anak. Menyimpulkan bahwa (1) Ada dampak yang berarti antara metode mengajar guru terhadap prestasi hasil belajar matematika, (2) Ada dampak yang berarti antara aktifitas belajar anak terhadap prestasi belajar matematika, (3) Tidak ada dampak yang berarti antara metode mengajar guru dengan aktifitas belajar dalam mempengaruhi prestasi belajar matematika. Penelitian Ernawati (2005 :96) yang berjudul Upaya Peningkatan Hasil Belajar dengan Metode Discovery Melalui Media Gambar, menyimpulkan (1) Ada peningkatan motivasi anak dalam proses pembelajaran matematika. Sebelum diadakan penelitian hanya 11 anak (33,33%). Peningkatan prosentase dari putaran I dan putaran II mencapai 12,5 % dan pada akhir penelitian peningkatanya mencapai 27,75%. Ada peningkatan keaktifan anak dalam proses pembelajaran matematika. Sebelum diadakan penelitian hanya tiga anak (9,09%), peningkatan prosentase dari putaran I dan II mencapai 5,2% dan pada akhir penelitian peningkatanya mencapai 16,66%. (3) Ada peningkatan kreatifitas anak paada percobaan yang dilakukan dalam proses pembelajaran matematika. Sebelum diadakan penelitian hanya delapan anak (24,4%). Peningkatan prosentase dari putaran I dan II mencapai (16,87%) dan pada akhir penelitian peningkatanya mencapai 23,63%. (4) Ada peningkatan kemampuan 17 matematika anak selama proses pembelajaran matematika. Sebelun diadakan penelitian hanya tujuh anak (21,21%). Peningkatan prosentase pada putaran I dan II mencapai 13,33% dan pada akhir penelitian peningkatanya mencapai 36,05%. Minarsih, Siti. (2010) yang berjudul Efektivitas Penggunaan Metode Discovery Terhadap Prestasi Belajar IPA Pokok Bahasan Gaya Pada Siswa Kelas IV SDN Tanggel 01 dan SDN Tanggel 02 Gugus Patimurra Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora Semester II Tahun Pelajaran 2009/2010. Program Studi S1 PGSD FKIP Universitas Kristen Satya Wacana. Menyimpulkan bahwa hasil analisis pada kelas eksperimen perhitungan menunjukan bahwa nilai T hitung sebesar 43.924 dan T tabel sebesar 2.042272, jadi T hitung > T tabel (43.924>2.042272), dan nilai probabilitas (0,000<0,05) maka Ho ditolak, jadi ada perbedaan penggunaan metode discovery dengan pembelajaran tanpa menggunakan metode discovery artinya metode discovery berpengaruh dalam pembelajaran terhadap prestasi belajar IPA pokok bahasan gaya pada siswa kelas IV SDN Tanggel 01 dan SDN Tanggel 02 Gugus Patimura Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora Semester II Tahun Pelajaran 200902010. Atik,KASRIYATI .(2010) yang berjudul Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA Melalui Latihan Berulang dan Eksperimen secara Kerja Kelompok bagi Siswa Kelas III SD Negeri Kalangrejo Kwc. Kunduran Tahun Pelajaran 2009/2010. Program Pendidikan Jarak Jauh Program Studi SI PGSD FKIP Universitas Kristen Satya Wacana. Menyimpulkan dengan menerapkan metode latihan berulang dan eksperimen secara kerja kelompok prestasi belajar IPA siswa kelas III mengalami peningkatan dari kondisi awal KKM sekolah hanya 7 siswa yang tuntas (41,17%) pada siklus I menjadi 12 siswa (70,58%) dan pada siklus II menjadi 17 siswa (100%). Pembelajaran IPA melalui latihan berulang dan eksperimen secara kerja kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III SSD N Kalangrejo Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2009/2010. Berdasarkan penelitaian-penelitian sebelumnya yang meneliti tentang upaya peningkatan hasil belajar dengan menggunakan metode discovery dan metode eksperimen, sedangkan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 18 perbedaan pengaruh penggunaan pendekatan inquiri dengan menggunakan metode discovery dan metode eksperimen terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV Sekolah Dasar. Penelitian ini hanya sebatas untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pengaruh penggunaan pendekatan inquiri dengan menggunakan metode discovery dan metode eksperimen terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV di SD Negeri Sambongwangan 01 dengan SD Negeri Plosorejo 02 Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora. 2.4 Kerangka Pikir Kondisi awal kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dalam kondisi seimbang hasil belajarnya. Kelompok eksperimen diberi pre-test kemudian diberi pembelajaran dengan selanjutnya diberi post-test. Kelompok menggunakan metode discovery kontrol diberi pre-test kemudian melakukan pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen dan diberi post-test. Membandingkan hasil belajar peserta didik antara yang diberi pembelajaran dengan menggunakan metode discovery dan yang diberi pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen adalah untuk mengetahui seberapa besar perbedaan pengaruh penggunaan metode discovery dengan metode eksperimen pada pelajaran IPA. Jika peserta didik yang diberi pembelajaran menggunakan metode discovery mendapatkan hasil yang baik maka metode discovery lebih efektif digunakan dalam pembelajaran IPA. Jika peserta didik yang diberi pembelajaran dengan metode eksperimen mendapat hasil yang lebih baik daripada yang menggunakan metode discovery maka metode eksperimen lebih efektif digunakan untuk pembelajaran IPA. 19 Kelompok Eksperimen Perlakuan dengan metode Discovery Kondisi Awal Hasil Belajar Kelompok Kontrol Perlakuan dengan metode eksperimen Gambar 2.1 Alur Kerangka Berpikir Bagan pada gambar 2.1 merupakan gambaran mengenai kondisi awal siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang mempunyai kondisi hasil belajar yang sama. Kelompok eksperimen diajar menggunakan metode discovery sedangkan kelompok kontrol diajar menggunakan metode eksperimen, kemudian diadakan post-test untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen. Dari hasil post-test dapat dibandingkan adanya perbedaan hasil belajar antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. 2.5 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir yang telah diuraikan diatas maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini adalah: a. Ho: Tidak ada perbedaan pengaruh yang positif dan signifikan antara pendekatan inquiri dengan menggunakan metode discovery dan metode eksperimen terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD N Sambongwangan 01 dengan SD N Plosorejo 02 Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora. b. Ha: Terdapat perbedaan pengaruh yang positif dan signifikan antara pendekatan inquiri dengan menggunakan metode discovery dan metode eksperimen terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD N Sambongwangan 01 dengan SD N Plosorejo 02 Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora.