tes mutasi KRAS - Your reliable partner in personalized medicine

advertisement
Agustus-September 2011
GENEFLASH
Another personalized info
Preparat kanker
kolorektal sebagai
sumber diagnostik
deteksi mutasi gen
KRAS (Courtesy: dr
Toar JM Lalisang,
SpB-KBD dan dr
Indra S. Hutagalung,
SpPA (K))
Kanker Kolorektal:
Status Mutasi KRAS dan Terapinya
GENEFLASH
Official newsletter of
KalGen Laboratory
Advisory Board
Prof I Made Nasar SpPA
Prof Santoso Cornain DSc
Editorial Board
Ahmad R. Utomo PhD
dr Virgi Saputra
DR Hera Noviana
Managing Editor
Maria Melissa Kartawinata
Staff Writers
Farid Sastranagara
Najmiatul Masykura
Riris L.Puspitasari
Dini Budhiarko
Iffat L. Jenie
Teguh Pribadi Putra
Retno Setyaningsih
Advertisement
Mulyono
Nano
Yulia
Contact us
Phone: 02170381283
02147869756
Email: [email protected]
Oleh Farid Sastra Nagara
Terapi kanker kolorektal
selama ini meliputi bedah, radiasi,
dan agen kemoterapi yang
merusak sel normal selain sel
kanker. Karena itu, sekarang
dikembangkan berbagai terapi
anti kanker yang bekerja
mengeliminasi sel kanker tanpa
merusak sel normal secara
berlebih. Salah satu terapi dengan
prinsip tersebut adalah terapi
berbasis antibodi monoklonal
yang mentargetkan penanda
khusus yang diekspresikan sel
kanker.
Antibodi monoklonal yang
telah diijinkan penggunaannya
oleh FDA untuk indikasi kanker
kolorektal adalah cetuximab.
Cetuximab bekerja mentargetkan
gen Epidermal Growth Factor Receptor
(EGFR) yang diekspresikan
berlebih oleh sel kanker. Aktivasi
gen EGFR secara berlebih akan
meningkatkan tingkat proliferasi
sel dengan menginduksi aktivitas
gen lainnya, salah satunya adalah
aktivitas MAPK (Mitogen Activated
Protein Kinase) yang melibatkan gen
ras.
Mutasi pada gen ras akan
menyebabkan perubahan
konformasi protein sehingga
protein Ras (GTPase) selalu aktif.
Pada kanker kolon, 30-50%
mutasi terjadi pada gen KRAS.
Mutasi gen KRAS umumnya
Beberapa studi klinis
melaporkan perbedaan respon
terhadap terapi anti EGFR pada
pasien kanker kolorektal yang
terbagi menurut status mutasi gen
KRAS. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa mutasi gen
KRAS memiliki NPV (Negative
Predictive Factor) cukup tinggi sekitar
Normal
0.94%
Mutasi codon 12
97%. Artinya, pasien yang
Mutasi codon 13
memiliki mutasi gen KRAS akan
Others
7.51%
sangat kecil kemungkinannya
untuk mendapatkan manfaat klinis
27.23%
N = 213
64.32%
dari terapi anti EGFR.
Pentingnya tes mutasi gen
KRAS terbukti dengan terbitnya
Data prevalensi mutasi KRAS (KalGen Lab
rekomendasi oleh FDA, NCCN,
2010-2011)
dan ASCO sebelum pemberian
dijumpai pada kodon 12, 13, dan terapi cetuximab.
Dengan demikian, metode
61. Namun, mutasi pada kodon 61
diagnostik
untuk mendeteksi
jarang ditemui.
mutasi
gen
KRAS menjadi
Dari 213 pasien kanker
penting
sebagai
bagian dari
kolorektal yang diperoleh Kalgen
strategi
terapi
anti
EGFR.
hingga bulan Maret 2011
menunjukkan persentase mutasi
gen KRAS secara keseluruhan
berkisar antara 35%. Hasil ini
cukup konsisten dengan data
literatur sebelumnya.
