Semen Indonesia Tambah Investasi di Vietnam Rp 3 T

advertisement
Semen Indonesia Tambah Investasi di
Vietnam Rp 3 T
JAKARTA. Sejalan dengan tekad menjadi pemimpin pasar semen Asean tahun 2015, PT
Semen Indonesia Tbk meningkatkan ekspansi di Vietnam dan Myanmar. BUMN ini
akan menambah investasi di Vietnam Rp 3 triliun untuk mengakuisisi lagi perusahaan
semen berkapasitas 2,5 juta ton per tahun.
Sebelumnya, perseroan telah mengakuisisi 70% saham Thang Long Cement di Vietnam
yang berkapasitas sekitar 2,3 juta ton per tahun. Nilainya sekitar Rp 1,5 triliun.
Perseroan kemudian berencana menambahkan kapasitas produksi menjadi 4 juta ton
per tahun, untuk memenuhi permintaan semen di Vietnam dan sekitarnya.
Perseroan berencana membangun pabrik semen baru di Than Long, yang bisa
meamkan waktu 2,5 tahun atau 30 bulan.
“Sesuai rencana tersebut, kami kini membidik perusahaan semen yang berkapasitas
sekitar 2,5 juta ton, dengan nilai Rp 2,5-3 triliun. Semula, perseroan mengalokasikan
dana Rp 1 triliun untuk mengakuisisi perusahaan dengan kapasitas 1,5 juta ton per
tahun,” ujar Direktur Utama PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) Dwi Soetjipto
di Jakarta, belum lama ini.
Di Indonesia, perseroan sudah memiliki pangsa pasar terbesar sekitar 44%. Perseroan
menargetkan volume produksi sekitar 30 juta ton tahun ini, naik dari 28 juta ton pada
2013.
Selain di Indonesia, lanjut Dwi Soetjipto, pihaknya akan meningkatkan produksi di
Vietnam. Saat ini, hasil produksi pabrik Thang Long diutamakan untuk memanuhi
konsumsi semen dalam negeri Vietnam.
Mengenai dana untuk mengakuisisi pabrik lain di Vietnam, ia menjelaskan, akan
berasal dari pinjaman bank dank as internal. Perseroan telah berkiskusi dengan
beberapa bank di dalam dan laur negeri.
Corporate Secretary Semen Indonesia Agung Wiharto mengatrakan, Standard
Chartered Bank (Stanchart), Sumitomo, dan PT Bank mandiri Tbk siap mendanai
perseroan sebesar US$ 100 juta.
“Dana itu untuk pengembangan pabrik seemn di Thang Long. Pada Rabu (18/6),
perseroan menandatangani MoU dengan Stanchart sebagai arranger,” ujar dia di
Jakarta, Selasa (17/6).
Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada mengatakan, aksi korporasi itu strategis.
Pasalnya, potensi penyerapan semen di Vietnam dan sekitarnya sangat tinggi. Namun,
perseroan harus semakin kreatif dan inovatif menyusul banyaknya competitor asing
yang melirik negara-negara Asean.
Menurut dia, pendapatan dan laba bersih perseroan bisa naik 12-15% tahun ini. “Saham
SMGR ini direkomendasi buy dengan target harga terdekat Rp 16.500,--16.750,- ujar dia
di Jakarta, kemarin.
Total Investasi Rp 15 T
Secara umum, Dwi mengatakan sebelumnya, perseroan menganggarkan total dana
investasi Rp 15 triliun hingga 2019. Perseroan akan menambah lima pabrik hingga 2019,
dari saat ini 13 pabrik. Perseroan juga akan menambah packing plant menjadi 30 titik
dari saat ini 22. Hal itu untuk mempermudah distribusi produk Semen Indonesia.
Dana yang akan dipakai untuk pengembangan kapasitas produksi
tersebut berasal dari kas internal dan eksternal. Perseroan akan
menggenjot total volume produksi semen hingga 50 juta ton per tahun
2019
“Dana yang akan dipakai untuk pengembagnan kapasitas produksi tersebut berasal
dari kas internal dan eksternal. Perseroan akan mengenjot total volume produksi semen
hingga 50 juta ton per tahun pada 2019,” ujar dia. Tahun ini, perseroan menargetkan
volume pruduksi sebesar 30 juta ton. Produksi pada 2017 diestimasi sudah mencapai 40
juta ton.
Ia optimistis penjualan Semen Indonesia tumbuh 5-8% tahun ini, cenderung lebih baik
dibandingkan pertumbuhan industri secara nasional 5,5%. Pertumbuhan itu untuk
emnjaga pangsa pasar (market share) sebesar 44$.
“Optimisme ini didasarkan pada proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dan masih
besarnya ‘kue’ pembangunan infrastruktur dalam negeri. Kami berharap banyak pada
figur presiden baru,” paparnya.
Dia menuturkan, presiden Indonesia terpilih nanti haruslah yang memahami makro
ekonomi dan berani melakukan terobosan dalam pembangunan proyek-proyek
infrastruktur. Presiden ke depan diharapkan tranformatif dan solutif.
Sementara itu, Morgan Stanley dalam laproan risetnya menyatakan, industri semen
Indonesia masih cukup atraktif. Bank investasi terkemuka dari Amerika Serikat (AS) ini
menyelaikan, konsumsi semen per kapita di Indonesia masih rendah dan belanja
infrastruktur pemerintah terus meningkat.
“Itu artinya, prospek industri semen di Indonesia solid, karena ruang pertumbuhannya
masih besar,” papar Morgan Stanley.
KONTAN Rabu, 18 Juni 2014
Download