1. Roock WD. et al. 2010. JAMA 304: 16
2. Raponi M. et al. 2008. COP 8:413–418
1
GENEFLASH Agustus-September 2011
LABNOTES
“Fokus untuk GENEFLASH edisi kedua ini adalah kanker
kolorektal dan khususnya pemeriksaan mutasi gen KRAS
yang berkaitan dengan pemberian terapi target cetuximab.”
Oleh Maria Melissa Kartawinata
Menyambut bulan suci Ramadhan, KalGen Lab
mengkhususkan edisi kali ini untuk membahas mengenai
kanker kolorektal khususnya untuk pemeriksaan mutasi gen
KRAS.
Tes mutasi gen KRAS
sendiri merupakan
pemeriksaan pertama yang
di-launching oleh KalGen
Lab pada awal mulanya dan
telah mendapatkan
sertifikasi internasional.
Status mutasi gen KRAS
yang berhubungan erat
dengan pemberian terapi
cetuximab menjadikan
pemeriksaan ini sangat penting dan perlu dilakukan.
Kebutuhan akan tes mutasi KRAS ini pun dirasakan perlu
tidak hanya dari pasien, tetapi para dokter pun berpendapat
serupa.
Menyadari pentingnya tes mutasi gen KRAS, tes ini
pun akhirnya masuk ke dalam ASKES sejak tahun ini.
Selain itu, Merck pun memberikan voucher
pemeriksaan gratis kepada pasien yang memerlukan tes
mutasi gen KRAS.
Melalui GENEFLASH edisi kedua ini, dari segenap tim
KalGen mengucapkan selamat menunaikan ibadah
puasa bagi umat yang merayakan dan selamat
membaca untuk semuanya.
Happy reading!
WHOSAYS
Dr. dr. Aru Sudoyo, SpPD, KHOM, FACP
Oleh dr Virgi Saputra
“...di Indonesia insiden kanker
kolorektal meningkat dan 35%
diderita oleh mereka yang
berusia di bawah 40 tahun”
Pendapat dr. Aru
yang menilai kerja
tim KalGen
berkualitas dan
berdedikasi.
Dengan
berkemeja putih,
dokter bertubuh
tinggi besar ini
menemui kami di
Departemen Penyakit Dalam FKUI/
RSCM. Sebagai dokter ahli onkologi
medik, beliau menyebutkan kanker
kolorektal, kanker payudara, dan kanker
prostat sebagai area yang menjadi
minatnya.
Kanker kolorektal adalah bidang
yang paling awal digelutinya sekaligus
merupakan bidang penelitian S3-nya.
Patofisiologi yang jelas disertai dengan
pengobatan yang terbukti merupakan
alasan dr. Aru untuk mendalami kanker
kolorektal. “Selain itu, di Indonesia
insidensnya makin meningkat dan 35%
diderita oleh mereka yang berusia di
bawah 40 tahun,” ujarnya.
Hal ini jelas merupakan tantangan
besar baginya. Menurutnya,
tantangan terbesar adalah upaya
mengedukasi dokter supaya dapat
mengedukasi masyarakat mengenai
deteksi dini. “Dokternya sendiri belum
mempunyai kesadaran untuk
menggalakkan upaya deteksi dini, yang
paling sederhana saja deh, tes darah samar di
feses,” katanya. Idealnya, tes ini
merupakan tes rutin yang masuk dalam
medical check up. Tapi saat ini, dokter baru
meminta tes ini saat timbul keluhan dari
pasien. “Itu bukan lagi deteksi dini namanya,”
katanya. Selain itu, tantangannya adalah
pengobatan yang mahal, sedangkan
penderita kanker kolorektal kebanyakan
berasal dari kalangan masyarakat bawah.
Dr. Aru salut dengan kontribusi
perusahaan besar seperti Kalbe yang
tidak hanya berjualan obat tetapi juga
memberikan jasa tes seperti KalGen yang
mungkin tidak menguntungkan pada
awalnya. KalGen juga melakukan tes
berkualitas yang dilakukan oleh tim yang
berdedikasi. Akan tetapi, beliau
mengkritik bahwa aktivitas marketing
KalGen saat ini masih sangat kurang.
Beliau menganjurkan agar KalGen lebih
banyak aktivitas edukasi dengan
mengadakan roadshow ke beberapa kota
seperti yang dilakukan sebuah perusahaan
farmasi besar. “Memang budgetnya lumayan
besar, tapi tentunya nantinya dapat meningkatkan
penjualan,” usulnya.
Baik dr. Aru, terima kasih banyak
atas perhatian dan sarannya untuk
KalGen.
PROMONEWS
tes mutasi KRAS
Oleh dr Virgi Saputra
Tahukah Anda? Tes Mutasi
KRAS GRATIS bagi peserta
ASKES dengan syarat Rumah Sakit
tempat Anda berobat menerima
pasien ASKES dan telah
menandatangani MOU dengan
KalGen. Saat ini baru Departemen
PA RSCM yang menjalin kerjasama
dengan KalGen. Ayo menyusul
rumah sakit-rumah sakit lainnya!
Bagi peserta ASKES yang
belum dapat menikmati tes gratis
tersebut, PT Merck Indonesia
bekerjasama dengan KalGen
memberikan harga khusus yaitu
Rp. 925.000,- dengan menyertakan
Voucher KRAS, fotokopi kartu
ASKES dan fotokopi KTP.
Tes Biomarker KalGen Laboratory
Tes mutasi KRAS, EGFR, BRAF
Tes epigenetik Metilasi MGMT
Ekspresi imunohistokimia
EGFR, ER, PR, HER2, Ki67, TOPO2A, p53
Tes CISH Amplifikasi gen HER2
MAMMAPRINT 70-gen microarray
Tes HLA-Typing Molekuler
Tes LBC dan HPV Genotyping (NEW!)
Know your genes, take control!
2
GENEFLASH Agustus-September 2011
WHOSAYS
dr. Diah Rini Handjari, SpPA(K)
Oleh dr Virgi Saputra
Ditemui di tempat kerjanya di PA
FKUI, dr. Rini (begitu beliau biasa
dipanggil) menyambut kami dengan
ramah. Ceplas-ceplos, apa adanya dan
penuh rasa ingin tahu adalah kesan
kami terhadap dokter lulusan PA FKUI
ini ketika berdiskusi. Rasa ingin
tahunya inilah yang membawa beliau
ke dunia spesialis PA. Pertama kali
mengenal istilah Patologi Anatomi
(PA), beliau mengira akan belajar
mengenai proses terjadinya berbagai
penyakit, termasuk penyakit hipertensi,
jantung, dan lainnya. Setelah masuk,
beliau terkejut karena yang dipelajari
lebih banyak untuk membedakan
antara keganasan dengan tumor jinak.
Seiring waktu, bidang PA pun
berkembang dengan pesat.
“Perkembangan yang pesat ini dipicu oleh
penelitian-penelitian yang diadakan
perusahaan farmasi karena mereka yang
memiliki dana,” ujarnya. “Diawali dari
mekanisme kerja obat, lalu jalur-jalur yang
terlibat hingga marker-markernya, maka
perkembangan ilmu biomolekular menjadi
sangat cepat, termasuk ditemukannya gen
KRAS sebagai faktor prediktif respons
terhadap antibodi monoklonal anti EGFR.”
Sayangnya, di Indonesia
penelitian masih terhambat oleh
berbagai faktor,
antara lain dana
penelitian yang
minim, akses yang
kurang
terinformasi, dan
prosedur yang
berbelit-belit.
“Banyak hal yang
harus dibenahi
termasuk sistemnya,”
kata lulusan
Universitas
Tarumanegara
tahun 1986 ini.
Kehadiran KalGen dinilai sangat
baik apalagi dengan adanya sertifikasi
eksternal. “Untuk layanan, menurut saya
sertifikasi itu sangat penting,” katanya.
“KalGen juga selalu terbuka bagi orang luar
yang ingin belajar disana,” tambahnya.
Uniknya, dr. Rini memandang KalGen
sebagai partner sekaligus kompetitor.
“Partner karena KalGen merupakan
laboratorium rujukan bagi tes-tes yang belum
dapat dilakukan di PA FKUI/RSCM, tapi
juga kompetitor untuk memacu Departemen PA
FKUI/RSCM agar dapat melakukan yang
lebih baik atau minimal sama dengan
KalGen,” ungkap dokter yang sedang
mengambil S3 ini.
Beliau pun
mengharapkan supaya
KalGen dapat menekan
harga tes sehingga
semakin banyak yang
dapat menikmati
layanannya, range tes
diperluas agar Indonesia
“KalGen selalu terbuka
bagi orang luar yang
ingin belajar disana”
Komentar dr. Rini yang
memandang KalGen sebagai
partner sekaligus kompetitor
untuk memacu lab lain supaya
lebih baik atau minimal sama
dengan KalGen.
tidak tertinggal dari negara Asia Pasifik
lainnya, dan adanya transfer ilmu dari
dan/atau ke KalGen dengan RSCM.
Baik Dok. Terima kasih Dok untuk
kepercayaannya. Sukses!
EVENTSPOTLIGHT
PABI 2011
Oleh Mulyono
Minggu yang cerah bertempat di hotel Santika Bogor,
diadakan acara Round Table Discussion oleh PABI Bogor
(Perhimpunan Ahli Bedah Indonesia Wilayah Bogor) dengan
tema “The Management Update of Metastatic Colorectal Cancer” yang
diadakan oleh PT. Merck Indonesia, Tbk. sebagai produsen
obat Erbitux (cetuximab) bekerja sama dengan Kalgen
Laboratorium sebagai laboratorium diagnostik dengan
menghadirkan tiga pembicara, yaitu dr. Fajar Firsyada, SpB
KBD, dr. Denny Joko Purwanto, SpB.Onk, dan Ahmad R
Utomo, Ph.D.
Cetuximab merupakan salah satu obat terapi target pada
kasus kanker kolorektal yang bekerja menghambat ekspresi
EGFR pada permukaan membran sel kanker. Efektifitas
antibodi monoklonal ini sangat bergantung pada status mutasi
gen KRAS. Karenanya, pemeriksaan status mutasi KRAS
menjadi penting sebelum cetuximab diaplikasikan ke pasien.
Pada acara tersebut, dr. Fajar menyampaikan manfaat
pemeriksaan mutasi gen KRAS sebagai faktor prediktif pada
pasien sebelum diterapi dengan cetuximab. Beliau juga
mengatakan bahwa prevalensi mutasi gen KRAS pada kasus
kanker kolorektal adalah sebanyak 30% lebih dan sisanya
sekitar 60% adalah normal atau wild type.
Di kesempatan yang sama, dr. Denny memberikan
presentasi mengenai mutasi gen KRAS yang terjadi pada
kanker head and neck (SCCHN). Pada kasus kanker head and neck,
sebesar 95 % gen KRAS adalah normal sehingga pemeriksaan
mutasi gen KRAS belum diperlukan. Namun, menurut DR.
Ahmad, walaupun hanya 5% yang termutasi, akan lebih baik
apabila pasien tetap diperiksa status mutasi KRAS-nya sebagai
tindakan prediktif awal.
DR. Ahmad sendiri menyampaikan alasannya mengapa
pemeriksaan mutasi gen KRAS sangat penting. Menurut
beliau, walaupun EGFR pada membran sel kanker sudah
dihambat oleh obat, tidak menjamin efektivitasnya. Beliau
mengibaratkan laksana seorang direktur yang patuh tapi belum
tentu seorang manajer atau bawahannya juga patuh. Beliau
juga menyampaikan bahwa pemeriksaan mutasi gen KRAS
sudah masuk dalam ASKES termasuk juga dengan obatnya
sehingga pasien akan lebih diringankan beban biayanya.
3
GENEFLASH Agustus-September 2011
WHOSAYS
dr. Benny Philippi, SpB-KBD
Oleh dr Virgi Saputra
Berpindah dari satu rumah sakit ke
rumah sakit lainnya merupakan rutinitas
yang tiap hari dijalani oleh dr. Benny.
Dokter senior di bidang Bedah Digestif
ini banyak menangani terutama pasien
kanker usus besar. Ketertarikannya pada
bidang tersebut dipicu oleh berkembang
pesatnya metode dan peralatan bedah
yang mendukung penanganan pasien
kanker usus besar serta terapi
penunjangnya.
Menurutnya, kejadian kanker usus
besar di Indonesia banyak terjadi di usia
muda, berbeda dengan pola di negara
Barat. Karenanya, terdapat 2 puncak usia
yaitu antara 35 – 45 tahun dan 55 – 65
tahun dimana kasusnya banyak terjadi di
kelompok sosial ekonomi rendah.
Penyebabnya belum diketahui pasti,
kemungkinan berkaitan dengan genetik
dan juga pola makan.
Peran status mutasi KRAS terhadap
respons terapi juga menjadi perhatian
dokter yang merupakan ayah dari 3 anak
dan kakek dari 3 cucu ini.
Berdasarkan pengamatan dr.
Benny, apabila status gen KRAS
masih normal (wild type) maka
KalGen dinilai memberikan
pelayanan yang memuaskan
oleh beliau.
“Beberapa kali pernah
dibuktikan sampel yang
sama dikirimkan juga ke
Singapore, hasilnya
ternyata sama”
Hasil yang
diperoleh dari
KalGen sangat
membantu
beliau dalam
memberikan
terapi ke
pasiennya.
Sebelum
menutup
pembicaraan,
beliau
berpesan agar
masyarakat
lebih waspada terhadap kanker usus
besar. “Deteksi dini dan pencegahan itu
penting,“ katanya. “Banyaklah makan
makanan berserat dan hindari makanan
berlemak,” begitu katanya. ”Untuk dokter
garda depan seperti dokter umum, dokter
puskesmas, tingkatkan deteksi dini terutama bagi
mereka yang mempunyai riwayat keluarga
menderita kanker. Buang air besar berdarah
jangan selalu dikaitkan hanya dengan wasir, tapi
selalu pikirkan juga terhadap keganasan,”
pesannya bijak.
respons terapi terhadap terapi target
cetuximab dan survival rate-nya lebih baik.
Namun, beliau belum dapat memastikan
persentasenya berdasarkan data yang ada.
KalGen, sebagai lab pertama di
Indonesia yang dapat melakukan tes
mutasi KRAS, memberikan pelayanan
yang dinilai memuaskan oleh beliau.
“Beberapa kali pernah dibuktikan sampel yang
sama dikirimkan juga ke Singapore, hasilnya
ternyata sama,” ujarnya sambil tersenyum.
Akan selalu kami ingat pesannya
“Jalur pemeriksaan juga tidak ada masalah
Dok!
karena kerja sama yang baik dengan Bagian PA.”
HEALTHYTIPS
Mari Berbuka dengan Kolak!
Oleh Iffat L Jenie
Bulan Ramadhan merupakan bulan yang dinanti oleh umat
Muslim di seluruh dunia, ttermasuk di Indonesia. Salah satu
sajian ciri khas di bulan ini yang disukai mulai dari anak-anak
hingga dewasa adalah kolak. Kolak merupakan sejenis makanan
yang terbuat dari pisang, ubi, dan sejenisnya yang direbus
dengan santan dan gula. Sebagai menu khas berbuka puasa,
kolak sangat dianjurkan karena mengkonsumsi makanan manis
dapat mempercepat peningkatan kadar glukosa darah yang
menurun selama berpuasa.
Sebagai makanan berserat tinggi, kolak diyakini dapat
memelihara kesehatan organ tubuh dari bahaya penyakit
termasuk kanker kolorektal. Banyak informasi menyatakan
penyebab utama kanker ini adalah akibat kurangnya konsumsi
makanan berserat. Kekurangan serat akan mempengaruhi
kelancaran proses
pencernaan yang berujung
pada gangguan saluran
pencernaan dan dapat
menimbulkan kanker kolon.
Dengan berpuasa di bulan
Ramadhan, pola makan
harian diperbaiki dengan mengkonsumsi makanan bergizi, sehat
dan seimbang.
Berdasarkan penelitian, menu makanan sehat
dikombinasikan dengan aktivitas fisik dan mental yang teratur,
dapat meningkatkan kualitas hidup, terutama bagi lansia.
Dengan mengkonsumsi makanan bergizi seimbang maka
aktivitas fisik tetap dapat dilakukan selama berpuasa.
BREAKTIME
4
Download